• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agama dan Toleransi: Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Agama dan Toleransi: Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

(Volume 2, 2019)

ISBN (Volume Lengkap) 978-623-91749-3-4; ISBN (Volume 2): 978-623-91749-5-8

Agama dan Toleransi:

Toleransi Umat Beragama dalam Menjalin Kerukunan

(Studi Kasus Umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal Ngawi)

M. Hanif Satria Budi

Institut Agama Islam Faqih Asy’ari Kediri, Indonesia Email: hanifsa@iaifa.ac.id

Abstract

Tolerance is an attitude of mutual respect and respect for the beliefs of others in religion. Village Pohkonyal District of Pangkur Regency Ngawi has two religions with the percentage of the population that religion Islam 90% and Christians 10%. This study aims to determine (1) religious tolerance (2 ) Elements of Tolerance, (3) Value basis and foundation of the formation of tolerance among people of religion, (4) Shape tolerance among people of Islam and Christianity in establishing harmony through the activity of religious. This study uses a qualitative methodology with a case study approach. Collection techniques in the form of observation and interviews.

Research results show that religious tolerance is carried out in a tasamuh way. While the element of tolerance it among others provide freedom and independence, recognizes the right of every person, respect the beliefs of people of other, and mutual understanding. Value basis and foundation of the formation of tole warranty religion among others the value of religious, cultural, social, and humanity. While the form of tolerance is tolerance in terms of religious, social, cultural, and humanity. Each religion does with the way of practising religion who have been in the study in each religion. In Islam like 'Pengajian ibu-ibu', 'pengajian bapak-bapak', tahlilan, sholawatan, muslimatan NU. Then the people of Christians among other services mature, meetings weekly, worship the highway special, and worship the feast of the ecclesiastical. Forms of social tolerance between Muslims and Christians in the Pohkonyal activities hamlet consists of mutual, activities august 17, and activities of others

Keywords : tolerance , religious communities , establishing harmony

(2)

Abstrak

Toleransi merupakan sikap saling menghormati dan menghargai kepercayaan orang lain dalam beragama. Desa Pohkonyal Kecamatan Pangkur Kabupaten Ngawi memiliki dua agama dengan persentase penduduk yang beragama Islam 90% dan Kristen 10%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) toleransi beragama (2) Unsur Toleransi, (3) Nilai dasar dan landasan pembentukan toleransi antar umat beragama, (4) Bentuk toleransi antar umat Islam dan Kristen dalam membangun kerukunan melalui masyarakat. aktivitas keagamaan. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulannya berupa observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa toleransi beragama dilakukan dengan cara tasamuh .Sedangkan unsur toleransi itu antara lain memberikan kebebasan dan kemandirian, mengakui hak setiap orang, menghormati kepercayaan orang lain, dan saling pengertian. Nilai dasar dan fondasi pembentukan tole agama garansi antara lain nilai agama, budaya, sosial, dan kemanusiaan ty . Sedangkan bentuk toleransi adalah toleransi dalam hal agama, sosial, budaya, dan humanit y . Masing-masing agama berkaitan dengan cara pengamalan agama yang telah di pelajari di masing-masing agama. Dalam islam seperti ibu pengajian , bapak pengajian, tahlilan, sholawatan, muslimatan NU. Kemudian umat Kristiani antara lain ibadah dewasa, pertemuan mingguan, ibadah di jalan raya khusus, dan ibadah hari raya gerejawi. Bentuk toleransi sosial antara umat Islam dan Nasrani di Dusun Pohkonyal terdiri dari kegiatan gotong royong, kegiatan 17 Agustus , dan kegiatan bersama.

Kata Kunci: Toleransi, kerukunan umat beragama, komunitas beragana

Pendahuluan

Toleransi dalam Islam sering disebut dengan Tasamuh atau berlapang dada., tenggang rasa.Radikalisme atau disebut fundamental Islam, merupakan fenomena yang semakin menghawatirkan di Indonesia dalam beberapa tahun akhir. Hal ini ditandai antara dengan munculnya organisasi-organisasi keagamaan yang sering menggunakan cara-cara kekerasan dalam setiap gerakannya. Pemerintah sebenarnya sudah mengantisipasi organisasi tersebut dengan menonaktikan dan mengilegalkan kegiatan tersebut. Tetapi mereka bagaikan bunglon, yang selalu merubah penampilannya dengan isi yang sama.

(3)

Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk, ditandai dengan banyaknya suku, budaya, ras, etnis, agama, dan adat istiadat. Indonesia bukan Negara ateis, Indonesia adalah Negara beragama yang setiap penduduknya berhak dan wajib memeluk satu agama dari 6 agama yang diakui di Indonesia. Sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 29 ayat (1) dan (2) bahwasanya Negara memberi kebebasan kepada penduduk untuk memilih salah satu agama yang telah ada di Indoensia yaitu agama Islam, Kristen Katolik, Budha, Hindu, Kristen Protestan, dan Konghucu. Hal ini menjadikan kita sebagai masyarakat yang harus saling memiliki rasa toleransi dan hidup rukun dalam beragama.

Toleransi beragama adalah toleransi yang mencakup berbagai masalah keyakinan dalam diri manusia yang berkaitan dengan akidah atau ketuhanan yang diyakininya1. Di Indonesia seseorang harus diberi kebebasan dalam beragama untuk meyakini kepercayaan yang dianutnya. Karena dalam hal keyakinan atau akidah seseorang kita tidak bisa menuntut untuk sama dengan kita. Keyakinan adalah urusan antara hamba dengan Tuhan nya. Tanpa adanya roleransi beragama di masyarakat kehidupan akan menjadi rusak dan tidak harmonis.

