• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA SURABAYA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA SURABAYA

Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah Kota Surabaya untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis menentukan sasaran dan program pembangunan Kota Surabaya khususnya di bidang Kesehatan.

III.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Kesehatan Kota Surabaya

Pembangunan manusia dapat dinilai dari berbagai aspek, salah satunya adalah aspek kesehatan yang secara umum turut memberikan kontribusi dalam peningkatan produktivitas. Salah satu indikator yang banyak digunakan dalam mengukur pembangunan manusia adalah Indeks Pembangungan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) yang merupakan indeks komposit yang meliputi aspek pendidikan, kesehatan dan aspek kesejahteraan melalui pengukuran daya beli.

Nilai IPM kota Surabaya adalah meningkat setiap tahunnya, namun bila ditelaah lebih lanjut diketahui masih terdapat permasalahan pembangunan manusia kota Surabaya khususnya bidang kesehatan diantaranya :

1. Kesehatan Lingkungan, dengan masalah pokok :

a. Masih adanya masalah kesehatan akibat kasus penyakit menular dan makin meningkatnya kasus penyakit tidak menular

b. Masih adanya kelurahan yg belum memenuhi status UCI (universal child imunization)

c. Masih adanya kelurahan yang belum ODF (open defecation free) / bebas buang air besar sembarangan

2. Aksesibilitas dan kualitas layanan kesehatan, dengan masalah pokok : a. Masih adanya kematian ibu dan bayi di kota surabaya

b. Masih adanya kasus balita kurang gizi

c. Perlunya penataan pelayanan bagi peserta JKN khususnya masyarakat

miskin

(2)

3. Ketersediaan, standarisasi dan kualitas sarana prasarana serta tata kelola layanan kesehatan, dengan masalah pokok :

a. Masih adanya Permasalahan Dalam Perencanaan Dan Pendayagunaan SDM Kesehatan

b. Perlunya penguatan pembinaan sarana kesehatan dalam melaksanakan fungsinya

4. Ketersediaan dan kualitas konsumsi pangan masyarakat, dengan masalah pokok :

a. Perlunya upaya peningkatan keamanan pangan olahan di masyarakat

Dari permasalahan tersebut diatas dapat dipetakan pemasalahan untuk menentukan prioritas dan sasaran pembangunan kesehatan, seperti yang tercantum pada Tabel T-B.35 sebagai berikut :

Tabel 3.1 (Sumber : T-B.35)

Pemetaan Permasalahan Untuk Penentuan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Kesehatan

No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

1 Masih adanya kematian ibu dan bayi di kota surabaya

Cakupan pelayanan kesehatan dan gizi ibu dan anak masih perlu

ditingkatkan

Pendampingan 1000 Hari pertama kehidupan perlu digalakkan dalam rangka Penurunan angka

kematian ibu dan bayi 2 Masih adanya kasus balita

kurang gizi

Cakupan pelayanan kesehatan dan gizi ibu dan anak masih perlu

ditingkatkan

Status gizi bayi dan gizi balita, serta ibu hamil dan ibu menyusui dengan Kurang Energi Kalori (KEK) masih perlu di tingkatkan dan dipantau 3 Masih adanya masalah

kesehatan akibat kasus penyakit menular dan makin meningkatnya kasus penyakit tidak menular

Pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit menular dan tidak menular masih perlu ditingkatkan

Prevalensi penyakit menular langsung masih perlu diturunkan

Prevalensi penyakit menular berbasis binatang masih perlu diturunkan Insiden penyakit tidak menular masih perlu diturunkan

Pelayanan kesehatan jiwa

dan NAPZA masih perlu

dioptimalkan

(3)

No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Cakupan Kawasan Tanpa Rokok masih perlu ditingkatkan 4 Masih adanya kelurahan yg

belum memenuhi status UCI (universal child imunization)

Pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit menular dan tidak menular masih perlu ditingkatkan

Prevalensi penyakit menular langsung masih perlu diturunkan

5 Masih adanya kelurahan yang belum ODF (open defecation free) / bebas buang air besar sembarangan

Pola hidup bersih dan sehat di masyarakat melalui upaya promotif dan preventif masih perlu digerakkan

Promosi kesehatan dan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) masih perlu dioptimalkan 6 Masih adanya Permasalahan

Dalam Perencanaan Dan Pendayagunaan SDM Kesehatan

Mutu dan akses pelayanan di RSUD dan Puskesmas sesuai standar, masih perlu ditingkatkan

Sertifikasi dan akreditasi masih perlu dioptimalkan dalam rangka peningkatan mutu SDM kesehatan.

7 Perlunya penataan pelayanan bagi peserta JKN khususnya masyarakat miskin

Akses pelayanan

kesehatan bagi masyarakat masih perlu ditingkatkan

Kepemilikan jaminan pelayanan kesehatan masih perlu dioptimalkan 8 Perlunya penguatan

pembinaan sarana kesehatan dalam melaksanakan

fungsinya

Kebutuhan sarana dan prasarana RSUD dan Puskesmas sesuai standar sarana dan prasarana, tipe rumah sakit, dan

perkembangan ilmu kesehatan, masih perlu dicukupi

Alat kesehatan sesuai standar perlu dioptimalkan

Sarana prasarana sesuai standart perlu

dioptimalkan Ketersediaan serta

pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan di sarana kesehatan sesuai standar, masih perlu dijamin.

Penyediaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas dan RSUD perlu

dioptimalkan Akreditasi puskesmas &

rumah sakit dan pemantauan

implementasinya secara berkala perlu dilaksanakan

Perlunya Akreditasi Puskesmas serta pemantauan

implementasinya secara berkala

9 Perlunya upaya peningkatan keamanan pangan olahan di masyarakat

Pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit menular dan tidak menular masih perlu ditingkatkan

Keamanan pangan olahan

perlu pengawasan

(4)

Rumusan masalah pokok yang ada pada pemetaan tersebut merupakan masalah yang bersifat makro dan diharapkan dapat dipecahkan melalui tujuan dan sasaran Dinas Kesehatan pada tahun 2016-2021. Pada rumusan Masalah merupakan penyebab dari masalah pokok yang lebih spesifik dan diharapkan dapat diatasi melalui strategi yang ditetapkan, sedangkan rumusan Akar Masalah adalah penyebab dari masalah yang lebih rinci yang diharapkan dapat dipecahkan melalui arah kebijakan yang akan ditempuh.

III.2 Telaahan Visi, Misi dan Program Walikota dan Wakil Walikota Surabaya

Berdasarkan Perubahan RPJMD Kota Surabaya tahun 2016-2021 terjadi beberapa penyesuaian pada misi, tujuan, sasaran dan program pembangunan dari Walikota dan Wakil Walikota Surabaya tahun 2016-2021. Dinas Kesehatan Kota Surabaya menindaklanjuti penyesuaian dari misi, tujuan, sasaran dan program pembangunan di Kota Surabaya. Penyesuaian dilakukan pada misi ke I yaitu

“Mewujudkan Sumber Daya Masyarakat yang Berkualitas serta Memberdayakan Masyarakat dan Menciptakan Seluas-luasnya Kesempatan Berusaha”.Misi tersebut untuk menjawab isu strategis kota yaitu kebutuhan akan sumber daya masyarakat kota yang mampu menjawab tantangan global.

