• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

(Studi kasus di wilayah hukum Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel)

OLEH SUANDI KADIR

B11112627

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

(2)

HALAMAN JUDUL

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

(Studi kasus di Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel)

Oleh SUANDI KADIR

B11112627

SKRIPSI

Diajukan sebagai tugas akhir dalam rangka penyelesaian program studi Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2018

(3)
(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Diterangkan bahwa skripsi mahasiswa :

Nama : SUANDI KADIR

Nomor Induk : B 1111 2627

Judul Skripsi : Peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba

(Studi Kasus di Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel).

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

Makassar, Desember 2017

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Prof. Dr. MUHADAR, S.H., M.S. Dr. AMIR ILYAS, S.H., M.H.

NIP 195903171987031002 NIP 198007102006041001

(5)
(6)

ABSTRAK

Suandi Kadir (B11112627). Peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba, (Studi Kasus di Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel). Dibimbing oleh Muhadar selaku pembimbing I dan Amir Ilyas selaku pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba dikalangan masyarakat serta untuk mengetahui upaya yang harus dilakukan oleh masyarakat dan aparat pemerintah khususnya aparat Kepolisian sebagai garda terdepan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba. Penelitian ini dilaksanakan di Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel.

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan studi kasus dengan teknik wawancara, observasi, studi dokumen dan kuesioner.

Penelitian ini dilakukan terhadap 5 (lima) orang responden, dari berbagai profesi, masing-masing 2 orang dari aparat Kepolisian, 1 orang tokoh agama, 1 orang tokoh masyarakat dan 1 orang tokoh pemuda.

Hasil penelitian penulis, terdapat beberapa faktor yang mendorong terjadinya penyalahgunaan narkoba dikalangan masyarakat diantaranya pengaruh lingkungan serta pergaulan bebas, ini dikarenakan kurangnya pemahaman akan bahaya yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkoba.

Dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba dikalangan masyarakat, upaya-upaya yang harus dilakukan adalah upaya Pre-emtif, yaitu memberikan penyuluhan atau pencerahan akan bahaya narkoba kepada para orang tua, upaya Preventif juga berupa patroli rutin dan pengawasan disertai razia oleh pihak Kepolisian, dan terakhir upaya Represif dengan cara penegakan hukum serta rehabilitasi untuk para pengguna narkoba, sehingga dari ketiga upaya tersebut diperlukan

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, syalawat serta salam juga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai panutan seluruh muslim di dunia ini.

Sebagai manusia biasa tentunya tidak luput dari kekurangan dan kesalahan serta keterbatasan akan pengetahuan, sehingga penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini, baik materi, teknis maupun penyusunan kata-katanya belum sempurna sebagaimana diharapkan. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar- besarnya kepada :

(8)

1. Bapak Prof. Dr. Muhadar, S.H., M.S. Dosen Fakultas Hukum Unhas selaku pembimbing I dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Amir Ilyas, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Unhas selaku pembimbing II dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Kombes Pol Drs. Aka Yudha Satriawan selaku Direktur Reserse Narkoba Polda Sulsel yang sudah membantu memberikan sarana penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. H.M. Said Karim, S.H., M.H., M.Si., CLA. Dosen Fakultas Hukum Unhas selaku dosen penguji I dalam melaksanakan ujian skripsi.

5. Bapak Dr. Abd. Asis, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Unhas selaku dosen penguji II dalam melaksanakan ujian skripsi.

6. Ibu Audyna Mayasari Muin, S.H., M.H., CLA. Dosen Fakultas Hukum Unhas selaku dosen penguji III dalam melaksanakan ujian skripsi.

7. Bapak Sarifuddin, S.Sos. selaku Kasubbag Renmin Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel yang sudah banyak memberikan motifasi 5dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Penata Sukirman, S.E., M.M. selaku Kaur Min Subbag Renmin Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel yang sudah banyak memberikan bimbingan, petunjuk serta masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

9. Seluruh dosen serta para karyawan dan petugas akademik Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang sudah memberikan masukan, petunjuk serta bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran juga masih diperlukan namun tetap berharap mampu memberikan manfaat bagi dunia keilmuan dan kepada semua yang sempat membaca skripsi ini pada umumnya.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Januari 2018

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar belakang ...1

B. Rumusan masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Kegunaan Penelitian ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...7

A. Peran Serta Masyarakat ...…...7

1. Pengertian Peran Serta Masyarakat ...7

2. Unsur-unsur yang terlibat ...…...11

3. Pengaturan peran serta masyarakat menurut UU RI No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika...15

B. Upaya Pencegahan ...…...22

1. Pengertian Upaya Pencegahan ...22

2. Cara-Cara Pencegahan ...25

C. Penyalahgunaan Narkoba ...28

1. Pengertian Penyalahgunaan Narkoba ...28

2. Dampak Penyalahgunaan Narkoba ...36

BAB III METODE PENELITIAN ...43

(11)

B. Jenis dan Sumber Data ...43

C. Tehnik dan Pengumpulan Data ...45

D. Tehnik Analisa Data ...48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...52

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian...52

B. Tugas Pokok dan Fungsi...53

C. Struktur Organisasi Satker Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel...54

D. Strategi Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel...56

E. Peran Direkrorat Reserse Narkoba Polda Sulsel dalam penanggulangan tindak pidana narkoba…...61

F. Sumber Data yang Diperoleh...64

BAB V PENUTUP ...67

A. Kesimpulan ...67

B. Saran ...68

DAFTAR PUSTAKA ...69

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sebagai salah satu negara yang memiliki kepadatan penduduk terbesar di dunia dan letak geografis yang strategis, memungkinkan Indonesia berpeluang menjadi negara produsen, transit, bahkan menjadi negara tujuan lalu lintas perdagangan narkotika. Narkotika mempunyai fungsi yang dapat digunakan sebagai pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan. Selain itu, narkotika juga rentang untuk disalahgunakan oleh orang, baik secara individu maupun kelompok. Ketika narkotika disalahgunakan oleh pelaku maka perbuatan ini merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang yang mempunyai sanksi pidana dan pelakunya dapat dihukum.

Pengaruh era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi komunikasi, liberalisasi perdagangan serta pesatnya kemajuan industri pariwisata menjadikan Indonesia semakin rawan peredaran gelap narkotika. Bahkan dewasa ini peredaran gelap narkotika di Indonesia semakin meningkat hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus narkotika yang terjadi di Indonesia. Di media massa, baik media cetak maupun media elektronik, hampir setiap hari ada saja pemberitaan mengenai narkotika.

Aparat penegak hukum pun tidak segan-segan memburu dan memberantas peredaran gelap narkotika sampai keakar-akarnya.

(13)

Peredaran gelap narkotika yang begitu cepat hingga menyentuh kepada masyarakat lapisan bawah, tidak memandang status sosial seseorang dan tidak memilih siapa calon korbannya. Narkotika kini telah mempengaruhi dan merusak sendi kehidupan masyarakat. Tidak sedikit orang mulai dari lapisan atas, seperti orang kaya, pejabat, elit politik dan lain sebagainya sampai pada lapisan terbawah sekalipun, yakni rakyat miskin terkena dampak dari penyalahgunaan narkotika. Para pelaku dan korbannya tidak terbatas pada usia tertentu saja. Mulai dari yang tua sampai pada yang muda pun bisa jadi mangsa dari peredaran gelap narkotika.

Secara medis penyalahgunaan narkotika akan meracuni sitem syaraf dan daya ingat, menurunkan kualitas berfikir dan daya ingat, merusak berbagi organ vital seperti ginjal, hati, jantung, paru-paru dan sumsum tulang, bisa terjangkit hepatitis, HIV/AIDS dan over dosis bisa menimbulkan kematian. Resiko psikososial penyalahgunaan narkotika akan mengubah seseorang menjadi pemurung, pemarah, pencemas, depresi, paranoid, dan mengalami gangguan jiwa, sikap masa bodoh, tidak peduli dengan penampilan, pemalas, melakukan tindakan kriminal, menjambret, mencopet dan lain-lain.

