• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TERHADAP IMPLEMENTASI PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENUMBUHAN BUDI PEKERTI (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 1 INDRALAYA UTARA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS TERHADAP IMPLEMENTASI PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENUMBUHAN BUDI PEKERTI (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 1 INDRALAYA UTARA)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

66

ANALISIS TERHADAP IMPLEMENTASI PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENUMBUHAN BUDI PEKERTI

(STUDI KASUS DI SMP NEGERI 1 INDRALAYA UTARA)

Hipzu, Emil El Faisal, Kurnisar

FKIP, Universitas Sriwijaya Email: [email protected]

Abstract: This study aims to determine the implementation of permendikbud Number 23 of 2015 on the Growing of Character (a case study in SMP Negeri 1 North Indralaya).

Informants in this study amounted to six people and five students as member check. This research uses case study method with qualitative approach. Data collection techniques used are documentation, interviews, and observation. Validity test data used include credibility test, transferability test, dependability test, and confirmability test. Data analysis techniques used are data reduction, data presentation, and conclusion. Based on the results of data analysis that has been done before, it can be concluded that SMP Negeri 1 North Indralaya has applied Permendikbud No. 23 of 2015 on the Growing Character. This can be seen from the three indicators of character development that have been applied, namely, the growth of spiritual values, caring for the school environment, and developing self- potential.

Keywords: Permendikbud No. 23 Year 2015, Character.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti (studi kasus di SMP Negeri 1 Indralaya Utara). Informan dalam penelitian ini berjumlah enam orang dan lima siswa sebagai member check. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara, dan observasi. Uji keabsahan data yang digunakan meliputi uji kredibilitas, uji transferabilitas, uji dependabilitas, dan uji konfirmabilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa SMP Negeri 1 Indralaya Utara telah menerapkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Hal ini dapat dilihat dari tiga indikator penumbuhan budi pekerti yang telah diterapkan yaitu, penumbuhan nilai spiritual, merawat lingkungan sekolah, dan mengembangkan potensi diri.

Kata Kunci: Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015, Budi Pekerti.

PENDAHULUAN

Pendidikan memegang peranan dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pribadi yang baik serta berbudi pekerti luhur, disamping memiliki kemampuan intelektual yang tinggi. Keseriusan pemerintah dalam

mengembangkan kualitas sumber daya manusia salah satunya tercermin dengan dibuatnya peraturan yang mengatur secara khusus tentang budi pekerti yaitu Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, yang nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dalam dunia pendidikan

(2)

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional demi kemajuan bangsa kedepannya. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab (Grafika, 2014:7).

Guna mencapai tujuan tsb, maka diperlukan kontribusi dan peran serta dari semua pihak, dimulai dari peserta didik, kepala sekolah, tenaga kependidikan, guru, pengawas sekolah, pustakawan, komite sekolah, orang tua/wali peserta didik, bahkan masyarakat sekalipun. Selain itu juga, pendidikan harus diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen tersebut di atas, sehingga tujuan dari pendidikan nasional dalam membentuk pribadi peserta didik agar menjadi manusia yang baik, memiliki moral yang baik, beriman dan berakhlak mulia dapat terwujud.

Sebagai upaya dalam rangka mengembangkan kualitas sumber daya manusia di atas, pemerintah telah mengeluarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Penumbuhan budi pekerti bertujuan agar sekolah menjadi taman belajar yang ramah anak serta dapat menumbuhkan kebiasaan yang baik sebagai bentuk dari pendidikan karakter (Wiedarti, dkk, 2016:48). Berdasarkan tujuan dari penumbuhan budi pekerti di atas, artinya budi pekerti dapat dikembangkan di sekolah, dimana sekolah merupakan salah satu wadah

dalam mengembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembiasaan-pembiasaan baik di sekolah sebagai cerminan dari nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila. Penumbuhan budi pekerti di sekolah tidak semata-mata sebagai pembelajaran ilmu pengetahuan saja, akan tetapi penumbuhan budi pekerti juga berfungsi dalam menginternalisasikan nilai- nilai yang baik dan luhur, seperti nilai-nilai yang ada dalam budi pekerti, yang di dalamnya terdapat nilai etika dan estetika pada diri peserta didik. Menurut Suparno, dkk dalam Zuriah (2008:98) bahwa terdapat sepuluh nilai penting yang harus dimiliki peserta didik di sekolah, diantaranya: (1) religiusitas; (2) kejujuran; (3) demokrasi; (4) gender; (5) kemandirian; (6) keadilan; (7) tanggung jawab; (8) daya juang; (9) penghargaan terhadap alam; dan (10) hidup bersama orang lain. Nilai-nilai budi pekerti juga dapat diintegrasikan pada setiap mata pelajaran sehingga nilai-nilai budi pekerti benar-benar dapat dipahami, dihayati, dan dilaksanakan dengan baik pada jenjang pendidikan di sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Wiedarti, dkk (2016:52) bahwa kegiatan dalam menumbuhkan budi pekerti peserta didik melalui pembiasaan dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas seperti:

menumbuhkembangkan nilai-nilai moral dan spiritual, nilai-nilai kebangsaan dan kebhinekaan, mengembangkan interaksi positif antara peserta didik dengan guru dan orangtua, mengembangkan interaksi positif antar peserta didik, merawat diri dan lingkungan sekolah, mengembangkan potensi diri peserta didik secara utuh, pelibatan orang tua dan masyarakat di sekolah yang dapat dilakukan melalui kegiatan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan, serta dapat juga disesuaikan dengan muatan lokal di sekolah tersebut.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 18 Mei 2017 dengan mewawancarai Wakil Kepala SMP Negeri 1 Indralaya Utara Bidang Kurikulum. Peneliti

(3)

mendapatkan informasi bahwa program dari kemendikbud dalam menumbuhkan budi pekerti peserta didik dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan yang ada di sekolah, sehingga nantinya menjadi suatu pembiasaan.