Dari Misi ke -1 tersebut tujuan pembangunan kota Surabaya yang ditetapkan adalah Meningkatkan Kualitas Pembangunan Manusia, dengan indikator Tujuan yang ditetapkan adalah Indeks Pembangunan Manusia.

Sasaran dari pembangunan kota yang terkait bidang kesehatan dalam rangka pencapaian Tujuan adalah Meningkatkan Derajat Kesehatan, dengan indikator Sasaran yang ditetapkan adalah Angka Harapan Hidup.

Sasaran kota yang telah tersebut dijabarkan dalam program-program sesuai tugas dan fungsi Dinas Kesehatan antara lain :

1. Program Jaminan Kesehatan

2. Program Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 3. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

4. Program Pengembangan Pola Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat

5. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan

6. Program Obat dan Perbekalan Puskesmas / Puskesmas Pembantu

(5)

7. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan 8. Program Sumber Daya Kesehatan.

9. Program Peningkatan Keamanan Pangan Olahan dan Siap Saji.

Selain program terkait tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan juga melaksanakan program yang juga dilaksanakan setiap Perangkat Daerah, antara lain :

1. Program Pembangunan Dan Pengelolaan Sarana Prasarana Kedinasan 2. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

3. Program Perencanaan Pembangunan Daerah

Selanjutnya berdasarkan identifikasi permasalahan pelayanan Dinas Kesehatan dapat dijelaskan faktor-faktor pendorong dan penghambat pelayanan yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota.

Faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.2

Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan SKPDTerhadap Pencapaian Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Visi: Surabaya Kota Sentosa Yang Berkarakter dan Berdaya Saing Global Berbasis Ekologi No

Misi dan

Program Permasalahan Pelayanan SKPD

Faktor KDH dan Wakil

KDH terpilih Pendorong Penghambat

Misi 1.

Mewujudkan Sumber Daya Masyarakat yang Berkualitas serta Memberdayakan Masyarakat dan Menciptakan Seluas-luasnya Kesempatan Berusaha

1 Program Jaminan Kesehatan

Kepemilikan jaminan pelayanan kesehatan masih perlu

dioptimalkan

1. Koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam pelaksanaan program JKN berjalan baik;

1. Sinkronisasi NIK pada data PBI dengan Dispendukcapil membutuhkan waktu lama;

2. Telah dibangun sistem untuk mempermudah pendaftaran BPJS PBI melalui aplikasi Epemutakhiran data

2. Tidak semua kelurahan menginput atau

mengirimkan data calon PBI melalui aplikasi Epemutakhiran data 2 Program

Pelayanan

Kesehatan Ibu dan Anak

a. Pendampingan 1000 Hari Pertama Kehidupan perlu digalakkan dalam rangka Penurunan angka kematian ibu dan bayi.

1. Adanya dukungan anggaran baik APBD maupun APBN

1. Belum semua sasaran tercover di Posyandu 2. Adanya koordinasi yang

baik antar sektor melalui Satuan Tugas Penurunan Kematian Ibu dan Bayi (Satgas Penakib) Kota Surabaya

2. Adanya sasaran miskin dan tidak memiliki jaminan kesehatan serta KTP Non Surabayayang berdomisili di Surabaya 3. Adanya Kader disetiap

Posyandu;

(6)

No

Misi dan

Program Permasalahan Pelayanan SKPD

Faktor KDH dan Wakil

KDH terpilih Pendorong Penghambat

b. Status gizi bayi dan gizi balita, serta ibu hamil dan ibu menyusui dengan Kurang Energi Kalori (KEK) masih perlu di tingkatkan dan dipantau

1. Adanya regulasi yang mendukung program perbaikan gizi

Mobilitas penduduk yang cukup tinggi sehingga intervensi yang diberikan tidak dapat berjalan secara optimal

2. peran lintas program/

lintas sektor/ institusi pendidikan/ LSM yang mendukung program Peningkatan Dan Perbaikan Gizi Masyarakat 3 Program

Pengembangan Pola Hidup Bersih dan Sehat

Masyarakat

Promosi kesehatan dan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) masih perlu

dioptimalkan

1. Adanya regulasi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan

1. Kesulitan dalam regenerasi kader;

2. Tersedianya anggaran baik APBD maupun Dana Kapitasi JKN

2. Masih ada Balita yang belum memiliki NIK 3. Adanya aplikasi dinkes.

surabaya. go.id/ jkn untuk mempermudah proses administrasi dari Puskesmas

3. Kemampuan tenaga promkes dalam menyusun media promosi kesehatan masih kurang

4. Peran serta masyarakat dalam kegiatan Posyandu sangat baik;

5. Tersedianya kader di masing-masing Posy;

4 Program

Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan

Sarana prasarana sesuai standart perlu dioptimalkan

1. Dukungan angggaran yang cukup baik APBD, APBN maupun dana kapitasi JKN 2. Tingginya kesadaran

masyarakat dalam memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan, sehingga sakit maupun sehat meningkat.

1. Ketersediaan barang kebutuhan sarana prasarana tidak selalu ada

2. Kesulitan adaptasi pada pelayanan dalam pengembangan aplikasi

5 Program Obat dan Perbekalan Puskesmas / Puskesmas Pembantu

Penyediaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan di

Puskesmas dan RSUD perlu dioptimalkan

1. Adanya anggaran yang mendukung pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

2. Adanya aplikasi Simbok

1. Informasi ketersediaan obat oleh penyedia yang tidak pasti;

2. Ketersediaan obat di distributor terbatas 3. Ketepatan dalam

pengisian aplikasi Simbok

6 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan

Perlunya Akreditasi Puskesmas serta pemantauan implementasinya secara berkala

1. Perencanaan dan strategi pelaksanaan pelayanan cukup baik;

2. Dukungan Dana Alokasi Khusus Bidang

Kesehatan;

3. Dukungan sumber daya kesehatan di Puskesmas dan Labkesda dalam pelaksanaan kegiatan

1. Pemahaman Puskesmas terkait Akreditasi yang belum seragam antar Puskesmas

2. Pelaporan kegiatan dari puskesmas dan

Labkesda yang belum tepat waktu

3. Beberapa petugas tim pendamping FKRTL

(7)

No

Misi dan

Program Permasalahan Pelayanan SKPD

Faktor KDH dan Wakil

KDH terpilih Pendorong Penghambat

Akreditasi.

