• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIT PELAKSANA TEKNIS SMA NEGERI 2 KOTA SERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIT PELAKSANA TEKNIS SMA NEGERI 2 KOTA SERANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIT PELAKSANA TEKNIS

SMA NEGERI 2 KOTA SERANG

Jl. Raya Pandeglang Km. 5 Telp. (0254) 250788 – Kota Serang 42151

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL) BIMBINGAN KLASIKAL

SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Komponen : Layanan Dasar

Bidang Layanan : Sosial

Topik / Tema Layanan Fungsi Layanan

: :

Cara mencegah dan mengatasi Nomophobia Pemahaman, Pencegahan dan Pengembangan

Kelas / Semester : 12 / Ganjil

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (Pertemuan ke dua) A. Tujuan Layanan

Umum : Peserta didik/konseli dapat memahami definisi, ciri-ciri, cara mencegah dan mengatasi nomophobia.

Khusus : Peserta didik dapat mencegah dan mengatasi Nomophobia.

B. Metode, Alat dan Media

1. Metode : Ceramah, Curah pendapat dan tanya jawab

2. Alat / Media : Link video youtube (https://www.youtube.com/watch?v=YCN-3eTr1MA), kertas karton, dan spidol.

C. Langkah-langkah Kegiatan Layanan 1. Tahap Awal/Pendahuluan

1.1 Guru BK/Konselor membuka dengan salam dan berdoa.

1.2 Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) 1.3 Menyampaikan tujuan yang akan dicapai

2. Tahap Inti

2.1. Guru BK memberikan link video yang berhubungan dengan materi layanan tersebut diatas.

2.2. Peserta didik memperhatikan, mengamati video yang terkait dengan Nomophobia.

2.3. Setelah itu, Guru BK membagi kelas dalam 6 kelompok, 1 kelompok terdiri dari 6 peserta didik.

2.4. Guru BK memberikan lembar kerja dan menjelaskan tugas kelompok untuk analisis video.

2.5.Peserta didik berdiskudi dan mengerjakan analisis video untuk mengetahui situasi yang menimbulkan kecemasan pada masing-masing anggota kelompok dan mencari solsusi atau cara mencegah dan mengatasi nomophobia versi kelompoknya masing-masing

2.6. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

2.7. Guru BK memberikan tanggapan dan evaluasi hasil diskusi.

2.8. Guru BK memberikan catatan-catatan obervasi selama proses layanan 3. Tahap Penutup

3.1. Guru BK mengajak Peserta didik membuat kesimpulan yang terkait nomophobia.

3.2. Guru BK memberikan apresiasi atas partisipasi aktif peserta didik dalam proses layanan 3.3. Guru BK menyampaikan materi layanan yang akan datang

3.4. Guru BK mengakhiri kegiatan dengan berdoa dan salam D. Evaluasi

1. Evaluasi Proses

Guru BK atau konselor melakukan evaluasi dengan memperhatikan proses yang terjadi 1. Mengamati sikap atau antusias peserta didik dalam mengikuti kegiatan

2. Mengamati cara peserta didik dalam menyampaikan pendapat atau bertanya

3. Mengamati cara peserta didik dalam memberikan penjelasan terhadap pertanyaan guru BK 2. Evaluasi Hasil

Evaluasi dengan instrumen yang sudah disiapkan, antara lain mencakup:

1. Pemahaman (Understanding) peserta didik terhadap materi Nomophobia.

2.Sikap/perasaan (Comfortable) yang dialami peserta didik setelah menerima layanan informasi tentang Nomophobia.

3.Rencana Tindakan (Action) yang akan diambil peserta didik setelah menerima layanan informasi dalam bentuk format Goal Setting dalam mencegah dan mengatasi Nomophobia.

