IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DI SEKOLAH PENGGERAK
(EVALUASI DAN REKOMENDASI)
Satriwan Salim, S.Pd., M.Si
Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G)
Disampaikan dalam RDPU Panja Kurikulum Merdeka, Komisi X DPR RI
Jakarta, Senin 11 April 2022
GURU & PERUBAHAN KURIKULUM:
1) Perubahan Kurikulum sesuatu yang wajar, bahkan menjadi kebutuhan
2) Sejauh ini guru terdorong mengikuti (curiosity) diseminasi/pelatihan implementasi kurikulum merdeka (hal yang sama pernah terjadi juga saat implementasi Kurikulum 2013 dimulai)
3) Secanggih apapun kurikulumnya, guru adalah faktor kunci suksesnya implementasi
4) Kurikulum Merdeka adalah kelanjutan dari Kur 2013, konteksnya tentu perbaikan atau penyempurnaan, sebab setiap kurikulum punya waktu pakainya sendiri. Sehingga narasi yang hanya mengunggulkan satu kurikulum, merendahkan kurikulum lain (sebelumnya) merupakan tindakan yang tidak bijak
5) Semangat fleksibilitas, penyederhanaan, dan otonomi guru (sekolah) yang diusung Kur Merdeka jangan sekedar manis di regulasi, sukar dalam implementasi
6) Perubahan kurikulum mesti dibarengi perubahan pengelolaan pelatihan guru: pelatihan efektif, berkualitas, inklusif, dan representatif secara geografis & demografis wajib dilakukan
7) BSKAP Kemdikbudristek pernah beberapa kali mengundang organisasi guru, asosiasi guru mata pelajaran, dan stakeholders lainnya, untuk meminta masukan perbaikan (implementasi) Kur Merdeka 8) Perubahan mindset guru menjadi pekerjaan rumah yang tak mudah dilakukan
9) Perubahan kurikulum seharusnya tidak sedikitpun merugikan anak (peserta didik) dan guru
A. Evaluasi 2 Semester Sekolah Penggerak
1) Secara esensial perubahan implementasi Kurikulum sejak pandemi tahun 2020: Kurikulum Darurat (Kurikulum yang disederhanakan) dan Kurikulum Mandiri (keduanya masih bagian dari Kurikulum 2013) 2) 2.500 sekolah melaksanakan Kurikulum Prototipe yang disebut Program Sekolah Penggerak (PSP)
berdasarkan: Kepmendikbud Nomor 1177 Tahun 2020 yang direvisi kemudian menjadi Keputusan Mendikbudristek Nomor 162 Tahun 2021 tentang Program Sekolah Penggerak
3) Kemudian lahir Kepmendikbudristek Nomor 56 Tahun 2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran (Kurikulum Merdeka termuat di dalamnya)
4) Awal tahun ajaran 2021/2022 guru-guru yang sekolahnya sudah ditetapkan sebagai Sekolah Penggerak mengikuti In Hause Training 10 hari online: Terburu-buru, Buku belum tersedia, Perangkat Ajar belum tersedia tetapi pembelajaran sudah dimulai, Kompetensi pelatih/fasilitator yang minim, dan skema pelatihan online (asinkronus + sinkronus) yang belum efektif
5) "Pembelajaran dengan paradigma baru, yang merupakan pembelajaran yang berorientasi pada
penguatan kompetensi dan karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila” (Kepmendikbudristek
tentang Program Sekolah Penggerak) tidak dapat dilakukan hanya dengan modal minimalis IHT
10 hari
6) Persepsi publik (guru dan stakeholders pendidikan) yang terbangun bahwa Sekolah Penggerak adalah bentuk kastanisasi sekolah: Ada perlakuan khusus/istimewa dari Pemerintah seperti: PSP selektif bagi Kepala Sekolah Lulus seleksi, Anggaran mendukung PSP, Pelatihan/pendampingan intensif, “citra” bahwa selain sekolah penggerak adalah sekolah biasa
7) Dalam memanfaatkan platform teknologi, sekolah perlu memiliki: a. akses terhadap listrik; b. akses terhadap internet dengan kapasitas yang cukup untuk mengunduh konten audio-visual; c. perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi; dan d. kemampuan dasar memanfaatkan teknologi , informasi, dan komunikasi. Artinya sekolah yang tak lengkap akses infrastruktur di atas tidak dapat ikut PSP
