• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA HARAPAN LULUS TEPAT WAKTU DAN REGULASI DIRI PADA MAHASISWA YANG AKTIF BERORGANISASI SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA HARAPAN LULUS TEPAT WAKTU DAN REGULASI DIRI PADA MAHASISWA YANG AKTIF BERORGANISASI SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA HARAPAN LULUS TEPAT WAKTU DAN REGULASI DIRI PADA MAHASISWA YANG AKTIF BERORGANISASI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

LELY FEBRINA ROSA 131301100

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)
(3)
(4)

Hubungan Antara Harapan Lulus Tepat Waktu dan Regulasi Diri pada Mahasiswa yang Aktif Berorganisasi

Lely Febrina Rosa1 dan Rahma Fauzia2 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara harapan lulus tepat waktu dan regulasi diri pada mahasiswa yang aktif berorganisasi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan 212 subjek yang merupakan mahasiswa yang aktif dalam organisasi serta sedang mengerjakan proposal seminar atau skripsi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang diterjemahkan dari State Hope Scale (Snyder, 1996) untuk mengukur harapan dan alat ukur regulasi diri yang diterjemahkan dari Self-Regulation Questionnaire (Miller & Brown, 1999). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara harapan lulus tepat waktu dan regulasi diri pada mahasiswa yang aktif dalam organisasi. Semakin tinggi harapan seseorang untuk dapat lulus tepat waktu maka semakin tinggi pula kemampuan regulasi dirinya untuk mencapai tujuan tersebut. Harapan membantu seseorang untuk mengarahkan pikirannya terhadap tujuan atau tugas tertentu, sementara regulasi diri membantu seseorang untuk menaruh semua pikiran tersebut kedalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Kata Kunci : Harapan, Regulasi Diri, Lulus Tepat Waktu, Mahasiswa yang Aktif Berorganisasi

1 Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

2 Dosen Departemen Psikologi Klinis Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

(5)

Correlation Between Hope Of Graduating On Time And Self Regulation In Students Who Are Active In Student Organizations.

ABSTRACT

Lely Febrina Rosa3 dan Rahma Fauzia4

This study aims to see a correlation between Hope of graduating on time and self regulation in students who are active in student organizations. This study uses quantitative methods and uses 212 subjects who are actively joining student organizations and currently working on their undergraduate theshises. The measuring instruments used in this study are translated questionnaires, they are questionnaire translated from State Hope Scale (Snyder, 1996) to measure Hope and also a questionnaire that is translated from Self- Regulation Questionnaire (Miller & Brown, 1999) to measure self regulation. Data analysis using pearson product moment. The results showed that there is a significant positive correlation between hope of graduating on time and self-regulation in students who are active in student organizations. The higher the hope someone has to graduate on time, the higher someone’s self-regulation ability to pursue the goal . In conclusion, hope helps someone to direct all their thinking towards one certain task or goal, while self-regulation helps the person to put all those thinking into actions and achieve the certain goal.

Keywords : Hope, self-regulation, Graduating on Time, Students who are active in student organizations

3 Student of Psychology faculty Universitas Sumatera Utara

4 Lecturer Department of Clinical Psychology Faculty of Psychology Universitas Sumatera Utara

(6)

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Antara Harapan Lulus Tepat Waktu dan Regulasi Diri pada Mahasiswa yang Aktif Berorganisasi” yang diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi ini membutuhkan usaha yang keras dan kegigihan, namun karya tulis ilmiah ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dari orang- orang yang selalu mendukung, membimbing dan mendoakan penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua penulis;

ayahanda Parlagutan Sitompul dan ibunda Sarifah Chairani Nasution, yang selalu memberikan kasih sayang, doa serta dorongan moril maupun materil yang tidak terhingga. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Zulkarnain, Ph.D selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Bapak Eka Danta Jaya Ginting, M.A., Psikolog selaku Pembantu Dekan I Fakultas Psikologi USU, Bapak Ferry Novliadi, M.Si selaku Pembantu Dekan II Fakultas Psikologi USU dan Ibu Rika Eliana, M.Psi., Psikolog selaku Pembantu Dekan III Fakultas Psikologi USU.

2. Untuk Ibu Rahma Fauzia, M.Psi, Psikolog, selaku dosen pembimbing skripsi. Terimakasih atas waktu yang telah Mbak investasikan untuk penulis, terimakasih karena sudah sangat sabar membimbing penulis, dan juga terimakasih untuk pengertiannya selama membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terimakasih karena telah memberikan

(7)

penulis banyak ilmu baru selama proses bimbingan, penulis tidak hanya belajar hal baru tentang penulisan skripsi, namun sadar ataupun tidak, Mbak sudah membantu penulis untuk belajar mengenal diri penulis sendiri selama proses penyelesaian skripsi ini. Penulis tidak mengingat kapan pernah mendapat semanggi berdaun empat sampai bisa seberuntung ini.

Semoga Allah swt selalu melindungi dan menyayangi Mbak Ivo.

3. Ibu Siti Zahreni, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing akademik.

Terima kasih atas arahan dan bimbingan yang diberikan selama penulis kuliah di Fakultas Psikologi USU.

4. Terima kasih kepada dosen penguji Ibu Arliza Lubis, M.Si, Psikolog dan Ibu Ika Sari Dewi, M.Pd, Psikolog karena telah bersedia meluangkan waktunya untuk menguji dan memberikan bimbingan serta arahan dalam memperbaiki skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Fakultas Psikologi USU. Terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan. Semoga penulis dapat memanfaatkan ilmu tersebut dengan sebaik-baiknya. Seluruh staf pegawai Fakultas Psikologi USU yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis.

6. Dan untuk Abang penulis, Abdul Majid Sitompul, Amd. Terimakasih atas semua prestasi dan kesuksesanmu yang telah mendorong penulis untuk selalu berusaha menyempurnakan diri. Demi melihat senyum yang sama di wajah orang tua kita saat mereka menghadiri wisudamu di kota hujan itu.

Terima kasih juga atas dukunganmu sewaktu aku pernah gagal. Dari jauh abang sudah memberi semangat dan akhirnya disini aku, menulis kata

(8)

pengantar tugas akhir skripsi tentang ucapan terimakasihku untukmu. Aku tidak akan bisa sebaik dan sesempurna dirimu, tapi aku sangat ingin melihat mata ibu yang berbinar saat membicarakan diriku, seperti saat dia membicarakanmu. Aku tahu itu tidak akan mudah mengingat betapa tingginya standart ratu di rumah kita itu. Tapi aku disini tetap berusaha, sama seperti dirimu.

7. Kepada 5 sahabatku yang tersabar sedunia. Gigih Mentari, terimakasih atas kegigihanmu untuk tetap bertahan menjadi sahabat dari orang yang sangat sulit sepertiku dan setia menjaga rahasia-rahasiaku. Kak Anggi, kakak kosku, bagian dari diriku, terimakasih karena telah membuatku merasa tidak sendiri di dunia yang penuh dengan manusia ekstrovert ini, terimakasih untuk dukungan kakak dan dendeng sambal yang sering kakak bawakan untukku, semoga impian-impian kita bisa satu persatu kita wujudkan. Untuk Rinie Indira, kita sama-sama tahu aku orang ter-moody dan selalu berubah-ubah, terimakasih karena telah mencoba untuk mengerti dan tidak pernah meninggalkanku meski aku menjauh, terimakasih karena tidak pernah menyerah, dan terimakasih untuk tetap menjadi dirimu yang selalu peduli. Untuk Mama, sahabatku sejak aku kecil, terimakasih karena telah menjadi sosok wanita yang tegar dan mengajarkanku untuk jadi kuat dan tidak cengeng, tapi aku masih belajar untuk tidak mudah menangis. Untuk Ayah, sahabatku yang tertampan, terimakasih atas pengorbanan Ayah untukku, terimakasih karena selalu ada disisiku, mendukung dan selalu memikirkanku.

(9)

8. Untuk teman-teman seperjuangan di departemen Klinis. Nur Hasanah si ISTJ, aku melihat sebagian diriku didirimu, kau selalu berhasil membuatku mengeluarkan kalimat, “Kupikir cuma aku yang berpikiran seperti itu!”. Untuk kak Nanda, terimakasih atas energi positif yang selalu kakak bagi untukku. Untuk Lindka temanku, terimakasih atas kehadiranmu diceritaku, kita merasa seperti alien di tempat ini, sabarlah, sebentar lagi kita akan menemukan tempat kita.

