• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Hasil Penelitian

4.3.3 Kategorisasi Hasil Penelitian

Setelah seluruh data terkumpul. Selanjutnya peneliti mengkategorikan data yang ada kedalam tingkatan tertentu. Kategorisasi disini adalah kategorisasi skor harapan lulus tepat waktu dan kategorisasi skor regulasi diri.

a. Kategorisasi Harapan Lulus Tepat Waktu

Terdapat dua kategorisasi tingkat harapan yaitu harapan tinggi dan rendah. Individu dikatakan memiliki harapan yang tinggi apabila kedua komponen harapan yaitu pathway thinking dan agency thinking memiliki skor yang tinggi (Snyder, 1994). Individu dapat memiliki skor yang tinggi pada pathway namun dikatakan tidak memiliki harapan yang tinggi karena individu tersebut memiliki skor Agency yang rendah, begitu pula sebaliknya.

Pengkategorisasian ini dilakukan dengan menggunakan nilai mean hipotetik dari tiap-tiap dimensi harapan, didapat nilai mean hipotetik Pathway thinking sebesar 13,5 dan nilai mean empirik Agency thinking sebesar 13,5. Setelah mean didapat, dilakukan pengkategosisasian dengan menggunakan program pengolahan data. Dan disimpulkanlah kategorisasi harapan sebagai berikut.

Tabel 4.11 Kategorisasi Skor Harapan

Variabel Kategori

Skor

Frekuensi Presentase

Pathway Agency

Harapan Tinggi X > 13.5 X > 13.5 130 orang 91.54 %

Rendah

X > 13.5 X < 13.5 2 orang 1.41 % X < 13.5 X > 13.5 6 orang 4.23 % X < 13.5 X < 13.5 4 orang 2.82 %

Total 142 orang 100 %

Dari tabel kategorisasi harapan diatas, dapat dilihat bahwa subjek penelitian yang memiliki skor pathway thinking dan agency thinking yang tinggi apabila dibandingkan dengan subjek lain dalam kelompok subjek yang diteliti sebanyak 130 orang atau 91,54 % dari total subjek. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, individu yang memiliki skor tinggi pada pathway dan agency adalah individu yang memiliki tingkat harapan yang tinggi. Untuk kategori tingkat harapan rendah dalam kelompok subjek penelitian, berdasarkan teori harapan Snyder (1996) peneliti membagi kategori ini kedalam tiga kategori yang lebih kecil. Kategori pertama adalah subjek penelitian yang memiliki skor pathway thinking yang tinggi namun memiliki skor yang rendah pada agency thinking, yaitu sebanyak 2 orang (1,41 %), kategori kedua adalah subjek penelitian yang memperoleh skor rendah pada pathway thinking dan memiliki skor agency yang tinggi, yaitu sebanyak 6 orang ( 4,2 %), kategori ketiga adalah subjek penelitian yang memiliki skor rendah pada pathway thinking dan agency thinking, yaitu sebanyak 4 orang (2,82 %).

Tabel 4.12 Crosstab kategorisasi Pathway Thinking dan Agency Thinking Agency Thinking

Total

Pathway Thinking Tinggi Rendah

Tinggi 130 2 132

Rendah 6 4 10

Total 136 6 142

Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa terdapat 130 subjek penelitian (91,55%) yang memiliki tingkat Harapan Lulus Tepat Waktu tinggi dimana

mereka memiliki Pathway Thinking dan Agency Thinking yang sama-sama tinggi.