Pada masayarakat desa Pohkonyal ini, rasa toleransi sangat tinggi.

Setiap pemeluk agama memiliki hak masing-masing dalam beribadah. Akan tetapi tidak meninggalkan hubungan dengan sesame manusia. Sebenarnya yang menjadikan kehidupan harmonis adalah kesadaran dari masyarakat sendiri akan pentingnya sikap gotong royong, guyub rukun, tepo seliro, dan rendah hati. Berbeda hal nya disebuah perumahan Penambongan yang terletak di daerah perkotaan yang masyarakatnya terdiri dari berbagai macam daerah sehingga menimbulkan masyarakat yang heterogen. Heterogenitas masyarakat perkotaan dicirikan dengan rasa guyub yang berkurang. Mereka

1 Casram, Membangun Sikap Toleransi Beragama Dalam Masyarakat Plural, Wawasan Jurnal Agama dan Sosial Budaya1, 2 (Jui 2016), hal. 188

(4)

lebih berfikir secara rasional dengan kehidupan individualistic dibandingkan masyarakat pedesaan2.

Dari pemaparan di atas seharusnya sikap toleransi itu harus bisa diwujudkan baik di masyarakat pedesaan dan perkotaan. Karena hal ini masih dalam satu bingkai Negara Kesatuan Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945. Dari pemahaman tersebut, perbedaan yang ada dalam kehidupan masyarakat Indoensia sejatinya untuk memenuhi kepentingan bersama agar hidup aman, damai, dan sejahtera3.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang bertujuan untuk menggali informasi secara luas dan mendalam tentang kondisi yang ada lapangan. Penelitian ini lebih berfokus pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat guna menambah kerukunan antar umat beragama. Karena dengan adanya kegiatan di masyarakat maka akan nampak apakah dengan adanya perbedaan keyakinan bisa menambah kerukunan atau justru sebaliknya. Penelitian dilakukan di Desa Pohkonyal Kabupuaten Ngawi Provinsi Jawa Timur, Ngawi bagian paling timur. Di Desa ini ada beberapa masyarakat yang beragama kristen. Mayoritas di Desa tersebut Islam. Penggalian data menggunakan wawancara dengan masyarakat, tokoh Agama, dan Kepala Desa. Diharapkan dengan wawancara ini mendapat data yang sesuai dan akurat.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Toleransi Beragama

Secara etimoligi, kata tasamuh berasal dari bahasa Arab عمس yang artinya berlapang dada, toleransi.4 Menurut Tatapangarsa toleransi dalam

2 Ika Fatmawati Faridah, Toleransi Antarumat Beragama Masyarakat Perumahan, Jurnal Komunitas 5(1) (2013), hal. 15

3 Lely Nisvilyah, Toleransi Antarumat Beragama Dalam Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa (Studi Kasus Umat Islam dan Kristen Dusun Segaran Kecamatan Dlangu Kabupaten Mojokerto), Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 2 Tahun 2013, hal. 383

4 M. Kasir Ibrahim, Kamus Arab Indonesia-Indonesia Arab, ( Surabaya: Apollo Lestari, t.th), hal. 122

(5)

bahasa arabnya adalah Tasamuh. Arti tasamuh ialah bermurah hati dalam pergaulan.5 Tasamuh secara etimologis adalah mentoleransi atau menrima perkara secara ringan. Secara etimologis berarti mentoleransi atau menerima perbedaan dengan ringan hati.6

Secara bahasa toleransi dari bahasa Inggris “Tolerance” yang berati membirakan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat toleran, mendiamkan, membiarkan. Dalam bahasa arab kata toleransi adalah Tasamuh atau lapang dada. Menurut Badawi tasamuh adalah pendirian atau sikap yang termanifestasikan pada kesediaan untuk menerima berbagai pandangan yang pendirian beraneka ragam meskipun tidak sependapat dengannya.7

Sedangkan menurut istilah toleransi adala menghargai, membolehkan, membiarkan pendirian pendapat, pendangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang lain atau yang bertentengan dengan pendiriannya sendiri, misalnya agama, ideologi dan ras.8 Toleransi merupakan sikap menghargai, menghormati, lapang dada yang harus dimilik setiap orang, karena pada dasarnya perbedaan adalah sunatullah yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan di dunia. Perbedaan pandangan harus dijadikan sarana untuk mencapai tujuan bersama dalam bermasyarakat dan bernegara. Toleransi juga dapat menciptakan ketertiban dan keamanan dunia.

Menurut Tilman toleransi adalah saling menghargai, melalui pengertian dengan tujuan kedamaian. Toleransi adalah metode menuju kedamaian.

