19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjaun pustaka berisi kajian-kajian teori serta preseden desain bangunan yang telah terbangun dan digunakan secara fungsional, yang digunakan sebagai prinsip dalam menyusun konsep desain yang berkaitan dengan materi judul yang digunakan meliputi: tinjauan pariwisata dan kawasan wisata, tinjauan wisata edukasi bencana, dan preseden.
A. Tinjauan Pariwisata dan Kawasan Wisata 1. Definisi Pariwisata
Menurut UU Nomor 9 Tahun 2009 pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Kepariwisataan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata yang dilaksanakan sebagai keperluan negara dan masyarakat serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.
2. Definisi Kawasan Wisata
Menurut UU Nomor 9 Tahun 1990 kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Kawasan wisata merupakan area obyek wisata dengan daya tarik wisata tersendiri dan bertujuan untuk dikunjungi, disaksikan, dan dinikmati oleh wisatawan. Kawasan ini memiliki lanskap alam yang indah, budaya yang dipadukan dengan perubahan kondisi sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar (Nurisjah & Pramukanto 2009)(Ganesya, A, 2014). Holden (2000) menyatakan bahwa kawasan wisata sangat berkaitan dengan aspek- aspek keindahan, kondisi lingkungan, iklim yang sesuai, memberikan ketenangan dan kenyamanan, estetis, dan mengaplikasikan karakteristik daerah terhadap kawasan (Cahyadi, 2016).
3. Komponen Pariwisata
Komponen pariwisata adalah komponen kepariwisataan yang mendukung objek wisata untuk memberikan berbagai kebutuhan dan pelayanan wisatawan yang berkunjung (Suwena & Widyatmaja, 2010). Pada objek wisata, sama halnya dengan aktivitas kita sehari-hari, wisatawan membutuhkan tempat peristirahatan, makan dan minum, serta alat transportasi yang membantu untuk menuju lokasi yang diinginkan.
Di dalam sistem kepariwisataan, terdapat 4 komponen tujuan wisata yang saling mendukung (Cooper et al., 1993), yang meliputi:
20 a. Attraction (Atraksi), atau daya tarik wisata yang terbagi menjadi tiga yaitu atraksi
wisata alam, atraksi wisata budaya, dan atraksi buatan manusia.
b. Amenities (Fasilitas), yang meliputi akomodasi, usaha makanan minuman, dan infrastruktur.
c. Access (Aksesibilitas), atau pencapaian, yang memberikan kemudahan kepada wisatana dalam menuju ke daerah tujuan.
d. Ancillary Services (Pelayanan Tambahan), yang meliputi kegiatan pemasaran, pengembangan, serta koordinasi.
4. Pelaku Pariwisata
Pelaku pariwisata adalah pihak yang berperan dan terlibat dalam kegiatan pariwisata.
Adapun yang menjadi pelaku pariwisata menurut Damanik dan Weber (2006: 19) adalah:
a. Wisatawan
Wisatawan adalah pelaku utama kegiatan pariwisata. Tujuan wisatawan melakukan aktivitas wisata yaitu untuk mendapatkan atau mengerjakan sesuatu hal baru yang menyenangkan di tempat yang dikunjunginya (Zaenuri, 2012).
Dikemukakan oleh Oka A Yoeti (1985), ada beberapa faktor yang mempengaruhi wisatawan membuat keputusan melakukan perjalanan wisata, yaitu: pendapatan wisatawan, harga produk wisata yang ditawarkan maupun harga kebutuhan hidup lainnya, kualitas produk wisata, hubungan politik antar negara/daerah, kondisi ekonomi negara, dan kondisi sosial-budaya antara dua negara, perubahan iklim, kebijakan mengenai hari libur, peraturan pemerintah, dan teknologi transportasi.
b. Pendukung Jasa Wisata
Pendukung jasa wisata adalah usaha yang memproduksi barang/jasa untuk mendukung para wisatawan untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Pihak yang dimaksud adalah: operator perjalanan, operator wisata, pemandu wisata, pelayanan informasi bagi wisatawan, penyedia jasa fotografi, penyedia jasa kecantikan, penjual keperluan oiahraga, penyedia jasa makanan, penyedia jasa penukaran uang, penyedia jasa kesehatan, industri dan toko cinderamata, pusat kebudayaan, usaha jasa laundry, teater, night club, tempat casino, perpustakaan dan lain-lain.
c. Pemerintah
Pemerintah sebagai pemilik otoritas kewilayahan suatu daerah/negara, memiliki peran sangat penting dalam mengemangkan kepariwisataan, yaitu sebagai pihak yang memiliki wewenang dalam masalah pembuatan kebijakan-kebijakan yang terkait
21 dengan pengembangan pariiwisata, misainya dalam hal pengaturan penggunaan lahan, penyediaan berbagai infrastruktur yang digunakan untuk mendukung pengembangan pariwisata, dan menentukan kebijakan: politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang ditujukan untuk mendukung pengembangan pariwisata supaya arah perkembangan pariwisata dapat sejalan dengan perkembangan ekonomi negara.
B. Tinjauan Wisata Edukasi Bencana 1. Definisi Edukasi
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 edukasi atau pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Definisi Wisata Edukasi
Wisata edukasi sendiri adalah jenis wisata minat khusus yang terkait dengan waktu, hobi dan mengejar waktu luang, dimana wisata ini menggabungkan antara rekreasi dan pendidikan (Ummah, 2018). Wisatawan memanfaatkan waktu mengunjungi objek wisata edukasi untuk berekreasi dan mendapatkan pengetahuan.