Sedangkan 2 subjek (1,41%) yang memiliki Pathway Thinking tinggi memiliki Agency Thinking yang rendah. Selanjutnya, dari 10 subjek (7,04%) yang berada dalam kategori Pathway Thinking rendah, 6 (4,23%) diantaranya juga memiliki Agency Thinking yang tinggi sedangkan 4 (2,82%) sisanya memiliki Agency Thinking yang rendah.

b. Kategorisasi Skor Regulasi Diri

Pengkategorian skor regulasi diri ini merujuk pada pembagian kategori yang telah ada dan direkomendasikan oleh pengembang alat ukur Self-Regulation Questioner sendiri. Berikut kategorisasi skor regulasi diri:

Tabel 4.13 Kategorisasi Skor Regulasi Diri

Variabel Skor Kategori Frekuensi Presentase

Regulasi Diri

X > 239 Tinggi 31 orang 21,8%

214 – 238 Sedang 68 orang 47,9%

X < 213 Rendah 43 orang 30,3%

Berdasarkan hasil kategorisasi yang telah dilakukan, diketahui 31 orang (21,8 %) mahasiswa yang menjadi subjek penelitian memiliki skor regulasi diri yang tinggi. Sebanyak 68 orang (47,9%) memiliki skor regulasi diri yang sedang dan sisanya sebanyak 43 orang (30,3 %) memiliki skor regulasi diri yang rendah.

Tabel 4.14 Crosstab kategori Harapan Lulus Tepat Waktu dan Regulasi Diri

HLTW

RD T R Total

T 29 2 31

S 66 2 68

R 36 7 43

Total 131 11 142

Berdasarkan informasi yang ditampilkan pada tabel 4.14 diketahui bahwa Mayoritas subjek penelitian memiliki Harapan Lulus Tepat Waktu yang tinggi namun memiliki tingkat Regulasi Diri yang berbeda-beda. Dimana dari 31 subjek (21,83%) yang memiliki tingkat Regulasi Diri tinggi, hanya 2 (1,41%) subjek yang memiliki Harapan Lulus Tepat Waktu yang rendah, sedangkan 29 subjek lainnya (20,42%) memiliki Harapan Lulus Tepat Waktu yang tinggi. Kemudian, sebanyak 66 (46,48%) dari 68 (47,89%) subjek yang memiliki tingkat Regulasi Diri sedang juga memiliki Harapan Lulus Tepat Waktu yang tinggi, sedangkan sisanya sebanyak 2 (1,41%) subjek memiliki tingkat Harapan Lulus Tepat Waktu rendah. Dari total 43 (30,29%) subjek yang memiliki tingkat Regulasi Diri rendah, sebanyak 36 subjek (25,35%) berada dalam kategori Harapan Lulus Tepat Waktu yang tinggi sedangkan 7 (4,93%) subjek lainnya berada dalam kategori Harapan Lulus Tepat Waktu yang rendah.

4.4 Pembahasan

Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara Harapan Lulus Tepat Waktu dan Regulasi Diri pada subjek penelitian. Dimana subjek yang memiliki tingkat Harapan Lulus Tepat Waktu

yang tinggi juga memiliki tingkat Regulasi Diri yang tinggi dan begitu pula sebaliknya.

Jika kita melihat tingkat Harapan Lulus Tepat Waktu dan tingkat Regulasi Diri pada subjek penelitian, sebanyak 91,5% subjek penelitian memiliki skor harapan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki harapan yang tinggi. Sedangkan pada tingkat Regulasi Diri sebanyak 21,8% subjek penelitian yang memiliki tingkat Regulasi Diri yang tinggi. Individu yang memiliki tingkat Regulasi Diri yang tinggi memiliki kemampuan untuk mengontrol perilakunya (Baumeister, 1994; Bandura, dalam Boeree, 2010), dapat dengan baik mengelola emosi (Sinha, 2008), cenderung lebih sukses dalam hubungan, pekerjaan, memiliki kesehatan mental yang baik dan prestasi akademik yang baik (Tangney, dkk., 2004; Nota, dkk., 2004).

