• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LATIHAN IMAGERY RELAXATION DAN SELF TALK TERHADAP KONSENTRASI DAN KEBERHASILAN 3 POINT SHOOT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH LATIHAN IMAGERY RELAXATION DAN SELF TALK TERHADAP KONSENTRASI DAN KEBERHASILAN 3 POINT SHOOT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

425

PENGARUH LATIHAN IMAGERY RELAXATION DAN SELF TALK TERHADAP KONSENTRASI DAN KEBERHASILAN 3 POINT SHOOT

Ari Iswanto1); Budi Dermawan2)

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi STKIP PGRI Pacitan e-mail: 1)ariiswanto01@gmail.com, 2)dermawan2507@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini difokuskan pada pengaruh latihan imageryrelaxation dan selftalk yang bertujuan untuk melatih konsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot bolabasket pada mahasiswa putra program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan rekreasi STKIP PGRI Pacitan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan dua kelompok yang memperoleh perlakuan yang berbeda, dengan two group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh mahasiswa putra program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan rekreasi STKIP PGRI Pacitan angkatan 2014, yang berjumlah 50 orang. Pembagian kelompok pada penelitian ini menggunakan Matched Subjek Ordinal Pairing. Data diambil dengan teknik tes, yaitu tes konsentrasi dan tes ketrampilan 3 point shoot. Analisis data digunakan uji-t amatan ulangan (paired t-test) dan uji T2 Hotteling’s, kemudian uji lanjut dengan uji-t antar kelompok (independent t-test), yang terlebih dahulu data diuji normalitas dan homogenitasnya. Hasil analisis pada data post test atau setelah perlakuan, diperoleh thitung sebesar 3,402 dengan p<0,05 dan dinyatakan signifikan. Hal ini membuktikan bahwa sesudah perlakuan, dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan keberhasilan 3 point shoot antara kelompok perlakuan menggunakan self talk dengan kelompok perlakuan menggunakan imagery relaxation. Dilihat dari rerata akhir, keberhasilan 3 point shoot pada kelompok perlakuan dengan self talk lebih tinggi dibandingkan dengan rerata pada kelompok imagery relaxation (45,86>35,84).

Kata Kunci: konsentrasi, 3 point shoot, peningkatan self talk, imagery relaxation, bola basket.

PENDAHULUAN

Bolabasket adalah olahraga beregu yang mengandalkan teknik, kecepatan, dan ketahanan tubuh. Teknik digunakan untuk melakukan gerakan dengan efektif dan efisien. Dalam permainan bolabasket, menembak merupakan salah satu komponen teknik dasar yang sangat penting dan harus dimiliki tiap pemain. Teknik menembak wajib dimiliki oleh tiap pemain karena teknik ini berguna untuk mencetak angka yang akan menentukan suatu kemenangan pada salah satu tim. Tim yang tersusun dari pemain-pemain yang memiliki teknik passing, drible, block, rebound, dan screen dengan tidak menjamin kemenangan dalam pertandingan jika tidak didukung oleh keberhasilan tembakan yang baik.

Keberhasilan tembakan dalam permainan bolabasket secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu tembakan yang menghasilkan 2 angka dan 3 angka. Pada umumnya mahasiswa bolabasket lebih mudah untuk menguasai teknik tembakan yang menghasilkan 2 angka karena faktor jarak pada keranjang yang cukup dekat memungkinkan mahasiswa dengan mudah dapat menguasai tembakan tersebut. Untuk tembakan 3 point shoot tidak semua mahasiswa dapat menguasai karena teknik ini membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi, dan tidak semua

mahasiswa dapat melakukan teknik tembakan 3 point shoot. Three point shoot memiliki keuntungan yaitu lebih cepat dalam mengumpulkan angka. Meskipun demikian resiko dari 3 point shoot juga lebih tinggi dibandingkan dengan tebakan dengan two point. mahasiswa yang melakukan 3 point shoot harus mempertimbangkan beberapa hal, seperti kemampuan teknik yang dimiliki, konsentrasi, dan kondisi mental.

Berdasarkan pengalaman mengajar mata kuliah bolabasket mahasiswa Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan dan hasil observasi pada mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan terlihat mahasiswa baik pada saat kuliah, bertanding, dan pada saat dilakukan tes pengambilan nilai untuk mengetahui semua kemampuan teknik mahasiswa terutama pada saat mahasiswa melakukan tes 3 point shoot masih cenderung tergesa-gesa dan kurang tenang dalam melakukan tembakan karena tertekan dengan waktu yang diberikan dari pelatih.

Akibatnya konsentrasi mahasiswa dalam melakukan tembakan 3 point shoot akan terganggu dan gagal dalam menciptakan point dari 3 point shoot karena mengalami penurunan kondisi mental.

Perbedaan keberhasilan 3 point shoot saat perkuliahan, pertandingan, dan saat tes

(2)

perkembangan mahasiswa dalam melakukan 3 point shoot, mengindikasikan kondisi mental mahasiswa yang belum stabil yang dapat mengganggu konsentrasi mahasiswa dalam keberhasilan melakukan 3 point shoot. Upaya peningkatan mental mahasiswa sehingga dapat meningkatkan konsentrasi mahasiswa dan tingkat keberhasilan dalam melakukan 3 point shoot pada mahasiswa sangat perlu dilakukan latihan mental yang berdampingan dengan latihan teknik dan fisik, sehingga dapat menunjang dalam meningkatkan konsentrasi dalam melakukan 3 point shoot dan keberhasilan dalam 3 point shoot.

Pentingnya kondisi mental dalam melakukan 3 point shoot perlu dilakukan pembinaan mental dengan latihan relaksasi, bentuk latihan relaksasi yang dilakukan adalah latihan imagery relaxation dan latihan self talk.

Latihan tersebut merupakan proses latihan mental dengan melibatkan unsur konsentrasi, mengarahkan tindakan ke suatu tujuan sesuai rencana, pengendalian perasaan, dan psikofisik.

Model latihan imagery relaxation memerlukan pendampingan dalam proses latihannya, sedangkan model latihan self talk cukup dengan memberikan konsep latihan dan selanjutnya akan dikembangkan oleh mahasiswa secara mandiri. Diharapkan dengan memberikan latihan imagery relaxation dan latihan self talk akan dapat membantu mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan dalam meningkatkan mental untuk dapat berkonsentrasi dengan baik guna meningkatkan keberhasilan 3 point shoot, dalam kondisi apapun. Berdasarkan permasalahan di atas akan dilakukan penelitian memberikan dua bentuk latihan relaksasi yaitu, latihan imagery relaxation dan latihan self talk diharapkan dapat meningkatkan pemain baik teknik maupun mental dalam melakukan 3 point shoot.

Olahraga Bolabasket

Olahraga bolabasket merupakan salah satu olahraga prestasi yang sangat diminati masyarakat saat ini terutama kalangan pelajar dan mahasiswa, sehingga banyak sekali kejuaraan bolabasket yang diselanggarakan dan diikuti oleh masyarakat luas.