Toleransi adalah faktor pentinf dalam kedamaian.9 Peradaban dunia saat ini banyaknya perang karena kurangnya sikap toleransi. Mengakui kebenaran

5 Humaidi Tatapangarsa, Akhlak yang Mulia, ( Surabaya: Bina Ilmu, 1980)

6 Irwan Masduqi, Berislam Secara Toelran: Teologi Kerukukan Umat Beragama, ( Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2011), hal. 36

7 Bahari, Toleransi Beragama Mahasiswa (Studi tentang Pengaruh Kepribadian, Keteribatan Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan Agama dan Lingkungan Pendidikan terhadap

Toleransi Beragama pada 7 Perguruan Tinggi Umum Negeri), (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, 2010), hlm 51

8 Poerwadarminta W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976), hlm 829

9 Tilman, Butir Refleksi Sikap Toleransi, (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm 95

(6)

masing-masing. Wajar setiap orang yang beragama mengklaim bahwa agamanya paling benar. Tapi hal demikian tidak digunakan untuk merusak hubungan dengan manusia. Inilah kesalahan pemahaman masyarakat tentang toleransi. Salahnya refrensi dalam mendapatkan pemahaman menjadi salah satu penyebab intoleransi.

Menurut Badawi bahwa toleransi adalah pendirian atau sikap yang termanifestasikan pada kesediaan untuk menerima berbagai padangan dan pendirian yang beranekaragam, meskipun tidak sependapat dengannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa toleransi erat kaitannya dengan masalah kebebasan atau kemerdekaan hak asasi manusia dan tata kehidupan bermasyarakat, sehingga mengizinkan berlapang dada terhadap adanya perbedaan pendapat dan keyakinan dari setiap individu.10 Orang yang memiliki rasa toleransi akan menghargai, menghormati, berpendapat, memberikan kesempatan orang lain untuk melakukan ibadah sesuai kepercayaannya, dan memiliki rasa empati dan simpati.

Toleransi adalah sikap suka mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain. Lawan dari tasamuh adalah ashabiyah.11 Tasamuh atau toleransi adalah sikap kebesaran jiawa, keluasan pikiran dan kelapangan dada, sedangkan ta’ashub merupakan kekerdilan jiwa, kepicikan pikiran dan kesempitan dada.12

Masyarakat Indonesia sebagai masyarakat multikultur dengan multiagama memiliki pemahaman yang banyak terkait tolernasi. Namun ada sebagian juga yang kurang paham hal tersebut. Kurangnya pehaman bisa memicu kesalahpahaman dan kekacauan di masyarakat karena tidak bisa menerima perebdaan yang ada. Menurut Tilman ada refleksi dalam memahami sikap toleransi, sebagai berikut:

a. Kedamaian adalah tujuan

b. Toleransi adalah terbuka dan reseptif pada indahnya perbedaan

10 Baidi Bukhori, Toleransi Terhadap Umat Kristiani: Ditinjau dari Fundamentalis Agama dan Kontrol Diri, (Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2012) hlm. 15

11 Ika Setiyani, Dica Lanitaaffinoxy dan Ismunajab, Pendidikan Agama Islam, (Swadaya Murni, 2010), hlm. 40

12 Shalahuddin Sanusi, Integrasi Umat Islam: Pola Pembinaan Kesatuan Ummat Islam, (Bandung: Iqmatuddin, 1987), hlm. 121

(7)

c. Toleransi menghargai individu dan perbedaannya, menghapus topeng dan ketegangan yang disebabkan oleh ketidak pedulian menyediakan kesempatan untuk menemukan dan menghapus stigma yang disebabkan oleh kebangsaaan, agama, dan apa yang diwariskan

d. Toleransi adalah saling menghagai satu sama lain melalui pengertian e. Benih dari intoleransi adalah ketakukan dan ketidak pedulian

f. Benih dari toleransi adalah cinta, disiram dengan kasih dan pemeliharaan g. Jika tidak cinta tidak ada toleransi

h. Yang tahu menghargai kebaikan dalam diri orang lain dan situasi memiliki toleransi

i. Toleransi juga berati kemampuan menghadapi situasi sulit

j. Toleransi terhadap ketifaknyamanan hidup dengan membirakan berlalu k. Melalui pengertian dan keterbukaan pikiran orang yang toleran

memperlakukan orang lain secara beebeda, dan menunjukkan toleransinya.13

Jadi toleransi adalah refleksi diri untuk saling menghargai, menghormati, menerima perbedaan, mencintai, saling membantu, dan memberi rasa aman kepada sesama manusia. Untuk lebih mengetahui tentang toleransi atau tasamuh, ada beberapa karakteristik toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali, sebagai berikut:

a. Kerelaan hati kaena kemuliaan dan kedermawanan b. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan c. Kelemah lembutan karena kemudahan

d. Muka yang ceria karena kegembiaraan

e. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan f. Mudah dalam berhubungan sosial (mu’amalah) tanpa penipuan g. Menggampangkan dalam berdakwah kejala Allah tanpa basa-basi h. Terikat dan tunduk kepada Agama Allah SWT tanpa keberatan.14

13 Tilman, Butir Refleksi Sikap Toleransi,hlm. 94

14 Siti Aminah, Merajut Ukhuwah Islamiyah Dalam Keanekaragaman Budaya dan Toleransi Antar Agama, Jurnal Cendekia Vol.13 N0. 1 (Januari 2015), hlm. 52-53

(8)

Dalam bermasyarakat hendaknya sebagai umat beragama, harus patuh pada aturan yang dibuat oleh Tuhan. Setiap agama memiliki keyakinan masing-masing dalam beribadah. Islam memiliki pedoman Al-Qur’an dan Kristen memiliki Injil. Apabila masing-masing agama mengamalkan dan meyakininya, maka kehidupan yang beragama ini akan berjalan dengan damai. Karena pada dasarnya, toleransi timbul karena kita mampu mengamalkan ajaran agama tanpa paksaan. Toleransi tumbuh di masyarakat dengan sendirinya.

