Jurnal Excelsior Pendidikan | 45 PENDIDIKAN KUALIFIKASI DAN FUNGSI SEORANG PENATUA: SEJAUH
BAGAIMANAKAH PARA HAMBA TUHAN MELAKUKANNYA?
Mariduk Tambun1*
1Sekolah Tinggi Teologi Excelsius
*Email: mariduktambun@gmail.com
ELDER QUALIFICATION AND FUNCTION EDUCATION: TO FAR HOW DO GOD'S SERVANTS DO IT?
Abstract: The role of an elder in preaching and extending the Word of God to all aspects of the life of the congregation in a church is sometimes neglected. The problem that arises: What are the qualifications of elders based on Titus 1: 5-9? What is the function of elders according to Titus 1: 5-9? How is the qualification education and function of elders based on Titus 1: 5-9 applied in POUK Dian Kasih Sukatani, Tapos, Depok? This research uses descriptive qualitative. Research answers: (1) the qualifications of an elder based on Titus 1: 5-9 are a person who is pure, blameless, not arrogant, not angry, not a drinker, not rude, not greedy, friendly, loving-kindness, wise, just, holy, self-controlled, obeying the truth, trustworthy.
(2) functions as an elder to carry out his function as an overseer (bishop) or overseer in the house of God.
Function as an overseer or overseer of God's house. The function is to advise each congregation with healthy teachings. The function of pointing out mistakes and rebuking (correcting) any opposers of the gospel. (3) respondents agree to strongly agree (70-80%) with the qualification education and function of elders at the POUK Dian Kasih Sukatani Church, Tapos, Depok.
Keywords: Education, qualifications, elder, Titus 1: 5-9, Pouk Dian Kasih Sukatani Depok
Abstrak: Peranan seorang Penatua untuk pemberitaan dan perluasan Firman Tuhan ke segala aspek kehidupan berjemaat dalam suatu gereja adakalanya terabaikan. Persoalan yang timbul: Apakah kualifikasi penatua berdasarkan Titus 1:5-9? Apakah fungsi penatua berdasarkan Titus 1:5-9? Bagaimanakah pendidikan kualifikasi dan fungsi penatua berdasarkan Titus 1:5-9 diaplikasikan di POUK Dian Kasih Sukatani, Tapos, Depok? Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Jawaban penelitian: (1) kualifikasi seorang penatua berdasarkan Titus 1:5-9 adalah seorang yang suci, tidak bercacat, bukan orang yang angkuh, bukan pemarah, bukan peminum, tidak kasar, tidak serakah, ramah, mencintai kebaikan, bijaksana, adil, kudus, dapat mengontrol diri, menaati kebenaran, dapat dipercaya. (2) fungsi sebagai penatua untuk menjalankan fungsinya sebagai seorang penilik (uskup) atau pengawas dalam rumah Allah.
Fungsi sebagai seorang penilik atau pengawas rumah Allah. Fungsi untuk menasihati setiap jemaat dengan ajaran sehat. Fungsi menunjukan kesalahan dan menegor (memperbaiki) setiap para penentang Injil. (3) responden setuju menuju sangat setuju (700-80%) dengan adanya pendidikan kualifikasi dan fungsi penatua di Gereja POUK Dian Kasih Sukatani, Tapos, Depok.
Kata kunci: Pendidikan, Kualifikasi, penatua, Titus 1: 5-9, Pouk Dian Kasih Sukatani Depok PENDAHULUAN
Penatua adalah sebuah jabatan gerejawi yang ada di sebuah gereja, tetapi dapat diartikan sebagai pemimpin Kristen.
Konsep ini mungkin saja mengikuti contoh kepemimpinan dalam sinagoge (Browning, 2009). Dalam Kisah Para Rasul sudah memberikan penjelasan tentang jabatan
penatua dalam gereja atau jemaat mula- mula (Kis. 16:4; 20:17; 21:18).
Jabatan penatua bukanlah jabatan yang baru dalam gereja, sudah ada sejak zaman gereja mula-mula. Meskipun pada zaman sekarang tidak semua gereja menggunakan jabatan ini, akan tetapi pada setiap gereja memiliki pelayan yang fungsinya sama dengan penatua.
46 | Excelsior Pendidikan Vol. 2 No. 1 April 2021
Ismail (2009) mengatakan bahwa ada dua macam penatua yang dikenal dalam tradisi gereja, yaitu penatua-penatua pengatur (proestootes presbuteroi) dan penatua-penatua pengkhotbah dan pengajar (logookai didaskalia presbuteroi).
Dalam Kisah Para Rasul dan beberapa epistel (surat-surat) dalam PB yang menggambarkan kehidupan gereja abad pertama yang menunjukkan ada tiga tugas utama para penatua sebagai berikut:
Tugas pertama, memelihara atau menggembalakan jemaat. Kepada para penatua di jemaat Efesus, Paulus berkata,
“… jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah …” (Kis. 20:28). Kata penilik di ayat ini adalah terjemahan dari episkopous yang kata kerjanya berarti mempedulikan, mengindahkan atau memelihara sama seperti orang memelihara tanaman.
Tugas kedua, memimpin atau mengatur jemaat. Dalam Titus 1:7 digunakan istilah pengatur rumah Allah.
Kata Yunaninya, yaitu oikonomon berarti pengelola atau pelaksana usaha. Para penatua berfungsi mengelola jemaat supaya jemaat menjadi hidup dan berkembang, tertib dan teratur.
Tugas ketiga, menjaga kemurnian ajaran gereja. Dalam Kisah Para Rasul 20:29-31, Paulus mengingatkan kemungkinan adanya orang, baik dari dalam maupun dari luar, yang “berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar”. Dalam rangka pelayanan mengajar ini agaknya di gereja abad pertama kemudian diadakan pembagian tugas presbiter menjadi presbiter-pengatur (ruling elders) dan presbiter pengajar (teaching elders).
Beratnya tanggung jawab seorang penatua berdampak kepada syarat untuk menjadi seorang penatua. Untuk melaksanakan tugas yang berat tersebut, maka gereja perlu acuan untuk menetapkan kualifikasi yang ketat untuk mengangkat seseorang kepada jabatan penatua. Kondisi ini diperparah dengan begitu banyaknya penatua masa kini yang tidak lagi memahami fungsinya (tugas) atau telah mengalami pergeseran tugas.
Pergeseran tugas penatua masa kini termaktub dalam pandangan Alexander Strauch yakni: pertama, Penatua seperti
“ruling executive”, di mana mereka lebih banyak menjalankan tugasnya seperti seorang eksekutif dan tidak lagi memiliki jiwa pelayan. Kedua, Penatua seperti
“Building and Property Managers” di mana mereka hanya mengurus pembangunan gereja, persoalan administrasi dan tidak lebih dari itu. Ketiga, Penatua seperti “The church Factotums” di mana mereka menangani semua jenis pelayanan mulai dari pembangunan, administrasi, berkhotbah, pekunjungan dan masih banyak lagi sehingga jabatan mereka tidak lagi memiliki keunikan atau kekhususan sendiri (Strauch, 1944).
Penjelasan di atas menunjukkan telah terjadi pergeseran. Di mana tiga fungsi utama di atas justru sudah tidak kelihatan lagi karena dikaburkan oleh tugas-tugas yang lebih bersifat duniawi. Hal tersebut terjadi karena salah satu faktornya adalah kecenderungan gereja hari ini tidak lagi memperhatikan bahkan mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk menjadi atau menduduki jabatan sebagai seorang penatua.