8) Skema distribusi informasi yang selalu dengan format Link/Tautan, Power Point, PDF, dsj. Sehingga terkesan tidak formal dan hanya mengakomodir guru-guru yang punya akses terhadap gawai pintar dan internet
9) Kekawatiran guru sejarah SMA sebab mata pelajaran tsb berubah drastis. Dalam Kur 2013 ada 2 mata pelajaran Sejarah (wajib dan peminatan), sedangkan dalam Kur Merdeka hanya 1 mata pelajaran Sejarah. Sehingga ada potensi pengurangan guru Sejarah dan jam pelajaran Sejarah di SMA
10) Sebagai produk kebijakan kurikulum, lagi-lagi Buku dan Perangkat Ajar lebih duluan lahir ketimbang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai regulasi pokok pengembangan Kurikulum. 2 regulasi tersebut baru terbit pada 2022 (Permendikbudristek Nomor 5 Tahun 2022 dan Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022), padahal implementasi perubahan kurikulum sudah mulai sejak Juli 2021 di Sekolah Penggerak
10) Sementara itu, hingga hari ini Kemdikbudristek belum mengeluarkan: Permendikbudristek tentang Standar Proses dan Standar Penilaian. Kedua regulasi ini sangat dibutuhkan sebagai pedoman guru dalam proses pembelajaran
11) Pelibatan Dinas Pendidikan, Pengawas Sekolah minim dalam Implementasi Program Sekolah Penggerak dan Kurikulum Merdeka. Polanya adalah Kemdikbudristek › › › › › Guru. Jadi tak heran di daerah, Pengawas Sekolah atau Disdik tidak memahami bagaimana tata kelola PSP termasuk Kurikulum Merdeka
12) 2 jenis skema rencana implementasi Kurikulum Merdeka yang ditentukan Kemdikbudristek mulai 2022 di sekolah, akan berpotensi diskriminatif: 1) Implementasi Kur Merdeka melalui Jalur Program Sekolah Penggerak yang betul-betul didampingi Kemdikbudristek dan 2) Implementasi Kur Merdeka melalui Jalur Mandiri (jalur ke-2 ini tidak mendapatkan pendampingan dari Kemdikbudristek, betul-betul mandiri)
13) Fenomena Dinas Pendidikan daerah berlomba-lomba “memaksa” sekolah di wilayahnya mengimplementasikan Kurikulum Merdeka melalui 2 skema di atas. Artinya, sekolah memilih Kur Merdeka bukan karena kebutuhan peserta didik melainkan karena paksaan birokrasi daerah. Padahal Mendikbudristek menyampaikan Kur Merdeka bersifat opsional
14) Rencana Kemdikbudristek memberlakukan Kur Merdeka di seluruh satuan pendidikan secara nasional pada 2024, kontradiktf dengan pernyataan Mendikbudristek bahwa implementasi Kur Merdeka bersifat opsional bagi satuan pendidikan
15) Pola diseminasi Kur Merdeka saat ini yang dilakukan massif di daerah-daerah melalui MGMP berpotensi mengalami distorsi bahkan gagal paham, sebab: Para guru Komite Pembelajaran (Guru dari Sekolah Penggerak) yang melatih/fasilitator tak semuanya memiliki kompetensi pengembangan kurikulum, apalagi nilai perolehan Postest saat pelatihan Program Sekolah Penggerak mereka rendah
16) Belum ada pola yang ajeg bagaimana disain Mata Pelajaran Lintas Minat dalam struktur kurikulum SMA dibangun.
Alih-alih siswa diberikan kemerdekaan memilih mata pelajaran lintas minat, yang terjadi adalah sekolah membuat paket/menu. Ini rasanya bertolak-belakang dengan semangat Kur Merdeka
17) Saat terima Rapor Siswa Semester 1 di Sekolah Penggerak, format rapor tiap sekolah berbeda, karena dibuat berdasarkan inisiatif mandiri kelompok guru (dari Bali), kemudian diadopsi oleh sekolah penggerak secara nasional.