Pelaksanaan penumbuhan budi pekerti yang ada di SMP Negeri 1 Indralaya Utara ini dimulai sejak peserta didik diterima di sekolah, yaitu sejak masa orientasi peserta didik, selain itu penumbuhan budi pekerti juga dapat dilakukan melalui kegiatan intrakurikuler, ektrakurikuler, dan nonkurikuler sampai dengan kelulusan. SMP Negeri 1 Indralaya Utara sendiri, memiliki banyak kegiatan dalam menumbuhkan budi pekerti peserta didik diantaranya ialah kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran, kegiatan 15 menit membaca Al- Qur’an sebelum pelajaran pertama dimulai, kegiatan membaca Yaasiin setiap hari Jum’at sebelum senam pagi, dan pentas seni setiap hari sabtu. Selain itu juga, adanya kegiatan ektrakurikuler dan kegiatan intrakurikuler.

Dalam hal ini, mengapa peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Indralaya Utara, karena SMP Negeri 1 Indralaya Utara ini merupakan SMP Model Penjamin Mutu Pendidikan di Kabupaten Ogan Ilir, SMP yang mempunyai program literasi di sekolahnya, dan SMP Negeri 1 Indralaya Utara ini juga terakreditasi A di Kabupaten Ogan Ilir.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian untuk menganalisis Implementasi Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti di SMP Negeri 1 Indralaya Utara. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Implementasi Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti di SMP Negeri 1 Indralaya Utara. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti di SMP Negeri 1 Indralaya Utara.

Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah untuk menerapkan konsep ilmu pengetahuan, khususnya bagi program studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang secara khusus mengkaji tentang pendidikan nilai dan moral, nilai-nilai Pancasila dalam hal ini terkait dengan penumbuhan budi pekerti.

Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan pijakan teoritis bagi penelitian selanjutnya. Sedangkan manfaat secara praktisnya, berguna bagi siswa, guru, dan sekolah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode studi kasus (case study) dengan pendekatan kualitatif. Menurut Creswell dalam Herdiansyah (2010:97) bahwa studi kasus merupakan strategi penelitian dimana peneliti menyelidiki secara cermat tentang suatu aktivitas, peristiwa, proses, program atau sekelompok individu.

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu analisis terhadap Implementasi Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti di SMP Negeri 1 Indralaya Utara.

Selanjutnya populasi dalam penelitian ini atau yang sering disebut dengan situasi sosial (social situation), terdiri dari tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity).

Karena penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif, maka situasi sosial dalam hal ini meliputi SMP Negeri 1 Indralaya Utara sebagai tempat (place), Kepala SMP Negeri 1 Indralaya beserta perangkatnya sebagai pelaku (actors), dan kegiatan-kegiatan yang ada di SMP Negeri 1 Indralaya Utara dalam menumbuhkan budi pekerti sebagai aktivitas (activity). Kemudian sampel dalam penelitian ini sering disebut dengan key informan, adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan nonprobability sampling tipe purposive sampling. Dimana

(4)

menurut Sugiyono (2015:126) bahwa purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan adanya pertimbangan dan atau penjelasan tertentu, sehingga dapat menjadi sampel. Adapun kriteria penentuan informan dalam penelitian ini adalah guru yang mengetahui dan memahami kegiatan dalam penumbuhan budi pekerti dan bersedian menjadi key informan serta tenaga kependidikan yang berkaitan erat dengan penumbuhan budi pekerti. Sehingga diperoleh sampel dalam penelitian ini sebanyak enam orang, yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru pendidikan agama Islam, dua orang guru BP/BK, serta pembina ekstrakurikuler.

Selanjutnya untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik dokumentansi, wawancara, dan observasi. Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data berupa reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Analisis data dilakukan secara sistematis dan terarah untuk menyempurnakan data yang telah terkumpul dan kemudian di analisis, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Kemudian untuk mengetahui tingkat kebenaran atau tingkat keakuratan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti menggunakan uji keabsahan data yaitu dengan menggunakan uji credibility yang meliputi kegiatan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, menggunakan bahan referensi serta melakukan member check. Uji keabsahan data lainnya dilakukan dengan menggunakan uji transferability dengan menunjukan ketepatan hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil, kemudian uji dependability dengan mampu mengaudit proses perjalanan dari penelitian mulai

menemukan dari masalah hingga membuat kesimpulan, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan, serta yang terakhir adalah melakukan uji confirmability yaitu dengan membuktikan bahwa ada hasil yang sesuai dengan proses yang telah dijalani dalam penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah negeri yang ada di Kabupaten Ogan Ilir yaitu di SMP Negeri 1 Indralaya Utara.

Sekolah ini dijadikan objek penelitian karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang terakreditasi A yang ada di Kabupaten Ogan Ilir, sekolah dengan predikat sebagai penjamin mutu pendidikan di Kabupaten Ogan Ilir, selain itu sekolah ini juga mempunyai program-program yang berkaitan dengan penumbuhan budi pekerti peserta didik sesuai dengan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti yang salah satunya mempunyai program literasi Al-Qur’an dan literasi buku non pelajaran. Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang melibatkan situasi sosial didalamnya, maka dalam penelitian ini metode yang digunakan ialah metode studi kasus (case study) dengan pendekatan kualitatif.

Pada proses pengumpulan data penelitian, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi, wawancara, dan observasi. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pelaksanaan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti di SMP Negeri 1 Indralaya Utara.