Olahraga bolabasket dimainkan oleh lima orang pemain tiap regu. “Bentuk permainan yang diinginkan adalah permainan dengan menggunakan bola yang berbentuk bulat, dengan tidak ada unsur menendang, tidak ada unsur membawa lari bola, tanpa unsur menjegal, dengan menghilangkan gawang, ditambah adanya sasaran untuk merangsang dan sebagai tujuan permainan”

(Dedy Sumiyarsono, 1998: 2).

Teknik Dasar Menembak

Teknik menembak dalam olahraga bolabasket merupakan salah satu teknik yang sangat penting dimiliki setiap mahasiswa bolabasket, karena dengan menembak perolehan angka yang didapat dari hasil tembakan yang akan menentukan kemenangan suatu tim. Pengertian menembak itu sendiri adalah usaha yang dilakukan pemain untuk memasukkan bola ke dalam keranjang lawan dengan tujuan memperoleh angka atau skor sebanyak-banyaknya untuk memenangkan pertandingan.

Teknik menembak yang cukup efektif dan banyak digunakan adalah teknik menembak dengan satu tangan. Persyaratan teknik menembak yang baik menurut Dedy Sumiyarsono (2002: 25) sebagai berikut: 1) Kaki sejajar, apabila menggunakan sikap kuda-kuda kaki yang berada di depan sesuai dengan tangan yang digunakan untuk menembak. 2) Awalan bola dipegang di atas kepala dengan dua tangan sedikit di depan dahi.

Siku lengan tangan yang dipergunakan untuk menembak membentuk sudut 900. 3) Tangan yang tidak dipergunakan untuk menembak meninggalkan bola saat dilepas, sedangkan tangan yang digunakan untuk menembak diputar menghadap arah tembakan. Sikap badan rileks menghadap sasaran. 4) Tekuk lutut secukupnya agar memperoleh awalan tembakan, posisi siku tetap 900. 5) Luruskan kaki bersamaan dengan meluruskan tangan yang dipergunakan untuk menembak ke depan atas, sampai siku lurus dan diakhiri dengan lecutan pergelangan tangan sampai jari-jari menghadap ke bawah. 6) Sasaran sebagai tembakan dilihat di bawah bola, bukan di samping atau di atas bola. 7) Apabila bola tidak sampai pada sasaran yang dituju, maka tekuk lutut lebih rendah agar memperoleh momen yang lebih benar.

METODE

Desain yang digunakan adalah two group pretest-posttests design, menurut Suharsimi (2005:

212) “two group pretest-posttest design yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada dua kelompok pembanding”. Desain ini diformulasikan sebagai berikut:

Tabel 1.

Rancangan Penelitian Eksperimen Konsentrasi

dan 3 point shoot

Metode Latihan

Konsentrasi dan 3 point

shoot Pretest Imagery

Relaxation Posttest Pretest Self Talk Posttest

(3)

Penelitian ini dilaksanakan di Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan, yang mengikuti mata kuliah bola basket. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 dan diakhiri pada bulan Juni 2016 sebanyak 7 kali tatap muka disesuaikan dengan program relaksasi. Waktu penelitian ini dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, dan tahap pengecekan data.

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan, yang berjumlah 50 orang. Dari 50 sampel tersebut dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok I dan II. Kelompok I dikenakan perlakuan latihan self talk, sedangkan kelompok II dikenakan perlakuan latihan imagery relaxation sebelum Latihan.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua macam tes, yaitu: (1) tes konsentrasi yang diambil dari model grid concentration exercise, tes ini digunakan untuk mengukur konsentrasi mahasiswa yang berupa tabel yang memuat angka 0-99, (2) tes keterampilan menembak speed spot shoot AAHPRED yang dimodifikasi, tes ini dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan shooting. Penilaian speed spot shoot, berdasarkan 3 point shoot field goal percentage terbaik dari 3 kali percobaan tes pada pre-test dan 2 kali percobaan pada post-test. Tes awal sekaligus digunakan sebagai uji instrumen, untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.

Adapun pembentukan kelompok karena dalam penelitian ini akan membuat dua kelompok perlakuan yaitu kelompok imagery relaxation dan kelompok self talk, maka pairing yang digunakan adalah ordinal pairing. Ordinal pairing didasarkan atas kriterium ordinal, maka secara keseluruhan pola yang digunakan dalam penelitian ini adalah Match Subject Ordinal Pairing (MSOP).

Tes awal atau pre-test dari 3 point shoot field goal percentage diambil sebanyak tiga kali, dan diambil hasil terbaik, dan digunakan sebagai dasar pembentukan kelompok. Hasil Match Subject Ordinal Pairing (MSOP) disajikan pada tabel 2.

Setelah dilakukan pembagian kelompok dengan Match Subject Ordinal Pairing (MSOP), selanjutnya masing-masing kelompok diberi perlakuan (treatment). Kelompok I dengan perlakuan menggunakan metode latihan self talk, sedangkan kelompok II diberi perlakuan menggunakan metode latihan imagery relaxation.

Dari hasil tes awal diperoleh data konsentrasi dan 3 point shoot, dari tingkat konsentrasi yang tinggi, sedang sampai rendahsebagai berikut ini disajikan dalam bentuk tabel 3.

Tabel 2

Data Pembagian Kelompok Berdasarkan Matched Subjek Ordinal Pairing.

Tabel 3

Data Konsentrasi tes awal dari tingkatan tinggi, sedang, rendah dan hasil tes 3 point shoot.

No

Kelompok I (Self Talk)

Kelompok II (Imagery Relaxation) Nama Hasil Pering

kat Nama Hasil Pering kat 1. PRA 56,20 1 RF 56.16 2 2. RRA 55.98 4 NRH 56.07 3 3. UWK 55.95 5 DK 55.94 6

4. IF 55.84 8 AS 55.85 7

5. MDN 55.70 9 MSR 55.44 10 6. HDS 54.77 12 NH 55.02 11 7. AJE 54.52 13 RDP 54.06 14 8. KBS 53.35 16 IWK 53.38 15 9. DA 53.29 17 GA 52.76 18 10. RBH 49.87 20 YP 51.20 19 11. MND 46.35 21 DP 46.02 22 12. NMY 45.78 24 BS 45.84 23 13. RRA 43.64 25 AS 43.59 26 14 CWG 43.21 28 YP 42.67 27 15. ELA 41.58 29 AKN 41.86 30 16 JPY 40.78 32 SH 40.00 31 17. RBB 35.71 33 PJT 38.46 34 18. WST 35.29 36 WAS 33.33 35 19. YKA 30.00 37 SY 31.58 38 20. LWJ 29.41 40 YC 28.57 39 21. YLO 26.32 41 DAN 26.67 42 22. HI 25.00 44 WAP 23.81 43 23. DGS 21.05 45 HR 23.53 46 24. AMS 20.00 48 FH 18.75 47 25. GWM 16.67 49 IWK 17.65 50

No Tingkat Nama Konse ntrasi

3 Point Shoot 1.

Konsentrasi Tinggi

DN 18 42.86

2. ADI 18 26,67

3. GN 16 38.46

4. ARN 16 26.32

5. HRS 16 25.00

6. ARI 16 40,00

7. FAIQ 14 23.81

8. Konsentrasi Sedang

YG 13 35,71

9. HRWN 13 35,29

10. RIO 13 23,53

11. AWN 13 21,05

12. BM 13 33,33

13. FHM 12 31,58

14. TYS 12 30,00

15. SDQ 12 23.53

16. FDL 12 18,75

17. Rendah

ILHM 11 28,57

18. MRGN 11 29.41

19. MR 11 17.65

20. KML 8 16,67

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini disajikan analisis deskriptif berupa distribusi frekuensi dari masing-masing variabel penelitian, yaitu hasil tes awal dan tes akhir pada masing-masing kelompok perlakuan.