Ruang lingkup toleransi menurut Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), sebagai berikut:

a. Mengakui hak orang lain

Ialah suatu sikap mental yang mengakui hak setiap di dalam menentukan sikap atau tingkah laku dan nasibnya masing-masing, tentu saja sikap atau perilaku yang dijalankan itu tidak melanggar hak orang lain

b. Menghormati keyakinan orang lain

Keyakinan seseorang ini biasanya berdasarkan kepercayaan, yang telah tertanam dalam hati dan diikutkan dengan landasan tertentu, baik yang berupa wahyu maupun pemikiran yang rasional, karena itu keyakinan seseorang tidak akan mudah untuk dirubah atau dipengaruhi.

Atas kenyataan tersebut, perlu adanya kesadaran utnuk menghormati keyakinan orang lain.

c. Agree In Disagrement

Agree In Disagrement (setuju dalam perbedaan) adalah prinsip yang selalu didengungkan oleh mantan Menteri Agama Prof. Dr. H.

Mukti Ali dengan maksud bahwa perbedaan tidak harus ada permusuhan karena perbedaan selalu ada dimanapun, maka dengan perbedaan itu seseorang harus menyadari adanya keanekaragaman kehidupan ini.

d. Saling mengerti

Merupakan salah satu unsur toleransi yang paling penting, sebab dengan tidak adanya saling pengertian ini tentu tidak akan terwujud toleransi

e. Kesadaran dan kejujuran

(9)

Menyangkut sikap, jiwa dan kesadaran batin seseorang yang seklaigus juga adanya kejujuran dalam bersikap,sehingga tidak terjadi pertentangan antara sikap yang dilakukan denga apa yang terdapat dalam batinnya.15

Unsur Toleransi

Rasulullah mengutamakan silaturahim, mencegah pertumpahan darah, dan memberi keamanan di masyarakat baru tauhid. Padahal tauhid itu penitng, tapi ketika ingin memunculkan cahaya tauhid, harus benar-benar punya tempat yang dapat menyerap cahaya itu supaya tauhid dapat diterapkan dengan murni. Ketika manusia hubungannya rusak, silaturahmi terputus maka mulai retak prikemanusiaannya.

Toleransi adalah bentuk dari kesadaran diri untuk menghargai orang lain. Dalam bermasyarakat pentingnya sikap toleransi untuk mengekspresikan segala perilaku dalam bersosial, bertutur kata dan berperilaku dengan manusia. Adapun unsur dalam toleransi antara lain:

a. Memberikan kebabasan dan kemerdekaan

Di Indonesia kebebasan beragama termaktub dalam Undang- Undang 1945 pasal 29 ayat 2 bahwa setiap warga diberi kemerdekaan atau kebebasan untuk memeluk agama nya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya. Setiap manusia diberikan kebebasan untuk berbuat, bergerak maupun berkehendak menurut dirinya sendiri dan juga di dalam memilih satu agama atau kepercayaan.

Kebebassan ini diberikan sejak manusia lahir sampai nanti ia meninggal dan kebebasan kemerdekaan yang manusia miliki tidak dapat digantikan atau direbut oleh orang lain dengan cara apapun, karena kebebasan itu adalah datangnya dari Tuhan YME yang harus dijaga dan dilundungi.

b. Mengakui Hak Setiap Orang

Sikap mental yang mengakui hak setiap orang di dalam menentukan sikap perilaku dan nasibnya masing-masing. Tentu saja

15 Tim Penulis FKUB, Kapita Selekta Kerukunan Umat Beragama, (Semarang: Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), 2009), hlm. 5-6

(10)

sikap atau perilaku yang di jalankan itu tidak melanggar hak orang lain karena kalau demikian, kehidupan di dalam bermasyarakat akan kacau.

c. Menghormati keyakinan orang lain

Dalam hal ini, diberlakukan bagi toleransi antar agama. Namun apabila di kaitkan di alam toleransi sosial. Maka menjadi menghormati keyakinan orang lain dalam memilih suatu kelompok.

d. Saling mengerti

Rasa saling menghormati tidak akan terjadi apabila manusia tidak memiliki rasa saling mengerti. Saling anti dan saling membenci, saling berebut pengaruh adalah salah satu akibat dari tidak adanya saling mengerti dan saling mengahrgai antara satu dengan lainnya.16

Nilai Dasar dan Landasan Terbentukanya Toleransi Antar Umat Beragama

Indonesia tidak hanya kaya sumber daya alamnya saja, tapi negeri yang kaya akan perbedaan. Mulai dari suku, bahasa, budaya, dan agama. Perbedaan adalah keniscayaan yang dikehendaki Allah SWT. Di dalam Al-Qur’an pun mengakui adanya perbedaan. Allah berfirman dalam Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13 :

َّنِا ۚ اْوُ فَراَعَ تِل َلِٕى ۤاَبَ قَّو ابًْوُعُش ْمُكٓنْلَعَجَو ىٓثْ نُاَّو ٍرَكَذ ْنِ م ْمُكٓنْقَلَخ َّنَِّا ُساَّنلا اَهُّ يَآيٰ

ْمُكَمَرْكَا

(ٌرْ يِبَخ ٌمْيِلَع َٓ للّا َّنِاۗ ْمُكىٓقْ تَا ِٓ للّا َدْنِع ١٣

)

Artinya:“ Wahai Manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. Sesunnguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”(Q.S. Al-Hujurat 49:13)17.