Kemudian untuk teknik wawancara, peneliti melakukan wawancara dengan kepala SMP Negeri 1 Indralaya Utara, wakil kepala SMP Negeri 1 Indralaya Utara bidang kesiswaan, guru mata pelajaran agama Islam, dua guru

(5)

BP/BK serta pembina ekstrakurikuler pramuka untuk mendapatkan informasi tentang penumbuhan budi pekerti dan kegiatan yang berkaitan dengan penumbuhan budi pekerti. Wawancara dilakukan sampai semua data yang dibutuhkan diperoleh peneliti. Selanjutnya teknik observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengamati secara langsung kegiatan-kegiatan yang ada di SMP Negeri 1 Indralaya Utara dalam menumbuhkan budi pekerti.

Berdasarkan data hasil dokumentasi yang peneliti kumpulkan, dapat diketahui bahwa SMP Negeri 1 Indralaya Utara adalah sekolah negeri yang berdiri sejak tahun 1998 dan telah mengalami enam kali pergantian kepemimpinan sampai dengan sekarang yang dijabat oleh Ibu H. Mengenai sarana dan prasarana, SMP Negeri 1 Indralaya Utara ini memiliki sarana yang memadai, diantaranya ruang kantor (ruang kepala sekolah, ruang guru, dan ruang tata usaha), ruang belajar sebanyak 13 lokal, ruang laboratorium IPA, perpustakaan, kemudian ruang penunjang yang terdiri dari gudang, WC guru dan WC siswa, ruang BP/BK, ruang UKS, ruang PMR/pramuka, musholla Taqwa, koperasi, kantin, dapur, bangsal kendaraan, dan rumah penjaga, serta lapangan olahraga dan lapangan upacara.

Selanjutnya, untuk keadaan gurunya SMP Negeri 1 Indralaya Utara ini memiliki guru sebanyak 30 guru yang terdiri dari guru tetap, guru tidak tetap, dan guru negeri dpk serta ditambah 7 tenaga administrasi sekolah.

Dilihat dari proses pembelajaran SMP Negeri 1 Indralaya Utara mengawali aktivitas sekolah sejak pukul 07:00 WIB yang dimulai dengan apel dan melaksanakan literasi kemudian dilanjutkan dengan aktifitas belajar-mengajar yang diakhiri hingga pukul 13:30 WIB setelah melaksanakan sholat Zuhur berjamaah di musholla sekolah (musholla Taqwa). Berdasarkan data yang telah dikumpulkan peneliti melalui teknik dokumentasi maka peneliti mendapatkan

informasi berupa data profil sekolah, jumlah guru, jumlah siswa, foto–foto kegiatan belajar mengajar, foto selama penelitian berlangsung, foto kegiatan yang berkaitan dengan penumbuhan budi pekerti, serta data–

data yang didapatkan dari pihak sekolah maupun guru yang bersangkutan serta hasil/draft wawancara.

Selanjutnya berdasarkan analisis data hasil wawancara, maka didapatkan rekapitulasi dari masing-masing indikator sebagai berikut:

Indikator pertama yaitu menumbuhkan nilai spiritual, hasil analisis secara umum terlihat bahwa SMP Negeri 1 Indralaya Utara sudah menerapkan penumbuhan budi pekerti terutama dalam menumbuhkan nilai spiritual peserta didik.

Penumbuhan budi pekerti ini diawali dengan adanya pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan oleh pihak sekolah melalui kegiatan yang ada di SMP Negeri 1 Indralaya Utara. Kegiatan dalam menumbuhkan nilai spiritual seperti adanya literasi Al-Qur’an setiap hari Rabu, membaca Yaasiin bersama setiap hari Jum’at yang dilanjutkan dengan membaca tasbih dan tahmid, sholat Zuhur berjama’ah, kemudian terdapat esktrakurikuler rohis. Kegiatan membaca Al- Qur’an setiap hari Rabu atau yang dikenal dengan literasi Al-Qur’an dilakukan setiap hari Rabu jam 07:00 WIB. Dimana kegiatan ini dipimpim oleh seorang peserta didik untuk membaca Al-Qur’an di teras sekolah yang juga didampingi oleh guru, baik guru agama maupun guru mata pelajaran.

Selanjutnya, peserta didik yang lain duduk di halaman sekolah dengan membentuk lingkaran yang terpisah antara laki-laki dan perempuan serta diawasi oleh guru. Dalam kegiatan literasi Al-Qur’an ini tugas gurunya ada dua, yaitu pertama, guru yang berada di depan, bertugas untuk mendampingi peserta didik yang duduk di depan untuk mengiringi bacaan Al-Qur’an dan kedua, guru yang berada di belakang dekat peserta didik yang

(6)

membentuk lingkaran, bertugas untuk mengawasi peserta didik yang lain agar tidak ribut saat kegiatan literasi berlangsung dan tetap fokus pada bacaannya. Setelah kegiatan literasi berlangsung, kemudian guru memberikan motivasi dan pengarahan kepada seluruh peserta didik akan pentingnya manfaat dalam membaca Al-Qur’an.

Kemudian juga terdapat kegiatan membaca Yaasiin bersama setiap hari Jum’at, kegiatan ini juga dipimpin oleh peserta didik secara bergiliran yang juga diiringi oleh satu guru pembimbing. Sama seperti kegiatan literasi Al-Qur’an, peserta didik yang lain juga duduk di halaman sekolah dengan membentuk lingkaran yang berbeda antara peserta didik laki-laki dan perempuan. Dalam kegiatan membaca Yaasiin ini tugas gurunya juga ada dua, yaitu pertama, guru yang berada di depan, bertugas untuk mendampingi peserta didik yang duduk di depan untuk mengiringi dalam membaca Yaasiin dan kedua, guru yang berada di belakang dekat peserta didik yang membentuk lingkaran, bertugas untuk mengawasi peserta didik yang lain agar tidak ribut saat kegiatan ini berlangsung dan tetap fokus pada bacaannya. Setelah membaca Yaasin bersama, kegiatan selanjutnya ialah membaca tasbih dan tahmid yang dipimpin oleh seorang guru. Kemudian, untuk peserta didik yang non muslim, mereka membaca kitabnya masing-masing yang juga dipimpin oleh seorang guru dan mereka duduk di depan kantor dengan membentuk lingkaran.