Penyalahgunaan narkotika juga berakibat tidak baik kepada individu, masyarakat, keluarga, maupun bangsa. Bagi individu akibatnya adalah menimbulkan ketagihan/ketergantungan, mengganggu mental, mengganggu kesehatan, menjadi pelaku kejahatan, menghancurkan masa

(14)

depan dan mengakibatkan kematian. Terhadap keluarga akibat yang menimbulkan dapat mengganggu keharmonisan, membuat aib, dan menghilangkan harapan. Terhadap masyarakat akibatnya akan mengganggu ketertiban, menimbulkan rasa takut dilingkungan dan meresahkan. Terhadap bangsa dan negara akibatnya merugikan harkat dan martabat bangsa dan negara, merusak generasi muda dan ketahanan nasional.

Sedemikian parahnya penyalahgunaan narkotika yang beredar ditengah-tengah masyarakat terhadap kondisi fisik maupun lingkungan sosial, jika tidak ditangani secara serius semenjak dini, dikhawatirkan akan merusak masa depan orang-orang serta merusak generasi penerus suatu bangsa. Jika generasi penerus telah hancur, siapa lagi yang akan membangun dan memimpin negeri ini ke peradaban yang lebih baik. Oleh karenanya perlu ada upaya yang dilakukan secara terus-menerus demi mengontrol dan mencegah peredaran gelap narkotika sehingga Indonesia bisa terlepas dari bahaya yang mengancam generasi penerus bangsa dari penyalahgunaan narkotika.

Untuk itu perlu adanya peran serta masyarakat dalam membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika. Tiga komponen dasar dalam penanggulangan kejahatan ini yaitu Masyarakat/sekolah, Peme-rintah dan Polisi atau Penegak Hukum.

Masyarakat berperan sebagai subyek sekaligus obyek dari langkah penanggulangan narkotika, aparat penegak hukum utamanya polisi

(15)

menjadi fasilitator dan pemerintah berperan sebagai pendukung terhadap kegiatan penanggulangan narkotika oleh masyarakat. Penanggulangan narkotika oleh masyarakat didasarkan pada pendapat bahwa setiap organisasi atau kelompok dalam suatu daerah memiliki sumber daya yang unik yang dapat di kontribusikan pada usaha penanggulangan narkotika.

Permasalahan narkoba ini sendiri merupakan masalah masyarakat yang membutuhkan perhatian dan tanggung jawab penuh dari masyarakat itu sendiri, masyarakat lebih mengenal lingkungan tempat tinggal mereka sendiri yang akan memudahkan mereka dalam mencegah penyalahgunaan narkoba dengan cara mereka sendiri yang sesuai dengan apa yang berada di lingkungan mereka sendiri.

Masyarakat setempat harus ikut terlibat dalam program-program yang telah mereka buat dan harus mereka kembangkan sendiri. Dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba ini, diharapkan peran serta masyarakat, terutama para tokoh masyarakat yang harus tampil sebagai aktor utama dalam menggerakkan masyarakat.

Para tokoh masyarakat ini diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap kelangsungan program pencegahan penyalahgunaan narkoba ini, mereka juga harus merangkul semua elemen masyarakat mulai dari orang tua, anak-anak, remaja, sekolah hingga organisasi sosial masyarakat supaya program tersebut dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh semua lapisan masyarakat.

(16)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana wujud peran serta masyarakat dalam membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika dilihat dari Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika?

2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkoba?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui wujud dari pada peran serta masyarakat dalam membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika dilihat dari Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika?

2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkoba?

D. Kegunaan Penelitian 1. Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran tentang cara-cara pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba.

b. Memberikan suatu gambaran yang lebih nyata mengenai akibat-akibat yang ditimbulkan terhadap penyalahgunaan narkoba.

(17)

2. Praktek

Secara praktek penelitian ini ditujukan kepada semua kalangan agar dapat lebih memahami dampak yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkoba.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Serta Masyarakat

1. Pengertian Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba, potensi masyarakat ini sebenarnya memiliki peran dan posisi yang strategis dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba.

Mengapa demikian? Karena pencegahan penyalahgunaan narkoba dikalangan masyarakat merupakan upaya untuk memberikan kekuatan masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam mengidentifikasi dan memprioritaskan kebutuhan masyarakat dan melakukan upaya untuk mencapai kebutuhan tersebut.

Selain memberikan kewenangan yang besar terhadap penegak hukum, khususnya BNN dan Polri, Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 juga mewajibkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Masyarakat dijadikan seperti penyelidik dengan cara mencari, memperoleh, dan memberikan informasi dan mendapatkan pelayanan dalam hal-hal tersebut. Dalam undang-undang ini masyarakat tidak diberikan hak untuk melakukan penyuluhan,

(19)

Pendekatan ini dianggap sesuai dan relevan dalam mengatasi masalah narkoba dikalangan masyarakat karena :

a. Permasalahan narkoba ini sendiri merupakan masalah masyarakat yang membutuhkan perhatian dan tanggung jawab penuh dari masyarakat itu sendiri.

b. Masyarakat lebih mengenal lingkungan tempat tinggal mereka sendiri yang akan memudahkan mereka dalam mencegah penyalahgunaan narkoba dengan cara mereka sendiri yang dengan apa yang berada di lingkungan mereka sendiri.

c. Masyarakat setempat harus ikut terlibat dalam program-program yang telah mereka buat dan harus mereka kembangkan sendiri.

Dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba ini, diharapkan peran serta masyarakat, terutama para tokoh masyarakat yang harus tampil sebagai aktor utama dalam menggerakkan masyarakat. Para tokoh masyarakat ini diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap kelangsungan program pencegahan penyalahgunaan narkoba ini, mereka juga harus merangkul semua elemen masyarakat mulai dari orang tua, anak-anak, remaja, sekolah hingga organisasi sosial masyarakat supaya program tersebut dilaksanakan sepenuhnya oleh semua anggota masyarakat.

(20)

Agar para tokoh masyarakat ini tampil sebagai aktor utama dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba, diharapkan mereka dapat melakukan hal berikut ini:

a. Memahami masalah penyalahgunaan narkoba, upaya pencegahan dan penanggulangannya di masyarakat.

b. Mengamati bagaimana kondisi dan situasi lingkungan masayarakat sekitar.

c. Menggalang potensi masyarakat yang nantinya dapat ikut membantu pelaksanaan pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, terutama orang tua, para remaja sekolah, organisasi sosial dan kelompok kegiatan masyarakatdalam lingkungan sekitar.

d. Memberikan arahan yang benar, menyemangati tanpa lelah dan mengendalikan gerakan masyarakat tersebut agar tidak keluar dari batas yang sudah ditetapkan bersama.

Dalam menggalang dan menggerakan masyarakat, dapat melakukan hal-hal berikut ini:

a. Bertatap muka langsung dan berbicara secara terbuka. Ini merupakan cara yang paling sederhana namun juga cara yang paling ampuh dalam upaya menggerakan masyaraka dalam program ini. Dengan bertemu langsung, masyarakat akan jauh lebih mengerti tentang apa yang ingin disampaikan oleh para tokoh masyarakat tersebut; mengenai program atau solusi-

(21)

solusi apa saja yang bisa dilakukan. Ini lebih efektif ketimbang hanya melalui selebaran-selebaran atau spanduk yang terpampang disekitar wilayah masyarakat.

b. Mengadakan rapat untuk menyusun program kerja. Hal ini harus dilakukan karena tanpa adanya program kerja yang mumpuni maka semua ide dan solusi yang telah disampaikan tidak akan bisa berjalan dan hasilnya tidak akan tampak sama sekali.

Pembuatan program kerja ini harus sesuai dengan anggaran yang tersedia, jangan sampai anggaran yang telah disepakati membengkak karena hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan program yang ada. Karena itu perlu adanya pengawasan yang intensif agar tidak terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan didalam penyusunan program kerja ini.

c. Para tokoh masyarakat ini juga harus dilibatkan, baik tokoh agama, tokoh sosial maupun tokoh pemuda yang ada didalam masyarakat. ini penting karena keberadaan tokoh masyarakat ini sendiri telah mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan masyarakat. Bila para tokoh ini yang berbicara, maka masyarakat akan lebih mudah mempercayai dan menjalankannya dikarenakan faktor kedekatan antar tokoh dan masyarakatnya ini sendiri.

d. Harus ada pemberitahuan mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba dan peringatan mengenai hal tersebut karena masalah

(22)

ini tidak hanya menjadi masalah pemerintah semata tapi juga masyarakat.