4. Antusiasme masyarakat terhadap inovasi pelayanan

5. Koordinasi yang baik antar Tim pembinaan dan pengawasan sarana kesehatan

6. Respon yang baik dari sarana kesehatan terhadap pembinaan 7. Terbentuknya 7 posko

TGC kesehatan, sehingga respon time lebih cepat;

8. Meningkatnya skill SDM TGC dalam

penanggulangan kasus dan bencana

(Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut) tidak ada ditempat 4. Masih kurangnya tenaga

SDM Kesehatan yang dibutuhkan untuk menunjang proses pelaksanaan kegiatan TGC

5. Belum semua tim TGC di tujuh posko

dilengkapi dengan alat komunikasi;

7 Program Sumber Daya Kesehatan.

a. Sertifikasi dan akreditasi SDM masih perlu dioptimalkan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

1. Tersusunnya

perencanaan kegiatan peningkatan kapasitas SDM Kesehatan 2. Adanya Surabaya Single

Window sebagai aplikasi untuk perijinan SDM Kesehatan

3. Sarana kesehatan aktif dalam memenuhi peraturan perizinan

Pemohon Ijin pada perijinan SDM Kesehatan banyak yang masih belum mengetahui Prosedur Perijinan melalui Surabaya Single Window

b. Alat kesehatan sesuai standar perlu dioptimalkan

1. Tersedia alat kesehatan pada eKatalog

2. Sarana kesehatan aktif dalam memenuhi peraturan perizinan 3. Adanya regulasi dari

pusat sebagai pedoman analisa pengembangan sarana dan prasarana kesehatan

1. Sulitnya berkoordinasi dg penyedia dalam Pemenuhan administrasi pengadaan alat

kesehatan 2. Beberapa sarana

kesehatan yang mengajukan ijin tidak dapat memenuhi kelengkapan berkas permohonan Program

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

a. Prevalensi penyakit menular langsung masih perlu diturunkan

1. Koordinasi yang baik antar faskes dan Perangkat daerah lain sehingga mempermudah pencegahan dan penanganan penyakit menular dan tidak menular, jiwa dan penyalahgunaan napza 2. Dukungan dari

masyarakat dalam kegiatan pencegahan dan

1. Pelaporan dari fasilitas Pelayanan Kesehatan yang belum tepat waktu 2. Adanya masyarakat

yang masih belum melaksanakan kegiatan PSN;

3. Kurangnya partisipasi Kader dalam

melaksanakan deteksi dini penyakit tidak menular dan kesehatan b. Prevalensi penyakit

menular berbasis binatang masih perlu diturunkan c. Insiden penyakit

tidak menular masih perlu diturunkan

(8)

No

Misi dan

Program Permasalahan Pelayanan SKPD

Faktor KDH dan Wakil

KDH terpilih Pendorong Penghambat

d. Pelayanan

kesehatan jiwa dan NAPZA masih perlu dioptimalkan

penanganan penyakit menular dan pembinaan terpadu penyakit tidak menular

3. Adanya anggaran untuk pelaksaan kegiatan pencegahan dan penanganan penyakit menular dan penyakit tidak menular 4. Berjalannya sistem

penatalaksanaan penyakit menular sehingga penanganan dapat dilaksanakan pada waktu yg tepat

5. Terbitnya juknis metode melakukan deteksi dini penyakit tidak menular, kesehatan jiwa dan napza 6. Dukungan lintas sektor

dan lintas program dalam pelaksanaan kegiatan, pencatatan dan pelaporan program Surveilans dan Imunisasi

jiwa serta napza.

4. Adanya masyarakat yang belum melaksanakan pembinaan terpadu;

5. Masih ada sarana kesehatan yang belum memahami tentang pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan program kesehatan Surveilans dan Imunisasi e. Cakupan Kawasan

Tanpa Rokok masih perlu ditingkatkan

Program Peningkatan Keamanan Pangan Olahan dan Siap Saji.

Keamanan pangan olahan perlu pengawasan

1. Kerjasama yang baik antara Puskesmas, BBLK dan Labkesda dalam proses uji sampel 2. Penjadwalan petugas

pengambil sampel di Puskesmas berjalan baik 3. Terdapat sarana berupa

laboratorium dan tenaga pelaksana di setiap Puskesmas;

4. Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan telah terakreditasi shg memiliki kompetensi melakukan pemeriksaan sample sesuai parameter

1. Kerja sama lintas sektor dalam pengawasan makanan olahan dan siap saji perlu dioptimalkan;

2. Padatnya Jadwal pelaksanaan kegiatan di Puskesmas;

3. Pelaksanaan tupoksi dan tanggungjawab anggota Tim Pembinaan Pengawasan Pangan Kota Surabaya belum optimal utamanya dalam koordinasi pelaksanaan inspeksi/sidak terhadap keamanan pangan

(9)

III.3 Telaahan Renstra Kementerian/Lembaga (K/L), Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan Renstra Dinas Kesehatan Kota Surabaya

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Dinas Kesehatan Kota Surabaya tidak lepas dari kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam hal ini Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai Perangkat Daerah Teknis bidang kesehatan di Provinsi Jawa Timur.

Terkait hal tersebut, maka kebijakan, tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan yang ada di Kota Surabaya diharapkan berkesinambungan dengan kebijakan kesehatan di tingkat Pusat dan Provinsi. Telaahan Renstra Kementerian Kesehatan, Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan Renstra Dinas Kesehatan Kota Surabaya dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Tujuan dan Sasaran

Tujuan pembangunan kesehatan yang tertuang dalam RENSTRA Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu:

1. Meningkatnya status kesehatan masyarakat dan;

2. Meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.

Sedangkan Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan adalah:

1. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat ; 2. Meningkatnya Pengendalian Penyakit ;

3. Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan ;

4. Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan ;

5. Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan ; 6. Meningkatnya sinergitas antar Kementerian/Lembaga ;

7. Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri ;

8. Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan- evaluasi;

9. Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan ; 10. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih ;

11. Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan ;

12. Meningkatkan sistem informasi kesehatan integrasi.

(10)

Tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan yang tertuang dalam RENSTRA Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019 sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

Tujuan tersebut dengan sasaran : Masyarakat yang mandiri dan hidup sehat ; 2. Optimalisasi upayakesehatan secara sinergis, menyeluruh, terpadu,

berkelanjutan, terjangkaudan bermutu bagi masyarakat.

Tujuan tersebut dengan sasaran : Meningkatnya Pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat ;

3. Optimalisasi penanggulangan masalah gizi danOptimalisasi upaya pengendalian penyakit dan masalah kesehatan akibatbencana serta Meningkatkan akses pada lingkungan yang sehat.

Tujuan tersebut dengan sasaran : Meningkatnya Penanggulangan masalah gizi yang optimal, Meningkatnya Upaya Pengendalian penyakit dan masalah kesehatan akibat bencana, Meningkatnya Akses pada lingkungan yang sehat ; 4. Optimalisasi ketersediaan, mutu, manfaat, dan keamanan sediaan farmasi,

alkes dan makanan dan Meningkatkan jumlah, jenis, mutu, pemerataan dan pengembangan sumber daya kesehatan dan Pembiayaan Kesehatan dengan jumlah mencukupi yang teralokasi secara adil.