Harapan terdiri dari kemampuan untuk perencanaan dan kemampuan untuk mempertahankan motivasi dalam pencapaian tujuan (Snyder, 1994). Pada subjek penelitian yang harapannya dalam penelitian ini dikonsepkan pada harapan untuk lulus tepat waktu, secara umum subjek penelitian memiliki tingkat harapan lulus tepat waktu yang tinggi, dimana mereka mampu menyusun berbagai pilihan rencana untuk lulus tepat waktu dan mempertahankan motivasi agar dapat lulus tepat waktu. Dimana menurut Snyder (2000), individu dengan Harapan yang tinggi akan lebih mudah untuk mencapai tujuan mereka, memiliki prestasi akademik yang tinggi (Snyder, 2002), dikarenakan mereka dapat dengan jelas mengkonseptualisasikan tujuannya, memiliki kemampuan untuk menyusun berbagai pilihan cara dalam mencapai tujuan dan mampu mempertahankan motivasi untuk terus menjalankan rencana untuk mencapai tujuan.

Penelitian ini juga menemukan bahwa subjek penelitian memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat lulus tepat waktu dan mempertahankan motivasi untuk lulus tepat waktu, dimana sebanyak 95,77% subjek tinggi pada Agency Thinking.

Sedangkan subjek penelitian yang memiliki kemampuan menyusun berbagai rencana untuk lulus tepat waktu (Pathway Thinking) yang tinggi sebanyak 92,95%, dimana jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah subjek yang memiliki Agency Thinking yang tinggi. Namun, hal ini bukan berarti bahwa subjek penelitian memiliki tidak memiliki Pathway Thinking yang tinggi, subjek memiliki kemampuan perencanaan untuk dapat lulus tepat waktu namun hal ini masih perlu ditingkatkan.

Berdasarkan kategorisasi yang telah dilakukan, sebagian besar subjek penelitian (49,9%) memiliki tingkat Regulasi Diri dalam kategori sedang. Dimana mereka yang berada dalam kategori ini memiliki kemampuan regulasi diri yang cukup untuk mencapai tujuan yang diinginkan namun mengalami beberapa tantangan dalam proses regulasi dirinya. Kategori regulasi diri terbanyak kedua adalah tingkat regulasi diri sedang, dimana terdapat 30,2% subjek yang memiliki regulasi diri yang rendah. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah subjek yang memiliki tingkat regulasi diri tinggi sebesar 21,8%. Dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki kemampuan regulasi diri dalam pencapain tujuannya, tetapi mengalam beberapa tantangan dalam proses regulasi dirinya.

Berdasarkan pengkategorisasian yang telah dilakukan antara Harapan Lulus Tepat Waktu dan Regulasi Diri, diketahui bahwa mayoritas subjek

tingkat Regulasi Diri yang berbeda-beda. Secara umum, harapan lulus tepat waktu merupakan bentuk konseptualisasi dari perencanaan dan motivasi untuk dapat lulus tepat waktu. Sedangkan regulasi diri merupakan bentuk aksi nyata dari perencanaan yang telah dilakukan untuk dapat lulus tepat waktu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki konseptualisasi akan perencanaan untuk dapat lulus tepat waktu serta motivasi untuk lulus tepat waktu yang tinggi, tetapi dalam hal pelaksanaan rencana yang ada, subjek penelitian masih mengalami beberapa tantangan sehingga regulasi diri pada subjek tidak optimal.

Hal ini dapat dipengaruhi oleh salah satu faktor internal Regulasi Diri yang telah dikemukan oleh Bandura (dalam Alwisol, 2007) yaitu proses penilaian.

Subjek dalam penelitian ini merupakan mahasiswa yang aktif berorganisasi memiliki waktu yang sedikit dan dituntut untuk membuat keputusan dalam waktu yang singkat. hal ini mempengaruhi proses evaluasi mereka, dimana mereka cenderung melakukan pengambilan keputusan secara cepat sehingga proses evaluasi tidak bisa optimal.