9. Kelompok Insos Rumah Ummi 2017 dengan segala keunikan masing- masing, Kak Nanda yang Filosofis, Gigih sang penengah kami yang penyabar, Maimumah situkang terlambat, Nur Hasanah teman sesama ISTJ-ku, Opi yang kecantikannya telah mempesona family di Rumah Ummi , Dessy Natalia yang galak tapi manja, Delilah sang Bendahara, dan Ira dengan kekalemannya yang mempesona, terimakasih karena sudah menemaniku belajar banyak hal baru.

10. Keluarga Rumah Ummi terkhusus kepada Bro Ricky dan Bro Darto, yang dengan sabar mengajarkan kami banyak ilmu baru di Rumah Rehabilitasi Narkoba Rumah Ummi. Terima kasih karena selalu menyambut kedatangan kami dengan sangat hangat.

11. Untuk ikan-ikan psikologi dimanapun kehidupan telah membawa kalian saat ini (Ice aka Cece, Rinie aka Nini, Miranda aka Manda dan Putri aka Uti), juga dewa sang pelopor ikan-ikan psikologi (R.M. Afif Handri Nabawi, S.Psi aka Bro Apipah), terimakasih atas warna-warni kehidupan anak kuliahan yang sudah kalian tunjukkan padaku.

(10)

12. Adik bungsuku, Selfina Mayada. Terimakasih untuk sisi humorismu yang sadar atau tidak sudah membantu menghiburku saat aku sedih.

13. Untuk diri penulis sendiri yang sudah berani membuat banyak perubahan.

Terimakasih untuk semua kegagalan, kesalahan, dan kekecewaan yang sempat kita rasakan. Terimakasih karena telah berani membuat pilihan- pilihan bodoh yang membuatku lebih mengenal diriku sendiri. Jika saat wawancara pekerjaan nanti mereka bertanya akan menjadi apa aku dalam 5 tahun kedepan, aku hanya ingin menjadi dirimu, dengan lebih banyak pengalaman, kesalahan, dan keberanian untuk membuat pilihan-pilihan.

14. Seluruh partisipan yang telah setuju untuk menjadi subjek dalam penelitian ini. Serta pihak-pihak dalam organisasi yang sudah bersedia membantu penulis.

15. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mulai dari proses persiapan hingga akhirnya selesai yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis mohon maaf atas kekurangan dalam skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis sangat diharapkan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu psikologi ke depannya dan bagi pihak- pihak yang terkait.

Medan, 15 Januari 2018

Lely Febrina Rosa

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 9

1.4.2. Manfaat Praktis ... 9

1.5. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Regulasi Diri ... 11

2.1.1. Definisi Regulasi Diri ... 11

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Regulasi Diri ... 14

2.1.3. Proses dalam Regulasi Diri ... 16

2.2. Harapan ... 18

2.2.1. Definisi Harapan ... 18

2.2.2 Komponen-komponen Harapan ... 19

2.2.3.Faktor-Faktor Harapan ... 21

2.3. Mahasiswa yang Aktif dalam Organisasi ... 23

(12)

2.4. Dinamika Harapan Lulus Tepat Waktu dan Regulasi Diri pada Mahasiswa

yang Aktif dalam Organisasi ... 24

2.5. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Identifikasi Variabel ... 28

3.3. Definisi Operasional... 28

3.3.1. Regulasi Diri ... 28

3.3.2.Harapan ... 28

3.4. Subjek Penelitian ... 29

3.4.1. Populasi ... 29

3.4.2. Sampel ... 29

3.4.3. Teknik Sampling ... 29

3.4.3. Lokasi Penelitian ... 30

3.5.Instrumen/Alat Ukur Penelitian ... 30

3.5.1. Skala Regulasi Diri ... 31

3.5.2. Skala Harapan ... 33

3.6. Uji Coba Alat Ukur ... 35

3.6.1. Uji Validitas Alat Ukur ... 35

3.6.2. Uji Reliabilitas Alat Ukur ... 35

3.6.3. Uji Daya Beda Aitem ... 35

3.7. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 36

3.7.1. Persiapan Penelitian ... 36

3.7.2. Pelaksanaan Penelitian ... 37

(13)

3.7.3. Pengolahan Data Penelitian... 37

3.8. Metode Analisa Data ... 37

3.9. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 38

3.9.1. Regulasi Diri ... 38

3.9.2. Harapan ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 41

4.1.1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

4.1.2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Organisasi ... 42

4.1.3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tahun Angkatan dan Jurusan ... 43

4.2. Hasil Uji Asumsi ... 45

4.2.1. Hasil Uji Normalitas ... 45

4.2.2. Hasil Uji Linearitas ... 46

4.3. Hasil Penelitian ... 47

4.3.1. Hubungan Harapan Lulus Tepat Waktu dengan Regulasi Diri ... 48

4.3.2. Deskripsi Data Penelitian ... 49

4.3.3. Kategorisasi Hasil Penelitian ... 51

4.3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 53

4.4. Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 63

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 64

5.3. Saran ... 66

(14)

5.3.1. Saran Metodologis ... 66

5.3.2.Saran Praktis ... 67

Daftar Pustaka ... 69

Lampiran ... 72

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Blue Print Skala Regulasi Diri ... 33

Tabel 3.2. Blue Print Skala Harapan ... 34

Tabel 3.3.Blue Print Skala Regulasi Diri Setelah Uji Coba ... 38

Tabel 3.4. Blue Print Skala Harapan Setelah Uji Coba ... 39

Tabel 4.1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

Tabel 4.2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Organisasi ... 41

Tabel 4.3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tahun Angkatan ... 42

Tabel 4.4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jurusan. ... 43

Tabel 4.5. Uji Normalitas Harapan dan Regulasi Diri ... 45

Tabel 4.6. Hasil Uji Linearitas Harapan dan Regulasi Diri. ... 46

Tabel 4.7. Hubungan Harapan Lulus Tepat Waktu dan Regulasi Diri. ... 47

Tabel 4.8. Nilai Hipotetik dan Empirik Harapan. ... 48

Tabel 4.9. Nilai Hipotetik dan Empirik Regulasi Diri ... 49

Tabel 4.10. Perhitungan Median Pathway dan Agency Thinking ... 50

Tabel 4.11. Kategorisasi Skor Harapan ... 51

Tabel 4.12. Kategorisasi Skor Regulasi Diri ... 52

Tabel 4.13. Reliabilitas Skala Harapan ... 53

Tabel 4.14. Reliabilitas Skala Regulasi Diri ... 53

(16)

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1

PENGOLAHAN DATA DAN HASIL ... 72 LAMPIRAN 2

DATA MENTAH PENELITIAN ... 79 LAMPIRAN 3

ALAT UKUR PENELITIAN ... 93

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menyelesaikan pendidikan Perguruan Tinggi merupakan hal yang penting bagi mahasiswa. Hanya saja, tidak semua mahasiswa memiliki kemampuan untuk dapat lulus tepat waktu. Siswanto (2015) mengatakan bahwa salah satu faktor yang menjadi penghambat mahasiswa untuk dapat lulus tepat waktu adalah kesulitan mahasiswa dalam menyelesaikan Skripsi, dimana beberapa faktor yang menjadi penghambat pengerjaan Skripsi yaitu kesulitan dalam menemukan judul penelitian, fokus dengan proyek lain, mengulang mata kuliah, dan tidak rutin bimbingan dengan dosen. Julita (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa terdapat faktor internal seperti motivasi mahasiswa yang mempengaruhi kemampuan untuk mengerjakan Skripsi dan lulus tepat waktu.