2. Unsur-unsur yang terlibat

Selain dari pada BNN dan Polri dalam melakukan penyuluhan dan pembinaan terhadap masyarakat khususnya para orang tua, juga sangat diharapkan keterlibatan tokoh agama dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba ini juga merupakan salah satu kunci terpenting bagi suksesnya program ini.

Hal ini dikarenakan para tokoh agama merupakan pembimbing serta penuntun masyarakat dalam menjalankan nilai-nilai agama yang mereka yakini. Pemberian nilai moral agama yang intensif juga akan menimbulkan kekebalan masyarakat terhadap hal-hal negatif yg dilarang oleh ajaran agama yang mereka yakini.

Bila sudah seperti itu, otomatis masyarakat akan jadi lebih tahu dan paham kalau menggunakan narkoba dan mengedarkannya secara gelap merupakan perbuatan yang dilarang oleh Agama dan Undang-Undang. Peran masyarakat ini diharapkan tidak hanya sebagai pembimbing dan penuntun masyarakat saja namun juga harus mempunyai otoritas dilingkungannya dalam memberikan bantuan untuk pembinaan kepada generasi muda.

Tokoh agama diharapkan dapat melakukan perannya sebagai salah satu tokoh masyarakat yang ikut aktif dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba. Pembinaan ini dapat membantu keluarga

(23)

yang sedang menderita karena masalah penyalahgunaan narkoba ini dengan cara melakukan bimbingan konseling.

Pengadaan konseling oleh tokoh agama ini merupakan kegiatan yang sangat membantu keluarga dalam memecahkan masalah, setidaknya meringankan beban yang ada dalam diri keluarga yang nantinya mungkin saja dapat membuka jalan bagi keluarga untuk mengambil tindakan dan keputusan yang tepat. Tokoh agama juga dapat membantu umat untuk menerima para korban penyalahgunaan narkoba tersebut. Tokoh agama harus dapat menyakinkan umat dan masyarakat kalau pecandu narkoba ini bukanlah seorang tertuduh kriminal, mereka hanyalah korban dan tidak sepantasnya para korban dikucilkan. Doa dan dukungan untuk korban beserta keluarga sangat membantu menguatkan keluarga dalam menghadapi kondisi keputusasaan hingga nanti mereka akan menemukan harapan kembali.

Program pendidikan untuk pencegahan Tokoh agama dan umatnya memiliki potensi besar untuk bersama-sama mengadakan program pencegahan masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba ini dengan cara:

a. Program pendidikan yang terfokus pada pengadaan bimbingan, pelatihan dan penyuluhanuntuk membangun prinsip hidup sehat dalam diri masyarakat sehingga dapat dicapaisuatu tahapan ketahanan dibidang fisik yang merupakan pertahanan kuat dari

(24)

bahaya pengaruh penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

b. Program pendidikan bagi orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak yang baik sebagai strategi pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Membangun komunikasi yang baik antara orang tua dan anak agar anak dapat menceritakan segala hal kepada orang tuanya tanpa menutup-nutupi bila anak sedang memiliki masalah.

Menciptakan disiplin bagi anak dan memperlakukan anak sebagaimana mestinya tanpa harus ada paksaan.

c. Program pendidikan bagi generasi muda mengenai peningkatan dan pengamalan kehidupan keagamaan sehingga nantinya dapat mewujudkan generasi muda yang sehat jasmani dan rohani, berbudi luhur dan mempunyai ketakwaan kepada Tuhan YME.

d. Program sosial tokoh agama, organisasi dan umatnya dapat menjadi aktor utama dan berperan serta dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba ini dengan cara mengadakan program sosial yang meliputi:

1) Mendirikan pusat atau tempat pelayanan untuk konseling dan konsultasi. Tidak hanya untuk para korban dan keluarganya saja namun juga masyarakat umum juga dapat menggunakan fasilitas ini. Tujuannya agar

(25)

masyarakat mendapatkan informasi terkini mengenai narkoba dan bagaimana cara mereka untuk menghindarinya.

2) Pendirian pusat pengobatan, penampungan dan bimbingan pada anak-anak korban penyalahgunaan narkoba. Fasilitas ini diperlukan karena anak merupakan elemen yang sangat rentan terhadap dampak penyalahgunaan narkoba ini. Mereka akan mendapatkan trauma yang sangat mendalam bila mengetahui kalau salah satu anggota keluarganya merupakan korban penyalahgunaan narkoba.

Dibutuhkan waktu dan keahlian khusus agar anak bisa kembali seperti sediakala lagi.

3) Mengadakan kegiatan positif untuk menghindarkan diri dari penyalahguna narkoba. Ini diperlukan agar lingkungan masyarakat senantiasa hidup dan aktif dalam menjalin kekerabatan dan kebersamaan antar penghuninya sehingga akan tercipta kerukunan dan kesatuan dalam diri masyarakat yang berguna dalam menangkal masuknya bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

4) Penempatan pekerjaan dan program latihan. Membuka lahan usaha baru agar dapat menampung warga sekitar yang tidak memiliki pekerjaan, tujuannya agar mereka yang tadinya menganggur tidak terjerumus dalam usaha praktek

(26)

jual beli narkoba yang banyak mengincar orang- orang yang tidak punya pekerjaan seperti mereka. Iming- iming bayaran yang tinggi dapat dengan mudah mengajak

mereka yang menganggur untuk melakukan bisnis haram tersebut. Program latihan keterampilan juga diperlukan agar warga mempunyai kemampuan untuk berkreatifitas yang bila nantinya dikembangkan akan mampu membuka lapangan kerja baru untuk diri mereka sendiri.

3. Pengaturan Peran Serta Masyarakat Menurut Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Selain memberikan kewenangan yang besar terhadap penegak hukum, khususnya BNN dan Polri, Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 juga mewajibkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Masyarakat dijadikan seperti penyelidik dengan cara mencari, memperoleh, dan memberikan informasi dan mendapatkan pelayanan dalam hal-hal tersebut. Dalam undang- undang ini masyarakat tidak diberikan hak untuk melakukan penyuluhan, pendampingan dan penguatan terhadap pecandu narkotika.

Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 104 menegaskan bahwa masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta membantu pencegahan,

(27)

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor Narkotika.

Peran serta masyarakat ialah peran aktif masyarakat untuk mewujudkan upaya pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Hak masyarakat dalam upaya pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika diwujudkan dalam bentuk:

a. Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika;

b. Memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan informasi tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika kepada penegak hukum atau BNN yang menangani perkara tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika;

c. Menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak hukum atau BNN yang menangani perkara tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika;

d. Memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang diberikan kepada penegak hukum atau BNN;

e. Memperoleh perlindungan hukum pada saat yang bersangkutan melaksanakan haknya atau diminta hadir dalam

(28)

Pemerintah memberikan penghargaan kepada penegak hukum dan masyarakat yang telah berjasa dalam upaya pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.

Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan:

a. Aspek Model Moral Dennis L.Thombs. Aspek lebih kepada teori yang memandang penyebab terjerumusya seseorang menjadi pecandu karena terjadi degradasi moral,maka untuk penyembuhannya harus melalui tempatan yang disertai dengan penanaman nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat, antara lain dengan memberikan hukuman penjara.

b. Aspek pendekatan Disease Model (model Penyakit), menggap kecanduan sebagai penyakit adksi yang bersifat kronis, progresif, dan fatal, oleh karenanya penyembuhannya melalui terapi dan rehabilitasi medis. Menurut Dr. Elfrin Jellineck melalui penelitiannya telah mengembangkan dasar medis dari paradigm dan ruang lingkup efek penyakit bukan sekadar proses biokimia dalam diri pecandu, namun merambahi ke aspek spiritual sehinga penyembuhannya pun membutuhkan pendekatan spiritual.