Sama halnya dengan literasi Al-Qur’an, setelah kegiatan membaca Yaasiin berlangsung, kemudian ada satu atau dua orang guru memberikan motivasi dan pengarahan kepada seluruh peserta didik akan pentingnya manfaat dalam membaca Al-Qur’an terutama membaca Yaasiin.

Selanjutnya, juga terdapat pembiasaan bagi peserta didik untuk sholat Zuhur berjama’ah di musholla Taqwa milik sekolah, baik dipimpin oleh guru maupun

peserta didik sendiri yang menjadi imamnya.

Dan terakhir, terdapat ekstrakurikuler rohis dan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca Al-Qur’an setiap hari Sabtu. Dimana peserta didik di kelompokkan berdasarkan kemampuannya masing-masing dalam membaca Al-Qur’an, bagi yang belum bisa membaca Al-Qur’an mereka sama-sama belajar dan terdapat teman sejawat yang ikut membantu temannya dalam membaca Al- Qur’an disamping terdapat juga guru agama yang mengawasi dan membimbingnya.

Dengan adanya pembiasaan-pembiasaan baik dalam menumbuhkan budi pekerti peserta didik, hal ini juga mendukung SMP Negeri 1 Indralaya Utara ini sebagai sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 sehingga menjadi sekolah “piloting”.

Selanjutnya pada indikator kedua yaitu merawat lingkungan sekolah, hasil analisis secara umum terlihat bahwa SMP Negeri 1 Indralaya Utara sudah menerapkan penumbuhan budi pekerti untuk merawat lingkungan sekolah. Hal ini dapat terlihat dari adanya pembudayaan semboyan LISA (lihat sampah ambil), piket kelas dan halaman sekolah serta adanya tim go green.

Dalam pembudayaan semboyan LISA (lihat sampah ambil), pembiasaan ini dilakukan baik oleh peserta didik maupun oleh pihak guru, hal ini terlihat jelas pada saat peserta didik memasuki gerbang sekolah. Peserta didik langsung melaksanakan kewajibannya untuk merawat lingkungan sekolah dengan piket kelas bagi yang bertugas untuk membersihkan kelas dan di lingkungan sekitar kelas, piket umum yang bertanggungjawab untuk piket umum di lingkungan sekolah. Hal ini dipantau dan diawasi langsung oleh guru ke masing- masing kelas. Selain itu, guru juga memberikan kontribusi dengan mencontohkan langsung apabila melihat sampah harus dibuang ke kotak sampah yang telah disediakan maupun dengan memberikan

(7)

pemahaman dan pengertian kepada peserta didik bahwa kebersihan lingkungan itu penting, sehingga peserta didik mengerti dan terbiasa apabila membuang sampah harus pada tempatnya. Kemudian terdapat tim go green yang bertanggungjawab secara continue untuk melihat kondisi lingkungan sekolah. Dimana tim go green ini bertugas untuk melihat kondisi lingkungan sekolah setiap satu bulan sekali dan mengkoordinasikannya dengan guru yang bertanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan, seperti guru piket dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Dengan adanya kesadaran peserta didik maupun guru akan pentingnya kebersihan lingkungan, maka sekolah akan terlihat bersih dan seluruh warga sekolah nyaman dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Karena, di SMP Negeri 1 Indralaya Utara ini tidak memiliki petugas untuk membersihkan lingkungan sekolah, semua dilakukan oleh peserta didik dan guru secara bergotong-royong.

Kemudian pada indikator ketiga yaitu mengembangkan potensi diri, hasil analisis secara umum terlihat bahwa SMP Negeri 1 Indralaya Utara juga sudah menerapkan penumbuhan budi pekerti untuk mengembangkan potensi diri peserta didik.

Pengembangan potensi diri peserta didik dapat dilakukan melalui kegiatan yang ada di setiap ekstrakurikulernya. Di dalam setiap ekstrakurikuler, misalnya pada ekstrakurikuler pramuka terdapat istilah disiplin waktu dan disiplin diri, disiplin waktu misalnya wajib datang tepat waktu sedangkan disiplin diri itu misalnya anak- anak wajib memahami apa yang diajarkan oleh pelatih yang kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari- harinya. Selanjutnya, melalui Perpustakaan sekolah yang menyediakan banyak literatur bacaan, sehingga peserta didik bebas memilih buku bacaan apa saja yang sesuai dengan minatnya masing-masing, hal ini juga dapat menumbuhkan minat baca peserta didik.

Perpustakaan sekolah juga dimanfaatkan bagi peserta didik non muslim saat peserta didik yang beragama Islam belajar mata pelajaran agama Islam atau pada saat mereka melaksanakan literasi Al-Qur’an. Melalui program literasi buku non pelajaran, peserta didik mampu menuliskan secara deskripsi apa yang ia baca kemudian mampu menceritakan kembali dari buku yang ia baca di depan halaman sekolah secara bergiliran.

Kemudian melalui program literasi Al- Qur’an setiap hari Rabu untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an bagi peserta didik. Dengan adanya pembiasaan yang baik, maka peserta didik akan terbiasa untuk melaksanakan hal yang baik tersebut tanpa harus diperintah terlebih dahulu.

Berdasarkan data hasil observasi yang didapatkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi partisipan dimana peneliti melihat langsung kegiatan- kegiatan yang ada di SMP Negeri 1 Indralaya Utara tetapi tidak ikut terlibat langsung dalam kegiatan penumbuhan budi pekerti.