Secara umum, faktor internal yang mampu mempengaruhi performa mahasiswa dalam bidang akademik dan non-akademik adalah regulasi diri (Nota, L., Soresi S., & Zimmerman B. J., 2004)

Regulasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengontrol dirinya sendiri (Bandura dalam Boeree, 2010). Regulasi diri membantu individu untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam hal membuat rencana, memilih alternatif rencana, mengontrol impuls dan cara berpikir, serta mengatur perilaku sosial individu (Baumeister,1994). Regulasi diri juga membantu individu untuk mengontrol perilaku, mengevaluasi keefektifan sebuah perilaku, dan membantu individu agar tetap termotivasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan ( Schunk

(18)

& Zimmerman, 2003). Kemampuan ini membantu individu untuk mengarahkan, mempertahankan, dan mengubah perhatian mereka jika diperlukan, serta membantu memonitor pikiran, perilaku dan emosi. Zimmerman (Ghufron &

Risnawita, 2010) berpendapat bahwa regulasi diri berkaitan dengan pembangkitan diri baik pikiran, perasaan serta tindakan yang direncanakan dan adanya timbal balik yang disesuaikan pada pencapaian tujuan personal.

Besarnya peran regulasi diri dalam menunjang keberhasilan individu telah banyak menjadi bahan kajian. Penelitian menyebutkan bahwa individu yang memiliki regulasi diri yang baik cenderung untuk lebih sukses dalam hubungan, pekerjaan, dan kesehatan, dimana individu memiliki hubungan dengan pasangan yang lebih baik, mengalami peningkatan kesuksesan kerja, dan memiliki kesehatan mental yang baik (Tangney, J.P., Baumeister, R.F., Boone, A.L., 2004).

Mereka juga cenderung untuk tidak mengembangkan perilaku adiktif seperti penyalahgunaan obat-obatan dan alkoholisme (Quinn & Fromme, 2010). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Brown, Baumann, Smith dan Etheridge (1997) yang dilakukan di sebuah Universitas Negeri di Amerika, ditemukan bahwa regulasi diri berhubungan negatif dengan perilaku risk-taking dan perilaku impulsif serta perilaku minum-minuman beralkohol, mengemudi dalam keadaan mabuk, konsumsi marijuana dan merokok pada mahasiswa. Penelitian ini menunjukkan bahwa regulasi diri berperan penting untuk mengontrol perilaku impulsif dan risk- taking pada mahasiswa.

Penelitian kualitatif yang dilakukan pada dua orang ibu tunggal yang memiliki anak dengan autisme menemukan bahwa regulasi diri yang baik berperan dalam membantu mengontrol emosi yang muncul dan perilaku mereka

(19)

terhadap anak dengan autisme (Wahyuni, 2013). Selain itu, Mahoney (dalam Kuhn & Carter, 2006) menekankan bahwa regulasi yang tinggi pada ibu yang memiliki anak dengan autisme akan membantu anak autisme untuk berkembang dengan baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa regulasi diri juga membantu individu untuk mengelola emosinya.

Menurut Maddux (2009) regulasi diri yang kurang efektif akan menjadikan seseorang mengalami permasalahan psikologis yang serius, misalnya depresi dan gangguan kecemasan. Ketidakmampuan meregulasi diri dapat menyebabkan individu untuk berperilaku agresif (Anderson & Bushman, 2002), menghabiskan terlalu banyak uang (Bruyneel, S.D., Dewitte, S., Vohs, K.D., &

Warlop, L., 2006), terlibat dalam perilaku dan aktivitas yang berisiko (Somerville, L. H., Jones, R. M., Casey, B. J., 2010), menenangkan diri dengan alkohol, obat- obatan ataupun makanan, dan gagal dalam mencapai tujuan-tujuan penting dalam hidupnya (Magid, dkk., 2009).

Baumeister dan Heaherton (1996) mengatakan bahwa regulasi diri dapat ditingkatkan melalui latihan. Latihan yang dimaksud dapat dilakukan dalam keseharian seseorang, seperti menjaga waktu makan, membuat jadwal kegiatan, ataupun hanya sekedar menjaga postur tubuh yang baik saat duduk (Gailliot, M.

T., Plant, E. A., Butz, D. A., Baumeister, R. F., 2007). Sebagai mahasiswa, individu memiliki peran sebagai agent of change, social controller, dan the future leader, serta diharapkan untuk memiliki pengetahuan yang luas, dan kemampuan (skill) visi, karakter yang lebih maju dibandingkan masyarakat pada umumnya (Rahmat, 2012; Ilham, 2011). Untuk itu mahasiswa harus mengembangkan kemampuan dan keterampilannya bukan hanya dari aktifitas perkuliahan akan

(20)

tetapi dari berbagai jenis kegiatan diluar kampus, salah satunya adalah dengan bergabung dalam organisasi. Pada kelompok mahasiswa, terlebih lagi pada mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan, dimana mereka terlatih untuk mengatur dirinya dengan tuntutan tugas yang banyak yang membantu mengembangkan regulasi diri mereka (Baumeister, dkk., 2006), regulasi diri membantu dalam hal mengatur waktu dan menentukan prioritas serta tugas-tugas yang harus lebih dulu diselesaikan (Alfiana, 2013). Oleh karena itu, wajar jika mahasiswa yang aktif berorganisasi memiliki tingkat regulasi diri yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi (Alfiana, 2013).

Akan tetapi, sebuah penelitian Mayasari (2007) mengenai prokrastinasi pada aktivis organisasi menemukan bahwa faktor utama yang mempengaruhi mahasiswa aktivis organisasi untuk melakukan prokrastinasi adalah kurangnya kemampuan regulasi diri mereka, seperti pengelolaan waktu dan jadwal yang kurang baik, serta penentuan prioritas yang kurang bijaksana. Kemampuan regulasi diri yang kurang membuat mahasiswa mudah frustasi dengan tugas-tugas perkuliahan yang ada dan menjadikan mereka sering menunda-nunda dalam pengerjaan tugas dan lebih memilih untuk melakukan aktivitas lain yang dirasa lebih menyenangkan (Alfiana, 2013). Melakukan aktivitas yang dirasa menyenangkan dapat membantu mahasiswa menenangkan diri dan menghindari hal yang membuat mereka frustasi (Sinha, 2008).

Penjelasan diatas menggambarkan bahwa tidak semua mahasiswa, termasuk mahasiswa yang aktif berorganisasi memiliki kemampuan regulasi diri yang baik, yang menjadi alasan mengapa ada mahasiswa yang berhasil mencapai

(21)

lebih lama. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan juga ditentukan oleh adanya harapan (Snyder, 1994).

Snyder (2000) mendefenisikan harapan sebagai keadaan termotivasi secara positif didasarkan pada hubungan interaktif antara agency (energi yang mengarah pada tujuan) dan pathway (rencana untuk mencapai tujuan). Sebagai salah satu bagian dari psikologi positif, harapan membantu individu dalam mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan membantu individu untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Jadi, harapan bukan hanya sekedar keinginan seseorang untuk mencapai suatu tujuan, tetapi juga mencakup berbagai pilihan cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Snyder (2002) di sebuah Universitaas Negeri di Amerika menemukan bahwa mahasiswa yang memiliki harapan yang tinggi untuk sukses secara akademik di Perguruan Tinggi memiliki IPK yang lebih tinggi pula. Mereka memiliki kecenderungan yang lebih baik untuk lulus dari perguruan tinggi, dan memiliki kecenderungan yang rendah untuk dikeluarkan dari perguruan tinggi karena nilai yang buruk (Snyder, 2002).

Mahasiswa dengan harapan yang tinggi dapat mengkonseptualikasikan tujuan-tujuan (goals) mereka dengan jelas, mampu menentukan tujuannya berdasarkan performa mereka sebelumnya, mereka akan memperluas tujuan (goal) mereka, dimana mereka meningkatkan kesukaran tujuan yang ingin dicapai, lebih baik dalam hal membagi sebuah tugas sulit menjadi beberapa tugas mudah sehingga mereka dapat memonitor progres dari tugas yang mereka kerjakan (Snyder, dkk, 2000). Apabila dikaitkan dengan lulus tepat waktu, mahasiswa dengan harapan yang tinggi akan menentukan tujuan (goal) mereka

(22)

untuk dapat lulus tepat waktu, kemudian memecah tujuan besar tersebut kedalam beberapa tujuan kecil. Tujuan-tujuan (goal) kecil tersebut merupakan rangkaian langkah-langkah kecil untuk mencapai tujuan (goal) jangka panjang yaitu lulus tepat waktu.

Selain menetapkan goal Snyder juga menyatakan bahwa individu yang memiliki harapan yang tinggi akan mengembangkan berbagai pilihan cara untuk mencapai tujuan dengan mengantisipasi adanya hambatan serta tidak mengembangkan ekspektasi bahwa semuanya akan berjalan sesuai rencana. Oleh Snyder (1994) hal ini disebut dengan Pathway Thinking.