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, sebanyak 91,54 % mahasiswa yang menjadi subjek penelitian memiliki skor harapan lulus tepat waktu yang tinggi, yaitu sebanyak 130 orang mendapat skor Pathway thinking dan skor Agency thinking yang tinggi. Seseorang dikatakan memiliki tingkat harapan yang tinggi apabila mendapat skor yang tinggi pada kedua dimensi harapan yaitu pathway dan agency (Snyder, 1994). Hal tersebut membuat individu dengan harapan yang tinggi memiliki kemampuan untuk membuat rencana-rencana yang fleksibel untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta memiliki motivasi dan

dorongan yang kuat untuk memulai dan terus menjalankan rencana-rencana yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mereka memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan yang ingin mereka capai serta terus menerus memikirkan cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan tetap fokus pada tujuan dan berani mengambil kesempatan yang ada (Snyder, 1994). Sebanyak 2 orang subjek penelitian memiliki skor pathway yang tinggi namun mendapat skor agency yang rendah. Individu dengan skor pathway yang tinggi memiliki kemampuan untuk mengatur dan menciptakan rencana-rencana untuk mencapai tujuannya. Mereka tahu apa tujuan mereka dengan jelas dan tahu apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Tetapi dengan skor agency yang rendah, individu pada kategori ini memiliki dorongan yang rendah untuk memulai rencana mereka, mereka cenderung menunda dan tidak tahu kapan harus memulai. Hal ini tentu mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuannya. Sebanyak 6 subjek penelitian memiliki skor pathway yang rendah, tetapi memiliki skor agency yang tinggi. Individu pada kategori ini memiliki motivasi dan dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Mereka adalah orang-orang yang bersemangat untuk mencapai tujuan tertentu namun terhambat oleh ketidakmampuan dalam membuat rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka tahu apa yang mereka inginkan, mereka memiliki dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan tersebut namun tidak tahu harus memulai dari mana dan kesulitan dalam menentukan hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan mereka. Sebanyak 4 subjek penelitian memiliki skor rendah pada kedua komponen harapan yaitu pathway dan agency. Individu pada kategori ini adalah mereka yang memiliki kemampuan yang rendah untuk

membuat rencana-rencana untuk mencapai tujuannya dan tidak memiliki dorongan untuk memulai melakukan sesuatu. Individu dalam kategori ini tidak percaya jika dirinya mampu mencapai tujuan yang ia inginkan. Mereka tidak memiliki gambaran tujuan yang jelas, mereka tidak mampu memikirkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan yang diinginkan dikarenakan kepercayaan yang kurang pada kemampuan mereka.

Diketahui bahwa mean empirik harapan lulus tepat waktu lebih besar dibandingkan dengan mean hipotetik, dimana mean empirik harapan lulus tepat waktu sebesar 39,99 sedangkan mean hipotetik harapan lulus tepat waktu sebesar 27. Hal ini berarti bahwa tingkat harapan subjek dalam penelitian ini tergolong lebih tinggi dari populasi pada umumnya. Komponen pathway thinking dalam harapan memiliki nilai mean empirik sebesar 18,84 yang lebih besar dibandingkan mean hipotetik sebesar 13,5. Hal ini berarti bahwa skor pathway pada kelompok subjek dalam penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan norma alat ukur.

Sedangkan untuk komponen agency thinking pada harapan didapat mean empirik sebesar 19,15 yang lebih besar dari mean hipotetik agency thinking yaitu 13,5.

Hal ini berarti bahwa skor agency thinking pada kelompok subjek dalam penelitian ini tergolong tinggi dari norma alat ukur. Hasil ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor harapan itu sendiri. Weil (2000) telah mengemukakan tiga faktor yang dapat mempengaruhi harapan seseorang yaitu dukungan sosial, religiusitas, dan kontrol. Hal ini dapat dilihat pada subjek penelitian yang merupakan bagian dari organisasi dan memiliki kedudukan didalam organisasi yang mereka ikuti. Tentunya menjadi bagian dari sebuah kelompok atau dalam hal ini organisasi membuat subjek memiliki banyak sumber dukungan sosial dari para