Setelah membaca dan
memperhatikan, teks dalam Titus 1:5-9
Jurnal Excelsior Pendidikan | 47
menjadi acuan yang cukup menarik untuk diteliti atau digali untuk kemudian menemukan sebuah acuan prinsip dan substantif bagi pemilihan dan pengangkatan seseorang menjadi penatua.
Terdapat dua pertimbangan memilih perikop Titus 1:5-9, yakni: pertimbangan tekstual dan pertimbangan eksegetis.
Pertimbangan tekstual maksudnya karena hanya dalam teks Titus 1:5-9 yang menjelaskan secara gamblang tentang kualifikasi dan fungsi seorang penatua.
Ayat-ayat yang lain tidak secara spesifik membahasnya. Sedangkan pertimbangan eksegetis adalah supaya penafsiran atau eksegesis yang dilakukan lebih fokus. Itulah sebabnya penelitian ini membatasinya dengan hanya meneliti Titus 1:5-9.
Apabila memperhatikan secara keseluruhan, surat Titus merupakan surat penggembalaan, di sana juga menerangkan tentang kualifikasi dan fungsi seorang penatua cukup sistematis dan praktis. Dan kondisi di Kreta di mana Titus melayani, terdapat indikasi yang cukup kuat bahwa ternyata belum diatur dan ditunjuk penatua supaya dapat membantu penatalayanan dalam gereja di Kreta (beberapa kota di sana).
Sehingga Paulus menugaskan kepada Titus untuk menetapkan orang-orang yang layak dan pantas menduduki jabatan itu berdasarkan syarat-syarat yang dikemukakan dalam ayat-ayat di atas. Dan apabila memperhatikan tugas seorang penatua, maka tidak keliru apabila dikatakan bahwa mereka memiliki peran yang cukup sentral dan urgen dalam gereja.
Oleh karena tugas mereka tidak hanya kepada tugas seremonial seperti memimpin peribadatan. Akan tetapi dibalik itu ada tugas yang jauh lebih penting,
seperti: memelihara dan menggembalakan jemaat, memimpin dan mengatur jemaat, dan menjaga kemurnian ajaran Gereja.
Dampak yang akan ditimbulkan dengan ketidakhadiran penatua dalam sebuah jemaat atau apabila para penatua tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan sungguh-sungguh adalah peluang ajaran yang sehat dalam gereja dikontaminasi oleh ajaran sesat terbuka lebar dan jemaat akan semakin sulit bertumbuh dalam persekutuan dan pengenalan terhadap Tuhan Yesus. Seperti yang terjadi di jemaat di Kreta, di mana Titus melayani. Seperti yang dikemukakan oleh Budiman, ajaran sesat yang berkembang di Kreta bersifat sinkretisme, karena mengandung unsur-unsur Gnostik dan unsur-unsur agama Yahudi (Budiman, 2016).
Dari penjelasan panjang-lebar tersebut, maka dijumpai minimal dua masalah dalam kaitannya dengan jabatan seorang penatua. Baik yang menyangkut dengan penatua masa kini maupun dengan penatua dalam konteks surat Titus di Kreta.
Kedua masalah yang dimaksud adalah masalah pergeseran tugas (fungsi) para penatua masa kini, dan menyangkut tentang perlunya setiap gereja memiliki penatua.
Itulah sebabnya dalam penelitian ini difokuskan kepada pendidikan kualifikasi dan fungsi penatua seperti yang tercatat dalam Titus 1:5-9. Penelitian ini akan menggali teks Titus 1:5-9 (menggunakan metode eksegesis) untuk memperoleh dan memahami kualifikasi dan fungsi seorang penatua, seperti yang telah dikemukakan oleh Paulus kepada Titus. Hal tersebut dapat diaplikasikan oleh para penatua ataupun jemaat Tuhan secara umum atau
48 | Excelsior Pendidikan Vol. 2 No. 1 April 2021
khususnya POUK Dian Kasih Sukatani, Tapos, Depok supaya mereka menyadari betapa urgennya memperhatikan kualifikasi dan fungsi seorang penatua.
Selain itu, melalui penelitian ini juga dapat menyadarkan semua denominasi gereja terhadap pentingnya kehadiran para penatua dalam setiap jemaat lokal agar jemaat dapat dibentengi dari pengajar- pengajar sesat. Dengan demikain bahwa mereka dapat bertumbuh dalam pengenalan terhadap Tuhan.
Titus 1:5-9 mencantumkan daftar yang rinci tentang kualifikasi dan fungsi seorang penatua, yakni: “Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu, yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu isteri, yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib. Pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri dan berpegang kepada perkataan yang
benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya”
(Budiman, 2016).
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka terdapat satu pertanyaan utama yang akan dijawab:
Apakah kualifikasi penatua berdasarkan Titus 1:5-9? Apakah fungsi penatua berdasarkan Titus 1:5-9? Bagaimanakah pendidikan kualifikasi dan fungsi penatua berdasarkan Titus 1:5-9 diaplikasikan di POUK Dian Kasih Sukatani, Tapos, Depok?
METODE
Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan subyek penelitian adalah penatua Gereja Kristen Persekutuan Oikoumene Dian Kasih Sukatani, Tapos, Depok, Jawa Barat (POUK Dian Kasih) dengan jumlah 17 responden, yang terdiri dari hamba Tuhan gereja tersebut.
Instrumen yang digunakan telah divalidasi oleh 3 ahli terdiri dengan score rerata 3,75 yang terdiri dari 23 item.
Perhitungan instrumen menggunakan Skala Model Linkert adalah: Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Kurang Setuju (KS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS) (Lumintang, 2016).
Tabel 1. Variabel Penelitian
Variabel Indikator Jumlah
Pertanyaan
Kualifikasi seorang Penatua berdasarkan Titus 1:5-9
1. Penatua, seorang yang tidak bersalah (suci) 4 2. Penatua, seorang yang tak bercacat, bukan seorang yang angkuh, bukan seorang yang pemarah, bukan seorang peminum, bukan laki-laki yang kasar, bukan seorang yang serakah.
5
3. Penatua, seorang yang (harus) ramah, yang mencintai apa yang baik, bijaksana, adil, kudus, dapat mengontrol diri. 1 4. Penatua, seorang yang berpegang atau menaati setiap kebenaran atau perkataan yang benar dan dapat dipercaya, yatu Injil yang murni.
3
Jurnal Excelsior Pendidikan | 49 Fungsi
seorang Penatua berdasarkan Titus 1:5-9
5. Penatua, berfungsi sebagai seorang penilik (uskup) atau
pengawas dalam rumah Allah. 4
6. Penatua, berfungsi untuk menasihati (membangun) setiap
jemaat dengan sebuah ajaran yang sehat. 3
7. Penatua, berfungsi menunjukan kesalahan dan menegor
(memperbaiki) setiap para penentang Injil. 3
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk metode pengumpulan data lapangan. Untuk mempertegas dan membenarkan setiap penelitian kualitatif atau teori yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk mengetahui tingkat persetujuan penatua di POUK Dian Kasih tentang pendidikan Kualifikasi dan Fungsi Penatua berdasarkan Titus 1:5-9, maka peneliti menggunakan metode kuesioner dalam teknis pengumpulan data.
Oleh karena metode kuesioner cukup baik untuk memahami dan memperoleh informasi fakta lapangan. Seperti yang dikatakan oleh Suharsimi Arikunto,
“Memang kuesioner baik, asal cara dan pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam penelitian”
(Suharsimi, 2004).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik analisis statistik.
Peneliti menghitung hasil kuesioner tertutup untuk mengetahui sikap responden terhadap setiap item pertanyaan sehingga nantinya peneliti akan dapat menemukan data faktual tentang berapa persentase penerimaan pendeta dan penatua di POUK Dian Kasih tentang hasil penelitian ini.
PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Hasil penelitian membahas tentang data deskriptif variabel X, Data Deskriptif Variabel Y, dan Data Evaluasi Variabel X dengan Varibel Y.
Data Deskriptif Variabel X Kualifikasi Seorang Penatua berdasarkan Titus 1:5- 9
Tabel 2. Kualifikasi Seorang Penatua berdasarkan Titus 1:5-9
Pertanyaan STS TS KS S SS
Seorang penatua harus memiliki
satu istri-suami - - - - 100%
Seorang penatua memiliki anak- anak yang beriman kepada Tuhan
Yesus - - - 11,8% 88,2%
Seorang penatua tidak terlibat
dalam percabulan - - - - 100%
Seorang Penatua Tidak Suka
Memberontak - - - 52,6% 47,4%
Pada tabel 2 dapat diuraikan bahwa:
(1) seorang penatua harus memiliki satu isteri-suami sebagai berikut: 100%
responden sangat setuju dengan penatua
yang harus memiliki hanya satu istri atau satu suami atau tidak berpoligami dan tidak berpoliandri. (2) Seorang penatua memiliki anak-anak yang beriman kepada Tuhan
50 | Excelsior Pendidikan Vol. 2 No. 1 April 2021
Yesus adalah; 88,2% responden sangat setuju (SS) dan 11,8% responden yang Setuju (S) setiap penatua memiliki anak- anak yang beriman kepada Tuhan Yesus.
(3) Seorang penatua tidak terlibat dalam percabulan: 100% sangat setuju. (4) Seorang penatua tidak suka memberontak:
47,4% menjawab sangat setuju (SS) dan 52,6% setuju (S).
Dari persentase ini dapat disimpulkan, responden sangat setuju atau setuju penatua bukanlah seorang yang suka melakukan pemberontakan atau melawan dalam sebuah organisasi. Dengan kata lain, harus taat dan tunduk kepada pimpinan dan setiap peraturan yang berlaku.
Tabel 3. Penatua, Seorang yang tak Bercacat, bukan Seorang yang Angkuh, bukan Seorang yang Pemarah, bukan Seorang Peminum, bukan Laki-laki yang Kasar, bukan Seorang yang Serakah
Pertanyaan STS TS KS S SS
Seorang penatua tidak boleh angkuh - - - 35,32% 64,68%
Seorang penatua tidak boleh suka marah - - 11,76% 47,06% 41,18%
Seorang penatua bukan seorang peminum/pemabuk - - - 17,68% 82,32%
Seorang penatua bukan laki-laki kasar - - 5,88% 29,4% 64,72%
Seorang penatua bukan seorang yang serakah - - - 29,54% 70,56%
Pada tabel 3 dapat diuraikan bahwa:
(1) seorang penatua tidak boleh angkuh:
64,68% responden sangat setuju (SS) dan 35,32% responden yang menjawab setuju (S). Dengan demikian, responden setuju seorang penatua tidak boleh angkuh, sombong atau arrogan. (2) Seorang penatua tidak boleh suka marah: 41,18%
menjawab sangat setuju (SS), 47,06%
setuju (S), dan 11,76% yang menjawab kurang setuju (KS). Meskipun terdapat 11,76% responden yang kurang setuju, namun karena tingkat persentase yang setuju dan sangat setuju masih sangat dominan maka dapat disimpulkan responden setuju seorang penatua tidak boleh suka marah. (3) Seorang penatua bukan seorang peminum/pemabuk:
82,32% menjawab sangat setuju (SS) dan
17,68% menjawab setuju (S). Sehingga dapat disimpulkan responden setuju seorang penatua bukan seorang yang suka minum alkohol hingga mabuk. (4) Seorang penatua bukan laki-laki kasar: 64,72%
menjawab sangat setuju (SS), 29,4%
menjawab setuju (S) dan 5,88% yang menjawab kurang setuju (KS). Jumlah persentase responden yang menjawab Kurang Setuju (KS) tidak signifikan karena sangat kecil atau sedikit. Dengan demikian, responden setuju seorang penatua bukanlah laki-laki kasar. (5) Seorang penatua bukan seorang yang serakah:
70,56% menjawab sangat setuju (SS) dan 29,54% yang menjawab setuju (S). Dengan demikian, responden setuju seorang penatua tidak boleh serakah.
Tabel 4. Penatua, Seorang yang Ramah, yang Mencintai apa yang Baik, Bijaksana, Adil, Kudus, dapat Mengontrol Diri
Pertanyaan STS TS KS S SS
Seorang penatua adalah seorang yang ramah, mencintai yang
baik, bijaksana, adil, kudus dan dapat mengontrol diri - - - 11,8% 88,2%
Jurnal Excelsior Pendidikan | 51
Pada Tabel 4 dapat diuraikan bahwa:
seorang penatua adalah seorang yang ramah, mencintai yang baik, bijaksana, adil, kudus dan dapat mengontrol diri: 88,2%
menjawab sangat setuju (SS) dan 11,8%
setuju (S). Dengan demikian responden setuju seorang penatua adalah orang yang ramah, mencintai yang baik, bijaksana, adil, kudus, dan dapat mengontrol diri.
Tabel 5. Penatua, Seorang yang Berpegang Setiap Perkataan yang Benar dan Dapat Dipercaya
Pertanyaan STS TS KS S SS
Seorang penatua rajin dan giat dalam meneliti dan
membaca Firman Tuhan - 5,88% - 23,52% 70,6%
Seorang penatua adalah seorang yang memiliki
khotbah dan pengajaran yang alkitabiah - 5,88% 5,88% 29,4% 58,84%
Seorang penatua memiliki prinsip dan praktik hidup
yang selaras dengan khotbah dan pengajarannya - - - 29,44% 70,56%
Pada tabel 5 dapat diuraikan bahwa:
(1) Seorang penatua rajin dan giat dalam meneliti dan membaca Firman Tuhan:
70,6% menjawab sangat setuju (SS), 23,52% setuju (S) dan 5,88% tidak setuju (TS). Jumlah responden yang menjawab Tidak Setuju (TS) tidak signifikan, karena persentasenya sangat kecil. Dengan demikian, responden setuju penatua adalah seorang yang rajin dan giat meneliti dan membaca Alkitab. (2) Seorang penatua adalah seorang yang memiliki khotbah dan pengajaran yang alkitabiah: 58,84%
menjawab sangat setuju (SS), 29,4%
menjawab setuju (S), 5,88% menjawab kurang setuju (KS), dan 5,88% tidak setuju (TS). Jumlah responden yang menjawab kurang setuju (KS) dan tidak setuju (TS)
sangat kecil atau sedikit, sehingga tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan responden setuju seorang penatua harus memiliki khotbah dan ajaran yang biblika atau alkitabiah. (3) Seorang penatua memiliki prinsip dan praktik hidup yang selaras dengan khotbah dan pengajarannya: 70,56% menjawab sangat setuju (SS), dan 29,44% setuju (S). Dengan demikian dapat disimpulkan responden setuju seorang penatua harus memiliki prinsip dan praktik hidup yang selaras dengan khotbah dan pengajarannya.