Komponen Pathway Thinking mendeskripsikan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Individu yang memiliki harapan yang tinggi akan mengembangkan rencana alternatif yang bervariasi agar mereka bisa lebih fleksibel. Disetiap tujuan yang ingin dicapai, mereka selalu memiliki rencana A, rencana B dan seterusnya karena mereka telah mengantisipasi adanya hambatan sebelum hambatan itu datang. Hal ini akan membantu mereka mencapai tujuan apabila rencana awal tidak berhasil. Penelitian Oettingen (2000) juga membuktikan bahwa individu yang telah mengantisipasi hambatan dan memikirkan langkah untuk mengatasi hambatan tersebut akan lebih cenderung untuk bisa mencapai tujuan mereka. Teknik ini disebut juga dengan mental contrasting with implementation intentions, dengan membuat rencana yang konkrit kita bisa menentukan hambatan-hambatan yang mungkin muncul, dan memperoleh energi untuk mengambil tindakan (Gawrilow & Morgenroth, 2013).

(23)

Untuk terus dapat menjalankan rencana yang ada dalam pencapaian tujuan, individu membutuhkan adanya Agency Thinking. Snyder (1994) mendefinisikan Agency Thinking sebagai kemampuan mempertahankan motivasi untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Individu dengan tingkat harapan yang tinggi memiliki perasaan mampu untuk mencapai tujuan yang diinginkan yang meningkatkan motivasi untuk menjalankan rencana-rencana yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Pada mahasiswa aktif berorganisasi yang sedang dalam proses penyelesaian Skripsi, mereka dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas utama yaitu menyelesaikan skripsi. Namun, mereka juga memiliki tanggung jawab dan kesibukan dalam organisasi. Hal ini pertama dapat menjadi tantangan yang membantu mahasiswa aktif organisasi untuk berlatih dan mengembangkan regulasi diri mereka. Bagi mahasiswa yang aktif berorganisasi dan memiliki harapan untuk lulus tepat waktu, tanggung jawab dan kesibukan dalam organisasi dapat juga menjadi penghambat dalam mencapai tujuan mereka. Namun, hambatan ini dapat membantu mereka untuk mengembangkan kemampuan menyusun berbagai pilihan cara dalam pencapaian tujuan yang mempengaruhi Pathway Thinking mereka.

Dalam hal untuk mencapai sebuah tujuan, harapan dan regulasi diri sama- sama memiliki peran tersendiri dalam membantu seseorang untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Harapan membantu seseorang menetapkan tujuan, menciptakan pilihan atau rencana alternatif untuk mencapai tujuan, dan memotivasi individu untuk menjalankan rencana yang ada. Sedangkan regulasi diri membantu individu untuk dapat mengontrol pikiran, emosi, dan perilakunya,

(24)

menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan sehingga individu dapat tetap fokus untuk mencapai tujuannya. Pada mahasiswa yang memiliki peran dalam organisasi, harapan untuk sukses dalam belajar dan berorganisasi tentu ada. Hal ini menuntut mahasiswa yang aktif berorganisasi agar memiliki regulasi diri yang baik, sehingga mereka dapat mengontrol diri dan perilaku untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan mereka. Dari penjelasan diatas peneliti tertarik untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara harapan lulus tepat waktu dan regulasi diri pada mahasiswa yang aktif dalam organisasi.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara Harapan Lulus Tepat Waktu dan Kemampuan Regulasi Diri pada Mahasiswa yang Aktif Berorganisasi?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Harapan Lulus Tepat Waktu dan Kemampuan Regulasi diri pada Mahasiswa yang Aktif Berorganisasi.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur dan menambah daftar temuan penelitian yang berkaitan dalam konsep yang terkait mengenai harapan lulus tepat waktu dan regulasi diri pada mahasiswa yang aktif berorganisasi.

b. Mampu mendorong munculnya penelitian topik-topik yang terkait dengan harapan dan regulasi diri pada mahasiswa mahasiswa yang aktif dalam organisasi.

1.4.2 Manfaat praktis

(25)

a. Bagi penulis:

Menambah wawasan penulis mengenai harapan lulus tepat waktu dan regulasi pada mahasiswa yang aktif dalam organisasi.

b. Bagi lembaga pendidikan Universitas Sumatera Utara

Sebagai gambaran tentang hubungan antara harapan dan regulasi diri pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang aktif berorganisasi sehingga dapat digunakan baik dalam praktek pendidikan maupun kehidupan sehari-hari.

c. Bagi Ilmu Pengetahuan

1) Menambah pembendaharaan keilmuan tentang harapan lulus tepat waktu dan regulasi diri pada mahasiswa yang aktif dalam organisasi.

2) Sebagai referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan.

d. Bagi peneliti berikutnya

1) Dapat dijadikan bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut lagi.

2) Dapat dijadikan referensi untuk penelitian sejenis.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

(26)

Berisikan mengenai latar belakang masalah yang hendak dibahas, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang berkaitan dengan prokrastinasi.

Bab III : Metode penelitian

Berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu identifikasi variable, definisi operasional, populasi dan teknik sampling, metode penelitian, metode pengumpulan data, validitas, reliabilitas, dan metode analisis data.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini terdiri dari analisis data yang berisi tentang gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang teori-teori penunjang yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam bab ini akan dijelaskan definisi regulasi diri, aspek-aspek regulasi diri, faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri, definisi harapan, komponen-komponen harapan, faktor-faktor harapan, definisi mahasiswa yang aktif dalam organisasi, dan dinamika teoritis.

2.1 Regulasi Diri

2.1.1 Definisi Regulasi diri

Regulasi diri menurut Bandura (dalam Boeree, 2005) adalah suatu kemampuan yang dimiliki manusia berupa kemampuan berpikir dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan tersebut. Menurut Bandura seseorang dapat mengatur sebagian dari pola tingkah laku dirinya sendiri. Secara umum regulasi diri adalah tugas seseorang untuk mengubah respon-respon, seperti mengendalikan impuls perilaku (dorongan perilaku), menahan hasrat, mengontrol pikiran dan mengubah emosi. Maka dengan kata lain, regulasi diri adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam mengontrol tingkah laku, dan memanipulasi sebuah perilaku dengan menggunakan kemampuan pikirannya sehingga individu dapat bereaksi terhadap lingkungannya.

Regulasi diri adalah kemampuan untuk mengontrol perilaku sendiri dan menjadi penggerak utama seseorang melakukan sesuatu (Bandura dalam Boeree, 2005). Regulasi diri merupakan penggunaan suatu proses yang mengaktivasi

(28)

pemikiran, perilaku dan perasaan yang terus menerus dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Schunk & Zimmerman,1998). Individu melakukan regulasi diri ini melalui tiga tahapan, yaitu tahap orientasi ke depan, tahap performansi, dan tahap refleksi diri.Tahap orientasi ke depan terdiri dari dua proses utama yaitu analisis tugas dan keyakinan motivasi diri. Analisis tugas terdiri dari penetapan tujuan dan perencanaan strategi. Keyakinan motivasi diri terdiri dari efikasi diri, harapan terhadap hasil, minat/nilai intrinsik dan orientasi tujuan belajar. Tahap performansi diri terdiri dari dua proses yaitu kontrol diri dan observasi diri. Kontrol diri terdiri dari imajinasi, pengarahan diri, pemusatan perhatian, dan strategi belajar. Observasi diri terdiri dari dua proses utama yaitu pencatatan diri atau perekaman diri terhadap peristiwa personal, dan eksperimen diri,tahap ini disebut juga dengan tahap evaluasi diri (Zimmerman, 2008).

Regulasi diri (self regulation) merupakan dasar dari proses sosialisasi karena berhubungan dengan seluruh domain yang ada dalam perkembangan fisik, kognitif, social, dan emosional. Selain itu regulasi diri (self regulation) juga merupakan kemampuan mental serta pengendalian emosi. Seluruh perkembangan kognitif, fisik, serta pengendalian emosi dan kemampuan sosialisasi yang baik, membawa seseorang untuk dapat mengatur dirinya dengan baik (Papalia & Olds, 2001).