H. Rencana Tindak Lanjut : Memberikan tindak lanjut bagi peserta yang membutuhkan.

Serang, Juni 2022 Mengetahui

Kepala SMA Negeri 2 Kota Serang Guru BK

Hj. Mala Leviana, S.Pd,. M.Pd Anisa Permata sari, S.Pd NIP. 19720312 1994092 2 001 NIP. 198509 201001 2 006

(2)

LAMPIRAN 1 : URAIAN MATERI

APA ITU NOMOPHOBIA

Oleh Muchlisin Riadi Februari 04, 2021

Nomophobia adalah ketakutan dan kecemasan yang dialami seseorang saat berada jauh dari smartphone, dengan gejala seperti ketidaknyamanan, kegelisahan, gugup, kesedihan maupun kekhawatiran yang berlebihan. Nomophobia dianggap sebagai gangguan masyarakat digital (fobia modern) yang diperkenalkan dalam kehidupan sebagai hasil dari interaksi antara manusia dan teknologi informasi dan komunikasi bergerak, terutama smartphone

Kata nomophobia berasal dari singkatan bahasa Inggris, yaitu No Mobile Phone Phobia, yaitu fobia tanpa smartphone. Merujuk kepada orang-orang dengan nomophobia, terdapat dua istilah dalam penyebutannya yaitu nomophobe dan nomophobic. Nomophobe adalah kata benda yang mengacu pada seseorang yang menderita nomophobia, sedangkan nomophobic merupakan kata sifat yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik atau perilaku yang berhubungan dengan nomophobia (Yildirim, 2014).

Orang yang menderita nomophobia hidup dalam kekhawatiran dan selalu was-was dalam meletakkan smartphone, sehingga selalu membawanya kemanapun pergi. Penggunaan smartphone yang seperti itu dapat menyebabkan perubahan fungsi smartphone dari sekedar simbol biasa menjadi sebuah kebutuhan yang harus digunakan karena kecanggihan fitur aplikasi dan terhubungnya dengan jaringan internet.

Berikut definisi dan pengertian nomophobia dari beberapa sumber buku:

Menurut Bragazzi dan Puente (2014), nomophobia adalah ketakutan atau kecemasan saat berada jauh dari smartphone, menjadi gangguan masyarakat digital dan kontemporer. Hal ini mengacu pada ketidaknyamanan, kegelisahan dan kegugupan bila tidak terhubung dengan smartphone.

Menurut Yildirim (2014), nomophobia adalah rasa takut berada di luar kontak ponsel dan dianggap sebagai fobia modern sebagai efek samping dari interaksi antara manusia, teknologi informasi dan komunikasi khususnya smartphone.

Menurut Hardianti (2016), nomophobia adalah suatu penyakit yang dialami individu terhadap smartphone, sehingga bisa mendatangkan kekhawatiran yang berlebihan jika smartphone tidak ada di dekatnya.

Menurut Pavithra, Madhukumar & Murthy (2015), nomophobia adalah rasa takut berada diluar kontak ponsel yang mengacu pada ketidaknyamanan, kegelisahan, gugup atau kesedihan yang disebabkan karena tidak terhubung dengan gadget.

Aspek-aspek Nomophobia

Menurut Yildirim (2014), terdapat beberapa aspek yang terkait dengan individu dengan gangguan nomophobia, yaitu sebagai berikut:

a. Perasaan tidak bisa berkomunikasi

Aspek ini berhubungan dengan adanya perasaan kehilangan ketika secara tiba-tiba terputus komunikasi dengan orang lain atau tidak dapat menggunakan layanan pada smartphone di saat tiba-tiba membutuhkan komunikasi. Selain itu, individu juga akan merasa cemas apabila dirinya tidak menggunakan smartphone dikarenakan tidak dapat menerima panggilan dari orang lain.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa individu akan merasa cemas dan kehilangan komunikasi dengan orang lain apabila tidak menggunakan smartphone.

b. Kehilangan konektivitas

Aspek kedua ini merujuk pada perasaan kehilangan ketika tidak dapat terhubung dengan layanan pada smartphone dan tidak dapat terhubung pada identitas sosialnya terkhusus di media sosial. Selain itu, kehilangan konektivitas menggambarkan konektivitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan individu. Kondisi tersebut dikarenakan individu memiliki pandangan bahwa salah satu keuntungan dari penggunaan smartphone adalah membantu individu tetap terhubung dengan orang lain.