Data Deskriptif Variabel Y Fungsi Seorang Penatua berdasarkan Titus 1:5- 9
Tabel 6. Penatua, Berfungsi sebagai Seorang Penilik dalam Rumah Allah
Pertanyaan STS TS KS S SS
Seorang penatua berfungsi untuk memperhatikan pertumbuhan iman jemaat
- 5,88% - 35,32% 58,8%
Seorang penatua berfungsi menjaga jemaat supaya fokus pada nilai- nilai inti iman Kristen
- - 5,88% 41,8% 52,92%
52 | Excelsior Pendidikan Vol. 2 No. 1 April 2021 Seorang penatua
berfungsi
membantu jemaat mengarahkan pada isu-isu teologis yang sehat
- - - 58,8% 41,2%
Seorang penatua berfungsi memastikan isi ajaran gereja yang dapat dipercaya sesuai dengan ajaran rasuli
- - - 41,2% 58,8%
Pada Tabel 6 dapat diuraikan bahwa:
(1) Seorang penatua berfungsi untuk memperhatikan pertumbuhan iman jemaat: 58,8% menjawab sangat setuju (SS), 35,32% setuju (S), dan 5,88%
menjawab tidak setuju (TS). Jumlah responden yang menjawab Tidak Setuju (TS) sedikit atau kecil sehingga tidak signifikan. Dengan demikian, responden setuju seorang penatua memiliki fungsi untuk memperhatikan pertumbuhan iman jemaat. (2) Seorang penatua berfungsi menjaga jemaat supaya fokus pada nilai- nilai inti iman Kristen: 52,92% menjawab sangat setuju (SS), 41,8% menjawab setuju (S), dan 5,88% menjawab kurang setuju (KS). Jumlah responden yang kurang setuju (KS) sangat sedikit, sehingga tidak signifikan. Itu artinya, responden setuju
penatua bertugas atau berfungsi menjaga jemaat supaya fokus pada nilai-nilai iman Kristen. (3) Seorang penatua berfungsi membantu jemaat mengarahkan pada isu- isu teologis yang sehat: 41,2% menjawab sangat setuju (SS), dan 58,8% setuju (S).
Dengan demikian, responden setuju seorang penatua berfungsi membantu jemaat mengarahkan pada isu-isu teologis yang sehat. (4) Seorang penatua berfungsi memastikan isi ajaran gereja yang dapat dipercaya sesuai dengan ajaran rasuli:
58,8% menjawab sangat setuju (SS) dan 41,2% menjawab Setuju (S). Dengan demikian, responden setuju penatua berfungsi memastikan isi ajaran gereja yang dapat dipercaya sesuai dengan ajaran rasuli.
Tabel 7. Penatua, Berfungsi untuk Menasihati Setiap Jemaat dengan Sebuah Ajaran yang Sehat
Pertanyaan STS TS KS S SS
Seorang penatua berfungsi untuk menasihati
jemaat dengan ajaran Alkitab - - 11,76% 41,16% 47,08%
Seorang penatua berfungsi untuk memberikan
pembinaan kepada jemaat dengan ajaran Alkitab - - - 41,2% 58,8%
Seorang penatua berfungsi untuk membentengi jemaat dari setiap ajaran yang tidak sehat dengan
membekalinya dengan Firman Tuhan - - 11,76% 41,16% 47,08%
Pada tabel 7 dapat diuraikan bahwa:
(1) Seorang penatua berfungsi untuk menasihati jemaat dengan ajaran Alkitab:
47,08% menjawab sangat setuju (SS),
41,16% setuju (S), dan 11,76% kurang setuju (KS). Jumlah responden yang menjawab Kurang Setuju (KS) sangat sedikit sehingga tidak signifikan. Dengan
Jurnal Excelsior Pendidikan | 53
demikian, responden setuju penatua berfungsi untuk menasihati jemaat dengan ajaran Alkitab. (2) Seorang penatua berfungsi untuk memberikan pembinaan kepada jemaat dengan ajaran Alkitab:
58,8% menjawab sangat setuju (SS), dan 41,2% menjawab setuju (S). Dengan demikian, responden setuju penatua berfungsi memberikan pembinaan kepada jemaat dengan ajaran Alkitab. (3) Seorang penatua berfungsi untuk membentengi jemaat dari setiap ajaran yang tidak sehat
dengan membekalinya dengan Firman Tuhan: 47,08% menjawab sangat setuju (SS), 41,16% setuju (S), dan 11,76%
menjawab kurang setuju (KS). Jumlah responden yang menjawab kurang setuju (KS) jumlahnya sedikit, sehingga tidak signifikan. Dengan demikian, responden setuju penatua berfungsi untuk membentengi jemaat dari setiap ajaran yang tidak sehat dengan membekalinya dengan Firman Tuhan.
Tabel 8. Penatua, Berfungsi Menunjukan Kesalahan dan Menegor Setiap Para Penentang Injil
Pertanyaan STS TS KS S SS
Seorang penatua berfungsi untuk menegur
(memperbaiki) setiap penentang Injil - - 5,88% 64,68% 29,44%
Seorang penatua berfungsi untuk mempertobatkan
mereka yang menolak dan melawan Injil - - 17,64% 58,8% 23,56%
Seorang penatua berfungsi untuk mengajarkan
mereka dengan ajaran yang sehat - - 5,88% 35,32% 58,8%
Pada tabel 8 dapat diuraikan bahwa:
(1) Seorang penatua berfungsi untuk menegur (memperbaiki) setiap penentang Injil: 29,44% menjawab sangat setuju (SS), 64,68% setuju (S), 5,88% kurang setuju (KS). Jumlah responden yang menjawab Kurang Setuju (KS) sangat sedikit, sehingga tidak signifikan. Dengan demikian, responden setuju penatua berfungsi untuk menegur setiap penentang Injil. (2) Seorang penatua berfungsi untuk mempertobatkan mereka yang menolak dan melawan Injil: 23,56% sangat setuju (SS), 58,8% setuju (S), dan 17,64% kurang setuju (KS). Jumlah responden yang menjawab Kurang Setuju (KS) tidak
signifikan karena jumlahnya sangat sedikit.
(3) Seorang penatua berfungsi untuk mengajarkan mereka dengan ajaran yang sehat: 58,8% sangat setuju (SS), 35,32%
setuju (S), dan 5,88% kurang setuju (KS).
Jumlah responden yang menjawab kurang setuju (KS) sangat sedikit apabila dibandingkan dengan yang menjawab setuju (S) dan sangat setuju (SS), sehingga datanya tidak signifikan. Dengan demikian, responden setuju bahwa seorang penatua harus memiliki ajaran yang sehat.
Data Evaluasi Kualifikasi Seorang Penatua ( X) dengan Fungsi Seorang Penatua (Y)
Tabel 9. Tabulasi Data Kualifikasi Seorang Penatua dengan Fungsi Seorang Penatua VARIABEL INDIKATOR KUESIONER/
PERNYATAAN
ST S
TS K
S S SS Jumlah Respo nden 1 2 3 4 5
54 | Excelsior Pendidikan Vol. 2 No. 1 April 2021 Kualifikasi
seorang penatua
Penatua, seorang yang tidak bersalah (suci)
Seorang penatua harus memiliki satu
isteri/suami. 0 0 0 0 17 17
Seorang penatua memiliki anak-anak
yang beriman kepada Tuhan Yesus. 0 0 0 2 15 17 Seorang penatua tidak terlibat dalam
percabulan. 0 0 0 0 17 17
Seorang penatua tidak suka
memberontak. 0 0 0 9 8 17
Penatua, seorang yang tak bercacat, bukan seorang yang angkuh, bukan seorang yang pemarah, bukan seorang peminum, bukan laki-laki yang kasar, bukan seorang yang serakah.
Seorang penatua tidak boleh angkuh. 0 0 0 6 11 17 Seorang penatua tidak boleh suka
marah. 0 0 2 8 7 17
Seorang penatua bukan seorang
peminum/pemabuk. 0 0 0 3 14 17
Seorang penatua bukan laki-laki kasar. 0 0 1 5 11 17
Seorang penatua bukan seorang yang
serakah. 0 0 0 5 12 17
Penatua, seorang yang (harus) ramah, yang mencintai apa yang baik, bijaksana, adil, kudus, dapat mengontrol diri.
