• Tidak ada hasil yang ditemukan

S K R I P S I INDAH RAMADHANI Jurnalistik PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "S K R I P S I INDAH RAMADHANI Jurnalistik PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIK KERJA JURNALIS DI ERA KONVERGENSI MEDIA YANG TERJADI PADA INSTITUSI BERITA ONLINE WASPADA.ID MEDAN (STUDI KASUS NEW MEDIA DI KANTOR BERITA WASPADA MEDAN)

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sajana Program Strata (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

INDAH RAMADHANI 160904016 Jurnalistik

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat), maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : INDAH RAMADHANI

NIM : 160904016

Tanda Tangan :

Tanggal :

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir peneliti yang berjudul Praktik Kerja Jurnalis di Era Konvergensi Media yang terjadi pada Institusi Berita Online Waspada.id Medan (Studi Kasus New Media di Kantor Berita Waspada Medan). Skripsi ini peneliti buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan almamater Universitas Sumatera Utara.

Peneliti berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta, Buya Tauhid dan Umi Zainab yang telah memberikan dukungan baik jiwa maupun raga, memberikan kasih sayang yang tak pernah henti, selalu sabar dan kuat, serta selalu mendoakan peneliti hingga peneliti berada di titik ini. Terima kasih pula kepada kakak-kakak peneliti yang cukup banyak, Kak Fathur Rizqiyah M.Pd, Kak Rhaudhatus Shafa S.Pd, Kak Baitul Akmal Am. Keb dan tidak lupa juga kepada abang satu-satunya, Mhd. Taufiq Kamil S.Sn yang selalu memberikan semangat, dukungan dan juga pengertiannya selama proses pengerjaan skripsi peneliti.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi peneliti hingga ke tahap ini. Dukungan dan bantuan dari berbagai pihak menjadi dorongan agar peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya. Maka dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Kurniawati, M.Si., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

3. Ibu Emilia Ramadhani, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi.

4. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si, PhD., selaku dosen pembimbing skripsi peneliti. Terima kasih karena bapak telah dengan sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing, menasehati dan mendukung peneliti dalam pengerjaan skripsi ini hingga selesai dengan baik.

(6)

5. Bapak dan ibu dosen yang berada di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya dosen Ilmu Komunikasi. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada peneliti selama masa perkuliahan.

6. Kak Maya dan kak Yanti yang selalu siap sedia bila peneliti membutuhkan dokumen mengenai perkuliahan.

7. Para informan yang telah meluangkan waktunya untuk melakukan wawancara dengan peneliti, yaitu Bang Arianda, Kak Sri, Pak Andi, Pak Armansyah, Bang Sulaiman, Bang Dika, dan Pak Erwan (Humas Waspada).

8. Sahabat terbaik peneliti, Cici Alhamdaina, Dini Rahmadani, Thiara Figlia, Arifa Qanitah, Miftahul Ilmi, dan Raudhatul Jannah, yang telah menjadi sahabat baik suka maupun duka sejak awal perkuliahan hingga saat ini, yang telah memberikan banyak pelajaran kehidupan dan saling mengisi untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Terimakasih atas dukungan moralnya.

9. Septy Rahma Sari, Audry Zaskia, Riska Apsari, yang sudah membantu peneliti dalam proses pengerjaan skripsi ini.

10. Teman-teman di Garuda Muda Madani, UKMI As-siyasah FISIP USU, Kam Rabbani FISIP USU, UKMI Ad-Dakwah USU (Khususnya LPM Garda Media), dan KAMMI Merah Putih yang banyak memberikan bekal ilmu dunia dan akhirat kepada peneliti dalam setiap agenda yang disusun.

11. Seluruh Tim Inisiator.com yang telah menjadi teman tumbuh dan berkembang peneliti dalam hal menulis website dan lain sebagainya. Terimakasih atas ilmu yang bermanfaat dan pengalaman luar biasa yang tidak bisa peneliti dapatkan di tempat lain.

12. Mahasiswa angkatan 2016. Terima kasih telah melengkapi dari awal perkuliahan. Terima kasih telah bekerja sama hingga kita bisa sampai pada masa akhir perkuliahan.

(7)

HALAMAN PERNYATAAN DAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : INDAH RAMADHANI NIM : 160904016

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah yang berjudul: PRAKTIK KERJA JURNALIS DI ERA KONVERGENSI MEDIA YANG TERJADI PADA INSTITUSI BERITA ONLINE WASPADA.ID MEDAN (STUDI KASUS NEW MEDIA DI KANTOR BERITA WASPADA MEDAN). Dengan Hak Cipta Royalti Non Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : Januari 2021

Yang Menyatakan

(INDAH RAMADHANI)

(8)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Praktik Kerja Jurnalis di Era Konvergensi Media yang terjadi pada Institusi Berita Online Waspada.id Medan (Studi Kasus New Media di Kantor Berita Waspada Medan). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui praktik kerja jurnalis era konvergensi media serta dampaknya bagi para jurnalis dan kantor berita Waspada. Teori yang menjadi pendukung dan landasan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain konvergensi media, teknologi informasi dan komunikasi dan praktik kerja jurnalis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen yang melibatkan hasil tulisan jurnalis Kantor Harian Waspada atau Waspada.id, data sekunder dan wawancara mendalam yang tidak terstruktur yang artinya wawancara bersifat luwes dan informal. Penelitian ini melibatkan 7 orang informan di mana 4 dari para informan merupakan jurnalis yang menulis di Harian Waspada sekaligus di Waspada.id dan 3 lainnya merupakan informan tambahan yang bekerja sebagai Humas di Harian Waspada, Redaktur Harian Waspada dan Webmaster Waspada.id. Masing-masing informan sudah mengerti seluk beluk Kantor Harian Waspada sehingga cukup untuk memenuhi karakter sebagai informan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam praktiknya sebagai seorang jurnalis, jurnalis Harian Waspada dan Waspada.id menuliskan beritanya sesuai dengan visi misi Kantor Harian Waspada sebagai koran perjuangan dan koran politik. Dalam konvergensi media yang menciptakan banyak perubahan, tidak menurunkan elektabilitas Harian Waspada dalam tingkat kredibilitasnya. Hal ini disebabkan oleh hasil kerja jurnalis yang tetap memenuhi standar tulisan berita serta memenuhi kode etik jurnalis meskipun sudah masuk ranah berita online.

Meskipun begitu, konvergensi media menciptakan dampak yang cukup terasa bagi kantor Harian Waspada. Dampak ini pada akhirnya berpengaruh terhadap praktik kerja jurnalis Harian Waspada dan Waspada.id. Sehingga, Waspada harus terus menguatkan internalnya untuk tetap bersaing dengan media berita lainnya.

Kata kunci: Konvergensi Media, New Media, Praktik Kerja Jurnalis

(9)

ABSTRACT

This research is titled Journalist's Working Practices in the Era of Media Convergence (Case Study of New Media in Harian Waspada Medan). The purpose of this research is to find out the working practices of journalists on the era of media convergence and its impact on journalists and Waspada news agency. The theories that support and the basis used in this research include the convergence of media, information and communication technology and journalists' working practices. This research uses qualitative approach using case study method. Data collection techniques used are document studies involving the writings of journalists of the Waspada agency or Waspada.id, secondary data and unstructured in-depth interviews which means interviews are flexible and informal. This study involved 7 informants in which 4 of the informants were journalists who wrote in the Waspada daily as well as in Waspada.id and 3 others were additional informants who worked as Public Relations in Waspada agency, Editor of Harian Waspada and Webmaster of Waspada.id. Each informant already understands the ins and outs of the Waspada agency so that it is enough to fulfill the character as an informant in this study. The results of this study concluded that in practice as a journalist, journalists Waspada daily and Waspada.id wrote the news in accordance with the vision of the mission of the Waspada agency as a newspaper of struggle and political newspapers. In the convergence of media that creates many changes, it does not decrease the electability of Waspada daily in its credibility level. This is due to the work of journalists who still meet the standards of news writing and meet the journalist's code of ethics even though it has entered the realm of online news. Even so, the convergence of the media creates quite a noticeable impact for Waspada Daily. This impact ultimately affects the working practices of Journalists Waspada daily and Waspada.id. Thus, Waspada must continue to strengthen its internals to keep competing with other news media.