Konsentrasi

Konsentrasi dalam penelitian ini adalah kemampuan mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan untuk menfokuskan diri pada suatu masalah. Alat ukur yang digunakan adalah tes konsentrasi grid concentration exercise yaitu tes yang menghubungkan angka-angka. Hasil statistik deskriptif pada masing-masing kelompok disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4

Statistik Deskriptif Data Konsentrasi pada Masing- masing Kelompok

Keterangan:

Kelompok I : Perlakuan self talk

Kelompok II : Perlakuan imagery relaxation

Berdasarkan hasil analisis data dengan bantuan software komputer, diperoleh hasil analisis pada data konsentrasi awal (pre test) pada kelompok I (self talk), didapatkan rerata (mean) sebesar 13,60, median sebesar 13,00, mode sebesar 13, dan standart deviasi sebesar 2,319. Adapun pada data konsentrasi akhir (post test) pada kelompok yang sama, didapatkan rerata (mean) sebesar 17,80, median sebesar 17,00, mode sebesar 16, dan standart deviasi sebesar 2,821.

Hasil analisis data konsentrasi awal (pre test) pada kelompok II (imagery relaxation), didapatkan rerata (mean) sebesar 13,20, median sebesar 12,50, mode sebesar 12, dan standart deviasi sebesar 2,898. Adapun pada data konsentrasi akhir (post test) pada kelompok yang sama, didapatkan rerata (mean) sebesar 15,10, median sebesar 15,50, mode sebesar 17, dan standart deviasi sebesar 2,846.

Three Point Field Goal

Keberhasilan 3 point shoot adalah hasil penilaian terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan yang diukur melalui tes 3 point shoot dengan menggunakan teknik tes keterampilan menembak speed spot shoot AAHPRED yang dimodifikasi, baik saat pre test maupun saat post test. Hasil statistik deskriptif pada masing-masing kelompok disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 5

Statistik Deskriptif Data 3 Point Field Goal pada Masing-masing Kelompok Perlakuan

Keterangan:

Kelompok I : Perlakuan self talk

Kelompok II : Perlakuan imagery relaxation

Dari hasil analisis data dengan bantuan software komputer, diperoleh hasil analisis pada data 3 point field goal awal (pre test) pada kelompok I (self talk), didapatkan rerata (mean) sebesar 28,23, median sebesar 27,87, mode sebesar 16,67, dan standart deviasi sebesar 8,106. Adapun pada data 3 point field goal akhir (post test) pada kelompok yang sama, didapatkan rerata (mean) sebesar 45,86, median sebesar 44,72, mode sebesar 44,44, dan standart deviasi sebesar 4,583.

Hasil analisis data 3 Point Field Goal awal (pre test) pada kelompok II (imagery relaxation), didapatkan rerata (mean) sebesar 28,24, median sebesar 27,62, mode sebesar 17,65, dan standart deviasi sebesar 7,648. Adapun pada data 3 Point Field Goal akhir (post test) pada kelompok yang sama, didapatkan rerata (mean) sebesar 35,84, median sebesar 35,09, mode sebesar 25,00, dan standart deviasi sebesar 8,108.

Uji Normalitas Sebaran

Pengujian normalitas sebaran data dipergunakan kolmogorov smirnov test yang dilakukan dengan bantuan software SPSS. Hasil analisis disajikan pada tabel berikut ini:

Statistik Pre-test Post-test

KI KII KI KII

Mean

(Rerata) 13,60 13,20 17,80 15,10 Median 13,00 12,50 17,00 15,50

Mode 13 12 16 17

Standart

Deviasi 2,319 2,898 2,821 2,846 Variance 5,378 8,400 7,956 8,100

Range 7 8 8 9

Minimum 11 18 14 10

Maksimum 18 32 22 19

Statistik Pre-test Post-test

KI KII KI KII

Mean (Rerata)

28,23 28,24 45,86 35,84

Median 27,87 27,62 44,72 35,09 Mode 16,67 17,65 44,44 25,00 Standart

Deviasi

8,106 7,647 4,583 8,108

Varianc e

65,706 58,489 21,007 65,746

Range 26,19 22,35 14,44 22,06 Min 16,67 17,65 38,89 25,00 Maks 42,86 40,00 53,33 47,06

(5)

Tabel 6

Hasil Uji Normalitas Sebaran

Tabel di atas memperlihatkan bahwa, uji normalitas pada data konsentrasi pre test didapatkan Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar 0,948 dengan p>0,05, pada data 3 point field goal pre test dihasilkan Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar 0,361 dengan p>0,05, pada data konsentrasi post test dihasilkan Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar 0,578 dengan p>0,05, dan pada data 3 point field goal post test dihasilkan Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar 0,656 dengan p>0,05. Hasil tersebut menunjukan p>0,05 yang berarti data-data tersebut berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas pada data peningkatan konsentrasi, didapatkan nilai Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar 0,729 dengan p>0,05, demikian juga pada data peningkatan 3 point field goal didapatkan nilai Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar 0,745 dengan p>0,05. Hal tersebut berarti pada kedua data peningkatan tersebut berdistribusi normal.

Uji Homogenitas Varians

Pengujian homogenitas varian dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dari populasi berasal dari varian yang sama dan tidak menunjukan perbedaan yang signifikan satu sama lain. Tes statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji F (Levene’s Test for Equality of Variances). Hasil analisis secara ringkas disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 7

Hasil Uji Homogenitas Varian Antar Kelompok

Berdasarkan ringkasan uji homogenitas di atas, diketahui bahwa semua Fhitung tidak signifikan pada taraf signifikansi 5%, hal ini ditunjukkan dengan p>0,05. Karena p>0,05 maka disimpulkan tidak ada perbedaan antara varian semua data (data konsentrasi, baik pre test, post test, maupun peningkatannya, dan data 3 point field goal, baik pre test, post test, maupun peningkatannya), yang berarti data-data tersebut homogen. Hal ini berarti bahwa prasyarat homogenitas varian telah terpenuhi.