Seorang penatua adalah seorang yang ramah, mencintai yang baik, bijaksana,
adil, kudus dan dapat mengontrol diri. 0 0 0 2 15 17
Penatua, seorang yang berpegang atau menaati setiap kebenaran atau perkataan yang benar dan dapat dipercaya, yatu Injil yang murni.
Seorang penatua rajin dan giat dalam
meneliti dan membaca Firman Tuhan. 0 1 0 4 12 17 Seorang penatua adalah seorang yang
memiliki khotbah dan pengajaran yang
alkitabiah. 0 1 1 5 10 17
Seorang penatua memiliki prinsip dan praktik hidup yang selaras dengan
khotbah dan pengajarannya. 0 0 0 5 12 17
Fungsi seorang penatua
Penatua, berfungsi sebagai seorang penilik (uskup) atau pengawas dalam rumah Allah.
Seorang penatua berfungsi untuk memperhatikan pertumbuhan iman
jemaat. 0 1 0 6 10 17
Seorang penatua berfungsi menjaga jemaat supaya fokus pada nilai-nilai inti
iman Kristen. 0 0 1 7 9 17
Seorang penatua berfungsi membantu jemaat mengarahkan pada isu-isu
teologis yang sehat. 0 0 0 10 7 17 Seorang penatua berfungsi memastikan
isi ajaran gereja yang dapat dipercaya
sesuai dengan ajaran rasuli. 0 0 0 7 10 17 Penatua, berfungsi
untuk menasihati (membangun) setiap jemaat dengan sebuah ajaran yang sehat.
Seorang penatua berfungsi untuk menasihati jemaat dengan ajaran
Alkitab. 0 0 2 7 8 17
Seorang penatua berfungsi untuk memberikan pembinaan kepada jemaat
dengan ajaran Alkitab. 0 0 0 7 10 17
Jurnal Excelsior Pendidikan | 55 Seorang penatua berfungsi untuk
membentengi jemaat dari setiap ajaran yang tidak sehat dengan membekalinya dengan Firman Tuhan.
0 0 2 7 8 17
Penatua, berfungsi menunjukan kesalahan dan menegor (memperbaiki) setiap para penentang Injil.
Seorang penatua berfungsi untuk menegur (memperbaiki) setiap
penentang Injil. 0 0 1 1
1 5 17 Seorang penatua berfungsi untuk
mempertobatkan mereka yang menolak
dan melawan Injil. 0 0 3 10 4 17
Seorang penatua berfungsi untuk mengajarkan mereka dengan ajaran
yang sehat. 0 0 1 6 10 17
Keterangan:
1. Jumlah responden adalah 17.
2. 1 (untuk jawaban yang dipilih); 0 (untuk jawaban yang tidak dipilih).
3. STS = Sangat Tidak Setuju; TS = Tidak Setuju; KS = Kurang Setuju; S = Setuju;
SS = Sangat Setuju
Berdasarkan Tabel 9 ditemukan data yang signifikan tentang tingkat penerimaan atau setuju atau sangat setuju sangat tinggi persentasenya. Dengan demikian, kualifikasi dan fungsi seorang penatua berdasarkan Titus 1:5-9 dapat diterima dan disetujui oleh responden pada semua indikator dan semua pernyataan yang diberikan sebagai berikut:
Pertama, kualifikasi seorang penatua berdasarkan Titus 1:5-9 adalah seorang yang suci, tidak bercacat, bukan orang yang angkuh, bukan pemarah, bukan peminum, tidak kasar, tidak serakah, ramah, mencintai kebaikan, bijaksana, adil, kudus, dapat mengontrol diri, menaati kebenaran, dapat dipercaya. Kehidupan yang suci dari seorang penatua dapat dilihat dari: hanya memiliki satu isteri/suami; memiliki anak- anak yang beriman kepada Tuhan Yesus;
tidak terlibat dalam percabulan; dan tidak suka memberontak. Kemudian penatua yang tidak bercacat, tidak bercacat, bukan orang yang angkuh, bukan pemarah, bukan
peminum, tidak kasar, tidak serakah, dapat dilihat dari beberapa syarat, yakni: tidak boleh angkuh, tidak boleh suka marah, bukan seorang peminum/pemabuk, bukan laki-laki kasar, dan bukan seorang yang serakah. Kemudian untuk memahami seorang penatua harus ramah, mencintai kebaikan, bijaksana, adil, kudus, dapat mengontrol diri dan menaati kebenaran, dapat dipercaya dapat dilihat dari kebiasaannya yang rajin dan giat dalam meneliti dan membaca Firman Tuhan, memiliki khotbah dan pengajaran yang alkitabiah dan memiliki prinsip dan praktik hidup yang selaras dengan khotbah dan pengajarannya.
Kedua, fungsi penatua berdasarkan Titus 1:5-9 dalah sebagai seorang penilik (uskup) atau pengawas dalam rumah Allah;
menasihati (membangun) setiap jemaat dengan sebuah ajaran yang sehat; dan menunjukan kesalahan dan menegor (memperbaiki) setiap para penentang Injil.
Untuk fungsi sebagai seorang penilik atau pengawas rumah Allah, maka seorang penatua harus memperhatikan pertumbuhan iman jemaat, menjaga jemaat supaya fokus pada nilai-nilai inti iman Kristen, membantu jemaat mengarahkan pada isu-isu teologis yang sehat, dan memastikan isi ajaran gereja yang dapat
56 | Excelsior Pendidikan Vol. 2 No. 1 April 2021
dipercaya sesuai dengan ajaran rasuli.
Kemudian fungsi untuk menasihati setiap jemaat dengan ajaran sehat, maka tugas seorang penatua adalah menasihati jemaat dengan ajaran Alkitab, memberikan pembinaan kepada jemaat dengan ajaran Alkitab, dan membentengi jemaat dari setiap ajaran yang tidak sehat dengan membekalinya dengan Firman Tuhan.
Terakhir, untuk fungsi menunjukkan kesalahan dan menegor (memperbaiki) setiap para penentang Injil, maka seorang penatua harus menegur (memperbaiki) setiap penentang Injil, mempertobatkan mereka yang menolak dan melawan Injil, dan mengajarkan mereka dengan ajaran yang sehat.
DISKUSI
Pendidikan Kualifikasi Seorang Penatua
Kualifikasi seorang penatua adalah sebagai berikut: Penatua, seorang yang tidak bersalah (suci); Penatua, seorang yang tak bercacat, bukan seorang yang angkuh, bukan seorang yang pemarah, bukan seorang peminum, bukan laki-laki yang kasar, bukan seorang yang serakah;
Penatua, seorang yang (harus) ramah, yang mencintai apa yang baik, bijaksana, adil, kudus, dapat mengontrol diri; dan Penatua, seorang yang berpegang atau menaati setiap kebenaran atau perkataan yang benar dan dapat dipercaya, yatu Injil yang murni.
Fee (2003) seorang penatua yang tidak bersalah dipahami dengan kualitas hidupnya di rumah. Zehr ( 2010), mengatakan bahwa sebagai kualifikasi umum seorang penatua, maka Titus mengatakan dia haruslah seorang yang
tidak bercacat. Penatua yang blameless (yang tidak bersalah) adalah orang yang hanya menikah sekali dan yang anaknya adalah orang percaya (Tit. 1: 6). Menikah hanya sekali saja ditafsirkan beberapa cara (lihat juga komentar pada 1 Tim 3: 2): (1) menikah setidaknya sekali. Jadi, seseorang tidak pernah menikah didiskualifikasi.