Keywords: Convergence of Media, New Media, Journalists' Working Practices

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERNYATAAN DAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Dampak Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap Kehidupan Media Cetak ... 11

2.2 Konsep Konvergensi Media ... 17

2.3 Motif dan Manfaat Konvergensi Media ... 24

2.4 Konvergensi Media dan Praktik Kerja Jurnalis... 27

2.5 Model Teoritis... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 36

3.2 Objek Kajian ... 37

3.3 Subjek Penelitian ... 37

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.5 Keabsahan Data ... 40

3.5 Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 43

4.1.1 Harian Waspada dan Waspada online ... 45

4.1.2 Praktik Kerja Jurnalis Harian Waspada Medan ... 52

4.1.3 Hasil Kerja Jurnalis dalam Kode Etik Jurnalis Era Konvergensi... 59

4.1.4 Dampak Konvergensi Media terhadap Kinerja Jurnalis Harian Waspada Medan... 67

4.2 Pembahasan ... 74

4.2.1 Praktik Kerja Jurnalis Harian Waspada Medan ... 74

4.2.2 Hasil Kerja Jurnalis dalam Kode Etik Jurnalis Era Konvergensi ... 80

4.2.3 Dampak Konvergensi Media terhadap Kinerja Jurnalis Harian Waspada Medan... .. 84

(11)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 88

5.2 Saran ... 90

DAFTAR REFERENSI ... 91

LAMPIRAN ... 93

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Proyeksi Pengguna Internet di Indonesia 2017-2023

2

2.1 Jumlah pengguna internet Indonesia Tahun 2020. Foto: We Are Social

11

2.1 Model Teoritis 31

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Karakteristik media cetak dan media

online 22

3.1 Konsep Metodologi Penelitian 35

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

Sebuah media massa dalam menyampaikan informasi akan membutuhkan seorang jurnalis untuk menulis sebuah berita dalam penyampaian informasi tersebut.

Seluruh jurnalis yang terlibat disebut juga dengan pers. Keberadaan pers sangat urgentif bagi sebuah media massa. Sebab pers melakukan berbagai macam aktivitas komunikasi yang melibatkan tulisan dan media itu sendiri, baik dari media cetak maupun media elektronik seperti televisi, internet, atau radio.

Pers merupakan lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang bertugas melaksanakan kegiatan jurnalistik secara menyeluruh terdiri atas proses:

merencanakan, meliput, mengolah, menyunting, dan menyiarkan (memublikasikan), dan mendokumentasikan informasi melalui tulisan (teks), suara (audio), gambar (visual), suara dan gambar (audio visual), serta data dan grafik maupun dalam bentuk luaran lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik (radio dan televisi), media internet (media dalam jaringan/online), dan segala jenis saluran atau medium lain yang tersedia (Supadiyanto, 2020: 11).

Pers kini tidak hanya bermain di media cetak saja seperti zaman pertama kali pers hadir di zaman Romawi dengan “Acta Diurna”, namun pers semakin lama semakin berkembang. Perkembangan ini sesuai dengan waktu dan metode penyebaran informasi itu sendiri. Penemuan teknologi frekuensi radio yang melahirkan radio oleh Guglielmo Marconi (1874 Masehi) dan televisi oleh John Logie Baird (1926 Masehi) menjadi revolusi komunikasi babak kedua (2.0), dan revolusi komunikasi babak ketiga (3.0) (Supadiyanto, 2020: 9). Sedang babak keempat atau disebut juga dengan revolusi industri 4.0 ditandai dengan teknologi tidak kasat mata bernama internet.

Internet saat ini sudah seperti kebutuhan primer. Setelah maraknya penggunaan smartphone, internet menjadi kebutuhan pokok yang memfasilitasi masyarakat atau ‟warga net‟ untuk mendapat informasi atau sekadar menyambung hubungan pertemanan. Kenaikan jumlah pengguna internet ini tidak terlepas dari peran teknologi informasi dan komunikasi yang terus berkembang. Setelah di hampir

(15)

seluruh rumah di dunia memiliki televisi, kini di hampir seluruh rumah di dunia memiliki smartphone yang juga terhubung ke internet.

Gambar 1.1

Proyeksi Pengguna Internet di Indonesia 2017-2023 Sumber: Katadata.com

Berdasarkan hasil riset Statista 2019 yang dikutip dari laman https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/09/berapa-pengguna-internet-di- indonesia pada September 2019, pengguna internet di Indonesia pada 2018 sebanyak 95,2 juta, tumbuh 13,3% dari 2017 yang sebanyak 84 juta pengguna. Pada tahun selanjutnya pengguna internet di Indonesia akan semakin meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10,2% pada periode 2018-2023. Pada 2019 jumlah pengguna internet di Indonesia diproyeksikan tumbuh 12,6% dibandingkan 2018, yaitu menjadi 107,2 juta pengguna (diakses pada tanggal 8 Agustus 2020, pukul 14:30 WIB).

Begitupun di masa depan. Penggunaan internet berbasis teknologi informasi dan komunikasi akan terus berkembang dan pengguna internet akan semakin luas.

(16)

Hal ini secara tidak langsung menggeser budaya baca masyarakat, salah satunya budaya baca dalam memperoleh informasi. Berdasarkan survei Nielsen Consumer & Media View yang dikutip dalam laman https://katadata.co.id/pingitaria/digital/5e9a5623eb608/nielsen-pembaca-media digital-sudah-lampaui-media-cetak pada Desember 2017, hingga triwulan ketiga 2017 menyatakan, kebiasaan membaca orang Indonesia telah mengalami pergeseran.

Pada 2017, tingkat pembelian koran secara personal hanya sebesar 20%, menurun dibandingkan 2013 yang mencapai 28%. Selain itu, media cetak hanya menjadi pilihan kelima masyarakat untuk mendapatkan informasi dengan penetrasi sebesar 8%. Sementara itu, urutan pertama ditempati televisi dengan 96%, kemudian diikutip papan iklan di jalanan 52%, penggunaan internet sebesar 43%, dan radio sebanyak 37% (diakses pada tanggal 8 Agustus 2020).

Awalnya masyarakat memperoleh informasi dalam bentuk kertas seperti koran atau majalah. Masyarakat sudah cukup puas dengan membaca koran di pagi hari atau di sela waktu kosongnya. Namun kini, di tengah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, perusahaan media massa mengembangkan platform-nya ke media online berbasis internet. Hal ini terlihat dari berkembangnya layar media konvensional yang menggabungkan diri dengan media digital/online yang kemudian disebut sebagai konvergensi media.

Secara harfiah, convergence atau konvergensi adalah “dua benda atau lebih bertemu/bersatu di suatu titik pemusatan pandangan mata ke suatu tempat yang amat dekat” (KBBI, 2008: 592). Burnett dan Marshall (dalam Muhtadiah, 2018 :59) mengungkapkan konvergensi sebagai proses penggabungan antara media, industri telekomunikasi dan komputasi, dan penyatuan segala bentuk komunikasi termediasi dalam bentuk digital. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa konvergensi media secara sederhana merupakan penggabungan platform konvensional berbasis kertas dengan platform digital berbasis online.

Penggabungan kedua wadah ini tidak lepas dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang dengan sangat pesat. Hal ini secara tidak langsung menciptakan konsep konvergensi multimedia di mana terjadinya penyatuan teknologi informasi dan komunikasi sehingga baik audio, grafis, animasi, dan teks, bisa kita nikmati dalam satu media komunikasi seperti komputer, laptop,

(17)

dan smartphone. Begitupula dengan cara mendapatkan informasi, masyarakat yang kini sudah mendapat kemudahan memiliki media elektronik atau gawai juga lebih mudah mendapat informasi.

Perkembangan era konvergensi media ditandai dengan munculnya banyak industri yang merambah ke penggunaan multimedia. Seperti pada awal tahun 80-an, konvergensi media surat kabar utama Ft. Worth Star Telegram mulai bereksperimen dengan aplikasi komputer. Hingga saat tahun 90-an, ini menjadi tren dan banyak organisasi berita mulai bergabung dengan layanan online. USA Today merupakan koran pertama yang berhasil membawa tampilan ke Internet. Sedang di Indonesia sendiri, era babak baru konvergensi media diawali oleh Kompas Gramedia Group sejak tahun 1970-an.