3. Jenis-jenis Wisata Edukasi
Di Indonesia terdapat 5 jenis wisata edukasi di antaranya adalah (Prandhikta, Bahruddin, & Hidayat, 2016):
a. Wisata Edukasi Science/Ilmu Pengetahuan: wisata edukasi yang berbasis kepada pendidikan ilmu pengetahuan.
b. Wisata Edukasi Sport: wisata edukasi yang berbasis kepada pendidikan secara fisik atau olahraga.
c. Wisata Edukasi Culture: wisata edukasi yang berbasis kepada kebudayaan seperti pendidikan budaya dalam bidang seni, adat istiadat, dsb yang berhubungan dengan kebudayaan.
d. Wisata Edukasi Agro Bisnis: wisata edukasi yang berbasis kepada pendidikan agro pertanian atau pertenakan
22 4. Aktivitas Wisata Edukasi
Wisata edukasi memiliki kegiatan yang berbeda dengan kegiatan wisata lain diantaranya: belajar dan mengenal adat istiadat, bahasa, sekolah, hingga seminar dan penelitian (Yuan, 2003 dalam Wang dan Li, 2008).
Sedangkan menurut Cohen (2008) keiatan wisata studi terdiri dari pembelajaran mengenai sejarah, geografi, bahasa, agama, dan budaya melalui kunjungan, keterlibatan dalam penelitian, maupun konferensi. Tujuan utama wisata edukasi adalah pendidikan serta penelitian, sehingga sekolah, perguruan tinggi, dan situs sejarah menjadi destinasi utama dalam wisata edukasi (Wang dan Li, 2008 dalam Wijayanti, 2017b). Sebagian besar wisatawan edukasi terdiri dari mahasiswa dan pelajar yang memanfaatkan waktu liburan untuk jalan-jalan dan mendapatkan pengetahuan.
5. Definisi Bencana
Bencana alam merupakan konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami, baik peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor, dam aktivitas manusia. (Khambali, 2017)
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Menurut World Health Organization (WHO) bencana adalah kejadian yang mengganggu kondisi keberadaan normal dan menyebabkan penderitaan dan kerusakan yang melebihi kapasitas penyesuaian komunitas yang terkena dampak bencana. (Al- Jazairi, 2018)
Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) bencana merupakan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi masyarakat berupa material dan lingkungan dimana dampak yang dirugikan melebihi kemampuan manusiaguna mengatasinya dengan sumber daya (Wijayanto, 2012).
Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa pengertian bencana diatas, bahwa pengertian bencana merupakan kejadian atau peristiwa yang mengganggu dan mengancam kehidupan serta mengakibatkan kerusakan berupa sarana prasana maupun struktur sosial.
23 6. Jenis-jenis dan Faktor Penyebab Bencana
a. Jenis-jenis Bencana
Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, yaitu:
1) Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, letusan gunung berapi, angin topan, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan atau lahan.
a) Gempa Bumi
Gempa bumi adalah goncangan yang mengguncang suatu daerah mulai dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi yang membahayakan manusia.
Gempa dengan skala tinggi dapat merusak bangunan infrastruktur, jalan, jembatan, taman, landmark, dan lain sebagainya (Khambali, 2017).
b) Gunung Meletus
Gunung meletus adalah gunung yang mengeluarkan materi-materi dari dalam bumi seperti debu, awan panah, asap, kerikil, batu-batuan, lahar panas, lahar dingin, magma, dan lain sebagainya. Gunung meletus biasanya dapat diprediksi waktunya sehingga dapat meminimalisir korban jiwa (Khambali, 2017).
c) Angin Puting Beliung/Angin Ribut
Angin puting beliung adalah angin dengan kecepatan tinggi yang berhembus disuatu daerah yang dapat merusak apa yang ada di permukaan tanah. Angin yang sangat besar seperti badai, tornado, dan lain-lain bisa menerbangkan benda-benda serta memporak-porandakan (Khambali, 2017).
d) Tanah Longsor
Tanah longsor adalah tanah yang turun atau jatuh dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Secara umum, kejadian longsor disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (Khambali, 2017):
x Erosi yang disebabkan sungai-sungai atau gelombang laut yang menciptakan lereng-lereng yang terlalu curam.
x Hujan lebat dan aliran debu-debu getaran dari mesin x Lalu lintas
x Penggunaan bahan-bahan peledak
x Petir berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju
24 e) Tsunami
Tsunami adalah ombak yang sangat besar yang mengarah ke daratan yang dapat diakibatkan oleh adanya gempa bumi di dataran laut, tumbukan benda besar/cepat di laut, dsb. Tsunami sangat berbahaya karena bisa menyapu bersih permukiman warga dan menyeret ssegala isinya ke laut lepas yang dalam. Beberapa jenis gempa yang menyebabkan tsunami (Khambali, 2017):
x Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0-30 KM) x Gempa bumi dengan kekuatan minimal 6,5 skala richter
x Gempa bumi dengan pola sesar naik atau turun f) Banjir
Banjir adalah bencana yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor (Khambali, 2017):
x Curah hujan tinggi (badai) dan tidak sebandingnya dengan saluran pembuangan air yang memadai (tidak memenuhi syarat) sehingga saluran tidak dapat menampung air hujan
x Sistem aliran air atau bendungan yang ada jebol karena pembuatan yang kurang baik
x Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi x Pendangkalan sungai
x Buang sampah sembarangan
x Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan Banjir dapar menimbulkan kerusakan lingkungan berupa:
x Rusaknya areal pemukiman penduduk x Menghambat transportasi darat
x Rusaknya sarana dan prasarana penduduk x Sulit mendapatkan air bersih
x Rusaknya area pertanian x Timbulnya penyakit-penyakit g) Kekeringan
Kekeringan adalah tidak seimbangnya antara air yang tersedia dengan air yang diperlukan, sedangkan kondisi kering diartikan sebagai keadaan jumlah curah hujan yang sedikit.