Interpretasi ini didukung oleh Tradisi Yahudi. Kata-kata pertama yang diucapkan oleh Tuhan kepada manusia makhluk
“Berkembang biak dan bertambah banyaklah.” (Kej. 1:28). (2) seorang pria poligami (memiliki lebih dari satu istri) didiskualifikasi. Poligami dipraktikkan di beberapa tempat di dunia kuno (lih. Kej. 29- 30; Hak. 8:30; 1 Sam. 1: 2; 2 Sam. 5:13; 1 Raj.
11: 3) dan dilarang di Qumran, menunjukkan bahwa beberapa laki-laki Yahudi adalah poligami. Poliandri (memiliki lebih dari satu suami) dilarang untuk wanita diberi tugas khusus di gereja (1 Tim. 5: 9). Namun poliandri dan poligami tidak simetris dalam budaya yang sama. (3) seorang pria yang bercerai dari istri pertamanyadidiskualifikasi jika dia menikah untuk kedua kalinya. (4) seorang pria yang istri pertamanya meninggal didiskualifikasi jika dia menikah untuk kedua kalinya. (5) itu hanya bisa menjadi persyaratan untuk kesetiaan perkawinan.
Kualifikasi atau syarat selanjutnya yang harus dipenuhi oleh seseorang agar dapat dipilih dan diangkat menjadi penatua adalah berpegang teguh pada perkataan yang benar. “Dalam bahasa aslinya:
perkataan yang dapat dipercaya, yaitu Injil yang murni” (Budiman, 2016). Kata
“berpegang” merupakan kiasan untuk mencerminkan ketaatan dan kesetiaan kepada sesuatu. Sedangkan perkataan yang benar diterjemahkan dari kata-kata yang
Jurnal Excelsior Pendidikan | 57
berarti “perkataan yang dapat dipercaya”, yang juga dapat diterjemahkan menjadi pesan atau berita yang dapat dipercaya.
Dan perkataan di sini berkaitan dengan berita Injil, khususnya yang diajarkan di gereja dan menjadi dasar pengajaran yang dianggap sebagai ajaran yang benar oleh jemaat Kristen.
Hasil penelitian yang Wahyuni (2020) mengatakan bahwa seorang penatua memiliki kedewasaan rohani dan teruji oleh berbagai macam tantangan. Penatua sebagai pemimpin jemaat harus mempunyai kemampuan memimpin, mengatur, mengajar, mengontrol jemaat agar tetap hidup dalam Firman Tuhan, mendisiplinkan jemaat yang tidak menaati Firman Tuhan, dan melindungi jemaat dari ajaran sesat. Tugas utama dari penatua adalah berkhotbah, mengajar, konseling, memimpin, mengelola dan melindungi Gereja. Itulah sebabnya penatua yang dipercaya Tuhan untuk memimpin jemaat melewati pemilihan yang ketat. Penatua adalah orang-orang yang dikhususkan untuk menjalankan tugas kepemimpinan pastoral dalam jemaat. Penatua adalah pemimpin yang telah dipandang layak oleh Tuhan dan jemaat, setelah lebih dulu ujian dan seleksi (memenuhi syarat dan kualifikasi untuk mengerjakan pekerjaan mulia dalam gereja). Seorang penatua harus memiliki integritas yang tinggi dalam menjalankan tugas pelayanannya, artinya memiliki aspek moral yang dapat diandalkan, kejujuran, etika dan karakter yang mulia.
Tari mendukung Wahyuni. Hasil penelitiannya, disimpulkan (Tari, 2019) menyimpulkan mengatakankan kehidupan seorang pemimpin tidak hanya harus memiliki suatu kehidupan kerohanian yang
tinggi tetapi juga harus ditunjang oleh integritas diri dalam kepemimpinannya.
Bobot kepemimpinan tidak ditentukan oleh tingginya pendidikan semata atau banyaknya jam terbang dalam pelayanan, melainkan oleh integritas diri. Pecahnya Kerajaan Israel, hancurnya Kerajaan Yehuda adalah karena rapuhnya integritas para pemimpinnya. Keruntuhan masyarakat juga diawali dengan pemimpin yang kehilangan integritasnya, yang berakibat runtuhnya sendi-sendi norma masyarakat, seperti ayah tidak menjadi teladan, anak-anak mencari figur dari film, televisi dan media lainnya. Bahwa pemimpin yang berintegritas adalah pemimpin yang selalu mematutkan hidupnya dengan Firman Tuhan, bergantung penuh pada pimpinan Roh Kudus, mengusahakan karakter yang baik, dan selalu menunjukkan sikap kerendahan hati.
Seorang penatua atau pemilik jemaat harus memenuhi kualifikasi seperti tidak bercacat. Berasal dari kata”anegkletos”
yang berarti tidak bersalah, tidak bercela dan juga bukan sebagai tertuduh. Seorang
”penatua” dan ”penilik” jemaat haruslah orang yang tidak tercela dan tidak tertuduh dalam hal kehidupan keluarganya. Kata
”hanya satu isteri” mempunyai indikasi bahwa: Pertama, seorang ”penatua” atau
”penilik” haruslah seorang laki-laki yang sudah menikah. Kedua, tidak memiliki lebih dari satu wanita atau istri artinya menjauhi konsep dan sikap berpoligami dalam hidupnya. Ketiga, ia harus menikah dengan wanita (Togati, 2018). Tugas dan peran itu yang kemudian membentuk gambaran dominan gembala jemaat dan menempel lama sekali dalam memori orang Kristen.
Ada suatu masa di mana gambaran itu
58 | Excelsior Pendidikan Vol. 2 No. 1 April 2021
sedikit memudar namun berulang kali timbul upaya untuk menaruhnya kembali di depan. Salah satunya dilakukan oleh penelitian etnografik yang dikerjakan.
Gereja dalam imajinasinya masih tetap sebuah lembaga pendidikan anggota jemaat. Karena itu pelayanan pendidikan Kristen harus ada karena ia menunjang pertumbuhan jemaat. Gereja yang vital dan berkembang adalah gereja yang digembalakan oleh seorang shepherd- teacher (gembala-guru) yang memandang
dan memperlakukan tugas
penggembalaannya sebagai tugas didaktik dan pedagogik, mengajar dan mendidik orang percaya dalam iman (Dawa, 2020).
Pendidikan Fungsi Seorang Penatua Fungsi seorang penatua adalah sebagai berikut: Penatua, berfungsi sebagai seorang penilik (uskup) atau pengawas dalam rumah Allah; Penatua, berfungsi untuk menasihati (membangun) setiap jemaat dengan sebuah ajaran yang sehat;
Penatua, berfungsi menunjukan kesalahan dan menegor (memperbaiki) setiap para penentang Injil
Arivhea dan Hatton (2014) mengatakan bahwa tugas pertama seorang penatua adalah menilik atau mengatur rumah Allah. Pengatur rumah Allah diterjemahkan dari istilah orang yang bertanggung jawab mengatur atau mengelola sesuatu, misalnya rumah tangga, atau perkebunan yang luas. Namun di sini berkaitan dengan jemaat, atau rumah tangga Allah.
Tugas kedua seorang penatua adalah memberikan nasihat kepada jemaat dengan menggunakan ajaran yang sehat atau yang benar. Maka tidaklah keliru apabila dikatakan bahwa tugas ini memiliki
hubungan yang erat dengan syarat yang terakhir di atas, yakni: berpegang kepada ajaran yang benar. Mengapa? Tanpa berpegang kepada ajaran yang sehat, maka mustahil seorang penatua dapat memberikan nasihat yang didasarkan kepada ajaran yang benar. Hal ini ditegaskan juga oleh Budiman (2016) dengan mengatakan, “Hanya bila penatua itu berpegang pada ajaran yang sehat, ia akan sanggup menasihati orang, yaitu baik dalam iman maupun dalam hal kelakuan hidup”.