Industrial convergence yang dilakukan oleh Kompas Gramedia Group dimulai sejak mendirikan toko buku Gramedia tahun 1970-an (konvergensi industri sektor distribusi) dan membangun percetakan Gramedia pada 1972. Industrial convergence ini kemudian berlanjut melalui pendirian unit bisnis Radio Sonora pada tahun 1972 di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat dan pengambilalihan Sriwijaya Post dan Grup Tribun (1987), Surya (1986), Serambi Indonesia (1988), Pos Kupang (1992, dan Banjarmasin Post (1994). Hingga akhirnya Kompas Gramedia Group memperluas usaha media cetak seperti majalah, tabloid, dan penerbitan buku.

Terakhir, Kompas Gramedia Group melakukan konvergensi teknologi dimulai pada tahun 1998 dan memanfaatkan seluruh bentuk media yang ada baik digital maupun analog. Digitalisasi media cetak pada Kompas Gramedia Group dapat dilihat di website www.kompas.com yang menyediakan konten online, e-newspaper untuk media digital, serta kompasiana.com dengan layanan citizen journalism. Selain itu, digitalisasi siaran TV dari Kompas TV network disediakan melalui website www.kompas.tv yang menyediakan layanan live streaming untuk program-program Kompas TV. Menurut Prasetyadi (dalam Supadiyanto, 2014:143) hal ini memperlihatkan bahwa media tidak lagi melaju dalam jalur yang terpisah-pisah, namun bergerak saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain membentuk satu kesatuan utuh.

Perkembangan informasi dan komunikasi juga membuat para penggerak industri media seperti wartawan turut mengubah sistem kerjanya. Perubahan radikal

(18)

yang terjadi pada wartawan dalam menyusun sebuah berita berdampak pada kinerja jurnalis yang terbilang lebih ekstra dibandingkan dengan sebelum adanya konvergensi. Jurnalis dituntut untuk menjadi serba tahu terhadap segala jenis perubahan media seperti penggunaan World Wide Web, smartphone, komputer, tablet, televisi pintar, dan perangkat digital lainnya. Jurnalis media cetak perlahan harus mempelajari perubahan media dari analog ke digital. Perkembangan teknologi memungkinkan sebuah media mengantarkan semua gelombang menjadi hanya satu jalur frekuensi saja di mana gambar, suara, audio, teks, video dan segala jenis pesan lainnya digabung menjadi satu format yang sama hingga menjadi suatu rangkaian kode biner (angka 0 dan 1).

Dampak yang sama juga terjadi dengan organisasi berita. Perkembangan industri multimedia seperti internet (cybermedia) makin menggiurkan baik oleh pemilik lama media maupun pemain baru (Ishak, 2014: 206). Organisasi berita kini menyediakan portal yang membuat materi berita tersedia dalam bentuk video, teks, podcast, serta menyediakan tautan ke sumber lainnya, akses online ke arsip mereka, dan peluang bagi pengguna untuk mengomentari cerita atau memberikan tautan ke materi yang relevan.

Akibatnya, pengguna kini tidak hanya memproduksi berita hanya dalam bentuk cetak seperti koran atau televisi dalam bentuk audio visual saja. Hal ini menciptakan multitasking journalism yang juga disinggung oleh Grant (2009: 33) dalam paparannya tentang model konvergensi jurnalistik. Di mana model konvergensi jurnalistik dibagi menjadi 3; konvergensi newsroom, konvergensi news gathering, dan konvergensi konten.

1. Konvergensi newsroom. Dalam konvergensi ini jurnalis yang berbeda platform, misalnya dari surat kabar, online, dan televisi menyatukan dirinya dalam satu ruang produksi berita. Mereka mengerjakan tugas sesuai dengan platform medianya.

2. Konvergensi news gathering. Dalam menjalankan model ini, seorang jurnalis dituntut untuk mampu mencapai tingkatan multitasking. Dengan melalui pelatihan khusus, seorang jurnalis dituntut untuk dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh media dengan platform lain dalam satu grup.

Misalnya, seorang wartawan cetak harus mampu membuat berita untuk cetak, online, dan sekaligus untuk televisi.

3. Konvergensi content. Berita disuguhkan dalam bentuk multimedia, yang merupakan kombinasi antara teks, gambar, audio, video, blog, podcasts, atau slide show. Saat ini, konvergensi isi masih sangat muda atau baru dimulai. Namun, kita dapat mengintip masa depan melalui website yang

(19)

inovatif. Bayangkan beberapa tahun ke depan medium hybrid baru mengkombinasikan antara audio dan video tv, sifat responsif dan sumber dari website. Editor dan reporter akan menjadi content producer yang dilatih untuk memilih cerita mana yang paling efektif, teknik yang paling menghibur dari menu biasa hingga pilihan multimedia.

Hal yang paling diperhatikan dari ketiga model diatas adalah model newsroom. Dalam industri media, keberadaan newsroom (ruang berita) adalah mutlak, karena di newsroom inilah para wartawan, reporter, editor, redaktur, produser, pemimpin redaksi, bekerja bersama-sama untuk mengumpulkan berita yang selanjutnya dipublikasikan dan ditayangkan media massa. Dengan adanya internet, membuat pengelola media harus mentransformasikan mekanisme kerja newsroom. Newsroom harus direstrukturisasi dan diintegrasikan untuk memproduksi konten yang akan diberikan kepada media cetak, media online, radio dan televisi.

Wibowo (dalam Muhtadiah, 2018: 74) menjelaskan bahwa di dalam dunia penyiaran televisi, digitalisasi nantinya memungkinkan siaran televisi layaknya internet. Hanya dengan sebuah perangkat canggih, seseorang sudah dapat sekaligus membaca surat kabar, menonton televisi, mendengar radio bahkan menelepon. Hal ini berbeda dengan koran atau majalah, di mana seseorang dapat membaca berita dengan melihat tulisan dan gambar tanpa mampu mendengar audio atau bahkan menonton video. Hal ini membuat media online atau media digital lebih menarik ketimbang koran.

Meski begitu, tingkat kedalaman berita pada media cetak seperti koran atau tabloid masih diunggulkan ketimbang media online. Hal ini diperkuat oleh Mondry (dalam Supadiyanto, 2020: 114) bahwa tabloid dan majalah yang periodesasi terbitnya lebih lama dibanding surat kabar, berusaha menampilkan informasi yang lebih lengkap lagi, juga dengan gaya penulisan feature yang lebih memikat sehingga tetap disukai pembaca. Distribusi produk media online lebih kepada distribusi informasi dengan cara akses terhadap situs media online yang bersangkutan lewat jaringan internet. Jadi, setiap aktivitas yang dilakukan pembaca dalam hubungannnya dengan media online dilakukan secara online juga.

Demikian halnya dalam pencarian dan penulisan informasi, media online memiliki pemaknaan yang berbeda dalam hal deadline, editing dan produksi informasi/berita. Pengunggahan (upload) informasi dapat langsung dilakukan pada saat itu juga tanpa harus menunggu produksi media seperti di media cetak.

(20)

Kecepatan penyampaian informasi lebih diutamakan karena inilah yang menjadi salah satu keunggulan media online.

Selain itu, konvergensi media juga membawa perubahan dari sisi kualitas tulisan para jurnalis yang menulis di media online. Tidak dapat di pungkiri, menulis di media online dengan media konvensional memiliki perbedaan yang signifikan.

Perrin (dalam Supadiyanto, 2020: 155) mengatakan bahwa cerita multimedia online yang sukses bergantung pada tiga faktor: menulis untuk beberapa saluran, bekerja dalam tim (kolaborasi) dan menemukan solusi yang muncul. Menulis untuk banyak saluran merupakan tantangan dan permintaan untuk jurnalis multimedia dan mengacu pada aspek konvergensi. Begitupula dengan praktik kerja jurnalis itu sendiri. Ada perbedaan tersendiri dalam kerja jurnalis untuk mendapatkan sebuah berita untuk dipublikasikan di koran masa sebelum adanya konvergensi dan di portal berita saat hadirnya konvergensi media.

Proses kerja jurnalis (dalam Ashari, 2019: 7) diibaratkan seperti mengarungi sungai yang mengalir dari hulu ke sungai. Dari hulu terdapat proses pencarian informasi yang merupakan tahapan mengumpulkan “bahan mentah” dari sebuah informasi seperti laporan di depan mata, pengumpulan dokumen hingga wawancara dari narasumber. Proses selanjutnya dari hulu tadi menjadi sebuah berita dengan standar nilai tertentu. Nilai berita tersebut pada umumnya meliputi ada atau tidaknya komflik, ketokohan, dan besar kecilnya dampak suatu informasi bagi kepentingan publik. Setelah informasi dikemas selanjutnya adalah proses diseminasi.