h) Kebakaran Hutan
25 Kebakaran hutan dalah kebakaran yang diakibatkan oleh dua faktor yaitu (Khambali, 2017):
x Faktor alam, seperti akibat sambaran petir karena musim kemarau yang panjang, kekeringan yang berkepanjangan, leleran lahar, dan lain sebagainya.
x Faktor buatan seperti kecerobohan manusia (membuang putung rokok sembarangan dan lupa mematikan api saat meninggalkan perkemahan), tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme
Kebakaran hutan menyebabkan dampak yang luas akibat asap kebakaran yang menyebar ke beberapa daerah di sekitarnya, serta kobaran api yang dapat membakar permukiman warga di sekitar kejadian.
2) Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa kebakaran hutan/lahan yang disebabkan oleh manusia, kecelakan pada moda transportasi, kegagalan konstruksi atau teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran lingkungan dan kegiatan keantariksaan.
3) Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi kerusuhan sosial dan konflik sosial dalam masyarakat yang sering terjadi.
b. Faktor Penyebab Terjadinya Bencana
Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, yaitu:
1) Faktor alam karena fenomena alam dan tanpa ada campur tangan manusia.
2) Faktor non-alam yaitu bukan karena fenomena alam dan juga bukan akibat perbuatan manusia,
3) Faktor manusia yang murni akibat perbuatan manusia 7. Manajemen Bencana
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi bencana. (UU 24/2007).
26 Manajemen bencana menurut Nurjanah (2012:42) adalah bekerjanya proses dinamis fungsi-fungsi manajemen bencana seperti planning, organizing, actuating, dan controlling.
Adapun tujuan manajemen bencana secara umum adalah sebagai berikut:
a. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan lingkungan hidup
b. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan korban
c. Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni dan aman d. Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/ transportasi, air
minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi dan sosial daerah yang terkena bencana
e. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut
f. Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.
Secara umum manajemen bencana dapat dikelompokkan menjadi tiga (3) tahapan dengan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan yaitu pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana.
a. Tahap Pra Bencana
1) Pencegahan (prevention)
Serangkaian upaya mencegah terjadinya bencana seperti melarang merokok dan aktivitas pembakaran di dalam hutan, melarang penambangan batu di daerah yang curam, dan melarang membuang sampah sembarangan.
2) Mitigasi Bencana (mitigation)
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan mayarakat dalam menghadapi ancaman bencana. Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayat 2 tentang Penanggulangan Bencana kegiatan mitigasi dapat dilakukan melalui a) pelaksanaan penataan ruang; b) pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan; dan c) penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern.
3) Kesiapsiagaan (preparedness)
27 Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Beberapa serangkaian aktivitas yang dilakukan antara lain:
a) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana b) Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini c) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar d) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat
e) Penyiapan lokasi evakuasi
f) Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tentang tanggap darurat bencana
g) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
4) Peringatan Dini (early warning)
Serangkaian upaya dan kegiatan untuk memberikan peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007). Pemberian peringatan dini harus menjangkau masyarakat (accesible), segera (immediate), tegas tidak membingungkan (coherent), dan bersifat resmi (official).
b. Tahap saat terjadi bencana 1) Tanggap Darurat (response)
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahapan tanggap darurat antara lain: a) pengkajian yang dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; b) penentuan status keadaan darurat bencana; c) penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana; d) pemenuhan kebutuhan dasar; e) perlindungan terhadap kelompok rentan; dan f) pemulihan dengan segera prasaran dan sarana vital (UU Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 48 tentang Penanggulangan Bencana).
2) Bantuan Darurat (relief)
28 Merupakan upaya untuk memberikan bantuan yang berkaitan dengan kebutuhan dasar masyarakat berupa sandang, pangan, tempat tinggal sementara, kesehatan, dan air bersih.
c. Tahap pasca bencana 1) Pemulihan (recovery)
Pemulihan adalah serangkaian kegiatan rehabilitasi untuk mengembalikan masyarakat dan lingkungan yang terkena dampak bencana dengan mengembalikan kembali fungsi kelembagaan, prasarana, dan sarana. Beberapa kegiatan yang terkait dengan pemulihan yaitu:
a) Perbaikan lingkungan daerah bencana b) Perbaikan prasarana dan sarana umum
c) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat d) Pemulihan sosial psikologis
e) Pelayanan kesehatan
f) Rekonsiliasi dan resolusi konflik g) Pemulihan sosial ekonomi budaya h) Pemulihan fungsi pelayanan publik.
2) Rehablitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana. Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan perbaikan lingkungan daerah pasca bencana, perbaikan prasarana dan sarana, pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan publik.