c. Tidak mampu mengakses informasi

Aspek ini menggambarkan perasaan ketidaknyamanan ketika tidak dapat mengambil atau mencari informasi melalui smartphone. Hal tersebut dikarenakan smartphone menyediakan kemudahan dalam mengakses informasi. Seseorang juga merasakan dampaknya, semua informasi disebar melalui media sosial. Ketika smartphone tidak dapat digunakan maka aliran informasi yang diterima orang tersebut juga terganggu. Hal tersebut dapat membuat sebagian orang menjadi gelisah atau cemas.

d. Menyerah pada kenyamanan

Aspek terakhir berhubungan dengan perasaan tidak nyaman yang dialami oleh individu ketika tidak menggunakan smartphone, sehingga individu mempunyai keinginan yang lebih untuk memanfaatkan fasilitas yang dimiliki oleh smartphone. Adanya kenyamanan tersebut ditunjukkan oleh individu yaitu selalu memastikan bahwa daya baterai smartphone mereka

(3)

selalu terisi penuh. Selain itu, individu juga akan merasa bahwa dirinya terhindar dari stres dan kecemasan dikarenakan smartphone yang mereka miliki memiliki baterai yang memiliki daya tahan dalam jangka waktu lama.

Ciri-ciri Nomophobia

Menurut Bragazzi dan Puente (2014), seseorang yang mengalami nomophobia memiliki ciri- ciri kecendrungan antara lain yaitu sebagai berikut:

1. Menghabiskan banyak waktu dalam menggunakan smartphone. Orang-orang yang mengalami nomophobia akan menghabiskan waktu yang sangat banyak untuk mengakses berbagai hal pada smartphonenya.

2. Memiliki lebih dari satu smartphone. Orang yang mengalami nomophobia akan merasa cemas saat tidak bisa terhubung dengan smartphonenya, jadi untuk mengatasi kecemasan itu mereka memilih untuk memiliki lebih dari satu smartphone.

3. Selalu membawa charger saat berpergian atau dimana pun. Cara ini dilakukan agar baterai smartphone selalu dalam keadaan tersedia tanpa khawatir batrai lemah saat berada diluar rumah.

4. Cenderung merasa cemas dan gugup saat tidak dapat menggunakan smartphone, tidak dapat terhubung ke internet, baterai low dan mereka akan menghindari tempat-tempat yang dilarang menggunakan smartphone.

5. Selalu mengecek smartphone hanya untuk melihat ada atau tidaknya pesan mau pun panggilan masuk.

6. Selalu menjaga ponsel agar tetap aktif 24 jam, saat tidur pun tetap aktif bahkan tidur bersama ponsel di sampingnya.

7. Menghindari interaksi sosial yang melibatkan tatapan muka langsung dan memilih untuk berinteraksi menggunakan smartphone.

8. Rela berhutang untuk memenuhi kebutuhan smartphone seperti membeli pulsa atau paket internet agar tetap terkoneksi dengan internet.

Adapun menurut Dewey (2016), ciri-ciri individu dengan gangguan nomophobia adalah sebagai berikut:

1. Selalu asyik dengan smartphone untuk mengecek notifikasi, walaupun tidak ada dering yang berbunyi.

2. Menggunakan smartphone setiap saat.

3. Merasa kehilangan ketika tidak terhubung dengan smartphone, sehingga menyebabkan setidaknya lima dari gejala berikut : perasaan takut, cemas, depresi, gemetar, keringat, tekanan darah meningkat, perasaan kesepian dan serangan panik.