anggota atau orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut, baik berupa dukungan emosional, dukungan instrumental dan dukungan informasional dari sesama anggota yang juga sama-sama sedang mengerjakan skripsi, atau dari alumni yang dulu pernah aktif dalam organisasi yang sama. Dukungan sosial telah terbukti dapat mempengaruhi self-efficacy seseorang (Indati, 2002), ketika individu memiliki self-efficacy yang tinggi maka individu akan memiliki perasaan mampu melakukan dan mencapai tujuannya. Hal ini mempengaruhi komponen agency thinking dalam harapan, dengan merasa yakin pada kemampuan, seseorang mampu menggambarkan dengan jelas tujuan yang diinginkan dan memiliki dorongan serta motivasi untuk melakukan apapun demi mencapai tujuannya (Snyder, 1994). Dukungan sosial yang didapat dari anggota organisasi yang diikuti subjek akan membantu subjek dalam mencari informasi berupa solusi dari orang sekitar dan membandingkannya, mencari bantuan tentang cara-cara melakukan sesuatu, yang tentu mempengaruhi pathway thinking mereka.

Dukungan dari orang-orang disekitar juga mampu meningkatkan motivasi seseorang serta memberi dorongan untuk mengejar tujuan yang ada. Intinya, dukungan sosial dapat membantu subjek dalam mengatasi masalah-masalah yang ada dalam menyelesaikan skripsi. Namun hal ini tentu masih membutuhnya penelitian lebih lanjut lagi.

Berdasarkan data yang didapatkan dilapangan, sebanyak 21,8 % subjek penelitian yang memiliki tingkat regulasi diri yang tinggi. Individu yang masuk dalam kategori ini merupakan mahasiswa yang memiliki kemampuan untuk mengontrol perilaku, mengevaluasi keefektifan sebuah perilaku, dan tetap termotivasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan ( Schunk & Zimmerman,

2003). Tidak hanya perilaku, individu dengan tingkat regulasi tinggi memiliki kemampuan untuk mengarahkan perhatian dan pikiran mereka pada tujuan yang ingin dicapai. Mereka juga memiliki kemampuan untuk mengatur emosi yang dengan baik, hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa individu dengan tingkat regulasi diri tinggi cenderung tidak terlibat dalam konflik ataupun kasus kekerasan dilingkungan belajar hal ini dikarenakan mereka memiliki kemampuan sosial yang baik (Nota dkk., 2004). Pada subjek penelitian yang merupakan mahasiswa yang aktif berorganisasi, mereka yang masuk dalam kategori tingkat regulasi diri mampu menentukan jadwal dan prioritas mereka dengan baik, fokus pada tujuan yang ada, memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang sekitar, serta mampu terus menjalankan rencana untuk mencapai tujuannya. Sebagian besar subjek penelitian memiliki tingkat regulasi diri sedang, yaitu sebanyak 47,9 % subjek. Mereka yang berada dalam kategori ini memiliki kemampuan regulasi diri yang cukup untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan, tetapi mengalami beberapa masalah sederhana dalam proses mencapai tujuan yang telah ditentukan. Mereka mungkin kesulitan untuk secara konsisten menjalankan rencana, berhenti ditengah jalan, terganggu perhatiannya namun dapat kembali mengumpulkan motivasi, dorongan dan mengatur kembali perhatian, emosi dan perilaku mereka dan Sebanyak 30,3 % subjek penelitian memiliki tingkat regulasi diri yang rendah. Mereka yang berada dalam kategori ini cenderung memiliki masalah emosional dan perilaku dan sering menyebabkan masalah karena perilaku agresif mereka. Mereka juga kurang baik dalam menentukan rencana, jadwal dan prioritas sehingga kesulitan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan tidak fokus pada tujuan yang ada.

Jika dilihat dari hasil perbandingan antara mean empirik dan hipotetik dari regulasi diri ditemukan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat regulasi diri yang tinggi, dimana mean empirik (222.73) lebih besar dibandingkan dengan mean hipotetik (189). Terdapat dua faktor yang mempengaruhi regulasi diri (self regulation) yaitu faktor eksternal dan faktor internal. (Bandura dalam Alwisol, 2007). Faktor eksternal terdiri dari standart dan penguatan (reinforcement), sedangkan faktor internal terdiri dari observasi diri, proses penilaian, dan reaksi diri. Faktor eksternal dan internal ini ditemukan pada subjek penelitian yang merupakan mahasiswa yang aktif dalam organisasi dan memiliki kedudukan dalam organisasi. Mereka yang memiliki kedudukan dalam organisasi pasti memiliki tanggung jawab dan tugas yang harus mereka laksanakan.