3) Rekonstruksi (reconstruction)
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah- langkah nyata untuk memulihkan kembali semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca bencana.
29 Manajemen bencana merupakan sebuah proses untuk kepentingan diri sendiri dan masyarakat dalam upaya mengurangi jumlah korban nyawa dan kerugian harta benda serta dapat melakukan upaya pemulihan pasca bencana dengan cepat. Proses manajemen bencana ini dapat dimulai dengan membangun kesadaran bagi masyarakat dan pemerintah atas bahayanya bencana alam seperti sosialisasi bahaya bencana pada daerah rawan bencana.
C. Tinjauan Area pada Kawasan Wisata Edukasi Bencana
Fungsi rancangan kawasan wisata edukasi bencana secara umum adalah sebagai wadah bagi masyarakat regional maupun nasional dalam kegiatan penanggulangan bencana.
Kawasan wisata edukasi bencana memiliki kegiatan dan aktivitas utama yaitu memberikan edukasi atau pembelajaran dan pelatihan mengenai kebencanaan dan penanggulangan bencana. Terdapat juga fasilitas pendukung pada kawasan wisata edukasi bencana seperti museum mengenai kebencanaan yang terjadi di Indonesia.
1. Fasilitas-Fasilitas Ruang
Fasilitas-fasilitas ruang pada kawasan wisata edukasi bencana yang dimaksud adalah fasilitas secara umum yang mewadahi aktivitas dalam kawasan wisata edukasi bencana.
Fasilitas-fasilitas tersebut adalah:
a. Fasilitas Kegiatan Utama
Fasilitas ini memenuhi kebutuhan para pengunjung selama melakukan kegiatan utama pada kunjungan di kawasan wisata edukasi bencana seperti ruang simulasi bencana (Kawashima, 2017).
b. Fasilitas Penunjang
Fasilitas-fasilitas penunjang pada kawasan wisata edukasi bencana berfungsi sebagai fasilitas pelengkap seperti toilet umum, kantor pengelola, restoran, mushola, ATM Center, dan lain-lain (Sahidillah, 2018).
c. Fasilitas Servis
Fasilitas-fasilitas servis pada kawasan wisata edukasi bencana berfungsi sebagai fasilitas pelengkap seperti pos keamanan, loading dock, lavatory, janitor, ruang MEP, gudang, dan lain-lain (Sahidillah, 2018).
2. Kebutuhan Ruang Fasilitas Kegiatan Utama a. Ruang Pelatihan atau Simulasi
Pelatihan simulasi mengenai kebencanaan berfungsi sebagai tempat informasi mengenai hal dalam melatih kemampuan untuk mengambil tindakan yang harus
30 dilakukan saat terjadi bencana bencana. Pelatihan ini menjadi media yang mudah ditangkap oleh masyarakat dari berbagai kalangan umur dalam mensimulasikan berbagai bencana dalam kasus status darurat (Kawashima, 2017).
1) Simulasi Ruang Pemadam Kebakaran
Pada simulasi ruang pemadam kebakaran akan memberikan pelatihan mengenai tanggapnya pengunjung dalam mengatasi kebakaran yang terjadi disekitar dengan menggunakan tabung pemadam api. Pada ruang ini juga akan memberikan edukasi mengenai bahaya pada rumah tangga dan pentingnya dalam tersedianya tabung pemadam api. Simulasi ini akan dilakukan secara indoor dan outdoor.
2) Simulasi Tsunami dan Banjir
Pada simulasi ini akan memberikan edukasi mengenai penyebab terjadinya tsunami dan banjir dengan menyediakan simulasi secara nyata menggunakan alat sehingga pengunjung dapat melihat secara nyata proses terjadinya tsunami dan banjir dan pengunjung dapat tanggap saat akan terjadi bencana tsunami dan banjir.
3) Simulasi Bencana Gunung Meletus
Dalam simulasi ini dilakukan secara indoor dan outdoor. Simulasi indoor mencakup kegiatan edukasi seperti reka ulang simulasi terjadinya gunung meletus menggunakan science dan edukasi mengenai tindakan yang dilakukan saat terjadi bencana gunung meletus. Simulasi outdoor mencakup simulasi secara nyata bagaimana menghadapi bencana gunung meletus yang telah dipelajari pada simulasi indoor.
4) Simulasi Bencana Gempa Bumi
Dalam simulasi ini dilakukan secara indoor menggunakan peralatan untuk mensimulasikan gempa bumi pada ruangan. Simulasi ini seperti reka ulang
Gambar 2.1 Simulasi kebakaran menggunakan tabung pemadam api
Sumber: http://jepang.panduanwisata.com/2014/01/15/the-fukuoka-citizens-disaster-prevention- center/
31 terjadinya gempa bumi dan mengaplikasikan tindakan yang harus dilakukan saat terjadi bencana gempa bumi.
b. Museum
Menurut PP Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum, museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat.
1) Fungsi Museum
Museum memiliki beberapa fungsi diantaranya: pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya, dokumentasi dan penelitian ilmiah, konservasi dan preservasi, penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum, pengenalan dan penghayatan kesenian, pengenalaan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa, visualisasi warisan alam dan budaya, cermin pertumbuhan peradaban umat manusia (Sutaarga, 1997).