Dari observasi yang dilakukan, peneliti dapat melihat langsung kegiatan yang berkaitan dengan penumbuhan budi pekerti di SMP Negeri 1 Indralaya Utara. Data dari hasil observasi pada indikator pertama yaitu menumbuhkan nilai spiritual dengan tujuh pernyataan, dimana ketujuh pernyataannya dijawab “ya” yaitu peserta didik berdo’a sebelum dan sesudah pembelajaran, peserta didik mengucapkan salam saat memasuki ruangan, peserta didik berdo’a menurut kepercayaannya masing-masing, peserta didik menggunakan musholla sekolah untuk beribadah, peserta didik melaksanakan literasi Al-Qur’an setiap hari Rabu, peserta didik membaca Yaasiin setiap hari Jum’at, dan peserta didik belajar mengaji setiap hari Sabtu.

Kemudian data dari hasil observasi pada indikator kedua yaitu merawat lingkungan sekolah dengan lima pernyataan, dimana kelima item pernyataan dijawab “ya”

(8)

yaitu peserta didik melaksanakan piket kelas setiap hari, peserta didik melakukan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan sekolah, peserta didik membuang sampah pada tempatnya, peserta didik menyiram tanaman yang ada di depan kelasnya masing- masing serta peserta didik membudayakan semboyan LISA (lihat sampah ambil) namun masih kurang maksimal. Dan terakhir, data dari hasil observasi pada indikator ketiga yaitu mengembangkan potensi diri dengan tiga pernyataan, dimana ketiga pernyataan dijawab “ya” yaitu peserta didik membaca buku non pelajaran setiap hari Selasa dan Kamis, peserta didik mengikuti senam pagi setiap hari Sabtu serta peserta didik mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.

Setelah melakukan penjabaran data hasil penelitian dari teknik pengumpulan data di atas, selanjutnya peneliti melakukan pembahasan secara keseluruhan baik dari data dokumentasi, wawancara maupun observasi. Peneliti melakukan analisis data di atas dan terlihat bahwa tiap indikator sudah terpenuhi untuk penjelasan mengenai kegiatan dalam penumbuhan budi pekerti di SMP Negeri 1 Indralaya Utara berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Data didapatkan dari ketiga teknik pengumpulan data yang sudah peneliti lakukan berdasarkan tiga indikator yang menjadi acuan dalam penelitian ini, yaitu menumbuhkan nilai spiritual, merawat lingkungan sekolah, dan mengembangkan potensi diri.

Pada indikator pertama yaitu menumbuhkan nilai spiritual, berdasarkan data hasil wawancara diketahui bahwa penumbuhan budi pekerti diawali dengan pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan oleh pihak sekolah seperti, sujud dan salam saat bertemu dengan guru atau hanya sekedar menundukkan badan, kemudian melalui berbagai kegiatan, seperti literasi Al-Qur’an setiap hari Rabu, membaca Yaasiin bersama

setiap hari Jum’at yang dilanjutkan dengan membaca tasbih dan tahmid, kemudian melalui esktrakurikuler rohis, dan sholat Zuhur berjama’ah. Hal ini sejalan dengan data hasil observasi yang peneliti lakukan, terlihat bahwa peserta didik berdo’a sebelum dan sesudah pembelajaran menurut kepercayaannya masing-masing, peserta didik mengucapkan salam saat memasuki ruangan, peserta didik melaksanakan literasi Al-Qur’an setiap hari Rabu, peserta didik membaca Yaasiin setiap hari Jum’at serta peserta didik belajar mengaji setiap hari Sabtu.

Selanjutnya pada indikator kedua yaitu dalam merawat lingkungan sekolah, berdasarkan data hasil wawancara terlihat bahwa dalam merawat lingkungan sekolah guru mempunyai peranan penting yaitu dengan memberikan pemahaman dan sosialisasi akan pentingnya kebersihan lingkungan sekolah, selanjutnya untuk merawat lingkungan sekolah maka peserta didik juga diberi tanggungjawab untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah dengan piket kelas yang bertugas untuk membersihkan kelas dan di lingkungan sekitar kelas, piket umum yang bertanggungjawab untuk piket umum di lingkungan sekolah, kemudian terdapat tim go green yang bertanggungjawab secara continue untuk melihat kondisi lingkungan sekolah. Hal ini sejalan dengan data hasil observasi yang peneliti lakukan, terlihat bahwa setiap hari peserta didik melaksanakan piket kelas sesuai jadwalnya masing-masing, kemudian peserta didik melakukan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan sekolah, peserta didik membuang sampah pada tempatnya, peserta didik menyiram tanaman yang ada di depan kelasnya masing- masing serta peserta didik membudayakan semboyan LISA (lihat sampah ambil) namun masih belum maksimal.

Kemudian pada indikator ketiga yaitu dalam mengembangkan potensi diri,

(9)

berdasarkan data hasil wawancara terlihat bahwa mengembangkan potensi peserta didik dapat dilakukan melalui kegiatan yang ada di setiap ekstrakurikulernya, seperti adanya disiplin waktu dan disiplin diri. Selain itu, dapat melalui perpustakaan sekolah yang menyediakan banyak literatur bacaan, melalui program literasi buku non pelajaran, sehingga peserta didik mampu menuliskan secara deskripsi apa yang ia baca kemudian mampu menceritakan kembali dari buku yang ia baca. Kemudian melalui program literasi Al-Qur’an setiap hari Rabu untuk meningkatkan kemampuan membaca Al- Qur’an bagi peserta didik. Hal ini sejalan dengan data hasil observasi yang peneliti lakukan, terlihat bahwa peserta didik membaca buku non pelajaran setiap hari Selasa dan Kamis, membaca Al-Qur’an setiap hari Rabu melalui program literasi Al- Qur’an, kemudian peserta didik mengikuti senam pagi setiap hari Sabtu serta peserta didik mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.