(29)

c. Pengalaman empiric di berbagai pelososk negeri ini terhadap stigma pecandu telah mengakar kuat. Bahkan kini telah tumbuh menjadi gagasan dan keyakinan masyarakat yang telah menghubungkan pecandu Narkoba dengan perilaku jahat, telah berkembang lama dan mendunia menjadi pengalaman masyarakat dalam memperlakukana pecandu.

Stigma ini pula yang membuat banyak pecandu yang menjadi korban, mengucilkan diri dan takut berobat ke fasilitas rehabilitasi.

d. Aspek kehidupan sosial. Peran serta masyarakat di bidang kehidupan sosial dalam mencegah peredaran gelap Narkoba perlu mencermati hal-hal yang berkaitan dengan gangguan penggunaan zat narkotika dan psikotropika. Masalah ini dapat menimbulkan berbagai problem sosial, antara lain; dalam upaya untuk mendapatkan zat karena dorongan yang begitu besar mereka akan berbuat “apa saja”, untuk mendapatkannya seperti; pemaksaan sampai pada tindak kekerasan atau pembunuhan; pencurian, perampokan;

perampasan; jambret; menjual diri; korupsi; penggelapan uang perusahaan, dan lain-lain. Akibat perilaku di atas akan terjadi hubungan dengan anggota keluarga, teman, pasangan akan terganggu, misalnya: pertengkaran; keretakan dalam rumah tangga dan perceraian; diberhentikan dari pekerjaan,

(30)

dikeluarkan dari sekolah, dan lain-lain. Dalam kondisi intoksikasi, dimana dijumpai tingkah laku yang maladaptif, kendala emosi terganggu, mudah tersinggung sehingga menimbulkan tindak kekerasan dan perilaku kriminal, seperti;

pembunuhan, pemerkosaan, dapat juga terjadi kecelakaan lalu lintas yang tidak hanya membahayakan dirinya, tetepi juga tehadap lingkungannnya

e. Dari aspek agama. Narkoba merupakan masalah nasional yang merupakan hal yang terjadi akibat kelakuan remaja yang ingin merasakan keenakan sesaat. Pada saat ini pemerintah bersama tokoh-tokoh agama dan kalangan masyarakat masih berusaha untuk menghilangkan kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh masyarakat khususnya oleh para remaja.

Dalam masalah ini agama memberikan arahan tentang hal- hal yang sebenarnya tidak perlu dilakukan oleh masyarakat karena menggunakan narkotika melawan hidup. Orang-orang yang menyalahgunakan obat-obatan hamper selalu diakibatkan oleh pelarian dari tanggungjawab yang sebenarnya dapat dihindari dan ia tidak memahami atau kehilangan makna dan nilai hidup.

f. Aspek pengurangan pemasukan BNN sebagai focal point dalam pemberantasan Narkoba membutuhkan peran serta aktif masyarakat termasuk dalam aspek pengawasan

(31)

peredaran Narkoba. Permasalahan yang terus cenderung terjadi adalah bahwa dengan penutupan salah satu jalur pemasukan berakibat membuka jalur-jalur pemasukan yang lain. Demikian juga dengan menyingkirkan satu pemasok mengakibatkan sejumlah pemasukan lain muncul.

Pengurangan permintaan dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan usia dini tentang bahaya Narkoba, sehingga tumbuh dan berkembangnya perilaku kebal terhadap Narkoba akan mengurangi permintaan, sehingga dari waktu ke waktu akan semakin berkurang terhadap permintaan Narkoba.

g. Aspek perubahan paradigma penanganan pecandu. Bahwa pergeseran paradigma masyarakat terhadap pecandu dari kriminalisasi menjadi humanis dan realistis telah terjadi seiring lahirnya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 telah mendorong terjadinya bagi perubahan dalam penanganan Narkoba terutama aspek pencegahan, pemberantasan dan penyalahgunaan. Lihat saja ancaman hukuman pelaku kejahatan narkotika kini jauh lebih keras penanganan korban lebih humanis, dan dalam aspek pencegahan yang melibatkan masyarakat. Lebih dari dua dasawarsa paradigm pecandu dikriminalisasi dan di-stigma negatif oleh masyarakat. Harapan terhadap paradigma baru adalah

(32)

lahirnya cara pandang dan perlakuan terhadap pecandu bukan lagi kriminal, namun korban yang harus ditolong guna penyembuhannya. Paradigma ini menjadi lebih humanis dalam memperlakukan penyalahguna Narkoba. Kini pecandu mulai menghadapi respon dan dukungan kondusif lingkungan bukan penolakan.

h. Aspek stigma (stempel negative) untuk pecandu ditengah masyarakat. Kondisi pandangan masyarakat terhadap stigma pecandu Narkoba. (1). Pandangan masyarakat terhadap pelaku kejahatan pada umumnya sinis, dan skeptic. Misalnya saja terhadap residivis, eks tahanan politik, termasuk pecandu Narkoba. Pengalaman empirik menegaskan bahwa pecandu Narkoba merupakan korban yang diberikan stigma sebagai kriminal. Simak saja perundang-undangan yang berlaku kebanyakan menjatuhkan hukuman didalam penjara kepada pecandu. (2). Masih rendahnya kepedulian terhadap pecandu.

Pengalaman yang berkembang di masyarakat, pada umunya menutup diri untuk bergaul dengan pecandu meskipun mereka telah sembuh dan bertobat. (3). Stigma pecandu sebagai biang kerok terjadinya kriminalitas. Pecandu selama ini hanya mendapatkan stigma hingga sebagian menggangap sebagi samapah masyarakat yang harus disingkirkan, dipenjara atau bila perlu dihapuskan dari makhluk bumi ini.

(33)

(4). Pecandu belum sepenuhnya mendapatkan ruang pemulihan pecandu yang memadai. Kurang lebih 30 s/d 40%

penjara di seluruh Indonesia kebanyakan kasus Narkoba dan tidak tertutup kemungkinan angka ini akan terus meningkat jika pemerintah, aparat dan pihak-phak terkait tidak segera menanggapi, memutuskan dan merealisasikan tindakan langkah preventif disertai tindakan nyata untuk pemulihan si pecandu. (5). Perlakuan yang diskriminatif. Sebagai kaum minoritas (minority society), pecandu sangat rentan akan pelanggaran hak asasi manusia. (6). Stigma negatif terus berkembang. Pecandu Narkoba, sekeras apa pun dia berusaha, tidak bisa sepenuhnya sembuh. Mereka selalu identik dengan kekerasan, bertingkah seenaknya, menggangu orang lain, dan merusak. Bahkan dianggap sebagai sampah masyarakat. Stigma negative itu yang akhirnya kembali membuat mantan pecandu Narkoba kembali terpuruk. Mereka kembali terbenam dalam gelimangan Narkoba.

B. Upaya pencegahan

1. Pengertian upaya pencegahan

Upaya pencegahan adalah merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menghindari suatu perbuatan yang melanggar norma agama, norma hukum, norma sosial dan lain-lain, Berbagai upaya

(34)

telah diusahakan oleh pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk mencegah penyalahgunaan narkoba. Salah satunya adalah pola pencegahan, pemberantasan, dan penanggulangan narkoba sama dengan pemberantasan malaria. Parasit malaria dapat diibaratkan sebagai narkoba. Nyamuk malaria dapat diibaratkan sebagai pengedar narkoba dan sarang nyamuk malaria sebagai tempat- tempat yang rawan, misalnya tempat hiburan malam dan sejenisnya.

Adapun, penderita penyakit malaria (pasien) dapat diibaratkan sebagai pecandu narkoba, korban, atau penderita (pasien).

Penderita penyakit malaria (pasien) perlu pengobatan dan perawatan sedangkan penderita (pasien) narkoba perlu juga perawatan/pengobatan dan pemulihan (rehabilitasi). Oleh karena itu cara ampuh yang dapat dilakukan untuk pasien korban narkoba adalah berobat dan bertobat. Mengapa berobat dan bertobat ? ya, selain berobat juga harus bertobat karena agama mengharamkan penyalahgunaan narkoba. Selain itu, Undang-Undang di Negara kita melarang peredaran dan penggunaan narkoba.