Berdasarkan hasil kedua pengujian prasyaratan di atas, semua persyaratan analisis yaitu, data berdistribusi normal dan variansi antar kelompok homogen, telah terpenuhi, maka selanjutnya dapat dilakukan pengujian statistik parametrik dengan analisis uji-t (paired t-test) dan uji-t antar kelompok (independent t-test).

Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang diuji pada penelitian ini adalah: 1) Ada pengaruh dari latihan imagery relaxation terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan. 2) Ada pengaruh dari latihan self talk terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan. 3) Ada pengaruh dari latihan imagery relaxation terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan. 4) Ada pengaruh dari latihan self talk terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan. 5) Ada perbedaan keefektifan latihan imagery relaxation dan latihan self talk terhadap konsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan.

Data

Kolmogorov

Smirnov Keteran Statistik Sig. (p) gan

Konsentrasi (Pre-test)

0,948 0,330 Normal 3 Point Field

Goal (pre test)

0,361 0,999 Normal Konsentrasi

(Post-test)

0,578 0,892 Normal 3 Point Field

Goal (post test)

0,656 0,783 Normal

Peningkatan Konsentrasi

0,729 0,663 Normal Peningkatan 3

Point Field Goal

0,745 0,636 Normal

Data yang Diuji

Levene’s Test for Equality or

Variances

Kesimpul an F p (sig.)

Konsentrasi (Pre-test)

0,360 0,556 Homogen 3 Point Field

Goal (pre test)

0,020 0,889 Homogen Konsentrasi

(Post-test)

0,009 0,925 Homogen 3 Point Field

Goal (post test)

4,148 0,057 Homogen Peningkatan

Konsentrasi

0,413 0,528 Homogen Peningkatan 3

Point Field Goal

4,093 0,058 Homogen

(6)

Menggunakan uji-t amatan ulangan (paired t-test), sedangkan hipotesis kelima menggunakan uji T2 Hotteling’s, kemudian uji lanjut dengan uji- t antar kelompok (independent t-test).

1. Pengujian Hipotesis Pertama.

Hipotesis pertama pada penelitian ini adalah: “Ada pengaruh dari latihan imagery relaxation terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”. Hipotesis tersebut adalah hipotesis asli/alternatif (Ha), guna keperluan pengujian hipotesis, hipotesis tersebut diubah ke dalam hipotesis nihil/null hypothesis, yaitu: “Tidak ada pengaruh dari latihan imagery relaxation terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”. Hipotesis tersebut diuji menggunakan uji-t amatan ulangan (paired t-test), hasil analisis dengan bantuan software SPSS secara ringkas disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 8

Hasil Analisis Uji-t Amatan Ulangan (Paired t- test) Data Konsentrasi pada Kelompok Imagery

Relaxation

Tabel tersebut di atas memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil analisis, didapatkan nilai thitung sebesar 6,862 dengan p= 0,000, ternyata p<0,05 dengan demikian thitung tersebut signifikan, diterima. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan pada konsentrasi sesudah diberi perlakuan (post test) dengan konsentrasi sebelum diberi perlakuan (pre test) pada kelompok mahasiswa yang mendapat perlakuan latihan imagery relaxation. Dilihat dari rerata yang diperoleh, pada data post test lebih tinggi dibandingkan data pre test, dengan demikian pengaruhnya adalah positif.

Berdasarkan fakta tersebut, maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan “Tidak ada pengaruh dari latihan imagery relaxation terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”, ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan “Ada pengaruh dari latihan imagery relaxation terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”, diterima. Artinya bahwa terdapat pengaruh latihan imagery relaxation terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua pada penelitian ini adalah:

“Ada pengaruh dari latihan self talk terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”. Hipotesis tersebut adalah hipotesis asli/alternatif (Ha), guna keperluan pengujian hipotesis, hipotesis tersebut diubah ke dalam hipotesis nihil/null hypothesis, yaitu: “Tidak ada pengaruh dari latihan self talk terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”.

Seperti halnya pada pengujian hipotesis pertama, hipotesis kedua ini juga diuji menggunakan uji-t amatan ulangan (paired t-test), hasil analisis dengan bantuan software SPSS secara ringkas disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 9

Hasil Analisis Uji-t Amatan Ulangan (Paired t- test) Data Konsentrasi pada Kelompok Self Talk

Tabel di atas memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil analisis, didapatkan nilai thitung

sebesar 11,699 dengan p= 0,000, ternyata p<0,05 dengan demikian thitung tersebut signifikan. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan pada konsentrasi sesudah perlakuan (post test) dengan konsentrasi sebelum perlakuan (pre test) pada kelompok mahasiswa yang mendapat perlakuan latihan self talk. Dilihat dari rerata yang diperoleh, pada data post test lebih tinggi dibandingkan data pre test, dengan demikian pengaruhnya adalah positif.

Berdasarkan fakta tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan “Tidak ada pengaruh dari latihan self talk terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”, ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan

“Ada pengaruh dari latihan self talk terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”, diterima. Artinya bahwa terdapat pengaruh latihan self talk terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga pada penelitian ini adalah:

“Ada pengaruh dari latihan imagery relaxation terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”.

Konsent

rasi Rerata SD Statistik Keter angan thitung p-Value Post-test 15,10 2,846

6,862 0,000 Signif ikan Pre-test 13,20 2,898

Konsent

rasi Rerata SD

Statistik

Ketera ngan

thitung p-

Value Post-test 17,80 2,821

11,699 0,000 Signifi kan Pre-test 13,60 2,319

(7)

Hipotesis tersebut adalah hipotesis asli/alternatif (Ha), guna keperluan pengujian hipotesis, hipotesis tersebut diubah ke dalam hipotesis nihil/null hypothesis, yaitu: “Tidak ada pengaruh dari latihan imagery relaxation terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”.

Seperti halnya pada pengujian hipotesis pertama, hipotesis ketiga ini juga diuji menggunakan uji-t amatan ulangan (paired t-test), hasil analisis dengan bantuan software SPSS secara ringkas disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 10

Hasil Analisis Uji-t Amatan Ulangan (Paired t- test) Data 3 Point Field Goal pada Kelompok

Imagery Relaxation

Dari tebel di atas diketahui bahwa didapatkan nilai thitung sebesar 3,862 dengan p=

0,004, ternyata p<0,05 dengan demikian thitung

tersebut signifikan. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan pada konsentrasi sesudah perlakuan (post test) dengan konsentrasi sebelum perlakuan (pre test) pada kelompok mahasiswa yang mendapat perlakuan latihan imagery relaxation. Dilihat dari rerata yang diperoleh, pada data post test lebih tinggi dibandingkan data pre test, dengan demikian pengaruhnya adalah positif.

Berdasarkan fakta tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan “Tidak ada pengaruh dari latihan imagery relaxation terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”, ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan “Ada pengaruh dari latihan imagery relaxation terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”, diterima. Artinya bahwa terdapat pengaruh latihan imagery relaxation terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan.