16 Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan antar Agama: Sejarah Toleransi dan Intoleransi Agama dan

Kepercayaan Sejak Jaman Yunani. (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), hlm. 23

17 Quran.kemenag.go.id

(11)

Masyarakat mengedepankan sikap toleransi antar umat beragama dengan menerima kehadiran agama lain di lingkungan desa Pohkonyal.

Dengan berbaur dengan masyarakat, saling interaksi, gotong royong memberikan kesan yang damai dan rukun. Secara normatif nilai dasar yang menjadi landasan tolernasi antarumat beragama adalah;

Pertama adalah nilai agama yang terdapat pada masing-masing ajaran agama baik itu Islam ataupun Kristen yang mengajarakn betapa pentingnya tolernasi antar umat beragama. Dalam beragama pun Islam mengajarkan toleransi dalam surat Al-Kafirun ayat 6 yang berbunyi “Lakum Diinukum Waliyadin” artinya untukmu agamamu dan untukku agamaku. Prinsip Islam dalam toleransi siapapun tidak boleh memaksa untuk memeluk agama lain atau meninggalkan ajaran agamanya. Setiap orang berhak meyakini agama masing-masing dan menjalankan ibadah sesuai kepercayaannya. Karena dalam UUD 1945 Pasal 28E Ayat (1) setiap orang berhak memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, Ayat (2) setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan18. Jadi sudah jelas negara juga melindungi segenap warganya untuk beribadah dan meyakini kepercayaannya. Perlu kita ingat perbedaan adalah bagian dari rahmat Allah. Karena dengan adanya perbedaan manusia bisa saling melengkapi dan tolong menolong. Hidup rukun tanp adanya perpecahan. Sebagai umat Islam yang mayoritas di Indonesia sebaiknya kita tidak merasa paling benar sendiri. Seharusnya kita menjadi pengayom bagi minoritas.

Dalam agama Kristen juga di ajarkan dengan adanya perbedaan yang menjadi landasan untuk tetap hidup rukun di masyarakat. Dalam Matius 5 kasih yang berbunyi : (1) Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu, (2) kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Bahkan terhadap musuhmu harus saling mengasihi. Karena dengan mengembangkan sikap saling mengasihi maka akan menjadi anak-anak bapamu yang di surga19. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Handono (umat kristiani)

18 UUD 1945 Amandemen ke-2

19 Heer. J. J, de, Tafsiran Alkitab Injil Matius, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003). hlm. 44- 45

(12)

bahwa kasih sayang tidak hanya kepada Tuhan saja, tapi juga kepada umat manusia dan semua ciptaan Tuhan termasuk binatang. Tumbuhan, tanah, air, dan lainnya. Dengan ajaran cinta kasih maka mampu menciptakan kehidupan yang rukun, bersatu dan selalu mengedepankan rasa kemanusian. Dengan demikian tidak memandang agamanya, ras, suku, budaya dan bahasa. Jadi agama kristen juga mengajarkan cinta kasih kepada Tuhan, manusia dan semua makhluk yang ada di bumi bahkan musuh pun harus dikasihi. Kasih kepada Tuhan dengan menyerahkan sepenuhnya jiwa dan raga. Sama halnya dengan Islam, mencintai Allah dengan cara melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Selanjutnya kasih kepada manusia, yaitu sama halnya mengasihi diri sendiri. Dalam bersosial tidak membedakan kaya miskin, agama, budaya, suku, ras dan lainnya. yang terakhir mengasihi musuh dengan cara kita mendoakan. Sama dengan Islam ketika memiliki musuh atau orang yang tidak suka dengan kita maka senjata yang paling ampuh adalah mendoakan. Dari penjelasan diatas kita tahu bahwa setiap agama memiliki kebaikan dan tujuan yang sama yaitu menjaga kerukunan, gotong royong, persatuan dan kesatuan.

Setiap agama seharusnya berusaha keras untuk mengisi pemahaman dan kegiatannya dengan hal-hal yang mendorong hubungan saling bekerjasama untuk semua orang. Seperti di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi umat Islam dan Krsiten saling membantu ketika ada kegiatan di masyarakat. Seperti yang disampaikan Bapak Arif selaku masyarakat di sana bahwa antara umat Islam dan Kristen saling bahu membahu, tidak ada sedikitpun gesekan di antara kami. Semisal ketika umat Islam ada acara slametan, umat kristen juga ikut membantu kadang ikut acara slametan juga. Bagi kami tidak masalah, karena pada prinsipnya untuk masalah urusan kemanusian kita tidak membedakan, karena menyangkut kepentingan umum. Namun ketika sudah masuk diranah akidah, itu sudah menjadi urusan masing-masing. Saling memberikan kesempatan untuk beribadah sesuai ajarannya.

Sesuai dengan prinsip toleransi Islam bahwa tolernasi merupakan sikap tenggang rasa dan lapang dada. Toleransi agama menurut Islam adalah sebatas membiarkan umat agama lain untuk melaksanakan ibadah dan ajaran agamanya, sejauh aktivitas tersebut tidak mengganggu ketertiban dan

(13)

ketenangan umum20. Namun faktanya sekarang rasa tenggang rasa itu hanya sebatas ucapan. Minoritas banyak yang kesulitan untuk beribadah. Seperti mendirikan tempat ibadah dipersullit, beribadah di rumah digerbek dan masih banyak lagi. Inilah kurangnya kesadaran kita khususnya umat Islam untuk menghargai umat lainnya untuk beribadah. Karena sudah jelas dalam UUD 1945 Pasa 28 dijelaskan bahwa setiap wargan negara berhak menjalankan ibadah sesusi kepercayaan masing-masing. Jadi Islam sebagai mayotitas harus melindungi dan memberi contoh yang baik kepada umat lainnya untuk saling tenggang rasa.