Melalui proses diseminasi tampak perbedaan yang terjadi antara media konvensional dengan media online/digital. Dalam era konvensional, diseminasi informasi dilakukan tergantung jenis medianya, baik untuk surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Namun, dalam era media digital, diseminasi informasi memungkinakan untuk digabung dan dikemas dalam satu platform. Praktik dalam membagikan informasi oleh institusi berita menjadi berbeda antara berita di koran dan berita di website. Di mana untuk media cetak sendiri, keterlibatan jurnalis cukup dengan menulis berita lalu mengirimkannya kepada redaktur. Sedangkan dengan adanya konvergensi, jurnalis kini turut mengemas berita, menyusunnya sesuai dengan media online seperti mengambil foto atau video dengan kualitas terbaik, dan

(21)

bahkan mengedit foto atau video untuk kemudian dikirim kepada redaktur atau webmaster institusi berita yang dinaunginya.

Salah satu media yang terpapar konvergensi adalah Harian Waspada Medan.

Waspada adalah sebuah surat kabar harian yang terbit di Medan sejak 11 Januari 1947. Harian ini didirikan Mohammad Said dan Ani Idrus. Pemimpin Redaksi saat ini Prabudi Said. Waspada terletak di Jalan Brigjen Katamso No 1, Medan. Waspada juga hadir dalam bentuk daring yaitu Waspada.id dengan berita yang lebih terkini serta bentuk ePaper. Harian Waspada kini masih dikonsumsi masyarakat baik secara cetak maupun online.

Pada awalnya Waspada didirikan di tengah kondisi masyarakat Medan saat itu diliputi ketakutan, kegelisahan, sehingga masyarakat bersikap waspada hingga mengungsi ke luar kota. Hal ini yang menjadi titik awal koran Waspada berdiri untuk membuka informasi bagi masyarakat atas keadaan Indonesia khususnya Medan pada saat itu. Bahkan surat kabar Waspada di bredel berkali-kali karena melawan Belanda, pernah dilarang terbit sampai lima kali sampai adanya buka paksa kantor dan percetakan Waspada oleh militer Belanda. Koran Waspada bukan hanya sekadar sebuah media informasi, namun ia memiliki jasa besar di masa kemerdekaan Indonesia, yaitu menyebarkan keadaan Indonesia dan meluaskan semangat masyarakat Medan era penjajahan Belanda.

Bukan hanya saat Indonesia belum merdeka, hingga kemerdekaan Indonesia sudah berdiri selama 75 tahun, Waspada tetap membagikan informasi terbaru mengenai perkembangan perpolitikan Indonesia dan keadaan Indonesia khususnya di daerah SUMUT dan Aceh. Selalu mengikuti perkembangan zaman membuat Waspada selalu digemari pembaca meski datangnya media baru sebagai tantangan perusahaan media cetak. Media baru mulai banyak digunakan oleh Waspada dan para jurnalisnya untuk dapat mengikuti perkembangan zaman, sebab sudah menjadi sebuah kewajiban bagi seorang jurnalis untuk menguasai dunia online, sehingga kinerja yang dimilikinya tidak akan mengalami kemerosotan dan tidak terbilang ketinggalan zaman.

Saat ini, dunia internet sudah banyak digemari di berbagai kalangan masyarakat. Seorang jurnalis yang tidak mengerti atau bahkan tidak menguasai dunia online, maka bisa dikatakan kinerjanya sangatlah tidak bagus atau tidak up to date

(22)

(Muhtadiah, 2018: 61 ). Jika hal ini dipertahankan, maka akan mengalami suatu hal yang dapat merugikannya maupun media yang mempekerjakannya (Romli, 2016:

140). Oleh karenanya, agar Waspada dapat bersaing dengan perusahaan media lain, Waspada mengikuti konvergensi media dengan memiliki media online sendiri bernama Waspada.id sebagai platform media lain di luar media cetak.

Memiliki media baru secara otomatis juga memiliki praktik baru dalam meningkatkan akurasi berita. Hal inilah yang ingin diketahui peneliti sehingga peneliti yakin untuk memilih Harian Waspada sebagai subjek penelitian. Melalui pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang praktik kerja jurnalis di era konvergensi media yang terjadi pada institusi berita online Waspada.id Medan (studi kasus New Media di kantor berita Waspada Medan).

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah“Bagaimanakah praktik kerja jurnalis di era konvergensi media yang terjadi di institusi berita online Waspada.id Medan (studi kasus New Media di kantor berita Waspada Medan) yang terjadi di institusi berita online Waspada.id Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah dikemukakan, dan agar penelitian ini memiliki arah yang lebih jelas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Praktik kerja jurnalis harian Waspada Medan 2. Hasil kerja jurnalis era konvergensi media

3. Dampak konvergensi media terhadap kinerja jurnalis harian Waspada Medan

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pengetahuan dan memperluas wawasan di bidang ilmu komunikasi yang berkaitan dengan praktik kerja jurnalis era konvergensi media sebagai bagian dari Ilmu Komunikasi bagi peneliti maupun akademisi yang lain.

(23)

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan serta memperbanyak referensi pada penelitian selanjutnya, terutama untuk Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pengetahuan bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi terkait kerja jurnalis era konvergensi media serta diharapkan mampu menjadi masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan berkenaan dengan penelitian ini

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Dampak Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap Kehidupan Media Cetak

Teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat saat ini membuat siapa saja dapat menjangkaunya. Teknologi saat ini sudah mengalami pembaruan dan perluasan. Seperti yang dijelaskan oleh Williams (1989) bahwa teknologi baru dapat dianggap sebagai perluasan media bahwa sementara media berfungsi sebagai perluasan indra-indra dasar dan cara-cara komunikasi kita. Media baru biasanya bukan merupakan sistem tersendiri (Mulyana, 2005: 225).

Menurut Everett M. Rogers (1986) (dalam Darmawan, 2009:43) teknologi komunikasi memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

1. Teknologi komunikasi berkaitan dengan perangkat keras atau alat

2. Teknologi komunikasi muncul dalam suatu struktur ekonomi, sosial, dan politik tertentu

3. Teknologi komunikasi membawa nilai-nilai tertentu dari struktur di atas

4. Teknologi komunikasi berhubungan dengan perangkat keras di bidang komunikasi

Termasuk di Indonesia sendiri, teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat ditandai dengan hadirnya internet. Laporan terbaru dari We Are Social yang dikutip dari detik.com pada tahun 2020 menyebutkan bahwa ada 175,5 juta pengguna internet di Indonesia. Dibanding tahun sebelumnya, tahun ini Indonesia memiliki kenaikan 17% atau 25 juta pengguna internet. Rata-rata pengguna internet berumur 16 hingga 64 tahun dengan jenis perangkat yang berbeda, diantaranya mobile phone (96%), smartphone (94%), non smartphone mobile phone (21%), laptop atau komputer (66%), tablet (23%), konsol game (16%), hingga virtual reality device (5,1%).

(25)

Gambar 2.1

Jumlah pengguna internet Indonesia Tahun 2020.

Sumber: We Are Social

Melalui laporan ini dapat juga diketahui bahwa masyarakat Indonesia saat ini yang menggunakan ponsel sebanyak 338,2 juta dan 160 juta pengguna media sosial.

Adapun media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia dari paling teratas adalah YouTube, WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter, Line, FB Messenger, LinkedIn, Pinterest, We Chat, Snapchat, Skype, Tik Tok, Tumblr, Reddit, Sina Weibo.

We Are Social juga mengungkapkan rata-rata kecepatan koneksi internet mobile hanya sekitar 13,83 Mbps, sedangkan rata-rata kecepatan koneksi internet fix di angka 20,11 Mbps (diakses pada tanggal 8 Agustus 2020).

Melalui survei penetrasi penggunaan internet tersebut menandakan tergerusnya media cetak dari waktu ke waktu. Philip Meyer dalam bukunya berjudul The Vanishing Newspaper meramalkan bahwa pada tahun 2044 mendatang hanya akan terdapat satu eksemplar koran. Masa depan koran belakangan ini menjadi pertanyaan besar di tengah gempuran media TV, radio bahkan internet (Kusuma, 2016: 57).