4. Pengujian Hipotesis Keempat

Hipotesis keempat pada penelitian ini adalah: “Ada pengaruh dari latihan self talk terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”.

Hipotesis tersebut adalah hipotesis asli/alternatif (Ha), guna keperluan pengujian hipotesis, hipotesis tersebut diubah ke dalam hipotesis nihil/null hypothesis, yaitu: “Tidak ada pengaruh

dari latihan self talk terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”.

Seperti halnya pada pengujian hipotesis pertama, hipotesis keempat ini juga diuji menggunakan uji-t amatan ulangan (paired t-test), hasil analisis dengan bantuan software SPSS secara ringkas disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 11

Hasil Analisis Uji-t Amatan Ulangan (Paired t- test) Data 3 Point Field Goal pada Kelompok Self

Talk

Dari tebel di atas diketahui bahwa didapatkan nilai thitung sebesar 6,656 dengan p=

0,000, ternyata p<0,05 dengan demikian thitung

tersebut signifikan. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan pada konsentrasi sesudah perlakuan (post test) dengan konsentrasi sebelum perlakuan (pre test) pada kelompok mahasiswa yang mendapat perlakuan latihan dengan self talk. Dilihat dari rerata yang diperoleh, pada data post test lebih tinggi dibandingkan data pre test, dengan demikian pengaruhnya adalah positif.

Berdasarkan fakta tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan “Tidak ada pengaruh dari latihan self talk terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”, ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan “Ada pengaruh dari latihan self talk terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”, diterima. Artinya bahwa terdapat pengaruh latihan self talk terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan.

5. Pengujian Hipotesis Kelima a. Uji Two-Group MANOVA

Untuk mengetahui perbedaan keefektifan latihan imagery relaxation dan latihan self talk terhadap konsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot, dilakukan analisis terhadap hasil peningkatan dari kedua kelompok eksperimen.

Statistik uji yang digunakan adalah two group MANOVA, uji statistik MANOVA dua kelompok dapat dilakukan apabila asumsi normalitas dan homogenitas telah terpenuhi. Untuk dapat memberikan deskripsi dari permasalahan di atas masing-masing data peningkatan dari kelompok

3 Point

Field Goal Rerata SD Statistik Keteran thitung p-Value gan Post-test 35,84 8,108

3,862 0,004 Signifi Pre-test 28,24 7,648 kan

3 Point Field Goal

Rerata SD

Statistik

Ketera ngan thitung p-Value Post-test 45,86 4,583

6,656 0,000 Signifi kan Pre-test 28,23 8,106

(8)

imagery relaxation dan self talk digabungkan.

Setelah itu dilakukan analisis, apakah kondisi kedua kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan sama atau tidak. Hasil uji keefektifan latihan imagery relaxation dan latihan self talk terhadap konsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12

Hasil Analisis MANOVA

Nilai Fh untuk uji statistik Hotelling’s Trace menunjukan nilai dari probabilitas 0,000, yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%. Ini berarti menunjukan bahwa secara simultan, latihan imagery relaxation dan latihan self talk terhadap konsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot berbeda setelah diberikan perlakuan. Akan tetapi tidak cukup hanya dilihat perbedaan secara berkelompok maka perlu diuji lanjut untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok tersebut memang berbeda dengan menggunakan uji-t antar kelompok (independent t-test).

b. UJi Lanjut dengan uji-t antar kelompok (independent t-test)

1) Latihan self talk lebih efektif dari latihan imagery relaxation dalam meningkatkan konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan.

Hipotesis tersebut adalah hipotesis asli/alternatif (Ha), guna keperluan pengujian hipotesis, hipotesis tersebut diubah ke dalam hipotesis nihil/null hypothesis, yaitu: “Latihan self talk tidak lebih efektif dari latihan imagery relaxation dalam meningkatkan konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”. Hasil analisis dengan bantuan software SPSS secara ringkas disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 13

Hasil Analisis Uji-t Antar Kelompok (Independent t-test) Data Konsentrasi

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa konsentrasi pada data pre test atau sebelum perlakuan dinyatakan tidak signifikan, dibuktikan dengan thitung 0,341 dengan p>0,05. Hal ini membuktikan bahwa sebelum perlakuan pada kedua kelompok perlakuan tersebut seimbang atau tidak ada perbedaan yang signifikan. Hasil analisis pada data post test atau setelah perlakuan, diperoleh thitung sebesar 2,131 dengan p<0,05 dan dinyatakan signifikan.

Hal ini membuktikan bahwa sesudah perlakuan, dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan konsentrasi antara kelompok perlakuan menggunakan self talk dengan kelompok perlakuan menggunakan imagery relaxation.

Dilihat dari rerata akhir, konsentrasi pada kelompok perlakuan dengan self talk lebih tinggi dibandingkan dengan rerata pada kelompok imagery relaxation (17,80>15.10). Agar mendapatkan hasil yang lebih menyeluruh, maka analisis selanjutnya adalah pada data peningkatan konsentrasi. Berdasarkan hasil analisis pada data peningkatan konsentrasi, diperoleh thitung sebesar 5,073 dengan p<0,05 dan dinyatakan signifikan.

Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan konsentrasi antara kelompok perlakuan menggunakan self talk dengan kelompok perlakuan menggunakan imagery relaxation. Dilihat dari rerata peningkatan konsentrasi pada kelompok perlakuan dengan self talk lebih tinggi dibandingkan dengan rerata pada kelompok imagery relaxation (4,20>1.90).

Berdasarkan fakta tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan “Latihan self talk tidak lebih efektif dari latihan imagery relaxation dalam meningkatkan konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”, ditolak, dan hipotesis asli/alternatif (Ha) yang menyatakan

“Latihan self talk lebih efektif dari latihan imagery relaxation dalam meningkatkan konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”, diterima. Artinya dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh latihan imagery relaxation dan self talk, dan latihan self talk yang paling efektif pengaruhnya terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan.

2) Latihan self talk lebih efektif dari latihan imagery relaxation dalam meningkatkan keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan.

Hipotesis tersebut adalah hipotesis asli/alternatif (Ha), guna keperluan pengujian hipotesis, hipotesis tersebut diubah ke dalam hipotesis nihil/null hypothesis, yaitu: “Latihan self

Effect Value F Hypothe

sis df

Error df Sig.