Tugas ketiga ini hendak menegaskan sebuah tindakan meyakinkan atau menegor (cenderung memarahi) seperti yang terdapat dalam 1 Timotius 5:20, yang dalam teks itu berarti “memperbaiki”. Siapa yang mereka perbaiki (tunjukkan kesalahannya)? Dalam teks ini disebut
“penentang-penentang”. Mereka ini adalah orang yang berbicara menentang sesuatu atau orang lain. Dan dalam konteks ini yang mereka tentang atau tolak adalah ajaran yang sehat atau Injil.
Berkaitan hal tersebut, Prajogo (2019) mengatakan bahwa gembala dan penatua melayani sebagai model bagi kawanan domba untuk diikuti. Seorang pemimpin juga harus memiliki kedewasaan rohani yang dapat dilihat dari iman dan ketaatan kepada Tuhan, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan rohani pengikutnya. Manulu sependapat dengan Prajogo. Manalu (2019) mengatakan dengan melanjutkan tema pekerjaan yang baik ini, Paulus mendorong Titus untuk berbicara dengan yakin “agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh- sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik” (Tit. 3:8). Pada sisi negatip, orang-orang Kristen hendaknya
Jurnal Excelsior Pendidikan | 59
menghindari “persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat” (Tit. 3:9). Terakhir, seluruh orang Kristen hendaknya belajar
“melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah” (Tit. 3:14). Seperti yang ditekankan Paulus pada bagian-bagian praktis dari suratnya yang lain, hendaknya ada keseimbangan dalam hidup orang Kristen antara iman yang menyelamatkan dan perbuatan baik, keselamatan dan penyucian. Tujuan lain dari penyelamatan yang tampak dalam Titus adalah bahwa kita orang-orang Kristen boleh mempunyai pengharapan akan hidup kekal (Tit. 1:2;
2:7).
Sebagaimana Penatua memiliki fungsi dalam jemaat, demikian juga para diaken memiliki tugas-tugas tertentu yang tidak kala pentingnya dengan tugas para penatua, yaitu: (1) Melayani para kaum miskin (Kis. 6: 1-6; Rm. 16: 1-2; 15: 25,26).
Dalam memberikan tugas-tugas kepada diaken, tentunya Paulus dipengaruhi oleh tradisi gereja mula-mula yang dilakukan ketika memfungsikan seorang diaken. Apabila dihubungkan dengan situasi gereja mula-mula bahwa para diaken fokus untuk mengurus kaum miskin dan para janda. Di zaman Helenistis, yaitu abad-abad antara PL dan PB, pergantian keadaan politik dan ekonomi memang membawa banyak perubahan, tetapi pemeliharaan orang miskin sebagai perbuatan kasih untuk sesame tetap menjadi sesuatu yang penting (Abineno, 2010: 63). (2) Memelihara rahasia iman (I Tim. 3: 9) Seorang Diaken memiliki tugas untuk memelihara rahasia iman. Kata
“rahasia seperti yang dikutip oleh Strauch dalam Expository Dictionary of New Testament adalah: “Dalam PB, kata itu bukan berarti misterius (sebagaimana kata bahasa Inggrisnya “mistery”) melainkan di luar jangkauan pemahaman biasa, yang hanya bisa dipahami dengan cara dan waktu yang ditunjukkan oleh Allah, dan hanya kepada orang-orang yang diilhami oleh Roh Kudus. Dalam pengertian biasa, misteri/rahasia mengandung arti pemahaman terselubung; makna alkitabiahnya adalah penyingkapan kebenaran (Strauch, 1944:95).
Selanjutnya, Suhadi (2020) mengatakan bahwa kualifikasi dan Fungsi penatua adalah orang yang bertanggung jawab untuk memastikan semua tugas yang dilakukan. Oleh karena itu perlu mendelegasikan tugas-tugas tersebut untuk setiap orang yang dianggap memiliki beberapa kompetensi. Namun untuk menjadi pemimpin yang sesungguhnya dimulai dari Panggulan Tuhan dan diri pribadi seorang pemimpin yang memiliki hati seorang hamba, kemudian dapat menjadi berkat bagi orang diluar dengan landasan melayani orang lain. Oleh karena itu (agent of change) yang mempunyai peran dan tanggungjawab untuk mengupayakan dan merekontruksi pola perubahan dalam komunitas internal sehingga ada dampak perubahan.
Pertumbuhan kualitas yang dimaksud merupakan pertumbuhan kerohanianya, pertumbuhan ini biasanya bisa terjadi melalui ibadah, pendalaman Alkitab, doa, pelayanan, dan kehidupan yang sesuai dengan Firman Tuhan. Pertumbuhan ini bisa juga disebut dengan pertumbuhan internal atau pertumbuhan di dalam, karena orang percaya, atau orang Kristen
60 | Excelsior Pendidikan Vol. 2 No. 1 April 2021
mengalami pertumbuhan di dalam kehidupan kerohaniannya, dan kualitas gereja akan mengalami pertumbuhan di dalam kehidupan kerohaniannya, dan kualitas gereja akan meningkat jika anggota-anggotanya yang belum bertobat dilahirkan kembali (Mandey & Wakkary, 1999:32).
Pekerjaan penatua disebut sebagai pelayanan dari kasih atau kemurahan kristiani karena memperlihatkan kasih Allah dalam Kristus, mengurus dan membagi-bagikan persembahan jemaat, dan menyadarkan jemaat (Abineno, 2010:
64). Diaken penatua dapat melakukan tugas mulai dari menata bunga, memimpin aksi politik, memberi makan orang-orang miskin, mengelola makan malam, membagikan buletin gereja, dan berbagi dalam tanggung jawab pastoral gereja (Strauch, 2017: 15). Penatua diaken dianggap hanya sebatas memungut kolekte dan melayani meja perjamuan. A.A. Van Ruler dalam bukunya yang berjudul
“Mengapa Saya Harus Ke Gereja?” yang dikutip Noordegraaf mengatakan bahwa fungsi diaken ada dalam empat hal yakni:
(1) pemadatan atau berkaitan dengan pelayanan Tuhan, (2)latihan yaitu perjalanan hidup dalam melayani Allah, (3) paradigma di mana orang percaya berkumpul untuk memuji Tuhan, dan (4) titik tolak artinya ibadah adalah keseharian hidup (Noordegraaf, 2004: 146).
Prodjowijono mengatakan bahwa untuk itu dikatakan bahwa gereja perlu memberikan perhatian yang serius terhadap kompetensi dari setiap calon diaken karena apabila terpilih, mereka akan menjadi bagian dari pemimpin gereja.
Dalam proses pengelolaan gereja, orang yang terpilih sebagai diaken berperan aktif
dengan memberikan ide, konsep pemikiran atau pendapat (Prodjowijono, 2008: 10).
Febriana (2014) mengatakan bahwa gereja harus menerapkan penata layanan yang konsisten. Namun, di sisi lain gereja perlu mengetahui rancangan yang cocok untuk dapat disesuaikan dengan keperluan jemaat yang berubah sesuai tuntutan zaman. Lencioni (2012: 20-21) menyebut bahwa kepemimpinan memegang peranan penting yang menentukan maju mundurnya suatu organisasi, dan penentu kesuksesan kerja.