Setelah melakukan analisis data, langkah selanjutnya adalah melakukan uji keabsahan data sehingga penelitian yang

sudah dilaksanakan dapat

dipertanggungjawabkan. Uji keabsahan data penelitian kualitatif ini dilakukan dengan empat uji keabsahan, diantaranya uji credibility, uji transferability, uji dependability dan uji confirmability.

Uji credibility atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif peneliti lakukan dengan cara melakukan perpanjangan pengamatan yaitu dengan mengecek kembali apakah data yang didapatkan peneliti selama penelitian sesuai atau belum dan apabila data yang dicek ternyata belum benar peneliti kembali ke lapangan untuk menindaklanjuti data tersebut kepada narasumber. Kemudian peneliti meningkatkan ketekunan dengan cara membaca referensi mengenai Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan

Budi Pekerti. Referensi terkait teori mengenai penumbuhan budi pekerti, panduan implementasi pendidikan budi pekerti, pendidikan karakter perspektif Islam, penelitian-penelitian terdahulu serta buku- buku yang dapat dilihat pada daftar pustaka yang ada dalam penelitian ini.

Selanjutnya peneliti juga melakukan triangulasi metode, triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi metode peneliti lakukan dengan cara mencocokkan data dari ketiga teknik pengumpulan data yaitu dokumentasi, wawancara, dan observasi. Selanjutnya triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dengan mewawancarai narasumber lain yaitu dengan mewawancarai empat guru mata pelajaran, yaitu Bapak RP, Ibu AR, Ibu Y, dan Ibu E. Wawancara yang dilakukan peneliti terhadap keempat narasumber tesebut dilakukan di sekolah dengan waktu yang telah disepakati oleh peneliti dan keempat narasumber, pertanyaan yang diajukan peneliti berjumlah lima item pertanyaan. Berdasarkan hasil triangulasi kepada narasumber tersebut diketahui bahwa SMP Negeri 1 Indralaya Utara memang benar telah menerapkan penumbuhan budi pekerti di sekolahnya, hal ini dapat terlihat misalnya salam saat bertemu dengan guru, berjabat tangan atau sujud kepada guru, masuk kelas peserta didik mengucapkan salam, memulai pelajaran berdo’a, selesai pelajaran berdo’a, serta membiasakan peserta didik untuk membuang sampah pada tempatnya. Penumbuhan nilai spiritual di sekolah ini dapat terlihat dari adanya kegiatan literasi Al-Qur’an setiap hari Rabu, membaca Yaasiin bersama setiap hari Jum’at, ekstrakurikuler rohis, dan mengikuti kegiatan pada saat peringan hari-hari besar Islam.

Selanjutnya, untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah baik guru maupun peserta didik juga membudayakan semboyan (LISA) lihat sampah ambil, selain dengan adanya peserta didik yang piket kelas dan

(10)

piket umum untuk menjaga kebersihan lingkungan. Kemudian, pengembangan potensi peserta didik disalurkan melalui ekstrakurikuler yang mereka ikuti sesuai dengan minatnya masing-masing.

Sedangkan triangulasi teknik, yang pertama melalui teknik dokumentasi diperoleh data dan informasi mengenai profil SMP Negeri 1 Indralaya Utara, visi dan misi SMP Negeri 1 Indralaya Utara, keadaan guru dan peserta didik SMP Negeri 1 Indralaya Utara, kedua melalui teknik wawancara diperoleh data dan informasi dari narasumber yakni Bapak RP, Ibu AR, Ibu Y, dan Ibu E.

Kemudian yang ketiga melalui teknik observasi dilakukan pengamatan terhadap Bapak AS dan Bapak S dalam pelaksanaan penumbuhan budi pekerti. Peneliti dalam melihat penumbuhan budi pekerti menggunakan instrumen observasi yang telah dibuat peneliti kemudian mencocokkannya pada kegiatan guru dan peserta didik di dalam kelas.

Kemudian untuk keakuratan data yang ditemukan, maka peneliti melakukan member check kepada siswa yang terdiri dari 6 orang. Siswa tersebut merupakan siswa kelas VII, VIII, dan IX. Aktivitas ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh peneliti sesuai dengan apa yang diberikan oleh informan. Member check dalam penelitian ini berupa pernyataan yang terdiri dari 11 item pernyataan yang telah disusun peneliti untuk mengetahui kekuratan data dengan hasil yang ditemukan.

Selanjutnya, peneliti melakukan uji transferability, uji transferability ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil penelitian dapat ditransferkan pada penelitian lain yang memiliki situasi sosial dan karakteristik yang sama dengan penelitian yang kita pelajari. Uji transferability yang peneliti lakukan adalah dengan menguraikan data temuan peneliti mulai dari pengumpulan data melalui dokumentasi, wawancara, dan observasi yang

dapat dilihat pada bagian deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian pada penelitian ini. Dengan demikian, uji trasnferability ini dilakukan untuk memberi pemahaman yang jelas mengenai penumbuhan budi pekerti yang ada di SMP Negeri 1 Indralaya Utara berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Kemudian uji dependabilty yang peneliti lakukan apabila selesai uji transferability. Uji dependability merupakan aktivitas dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mengaudit proses perjalanan dari mulai menemukan masalah hingga membuat kesimpulan. Dengan melakukan uji dependability ini, diharapkan nantinya penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya. Selanjutnya adalah uji confirmability yang memiliki kemiripan dengan uji dependability dalam prosesnya, sehingga dapat dilakukan secara bersamaan.

Uji confirmability dalam penelitian ini ialah menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses penelitian yang dilakukan peneliti mulai dari menemukan masalah sampai penarikan kesimpulan setelah adanya penelitian yang pada akhirnya ditemukan keseimbangan antara proses penelitian dengan hasil penelitian yang didapatkan peneliti. Dengan kata lain, uji confirmability ini membuktikan bahwa ada hasil yang sesuai dengan proses yang telah dijalani dalam penelitian.