Hotelling’s

Trace 1,475 12,538a 2,000 17,000 0,000

Data Kelompok Rerata SD Statistik Ketera ngan thitung p-Value Pre-

test

Self Talk 13,60 2,319

0,341 0,737 Tidak Signifi kan Imagery

Relaxation 13,20 2,898 Post-

test

Self Talk 17,80 2,821

2,131 0,047 Signifi Imagery kan

Relaxation 15,10 2,846 Penin

gkata n

Self Talk 4,20 1,135

5,073 0,000 Signifi Imagery kan

Relaxation 1,90 0,876

(9)

talk tidak lebih efektif dari latihan imagery relaxation dalam meningkatkan keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”. Hasil analisis dengan bantuan software SPSS secara ringkas disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 14

Hasil Analisis Uji-t Antar Kelompok (Independent t-test) Data Keberhasilan 3 Point Shoot

Dari tabel di atas diketahui bahwa konsentrasi pada data pre test atau sebelum perlakuan dinyatakan tidak signifikan, dibuktikan dengan thitung -0,001 dengan p>0,05. Hal ini membuktikan bahwa sebelum perlakuan pada kedua kelompok perlakuan tersebut seimbang atau tidak ada perbedaan yang signifikan pada data keberhasilan 3 point shoot. Hasil analisis pada data post test atau setelah perlakuan, diperoleh thitung

sebesar 3,402 dengan p<0,05 dan dinyatakan signifikan. Hal ini membuktikan bahwa sesudah perlakuan, dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan keberhasilan 3 point shoot antara kelompok perlakuan menggunakan self talk dengan kelompok perlakuan menggunakan imagery relaxation. Dilihat dari rerata akhir, keberhasilan 3 point shoot pada kelompok perlakuan dengan self talk lebih tinggi dibandingkan dengan rerata pada kelompok imagery relaxation (45,86>35,84).

Agar mendapatkan hasil yang lebih menyeluruh, maka analisis selanjutnya adalah pada data peningkatan keberhasilan 3 point shoot.

Berdasarkan hasil analisis pada data peningkatan keberhasilan 3 point shoot, diperoleh thitung sebesar 3,037 dengan p<0,05 dan dinyatakan signifikan.

Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan keberhasilan 3 point shoot antara kelompok perlakuan menggunakan self talk dengan kelompok perlakuan menggunakan imagery relaxation. Dilihat dari rerata peningkatan keberhasilan 3 point shoot pada kelompok perlakuan dengan self talk lebih tinggi dibandingkan dengan rerata pada kelompok imagery relaxation (17,63>7,60).

Berdasarkan fakta tersebut, maka hipotesis nihil yang menyatakan “Latihan self talk tidak

lebih efektif dari latihan imagery relaxation dalam meningkatkan keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”, ditolak, dan hipotesis asli/alternatif (Ha) yang menyatakan “Latihan self talk lebih efektif dari latihan imagery relaxation dalam meningkatkan keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan”, diterima. Artinya dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh latihan imagery relaxation dan self talk, dan latihan self talk yang paling efektif pengaruhnya terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan.

Pembahasan

Keberhasilan menembak dalam bolabasket sangat menentukan untuk memenangkan pertandingan, apalagi dengan menggunakan 3 point shoot memiliki keuntungan yaitu lebih cepat dalam mengumpulkan angka. Pada saat tertentu tembakan 3 angka (3 point shoot) menjadi hal yang menentukan kemenangan suatu tim. Apalagi jika selisih angka kedua tim yang bertanding hanya selisih satu angka. Bahkan tidak jarang 3 point shoot menjelang akhir dari pertandingan menjadi penentu kemenangan. Untuk dapat melakukan 3 point shoot mahasiswa harus mempertimbangkan beberapa hal, seperti kemampuan teknik yang dimiliki, konsentrasi, dan kondisi mental. Apalagi dalam suatu pertandingan seringkali teknik 3 point shoot menjadi sangat tidak efektif akibat kondisi mental yang menurun, sebab dengan menurunnya kondisi mental akan dapat mempengaruhi mahasiswa dalam berkonsentrasi untuk melakukan 3 point shoot.

Pada mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan semua mahasiswa memiliki teknik untuk melakukan 3 point shoot, hanya saja teknik 3 point shoot tersebut seringkali tidak menghasilkan angka baik pada saat latihan, tes kemampuan setiap bulan ataupun pertandingan.

Hal tersebut dikarenakan penurunan kondisi mental yang mengganggu konsentrasi mahasiswa dalam melakukan 3 point shoot. Penurunan kondisi mental pada mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan tersebut disebabkan karena banyak faktor, yaitu: (1) pada saat berlatih tekanan yang dihadapi oleh mahasiswa berasal dari Dosen dan rekan satu tim, (2) pada saat bertanding tekanan yang dihadapi berasal dari: (a) lawan, (b) penonton, (c) rekan satu tim, dan (d) batasan waktu pertandingan, (3) pada saat tes perkembangan kemampuan 3 point shoot tekanan

Data Kelompok Rerata SD Statistik Ketera ngan thitung p-Value Pre-

test

Self Talk 28,23 8,106

-0,001 0,999 Tidak Signifi kan Imagery

Relaxation 28,24 7,679 Post-

test

Self Talk 45,86 4,583

3,402 0,003 Signifi Imagery kan

Relaxation 35,84 8,108 Pening

katan

Self Talk 17,63 8,375

3,037 0,000 Signifi Imagery kan

Relaxation 7,60 6,226

(10)

yang dihadapi adalah rekan yang menjadi penonton dan batasan waktu tes. Faktor-faktor tersebut yang mengakibatkan konsentrasi mahasiswa dapat terganggu dalam melakukan 3 point shoot, sehingga tingkat keberhasilan dalam melakukan 3 point shoot kurang maksimal atau bisa dikatakan kurang sukses dalam melakukan 3 point shoot. Perbedaan keberhasilan 3 point shoot saat latihan, pertandingan, dan saat tes perkembangan mahasiswa dalam melakukan 3 point shoot, mengindikasikan kondisi mental mahasiswa yang belum stabil yang dapat mengganggu konsentrasi mahasiswa dalam keberhasilan melakukan 3 point shoot.

Penelitian ini berusaha untuk mengetahui konsentrasi mahasiswa dan meningkatkan keberhasilan mahasiswa melakukan 3 point shoot dengan memberikan perlakuan latihan imagery relaxation dan self talk. Ternyata setelah mendapat latihan imagery relaxation dan self talk konsentrasi mahasiswa dan keberhasilan dalam 3 point shoot meningkat. Itu artinya bahwa latihan imagery relaxation dan self talk mampu meningkatkan konsentrasi mahasiswa dan keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan.

Menurut para ahli seperti Weinberg &

Gould menyatakan bahwa latihan imagery relaxation merupakan salah satu metode latihan untuk meningkatkan konsentrasi, rasa percaya diri, mengendalikan respon emosional, memperbaiki latihan keterampilan, dan mengembangkan strategi. Latihan imagery relaxation memberikan gambaran pada mahasiswa dengan berkonsentrasi penuh, merilekskan tubuh dan mengarahkan tindakan pada tujuan sesuai rencana. Latihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kondisi fisik dan psikis mahasiswa menjadi lebih baik, sehingga ketika melakukan 3 point shoot pikiran tenang dengan kondisi tubuh rileks, berkonsentrasi penuh dan sukses dalam melakukan 3 point shoot.