Inisiatif ini dibuat karena memang belum ada format baku bagaimana rapor sekolah Penggerak dari Kemdikbduristek 18) Kenyataan di lapangan hingga kini, format pilihan lintas minat IPA, IPS, Bahasa, di sekolah, tidak semudah yang
disampaikan Mendikbudristek (sekolah masih “mengakali” bentuknya)
19) Akun pembelajaran terpusat Belajar.id (https://www.belajar.id/) yang didisain Kemdikbudristek, mewajibkan guru, siswa, dan tenaga kependidikan mengisi nama: “Ibu Kandung”. Rasanya tak ada urgensi data ibu kandung, pola ini khawatirnya disalahgunakan
20) Hingga hari ini belum ada kesepahaman bagaimana format kebijakan mata pelajaran dalam struktur kurikulum SMA dengan mekanisme Jalur Masuk SNMPTN di Perguruan Tinggi Negeri (Dirjend Dikti dan LTMPT). Membuat orang tua dan siswa cemas khawatir merugikan mereka sebagai kelinci percobaan perubahan kurikulum
21) Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila sebagai entitas baru dalam Kurikulum (berdasarkan Permendikbudristek Nomor 22 tahun 2020 tentang Renstra Kemdikbud Tahun 2020-2024; Keputusan Kepala BSKAP Nomor 009/H/KR/2022 tentang Dimensi Elemen, dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka bertentangan dengan Perpres Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. PPK memiliki 18 karakter yang dikrsitalisasi menjadi 5 karakter utama, sedangkan PPP berisi 6 dimensi (karakter)
22) Waktu proses pemberlakukan Kur Merdeka secara nasional sampai tahun 2024 (yang hanya 3 tahun) terlalu cepat, dibanding prses pemberlakuan Kur 2013 sampai tahun 2020 (7 tahun)
23) Perangkat Ajar dalam Kur Merdeka hingga kini masih dirasa memberatkan guru secara administratif.
Contoh: Semula MODUL AJAR sebagai “pengganti” RPP Guru, memiliki 22 komponen (dipakai oleh seluruh Sekolah Penggerak), lalu kami protes kepada BSKAP kemudian dikurangi menjadi 16-18 komponen, ini masih saja dirasa menyulitkan guru secara administratif. Akhirnya, saat ini Puskurjar, BSKAP, Kemdikbudristek sudah membuat format MODUL AJAR berisi 3 komponen saja. Perbaikan yang patut diapresiasi. Tapi realitanya, sekolah-sekolah penggerak di daerah masih menggunakan format lama 16-22 komponen. Masih terkendalanya distribusi informasi perubahan kebijakan perangkat ajar kepada guru. Termasuk disain Buku Teks Pelajaran (Buku Elektronik) di Kur Merdeka yang belum ditampilkan sesuai dengan spirit penyederhanaan dan tidak menarik.
24) Persoalan mata pelajaran baru: Pendidikan Pancasila (PP) dalam Kur Merdeka sebagai pengganti mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewaganegaraan (PPKn) dalam Kur 2013. Pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib, dimuat dan diperkuat dengan lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
25) Perubahan nomenklatur mata pelajaran PPKn secara historis pernah (bahkan sering) terjadi, sejak Orde Lama hingga kini. Namun perubahan nomenklatur PPKn menjadi PP kini, tidak didasari pada kajian akademis (Naskah Akademik) sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara filosofis akademik. Saat perubahan nomenklatur mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam Kurikulum 2006 menjadi PPKn dalam Kur 2013, Kemdikbudristek telah membuat argumentasi akademiknya. Diantara yang perlu dijawab dalam Nasmik tersebut: Apakah Pendidikan Kewarganegaraan bagian dari Pendidikan Pancasila? Atau PP bagian dari PKn? Atau mereka adalah 2 disiplin imu yang berbeda namun memiliki kesamaan? Atau keduanya disiplin ilmu yang memang bebrbeda, sehingga sepatutnya menjadi 2 mata pelajaran yang terpisah berdiri sendiri?