4. Menggunakan smartphone lebih dari tujuh jam dalam sehari.

5. Memiliki baterai cadangan, membawa charger dan mengisi baterai dimana pun yang menyediakan tempat pengisian baterai.

Faktor yang Mempengaruhi Nomophobia

Menurut Yildirim (2014), beberapa fakto yang dianggap sebagai prediktor psikologis dari gangguan nomophobia adalah usia muda, pandangan negatif pada diri sendiri, harga diri rendah, efikasi diri rendah, gairah yang tidak teratur, impulsif, urgensi, pencarian sensasi. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi nomophobia adalah jenis Kelamin, extraversi, dan neurotisme.

Sedangkan menurut Yuwanto (2010), faktor-fakto yang dapat mempengaruhi timbulnya nomophobia atau kecanduan smartphone adalah sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Faktor yang paling beresiko menyebabkan individu menjadi ketergantungan smartphone ataupun mengalami nomophobia di antaranya Tingkat sensation seeking yang tinggi, Self-esteem yang rendah, kontrol diri yang rendah, Habit menggunakan telepon genggam yang tinggi, expentancy effect, kesenangan pribadi, dan kepribadian ekstraversi yang tinggi.

b. Faktor Situasional

Faktor yang menyebabkan individu menjadi ketergantungan smartphone dan mengarahkan pada penggunaan smartphone sebagai media coping. Faktor ini menggambarkan tentang situasi psikologis individu yang mengarah pada keadaan penggunaan smartphone seperti stress, merasa sedih, kesepian, kecemasan, kejenuhan belajar, Leisure boredom, yang dapat menyebabkan perasaan nyaman ketika menggunakan smartphone dan menjadi ketergantungan pada penggunanya.

c. Faktor Sosial

(4)

Faktor yang menjadikan smartphone sebagai sarana dan kebutuhan untuk berinteraksi dan menjaga hubungan dengan orang lain yang dapat mempengaruhi individu menjadi intens menggunakan smartphone. Faktor ini terdiri dari mandatory behavior dan connected presence.

d. Faktor Eksternal

Faktor ini terjadi akibat dari paparan media teknologi yang menyediakan kecanggihan smartphone seperti iklan smartphone dan tersedianya beragam fasilitas smartphone sehingga mempengaruhi individu untuk memiliki dan menggunakan smartphone.

Cara Menanggulangi Nomophobia

Menurut Gezgin & Cakir (2016), seseorang yang mengalami nomophobia merasa hampa atau kesepian dan bosan ketika tidak menggunakan smartphone, mengecek dan memeriksa smartphone berulang kali, merasa kecewa saat kehabisan baterai, dan khawatir ketika lupa meletakkan smartphone di suatu tempat dan tidak bisa menggunakannya.

Kondisi seperti di atas jika secara terus-menerus dibiarkan akan berdampak buruk terhadap perkembangan fisik dan psikologis khususnya pada anak-anak dan remaja. Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecenderungan nomophobia antara lain adalah sebagai berikut:

1. Kunci smartphone dengan password yang panjang dan sulit. Ketidaknyamanan membuka smartphone yang memiliki password panjang membuat kita enggan menggunakan smartphone tanpa berpikir. Kita akan menggunakannya untuk hal-hal yang benar-benar perlu saja.

2. Hapus semua aplikasi yang digunakan. Dengan menghapus semua aplikasi yang tidak kita gunakan akan mengurangi waktu untuk mengeksplorasi aplikasi-aplikasi tersebut. Menghapus aplikasi yang tidak digunakan atau yang jarang digunakan juga akan memberi ruang lebih pada penyimpanan smartphone kita, dan meningkatkan masa pakai dan performa baterai smartphone kita.

3. Atur batas spesifik penggunaan smartphone. Kemungkinan batas-batas yang bisa kita gunakan adalah: tidak boleh ada smartphone saat sedang makan, mandi, tidak boleh menggunakan smartphone selama bercakap-cakap dengan seseorang, tidak boleh ada smartphone di kamar tidur.

4. Mematikan notifikasi. Semakin sering kita mengecek smartphone kita, semakin sulit kebiasaan tersebut dihilangkan. Jadi matikanlah notifikasi-notifikasi pada aplikasi tersebut, maka kita akan merasakan kurangnya dorongan menggunakan smartphone.