Sedangkan latihan self talk merupakan salah satu metode latihan meningkatkan konsentrasi, rasa percaya diri, mengendalikan respon emosional, berfikir positif, memperbaiki latihan keterampilan, mengembangkan strategi, dan menanamkan keyakinan pada diri sendiri.

Latihan self talk dengan cara merilekskan tubuh, menanamkan sugesti pada diri sendiri, berbicara pada diri sendiri dengan konsep merubah pikiran negatif menjadi pikiran positif. Latihan ini dimaksudkan untuk menyugesti dan memprogram alam bawah sadar diri sendiri, alam bawah sadar memiliki pengaruh terhadap diri kita 9 kali lipat lebih kuat dari pikiran sadar. Cara tersebut yang digunakan untuk meningkatkan kondisi fisik dan

psikis mahasiswa menjadi lebih baik, sehingga ketika melakukan 3 point shoot pikiran tenang dengan kondisi tubuh rileks, berkonsentrasi penuh dan sukses dalam melakukan 3 point shoot. Dari kedua metode latihan relaksasi ini ternyata sama- sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan. Karena menurut para ahli seperti McCance, Huether, dan Thomas mengemukakan teorinya yaitu dengan melakukan latihan tersebut dapat membangkitkan Endorphins yaitu neurohormon yang berhubungan dengan sensasi menyenangkan, sehingga dapat memberikan ketenangan untuk meningkatkan konsentrasi dan memperbaiki teknik keterampilan yang dilakukan dalam penelitian ini.

Setelah dilakukan penelitian diperoleh hasil latihan imagery relaxation terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan terbukti berpengaruh. Hal ini dibuktikan analisis dengan uji t amatan ulangan dan didapatkan thitung

sebesar 6,862 dan p<0,05. Dilihat dari rerata yang diperoleh, pada data post-test (15,10) lebih tinggi dibandingkan data pre-test (13,20). Latihan self talk terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan terbukti berpengaruh.

Hal tersebut dibuktikan analisis dengan uji-t amatan ulangan dan didapatkan thitung sebesar 11,699 dan p<0,05. Dilihat dari rerata yang diperoleh, pada data post-test (17,80) lebih tinggi dibandingkan data pre-test (13,60).

Latihan imagery relaxation terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan terbukti berpengaruh.

Hal ini dibuktikan analisis dengan uji-t amatan ulangan dan didapatkan thitung sebesar 3,862 dan p<0,05. Dilihat dari rerata yang diperoleh, pada data post-test (35,84) lebih tinggi dibandingkan data pre-test (28,24). Latihan self talk terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan terbukti berpengaruh.

Hal ini dibuktikan analisis dengan uji-t amatan ulangan dan didapatkan thitung sebesar 6,656 dan p<0,05. Dilihat dari rerata yang diperoleh, pada data post-test (45,86) lebih tinggi dibandingkan data pre-test (28,23).

Penelitian ini membuktikan bahwa latihan self talk lebih efektif dari latihan imagery relaxation dalam meningkatkan konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan. Para ahli seperti Dodie Magis, Weinberg

& Gould berpendapat latihan self talk pengaruhnya sangat besar terhadap diri sendiri, self talk salah satu cara untuk memotivasi diri agar dapat berkonsentrasi dengan merubah pikiran negatif

(11)

menjadi positif”. Self talk yang positif dapat meningkatkan rasa percaya diri, kebahagiaan, konsentrasi, dan memotivasi diri. Self talk yang negatif dapat menimbulkan rasa putus asa, ketakutan, cemas, kurang tenang, tergesa-gesa, menurunnya konsentrasi. Self talk menurut ahli dapat membangkitkan alam bawah sadar jika dilakukan dengan benar, alam bawah sadar pengaruhnya 9 kali lipat dari alam sadar. Pada penelitian ini menunjukan latihan self talk lebih dominan pengaruhnya dibandingkan dengan latihan imagery relaxation, hal ini dibuktikan oleh data penelitian dengan adanya perbedaan yang signifikan konsentrasi akhir (hasil post test) antara kelompok perlakuan menggunakan self talk dengan kelompok perlakuan menggunakan imagery relaxation, yang ditunjukkan dengan thitung

sebesar 2,131 dengan p<0,05 dan rerata konsentrasi akhir kelompok perlakuan self talk lebih tinggi dibandingkan dengan rerata pada kelompok imagery relaxation (17,80>15.10). Hasil ini diperkuat dengan adanya perbedaan yang signifikan peningkatan konsentrasi antara kelompok perlakuan menggunakan self talk dengan kelompok perlakuan menggunakan imagery relaxation, yang dibuktikan dengan diperolehnya thitung sebesar 5,073 dengan p<0,05, serta dilihat dari rerata peningkatan konsentrasi pada kelompok perlakuan self talk lebih tinggi dibandingkan dengan rerata pada kelompok imagery relaxation (4,20>1.90).

Penelitian ini membuktikan bahwa latihan self talk lebih efektif dari latihan imagery relaxation dalam meningkatkan keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan. Para ahli berpendapat latihan self talk pengaruhnya sangat besar terhadap diri sendiri, self talk salah satu cara untuk memotivasi diri agar dapat berkonsentrasi dengan merubah pikiran negatif menjadi positif”. Self talk yang positif dapat meningkatkan rasa percaya diri, kebahagiaan, konsentrasi, dan memotivasi diri.

Self talk yang negatif dapat menimbulkan rasa putus asa, ketakutan, cemas, kurang tenang, tergesa-gesa, menurunnya konsentrasi. Self talk menurut ahli dapat membangkitkan alam bawah sadar jika dilakukan dengan benar, alam bawah sadar pengaruhnya 9 kali lipat dari alam sadar.

Pada penelitian ini menunjukan latihan self talk lebih dominan pengaruhnya dibandingkan dengan latihan imagery relaxation, hal ini dibuktikan oleh data penelitian dengan adanya perbedaan yang signifikan konsentrasi akhir (hasil post test) antara kelompok perlakuan menggunakan self talk dengan kelompok perlakuan menggunakan imagery relaxation, yang ditunjukkan dengan thitung

sebesar 3,402 dengan p<0,05 dan rerata keberhasilan 3 point shoot akhir kelompok perlakuan self talk lebih tinggi dibandingkan dengan rerata pada kelompok imagery relaxation (45,86>35.84). Hasil ini diperkuat dengan adanya perbedaan yang signifikan peningkatan keberhasilan 3 point shoot antara kelompok perlakuan menggunakan self talk dengan kelompok perlakuan menggunakan imagery relaxation, yang dibuktikan dengan diperolehnya thitung sebesar 3,037 dengan p<0,05, serta dilihat dari rerata peningkatan konsentrasi pada kelompok perlakuan self talk lebih tinggi dibandingkan dengan rerata pada kelompok imagery relaxation (17,63>7.60).