Selanjutnya terdapat definisi lain yang diungkapkan oleh Miller & Brown (dalam Papalia & Olds, 2001) bahwa regulasi diri merupakan kemampuan untuk mengembangkan rencana, mengimplementasikan rencana yang telah dibuat, dan secara fleksibel dapat tetap menjalankan rencana tersebut untuk mencapai tujuan tertentu. Miller dan Brown (dalam Neal & Carey, 2005) mengatakan bahwa

(29)

terdapat tujuh proses dalam regulasi diri, yaitu receiving (menerima informasi), evaluating (mengevaluasi informasi dengan norma), triggering (dorongan untuk berubah), searching (mencari pilihan solusi), formulating/ planning (merumuskan rencana), implementating (menerapkan rencana), dan assessing (mengukur keefektivan rencana) (Neal & Carey, 2005). Ketujuh proses ini saling berkaitan satu sama lain.

Definisi lain mengenai regulasi diri (self regulation) juga dikemukakan oleh Maes & Gebhardt (dalam Boeree, 2005) yaitu suatu urutan tindakan atau suatu proses yang mengatur tindakan dengan niat untuk mencapai suatu tujuan pribadi. Regulasi diri merupakan kemampuan mengontrol perilaku sendiri adalah salah dari sekian penggerak utama kepribadian manusia (Bandura dalam Boeree, 2005).

Regulasi diri (self regulation) juga didefinisikan oleh Kanfer (1990) Karoly(1993) Zimmerman (2001) (dalam Porath & Bateman, 2006) sebagai suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk memandu aktivitasnya dengan waktu yang lebih lama agar tercapai tujuan yang diinginkannya dan memungkinkan juga untuk mengubah keadaannya menjadi kebalikannya, termasuk dalam pengaturan atau pengaruh pikiran dan perilaku.

Berdasarkan dari beberapa pengertian yang sudah di uraikan, dapat disimpulkan bahwa regulasi diri (self regulation) adalah kemampuan individu untuk mengontrol, merencanakan, memonitor, dan mengarahkan perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan melalui proses-proses tertentu yaitu penerimaan informasi, mengevaluasi informasi dan membandingkannya dengan

(30)

norma, dorongan untuk berubah, mencari pilihan solusi, merumuskan rencana, menerapkan rencana, dan mengukur keefektivan rencana.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Diri

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi regulasi diri (self regulation) yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Bandura (dalam Alwisol, 2007) mengatakan bahwa, tingkah laku manusia dalam self regulation adalah hasil pengaruh resiprokal faktoreksternal dan internal. Faktor eksternal dan faktor internal akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri

Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara:

1) Standar

Faktor eksternal memberikan standar untuk mengevaluasi tingkah laku kita sendiri. Standar itu tidaklah semata-mata berasal dari daya-daya internal saja namun juga berasal dari faktor-faktor lingkungan, yang berinteraksi dengan faktor pribadi juga turut membentuk standar pengevaluasian individu tersebut. Anak belajar melalui orang tua dan gurunya baik-buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas, anak kemudian mengembangkan standar yang dapat ia gunakan dalam menilai prestasi diri.

2) Penguatan (reinforcement)

Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). Penguatan secara intrinstik seperti self-reward tidak selalu memberikan kepuasan, manusia membutuhkan penguatan yang

(31)

berasal dari lingkungan eksternal. Standar tingkah laku biasanya bekerja sama; ketika orang dapat mencapai standar tingkah laku tertentu, perlu penguatan agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi.

b. Faktor Internal dalam Regulasi Diri

Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal:

1) Observasi diri (self observation): Dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan, kuantitas penampilan, orisinalitas tingkah laku diri, dan seterusnya. Observasi diri terhadap performa yang sudah dilakukan.

Manusia sanggup memonitor penampilannya meskipun tidak lengkap atau akurat. Kita memilih dengan selektif sejumlah aspek perilaku dan mengabaikan aspek lainnya yang dipertahankan biasanya sesuai dengan konsep diri.

2) Proses penilaian (judgmental process): Proses penilaian bergantung pada empat hal: standar pribadi, performa-performa acuan, nilai aktivitas, dan penyempurnaan performa. Standar pribadi bersumber dari pengamatan model yaitu orang tua atau guru, dan menginterpretasi balikan/penguatan dari performasi diri. Setiap performasi yang mendapatkan penguatan akan mengalami proses kognitif ,menyusun ukuran-ukuran/norma yang sifatnya sangat pribadi, karena ukuran itu tidak selaku sinkron dengan kenyataan. Standar pribadi adalah proses evaluasi yang terbatas.

Sebagian besar aktivitas harus dinilai dengan membandingkan dengan ukuran eksternal, bisa berupa norma standar perbandingan sosial,

(32)

perbandingan dengan orang lain, atau perbandingan kolektif. Dari kebanyakkan aktivitas, kita mengevaluasi performa dengan membandingkannya kepada standar acuan.

Di samping standar pribadi dan standar acuan, proses penilaian juga bergantung pada keseluruhan nilai yang kita dapatkan dalam sebuah aktivitas. Akhirnya, regulasi diri juga bergantung pada cara kita mencari penyebab-penyebab tingkah laku demi menyempurnakan performa.

3) Reaksi diri (self response): Manusia merespon positif atau negatif perilaku mereka tergantung kepada bagaimana perilaku ini diukur dan apa standar pribadinya. Bandura meyakini bahwa manusia menggunakan strategi reaktif dan proaktif untuk mengatur dirinya. Maksudnya, manusia berupaya secara reaktif untuk mereduksi pertentangan antara pencapaian dan tujuan, dan setelah berhasil menghilangkannya, mereka secara proaktif menetapkan tujuan baru yang lebih tinggi.

2.1.3 Proses dalam Regulasi Diri

Terdapat 7 tahapan regulasi diri menurut Brown & Miller (dalam Neal &

Carey, 2005) antara lain sebagai berikut:

a) Receiving atau menerima informasi yang relevan. Ini merupakan langkah awal regulasi diri dimana individu mencari informasi tentang masalah yang dihadapi dan alternative-alternatif pemecahannya.

b) Evaluating. Individu menganalisa informasi dengan membandingkan suatu masalah yang terdeteksi diluar diri (eksternal) dengan pendapat pribadi (internal) yang didapat dari pengalaman sebelumnya.

(33)

c) Triggering atau membuat suatu perubahan. Hasil dari evaluasi yang dilakukan sebelumnya memunculkan reaksi pada diri individu yang mengarah kepada kecenderungan individu untuk melakukan perubahan atau tidak melakukan perubahan.

d) Searching atau mencari solusi. Pada tahap ini individu berusaha mencari beberapa solusi berbeda dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi atau dalam melakukan perubahan.

e) Formulating/ Planning atau merancang suatu rencana. Perencanaan ini mencakup aspek-aspek pokok untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Baik perencanaan waktu, aktivitas yang akan dilakukan, tempat serta aspek-aspek lain yang mendukung.

f) Implementing atau menerapkan rencana. Setelah rencana-rencana ditetapkan, individu mengimplementasikan rencana tersebut dalam bentuk tindakan-tindakan yang tepat yang mengarah ketujuan dan memodifikasi sikap.

g) Assessing atau mengukur efektivitas rencana yang telah dijalankan.

Individu melakukan evaluasi untuk membantu menentukan apakah rencana tersebut berhasil atau tidak dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan.

Berdasarkan hasil uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa regulasi diri (self regulation) memiliki tujuh tahapan yaitu receiving, evaluating, triggering, searching, formulating/ planning, implementating, assessing. Mahasiswa yang diasumsikan termasuk kategori ’self-regulated’ adalah Mahasiswa yang aktif menggunakan tahapan diatas dalam proses membuat perubahan, baik dalam hal

(34)

akademik maupun non akademik. Mereka mampu mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi, menyusun rencana-rencana untuk mencapai tujuan mereka, menjalankan dan mengukur keefektivan rencana. Mereka memiliki strategi tertentu yang efektif dalam memproses informasi, dapat belajar dari kesalahan, serta fokus pada rencana untuk mencapai tujuan.