Melalui penelitian Satria Kusuma berjudul Posisi Media Cetak di Tengah Media Online di Indonesia menjelaskan bahwa perusahaan media cetak perlahan- lahan akan tutup. Rupert Murdoch dan Noam Chomsky memiliki pendapat yang

(26)

sama dengan pendapat Philip Meyer yang menyatakan bahwa hanya ada satu eksemplar koran di tahun 2044. Menurut Murdoch, umur media cetak bisa diperpanjang apabila media cetak menghentikan arogansinya dan memberikan perhatian pada kebutuhan masyarakat khususnya anak muda. Baru dua tahun setelah pernyataan Meyer, tepatnya tahun 2007, bisnis koran The Sun Inggris milik Rupert Murdoch jatuh.

Kejatuhan bisnis koran The Sun menjadi semakin lengkap dengan bangkrutnya sejumlah media cetak di AS. Chicago Tribune, Los Angeles Time, The Rocky Mountain News, Seattle Post Intelegencier, Philladephia Inquiry, Baltimore Examiner, Kentucky Post, King Country Journal, Cincinnati Post, Union City Register Tribune, Halifax Daily News, Albuquerque Tribune, South Idaho Star, San Juan Star, adalah sejumlah media cetak besar AS yang bangkrut. Baru-baru ini yang paling mengejutkan, matinya bisnis media cetak Majalah Newsweek. Majalah ternama AS yang menguasai pemberitaan selama 80 tahun Newsweek juga menjadi penanda kejatuhan media cetak. Newsweek menamatkan riwayatnya pada 31 Desember 2012 setelah 80 tahun berkiprah. Sehari berikutnya menyatakan resmi beralih ke media online (Kusuma, 2016: 57).

Di Indonesia sendiri, jurnalistik mulai berkembang sejak sebelum Indonesia merdeka yaitu sekitar tahun 1930-an sehingga ada beberapa surat kabar kreatif yang saat itu bertujuan menyebarkan informasi perjuangan bangsa Indonesia. Beberapa diantaranya seperti Pewarta Deli dan Sinar Deli di Medan, Pemandangan di Jakarta dan Soeara Oemoem di Surabaya, Kebangoenan, Sedya Tama di Yogyakarta dan Darmo Kondo di Solo, hingga didirikannya Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA pada 13 Desember 1937 yang menandai bangkitnya kembali surat kabar setelah beberapa masa mengalami penurunan oplah (Ishak, 2014: 107).

Namun kini, surat kabar seakan hidup segan mati tidak mau. Sejumlah media cetak mengalami kebangkrutan bahkan menutup medianya. Seperti Sinar Harapan yang terpaksa harus gulung tikar pada 1 Januari 2016. Menyusul Harian Bola, Soccer, Jurnal Nasional, Majalah Tajuk, Prospek, dan Fortune. Model bisnis media cetak sangat sulit untuk berkembang di era serba online ini. Perkembangan ekonomi sedang bergerak melawan bisnis cetak. Media cetak melibatkan banyak karyawan, sehingga biaya produksi lebih mahal dari media online. Apalagi, zaman

(27)

sekarang, menurut Rahmad (dalam Kusuma, 2016:57) generasi muda lebih suka bermain internet daripada membeli majalah atau koran.

Namun, hal tersebut tidak sepenuhnya membuat media cetak musnah seketika. Meski banyak perusahaan media cetak yang mengalami penurunan, beberapa perusahaan media massa di Indonesia masih memproduksi media cetak seperti koran atau majalah. Media online tergantung oleh teknologi yang berkembang. Sedangkan di Indonesia sendiri, tidak semua wilayah sudah rata dengan perkembangan teknologi. Hal inilah menjadi salah satu alasan media cetak masih banyak diproduksi di Indonesia. Masyarakat masih membutuhkan koran atau majalah untuk bacaan penghilang kebosanan. Selain itu, banyak pertimbangan perusahaan untuk tetap memproduksi media cetak.

Jika dilihat kebelakang, hadirnya surat kabar merupakan bentuk kebutuhan masyarakat untuk mendapat informasi. Manusia pada dasarnya memiliki hasrat untuk mendapatkan informasi aktual untuk mencapai kemajuan dalam hidupnya. Hal ini mendasari lahirnya surat kabar di tengah masyarakat sebagai media penyampaian pesan untuk menerima informasi. Kebutuhan manusia terhadap berbagai informasi yang berkembang disekitarnya dipahami sebagai suatu realitas dan ini merupakan bukti bahwa manusia sebagai makhluk sosial memiliki naluri rasa ingin tahu (Ishak, 2014: 38).

Andoko (dalam Kusuma, 2016: 63) dalam kajiannya menulis, ketika harga kertas semakin mahal dan industri media cetak menjadi semakin sulit untuk bertahan, pilihan bagi media cetak mau tak mau harus mentransformasi diri untuk ikut menguasai perkembangan teknologi digital yang sudah, sedang dan akan terjadi lebih jauh. Termasuk juga di media online. Namun, jika dibandingkan tingkat kedalaman media online dan media cetak, maka kebutuhan informasi melalui media cetak lebih puas di konsumsi ketimbang melalui media online. Hal ini didasari oleh karakteristik media cetak yang mementingkan kedalaman berita daripada kecepatan.

Media cetak memiliki beberapa karakteristik atau watak khas yang belum tentu dimiliki oleh jenis media lain, diantaranya adalah sebagai berikut (Darmawan, 2009: 14-15):

1. Proses penerimaan informasi melalui tahap membaca yang menjadi aktivitas utamanya, dapat merangsang pembaca untuk berinteraksi dengan konten berita yang disajikan. Interaksi tersebut berupa keaktifan berpikir dan

(28)

mencerna informasi secara reflektif dan kreatif, sehingga konten berita tersebut dapat menghasilkan peluang lebih bagi terbukanya dialog argumentatif yang logis dengan pembaca atau masyarakat konsumennya, selain urusan mendetail, spesifik, dan mendalam terhadap suatu peristiwa tertentu yang sedang diinformasikan.

2. Jenis media cetak, baik koran maupun majalah, relatif memiliki masyarakat konsumen yang lebih jelas untuk diidentifikasi. Sedangkan media elektronik seringkali mengalami kesulitan untuk mengukur dan mengetahui siapa saja yang menjadi konsumen layarnya, sehingga keberadaan koran ataupun majalah dinilai lebih dapat mewakili opini dari kelompok masyarakat tertentu.

3. Kritik sosial yang disampaikan melalui media cetak Akan terasa berbobot dan lebih efektif karena pemulasan yang mendalam, tampungan opini sebanyak mungkin dari para pengamat, serta keberadaan aspirasi masyarakat secara umum terhadap suatu ulasan kritis yang disajikan.

4. Secara teknis, keberadaan media cetak cenderung bersifat fleksibel, mudah dibawa kemana-mana, dapat disimpan dalam bentuk kliping, dapat dibaca kapanpun, dan tidak memiliki keterikatan waktu untuk membacanya kembali.

5. Dalam kaitannya dengan aspek penyajian iklan, meskipun belakangan media cetak cenderung kalah menarik dan kalah atraktif jika dibandingkan dengan iklan media elektronik, akan tetapi kekurangan tersebut dapat tertutupi oleh keberadaan informasi yang cenderung lebih informatif, lengkap, dan spesifik kebutuhan tertentu bagi masyarakat konsumen.

Mondry (dalam Supadiyanto, 2020: 114) mengatakan bahwa surat kabar masih menjadi sumber informasi primer. Tabloid dan majalah yang periodesasi terbitnya lebih lama dibanding surat kabar, berusaha menampilkan informasi yang lebih lengkap lagi, juga dengan gaya penulisan feature yang lebih memikat sehingga tetap disukai pembaca. Meskipun begitu, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membuat media cetak terancam keberadaannya dan hal ini membuat beberapa perusahaan media mengubah strategi yang memungkinkan akan beralih ke media online.

Tren menurunnya media cetak dan diganti ledakan media digital dapat dilihat pada hasil penelitian Galarneau dan Joseph (dalam Kusuma, 2016:62) yang menunjukkan bahwa para penerbit majalah konsumen berkumpul dalam Penerbit Majalah Amerika di konferensi Digital ke-5 di New York pada tanggal 3 Maret 2009. Bahwa tren media cetak menurun dan peserta mendengar tentang ledakan media digital pada industri majalah. Diskusi tersebut termasuk membicarakan bagaimana untuk lebih memanfaatkan website, menjembatani pembagian antara editorial dan bisnis, tren produk baru, dan perencanaan strategis, pemasaran dan periklanan di internet.