Setelah diuji peningkatan yang diberikan dari kedua metode latihan relaksasi ternyata dari kedua latihan, besarnya peningkatan yang diberikan ada perbedaan yang signifikan. Di sini nilai rata-rata kelompok I yang diberi latihan self talk mempunyai peningkatan konsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot lebih banyak dibandingkan dengan kelompok II yang diberi latihan imagery relaxation, selain itu nilai standar deviasi pada post test kelompok I juga lebih kecil dari kelompok II. Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberi latihan self talk mempunyai konsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot yang lebih baik daripada kelompok II yang diberi latihan imagery relaxation.

Banyak ahli mengatakan bahwa konsentrasi berpengaruh terhadap keberhasilan dalam melakukan 3 point shoot. Hasil penelitian ini telah membuktikan teori tersebut bahwa diperoleh konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan meningkat, ternyata keberhasilan 3 point shoot pemain rata-rata juga meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dari pengamatan yang dilakukan ketika mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan diberikan tes kemampuan 3 point shoot dan pada saat try out melawan tim SMK 2 Pacitan pada tanggal 14 Mei 2016. Dari total skor akhir 79-65 hampir 50% dihasilkan dari 3 point shoot. Hal ini menjadi bukti bahwa konsentrasi mahasiswa mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam mencetak angka melalui teknik menembak terutama teknik 3 point shoot diluar faktor keberuntungan. Hasil peneltian ini telah mengungkap bahwa latihan imagery relaxation dan self talk telah mampu meningkatkan konsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan, sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam latihan dan pertandingan.

(12)

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dengan analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Ada pengaruh positif dan signifikan latihan imagery relaxation terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan. 2) Ada pengaruh positif dan signifikan latihan self talk terhadap konsentrasi mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan. 3) Ada pengaruh positif dan signifikan latihan imagery relaxation terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan. 4) Ada pengaruh positif dan signifikan latihan self talk terhadap keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan. 5) Ada perbedaan keefektifan latihan imagery relaxation dan latihan self talk terhadap konsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan. Setelah dilakukan uji lanjut diperoleh bahwa latihan self talk lebih efektif terhadap peningkatan konsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan, dibandingkan dengan latihan imagery relaxation.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, hasil penelitian ini mempunyai implikasi sebagai berikut: 1) Secara Teoritis, dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat sebagai kajian ilmiah dan teori baik bagi peneliti selanjutnya, pelatih, dan atlet yang berkaitan dengan model latihan mental dalam meningkatkan kemampuan. 2) Secara praktis, penelitian ini mempunyai implikasi yaitu: a) Bagi pelatih bola basket penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang model latihan untuk meningkatakn mental atletnya. b) Bagi atlet penelitian ini berguna untuk memberikan masukan tentang gambaran dalam melatih kualitas mental khususnya konsentrasi atlet dalam melakukan keberhasilan 3 point shoot.

c) Bagi masyarakat pada umumnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi dalam meningkatkan konsentrasi dan meningkatkan keberhasilan dalam melakukan teknik 3 point shoot, sehingga lebih fokus dan produktif.

DAFTAR PUSTAKA

Balnaves, M & Caputi, P. (2001). Introduction to quantitative research methods. London:

SAGE Publications Ltd.

Cox, R. H. (2002). Sport psychology (5th ed). New York: The McGraw-Hill Company, Inc.

______. (2007). Sport psychology: Concepts and applications (6th ed). New York: The McGraw-Hill Company, Inc.

Dalloway, M. (1993). Concentration: focus your mind, power your game. Phoenix: Optimal Performance Institute.

Dedy Sumiyarsono. (1998). Teknik dan peraturan dasar bolabasket. Yogyakarta: Perbasi Daerah Istimewa Yogyakarta.

______ (2002). Keterampilan bolabasket.

Yogyakarta: FIK UNY.

______ (2005). “Standarisasi keterampilan bermain bolabasket bagi mahasiswa putra dan putri FIK UNY.” Olahraga, volume, 185–198. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Endah Puspita Sari. (2011). Terapi relaksasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar & Unit Publikasi Fakultas Psikologi UGM.

Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen penelitian. Edisi Revisi VII. Jakarta: PT.

Asdi Mahasatya.

Thelwell, R. (2006). Examining the efficacy of the concentration grid exercise as a concentration enhancement exercise.

Psychology of sport and exercise, 29-39.

Thomas, J. R. & Nelson, J. K. (1990). Research methods in physical activity (2nded).

Toronto: Human Kinetics Publishers, Inc.

Urip Rahayu, dkk. (2010). Pengaruh guide imagery relaxation Terhadap nyeri kepala pada pasien Cidera kepala ringan. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Padjajaran.

William, D. A.& Carey, M. (2003). Relaxation.

Diambil dari:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q

=&esrc=s&source=web&cdwA, 1-14.

Diakses Tanggal 3 Juli 2012.

______ (2003). Foundations of sport and exercise physichology (3rd ed). Champaign, IL:

Human Kinetics.

Wissel, H. (2000). Langkah sukses dalam bolabasket. (Terjemahan Bagus Pribadi).

United State: Champaign, IL. (Buku asli diterbitkan tahun 1997).

______ (2004). Basketball step to sukses (2nd ed).

Champaign, IL: Human Kinetics.

Gambar

Tabel  di  atas  memperlihatkan  bahwa,  uji  normalitas  pada  data  konsentrasi  pre  test  didapatkan  Kolmogorov  Smirnov  (KS)  sebesar  0,948 dengan p&gt;0,05, pada data 3 point field goal  pre  test  dihasilkan  Kolmogorov  Smirnov  (KS)  sebesar  0

Referensi

Dokumen terkait

kelemahannya adalah Jaccard similarity mem- bandingkan isi N – gram dengan eksak dan hanya melihat apakah ada suatu N – gram tertentu pada kedua file tersebut

Sebelum di injeksi gas, secara umum reservoir-reservoir tersebut telah waterflooded, sehingga dengan gejala kenaikan produksi minyak dan GOR disertai dengan penurunan kadar

Menurut Halim pengawasan adalah suatu proses kegiatan penilaian terhadap objek pengawasan kegiatan tertentu dengan tujuan untuk memastikan apakah pelaksanaan tugas

Pada pemeriksaan fisik dan penunjang (USG dan MRI) didapatkan kesan pasien mengandung janin kembar siam dimana ditemukan 2 kepala dengan 1 badan ,dan semua organ

Berdasarkan kepada model dan teori-teori yang dikemukakan oleh Mishra dan Koehler (2006), Shulman (1987), dan Grossman (1990), maka pengkaji telah membina satu

Beberapa fitur yang disematkan ke dalam aplikasi Mandala adalah visualisasi naskah Sunda kuno, transliterasi, terjemahan, galeri, dan hasil riset terkait Kabuyutan

Hasil perhitungan debit banjir rencana dengan menggunakan HEC-HMS 4.0 diperoleh debit banjir pada Sungai Tenggang adalah 82,3 m 3 /s dan Sungai Sringin adalah 49,6 m