Dari hasil analisis secara keseluruhan tentang penumbuhan budi pekerti yang ada di SMP Negeri 1 Indralaya Utara, maka hal ini sejalan dengan teori dari Lickona (2013:441) bahwa menurutnya terdapat enam unsur budaya moral positif yang ada di lingkungan sekolah, yaitu :

1. Kepemimpinan moral dan akademis dari kepala sekolah Kepala sekolah yang efekif dapat dilihat melalui visi dan misi yang

(11)

dibuat untuk meningkatkan kualitas sekolah dan member teladan yang baik kepada seluruh warga sekolah melalui interaksi dengan karyawan, peserta didik, dan orang tua.

2. Sekolah membuat peraturan disiplin yang efektif

Disiplin dalam lingkungan sekolah yang bertujuan untuk memberikan keteladanan, mendorong, dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang ada di lingkungan sekolah dapat dilakukan melalui poster-poster yang isinya mengajak peserta didik untuk disiplin yang dapat dipasang di koridor sekolah, kamar mandi, perpustakaan, kantin, aula, dan lapangan sekolah.

3. Sekolah menciptakan kesadaran komunitas diseluruh lingkungan sekolah

Kesadaran komunitas yang ada di lingkungan sekolah bagi peserta didik dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah, hal tersebut dapat membantu peserta didik membangun perasaan dihargai sebagai anggota dari komunitas sekolah.

4. Kepengurusan sekolah yang demokratis

Sekolah dapat melibatkan siswa dalam mengurus diri dan menumbuhkan perasaan cinta terhadap sekolah serta rasa tanggung jawab untuk menjadikan sekolahnya menjadi yang terbaik.

5. Menciptakan komunitas yang baik dikalangan orang dewasa Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan para karyawan dalam mengambil keputusan bersama, sehingga terciptanya lingkungan sekolah yang didalamnya terdapat sikap saling menghormati, kerjasama, dan

keadilan diantara semua warga sekolah

6. Sekolah yang didalamnya menjunjung tinggi moralitas Sekolah dapat meningkatkan arti penting dari masalah moral dengan mendorong guru untuk menyediakan waktu khusus dalam memperhatikan masalah moral, salah satunya dapat dilakukan melalui bimbingan konseling.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam menumbuhkan budi pekerti bukan hanya menjadi tugas dari kepala sekolah saja, guru, tenaga pendidik dan/atau peserta didik saja, namun penumbuhan budi pekerti merupakan tugas dari semua warga sekolah, sehingga pada akhirnya terbentuklah peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia, kreatif, cerdas serta mempunyai kesadaran yang tinggi akan kebersihan lingkungan sekolahnya.

Sejalan dengan teori di atas, menurut Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti dalam Wiedarti, dkk (2016:52) bahwa:

PBP adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang dimulai berjenjang dari mulai sekolah dasar; untuk jenjang SMP, SMA/SMK, dan sekolah pada jalur pendidikan khusus dimulai sejak dari masa orientasi peserta didik baru sampai dengan kelulusan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa penumbuhan budi pekerti merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menumbuhkan budi pekerti peserta didik melalui berbagai kegiatan yang ada di sekolah, sehingga menjadi suatu kebiasaan baik yang berkembang di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Selain itu juga, penumbuhan budi pekerti juga bertujuan untuk mengembangkan watak dan tabiat peserta didik melalui penghayatan nilai-nilai dan keyakinan yang ada di masyarakat.

(12)

Terkait dengan penelitian sebelumnya, terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian sekarang, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah dan Setyowati (2016) dengan judul “Implementasi Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti dalam Menumbuhkan Sikap Nasionalisme Peserta Didik” dengan hasil penelitian bahwa untuk menanamkan nilai kebangsaan dan kebhinnekaan yang merupakan salah satu nilai dari budi pekerti dapat dilakukan dengan menanamkan kepada peserta didik arti dari kebangsaan dan kebhinnekaan serta dapat dilakukan dengan memperingatan hari-hari besar nasional (PHBN), melalui sosialisasi, diinternalisasikan dalam kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan non- kurikuler, serta melalui pembiasaan- pembiasaan secara berkelanjutan yang baik

dari sekolah

(http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id, diakses pada 9 Mei 2017 pukul 13:05 WIB).

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Sari (2017) di Lampung dengan judul “Peranan Guru dalam Penumbuhan Budi Pekerti Peserta Didik di SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017”

dengan hasil penelitiannya bahwa guru sangat berperan dalam menumbuhkan budi pekerti peserta didik, guru mampu menumbuhkan kesadaran spiritual pada diri peserta didik, dan guru juga mampu mendorong peserta didik untuk mengembangkan minat sesuai dengan potensinya melalui bimbingan dalam kegiatan ekstrakulikuler dan intrakulikuler (http://jurnal.fkip.unila.ac.id, diakses pada 9 Mei 2017, pukul 11:15 WIB).

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa antara teori Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti yang dijelaskan di dalam Wiedarti, dkk, serta teori dari Lickona, dan dua teori dari penelitian terdahulu memiliki keterkaitan

yaitu: pertama, penumbuhan budi pekerti merupakan kegiatan non kurikuler yang ada di sekolah dan bertujuan untuk menciptakan iklim sekolah yang menyenangkan bagi semua warga sekolah melalui pembiasaan- pembiasaan dan kedua, guru sangat berperan dalam menumbuhkan budi pekerti peserta didik, dimana guru mampu menumbuhkan kesadaran spiritual pada diri peserta didik serta guru juga mampu mendorong peserta didik untuk mengembangkan minat sesuai dengan potensinya melalui bimbingan dalam kegiatan ekstrakulikuler dan intrakulikuler.