Menurut (Firdaus, 2001) fungsi museum dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
a) Tempat Preservasi
Museum merupakan wadah benda-benda hasil budaya yang disimpan, dirawat, dan dijaga sebagai bahan bukti kenyataan.
b) Tempat Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud adalah memberikan kesempatan bagi msyarakat untuk menambah ilmu, ide, dan inspirasi mengenai pemanahan terhadap benda-benda yang dipamerkan.
c) Tempat Rekreasi
Museum sebagai tempat rekreasi menjadi sarana bagi pengunjung untuk pengembalian keseimbangan fisik atau psikis dengan melihat koleksi benda- benda artistik dalam penataan penempatan yang menarik
2) Klasifikasi Museum
Museum dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Sutaarga, 1997):
a) Museum dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis koleksinya yakni:
x Museum umum: memiliki koleksi penunjang cabang-cabang ilmu pengetahuan alam, teknologi dan ilmu pengetahuan sosial
x Museum khusus: memiliki koleksi penunjang satu cabang ilmu saja b) Museum dapat diklasifikasikan menurut ruang lingkup wilayah tugasnya dan
status hukum pendirian dan tujuan penyelenggaraannya:
x Museum Nasional, yang menjadi urusan pemerintah yang
32 menggambarkan harta warisan sejarah dan kebudayaan nasional,
x Museum lokal, yang dapat dibagi menjadi museum dengan ruang lingkup tugas tingkat propinsi, kabupaten dan kotamadya
x Museum lapangan terbuka, yang merupakan suatu komplek yang luas seperti Taman Mini.
3) Aktivitas Kegiatan Museum
Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2007) mengelompokkan kegiatan pengelola museum adalah sebagai berikut:
a) Pengadaan koleksi
Datangnya benda koleksi menuju museum melalui beberapa cara yaitu:
sebagai kegiatan pengumpulan dalam rangka riset lapangan, pembelian, pemberian atau hibah, wasiat, sebagai bang sitaan dari pengadilan, maupun sebagai pinjaman (Sutaarga, 1997).
b) Administrasi koleksi
c) Registrasi inventarisasi, dan penelitan koleksi
Registrasi dan inventarisasi adalah suatu kegiatan pencatatan mengenai keadaan koleksi (keluar-masuknya koleksi) serta pendeskripsian koleksi, baik secara verbal (tertulis) dan pictorial (foto/gambar) yang diuraikan secara singkat dan jelas. Dalam kegiatan registrarsi dan inventarisasi dilakukan hal-hal sebagai berikut:
x Penomoran x Klasifikasi
x Katalogisasi Koleksi x Pengukuran Koleksi x Pemotretan Koleks x Berita Acara
Sedangkan penelitian koleksi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
x Suatu penelitian terhadap koleksi sepenuhnya bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang riwayat koleksi itu sendiri
x Penelitian tentang suatu koleksi dengan tujuan menguraikan peranan koleksi dalam kerangka sejarah
x Penelitian terhadap koleksi dengaan tujuan hanya sebagai data
33 pendukung dari kajian peristiwa sejarah yayng pernah terjadi
d) Penyajian dan penyimpanan koleksi e) Reproduksi koleksi
f) Perawatan dan perbaikan koleksi
g) Penginformasian koleksi kepada masyarakat h) Kebijakan meminjamkan dan meminjam koleksi i) Pengurangan koleksi
4) Kebutuhan Ruang Museum
Menurut De Chiara & Crosbie, 2001,dari buku yang berjudul Time Saver Standards for Building, pengelompokan ruang pada bangunan museum dibagi menjadi 2 (dua) zona, yaitu:
Tabel 2.1 Standar/Kebutuhan ruang museum berdasarkan pembagian zona Sumber: De Chiara & Crosbie, 2001, hlm. 679-680
Zona Kelompok Ruang Ruang
Publik
Koleksi x Ruang Pameran
x Ruang Kuliah Umum x Ruang Orientasi Non-Koleksi x Ruang Pemeriksaan
x Theater x Food Service x Ruang Informasi x Toilet Umum x Lobby x Retail
Non-Publik
Koleksi x Bengkel (Workshop) x Bongkar Muat x Lift Barang x Loading Dock x Ruang Pemerimaan Non-Koleksi x Dapur Katering
x Ruang Mekanikal x Ruang Elektrikal x Food Service x Pantry
x Gudang x Kantol Retail x Kantor Pengelola x Ruang Konferensi x Ruang Keamanan
Keamanan Berlapis x Ruang. Penyimpanan Koleksi x Rruang Jaringan Komputer x Ruang Perlengkapan
Keamanan
34 5) Standar Ruang Museum
a) Penataan Koleksi/Display
Ruang pameran merupakan ruang untuk memamerkan karya seni dan ilmu pengetahuan umum. Ruang pameran harus terlindung dari kelembaban dan kekeringan, gangguan, pencurian, dan debu serta mendapatkan cahaya yang terang merupakan bagian dari pameran yang baik. Suatu pameran yang baik seharusnya dapat dilihat publik tanpa rasa lelah. Sudut pandang normal adalah 54° atau 27° terdapat pada sisi bagian dinding lukisan yang diberikan cahaya yang cukup (Neufert, 2002).
b) Pencahayaan Museum
Pencahayaan museum haruslah baik. Tempat untuk menggantung lukisan yang menguntungkan adalah antara 30°dan 60° pada ketinggian ruangan 6,70 m dan 2,13 m untuk lukisan yang panjangnya 3,04 sampai 3,65 m. (Neufert, 2002).