Seperti yang disampaikan Quraish Shihab, Islam mengajarkan dan menekankan keniscayaan akhlak tolernasi dalam pergaulan antarumat beragama, maka tidak mungkin Islam merusak toleransi tersebut atas nama agama pula. Namun, dilain pihak, dalam pergaulan antarumat beragama, Islam juga sangat ketat menjada kemurnian akidah dan syariah Islamiah dari noda-noda yang datang dari luar. Maka bagi Islam kemurnian akidah dan syariah Islamiah tersebut tidak boleh dirusak atau ternoda oleh praktik tolernasi21.

Kedua adalah nilai budaya dan adat istiadat setempat. Hal ini merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan masyarakat sekitar secara turun temurun, dan menjadi adat istiadat. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Menurut Taylor budaya adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.22.

20 Suryan A.Jumrah, Toleransi Antarumat Beragama: Perspektif Islam, Jurnal Ushuluddin Vol. 23 No. 2 (Juli-Desember 2015), hlm. 192

21 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qu’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 371

22 Sukidin, Basrowi, Agus Wiyaka, Pengantar Ilmu Budaya, (Surabaya: Insan Cendekia, 2003), hlm. 4-5

(14)

Masyarakat Desa Pohkonyal tetap menjalankan tradisi yang sudah ada sejak dulu, seperti gotong royong, tolong menolong dan membangun sikap kebersamaan di tengah perbedaan. Sebagai contoh dalam lingkup kecil sikap saling membantu dan tolong menolong terus dikembangkan antara tetangga satu dengan yang lainnya tanpa memandang agama. Hal-hal seperti ini yang menjadikan kehidupan di Desa rukun dan damai. Nilai-nilai budaya seperti ini diajarkan di setiap agama. Karena setiap agama pasti mengajarkan kebaikan untuk umatnya. Yang jelas, kegiatan yang dilakukan di Desa tersebut tidak melanggar etika dan norma, apalagi norma agama. Karena kegiatan yang dilakukan di ranah umum harus berdasarkan keputusan bersama tidak boleh merugikan satu pihak, baik Islam dan Kristen. Itulah kenapa toleransi itu sangat penting bagi kehidupan sekarang ini.

Ketiga nilai kemanusiaan. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan orang lain. Mulai dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari, makan, minum, pakaian dan lainnya. secara tidak langsung manusia yang saling bergantung ini dapat menghadirkan sikap toleransi. Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Seperti yang disampaikan oleh Gus Dur, beliau mengatakan tiga substansi hubungan antar manusia; pertama manusia saling mencintai; kedua saling mengerti; ketiga saling menghidupi23. Ini menjadi pondasi penting bagi umat manusia diluar urusan akidah.

Seperti yang disampaikan Bapak Sukirno selaku Kepala Desa Pohkonyal mengatakan bawah kemanusian itu bisa dilakukan dengan kesadaran manusia itu sendiri. Kemanusian yang didasari dengan rasa saling menghormati, saling memiliki, saling membutuhkan, dan saling mengasihi sesama masyarakat. Dengan hal seperti itu maka sikap toleransi antar agama dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Beliau juga mengatakan bahwa sekarang ini sikap toleransi sudah mulai hilang di masyarakat Indonesia.

Karena beda pandangan, saling mengafirkan sehingga munculnya kelompok intoleran yang sebenarnya hanya ingin membuat kegaduhan ditengah masyarakat Indoensia yang plural. Selaras dengan pernyataan Gus Dur bahwa

23 Maman Imanulhaq Faqieh, Fatwa dan Canda Gus Dur, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2010), hlm. 58

(15)

memandang manusia tidak melalui kacamata agama, politik, suku, partai, ormas, dan atribut-atribut lainnya. fokus kemanusian adalah manusia dan kemanusian itu sendiri. Nilai kemanusiaan dalam Islam termaktub dalam Al- Qur’an sebagai berikut Al-Qur’an Surat Thaha aya 29-32 :

ْلَعْجاَو ِْ ل اارْ يِزَو ْنِ م ْيِلْهَا َنْوُرٓه ۙ ى ِخَا ْدُدْشا ۙ هِب اۙ ٖ ْيِرْزَا ُهْكِرْشَاَو ۙ اِْف ْيِرْمَا

ۙ

Artinya: “dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku (yaitu) Harun saudaraku, teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia, dan jadikanlah dia teman dalam urusanku”.( Q.S. Taha 20:29- 32)24

Keempat nilai sosial yang erat dengan interaksi masyarakat. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas soial, dalam pengertiannya sendiri interaksi sosial merupakan hubungan anara ora- perorangan, antar kelompok manusia, mapun antar orang dengan kelompok manusia25. Teori interaksi sosial sesuai bila digunakan untuk melihat ada hubungan timbal balik antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok atau sebaliknya. Dengan adanya nilai sosial yang berlaku maka kerukunan di masyarakat bisa berjalan dengan baik. Sosial di masyarakat desa lebih tinggi dibanding di daerah perkotaan. Kalau melihat realita yang ada, ketika tetangga mengadakan hajatan, hanya keluarganya saja yang ikut membantu. Beda dengan di desa, sosialnya begitu tinggi. Ini dapat ditemukan di Desa Pohkonyal Kabupaten Ngawi, ketika masyarakat atau tetangga mengadakan acara/hajatan maka masyarakat semuanya ikut. Tidak melihat apa agamanya, yang penting masih dalam ranah sosial. Menurut Soerjono Soekamto, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan

24 Quran.kemenag.go.id

25 Muhammad taufik, Nilai Sosio-Religius Masyarakat Desa: Studi Interaksi Antarumat Beragama di Yogyakarta, Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora, Vol. 16 (1), 2018, hlm. 66

(16)

tidak adanya komunikasi atau interkasi antara satu dengan yang lain maka tidak ada kehidupan bersama.26

Menurut peneliti untuk mendukung nilai sosial yang ada di masyarakat, perlu adanya upaya-upaya untuk memelihara sikap toleransi, seperti:

a. Melaksanakan kegiatan bersama yang dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat

b. Memberikan pengertian kepada masyarakat, untuk selalu menjaga kerukunan ditengah masyarakat yang multi agama dan perbedaan karakter

c. Mengadakan perkumpulan untuk berdialog antar agama, agar saling memahami antar masyarakat

d. Pemerintah desa membuat forum persaudaraan antar umat beragama, seperti Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) guna membangun komunikasi melalui diaolog yang didasarkan ajaran normatif masing- masing agama

e. Memberikan pemahaman tentang bahayanya konflik intoleransi

f. Saling menjaga antar umat beragama. Dalam hal ini kita harus menjaga tempat ibadah atau ketika umat beragama sedang beribadah. Demi keamanan dan kenyamanan kita bersama

Kelima nilai historis yang mana sejak dulu masyarakat sudah hidup berdampingan. Saling tolong menolong, menghormati dan menghargai.

Perbedaan agama tidak menjadi penghalang masyarakat untuk tetap berinteraksi. Dari zaman dulu sampai sekarang ketika ada tetangga yang hajatan, pasti saling bantu. Walapun yang melakukan hajatan tetangga umat kristen. Yang paling menarik di Desa Pohkonyal ini adalah ketika umat Islam ada yang slametan, umat kristen juga ikut berpartisipasi. Apakah boleh seperti itu? Bukankah itu sudah memasuki wilayah aqidah?. Perlu kita ketahui bahwa slametan itu bagian dari budaya, adat dan tradisi yang dilakukan untuk mengucapkan rasa syukur. Sosok Abdurrahman Wahid atau Gus Dur juga pernah datang diacara umat kristiani di gereja. Banyak kontoversi ketika itu.

26 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007) , hlm.68

(17)

Tapi Gus Dur berkeyakinan, kita sebagai manusia hanya menhormati umat lainnya, tidak sampai pada wilayah akidah mereka.

Kalau kita melihat historis lebih luas lagi, Indonesia merdeka diperjuangkan oleh pejuang-pejuang yang tidak hanya dari Islam, tapi ada yang dari Kristen, Hindu, Budha dan umat lainnya. jadi sangat wajar banyak wilayah di Indonesia masyarakat hidup rukun berdampingan dengan multi agama, suku, budaya, bahasa, karakter dan etnis. Secara tidak langsung pendiri Bangsa ini menajarakan kepada kita bahwa hiduplah yang rukun, saling tolong menolong dan melindungi. Namun dewasa ini warisan sikap yang baik itu seakan hilang. Banyak kasus intoleransi yang terjadi, seperti larangan mendirikan tempat ibadah, perusakan tempat ibadah, pelarangan beribadah, dan masih banyak lagi. Hal seperti ini menjadi pelajaran bagi kita untuk selalu mengharagai antar sesama umat beragama

Keenam nilai akhlak adalah pemimpin dan tokoh agama memberikan contoh kepada masyarakat bagaimana bertoleransi antar umat beragama.

Kepala Desa Pohkonyal yang beragama Islam dan juga anggota Banser NU selalu mengajak masyarakat untuk hidup rukun, saling menghormati. Karena panutan kita Rasulullah juga memberikan contoh akhlak yang baik. Seperti Firman Allah dalam Surat Al-Ahzab Ayat 21: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. Al Ahzab: 21) 27

Selain Kepala Desa ada juga tokoh agama yang memberi nasihat kepada umatnya untuk saling menghargai, menghormati. Disetiap kegiatan keagamaan selalu diberikan wejangan agar menjaga kerukunan umat beragama. Seperti yang dikatakan Kepala Desa, aparat desa dan tokoh agama selalu koordinasi dalam menjaga kerukunan warganya. Sebagai Kepala Desa Bapak Sukirno memberikan amanat kepada masing-masing tokoh agama untuk menyisipkan pesan kepada jamaahnya ketika kegiatan keagamaan.

27 Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. ( Bandung: CV. Jabal Rodhotul Jannah, 2010), hlm. 420

(18)

Karena tokoh agama diyakini mampu memberikan efek positif dan didengar nasihatnya.