26)Isi materi pelajaran PP dalam Kur Merdeka saat ini, relatif sama dengan PPKn dalam Kur 2013. Jika isinya sama lantas mengapa perlu berganti nama? Makanya Naskah Akademik tsb dibutuhkan, untuk menghindari kesan bahwa perubahan mata pelajaran PPKn menjadi PP “politis” belaka, sebab isi materi pelajarannya ya sama saja
Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka
Landasan Hukum
1. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. PP Nomor 4 Tahun 2022 tentang Standar Nasional Pendidikan (Pasal 40 Ayat 2 dan 4)
3. Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 tentang Standar Isi (Pasal 2 Ayat 4)
4. Keputusan Kepala BSKAP Kemdikbudristek Nomor 008/H/KR/2022 tentang Capaian Pembelajaran Pada PAUD, jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka
PP Nomor 4 Tahun 2022 tentang SNP (Pasal 40 ayat 2 dan 4) (2) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:
a. pendidikan agama;
b. pendidikan Pancasila;
c. pendidikan kewarganegaraan;
d. bahasa;
e. matematika;
f. ilmu pengetahuan alam;
g. ilmu pengetahuan sosial;
h. seni dan budaya;
i. pendidikan jasmani dan olahraga;
j. keterampilan/ kejuruan; dan k. muatan lokal
(4) Muatan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (2\
huruf a, huruf b, dan huruf c, dan ayat (3) huruf a dituangkan dalam bentuk mata pelajaran wajib:
a. pendidikan agama;
b. pendidikan Pancasila; dan c. bahasa Indonesia.
Muatan Pembelajaran Pendidikan Pancasila:
1) Pancasila
2) Kewarganegaraan
Ruang Lingkup Materi/Elemen Pendidikan Pancasila:
1. Pancasila
2. UUD NRI Tahun 1945 3. Bhinneka Tunggal Ika 4. NKRI
Substansi dan pengalaman
belajar diorganisasikan berbasis butir nilai-nilai yang diturunkan dari
nilai dasar Pancasila yang
termuat dalam butirPedoman
Penghayatan, dan pengamalan Pancasila (P4)
yang dijabarkan kedalam nilai
praksis pada setiap kelas (I sd
XII)
Substansi dan pengalaman belajar
diseleksi dan diorganisasi berbasis
konten yang dijabarkan kedalam
kompetensi untuk masing-masing klaster
substansi berikut:
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa 2. Norma, hukum
dan peraturan 3. Hak asasi
manusia 4. Kebutuhan
warga negara 5. Konstitusi
Negara 6. Kekuasan dan
Politik 7. Pancasila 8. Globalisasi
Kurikulum secara utuh dikembangkan berbasis esensi fingsi dan tujuan Pendidikan Nasional, yang diturunkan ke dalam SKL. Selanjutnya dikembangkan kompetensi Kompetensi Inti (Spiritual, Sosial, Pengetahuan, dan Keterampilan) dalam konteks sistemik sunstansi dan saling keterkaitan antar substansi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang konsisten dan koheren dengan::
1. Pancasila,sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
2. UUD 1945 sebagai hukum dasar yang menjadi landasan
konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
3. Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam keberagaman yang kohesif dan utuh
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai bentuk final Negara Republik Indonesia
Kurikulum PKn (2006) Kurikulum PPKn (2013) Kurikulum PMP dan PPKn
Kur 1984-1994
Muatan dalam Pendidikan Pancasila (PP) adalah Pancasila dan kewargamegaraan, sedangkan Elemen PP adalah:
1. Pancasila,sebagai dasar negara, ideologi negara, dan pandangan hidup bangsa
2. UUD 1945 sebagai hukum dasar yang menjadi
landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara 3. Bhinneka Tunggal Ika,
sebagai wujud
keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam keberagaman yang kohesif dan utuh
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai bentuk final Negara Republik Indonesia
Kurikulum Pendidikan Pancasila (Kurikulum Merdeka)