Tong menegaskan bahwa oleh karena di mana ada kehidupan kelompok, di situ kepemimpinan dibutuhkan untuk menata mekanisme kehidupan bersama dalam kelompok tersebut. Menjawab pertanyaan
“siapa yang boleh memimpin”, bukan bertolak dari kelahirannya, bakatnya, kesempatan ataupun perpaduan dari ketiga unsur ini. Sebab kekuatan ketiga unsur ini barulah menghasilkan buah yang sementara, tetapi pemimpin yang dipilih dan ditetapkan oleh Allah, itulah yang boleh memimpin, yang karyanya berbuah (Tong, 2001: 5).
KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian tentang pendidikan kualifikasi dan fungsi penatua berdasarkan Titus 1:5-9, maka berikut ini diuraikan beberapa kesimpulan:
Pertama, kualifikasi seorang penatua berdasarkan Titus 1:5-9 adalah seorang yang suci, tidak bercacat, bukan orang yang angkuh, bukan pemarah, bukan peminum, tidak kasar, tidak serakah, ramah, mencintai kebaikan, bijaksana, adil, kudus, dapat mengontrol diri, menaati kebenaran, dapat dipercaya. Kehidupan yang suci dari seorang penatua dapat dilihat dari: hanya
Jurnal Excelsior Pendidikan | 61
memiliki satu isteri-suami; memiliki anak- anak yang beriman kepada Tuhan Yesus;
tidak terlibat dalam percabulan; dan tidak suka memberontak. Kemudian penatua yang tidak bercacat, tidak bercacat, bukan orang yang angkuh, bukan pemarah, bukan peminum, tidak kasar, tidak serakah, dapat dilihat dari beberapa syarat, yakni: tidak boleh angkuh, tidak boleh suka marah, bukan seorang peminum atau pemabuk, bukan laki-laki kasar, dan bukan seorang yang serakah. Kemudian untuk memahami seorang penatua harus ramah, mencintai kebaikan, bijaksana, adil, kudus, dapat mengontrol diri dan menaati kebenaran, dapat dipercaya dapat dilihat dari kebiasaannya yang rajin dan giat dalam meneliti dan membaca Firman Tuhan, memiliki khotbah dan pengajaran yang alkitabiah dan memiliki prinsip dan praktik hidup yang selaras dengan khotbah dan pengajarannya.
Kedua, fungsi penatua berdasarkan Titus 1:5-9 untuk menjalankan fungsinya sebagai seorang penilik (uskup) atau pengawas dalam rumah Allah; untuk menasihati (membangun) setiap jemaat dengan sebuah ajaran yang sehat; untuk menunjukan kesalahan dan menegor (memperbaiki) setiap para penentang Injil.
Untuk fungsi sebagai seorang penilik atau pengawas rumah Allah, maka seorang penatua harus memperhatikan pertumbuhan iman jemaat, menjaga jemaat supaya fokus pada nilai-nilai inti iman Kristen, membantu jemaat mengarahkan pada isu-isu teologis yang sehat, dan memastikan isi ajaran gereja yang dapat dipercaya sesuai dengan ajaran rasuli.
Kemudian fungsi untuk menasihati setiap jemaat dengan ajaran sehat, maka tugas seorang penatua adalah menasihati jemaat
dengan ajaran Alkitab, memberikan pembinaan kepada jemaat dengan ajaran Alkitab, dan membentengi jemaat dari setiap ajaran yang tidak sehat dengan membekalinya dengan Firman Tuhan.
Terakhir, untuk fungsi menunjukan kesalahan dan menegor (memperbaiki) setiap para penentang Injil, maka seorang penatua harus menegur (memperbaiki) setiap penentang Injil, mempertobatkan mereka yang menolak dan melawan Injil, dan mengajarkan mereka dengan ajaran yang sehat.
Ketiga, responden setuju menuju sangat setuju (70-80%) adanya pendidikan kualifikasi dan fungsi penatua Gereja di POUK Dian Kasih Sukatani, Tapos, Depok.
DAFTAR PUSTAKA
Abineno, J.L.Ch. (2010). Diaken Diakonia dan Diakonat Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Arichea, Daniel C. dan Hatton, Howard A.
(2014). Pedoman Prenafsiran Alkitab:
Surat-Surat Paulus Kepada Timotius dan Titus. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Browning, W R F. (2009). Kamus Akitab.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Budiman, R. (2016). Tafsiran Alkitab:
Surat 1 dan 2 Timotius, dan Titus.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Dawa, Markus Dominggus Lere. (2020).
“Gembala Cendikiawan: Sebuah Gambaran Tentang Gembala Jemaat”.
Jurnal Te Deum, 10(1).
http://ojs.sttsappi.ac.id/index.php/t edeum/index
Febriana, Mariani. (2014). “Pietas dan Caritas: Pelayanan Diakonia Sebagai Suatu Implementasi Kepedulian Sosial Gereja untuk Menolong
62 | Excelsior Pendidikan Vol. 2 No. 1 April 2021
Meretas Angka Kemiskinan di Indonesia”. Jurnal Theologi Aletheia, 16(7), 45–69.
Fee, Gordon D. (2003). How to Read the Bible for All Its Worth A Guide for Understanding the Bible. Grand Rapids: Zondervan.
Ismail, Andar. (2009). Selamat Bergereja.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Lencioni, Patrick M. (2012). The Advantage:
Why Organizational Health Trumps Everything Else in Business. San Fransisco: Published By Jossey-Bass.
Lumintang, Stevri I & Astuti, Danik. (2016).
Theologia Penelitian & Penelitian Theologis, Jakarta: Institut Theologia Indonesia.
Manalu, Parluhutan. (2019). “Memahami Theologia dalam Surat Titus”. Jurnal Sotiria, 2(1), 39-59.
Mandey, A. H. & Wakkary, M. D. (1999).
Pertumbuhan Gereja. Pare: Dep.Lit. &
M.M. Majelis Pusat GPdI.
Noordegraaf, A. (2004). Orientasi Diakonia Gereja: Teologi dalam Perspektif Reformasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Prajogo, Natanael S. (2019). “Implementasi Kepemimpinan Gembala yang Melayani Berdasarkan 1 Petrus 5:2- 10 di Kalangan Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia se-Jawa Tengah”. Journal Harvester, 4(1), 1- 21.
Prodjowijono, Suharto. (2008). Manajemen Gereja: Sebuah Alternatif. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Strauch, Alexander. (2017). Paul"s Vision for the Deacons: Assisting the Elders with the Care of God’s Church. United Sates of America: Lewis & Roth Publishers.
Strauch, Alexander. (1944). The New Testament Deacon: The Church’s Minister of Mercy. Colorado: Lewis and Roth Publishers.
Suhadi, (2020). “Pemimpin Kristen sebagai Agen Perubahan di Era Milenial”.
Journal Edulead, 1(2), 129-147.
Suharsimi, Arikunto. (2014). Metode Penelitian Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Tari, Esra. (2019). “Kepemimpinan Kristen berdasarkan 1Timotius 3:1-7”. Jurnal Taruna Bakti, 2(1),15-21.
Doi: https://doi.org/10.47131/jtb.v2 i1.22.
Toganti, Bertha Zendriani. (2018). “Kriteria Pemimpin Jemaat Menurut Titus 1:5- 9”. Jurnal Teruna Bhakti, 1(1), 42-48.
Doi: https://doi.org/10.47131/jtb.v1 i1.10.
Tong, Stephen. (2001). Hidup Kristen yang Berbuah. Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia.
Wahyuni, Sri. (2020). “Analisis tentang Peran Penatua dalam Pertumbuhan Gereja”. Jurnal Teolgi Pentahkosta:
Kharismata, 3(1), 46-59.
Doi: 10.47167/kharis.v3i1.38.
Zehr, Paul M. (2010). Believer Church Commentary: 1 & 2 Timotius, Titus.
USA: Herald Press, Scottdale.