2.2 Harapan

2.2.1 Definisi Harapan

Harapan merupakan sebuah proses dari pemikiran satu tujuan, dengan adanya motivasi untuk mendapatkan tujuan tersebut (agency), dan cara-cara untuk meraih tujuan yang diinginkan (pahtway) (Synder, 2002). Harapan diartikan sebagai kemampuan merencanakan jalan keluar untuk menghapi rintangan dalam upaya mencapai tujuan, dan menjadikan motivasi sebagai cara untuk tetap menjalankan rencana-rencana dalam mencapai tujuan.

Harapan juga dideskripsikan oleh Averill dkk. sebagai emosi yang diarahkan oleh kognisi dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (J. Lopez, 2009:

487). Sedangkan Stotland dan Gottschalk mendefinisikan harapan sebagai keinginan untuk mencapai tujuan. Stotland menekankan bahwa kepentingan tujuan mempengaruhi kemungkinan seseorang untuk mencapai tujuan tersebut.

Gottschalk mendeskripsikan harapan sebagai tenaga positif yang mendorong seseorang untuk terus menjalankan rencana dan melalui keadaan yang sulit (J.

Lopez, 2009: 487).

Harapan mencerminkan persepsi individu terkait kapasitas mereka untuk menkonseptualisasikan tujuan secara jelas (goal), mengembangkan strategi spesifik untuk mencapai tujuan (pathways thinking), menginisiasi dan

(35)

mempertahankan motivasi sehingga dapat menjalankan strategi yang ada (ageny thinking) (Snyder, dalam Alex, 2004). Harapan membantu individu untuk dapat menjelaskan secara rinci tujuan-tujuan yang diinginkan, lalu menyusun rencana- rencana yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, serta mempertahankan motivasi untuk terus menjalankan rencana yang telah disusun.

Komponen pathway thinking dan agency thinking merupakan komponen yang saling melengkapi, bersifat timbal balik, dan berkorelasi positif, tetapi bukan merupakan komponen yang sama. Jika salah satu tidak tercapai, maka kemampuan untuk mempertahankan pencapaian tujuan tidak akan terpenuhi (Snyder, dalam Alex, 2004).

Harapan didefinisikan oleh Stotland sebagai penantian akan pencapaian tujuan dimasa depan yang dimediasi oleh pentingnya tujuan tersebut bagi individu dan mendorong individu melakukan sesuatu untuk mencapai tujaun (Stotland, dalam Fransisca, 2008). Dalam teori harapan, tujuan dapat berupa sesuatu yang diinginkan individu untuk dialami, dibuat, didapatkan, dilakukan, atau terjadi.

Dengan demikian, tujuan bisa saja merupakan keinginan signifikan dan lama seperti menemukan obat hiv, atau keinginan yang biasa dan singkat seperti pulang ke rumah dan tidur. Kebervariasian tujuan ini mempengaruhi probabilitas pencapaiannya, tujuan yang dianggap penting dan menjadi prioritas akan memiliki probabilitas pencapaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan yang tidak dianggap penting oleh individu (Alex, 2004).

Berdasarkan dari beberapa pengertian yang sudah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa harapan merupakan energi positif yang mendorong seseorang untuk terus menjalankan rencana dalam pencapaian tujuan dengan adanya

(36)

interaksi antara kemampuan menyusun berbagai pilihan cara untuk mencapai tujuan dan motivasi yang tinggi untuk menjalankan rencana-rencana dalam pencapaian tujuan.

2.2.2 Komponen-Komponen Harapan

Snyder telah melakukan penelitian tentang harapan pada mahasiswa dan menemukan tiga komponen penting harapan, yaitu:

a. Tujuan (goal) : tujuan merupakan jangkar dari teori harapan, tujuan harus mempunyai nilai lebih untuk memotivasi perilaku (Snyder, 2000). Tujuan merupakan setiap objek, pengalaman, atau hasil yang dibayangkan individu dalam benaknya (Fransisca, 2008). Tujuan dapat berbentuk konkret maupun abstrak, bersifat jangka panjang maupun jangka pendek, namun yang pasti tujuan tersebut harus merupakan sesuatu yang penting bagi individu untuk dicapai. Selain itu, tujuan juga harus berada ditengah probabilitas pencapaian kontinum, sehingga individu dapat membayangkan dirinya mencapai tujuannya (Snyder, dalam Shane, 2009).

b. Motivasi (Agency Thinking) : merupakan kekuatan yang mendorong individu untuk memulai dan mempertahankan usaha untuk mencapai tujuan mereka. Dengan adanya agency thinking, individu dapat mengarahkan dan memanfaatkan energy mental mereka untuk menyelesaikan hambatan-hambatan dan tetap fokus mencapai tujuan mereka (Snyder, dalam Shane, 2009). Snyder menyebut agency thinking bersifat self-referential, dimana individu memiliki pemikiran bahwa dirinya sendiri dapat memulai dan mencapai tujuannya. Agency thinking

(37)

untuk menyalurkan motivasi positif dan menjalankan rencana alternatif ketika terjadi hambatan (Snyder, 2000).

c. Strategi (pathway thinking) : pathway thinking merupakan kemampuan individu dalam menyusun rencana-rencana untuk mencapai tujuan.

Individu dengan pathway thinking akan memiliki rencana atau langkah- langkah alternatif yang sengaja disiapkan apabila rencana utama gagal.

Jadi, dalam pathway thinking, individu tidak hanya mampu menyusun satu rencana untuk mencapai tujuan, namun memiliki rencana b, c, dan seterusnya, sehingga ketika rencana pertama mengalami hambatan, mereka bisa langsung bergerak dan melaksanakan rencana alternatif yang lain (Snyder, 2000).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komponen harapan terdiri dari tiga komponen, yaitu: (1) Goal merupakan tujuan yang ingin dicapai, (2) Agency thinking merupakan daya yang mempertahankan motivasi serta mendorong individu untuk berusaha mencapai tujuannya, (3) Pathway thinking merupakan pengalaman individu dan kemampuan menemukan strategi dan cara-cara untuk mencapai tujuan.

2.2.3 Faktor-Faktor Harapan

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Weil (2000), Ia mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harapan, yaitu:

a. Dukungan Sosial

Weil (2000) dalam penelitiannya mengenai pasien yang menderita penyakit kronis menemukan bahwa keluarga dan teman pada umumnya

(38)

diidentifikasikan sebagai sumber harapan untuk penderita penyakit kronis dalam beberapa aktivitas seperti mengunjungi suatu tempat bersama, mendengarkan, berbicara dan memberikan bantuan secara fisik.

Sedangkan Herth menyatakan bahwa hubungan serta peran keluarga merupakan hal yang penting dalam meningkatkan harapan dan membantu coping. Weil juga menemukan bahwa individu cenderung mengekspresikan perasaan tidak berdaya ketika mereka tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain (Weil, 2000).

b. Kepercayaan Religius

Kepercayaan religious dijelaskan sebagai kepercayaan dan keyakinan seseorang pada hal positif atau menyadarkan individu pada kenyataan bahwa terdapat sesuatu atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk situasi individu saat ini. Reed mengartikan spiritual sebagai suatu konsep yang lebih luas dan terfokus pada tujuan dan makna hidup serta keterkaitan dengan orang lain, alam, ataupun dengan Tuhan (Weil, 2000). Sedangkan kegiatan religiusitas diartikan Raleigh sebagai strategi kedua yang paling umum untuk mempertahankan harapan dan juga sebagai sumber dalam mendukung harapan pasien dengan penyakit kronis (Weil, 2000).

c. Kontrol

Harapan dikorelasikan dengan keinginan dalam kontrol, kemampuan untuk menentukan, menyiapkan diri untuk melakukan antisipasi terhadap stress, kepemimpinan, dan menghindari ketergantungan. Penelitian membuktikan bahwa harapan memiliki

(39)

hubungan yang positif dengan persepsi seseorang mengenai kontrol.

Penelitian lain menunjukkan bahwa individu yang memiliki sumber internal dalam kontrol memiliki harapan bahwa mereka dapat mengontrol nasib mereka sendiri. Sebaliknya, individu yang memiliki sumber kontrol eksternal berharap untuk dikontrol oleh kekuatan atau paksaan yang berasal dari luar dirinya. Venning, dkk menyatakan bahwa mempertahankan kontrol dapat dilakukan dengan cara tetap mencari informasi, menentukan nasib sendiri, dan kemandirian yang menimbulkan perasaan kuat pada harapan individu. Kemampuan individu akan kontrol juga dipengaruhi oleh efikasi diri (Weil, 2000) yang akan meningkatkan persepsi individu terhadap kemampuannya.