Parasit malaria dimusnahkan dengan obat malaria. Narkoba juga perlu dimusnahkan dengan cara, misalnya dibakar dan dihancurkan sedemikian rupa sehingga tidak dapat digunakan lagi.

Nyamuk malaria juga dimusnahkan, misalnya dengan semprotan

(35)

penularan penyakit malaria tersebut dari satu orang ke orang lain.

Demikian pula halnya dengan para penyelundup dan pengedar narkoba harus dimusnahkan dengan cara dihukum seberat-beratnya.

Bagi generasi muda atau anak remaja di manapun anda berada, di bawah ini ada beberapa kiat untuk menjauhkan diri dari narkoba, yaitu:

a. Belajar untuk mengatakan tidak, baik kepada diri sendiri ataupun kepada orang lain yang mencoba menawarkan barang haram itu kepada kita.

b. Tidak usah terpancing,dibilang kuper (kurang pergaulan).

Justru terbalik, pengguna narkobalah yang nantinya akan jadi kuper dan terkucil.

c. Tidak usah selalu ingin dianggap. Misalnya dianggap hebat, dianggap berani, dianggap gaul atau dianggap cool, dan sebagainya.

d. Bergaullah dengan teman yang baik,jauhi teman yang buruk.

(siapa temanmu hari ini akan menentukan siapa kamu kelak).

e. Jangan pernah coba-coba. Sekali mencoba narkoba maka seumur hidup akan sengsara.

f. Pikirkanlah bahwa, narkoba akan mengakibatkan penderitaan. Baik bagi diri kamu maupun bagi orang lain.

(36)

g. Isilah hari-harimu dengan kegiatan yang positif. Seperti berolah raga, ikut kegiatan karang taruna, ekstra kokurikuler dan sebagainya.

h. Ingatlah selalu nasehat dan pesan-pesan orang tua, untuk mengarahkan kita pada hal-hal yang positif. Nasehat dan pesan orang tua adalah cahaya yang menerangi kegelapan jalan kita.

i. Mendekatlah dan selalu berada di jalan Tuhan. Dengan mempertebal iman dan rajin sembahyang.

2. Cara-cara pencegahan

Jika dilihat dari segi perkembangan zaman ada beberapa langkah-langkah yang perlu kita ketahui untuk mencegah penyalahgunaan narkoba, antara lain :

a. Memberikan atau menanamkan sejak dini akan arti makna hidup sehat.

Bila seseorang telah terjerumus pada penggunaan narkoba maka akan sulit untuk melepas dari jeratan narkotika ini.

Membutuhkan waktu kesabaran ketekunan dan rehabilitasi yang baik dan tepat pada korban-korban narkotika.

Contoh perilaku orang tua dalam kehidupan sehari-hari dalam mempraktekkan hidup sehat juga perlu dilakukan. Orang tua seyogyanya menjadi role-model bagi anak-anak mereka,

(37)

harus memberikan contoh yang baik bila ingin anaknya berperilaku baik.

Sering kali kita sebagai orang tua lupa bahwa anak kita belajar dari tingkah laku dan perilaku kita yang mereka lihat dan perhatikan setiap harinya dari bayi sampai remaja. Anak-anak kita belajar, meniru, dari orang yang sehariannya berada paling dekat dengan mereka. Maka seharusnya kita tidak merokok atau minum minuman beralkohol bila kita tidak mau anak-anak kita meniru kita atau bahkan mencoba-coba dan menyalahgunakan narkoba.

b. Informasi yang benar tentang bahaya narkoba.

Memberikan informasi dan pengetahuan yang benar dan jelas mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba ini kepada anak-anak generasi muda kita sebelum anak-anak mengetahui dari teman-temannya yang bisa jadi memberikan pengertian yang salah atau malah sebaliknya. Seharusnya pemberian informasi yang akurat dan jelas harus juga diberikan oleh sekolah-sekolah sebagai salah satu sub-kurikulum yang wajib diikuti oleh setiap anak. Informasi mengenai jenis-jenis narkoba.

Dampak bila menggunakannya, dampaknya bagi organ-organ tubuh kita serta dampak dari segi hukumnya bila tertangkap memiliki, menggunakan atau mengedarkan narkoba, Penyakit yang dapat diderita sebagai akibat pemakaian narkoba.

(38)

c. Peduli pada lingkungan sekitar.

Orang tua selalu tanggap lingkunga di rumah mereka sendri, di mana anak-anak mereka tumbuh. Orang tua harus selalu sadar akan perubahan-perubahan kecil dari perilaku sang anak.

Perubahan-perubahan masa puber dan peralihan anak menjadi remaja, remaja menjadi dewasa, tidak sama dengan perubahan perilaku seorang anak yang mulai ter ekspos pada narkoba, atau yang sudah terpengaruh akibat dampak kecanduan narkoba.

Orang tua juga perlu waspada dan mengetahui akan ciri tanda anak mulai menggunakan narkoba sehingga bisa secara

lebih dini diobati dan direhabilitasi secepatnya.

d. Bekerjasama dengan lingkungan rumah

Kita sebaiknya bekerjasama dengan lingkungan rumah kita seperti dengan ketua RT, RW, dsb. Terutama dengan tetangga yang mempunyai anak seusia atau yang lebih tua dari anak kita.

Menjalin hubungan yang baik dengan para tetangga selalu mendatangkan kenyamanan dan keamanan bagi kita.

Kita bisa membuat sistem pemantauan keamanan bersama tetangga lainnya yang juga melibatkan ketua RT untuk memantau keamanan umum dan memantau bila ada anak-anak di RT kita yang disinyalir menggunakan narkoba. Bila sistem

(39)

yang dibangun bersama para tetangga itu kuat, dijamin gejala- gejala penyalahgunaan narkoba di pemukiman kita akan terdeteksi dan dapat tertanggulangi dengan cepat dan baik.

e. Menjalin hubungan interpersonal yang baik.

Hubungan interpersonal yang baik dengan pasangan dan juga dengan anak-anak kita, akan memungkinkan kita melihat gejala-gejala awal pemakaian narkoba pada anak- anak kita. Kedekatan hubungan batin dengan orang tua akan

membuat anak merasa nyaman dan aman, menjadi benteng bagi keselamatan mereka dalam mengarungi kehidupan mereka nanti.

Bila orang tua sering ribut, cekcok, maka itu bisa memengaruhi sang anak secara psikologis. Kegalauan ini bisa memancingnya untuk mencoba narkoba dengan berbagai macam alasan yang dicarinya sendiri.

Misalnya supaya diperhatikan, sikap masa bodoh terhadap hidupnya, untuk mengatasi kemarahan, ketidaksenagan, atau kesedihan yang timbul dari melihat orang tua mereka yang selalu bertengkar.

C. Penyalahgunaan narkoba

1. Pengertian penyalahgunaan narkoba

Penyalahgunaan Narkotika merupakan suatu kejahatan yang mengancam keselamatan, baik fisik maupun jiwa si pemakai dan juga

(40)

terhadap masyarakat di sekitar secara sosial, maka dengan pendekatan teoritis, penyebab dari penyalahgunaan narkotika adalah merupakan delik materil, sedangkan perbuatannya untuk dituntut pertanggung jawaban pelaku, merupakan delik formil (M. Taufik Makaro, dkk; 2005:49).

Selain itu penyalahgunaan narkotika merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat patogolik, berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan menimbulkan gangguan fungsi sosial dan okupasional atau dapat dikatakan sebagai pemakai/pengguna Narkotika (HuseinAlatas, dkk; 2003:17).

Penyalahgunaan narkotika adalah suatu kondisi yang dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu gangguan jiwa, yaitu gangguan mental dan perilaku akibat penyalahgunaan narkotika (H. Dadang Hawari; 2003:12).