Tujuan tersebut dengan sasaran : Meningkatnya sediaan farmasi, alkes, dan makanan bermutu, bermanfaat, aman dan Terwujudnya Sumber daya kesehatan yang memadai, proporsional, handal serta Meningkatnya pembiayaan kesehatan;

5. Optimalisasi manajemen kesehatan untuk menunjang program kesehatan.

Tujuan tersebut dengan sasaran : Terwujudnya Tertib adminstrasi dan manajemen keuangan, aset, perencanaan dan evaluasi.

Keselarasan Tujuan dan Sasaran pembangunan kesehatan yang telah

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun

2014-2019 tertuang pada tabel berikut.

(11)

Tabel 3.3

Keselarasan Pokok –Pokok Tujuan dan Sasaran Pemerintah Pusat, Dinas Kesehatan Provinsi Jatim Dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya

Pemerintah Pusat

2014-2019

Dinkes Kota 2016-2021

Dinkes Prov. Jatim 2014-2019 Pokok Tujuan :

- Meningkatkan status kesehatan masyarakat - Meningkatkan daya tanggap

dan perlindungan masyarakat bidang kesehatan

Pokok Sasaran :

- Meningkatnya kesehatan masyarakat, pengendalian penyakit, akses dan mutu pelayanan kesehatan - Meningkatnya tata kelola ,

kompetensi dan sistem informasi kesehatan

Tujuan :

- Meningkatkan derajat kesehatan Sasaran :

- Meningkatnya pelayanan kesehatan khususnya bagi warga miskin

- Meningkatnya kesehatan

masyarakat terutama ibu dan anak - Meningkatnya mutu puskesmas

dan akses pelayanan kesehatan di puskesmas

- Meningkatnya keamanan pangan olahan di masyarakat

Pokok Tujuan : - Meningkatkan

kemandirian masyarakat untuk hidup sehat - Optimalisasi upaya

kesehatan,

penanggulangan masalah kesehatan

- Optimalisasi ketersediaan Sumber Daya Kesehatan - Optimalisasi manakemen

kesehatan Pokok Sasaran :

- Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau

- Terwujudnya tata kelola dan tertib administrasi serta manjemen keuangan

Berdasarkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang tertuang dalam Renstra Kementerian Kesehatan RI, maka hasil telaahan terhadap beberapa permasalahan dibidang kesehatan maka beberapa faktor penghambat dan pendorong bidang kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.4

Permasalahan Pelayanan Dinas Kesehatan Kota Surabaya berdasarkan Sasaran Renstra K/L beserta Faktor Penghambat dan Pendorong

Keberhasilan Penanganannya

No

Sasaran Jangka Menengah Renstra K/L

Permasalahan Sebagai Faktor

Pelayanan SKPD

Kota Pendorong Penghambat

1 Meningkatnya status kesehatan dan Gizi Masyarakat

Pendampingan 1000 Hari pertama kehidupan perlu digalakkan dalam rangka Penurunan angka kematian ibu dan bayi.

1. Adanya dukungan anggaran baik APBD maupun APBN

2. Adanya koordinasi yang baik antar sektor melalui Satuan Tugas

Penurunan Kematian Ibu dan Bayi (Satgas Penakib) Kota Surabaya 3. Adanya Kader disetiap

Posyandu

1. Belum semua sasaran tercover di Posyandu 2. Adanya sasaran tidak

mampu dan tidak memiliki jaminan kesehatan serta KTP Non Surabaya yang

berdomisili di Surabaya

Status gizi bayi dan

gizi balita, serta ibu hamil dan ibu

1. Adanya regulasi yang mendukung program perbaikan gizi

Mobilitas penduduk yang cukup tinggi sehingga intervensi yang diberikan

(12)

No

Sasaran Jangka Menengah Renstra K/L

Permasalahan Sebagai Faktor

Pelayanan SKPD

Kota Pendorong Penghambat

menyusui dengan

Kurang Energi Kalori (KEK) masih perlu di tingkatkan dan dipantau

2. Peran lintas program/

lintas sektor/ institusi pendidikan/ LSM yang mendukung program Peningkatan Dan Perbaikan Gizi Masyarakat

tidak dapat berjalan secara optimal

2 Meningkatnya Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular

Prevalensi penyakit menular langsung masih perlu diturunkan

Koordinasi yang baik antar faskes dan Perangkat daerah lain sehingga mempermudah pencegahan dan penanganan penyakit menular dan tidak menular, jiwa dan penyalahgunaan napza

Pelaporan dari fasilitas Pelayanan Kesehatan yang belum tepat waktu

Prevalensi penyakit

menular berbasis binatang masih perlu diturunkan

Dukungan dari masyarakat dalam kegiatan

pencegahan dan penanganan penyakit menular dan pembinaan terpadu penyakit tidak menular

Adanya masyarakat yang masih belum melaksanakan kegiatan PSN;

Insiden penyakit

tidak menular masih perlu diturunkan

Adanya anggaran untuk pelaksaan kegiatan pencegahan dan penanganan penyakit menular dan penyakit tidak menular

Kurangnya partisipasi Kader dalam melaksanakan deteksi dini penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa serta napza.

Pelayanan

kesehatan jiwa dan NAPZA masih perlu dioptimalkan

Berjalannya sistem penatalaksanaan penyakit menular sehingga penanganan dapat dilaksanakan pada waktu yang tepat

Adanya masyarakat yang belum melaksanakan pembinaan terpadu;

Cakupan Kawasan

Tanpa Rokok masih perlu ditingkatkan

Terbitnya juknis metode melakukan deteksi dini penyakit tidak menular, kesehatan jiwa dan napza

Masih ada sarana kesehatan yang belum memahami tentang pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan program kesehatan Surveilans dan Imunisasi

Dukungan lintas sektor

dan lintas program dalam pelaksanaan kegiatan, pencatatan dan pelaporan program Surveilans dan Imunisasi

3 Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan

Perlunya Akreditasi Puskesmas serta pemantauan implementasinya secara berkala

1. Perencanaan dan strategi pelaksanaan pelayanan cukup baik

1. Pemahaman Puskesmas terkait Akreditasi yang belum seragam antar Puskesmas

2. Dukungan Dana Alokasi

Khusus Bidang Kesehatan.

2. Pelaporan kegiatan dari puskesmas dan Labkesda yang belum tepat waktu

(13)

No

Sasaran Jangka Menengah Renstra K/L

Permasalahan Sebagai Faktor

Pelayanan SKPD

Kota Pendorong Penghambat

3. Dukungan sumber daya

kesehatan di Puskesmas dan Labkesda dalam pelaksanaan kegiatan Akreditasi.