3. Kebutuhan Ruang Fasilitas Penunjang
Fasilitas-fasilitas penunjang pada kawasan wisata edukasi bencana berfungsi sebagai fasilitas pelengkap seperti kantor pengelola, aula, restoran, ATM Center.
a. Kantor Pengelola
Kantor pengelola merupakan fasilitas untuk mewadahi kegiatan pengelolaan, pengaturan, dan pengawasan pada kawasan wisata edukasi bencana.
Gambar 2.2 Sudut Penataan Koleksi Museum Sumber: Neufert, 2002
Gambar 2.3 Tipe Pencahayaan Alami dan Buatan pada Museum Sumber: Data Arsitek Jilid 2, Neufert (2002)
35 b. Aula
Aula merupakan ruang besar yang berfungsi sebagai tempat pertemuan. Dalam perancangan kompleks wisata edukasi, aula dapat digunakan sebagai ruang penyuluhan ataupun seminar mengenai kebencanaan.
c. Restoran
Restoran merupakan tempat untuk untuk melakukan kegiatan makan dan minum.
Untuk dapat makan dengan nyaman meja dengan lebar rata- rata 60 cm dan ketinggian 40 cm. (Neufert, 2002).
d. Mushola
Mushola adalah tempat disiapkan untuk melaksanakan shalat.
Gambar 2.4 Aula Bentuk Persegi Panjang
Sumber: Data Arsitek Jilid 1:266 Gambar 2.5 Aula Bentuk Trapesium Sumber: Data Arsitek Jilid 1:266
Gambar 2.6 Penataan Furniture meja dan Kursi Makan Sumber: Data Arsitek Jilid 2
Gambar 2.7 Ilustrasi Kegiatan pada Mushola Sumber: Data Arsitek Jilid 2
36 e. ATM Centre
ATM Centre merupakan fasilitas yang digunakan untuk melakukan berbagai macam transaksi keuangan.
4. Kebutuhan ruang fasilitas servis a. Pos Keamanan
Pos keamanan merupakan tempat yang digunakan untuk menjaga keamanan bangunan. Letak pos keamanan biasanya terletak di main entrance.
b. Tempat Parkir
Tempat parkir merupakantempat yang mewadahi kegiatan parkir untuk beberapa kendaraan seperti motor, mobil, dan bus.
c. Loading Dock
Loading dock merupakan tempat keluar masuknya truk pengangkut barang pada sebuah fasilitas. Biasanya loading dock terletak pada ruang belakang sebuah bangunan.
Gambar 2.9 Ilustrasi Susunan Tempat Parkir Sumber: Data Arsitek Jilid 3
Gambar 2.10 Bentuk Loading Dock Sumber: Data Arsitek Jilid 3
37 d. Lavatory
Lavatory merupakan fasilitas sanitasi untuk tempat buang air besar dan buang air kecil, cuci tangan, dan cuci muka. Pada umumnya pengguna lavatory adalah laki- laki dan perempuan dewasa, penyandang cacat, dan anak- anak. Persyaratan ruang untuk buang air besar adalah 80-90x150-160x220-240 cm, dan untuk buang air kecil adalah lebar 70-80 cm dan tinggi 40-45 cm.
Untuk ukuran ruang cuci tangan dan muka (wastafel) minimum adalah lebar 80cm, tinggi bak cuci 70cm, lebar bak cuci 50cm, dan jarak bak cuci dengan dinding 90cm.
e. Janitor
Janitor merupakan ruangan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan kebersihan atau cleaning service. Kebutuhan pada ruang ini adalah rak untuk menyimpan peralatan dengan fasilitas yang dibutukan dalam janitor berupa
Gambar 2.11 Ukuran Standar Lavatory Sumber: Standar Toilet Umum Indonesia
Gambar 2.13 Ukuran Standar Wastafel Sumber: Standar Toilet Umum Indonesia Gambar 2.12 Ukuran Standar Urinoir Sumber: Standar Toilet Umum Indonesia
38 wastafel dan bak air.
f. Ruang MEP
Ruang MEP (Mekanikal, Elektrikal, dan Plumbing) merupakan ruang yang berfungsi sebagai sistem kontrol mekanikal, elektrikal, dan plumbing. Ruang- ruang MEP terdiri dari: ruang AHU, ruang genset, ruang chiller, ruang pengolahan limbah, ruang telekomukasi, dan ruang CCTV.
g. Gudang
Gudang merupakan ruang yang biasa digunakan untuk menyimpan berbagai barang keperluan bangunan. Gudang dalam objek perecanaan dan perancangan wisata edukasi digunakan untuk menyimpan benda- benda untuk keperluan peralatan- peralatan yang dibutuhkan pada wisata edukasi bencana.
39 D. Preseden Bangunan
Perancangan kawasan wisata edukasi bencana menggunakan preseden bangunan dari negara jepang yaitu Kyoto City Disaster Prevention Center dan Indonesia yaitu Museum Tsunami Aceh sebagai acuan untuk mendapatkan referensi mengenai peruangan pada pusat pencegahan bencana dan museum.