5. Mute grup chat. Mute adalah sebuah fitur pada messenger service untuk menyembunyikan atau menghilangkan notifikasi pesan yang masuk. Secara spesifik fitur ini digunakan untuk setiap percakapan secara terpisah. Berbeda dengan fitur menonaktifkan notifikasi secara keseluruhan melalui menu setting (setelan telepon).

6. Balas pesan hanya tiga kali sehari. Lebih efisien jika membalas pesan sekaligus daripada satu persatu di waktu yang berbeda-beda. Namun, utamakan pesan dari keluarga dan orang-orang dengan urgensi tinggi.

7. Sebelum memulai pekerjaan, letakkan ponsel kita paling tidak 3 meter jauhnya dari kita.

Bekerja dengan fokus, letakan ponsel jauh dari kita sehingga kita bisa bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik.

8. Ketika kita merasakan keingian yang sangat untuk mengecek smartphone kita, tutup mata dan tarik nafas yang dalam. Dorongan untuk mengecek smartphone layaknya sebuah gelombang. Jika kita bisa bertahan beberapa saat saja, dorongan tersebut akan lewat begitu saja dan kita akan kembali bekerja.

9. Mematikan smartphone kita sebelum tidur. Matikan smartphone kita sebelum berangkat tidur, dan tinggalkan di luar kamar jika ingin mengisi baterai.

(5)

DAFTAR PUTAKA

1. Yildirim, C. 2014. Exploring the Dimensions of Nomophobia: Developing and Validating a Questionnaire Using Mixed Methods Research. Graduate Theses and Dissertations. IOWA State University.

2. Bragazzi, N.L. & Puente, G.D. 2014. A Proposal For Including Nomophobia In The New DSM- V. Psychology Research and Behavior Management, Vol.7.

3. Hardianti, F. 2016. Komunikasi Interpersonal Penderita Nomophobia dalam Menjalin Hubungan Persahabatan (Studi pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Riau). JOM FISIP, Vol.3, No.2.

4. Pavithra M.B., Madhukumar, S & Murthy, TS.M. 2015. A Study on Nomophobia - Mobile Phone Dependence, Among Students of a Medical College in Bangalore. National Journal of Community Medicine.

5. Dewey, T. 2016. Classifying Nomophobia as Smart-Phone Addiction Disorder. UC Merced Undergraduate Research Journal, Vol.9.

6. Yuwanto, L. 2010. Mobile Phone Addict. Surabaya: Putra Media Nusantara.

7. Gezgin, D.M., & Cakir, O. 2016. Analysis of Nomophobic Behaviors of Adolescents Regarding Various Factors. Journal of Human Sciences.

8. https://www.kajianpustaka.com/2021/02/nomophobia-pengertian-aspek-ciri.html

(6)

LAMPIRAN 2 : LEMBAR KERJA SISWA

ANALISIS VIDEO

DISKUSI KELOMPOK KOTAK SOLUSI UNTUK NOMOPHOBIA

Setelah memahami video tentang nomophobia, Sekarang mari kita sama- sama menganalisis video dengan mencari solusi untuk mencegah dan mengatasi nomophobia versi terbaik menurut kelompok dengan mengisi kotak dibawah ini sesuai petunjuk yang ada. Mari kita mulai.

S O L U S I (Tuliskanlah bagaimana cara kamu dalam mengatasi situasi kecemasan) P I K I R A N/SIKAP N E G A T I F yang

memicu kecemasan

1.

2.

3.

4.

5.

RUBAHLAH MENJADI P I K I R A N/SIKAP PO S I T I F

1.

2.

3.

4.

5.