3. Beberapa petugas tim pendamping FKRTL (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut) tidak ada ditempat

4. Antusiasme masyarakat

terhadap inovasi pelayanan

4. Masih kurangnya tenaga SDM Kesehatan yang dibutuhkan untuk menunjang proses pelaksanaan kegiatan TGC

5. Koordinasi yang baik

antar Tim pembinaan dan pengawasan sarana kesehatan

5. Belum semua tim TGC di tujuh posko dilengkapi dengan alat komunikasi;

6. Respon yang baik dari

sarana kesehatan terhadap pembinaan

7. Terbentuknya 7 posko

TGC kesehatan, sehingga respon time lebih cepat;

8. Meningkatnya skill

SDM TGC dalam penanggulangan kasus dan bencana

Sarana prasarana

sesuai standart perlu dioptimalkan

1. Dukungan angggaran yang cukup baik APBD, APBN maupun dana kapitasi JKN

1. Ketersediaan barang kebutuhan sarana prasarana tidak selalu ada

2. Tingginya kesadaran

masyarakat

memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan, sehingga sakit maupun sehat meningkat.

2. Kesulitan adaptasi pada pelayanan dalam pengembangan aplikasi

4 Meningkatnya Perlindungan Finansial, Ketersediaan, Penyebaran dan Mutu Obat Serta Sumber Daya Kesehatan

Kepemilikan jaminan pelayanan kesehatan masih perlu dioptimalkan

1. Koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam

pelaksanaan program JKN berjalan baik;

1. Sinkronisasi NIK pada data PBI dengan Dispendukcapil membutuhkan waktu lama;

2. Telah dibangun sistem

untuk mempermudah pendaftaran BPJS PBI melalui aplikasi Epemutakhiran data

2. Tidak semua kelurahan menginput / mengirimkan data calon PBI melalui aplikasi E pemutakhiran data

Penyediaan

kebutuhan obat dan perbekalan

kesehatan di Puskesmas dan RSUD perlu dioptimalkan

1. Adanya anggaran yang mendukung pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

1. Informasi ketersediaan obat oleh penyedia yang tidak pasti;

2. Adanya aplikasi Simbok 2. Ketersediaan obat di

distributor terbatas

3. Ketepatan dalam

pengisian aplikasi Simbok

(14)

No

Sasaran Jangka Menengah Renstra K/L

Permasalahan Sebagai Faktor

Pelayanan SKPD

Kota Pendorong Penghambat

Alat kesehatan

sesuai standar perlu dioptimalkan

1. Tersedia alat kesehatan pada eKatalog

1. Sulitnya berkoordinasi dengan penyedia dalam Pemenuhan administrasi pengadaan alat kesehatan

2. Sarana kesehatan aktif

dalam memenuhi peraturan perizinan

2. Beberapa sarana kesehatan yang mengajukan ijin tidak dapat memenuhi kelengkapan berkas permohonan

3. Adanya regulasi dari

pusat sebagai pedoman analisa pengembangan sarana dan prasarana kesehatan

Sertifikasi dan

akreditasi SDM masih perlu dioptimalkan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

1. Tersusunnya

perencanaan kegiatan peningkatan kapasitas SDM Kesehatan

Pemohon Ijin pada perijinan SDM Kesehatan banyak yang masih belum mengetahui Prosedur Perijinan melalui Surabaya Single Window

2. Adanya Surabaya

Single Window sebagai aplikasi untuk perijinan SDM Kesehatan

3. Sarana kesehatan aktif

dalam memenuhi peraturan perizinan

Berdasarkan pada visi, misi, tujuan dan sasaran yang tertuang dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2014-2019, maka telaahan terkait permasalahan pelayanan kesehatan di Kota Surabaya beserta faktor penghambat dan faktor pendorong dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.5

Permasalahan Pelayanan SKPD Kota Berdasarkan Sasaran Renstra SKPD Provinsi beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan

No

Sasaran Jangka Menengah Renstra Dinkes

Provinsi

Permasalahan Sebagai Faktor

Pelayanan SKPD Kota Pendorong Penghambat 1 Masyarakat yang

mandiri dan hidup sehat

Promosi kesehatan dan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) masih perlu dioptimalkan

1. Adanya regulasi sbg dasar pelaksanaan kegiatan

1. Kesulitan dalam regenerasi kader;

2. Tersedianya anggaran

baik APBD maupun Dana Kapitasi JKN

2. Masih ada Balita yang belum memiliki NIK

(15)

No

Sasaran Jangka Menengah Renstra Dinkes

Provinsi

Permasalahan Sebagai Faktor

Pelayanan SKPD Kota Pendorong Penghambat

3. Adanya aplikasi

dinkes. surabaya.

go.id/ jkn untuk mempermudah proses administrasi dari Puskesmas

3. Kemampuan tenaga promkes dlm menyusun media promosi kesehatan masih kurang

4. Peran serta

masyarakat dalam kegiatan Posyandu sangat baik;

5. Tersedianya kader di

masing-masing Posyandu;

2 Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat

Pendampingan 1000 Hari pertama kehidupan perlu digalakkan dalam rangka Penurunan angka kematian ibu dan bayi.

1. Adanya dukungan anggaran baik APBD maupun APBN

1. Belum semua sasaran tercover di Posyandu

2. Adanya koordinasi

yang baik antar sektor melalui Satuan Tugas Penurunan Kematian Ibu dan Bayi (Satgas Penakib) Kota Surabaya

2. Adanya sasaran tidak mampu dan tidak memiliki jaminan kesehatan serta KTP Non Surabaya yang berdomisili di Surabaya

3. Adanya Kader

disetiap Posyandu;

Perlunya Akreditasi

Puskesmas serta pemantauan

implementasinya secara berkala

1. Perencanaan dan strategi pelaksanaan pelayanan cukup baik;

1. Pemahaman Puskesmas terkait Akreditasi yang belum seragam antar Puskesmas

2. Dukungan Dana

Alokasi Khusus Bidang Kesehatan.

2. Pelaporan kegiatan dari puskesmas dan Labkesda yang belum tepat waktu

3. Dukungan sumber

daya kesehatan di Puskesmas dan Labkesda dalam pelaksanaan kegiatan Akreditasi.