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diketahui bahwa penumbuhan budi pekerti yang ada di SMP Negeri 1 Indralaya Utara ini diawali dengan adanya pembiasaan kemudian dilanjutkan pada tingkat pengembangan. Namun, di sekolah ini baru berada pada tingkat pembiasaan yaitu melalui kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah dalam menumbuhkan budi pekerti.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti (studi kasus di SMP Negeri 1 Indralaya Utara), sekolah ini sudah menerapkan penumbuhan budi pekerti di sekolahnya, hal ini dapat terlihat dari tiga indikator yang telah dibatasi oleh peneliti sebelumnya, yaitu penumbuhan nilai spiritual, merawat lingkungan sekolah, dan mengembangkan potensi diri. Dalam menumbuhkan nilai spiritual, peserta didik dibiasakan untuk sujud dan salam saat bertemu dengan guru atau hanya sekedar menundukkan badan, kemudian melalui berbagai kegiatan, seperti literasi Al-Qur’an setiap hari Rabu, membaca Yaasiin bersama setiap hari Jum’at yang dilanjutkan dengan membaca tasbih dan tahmid, kemudian

(13)

melalui esktrakurikuler rohis, dan sholat Zuhur berjama’ah.

Selanjutnya dalam merawat lingkungan sekolah, peserta didik juga diberi tanggungjawab untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah dengan piket kelas, piket umum, terdapat tim go green yang bertanggungjawab secara continue untuk melihat kondisi lingkungan sekolah.

Kemudian dalam mengembangkan potensi diri dapat dilakukan melalui kegiatan yang ada di setiap ekstrakurikulernya. Selain itu, dapat melalui perpustakaan sekolah yang menyediakan banyak literatur bacaan, melalui program literasi buku non pelajaran, sehingga peserta didik mampu menuliskan secara deskripsi apa yang ia baca kemudian mampu menceritakan kembali dari buku yang ia baca. Kemudian melalui program literasi Al-Qur’an setiap hari Rabu untuk meningkatkan kemampuan membaca Al- Qur’an bagi peserta didik.

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diketahui bahwa penumbuhan budi pekerti yang ada di SMP Negeri 1 Indralaya Utara ini diawali dengan pembiasaan kemudian dilanjutkan pada tingkat pengembangan. Namun, di SMP Negeri 1 Indralaya Utara ini baru berada pada tingkat pembiasaan yaitu melalui kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah dalam menumbuhkan budi pekerti.

Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti menyarankan kepada beberapa pihak terkait, yaitu sebagai berikut: Diharapkan peserta didik agar termotivasi dalam berperilaku yang baik di lingkungan sekolah, khususnya agar terbentuk perilaku yang berbudi pekerti luhur, sehingga nantinya menjadi warga negara yang mampu menjalankan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila serta memiliki budi pekerti yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, diharapkan bagi peserta didik untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan sekolah. Bagi guru

Diharapkan bagi guru khusunya guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk dapat berperilaku yang baik, sehingga menjadi contoh bagi semua warga sekolah serta terus memberikan pemahaman akan pentingnya kebersihan lingkungan dalam menumbuhkan budi pekerti peserta didik, karena dalam penumbuhan budi pekerti peserta didik ini tidak hanya menjadi tanggungjawab dari sekolah semata melainkan semua pihak yang ada dalam komponen sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Grafika, S. (2003). Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta.

Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Lickona, T. (2013). Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik.

Diterjemahkan oleh Lita, S.

Bandung: Nusa Media.

Sari, P. (2017). Peranan Guru dalam Penumbuhan Budi Pekerti Peserta Didik di SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017. J. Chem. Educ., 5 (1):

99-100. Lampung: Universitas Lampung.

http://jurnal.fkip.unila.ac.id. Diakses pada 9 Mei 2017, pukul 11:15 WIB.

Wiedarti, P., dkk. (2016). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

(14)

Zakiyah dan Setyowati. (2016). Implementasi Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti dalam Menumbuhkan Sikap Nasionalisme Peserta Didik. J.

Chem. Educ., 2 (4): 123-124.

http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/in dex.php/jurnal-pendidikan-

kewarganegaraan. Diakses pada 9 Mei 2017 pukul 13:05 WIB.

Zuriah, N. (2008). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif.

Jakarta: Bumi Aksara.

https://www.kemdikbud.go.id/main/uploads/d efault/documents/7.pdf. Diakses pada 6 Juni 2017, pukul 10:20 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. © Desna Purnama Sari

Psikografis perilaku Observasi 30 responden masyarakat kota Semarang (terutama kalangan masyarakat yang mulai memperhatikan pola makan yang lebih sehat yaitu usia 30th – 60th )

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, ditemukan bahwa dalam meningkatkan retail patronage konsumen , cara yang paling efektif

Sahabat MQ/ kasus skandal century/ terus bergulir// Dugaan bila kasus ini akan menyeret sejumlah tokoh/ kini terbukti// Kali ini/ Menteri Keuangan Sri Mulyani/ yang

Publikasi Ilmiah masih diterapkan secara konvensional dalam bentuk terbitan rutin jurnal ilmiah fakultas dan belum memiliki sistem informasi khusus dalam pengelolaannya

Penelitian yang telah dilakukan oleh Kehinde pada tahun 2012, yang meneliti mengenai pengaruh kepuasan kerja terhadap absenteeism dapat disimpulkan bahwa

Faktor-faktor yang menghambat efektivitas penerapan sanksi pidana penjara terhadap anak yang melakukan tindak pidana di wilayah hukum Pengadilan Negeri Purwokerto dilihat dari

Salah satu tujuan evaluasi yaitu untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu periode kerja, apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai, dan apa yang perlu