2.3 Mahasiswa yang Aktif Dalam Organisasi

Secara bahasa, mahasiswa berarti orang yang belajar di perguruan tinggi (KBBI). Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012: 5). Menurut Siswoyo (2007: 121) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.

(40)

Mahasiswa sebagai elemen masyarakat memiliki peran sebagai agent of change, social controller, dan the future leader, serta diharapkan untuk memiliki pengetahuan yang luas, dan kemampuan (skill). Visi, karakter yang lebih maju dibandingkan masyarakat pada umumnya (Rahmat, 2012; Ilham, 2011). Untuk itu mahasiswa harus mengembangkan kemampuan dan keterampilanya bukan hanya dari aktivitas perkuliahan akan tetapi dari berbagai jenis kegiatan di luar kampus, salah satunya adalah dengan bergabung dalam organisasi kemahasiswaan (Saifuddin, 2010). Organisasi kemahasiswaan merupakan wadah untuk menampung kreativitas, menyalurkan bakat dan meningkatkan kemampuan mahasiswa. Mahasiswa yang aktif dalam organisasi memiliki kesempatan untuk mengembangkan softskill yang akan berguna didunia kerja.

Keaktifan dalam organisasi dapat menjadi tantang tersendiri bagi mahasiswa karena pada dasarnya menjadi mahasiswa sudah memiliki tuntutan tersendiri salah satunya adalah untuk dapat lulus pada waktu yang telah ditentukan. Namun, memiliki kesibukan dan tanggung jawab lain diluar peran sebagai mahasiswa dapat membantu seseorang dalam melatih regulasi dirinya dikarenakan mereka yang aktif dalam organisasi dituntut untuk dapat mengatur waktu dan jadwal serta prioritas tugas-tugas yang harus diselesaikan (Alfiana, 2013). Disisi lain, keaktifan dalam organisasi dapat menjadi hambatan bagi mahasiswa dalam memenuhi tuntutannya untuk lulus pada waktu yang telah ditentukan. Tetapi hambatan-hambatan ini dapat digunakan oleh mahasiswa yang memiliki harapan untuk lulus tepat waktu dalam mengembangkan berbagai pilihan rencana karena mereka sudah mengantisipasi masalah yang mungkin muncul (Snyder, 2000).

(41)

2.4 Dinamika Harapan Lulus Tepat Waktu dan Regulasi Diri pada Mahasiswa yang Aktif dalam Organisasi.

Regulasi diri merupakan kemampuan untuk mengatur perilaku sendiri.

Dalam regulasi diri terjadi proses yang mengaktifkan pemikiran, perilaku dan perasaan yang terus menerus dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Schunk & Zimmerman, 1998). Proses atau tahapan dalam regulasi diri seperti yang telah dijelaskan oleh Miller dan Brown (1991) terbagi menjadi tujuh tahapan, yaitu: receiving (penerimaan informasi), evaluating (pengevaluasian informasi dan membandingkannya dengan norma-norma), triggering (dorongan untuk berubah), searching (mencari pilihan solusi), formulating/ planning (merumuskan rencana), implementing (menerapkan rencana), dan assessing (menilai efektivitas rencana).

Banyak penelitian yang membuktikan hubungan antara regulasi dengan prestasi akademik dan non-akademik individu. Tidak hanya berhubungan positif dengan prestasi akademik (Nota dkk., 2004), regulasi diri juga berhubungan positif dengan kontrol emosi dan perilaku individu untuk mencapai tujuannya (Raffaeli dkk., 2005). Dengan memiliki regulasi diri tinggi, mahasiswa dapat mengatur waktu, perilaku dan lingkungannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Karena berhubungan dengan mengatur perilaku, regulasi diri dianggap penting untuk dimiliki terutama bagi mahasiswa yang aktif berorganisasi. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang aktif berorganisasi diharuskan untuk dapat membagi waktu antara urusan perkuliahan seperti tugas-tugas dan urusan organisasi.

Mahasiswa yang aktif berorganisasi memiliki dua peran yang harus dijalani, sebagai mahasiswa dan sebagai bagian dari sebuah organisasi. Tentunya ada

(42)

tuntutan tersendiri bagi setiap peran tersebut, sebagai mahasiswa, individu dituntut untuk dapat meraih IPK yang baik, menyelesaikan tugas-tugas, dan menyelesaikan tugas akhir bagi mahasiswa yang berada pada semester akhir.

Sedangkan peran sebagai anggota dari sebuah organisasi menuntut individu untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung-jawab sesuai dengan kedudukannya didalam organisasi tersebut, hal ini menjadi semakin kompleks karena tanggung- jawab dalam organisasi merupakan tanggung-jawab yang jika tidak dilaksanakan akan mempengaruhi keadaan organisasi dan orang-orang dalam organisasi tersebut. Terkadang mahasiswa terlalu sibuk berkecimpung dalam berorganisasi, dan mengurangi waktu dimana dia harus berperan sebagai seorang mahasiswa dan menyelesaikan tanggung-jawabnya sebagai mahasiswa.

Regulasi diri pada setiap mahasiswa berbeda-beda. Hal inilah yang dapat mempengaruhi apakah seseorang dapat menjalankan rencana-rencana yang telah dirancang untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Selain regulasi diri, harapan juga berperan dalam membantu individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Snyder, 1994). Harapan yang akan dibahas disini bukanlah harapan yang berupa emosi, melainkan harapan yang merupakan keadaan termotivasi secara positif didasarkan pada hubungan interaktif antara agency (energi yang mengarah pada tujuan) dan pathway (rencana untuk mencapai tujuan). Jadi, harapan bukan hanya sekedar keinginan seseorang untuk mencapai suatu tujuan, tetapi juga mencakup langkah-langkah alternatif untuk mencapai tujuan tersebut.

Tujuan awal mahasiswa adalah untuk dapat lulus tepat waktu, namun kemudian hal ini bisa berubah atau terhambat karena beberapa alasan, salah satunya adalah keikutsertaan dalam organisasi. Seperti yang telah dijelaskan

(43)

sebelumnya, mahasiswa yang aktif berorganisasi dituntut untuk memiliki regulasi diri agar dapat menjalankan perannya sebagai mahasiswa dan anggota organisasi dengan baik.

Pada tujuh tahapan regulasi diri, terdapat tahap triggering yang merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan perubahan menuju tujuan.

Konsep ini serupa dengan konsep agency thinking pada harapan yang merupakan dorongan dari dalam diri serta motivasi diri untuk menjalankan rencana-rencana yang ada dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Short dan Toffel (2010) juga menyarankan individu untuk menjaga motivasi instrinstik mereka agar mampu meregulasi diri secara lebih efektif. Tahap kelima dari regulasi diri adalah planning/formulating yang merupakan tahap dimana seseorang menyusun rencana apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tahap ini serupa dengan pathway thinking dalam harapan yang merupakan kemampuan individu untuk menyusun rencana-rencana alternatif untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dari keterkaitan inilah peneliti tertarik untuk meneliti apakah memang terdapat hubungan antara regulasi diri dan harapan lulus tepat waktu pada mahasiswa yang aktif berorganisasi.

Mahasiswa yang aktif berorganisasi selain memiliki tuntutan dalam perkuliahan juga memiliki tanggung jawab dalam organisasi. Hal ini bisa menjadi tantangan tersendiri dimana mereka harus mampu meregulasi diri mereka dengan baik, dalam hal pembagian waktu dan penentuan prioritas. Dilain sisi, memiliki tuntutan akademik dan tanggung jawab yang harus dipenuhi dalam waktu yang bersamaan dapat menjadi penghambat bagi mahasiswa dalam pencapaian tujuan lulus tepat waktu. Namun, pada mahasiswa yang memiliki harapan lulus tepat

(44)

waktu yang tinggi, hambatan yang ada tersebut menjadi memunculkan berbagai pilihan cara dalam pencapaian tujuan lulus tepat waktu dan terus mempertahankan motivasi untuk menjalankan rencana mereka walaupun terdapat beberapa hambatan.