3. Beberapa petugas tim pendamping FKRTL (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut) tidak ada ditempat

4. Antusiasme

masyarakat terhadap inovasi pelayanan

4. Masih kurangnya tenaga SDM Kesehatan yang dibutuhkan untuk menunjang proses pelaksanaan kegiatan TGC

5. Koordinasi yang baik

antar Tim pembinaan dan pengawasan sarana kesehatan

5. Belum semua tim TGC di tujuh posko dilengkapi dengan alat komunikasi;

(16)

No

Sasaran Jangka Menengah Renstra Dinkes

Provinsi

Permasalahan Sebagai Faktor

Pelayanan SKPD Kota Pendorong Penghambat

6. Respon yang baik

dari sarana kesehatan terhadap pembinaan

7. Terbentuknya 7

posko TGC kesehatan, sehingga respon time lebih cepat;

8. Meningkatnya skill

SDM TGC dalam penanggulangan kasus dan bencana

Sarana prasarana sesuai

standart perlu dioptimalkan

1. Dukungan angggaran yang cukup baik APBD, APBN maupun dana kapitasi JKN

1. Ketersediaan barang kebutuhan sarana prasarana tidak selalu ada

2. Tingginya kesadaran

masyarakat

memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan, sehingga sakit maupun sehat meningkat

2. Kesulitan adaptasi pada pelayanan dalam pengembangan aplikasi

3 Meningkatnya upaya

penanggulangan masalah gizi yang optimal

Status gizi bayi dan gizi balita, serta ibu hamil dan ibu menyusui dengan Kurang Energi Kalori (KEK) masih perlu di tingkatkan dan dipantau

1. Adanya regulasi yang mendukung program perbaikan gizi

Mobilitas penduduk yang cukup tinggi sehingga intervensi yang diberikan tidak dapat berjalan secara optimal

2. peran lintas program/

lintas sektor/ institusi pendidikan/ LSM yang mendukung program Peningkatan Dan Perbaikan Gizi Masyarakat 4 Meningkatnya

upaya pengendalian penyakit dan masalah

kesehatan akibat bencana

Prevalensi penyakit menular langsung masih perlu diturunkan

Koordinasi yang baik antar faskes dan Perangkat daerah lain sehingga mempermudah pencegahan dan

penanganan penyakit menular dan tidak menular, jiwa dan penyalahgunaan napza

Pelaporan dari fasilitas Pelayanan Kesehatan yang belum tepat waktu

Prevalensi penyakit

menular berbasis binatang masih perlu diturunkan

Dukungan dari masyarakat dalam kegiatan pencegahan dan penanganan penyakit menular dan pembinaan terpadu penyakit tidak menular

Adanya masyarakat yang masih belum melaksanakan kegiatan PSN;

(17)

No

Sasaran Jangka Menengah Renstra Dinkes

Provinsi

Permasalahan Sebagai Faktor

Pelayanan SKPD Kota Pendorong Penghambat

Insiden penyakit tidak

menular masih perlu diturunkan

Adanya anggaran untuk pelaksaan kegiatan pencegahan dan penanganan penyakit menular dan penyakit tidak menular

Kurangnya partisipasi Kader dalam

melaksanakan deteksi dini penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa serta napza.

Pelayanan kesehatan jiwa

dan NAPZA masih perlu dioptimalkan

Berjalannya sistem penatalaksanaan penyakit menular sehingga penanganan dapat dilaksanakan pada waktu yang tepat

Adanya masyarakat yang belum

melaksanakan pembinaan terpadu;

Cakupan Kawasan Tanpa

Rokok masih perlu ditingkatkan

1. Terbitnya juknis metode melakukan deteksi dini penyakit tidak menular, kesehatan jiwa dan napza

Masih ada sarana kesehatan yang belum memahami tentang pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan program kesehatan Surveilans dan Imunisasi

2. Dukungan lintas

sektor dan lintas program dalam pelaksanaan kegiatan, pencatatan dan pelaporan program Surveilans dan Imunisasi 5 Meningkatnya

akses pada lingkungan yang sehat

Promosi kesehatan dan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) masih perlu dioptimalkan

1. Adanya regulasi sbg dasar pelaksanaan kegiatan

Kesulitan dalam regenerasi kader lingkungan

2. Tersedianya anggaran

baik APBD maupun Dana Kapitasi JKN

3. Adanya peran aktif

dari petugas sanitasi puskesmas dalam pelaksanaan upaya penyehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga

6 Meningkatnya sediaan farmasi, alkes dan makanan bermutu, bermanfaat dan aman

Penyediaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas dan RSUD perlu dioptimalkan

1. Adanya anggaran yang mendukung pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

1. Informasi ketersediaan obat oleh penyedia yang tidak pasti;

2. Adanya aplikasi

Simbok

2. Ketersediaan obat di distributor terbatas

3. Ketepatan dalam

pengisian aplikasi Simbok

(18)

No

Sasaran Jangka Menengah Renstra Dinkes

Provinsi

Permasalahan Sebagai Faktor

Pelayanan SKPD Kota Pendorong Penghambat

Alat kesehatan sesuai

standar perlu dioptimalkan

1. Tersedia alat kesehatan pada eKatalog

1. Sulitnya

berkoordinasi dg penyedia dalam Pemenuhan administrasi pengadaan alat kesehatan

2. Sarana kesehatan

aktif dalam

memenuhi peraturan perizinan

2. Beberapa sarana kesehatan yang mengajukan ijin tidak dapat memenuhi

kelengkapan berkas permohonan

3. Adanya regulasi dari

pusat sebagai pedoman analisa pengembangan sarana dan prasarana

kesehatan

Keamanan pangan olahan

perlu pengawasan

1. Kerjasama yang baik antara Puskesmas, BBLK dan Labkesda dalam proses uji sampel

1. Kerja sama lintas sektor dalam pengawasan

makanan olahan dan siap saji perlu dioptimalkan;

2. Penjadwalan petugas

pengambil sampel di Puskesmas berjalan baik

2. Padatnya Jadwal pelaksanaan kegiatan di Puskesmas;

3. Laboratorium

Kesehatan Dinas Kesehatan telah terakreditasi shg memiliki kompetensi melakukan

pemeriksaan sample sesuai parameter

3. Pelaksanaan tupoksi dan tanggungjawab anggota Tim Pembinaan

Pengawasan Pangan Kota Surabaya belum optimal utamanya dalam koordinasi pelaksanaan inspeksi/sidak terhadap keamanan pangan

4. Terdapat sarana

berupa laboratorium dan tenaga pelaksana di setiap Puskesmas

(19)

No

Sasaran Jangka Menengah Renstra Dinkes

Provinsi

Permasalahan Sebagai Faktor

Pelayanan SKPD Kota Pendorong Penghambat 7 Terwujudnya

sumberdaya kesehatan yang memadai, proporsional dan profrsional

Sertifikasi dan akreditasi SDM masih perlu dioptimalkan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

1. Tersusunnya

perencanaan kegiatan peningkatan kapasitas SDM Kesehatan

Pemohon Ijin pada perijinan SDM

Kesehatan banyak yang masih belum

mengetahui Prosedur Perijinan melalui Surabaya Single Window

2. Adanya Surabaya

Single Window sebagai aplikasi untuk perijinan SDM Kesehatan

3. Sarana kesehatan

aktif dalam

memenuhi peraturan perizinan

8 Meningkatnya pembiayaan kesehatan

Kepemilikan jaminan pelayanan kesehatan masih perlu dioptimalkan

1. Koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam

pelaksanaan program JKN berjalan baik;

I.4 Sinkronisasi NIK pada data PBI dengan

Dispendukcapil membutuhkan waktu lama;

2. Telah dibangun

sistem untuk mempermudah pendaftaran BPJS PBI melalui aplikasi e pemutakhiran data

II.4 Tidak semua kelurahan menginput / mengirimkan data calon PBI melalui aplikasi E

pemutakhiran data

III.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Dalam rangka mewujudkan pembangunan Kota Surabaya yang

berkelanjutan, ditetapkan arahan penataan ruang wilayah secara berdayaguna,

berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan. Dimana tata ruang adalah

wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat

permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai

pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarki memiliki

hubungan fungsional. Sedangkan Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang

dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan

peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

(20)

Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disebut RTRW adalah hasil perencanaan tata ruang pada wilayah yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif.