(29)

Perkembangan industri multimedia seperti internet (cybermedia) makin menggiurkan baik oleh pemilik lama media maupun pemain baru (Ishak, 2014: 206).

Organisasi berita kini menyediakan portal yang membuat materi berita tersedia dalam bentuk video, teks, podcast, serta menyediakan tautan ke sumber lainnya, akses online ke arsip mereka, dan peluang bagi pengguna untuk mengomentari cerita atau memberikan tautan ke materi yang relevan. Sehingga pengguna tidak hanya memproduksi berita hanya dalam bentuk cetak seperti koran atau televisi dalam bentuk audio visual saja.

Penetrasi media online menimbulkan karakteristik baru dari masyarakat dalam mengonsumsi informasi. Menilik ke belakang, Acta Diurna hadir dalam bentuk paling awal yaitu berita ditempelkan di pusat kota hingga masyarakat berbondong-bondong mendatangi papan informasi tersebut untuk mengetahui berita atau informasi terkini. Namun kini, untuk mendapatkan informasi, masyarakat tidak perlu berbondong mendatangi sumber berita, karena di media online justru berita itulah yang akan hadir dengan sendirinya.

Selain itu, dengan hadirnya internet, masyarakat juga dapat membuat sendiri beritanya. Dalam media baru, untuk mendapatkan popularitas dan penerimaan pada masyarakat sipil, orang-orang sekarang bebas, dan memiliki kesempatan untuk membuat dan memiliki berita sendiri serta mendapatkan sisi lain dari cerita dengan mendapatkan berita dari internet yang dianggap bebas dari kendali. Perkembangan ini telah mengubah jurnalisme dengan melanggar batas-batas lama antara siapa dan bukan jurnalis, antara tenggat waktu dan waktu lain, antara jurnalis dan editor, dan antara platform konten. Profesor jurnalisme Amerika, Jane Singer berpendapat bahwa dalam jurnalisme hari ini kisah surat kabar yang dulu pernah ditutup sekarang menjadi teks terbuka, dengan keberadaan yang sedang berlangsung (Supadiyanto, 2020: 151).

Selain itu, banyaknya manfaat yang ditimbulkan oleh internet membuat media cetak semakin tersudut. Internet mampu membantu dalam memudahkan khalayak untuk dapat mengakses berbagai informasi dari proses jurnalistik tanpa adanya kendala geografis. Dalam artian, sebuah informasi dapat disebarluaskan ke seluruh dunia hanya dalam waktu beberapa menit, bahkan detik. Pembaca juga dapat mengakses internet selama 24 jam kapanpun informasi ia butuhkan. Berbeda dengan

(30)

media lain seperti televisi, radio atau koran yang menyebarkan informasi pada waktu-waktu tertentu. Membuat kreativitas khalayak dalam memperoleh informasi tidak berkembang.

Internet juga memiliki lebih banyak fitur yang dapat membantu jurnalisme dinikmati oleh khalayak umum. Adanya fitur audiovisual, membuat khalayak dengan mudah menerima informasi bukan hanya dengan tanpa membacanya, melainkan juga dapat melihat video peliputan kejadian, bahkan dapat juga dilakukan secara live atau langsung. Fitur lain yang membuat khalayak menjadi lebih interaktif dengan penggunaan internet adalah dapat terjadinya interaksi dua arah dari dan untuk khayalak. Sebagai contoh sebuah media massa menyebarkan beritanya melalui situsnya yang dapat dilihat semua khalayak. Situs tersebut memberikan fitur kolom komentar sebagai wadah para pembaca untuk berinteraksi dengan pembaca lainnya dari luar. Kemudahan internet ini membuat jatuhnya perusahaan media cetak di era konvergensi.

2.2 Konsep Konvergensi Media

Teori konvergensi media yang diteliti oleh Henry Jenkins tahun 2006 ini menjelaskan bahwa konvergensi media adalah proses yang terjadi sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat. Dalam hal ini, Jenkins menunjukkan bahwa konvergensi dipahami sebagai proses budaya, alih-alih teknologi terakhir (Muhtahdiah, 2018: 65). Pada dasarnya konvergensi merupakan penyatuan beberapa saluran media melalui suatu teknologi menggunakan internet atau seluler, sedang multimedia merupakan gabungan penggunaan beberapa media dalam sebuah aplikasi atau dokumen komputer.

Fiddler (dalam Wahyu, 2016: 109) menjelaskan bahwa konvergensi industri media dan teknologi digital mengarah pada bentuk-bentuk yang dikenal sebagai komunikasi multimedia. Multimedia atau dikenal juga sebagai media campuran, pada umumnya didefinisikan sebagai medium yang mengintegrasikan dua bentuk komunikasi atau lebih.

Secara harfiah, menurut KBBI (dalam Departemen Pendidikan Indonesia, 2008: 529) pengertian konvergensi adalah dua benda atau lebih bertemu/bersatu di suatu titik;pemusatan pandangan mata ke suatu tempat yang amat dekat. Sedangkan multimedia secara harfiah dapat dimaknai sebagai berbagai jenis sarana; penyediaan

(31)

informasi pada komputer yang menggunakan suara, grafis, animasi, dan teks (KBBI, 2008: 762).

Lister (dalam Supadiyanto, 2020: 146) menjelaskan bahwa konvergensi media sebagai media baru sebenarnya merujuk kepada sebuah perubahan dalam proses produksi media, distribusi dan penggunaan yang tidak terlepas dari key term seperti digitality, interactivity, hypertextuality, dispersal dan virtuality. Lebih lanjut, Hadi (2009: 70) juga menjelaskan, dalam konsep digitality, semua proses media digital diubah (disimpan) ke dalam bilangan, sehingga keluaran (out put) dalam bentuk sumber online, digital disk, atau memory drives yang akan diubah dan diterima dalam layar monitor atau dalam bentuk „hard coy‟.

Selanjutnya konsep interactivity. Konsep ini merujuk pada terbukanya kesempatan yang mana teks dalam media baru mampu memberikan pengguna untuk

„write back into the text‟. Sedangkan konsep dispersal media baru lebih kepada proses produksi dan distribusi media menjadi decentralised dan mengandalkan keaktifan individu (highly individuated). Terakhir, virtuality, merujuk pada media baru membawa pada bentuk dunia baru yang disebut dunia virtual atau dunia maya melalui seperangkat medium teknologi di mana seseorang bisa menjelajah jauh tanpa takut untuk tersesat. Preston (2001) berpendapat bahwa konvergensi multimedia menyebabkan perubahan radikal dalam penanganan, penyediaan, dan pemrosesan seluruh bentuk informasi baik visual, audio, data dan sebagainya (dalam Romli, 2016: 132).

Hal ini membuktikan bahwa konvergensi multimedia tidak terlepas dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, tidak terlepas juga dari aspek- aspek kehidupan lainnya secara menyeluruh. Pernyataan ini didukung oleh Resmadi dan Yuliar (2014: 111-112) yang mengungkapkan bahwa konvergensi media merupakan salah satu perkembangan media massa yang melibatkan banyak faktor teknologi di dalamnya. Kehadiran internet mendorong media massa menerapkan konsep konvergensi media seperti media online, e-paper, e-books, radio streaming, media sosial. Jenskin (dalam Supadiyanto, 2020: 146) mengidentifikasi lima aspek yang terdapat pada konvergensi multimedia: konvergensi teknologi, organik, ekonomi, budaya dan global.

(32)

Dari aspek teknologi tentu saja disebabkan oleh penggunaan konvergensi media dengan bantuan teknologi. Konvergensi media tidak akan muncul jika teknologi informasi tidak semakin maju. Namun kini, dengan kecanggihan teknologi, para pemilik media berbondong-bondong meningkatkan kualitas surat kabarnya dengan teknologi yang kemudian disebut dengan konvergensi. Dalam sisitem organik di mana perubahan besar dalam sistem organisme surat kabar kini juga berbeda. Oplah surat kabar yang menipis disebabkan oleh organisme atau organi.

Begitupula dengan sistem ekonomi dalam konvergensi media yaitu, dengan semakin sedikitnya pembaca pada surat kabar atau koran, semakin sedikit bayaran yang di dapat. Namun kini bayaran tersebut berubah dari iklan yang ditayangkan di media online.