1. Kyoto City Disaster Prevention Center
Kyoto City Disaster Prevention Center merupakan pusat pencegahan bencana yang terletak di Nishikujo Sugatacho, Minami Ward, Kyoto, Jepang. Pusat Pencegahan Bencana di Kyoto ini dapat mempelajari cara melindungi diri sendiri dan cara bertindak terhadap bencana.
Pusat Pencegahan Bencana di Kyoto ini terdiri dari empat lantai:
a. Lantai 1 (1st Floor)
Gambar 2.14 Kyoto City Disaster Prevention Center
Sumber: https://media-cdn.tripadvisor.com/media/photo-s/01/e0/84/ce/caption.jpg
Gambar 2.15 Denah Lantai 1 Kyoto City Disaster Prevention Center Sumber: kyotobousai-c.com
40 Ruang pada lantai 1 ini difokuskan untuk simulasi bencana dan ruang video pendidikan bencana dimana pengunjung dapat akan merasakan bencana gempa bumi dan angin topan. Pada lantai satu bangunan, terdapat enam ruang utama yaitu:
1) Reception/Information Desk
2) Orientation Stage
3) Earthquake Simulation Room
Gambar 2.16 Reception/Information Desk Sumber: kyotobousai-c.com
Gambar 2.17 Orientation Stage Sumber: kyotobousai-c.com
Gambar 2.18 Earthquake Simulation Room Sumber: kyotobousai-c.com
41 Pada earthquake simulation room, intensitas gempa 4-7 (pada skala Jepang) akan disimulasikan dan memperkenalkan cara mempersiapkan diri menghadapi gempa.
4) Typhoon Simulation Room
Pada typhoon simulation room simulasi menggunakan peralatan pembuat angin dengan kecepatan angin 32 meter per detik sehingga pengunjung dapat merasakan kesulitan bertindak dalam topan dan belajar tentang bencana alam.
5) Disaster Education Video Room
Pada disaster education video room, menggunakan tempat seperti bioskop untuk lebih mengetahui sejarah bencana masa lalu seperti gempa bumi yang terjadi di Kyoto dan teror menggunakan Sistem Visual Hi-Vision.
Gambar 2.19 Typhoon Simulation Room Sumber: kyotobousai-c.com
Gambar 2.20 Disaster Education Video Room Sumber: kyotobousai-c.com
42 6) Fault of Mt. Ogura Display Section
b. Lantai 2 (2nd Floor)
1) Fire Fighting Training Room
Gambar 2.21 Fault of Mt. Ogura Display Section Sumber: kyotobousai-c.com
Gambar 2.22 Denah Lantai 2 Kyoto City Disaster Prevention Center Sumber: kyotobousai-c.com
Gambar 2.23 Fire Fighting Training Room Sumber: kyotobousai-c.com
43 Pada fire fighting training room akan belajar cara menggunakan pemadam api dan hidran dalam ruangan dengan benar. Pengunjung akan menembakkan air dan memadamkan gambar api di layar.
2) Smoke Simulation Room
Pada smoke simulation room pengunjung akan belajar bagaimana bertahan hidup dalam kebakaran bangunan seperti rumah, hotel, dan kantor.
3) Emergency Report Training Section
4) General Training Room (blow-by from second floor to third floor)
Gambar 2.24 Smoke Simulation Room Sumber: kyotobousai-c.com
Gambar 2.25 Emergency Report Training Section Sumber: kyotobousai-c.com
Gambar 2.26 General Training Room (blow-by from second floor to third floor) Sumber: kyotobousai-c.com
44 Pada general training room ini memiliki ruang terbuka yang dapat diatur agar terlihat seperti department store, hotel, apartemen, dan sebagainya. Di sini pengunjung dapat belajar bagaimana bertindak di gedung yang ditiru begitu bencana kebakaran terjadi.
5) Safe-Living Room
Ketika tidak digunakan untuk pelatihan pertolongan pertama, ruangan ini dapat digunakan secara bebas untuk pendidikan publik tentang topik-topik seperti pertolongan pertama atau alarm kebakaran rumah.
c. Lantai 3 (3rd Floor)
Gambar 2.27 Safe-Living Room Sumber: kyotobousai-c.com
Gambar 2.28 Denah Lantai 3 Kyoto City Disaster Prevention Center Sumber: kyotobousai-c.com
45 1) Disaster Simulation Room
2) Fire Helicopter (Air Rescue Simulator)
3) (QOLVWLQWKH.LGV¶)LUH%ULJDGH
EQOLVWLQWKHNLGV¶ILUHEULJDGe merupakan tempat foto pengunjung. Cukup dengan berpose di depan layar, pengunjung dapat melihat seperti apa penampilan mereka di fire gear.
Gambar 2.29 Disaster Simulation Room Sumber: kyotobousai-c.com
Gambar 2.30 Fire Helicopter (Air Rescue Simulator) Sumber: kyotobousai-c.com
Gambar 2.31 (QOLVWLQWKH.LGV¶)LUH%ULJDGH
Sumber: kyotobousai-c.com
46 4) Transform into a Firefighter
Pada ruang ini, anak-anak akan belajar mengenai bahaya bermain api dan penyebab terjadinya kebakaran di rumah. Dangers of Underpasses
5) Dangers of Underpass
Pada ruang ini, pengunjung akan mempelajari apa yang bisa terjadi ketika hujan lebat dan terjadi banjir di underpass.