Banyaknya tugas dan kegiatan yang harus mereka ikuti demi menjalankan peran dan tanggung jawab sebagai bagian dari organisasi memberi subjek kesempatan untuk berlatih mengatur diri sendiri, seperti berlatih mengatur jadwal dan prioritas. Dengan adanya latihan ini, subjek terbiasa dan terlatih untuk mengatur dirinya serta membantu subjek mengembangkan regulasi dirinya (Baumeister, dkk., 2006). Jumlah tugas dan kewajiban yang bertambah memberi kesempatan bagi seseorang untuk melatih regulasi dirinya menjadi lebih baik. Selain itu, mahasiswa yang aktif dalam organisasi tentunya akan memiliki interaksi yang lebih luas, tidak hanya dengan teman kuliah, tetapi juga dengan semua anggota organisasi yang berasal dari latar belakang berbeda, serta dengan pihak luar seperti sponsor apabila diperlukan dalam menjalankan kegiatan organisasi.

Tentunya hal ini akan mempengaruhi faktor eksternal mereka. Dalam lingkungan organisasi, subjek yang merupakan mahasiswa yang memiliki kedudukan dalam

organisasi akan melakukan interaksi dalam menjalankan peran mereka, interaksi tersebut mampu mempengaruhi mereka dalam menentukan standart penilaian yang terdapat dalam faktor eksternal serta memberikan reinforcement dari tingkah laku yang telah dilakukan. Selain itu, teman sebaya yang dimiliki subjek dalam organisasi yang diikuti juga mampu membantu mengembangkan regulasi dirinya dikarenakan teman sebaya dapat menjadi standart penilaian yang diperoleh subjek dengan cara membandingkan dirinya dengan orang-orang dan norma disekitar.

Hal ini sesuai dengan hasil penilitian yang dilakukan oleh Suprihatin bahwa teman sebaya memberi pengaruh terhadap kondisi regulasi diri seseorang (Arjanggi & Suprihatin, 2010). Orang-orang yang ada dilingkungan organisasi subjek juga bisa mempengaruhi beberapa tahap regulasi diri subjek, salah satunya yaitu pada tahap pertama receiving, subjek bisa memanfaatkan anggota dalam organisasinya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan relevan tentang cara pengerjaan skripsi ataupun topik tertentu dalam skripsinya. Namun hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut lagi.

Jika sebelumnya peneliti menjelaskan harapan lulus tepat waktu sebagai goal-oriented thinking, maka regulasi diri merupakan bentuk dari goal-oriented behavior. Dimana regulasi berperan dalam mengatur dan mengontrol perilaku individu yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dapat dikatakan bahwa hubungan yang ada antara harapan lulus tepat waktu dan regulasi diri adalah peran masing-masing variabel dalam pencapain tujuan. Harapan membantu individu dalam hal goal-oriented thinking yaitu perencanaan, memikirkan dan menyiapkan rencana-rencana alternatif (pathway), dan mempertahankan motivasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (agency).

Sedangkan regulasi diri lebih mengarah pada perilaku dan tindakan-tindakan nyata yang dilakukan (goal-oriented behaviour) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seperti, menerima dan mencari informasi, menyusun rencana, mengimplentasikan rencana yang telah ada, dan mengevaluasi berhasil atau tidaknya rencana. Regulasi membantu individu untuk mengatur waktu dan jadwal, serta menentukan prioritas, sehingga rencana-rencana yang telah disusun dapat dijalankan. Harapan membantu individu untuk mengarahkan pikiran dan motivasi pada tugas atau tujuan tertentu, sedangkan regulasi diri membantu individu untuk mengontrol proses menjalankan semua rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB V

Dokumen terkait