Aspek teknologi dalam penggunaan konvergensi media menciptakan adanya jurnalisme warga (citizen journalism). Citizen Journalism ini sendiri merupakan sebuah layanan yang ditawarkan teknologi informasi dan komunikasi dalam menyampaikan berita melalui internet di mana masyarakat umum dapat terlibat dalam memberitakan sesuatu. Jurnalistik saat ini tidak hanya dimiliki oleh wartawan profesional saja, tetapi juga milik semua orang yang ingin berbagi nformasi. Hal ini dikarenakan warga juga melakukan kegiatan jurnalistik yang dimulai dari mencari, mengumpulkan serta mengolah suatu informasi menjadi sebuah berita dan menyebarkan pada media massa tertentu yang diinginkan (Supadiyanto, 2020:206).

Hadirnya citizen journalism dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan informasi masyarakat, sebab tidak semua informasi yang dibutuhkan oleh khalayak dapat selalu dipenuhi oleh media massa konvensional atau umum. Citizen jornalism membantu wartawan profesional dengan memberikan kritik atau pendapatnya mengenai tulisan yang ditulis oleh wartawan profesional. Bahkan citizen journalism dapat melengkapi atau menambah tulisan wartawan profesional yang dinilainya kurang lengkap. Contohnya dengan menambah foto yang berkualitas bagus pada suatu tulisan.

Kini, stasiun televisi atau media berita juga ikut memberikan ruang untuk citizen journalism ini. Jika masyarakat memiliki gambar atau video dari masyarakat yang profesional dan layak masuk ke televisi, maka hal ini memungkinkan pihak

(33)

televisi untuk memberikan kesempatan bagi citizen journalism menayangkan video atau fotonya di stasiun televisi tersebut.

Dari aspek budaya juga dapat dilihat bahwa budaya baca masyarakat pada akhirnya akan bergeser dari media cetak ke media online. Budaya membeli koran semakin turun sebab kini untuk mendapatkan informasi, pembaca cukup mancarinya di laman pencarian di internet. Bahkan kini, tanpa perlu membeli, kita juga akan menerima informasi itu karena perbedaan di bidang budaya masyarakat membaca.

Budaya menulis jurnalis juga semakin berkembang. Dari yang hanya menulis untuk media cetak saja, kini oleh konvergensi media, jurnalis juga dituntut untuk menulis di media online.

Banyak dari aspek-aspek ini ditangani di perbatasan antara multimedia dan konvergensi. Sehingga konten berita dapat diakses melalui satu perangkat yang sama. Organisasi berita kini tidak hanya menyediakan konten cetak atau audiovisual saja, tetapi juga menyediakan portal yang membuat materi tersedia dalam bentuk teks, video, dan podcast, serta penggunaannya yang dapat dikonsumsi hanya dengan satu perangkat (device) yakni melalui perangkat lunak baik itu komputer, laptop, tablet, atau smartphone. Konten seperti ini menyediakan tautan ke sumber daya relevan lainnya, akses online ke arsip mereka, dan peluang bagi pengguna untuk mengomentari cerita atau memberikan tautan ke materi yang relevan.

Media baru merupakan bentuk dari konvergensi media tradisional atau konvensional dengan media digital. Media baru atau New media berasal dari kata

“new” yang berarti baru dan “media” yang berarti alat yang digunakan oleh sumber untuk mengirim atau menyampaikan pesannya kepada penerima (Mulyana, 2008 : 70). Media baru adalah sebuah bentuk konvergensi atau penggabungan media konvensional dengan media digital. Media baru memiliki keunggulan sebagai media yang sifatnya realtime, di mana masyarakat dapat mengakses informasi dan layanan yang cepat, kapan dan di mana saja selama mereka terhubung dengan perangkat dan jaringan internet. Internetlah yang menjadi kunci berjalannya proses media baru.

Untuk jenis media baru itu sendiri memiliki berbagai macam jenis. Bahkan surat kabar saat ini juga sudah terkonvergensi ke media baru. Beberapa jenis media baru yang saat ini lumrah digunakan menurut Southeastern University yaitu Blog, realitas virtual, media sosial, surat kabar online, game digital.

(34)

1. Blog

Blog adalah bentuk populer dari media baru yang memiliki karakteristik yang masih relevan dengan media baru saat ini. Melalui blog, penulis blog dapat membagikan foto atau video sesuai teks yang ditulis. Blog memiliki kategori tertentu sehingga pembaca dengan mudah mencari tulisan sesuai dengan kategori yang diinginkan. Sebab blog memiliki navigasi postingan untuk kategori tertentu.

Contohnya ketika seorang warga net mencari tahu tentang Panda di laman pencarian bernama google, maka kategori tentang Panda akan muncul di laman tersebut.

Tulisan yang mengindikasikan tentang Panda akan keluar di laman pencarian internet.

2. Realitas Virtual (Virtual Reality)

Teknologi realitas virtual mensimulasikan lingkungan hadir melalui indera manusia dengan menggunakan alat seperti headset khusus atau di layar komputer.

Aktivitas yang bisa dilakukan dengan virtual reality ini seperti dapat bersepeda melintasi Himalaya, melakukan aksi sebagai penembak jitu, atau melihat gedung yang sangat tinggi meski tubuh si pengguna tidak berada di tempat itu. Hal ini dibantu dengan beberapa aplikasi yang memudahkan hal itu terjadi seperti dengan menggunakan film 360 derajat dibantu dengan headset khusus dan layar komputer.

Realitas virtual memberikan pengalaman yang sangat interaktif dan mendalam yang menempatkan pengguna seolah-olah sedang berada di lingkungan yang nyata padahal nyatanya berada di dunia fiksi. Realitas virtual membuat manusia menjadi lebih mudah merasakan sesuatu yang mungkin tidak bisa terjadi secara langsung. Masa depan siap menerima realitas virtual terutama di dunia media baru.

Perusahaan media dan hiburan berinvestasi dalam pembentukan realitas virtual ini.

3. Media Sosial

Media sosial berpusat pada menciptakan, berbagi, dan bertukar informasi, ide, dan konten di jaringan dan komunitas online. Media sosial menghubungkan akun seseorang dengan orang lain baik dengan orang yang dikenal maupun dengan orang yang tidak dikenal.

4. Surat Kabar Online

Surat kabar online mirip dengan blog. Namun, surat kabar online memadukan berbagai jenis media dan mudah diakses dengan tujuan yang lebih luas dibanding

(35)

dengan blog. Pengguna juga dapat berinteraksi dengan beberapa surat kabar online melalui fitur komentar. Surat kabar online – bersama dengan media sosial dan bentuk media baru lainnya – adalah bagian utama mengapa surat kabar tradisional beralih ke bentuk digital.

5. Gim Digital

Gim digital merupakan permainan yang dimainkan lewat internet dan layar komputer atau smartphone. Tren ini telah mengarah pada olahraga baru yang sah yang disebut “e-sports” atau video game sebagai olahraga penonton profesional.

Terlepas dari itu, Munandar (dalam Supadiyanto, 2020: 146) memberikan contoh web sebagai bentuk nyata konsep konvergensi. Hal ini karena pengoperasian berita multimedia sering di mulai dengan situs bersama, dan pada beberapa titik tertentu meluas ke jenis-jenis pertukaran lain. Seperti saling promosi proyek-proyek, penjualan iklan lintas media, pertukaran berita, integrasi parsial dari newsroom, dan sebagainya. Namun, dalam dimensi koordinasi, media-media yang berbeda kepemilikan ini bisa saja melakukan kerjasama seperti media yang tergabung dalam satu kepemilikan.

Konvergensi yang dilakukan dapat berupa sharing informasi, atau saling memanfaatkan fitu-fitur lain yang menguntungkan kedua belah pihak. Contoh konvergensi koordinasi antar media misalnya Kantor Berita Gabungan ONANA (Organization of Asia News Agency) yang berisi kantor-kantor berita di negara dunia ketiga, yang berfungsi sebagai sarana pertukaran berita lokal di negara masing- masing anggota. Contoh lainnya ialah kerjasama website dalam satu interest (ketertarikan), misalnya website Air Asia bekerjasama dengan website hotel-hotel di seluruh dunia untuk saling mempromosikan produknya (Romli, 2016: 145).

Persaingan bisnis media menjadi salah satu faktor pendorong media massa menerapkan konsep konvergensi media karena perkembangan teknologi tidak hanya mengandalkan format cetak (koran, majalah, buku) semata. Inovasi konvergensi media dibutuhkan agar media massa mampu tetap bersaing di era bisnis dewasa ini.