Regulasi diri membantu mahasiswa untuk mengatur perilakunya agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Harapan membantu seseorang menetapkan tujuan, menciptakan pilihan atau rencana alternatif untuk mencapai tujuan, dan memotivasi individu untuk menjalankan rencana yang ada. Harapan dan regulasi diri memiliki peran yang saling berhubungan, yaitu memiliki tugas untuk membantu individu mencapai tujuan, harapan membantu individu menentukan langkah-langkah untuk mencapai tujuan, dan menjaga motivasi, sedangkan regulasi diri membantu individu untuk mengontrol perilaku dan lingkungannya sehingga dapat menghadapi hambatan yang muncul dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan.

2.5 HIPOTESIS

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara harapan lulus tepat waktu dan regulasi diri pada mahasiswa yang aktif dalam organisasi.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan membahas tentang metode penelitian dalam penelitian yang mencakup jenis penelitian yang digunakan, identifikasi variabel, defenisi operasional, populasi, sampel, teknik sampling dan lokasi penelitian, intrumen atau alat ukur yang digunakan, uji coba alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisa data.

3.1 Jenis Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan antara Harapan Lulus Tepat Waktu dan Regulasi Diri pada Mahasiswa yang Aktif Berorganisasi. metode Metode penelitian yang sesuai untuk digunakan adalah metode korelasional kuantitatif. Metode ini memungkinkan untuk menyelidiki hubungan antara dua variabel dan melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.

3.2 Identifikasi Variabel

Adapun variabel yang diteliti adalah harapan lulus tepat waktu dan regulasi diri.

Variabel I : Harapan Lulus Tepat Waktu Variabel II : Regulasi Diri

(46)

3.3 Definisi Operasional 3.3.1 Regulasi Diri

Regulasi diri merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk mengontrol perilaku, kognitif, dan emosi untuk mencapai tujuan. Proses regulasi diri terdiri dari 7 tahapan, pertama, keaktifan mencari informasi yang relevan dengan pencapaian tujuan disebut dengan Receiving. Kedua, kemampuan mengevaluasi informasi-informasi yang telah didapat yang disebut dengan Evaluating. Ketiga, kemampuan memunculkan dorongan untuk melakukan kegiatan yang mengarah pada pencapaian tujuan, disebut dengan Triggering. Keempat, mengumpulkan informasi tentang solusi yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan, disebut dengan Searching. Kelima, kemampuan merancang rencana pencapaian tujuan, disebut dengan Planning/ Formulating. Keenam, kemampuan untuk menerapkan rencana yang telah dibuat disebut dengan Implementing. Ketujuh, kemampuan untuk menilai efektifitas rencana yang sudah dilakukan, disebut dengan Assessing.

Regulasi diri pada penelitian ini diukur dengan Self-Regulation Questionnaire yang sudah melalui proses penyaduran. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula regulasi diri subjek penelitian. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah regulasi diri yang dimiliki subjek.

3.3.2 Harapan Lulus Tepat Waktu

Harapan lulus tepat waktu adalah tingkat kemampuan seseorang untuk mempertahankan motivasi dan terus menjalankan rencana untuk lulus tepat waktu, yang merupakan hasil interaksi antara kemampuan mengembangkan berbagai pilihan rencana untuk dapat lulus tepat waktu (pathway thinking), serta

(47)

mempertahankan motivasi dari dalam diri yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu agar dapat lulus tepat waktu (Agency thinking).

Pengukuran harapan dalam penelitian ini menggunakan Adult State Hope Scale yang telah melalui proses penyaduran dan dihususkan pada konteks Lulus Tepat Waktu. Petunjuk tinggi rendahnya harapan lulus tepat waktu subjek dilihat dari skor yang didapat subjek pada tiap-tiap komponen harapan, yaitu pathway thinking dan agency thinking. Semakin tinggi skor Pathway Thinking yang diperoleh maka semakin tinggi kemampuannya dalam menyusun piliha rencana untuk lulus tepat waktu. Semakin tinggi skor Agency Thinking yang diperoleh maka semakin tinggi kemampuannya dalam mempertahankan motivasi untuk lulus tepat waktu.Seseorang dikatakan memiliki tingkat harapan lulus tepat waktu yang tinggi ketika skor pada kedua komponen sama-sama tinggi. Selain itu maka subjek dimasukkan dalam kategori Harapan rendah.

3.4 Populasi, Teknik Sampling dan Lokasi Penelitian 3.4.1 Populasi

Populasi merupakan kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2013). Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa semester VII yang memiliki kedudukan dan tanggung jawab dalam organisasi yang ia ikuti serta sedang dalam proses pengerjaan Skripsi.

3.4.2 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probabilitas (non probability sampling) yaitu incidental sampling. Menurut Sugiyono (2012) incidental sampling adalah teknik yang dilakukan dengan tanpa

(48)

memperhatikan siapapun yang akan diteliti asalkan individu yang diteliti ini setuju dengan kriteria atau persyaratan yang ditetapkan sebelumnya. Kelemahan dari teknik sampling ini adalah keterbatasan untuk melakukan generalisasi karena sampel tidak cukup merepresentasikan populasi secara keseluruhan.

Subjek untuk uji alat ukur berjumlah 50 orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. Untuk uji coba alat ukur dilakukan dengan menyebarkan kuesioner alat ukur secara online dengan menggunakan google form. Kemudian untuk subjek penelitian berjumlah 142 orang, pengambilan data dilakukan dengan dua metode yaitu dengan menggunakan google form dan dengan menyebarkan kuesioner secara langsung. Pengambilan data secara langsung dilakukan oleh peneliti sendiri dan berkoordinasi dengan ketua atau anggota yang ada di masing-masing organisasi untuk membantu saat menyebarkan dan mengumpulkan kuisioner.

3.4.3 Lokasi Penelitian

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan di lingkungan Universitas Sumatera Utara.

3.5 Instrumen/ Alat Ukur yang Digunakan

Metode pengambilan data adalah dengan menggunakan skala. Skala merupakan suatu alat yang mengukur konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu. Penggunaan skala bertujuan untuk mendapatkan jawaban subjektif dari subjek dengan menempatkan respon pada titik-titik yang kontinum dan stimulus diberikan dalam bentuk pernyataan- pernyataan (Azwar, 2012).

(49)

Pemilihan menggunakan skala psikologi dikarenakan pengukuran didasarkan pada atribut-atribut psikologi yang bertujuan untuk mengungkap indikator perilaku dari atribut-atribut psikologi yang bersangkutan yang disajikan dalam bentuk aitem-aitem (Azwar, 2012). Penelitian ini menggunakan dua jenis alat ukur, yaitu alat ukur regulasi diri yang disadur dari Self-Regulation Questionnaire, dikembangkan oleh Miller, Brown, & Lawendowski (1999) terdiri dari 63 aitem dan alat ukur harapan yang disadur dari Adult State Hope Scale yang dikembangkan oleh Snyder (1996) terdiri dari 6 aitem. Pada pengisian skala regulasi diri, sampel diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada dengan memilih salah satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang tersedia. Skala ini diberi 5 (lima) alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pernyataan dalam skala ini terdiri dari pernyataan yang positif (Favorable) dan negatif (Unfavorable).

Aitem favorable, jawaban Sangat Sesuai (SS) akan diberi skor 5, jawaban Sesuai (S) akan diberi skor 4, jawaban Netral akan diberi skor (3), jawaban Tidak Sesuai (TS) diberi skor 2 dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS).

Aitem yang Unfavorable, setiap jawaban Sangat Tidak Sesuaiakan diberi skor 5, demikian seterusnya sampai dengan skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai.

Sedangkan untuk pengisian skala harapan, sampel diminta untuk memilih salah satu angka dalam skala 1 sampai dengan 8. Skala ini diberi 8 (delapan) alternatif jawaban yang bergerak dari angka 1 (sangat salah) sampai angka 8 (sangat benar).

Untuk skoring, angka 1 diberi skor 1 dan seterusnya hingga angka 8 diberi skor 8.

Gambar

Tabel 4.12 Crosstab kategorisasi Pathway Thinking dan Agency Thinking  Agency Thinking
Tabel 4.14 Crosstab kategori Harapan Lulus Tepat Waktu dan Regulasi Diri              HLTW RD T R Total T 29 2 31 S 66 2 68 R 36 7 43 Total 131 11 142

Referensi

Dokumen terkait