S I T U A S I

(Tuliskan situasi setiap anggota kelompok yang memicu timbulnya kecemasan )

(7)

LAMPIRAN 3 : INSTRUMEN PENILAIAN

INSTRUMEN EVALUASI PROSES LEMBAR OBSERVASI GURU BK

NO PERNYATAAN 1 2 SKOR 3 4

1. Kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan tahapan yang direncanakan

2 Peserta didik merespon setiap tahapan kegiatan yang dilalui dengan baik

3 Peserta didik mengikuti kegiatan layanan dengan aktif bertanya 4 Peserta didik nampak ceria (antusias) dalam mengikuti

kegiatan layanan

5 Peserta didik menyampaikan pendapat sesuai topik yang disampaikan

6 Peserta didik aktif menyampaikan informasi dalam diskusi kelompok

7 Peserta didik menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan kalimat yang jelas dan mudah dipahami 8 Peserta didik aktif merespon pendapat/ memberikan balikan

dengan baik

Keterangan :

1. Skor minimal yang dicapai adalah 1x8 = 8, dan skor tertinggi adalah 4x8 = 32 2. Kategori hasil :

a. Sangat Baik = 28 - 32 b. Baik = 23 - 27 c. Cukup = 18 - 22 d. Kurang = .... - 17

(8)

INSTRUMEN EVALUASI HASIL

A. PENGETAHUAN (UNDERSTANDING)

1. Jelaskan cara mencegah dan mengatasi nomophobia?

B. SIKAP/PERASAAN POSITIF (COMFORTABLE)

Berilah tanda cek (V) pada kolom S (setuju) jika pernyataan sesuai dengan kondisi Anda dan berilah tanda cek (V) pada kolom TS (tidak setuju) jika pernyataan tidak sesuai dengan kondisi Anda!

NO PERNYATAAN SETUJU TIDAK SETUJU

1. Saya merasa senang menerima materi layanan BK tentang nomophobia.

2. Setelah menerima materi layanan BK tentang nomophobia, timbul kesadaran saya untuk mencegah nomophobia.

3.

Setelah menerima materi layanan BK tentang nomophobia, saya menyadari bahwa saya belum bijak dalam penggunaan gadget.

4. Materi layanan BK tentang nomophobia, menyadarkan saya akan pentinya membatasi diri dalam menggunakan gadget

5.

Saya terlibat aktif dalam kegiatan layanan (bertanya, menanggapi/menyampaikan/mengemukakan

pendapat/hasil diskusi.

No Prosentase

“SETUJU” Tingkat Ketercapaian

1 69 – 100% Tinggi

2 34 – 68 % Sedang

3 0 – 33 % Rendah

C. TINDAKAN (ACTION) Peserta didik diminta untuk:

1. Daftar Goal Setting dalam mencegah dan mengatasi nomophobia (format terlampir).

(9)

TANGGAL CARA MENCEGAH DAN MENGATASI NOMOPHOBIA

KETERCAPAIAN

TABEL GOAL SETTING MENCEGAH DAN MENGATASI

N O M O P H O B I A

MINGGU PERTAMA

Referensi

Dokumen terkait

Jika dibandingkan dengan nilai probabilitas 0,05 atau [0,05>0,001] maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya aset tetap berpengaruh terhadap laba bersih Dengan

(1) Peraturan Gubernur tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara ini akan

kesadaran tentang pengendalian resistensi AB terkait dengan penggunaan AB secara rasional.  Mengembangkan penelitian

Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari obat terhadap bakteri uji

metode minimum outer convex polygon, analisa regresi binomial untuk karakter tempat aktivitas, sedangkan analisa deskriptif untuk mengevaluasi pola perilaku dan

Nilai rata-rata def-t siswa SD di wilayah pantai, dataran rendah dan perbukitan berdasarkan data yang telah didapat tidak menunjukkan adanya perbedaan

Analisa regresi adalah analisis statistik yang mempelajari bagaimana membangun sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun meramalkan suatu fenomena alami atas

Maka dari itu kegiatan PPL dapat dijadikan sebagai wahana untuk pembentukan calon guru atau tenaga kependidikan yang profesional, yaitu untuk menjadi pendidik yang berbudi