Sebagai salah satu bentuk inovasi, konvergensi media memerlukan berbagai proses dan tahapan dalam penerapannya. Penelitian Resmadi dan Yuliar menelusuri proses terjadinya difusi inovasi konvergensi media dengan objek penelitian harian Pikiran

(36)

Rakyat, untuk menggambarkan bagaimana konvergensi media mampu diadopsi oleh suatu media massa secara bertahap (Kusuma, 2016: 63).

Konten multimedia dalam konvergensi media mengacu pada kemampuan untuk menampilkan berbagai macam format konten media hanya melalui satu media saja. Contohnya koran online Kompas. Melalui website, koran Kompas menjadi media konvergen yang dapat memuat berita dalam format teks, suara, audio, video dan bahkan menyediakan wadah interaktif bagi komunitas pembacanyadalam format blog bernama “Kompasiana”. Hal ini menciptakan kepemilikan media saat ini cenderung mengarah kepada cross-ownership di mana berbagai media seringkali tergabung dalam satu kepemilikan yang sama (Romli, 2016: 144).

Oleh sebab itu, konvergensi media menciptakan perubahan besar antara media cetak dan media online. Perubahan tersebut tentunya didasari oleh karakteristik yang berbeda antara media cetak dan media online. Begitupun penggunaan media cetak dan media online di masyarakat, tentu ada perbedaannya.

Termasuk dalam cara pemberitaannya media online berbeda jauh dengan media cetak, begitupun feedback yang didapat dari media online dan media cetak.

Dalam media cetak, feedback dapat dilihat melalui rubrik surat pembaca yang membutuhkan waktu lebih panjang dibandingkan dengan media online. Dalam media online kita dapat langsung mengomentari artikel atau berita pada saat itu juga dan publik juga dapat melihat saat itu juga. Perbedaan tersebut juga dapat dijelaskan melalui perbedaan teknik penulisan berita yang menjadi karakteristik media tersebut.

Pemberitaan dalam media online lebih singkat dan padat dibandingkan dengan bahasa koran. Jumlah kata dalam paragraf lebih singkat dibandingkan dengan media cetak.

Selain itu, media online juga lebih dinamis. Artinya setiap saat berita bisa di update kapan saja dan bisa berubah dengan cepat. Pemberitaan dalam media online juga dapat diakses kapan saja dan lebih mudah sekalipun berita tersebut sudah lama.

Berbeda dengan berita media cetak, pemberitaan lebih mendalam dan penggunaan bahasa lebih terstruktur. Media online atau web menghadirkan informasi tentang apapun dapat diakses sesuai waktu yang kita inginkan. Selain itu, media web juga memiliki jangkauan akses yang sangat luas dan dapat diakses kapan saja yang penting ada jaringan untuk mengakses internet (Muhamad & Gunawan, 2019: 211).

(37)

Perbedaan tersebut dapat di lihat dengan jelas pada tabel berikut, Tabel 2.1 Karakteristik media cetak dan media online

Sumber: Jurnal Manajemen Media Massa Menghadapi Persaingan Media Online

2.3 Motif dan Manfaat Konvergensi Media

Konvergensi media merupakan bentuk perkembangan media massa yang melibatkan banyak faktor teknologi di dalamnya. Terry Flew (dalam Supadiyanto, 2020: 148) menyatakan konvergensi media merupakan hasil dari irisan tiga unsur new media yaitu jaringan komunikasi, teknologi informasi, dan konten media. Hal ini kemudian menyatukan unsur “tiga C” yaitu, computing, communication, dan content, di mana menurut Flew merupakan konsekuensi langsung dari digitalisasi konten media dan mempopulerkan internet.

Sehingga, melalui konvergensi media ini banyak perubahan yang ditimbulkan dan berdampak pada pemisahan konten industri media dari perangkat tertentu dan menghadirkan tantangan besar bagi kebijakan dan regulasi publik. Supadiyanto dalam bukunya berjudul Pengantar Jurnalisme Konvergentif menjelaskan

Media Cetak Media Online

Elemen dalam media

Elemen yang ditampilkan hanya teks dan gambar saja.

Elemen yang ditampilkan berupa audio dan visual, mempunyai feedback secara langsung.

Penulisan berita

-Ada ketentuan jumlah kata untuk masing-masing berita

-Pemberitaan lebih mendalam dibanding media online

-Bahasa penulisan berita lebih terstruktur sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang baik dan benar

-Singkat dan padat (berbeda dengan Bahasa koran)

-Dinamis atau setiap saat bisa di update (berkesinambungan) -Bisa diakses kapan saja.

Termasuk berita yang sudah lama

Jangkauan Akses

Tidak bisa diakses di luar wilayah distribusi.

Lebih mendunia dan bisa di akses di mana saja selama mendapatkan koneksi.

(38)

konvergensi media mengubah industri, layanan, dan praktik kerja yang sudah mapan dan memungkinkan munculnya bentuk-bentuk konten baru sepenuhnya.

Mc Quail (2011: 156) telah mengiindentifikasikan media baru kedalam lima kategori yang dibedakan berdasarkan jenis, penggunaan, konteks, dan kategorinya yaitu :

1. Media komunikasi interpersonal. Telepon yang semakin go-mobile dan email (yang tujuan utamanya untuk bekerja, tetapi sekarang menjadi lebih pribadi). Secara umum, isinya adalah lebih rahasia dan mudah rusak(misalnya terkena virus, dsb) dan hubungan yang dibangun mungkin lebih penting daripada informasi yang disampaikan. Instant Messenger seperti Whatsapp, LINE termasuk dalam kategori ini.

2. Media permainan interaktif. Adapun yang termasuk kedalam kategori ini adalah video game komputer utama yang berbasis, dan ditambah perangkat virtual reality. Inovasi utamanya terletak pada interaktivitas antar pengguna/pemain. mungkin saat komunikasi berlangsung „proses‟ lebih cenderung mendominasi dari penggunaan medianya. Dalam kategori inilah game online mengambil tempat.

3. Media pencarian informasi. Kategori ini merupakan kategori yang luas, tapi media baru seperti www (World Wide Web) adalah contoh yang paling signifikan. Internet dipandang sebagai perpustakaan dan sumber dari data belum pernah terjadi sebelumnya, aktualitas dan kecepatan aksesnya menjadikan internet menjadi contoh utama. Selain internet, telepon selular juga banyak dipakai untuk saluran retrival informasi, seperti siaran teleteks dan data radio layanan atau biasa disebut General Package Radio Service (GPRS).

4. Media partisipatif kolektif. Penggunaan media baru untuk berbagi dan bertukar informasi, ide, dan pengalaman. Biasanya, pengguna media melalui media komputer atau telepon seluler berkembang aktif membina hubungan pribadi. Mulai dari hubungan yang hanya sebatas karier, bisnis dan sebagainya sampai pada hubungan yang afektif dan emosional. Termasuk dalam kategori ini ialah media sosial, seperti Instagram, Twitter, Facebook, dll. Bahkan Instant Messenger seperti Whatsapp, LINE juga bisa masuk kedalam kategori ini.

5. Substitusi media penyiaran merupakan media yang dapat mempermudah penggunanya untuk mengunduh suatu konten, misalnya seperti konten film, lagu dll.

Akibat yang ditimbulkan oleh konvergensi media ini kemudian menciptakan motif baru bagi industri media. Salah satunya untuk perluasan wilayah pengedaran informasi atau untuk mempertahankan audiensi dengan cara-cara modern. Seperti

Gambar

Tabel 3.1 Konsep Metodologi Penelitian
Foto Bersama Informan I (Arianda Tanjung)
Foto bersama informan IV (Erwan Effendi)

Referensi

Dokumen terkait

Daft ar I sian Pelak sanaan Anggaran, yang selanj ut nya disebut DI PA, adalah dokum en pelak sanaan anggar an yang dibuat oleh Ment er i/ Pim pinan Lem baga selaku Pengguna

[r]

Siti Suryani, 5, Jumakir. ,fianto,

[r]

bahwa untuk memberikan tambahan penghasilan terhadap Lurah Desa dan Pamong Desa pada Desa Trimurti Kecamatan Srandakan dan Desa Jagalan Kecamatan Banguntapan,

Penyusunan Rencana Induk SPAM Regional Semarsalat Pembangunan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah Organik Berbahan Baku Kompos Sampah Perkotaan.. Penyusunan Rencana Induk

[r]

Albuminuria and risk of cardiovascular events, death, and heart failure in diabetic and nondiabetic individuals.. Micro-albuminuria in the US population: third national