6) 4D Theater: The Fear of a Flooding Underground Arcade
Ruang ini mensimulasikan perasaan menyeramkan di bawah tanah dan melihat apa yang terjadi ketika air menumpuk di balik pintu.
Gambar 2.32 Transform into a Firefighter Sumber: kyotobousai-c.com
Gambar 2.33 Dangers of Underpasses Sumber: kyotobousai-c.com
Gambar 2.34 4D Theater: The Fear of a Flooding Underground Arcade Sumber: kyotobousai-c.com
47 7) Audio Visual Room
8) Disaster-related Information Section
Melalui halaman video dan internet, pengunjung dapat mempelajari tentang kondisi yang mengarah pada bencana seperti kebakaran dan gempa bumi dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk melindungi diri.
d. Lantai 4 (Lecture Room)
Lantai 4 pada Kyoto City Disaster Prevention Center hanya terdiri sari satu ruangan yaitu lecture room yang digunakan untuk memberikan penyuluhan seperti manajemen pencegahan kebakaran dan menyelamatkan jiwa.
Gambar 2.35 Audio Visual Room Sumber: kyotobousai-c.com
Gambar 2.36 Disaster-related Information Section Sumber: kyotobousai-c.com
Gambar 2.37 Lantai 4 (Lecture Room) Kyoto City Disaster Prevention Center Sumber: kyotobousai-c.com
48 2. Museum Tsunami Aceh
Museum Tsunami Aceh merupakan bangunan untuk mengenang tragedi bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. Peristiwa ini merupakan gempa bumi terbesar dalam waktu 40 tahun terakhir dengan kekuatan 9,3 Skala Richter. Gempa bumi ini menimbulkan tsunami yang besar sehingga menelan banyak korban jiwa: 240 ribu orang meninggal dan sarana prasarana yang rusak parah (Museum Tsunami Aceh, 2011).
Dalam rangka mengenang kejadian tersebut, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias mengadakan sayembara rancangan museum tsunami Aceh yang dimenangkan oleh arsitek Ridwan Kamil. Pada tanggal 23 Februari 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan bangunan museum ini dan dibuka secara resmi untuk dapat dikunjungi masyarakat pada tanggal 8 Mei 2011 (Vitriani, 2013). Museum Tsunami Aceh ini berfungsi sebagai: objek sejarah, pusat penelitian dan pembelajaran tentang tsunami, simbol kekuatan dan kebersamaan masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana, dan sebagai peringatan adanya bencana gempa bumi dan tsunami, tidak hanya di Aceh tetapi di selururh wilayah Indonesia.
Gambar 2.38 Museum Tsunami Aceh Sumber: https://media-cdn.tripadvisor.com/
Gambar 2.38 Kondisi Aceh pasca Tsunami Sumber: https://upload.wikimedia.org/
Gambar 2.40 Kondisi Aceh pasca Tsunami Sumber: https://assets-a1.kompasiana.com/
49 Museum Tsunami Aceh ini terdiri dari 4 (empat) lantai, masing-masing lantai dan ruang memiliki filosofi tersendiri (Vitriani, 2013).
a. Space of Fear (Lorong Tsunami)
Lorong Tsunami merupakan akses awal pengunjung untuk memasuki Museum Tsunami. Memiliki panjang 30 m dan tinggi mencapai 19-23 m melambangkan tingginya gelombang tsunami yang terjadi pada tahun 2004.
Gambar 2.42 Detail Fasad Museum Tsunami Aceh
Sumber: https://live.staticflickr.com/
Gambar 2.41 Tampak Museum Tsunami Aceh Sumber: https://bsd.city/
Gambar 2.43 Tari Saman Aceh Sumber:
https://www.goodnewsfromindonesia.id/
Gambar 2.44 Potongan Museum Tsunami Aceh Sumber: https://dekdun.files.wordpress.com/
Gambar 2.45 Space of Fear Sumber: https://cdn.idntimes.com/
50 b. Space of Memory (Ruang Kenangan)
Ruangan ini memiliki 26 monitor sebagai lambang dari kejadian tsunami yang melanda Aceh ada 26 Desember 2004. Setiap monitor menampilkan gambar dan foto para korban dan lokasi bencana yang melanda Aceh pada saat tsunami sebanyak 40 gambar yang ditampilkan dalam bentuk slide.
c. Space of Sorrow (Ruang Sumur Doa)
Ruangan berbentuk silinder dengan cahaya remang dan ketinggian 30 meter ini memiliki kurang lebih 2.000 nama-nama koban tsunami yang tertera disetiap dindingnya. Ruangan ini difilosofikan sebagai kuburan massal tsunami dan pengunjung yang memasuki ruanga ini dianjurkan untuk mendoakan para korban menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
d. Space of Confuse (Lorong Cerobong)
Lorong ini didesain dengan lantai yang bekelok dan tidak rata sebagai bentuk filosofi dari kebingungan dan keputusasaan masyarakat Aceh saat didera tsunami pada tahun 2004 silam.
Gambar 2.47 Space of Sorrow Sumber: https://3.bp.blogspot.com/
Gambar 2.47 Space of Confuse Sumber: https://wisato.id/
51 e. Space of Hope (Jembatan Harapan)
Disebut jembatan harapan karena melalui jembatan ini pengunjung dapat melihat 54 bendera dari 54 negara yang ikut membantu Aceh pasca tsunami.
Gambar 2.48 Space of Hope Sumber: https://wisatamilenial.com/