Penyalahgunaan narkoba jika dilihat dari pendapat para ahli terdapat perbedaan-perbedaan antara lain, menurut :

Vronica Colondam (2007).

Menurutnya, penyalahgunaan mengatakan narkoba adalah penyalahgunaan terhadap berbagai obat-obatan yang masuk dalam daftar hitam yakni daftar obat yang masuk Undang-Undang Narkotika dan Psikotropika. Ia pun mengatakan kembali, bahwa penyalahgunaan narkoba adalah penyalahgunaan yang

(41)

memberikan dampak pada perubahan mental, kecanduan, dan prilaku.

Steinberg (2002)

Penyalahgunaan narkoba adalah penyalahgunaan yang disebabkan adanya pengaruh berbagai faktor. Salah satu faktor tersebut menurutnya, adalah sebagai berikut;

Faktor protektif, yaitu faktor yang dapat menyebabkan penurunan terhadap kecenderungan, keterlibatan terhadap penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya).

Martaniah (1991)

Penyalahgunaan NAPZA termasuk narkoba adalah penyalahgunaan yang disebabkan oleh komponen psikologis, seperti politik, hukum, dan sosial.

Dari sejumlah pengertian penyalahgunaan narkoba menurut para ahli diatas, dapat dikatakan jika penyalahgunaan narkoba adalah penyalahgunaan terhadap zat yang tergolong dalam narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain sehingga dapat merusak mental, sikap, dan cara berfikir para penggunannya.

Maraknya narkotika dan obat-obatan terlarang telah banyak

(42)

saat ini. Masa depan bangsa yang besar ini bergantung sepenuhnya pada upaya pembebasan kaum muda dari bahaya narkoba. Narkoba telah menyentuh lingkaran yang semakin dekat dengan kita semua.

Teman dan saudara kita mulai terjerat oleh narkoba yang sering kali dapat mematikan. Sebagai makhluk Tuhan yang kian dewasa, seharusnya kita senantiasa berfikir jernih untuk menghadapi globalisasi teknologi dan globalisasi yang berdampak langsung pada keluarga dan remaja penerus bangsa khususnya. Kita harus memerangi kesia-siaan yang di akibatkan oleh narkoba.

Penyalahgunaan dalam penggunaan narkoba adalah pemakain obat-obatan atau zat-zat berbahaya dengan tujuan bukan untuk pengobatan dan penelitian serta digunakan tanpa mengikuti aturan atau dosis yang benar. Dalam kondisi yang cukup wajar/sesuai dosis yang dianjurkan dalam dunia kedokteran saja maka penggunaan narkoba secara terus-menerus akan mengakibatkan ketergantungan, depedensi, adiksi atau kecanduan.

Penyalahgunaan narkoba juga berpengaruh pada tubuh dan mental-emosional para pemakaianya. Jika semakin sering dikonsumsi, apalagi dalam jumlah berlebih maka akan merusak kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosial di dalam masyarakat.

Pengaruh narkoba pada remaja bahkan dapat berakibat lebih fatal, karena menghambat perkembangan kepribadianya. Narkoba dapat

(43)

merusak potensi diri, sebab dianggap sebagai cara yang “wajar” bagi seseorang dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan hidup sehari-hari.

Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat patologik dan harus menjadi perhatian segenap pihak.

Meskipun sudah terdapat banyak informasi yang menyatakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan dalam mengkonsumsi narkoba, tapi hal ini belum memberi angka yang cukup signifikan dalam mengurangi tingkat penyalahgunaan narkoba.

Terdapat 3 faktor (alasan) yang dapat dikatakan sebagai

“pemicu” seseorang dalam menyalahgunakan narkoba. Ketiga faktor tersebut adalah faktor diri, faktor lingkungan, dan faktor ketersediaan narkoba itu sendiri.

1. Faktor Diri

a. Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau brfikir panjang tentang akibatnya di kemudian hari.

b. Keinginan untuk mencoba-coba kerena penasaran.

c. Keinginan untuk bersenang-senang.

d. Keinginan untuk dapat diterima dalam satu kelompok (komunitas) atau lingkungan tertentu.

(44)

e. Workaholic agar terus beraktivitas maka menggunakan stimulant (perangsang).

f. Lari dari masalah, kebosanan, atau kegetiran hidup.

g. Mengalami kelelahan dan menurunya semangat belajar.

h. Menderita kecemasan dan kegetiran.

i. Kecanduan merokok dan minuman keras. Dua hal ini merupakan gerbang ke arah penyalahgunaan narkoba.

j. Karena ingin menghibur diri dan menikmati hidup sepuas- puasnya.

k. Upaya untuk menurunkan berat badan atau kegemukan dengan menggunakan obat penghilang rasa lapar yang berlebihan.

l. Merasa tidak dapat perhatian, tidak diterima atau tidak disayangi, dalam lingkungan keluarga atau lingkungan pergaulan.

m. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

n. Ketidaktahuan tentang dampak dan bahaya penyalahgunaan narkoba.

o. Pengertian yang salah bahwa mencoba narkoba sekali-kali tidak akan menimbulkan masalah.

p. Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau kelompok pergaulan untuk menggunakan narkoba.

(45)

q. Tidak dapat atau tidak mampu berkata TIDAK pada narkoba.

2. Faktor Lingkungan

a. Keluarga bermasalah atau broken home.

b. Ayah, ibu atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau penyalahguna atau bahkan pengedar gelap nrkoba.

c. Lingkungan pergaulan atau komunitas yang salah satu atau beberapa atau bahkan semua anggotanya menjadi penyalahguna atau pengedar gelap narkoba.

d. Sering berkunjung ke tempat hiburan (café, diskotik, karoeke, dll.).

e. Mempunyai banyak waktu luang, putus sekolah atau menganggur.

f. Lingkungan keluarga yang kurang / tidak harmonis.

g. Lingkungan keluarga di mana tidak ada kasih sayang, komunikasi, keterbukaan, perhatian, dan saling menghargai di antara anggotanya.

h. Orang tua yang otoriter.

i. Orang tua/keluarga yang permisif, tidak acuh, serba boleh, kurang/tanpa pengawasan.

j. Orang tua/keluarga yang super sibuk mencari uang/di luar rumah.

(46)

k. Lingkungan sosial yang penuh persaingan dan ketidakpastian.

l. Kehidupan perkotaan yang hiruk pikuk, orang tidak dikenal secara pribadi, tidak ada hubungan primer, ketidakacuan, hilangnya pengawasan sosial dari masyarakat,kemacetan lalu lintas, kekumuhan, pelayanan public yang buruk, dan tingginya tingkat kriminalitas.

m. Kemiskinan, pengangguran, putus sekolah, dan keterlantaran.

3. Faktor Ketersediaan Narkoba.

Narkoba itu sendiri menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk memakai narkoba karena :

a. Narkoba semakin mudah didapat dan dibeli.

b. Harga narkoba semakin murah dan dijangkau oleh daya beli masyarakat.

c. Narkoba semakin beragam dalam jenis, cara pemakaian, dan bentuk kemasan.

d. Modus Operandi Tindak pidana narkoba makin sulit diungkap aparat hukum.

e. Masih banyak laboratorium gelap narkoba yang belum terungkap.

(47)

f. Sulit terungkapnya kejahatan computer dan pencucian uang yang bisa membantu bisnis perdagangan gelap narkoba.

g. Semakin mudahnya akses internet yang memberikan informasi pembuatan narkoba.

h. Bisnis narkoba menjanjikan keuntugan yang besar.

i. Perdagangan narkoba dikendalikan oleh sindikat yagn kuat dan professional. Bahan dasar narkoba (prekursor) beredar bebas di masyarakat.(RQ@DATIN)

2. Dampak penyalahgunaan narkoba

Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan.

Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.

Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.

a. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap fisik.

(48)

1) Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti:

kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi

2) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah

3) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti:

penanahan (abses), alergi, eksim

4) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti:

penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

5) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus- murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur

6) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:

penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual

7) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid).

(49)

8) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya 9) Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika

terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian

b. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap psikis.

1) Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah 2) Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh

curiga

3) Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal 4) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan 5) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman,

bahkan bunuh diri

c. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap lingkungan sosial.

1) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

2) Merepotkan dan menjadi beban keluarga

3) Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

(50)

Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat.

Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dan lain-lain.

Narkotika dan obat terlarang serta zat adiktif / psikotropika dapat menyebabkan efek dan dampak negatif bagi pemakainya. Dampak yang negatif itu sudah pasti merugikan dan sangat buruk efeknya bagi kesehatan mental dan fisik.

Meskipun demikian terkadang beberapa jenis obat masih dipakai dalam dunia kedokteran, namun hanya diberikan bagi pasien-pasien tertentu, bukan untuk dikonsumsi secara umum dan bebas oleh masyarakat. Oleh karena itu obat dan narkotika yang disalahgunakan dapat menimbulkan berbagai akibat yang beraneka ragam.

Bisa dibilang, narkoba bersifat merusak apabila disalahgunakan atau dalam penggunaan yang berlebihan. Bahaya narkoba akan sangat berdampak untuk tubuh. Berikut bahaya narkoba bagi organ tubuh pecandunya:

a. Gangguan pada Otak

(51)

Tidak butuh waktu lama untuk senyawa kimia dibawa oleh aliran darah menuju otak dan organ lainnya. Jika masuk dalam otak, THC atau senyawa kimia narkoba ini akan melepaskan dopamin dalam jumlah yang besar. Ini yang menyebabkan pengguna merasa lebih tenang, lebih nyaman atau biasa disebut dengan ‘high’ atau ‘fly’. Pada fase ini, pengguna tidak bisa berpikir dengan jernih karena terganggunya proses pencernaan informasi. Selain itu, pengguna akan sulit juga untuk membentuk atau mengingat sesuatu ketika sedang ‘high’. Bahaya narkoba pada otak dapat mengganggu saraf dan dapat menyebabkan pengguna mengalami kejang, halusinasi hingga hilang kesadaran serta kerusakan otak secara permanen.

b. Ganguan Pada Kulit

Untuk pengguna narkoba jenis suntik umumnya akan mengalami gangguan yang berhubungan dengan kulit. Yang paling sering terjadi adalah gangguan kulit layaknya infeksi pada kulit. Biasanya gangguan pada kulit terjadi pada mereka yang menggunakan narkoba dan bisa dilihat dari bekas lebam di tangan akibat suntikan dari narkoba tersebut. Secara umum kulit pecandu narkoba akan terlihat kusam, berkeriput dan tampak lebih tua dari usia sebenarnya.

(52)

c. Gangguan Pada Fungsi Hati

Menggunakan narkoba jenis ganja juga bisa menyebabkan perasaan tersengat atau terbakar di mulut dan tenggorokan. Apalagi jika narkoba dikonsumsi melalui mulut, hati atau liver akan memprosesnya dengan cepat. Bahaya narkoba ini akan menyebabkan fungsi hati menjadi rusak jika narkoba dikonsumsi berlebihan. Risiko seperti disfungsi atau gagal fungsi hati bisa terjadi pada mereka yang menggunakan narkoba dalam jangka waktu panjang.

d. Gangguan Pada Jantung

Saat mengonsumsi narkoba jenis kokain, amfetamin, dan ekstasi dapat menyebabkan peningkatan hormon katekolamin yang mengakibatkan jantung bekerja lebih keras.

Ini akan memicu peningkatan tekanan darah mendadak, sehingga kebutuhan oksigen otot jantung akan meningkat.

Saat mengalami kerusakan pada otot jantung, akan mengganggu fungsi pompa jantung, serta gangguan irama jantung, baik denyut jantung menjadi sangat cepat hingga jantung berhenti dan dapat menyebabkan kematian.

e. Gangguan Pada Sistem Pencernaan

Dari efek merugikan yang ditimbulkannya, beberapa kasus penyalahgunaan narkoba juga diketahui dapat

(53)

menyebabkan mual dan muntah beberapa saat setelah dikonsumsi. Penggunaan kokain juga dapat mengakibatkan nyeri pada lambung.

f. Gangguan Pada Mata

Mata menjadi merah, sukar tidur, gangguan presepsi penglihatan dan dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan yang berakibat fatal bagi dirinya.

g. Ganguan Pada Mulut

Pengguna narkoba pada umumnya akan mengalami masalah pada rongga mulut. Mulut akan terasa kering, kaku dan gangguan bicara. Lidah juga akan mengalami kekakuan dan gangguan sensitifitas lidah sehingga mengakibatkan sulit menelan. Sebagian besar pecandu juga akan mengalami kerusakan pada gigi dan bau mulut.(SenliHR).

Secara keseluruhan obat-obatan ini dapat menimbulkan gangguan-gangguan pada sistem saraf manusia, juga pada organ- organ tubuh manusia. Narkoba juga akan mengakibatkan kecanduan/ketagihan kepada pemakainya dan apabila pemakaian di hentikan, dapat mengakibatkan kematian. Ciri-ciri kecanduan antara lain: kejang, sakit perut, badan gemetar, muntah-muntah, mata dan hidung berair, hilangnya nafsu makan dan hilangnya/berkurangnya berat badan.

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi penelitian

Penulis memilih Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulawesi Selatan sebagai tempat penelitian. Adapun alasan penulis memilih tempat tersebut, dikarenakan sebagai efesiensi dan kemudahan untuk melakukan penelitian sebagai institusi penegak hukum yang diberi kewenangan dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana narkoba.

Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2017.

B. Jenis dan sumber data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer (primary data) merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dan sumber asli (tidak melalui media perantara), sedangkan data sekunder (secondary data) merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data primer yang akan peneliti gunakan dalam penelitian yang akan dilaksanakan ialah data subyek. Data Subyek ialah data yang diperoleh dari melalui lisan, tertulis, dan ekspresi (Etta M. Sangadji dan Sofiah,2010 :44)

Sumber data subyek sebagai data primer dalam penelitian yang dilaksanakan berasal dari sumber informasi. Sumber informasi yang

(55)

1. AKBP KAMALUDDIN, S.H., M.Si

Sumber informasi ini dipilih oleh peneliti dalam rangka menggali informasi peran dan upaya yang sudah dilaksanakan oleh Direktorat Reserse narkoba Polda Sulsel dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Narkoba, khsusnya terkait dengan keterlibatan masyarakat dalam memberikan laporan atau informasi manakala menemukan penyalahgunaan narkoba.

2. AIPTU RAMLI

Sumber informasi ini dipilih oleh Peneliti karena yang bersangkutan adalah personel Direktorat Reserse narkoba Polda Sulsel yang melakukan pengumpulan dan pengelolaan data Tindak Pidana Narkoba yang terjadi di wilayah hukum Polda Sulsel.

3. USTADZ MUH. NUR, S.Ag (TOKOH AGAMA)

Sumber informasi ini dipilih oleh Peneliti dalam rangka memperoleh informasi terkait dengan peran para tokoh agama dalam mencegah dan pemberantasan tindak pidana narkoba.

4. KATENO SASTRO WARDOYO (TOKOH MASYARAKAT) Sumber informasi ini dipilih oleh peneliti dalam rangka peneliti memperoleh data dan inforrnasi terkait peran dan kontribus yang bersangkutan dalam rangka bersinergi dengan

(56)

aparat penegak hukum untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana narkoba.

5. MUZAKKIR (TOKOH PEMUDA)

Sumber informasi ini dipilih oleh peneliti dalam rangka peneliti memperoleh data dan informasi terkait peran dan kontribusi pemuda dalam mencegah dan memberantas penyalahgunaan narkoba.

Sumber-sumber informasi diatas merupakan penghubung bagi peneliti untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, baik menghubungkan dengan sumber informasi lainnya maupun memberikan masukan tambahan informasi lainnya yang dibutuhkan oleh peneliti.

Data sekunder yang akan digunakan dalam penelitian meliputi: data internal dan data eksternal. Data internal ialah data-data sekunder yang dimiliki oleh Kepolisian, sedangkan data eksternal ialah data-data sekunder yang dimiliki oleh di luar Instansi Kepolisian, seperti tokoh masyarakat serta yang mungkin diperlukan dalam mendapatkan data dan informasi yang diperlukan.

C. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut:

(57)

1. Wawancara (Interview)

Teknik penelitian ini digunakan dalam rangka memperoeh data yang tajam dengan cara melakukan wawancara Iangsung di lapangan kepada sumber informasi, yang sudah peneliti sampaikan pada sebelumnya. Teknik wawancara dilakukan melalui wawancara tidak terstruktur mengacu pada pedoman wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Wawancara ini dilaksanakan dengan berpedoman pada pedoman yang telah disediakan / dipersiapkan sebelum pelaksanaan. Pedoman ini, berisi petunjuk tentang kegiatan yang harus dilakukan dan daftar pertanyaan - pertanyaan yang dibuat dengan teratur dan berurutan sesuai dengan data, fakta, informasi yang diperlukan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan bagaimana peran serta masyarakat dalam mencegah dan berantas narkoba

2. Observasi

Teknik ini digunakan peneliti dengan langsung mengadakan pengamatan guna mengetahui dan menangkap apa - apa yang dilakukan oleh kelompok masyarakata dalam situasi atau situasi kondisi kegiatan pencegahan dan pemberantasan narkoba. Dalam melakukan observasi penulis berusaha melihat dari dekat kegiatan tersebut guna menguatkan hasil wawancara dengan informan. Langkah tersebut ditempuh

(58)

guna menguatkan informasi yang diberikan oleh informan sehingga validitas dan akurasi data tidak diragukan. Selama melakukan observasi penulis melengkapi diri dengan kamera, alat perekam, dan buku catatan untuk membantu dalam observasi yang penulis lakukan agar gejala yang penulis amati dapat terekam dalam catatan penulis.

3. Studi dokumen / telaah dokumen

Teknik ini digunakan dengan cara mempelajari dan meneliti bahan-bahan dari berbagai sumber yang berhubungan dengan masalah, seperti buku - buku, peraturan perundang-undangan, artikel-artikel yang berasal dari surat kabar, majalah ataupun dan media Internet yang terkait dengan permasalahan narkoba.

4. Kuesioner / daftar pertanyaan

Menurut Nazir, kuesioner atau daftar pertanyaan adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban- jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis.

Daftar pertanyaan tersebut dibuat cukup terperinci dan lengkap.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, Kuesioner/angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Dengan demikian angket/kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti dimana tiap

(59)

pertanyaannya berkaitan dengan masalah penelitian. Angket tersebut pada akhirnya diberikan kepada responden untuk dimintakan jawaban. Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberikan tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Selanjutnya angket menurut Suharsimi Arikunto, dapat dibedakan menjadi:

a) Angket terbuka yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Angket terbuka dipergunakan apabila peneliti belum dapat memperkirakan atau menduga kemungkinan alternatif jawaban yang ada pada responden.

b) Angket tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (V) pada kolom atau tempat yang sesuai.

c) Angket campuran yaitu gabungan antara angket terbuka dengan angket tertutup.

D. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang akan digunakan adalah teknik analisis data dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analitis.

Deskriptif analitis bersifat menjabarkan, menerangkan, dan mendeskripsikan secara terperinci berdasarkan data - data yang telah

(60)

dikumpulkan mengenai permasalahan bagaimana peran serta masyarakat dalam mencegah dan berantas narkoba, Data-data tersebut kemudian dianalisis dan diinterpretasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif yang dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka menentukan bagian-bagian, hubungan di antara bagian, dan hubungan bagian dalam keseluruhan. Dalam setiap kasus, analisa kualitatif dilaksanakan seperti tanpa henti untuk menguji beberapa gejala (ruang, waktu, dan perilaku), membaginya ke dalam bagian- bagian yang ada dalam konteks gejala itu dan mencoba memahami hubungan bagian dalam keseluruhan dengan melakukan kegiatan sebagal berikut : mengumpulkan informasi dari lapangan, menyortir informasi menjadi kelompok - kelompok, memformat informasi ke dalam sebuah cerita atau gambar dan menulis naskah kualitatif.

Dalam mengolah dan menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Huberman dalam Farouk dan Djaali (2001: 110) sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah bagian dan proses analisis yaitu bentuk analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data, sehingga dapat dibuat kesimpulan. Reduksi data merupakan

(61)

proses seleksi, membuat fokus, menyederhanakan dan abstraksi dan data kasar yang ada dalam catatan lapangan.

Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penel.tian, berupa singkatan, pembuatan kode, memusatkan tema, dan membuat batas-batas persoalan.

2. Sajian Data

Sajian data adalah suatu susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimputan penelitian.

Dengan melihat sajian data, penulis akan memahami apa yang terjadi serta memberikan peluang bagi peneliti untuk mengerjakan sesuatu pada analisis atau tindakan lain berdasarkan pemahamannya. Penyajian data dalam bentuk matriks, gambar, skema, jaringan kerja, dan tabel, mungkin akan banyak membantu menganalisis guna mendapatkan gambaran yang jelas serta memudahkan dalam menyusun kesimpulan penelitian. Pada dasamya sajian data dirancang untuk menggambarkan suatu informasi secara sistematik dan mudah dilihat serta dipahami dalam bentuk keseluruhan sajiannya.

3. Penarikan Kesimpulan

Sejak awal pengumpulan data, peneliti harus sudah mulai memahami makna dan hal - hal yang ditemui dengan mencatat keteraturan, pola-pola pernyataan dari berbagai konfigurasi yang mungkin, arah hubungan kausal, dan, proposisi. simpulan

(62)

akhir pada penelitian kualitatif, tidak akan ditarik kecuali setelah proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan yang dibuat perlu diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali, sambil meninjau secara sepintas pada catatan

dilapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat.

(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Satker Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel merupakan bagian dari Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan yang keberadaannya sebagaimana dituangkan dalam pasal 30 ayat 4 Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum. Dalam melaksanakan apa yang tertuang dalam pasal 30 ayat 4 Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, satker Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel terus berupaya melakukan sinergi dengan segenap komponen masyarakat untuk menciptakan kondisi di jajaran Polda Sulsel yang aman dan kondusif, sehingga masyarakat dapat melakukan aktivitas tanpa ada diikuti rasa takut dan khawatir yang timbul dari situasi dan kondisi yang tidak aman.

Dengan era reformasi yang sedang bergulir sampai dengan saat ini, satker Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel senantiasa terus berupaya mendukung dan mengawasi agar reformasi dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Untuk mewujudkan harapan tersebut satker Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel yang juga bagian dari instansi kepemerintahan telah melaksanakan reformasi di dalam pengelolaan

Referensi

Dokumen terkait

Pelapor yang selanjutnya disebut Whistleblower adalah masyarakat dan/atau Pegawai Aparatur Sipil Negara di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang

Berdasarkan hasil regresi di atas, nilai p- value yang dihasilkan sebesar 0,4863 > α0.05 sehingga dapat dilihat bahwa tidak terdapat pengaruh yang signif ikan antara bank

dan dengan degree of numerator (dfn / df 1 ) = 2 (k-1 = 3-1) maka diperoleh F-tabel sebesar 2.99, sedangkan dari hasil regresi diperoleh F statistik sebesar 7.911

Hasil dari penelitian ini mendapatkan data bahwa jumlah lansia yang memiliki fungsi kognitif normal sedikit lebih banyak yaitu sebesar 54,8% karena lansia di

10. Prinsip kesesuaian pengelolaan dan karakteristik wilayah Ruang lingkup PHBM tertuang pada pasal 6 Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor : 682/KPTS/DIR/2009

1. Triangulasi metode, misalnya dengan melakukan observasi sebagai bahan untuk menguji hasil wawancara. Triangulasi penelitian, yaitu melakukan triangulasi hasil

Ketentuan tersebut mengandung arti bahwa bentuk atau model pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang wajib dilakukan oleh perusahaan diserahkan pada

mengkombinasikan variabel persepsi kualitas dengan variabel lain di luar variabel dalam penelitian ini, karena variabel persepsi kualitas adalah variabel dominan