Letak Geografis Kota Surabaya berada antara 112

0

36’’ dan 112

0

54’’ Bujur Timur serta antara 07

0

12’’ garis Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Surabaya 326,37 km

2

terdiri dari 31 kecamatan dan 154 kelurahan. Kota Surabaya terletak di daerah yang strategis sehingga dapat dengan mudah dijangkau melalui jalur darat, udara dan laut. Surabaya dibatasi oleh wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Selat Madura b. Sebelah Timur : Selat Madura c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo d. Sebelah Barat : Kabupaten Gresik

Dalam skala Nasional, Surabaya merupakan pusat pembangunan di wilayah Indonesia Timur. Surabaya merupakan pintu gerbang untuk masuk ke Indonesia Timur sehingga sangat berpengaruh terhadap pembangunan di Indonesia Timur.

Secara regional, Surabaya merupakan ibukota dan pusat jasa dan perdagangan di wilayah Jawa Timur.

Pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya, Kebijakan dan strategi perencanaan ruang wilayah kedepan meliputi :

1) Kebijakan dan strategi struktur ruang wilayah kota 2) Kebijakan dan strategi pola ruang wilayah kota

Kebijakan dan strategi pola ruang wilayah kota Surabaya meliputi : a) Kebijakan dan strategi pemantapan kawasan lindung

b) Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya

Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya, dilaksanakan dengan meningkatkan fungsi setiap kawasan di kota Surabaya yang meliputi:

kawasan perumahan; kawasan perdagangan dan jasa; kawasan perkantoran; kawasan industri; kawasan pariwisata; kawasan ruang terbuka hijau; kawasan ruang evakuasi bencana; kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal dan kawasan peruntukan lainnya; dan kawasan budidaya wilayah laut.

Terkait pengembangan fasilitas kesehatan pada Peraturan Daerah 12 tahun

2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya Tahun 2014-2034, pasal

(21)

16, Ayat (9), huruf b, menyatakan bahwa Strategi pengembangan kawasan peruntukan lainnya salah satunya dilakukan dengan mengembangkan fasilitas kesehatan yang berhirarki serta peningkatan pelayanan fasilitas kesehatan yang memenuhi standar pelayanan.

Layanan kesehatan yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Kota Surabaya memperhatikan peningkatan fungsi kawasan, utamanya pada pemukiman penduduk dimana layanan kesehatan tersebut dibutuhkan. Dalam rangka pengembangan layanan kesehatan yang berkualitas, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu :

1) Kondisi lingkungan, baik fisik maupun sosial

2) Prilaku masyarakat, meliputi kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan, sosial ekonomi, perilaku lain

3) Pelayanan kesehatan, meliputi ketersediaan dan kualitas

4) Keturunan, meliputi faktor yang sudah ada pada individu-individu di masyarakat yang dibawa sejak lahir dan menurun.

Pengembangan layanan kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh pada derajat kesehatan tersebut, contohnya :

1) Faktor lingkungan fisik, misalnya dengan memperhatikan resiko pencemaran lingkungan di kawasan industri Surabaya Timur dan Surabaya Utara. Selain itu juga memperhatikan faktor lingkungan sosial dengan resiko permasalahan kesehatan masyarakat urban di kawasan perdagangan Surabaya Pusat.

2) Faktor perilaku yang dipengaruhi tingkat pendidikan dan sosial ekonomi, misalnya dengan memperhatikan rendahnya kesadaran ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di kawasan penduduk musiman pada daerah Surabaya Utara;

3) Faktor pelayanan kesehatan misalnya terkait ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan di Surabaya Barat.

Berdasarkan pada Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah dan

Kajian Lingkungan Hidup Strategis, maka telaahan terkait permasalahan pelayanan

kesehatan di kota Surabaya beserta faktor penghambat dan faktor pendorong dapat

dilihat pada tabel berikut.

(22)

Tabel 3.6

Permasalahan Pelayanan SKPD Kota Berdasarkan Tata Ruang Wilayah dan KLHS Beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya

No Hasil KLHS dan RTRW dengan Tupoksi Dinas

Permasalahan Sebagai Faktor

Pelayanan SKPD Pendorong Penghambat

1 Pemenuhan sarana prasarana untuk pembangunan gedung pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

Adanya gedung pelayanan kesehatan dasar yang belum sesuai standar

Adanya regulasi dari pusat terkait

pembangunan gedung pelayanan kesehatan dasar

Keterbatasan lahan tempat pembangunan gedung pelayanan dasar

2 Pemenuhan sarana prasarana pelayanan kesehatan pada kawasan resiko bencana misal banjir, kebakaran

Optimalisasi inovasi pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan resiko bencana

Adanya inovasi siaga bencana yang terintegrasi pada Command Center 112

Masih Perlunya peningkatan kompetensi dan ketrampilan tenaga Tim Gerak Cepat bidang Kesehatan 3 Peningkatan sarana

pembuangan air limbah

Tidak semua sarana pelayanan kesehatan mempunyai sarana pembuanagan air limbah

Komitmen yang tinggi dari sarana pelayanan kesehatan untuk meningkatkan mutu upaya kesehatan

Kurangnya

kompetensi sumber daya tenaga

pengelola air limbah

4 Peningkatan sarana air bersih dan jamban keluarga

Masih adanya perilaku masyarakat yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

Tersedianya dukungan anggaran dan komitmen dalam program stop BABS

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 5 Pemantauan dan

pengamatan terhadap perkembangan penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dengan

iklim/cuaca

Masih adanya kasus penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dengan iklim/cuaca misal : Diare, DBD, ISPA dll

Komitmen yang tinggi untuk meningkatkan mutu upaya kesehatan

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Dengan adanya telaahan berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Tata

Wilayah (RTRW) dan kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) maka perlu

mempertimbangkan rencana tata ruang wilayah kota Surabaya dalam pengembangan

pelayanan kesehatan selanjutnya agardapat berdayaguna, berhasilguna, serasi,

selaras, seimbang, dan berkelanjutan demi terciptanya derajat kesehatan masyarakat

kota Surabaya yang optimal.

(23)

III.5 Penentuan Isu-isu Strategis

Pada penentuan isu strategis dilakukan review kembali atas faktor-faktor dari pelayanan perangkat daerah yang mempengarui permasalahan pelayanan perangkat daerah ditinjau dari :

1. Gambaran pelayanan Perangkat Daerah 2. Sasaran Jangka menengah pada Renstra K/L

3. Sasaran Jangka Menengah dari Renstra Perangkat Daerah Provinsi;

4. Implikasi RTRW bagi pelayanan Perangkat Daerah; dan 5. Implikasi KLHS bagi pelayanan Perangkat Daerah.

Dalam menentukan isu-isu strategis pada Perubahan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2016-2021 telah dilakukan beberapa tahapan antara lain :

a. Melakukan forum diskusi (Foccussed Group Discussion/FGD) untuk menentukan permasalahan atau alternatif permasalahan yang dihadapi yang merupakan fator internal (kekuatan dan kelemahan SKPD) dan eksternal (peluang dan ancaman/tantangan SKPD);

b. Menentukan skor dari kriteria atau alternatif permasalahan yang telah ditentukan;

c. Melakukan penilaian alternatif permasalahan; dan

d. Menghitung rata-rata skor atau bobot setiap permasalahan sehingga akan didapat bobot atau nilai yang paling tinggi itu yang dijadikan sebagi isu strategis.

Dari hasil analisis yang dilakukan, maka penentuan isu-isu strategi Dinas Kesehatan Kota Surabaya sebagai berikut :

1. Dukungan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan upaya-upaya pada kegiatan dalam rangka pengembangan program kesehatan.

2. Dukungan, koordinasi dan partisipasi lintas sektor, lintas program dan kader dalam setiap upaya kesehatan.

3. Kebijakan dari Pemerintah Kota Surabaya beserta adanya regulasi sebagai payung hukum yang mendukung berbagai program kesehatan.

4. Mobilitas penduduk yang tinggi perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan

program kesehatan.

(24)

5. Kesadaran beberapa masyarakat yang masih kurang dalam melaksanakan program kesehatan.

6. Perlunya peningkatan kapasitas tenaga kesehatan untuk perbaikan pelayanan.

Berikut ini penjelasan dari isu strategis Dinas Kesehatan Kota Surabaya :

1. Adanya dukungan sumber daya untuk melaksanakan upaya-upaya pada kegiatan dalam rangka pengembangan program kesehatan.

Isu strategis “Adanya dukungan sumber daya untuk melaksanakan upaya- upaya pada kegiatan dalam rangka pengembangan program kesehatan”

diantaranya meliputi sumber daya manusia, keuangan, metode, sarana prasarana, alat kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan serta sistem Informasi. Diperlukan manajemen pengelolaan sumberdaya yang baik agar dapat menjadi faktor masukan dalam proses pelaksanaan program dan kegiatan kesehatan.

2. Adanya dukungan, koordinasi dan partisipasi lintas sektor, lintas program dan kader dalam setiap upaya kesehatan.

Peran dari lintas program, lintas sektor, kader dan masyarakat terhadap pelaksanaan program kesehatan adalah sangat penting. Beberapa upaya dilaksanakan dalam pembangunan berwawasan kesehatan, yang diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan pada program-program yang bertujuan meningkatkan dukungan, koordinasi, partisipasi seluruh sektor termasuk kader pada pembangunan kesehatan.

3. Kebijakan dari Pemerintah Kota Surabaya beserta adanya regulasi sebagai payung hukum yang mendukung berbagai program kesehatan.

Kebijakan Pemerintah Kota Surabaya yang sangat mendukung pelaksanaan

Program Kesehatan. Kebijakan ini diperkuat dengan diterbitkannya regulasi

yang menjadi dasar hukum pelaksanaan kegiatan. Kebijakan yang dirasakan

paling memberikan dukungan terhadap pembangunan kesehatan adalah

pemberian bantuan iuran Jaminan Kesehatan bagi warga kota Surabaya

khususnya warga miskin agar dapat mengakses pelayanan kesehatan, dalam

rangka mencapai jaminan kesehatan semesta (Universal Coverage).

(25)

4. Mobilitas penduduk yang tinggi perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan program kesehatan.

Tingginya urbanisasi dari penduduk luar kota Surabaya yang masuk kota Surabaya serta perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain dalam kota Surabaya menjadi masalah yang cukup serius dalam pelaksanaan program kesehatan. Pencegahan dan penanggulangan penyakit khususnya penyakit-penyakit menular. Pencegahan penyakit berbasis lingkungan sulit dilaksanakan karena munculnya pemukiman padat dan kumuh yang menjadi sumber masalah kesehatan lingkungan. Pemantauan hasil intervensi kesehatan sangat sulit dilakukan dengan berpindah-pindahnya sasaran, misalnya intervensi pada peningkatan perbaikan gizi dan pelayanan kesehatan keluarga.

5. Kesadaran beberapa masyarakat yang masih kurang dalam melaksanakan program kesehatan.

Kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat masih perlu digalakkan. Peningkatan kesadaran masyarakat tersebut dicapai melalui program yang mendukung peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, program yang ditujukan untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit serta program pelayanan kesehatan khususnya pada kelompok rentan seperti Ibu, bayi, balita dan lansia. Upaya utama pada program-program tersebut adalah upaya promotif dan preventif. Upaya Promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Sedangkan Upaya Preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.

6. Perlunya peningkatan kapasitas tenaga kesehatan untuk perbaikan pelayanan.

Keberhasilan pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun

rehabilitatif sangat dipengaruhi oleh kualitas tenaga kesehatan pemberi

pelayanan baik prilaku, ilmu pengetahuan dan ketrampilannya. Untuk itu

perlu secara terus menerus dilaksanakan peningkatan kapasitas tenaga

kesehatan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang

kesehatan dan ilmu lain yang menunjang dalam pemberian pelayanan.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan faktor penghambat yang menimbulkan permasalahan dalam pencapaian kinerja pelayanan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pangkalpinang dan faktor–faktor

Berdasarkan isu strategis dan kebijakan strategis pada bab sebelumnya (BAB II) yang dijabarkan menjadi sasaran pengembangan pada BAB III, dan arah kebijakan dan strategi

Hal ini dapat dilihat pada sasaran pelaksanaan Renstra Disdukcapil Kabupaten Pati Tahun 2017-2022 yaitu meningkatnya pelayanan administrasi kependudukan dan pencatatan

Rencana Strategis Dinas PUPR Tahun 2016 – 2021 43 | P a g e Menyelenggarakan pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur

Renstra yang digunakan sebagai rujukan dalam penyusunan dokumen Renstra Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2016-2021 ini adalah Renstra

Aspek penataan ruang dan wilayah dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 12 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya Tahun 2014-2034 yang berhubungan dengan

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Surabaya tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi, permasalahan

Sesuai hasil identifikasi Faktor penghambat dan pendorong serta berdasarkan identifikasi permasalahan pelayanan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surabaya dapat