Kepala Desa memberikan arahan kepada masyaraktnya agar menjaga kerukunan, keharmonisan dan persatuan di saat kegiata-kegiatan desa seperti peringatan HUT RI, rapat perangkat desa, PKK, kegiatan sosial, halal bihalal, peringatan hari raya agama. Arahan yang disampaikan yaitu agar masyarakat saling menghormati, menghargai, menjaga kerukunan dan persatuan. Seperti saat Ramadhan, umat Islam meminta izin kepada umat kristen agar tidak terganggu dengan suara spiker ngaji sampai tengah malam, membangunkan sahur. Dengan arahan-arahan yang diberikan bapak kepala desa diharapkan mampu menjadi pengingat bagi masyarakat akan pentingnya toleransi antar umat beragama

Sedangkan para tokoh agama dalam memberikan arahan kepada jamaahnya dalam kegiatan keagamaan, ngaji, muslimatan, jamaah sholawat, pengajian, ibadah umat kristen, disitu disisipkan pesan-pesan untuk saling menghargai dan menghormati agama lain. Karena hakikat dari toleransi adalah tidak ada yang saling membenci bahkan melukai. Sama-sama bersatu untuk hidup rukun dan menghindari permusuhan. Tokoh agama disini dirasa menjadi tonggak terdepan dalam mencegah intoleransi. Karena sekarang kebencian bisa berawal dari guru yang salah. Guru yang kurangnya ilmu untuk menjelaskan esensi toleransi kepada masyarakat.

Bentuk Toleransi Antara Umat Islam dan Kristen Dalam Menjalin Kerukunan Melalui Kegiatan Keagamaan

Toleransi adalah cara kita untuk menghormati sesama manusia, baik dari agama, suku, ras dan budaya. Toleransi merupakan suatu keniscayaan untuk menciptakan keharmonisan dalam kehidupan.28 Di Desa Pohkonyal semua masyarakat baik Islam dan Kristen memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan ibadah, sebagai saran untuk meningkatkan iman dan taqwa.

Dalam hal beribadah, umat islam bisa melaksanakan solat di masjid sekitar rumah. Tapi untuk umat kristen mereka harus keluar dari desa untuk bisa melakukan ibadah, karena di daerah sendiri belum ada gereja. Bukan karena

28 Muhammad Jayus, Toleransi Dalam Prespektif Al-Qu’an, Jurnal Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 (Januari –Juni Tahun 2015), hlm. 127

(19)

tidak boleh dibangun gereja, tapi memang karena jumlah umat kristen terlalu sedikit maka digabung dengan daerah lain. Dalam hal beribadah dari masing- masing agama saling menghargai dan tidak ikut mencampuri akidahnya.

Karena pada prinsipnya semua agama memiliki kebenaran akan agamanya masing-masing.

Oleh sebab itu, Islam memiliki prinsip dan ketentuan sendiri dalam akidah dan harus dipegang teguh bagi setiap kaum muslim dalam bertoleransi29:

a. Toleransi Islam tersebut terbatas dan fokus pada masalah hubungan sosial kemasyarakatan yang dibangun atas dasar kasih sayang dan persaudaraan kemanusiaan, sejauh tidak bertentangan dan tidak melanggar ketentuan teologis Islam

b. Toelransi Islam di wilayah agama hanya sebatas membiarkan dan memberikan suasana kondusif bagi umat lain untuk beribadah menjalankan ajaran agamanya. Bukan akhlak Islam menghalangi umat lain untuk beribadah menurut keyakinan dan tata cara agamanya, apalagi memaksa umat lain berkonversi kepada Islam

c. Di dalam bertoleransi kemurnian akidah dan syariah wajib dipelihara.

Maka Islam sangat melarang toleransi yang kebablasan, yakni perilaku toleransi yang bersifat kompromistis yang bernaunsa sinkertis.

Demikian toleransi menurut Islam berdasarkan syariat agama. Islam tidak akan melarang agama lain untuk melakukan kegiatan ibadah atas nama agama.

Indonesia khususnya umat Islam banyak sekali ritual ibadah yang dilakukan. Tak heran kalau di Indonesia ini menjadi muslim terbesar di Dunia. Islam masuk ke Indonesia melalu pedagang yang disebarkan oleh Wali Songo. Para Wali dalam menyebarkan Islam tidak mudah, banyak sekali tantangan dari masyrakat. Metode yang dipakai mulai dari dakwah, kesenian, wayang dan tembang-tembang jawa. Dengan cara-cara itu wali songo berhasil menyebarkan Islam. Tapi tidak ada pemaksaan kepada masyarakat untuk

29 Suryan A.Jumrah, Toleransi Antarumat Beragama: Perspektif Islam, hlm. 92

(20)

masuk Islam. Toleransi beragama juga dilakukan oleh para Wali Allah. Bagi peneliti ini adalah khazanah baru dalam cara berdakwah.

Toleransi masyarakat Desa Pohkonyal lebih kepada praktik ibadah.

Sama-sama memberikan kebebsan untuk menjalankan ritual kegamaan.

Sebagai mayoritas muslim, umat Islam tidak semena-mena kepada umat kristen dalam melaksanakan ritual keagamaan di rumah. Prinsip ini sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah SAW. Tertuang dalam Al-Qur’an Surat Al- Kafirun ayat 6:30

ِنْيِد َِلَو ْمُكُنْ يِد ْمُكَل

Artinya: “Untukmu agamamu, untukku agamaku.” (Q.S. Al-Kafirun 109:6)

Wujud dari toleransi umat Islam dan Kristen di Desa Pohkonyal, bisa dilihat dari bagaimana setiap agama menghormati kegiatan keagamaan yang dilakukan masing-masing agama. Yang pertama kegiatan-kegiatan keagamaan umat Islam sebagai berikut:

a. Pengajian ibuk-ibuk

Kegiatan ini dilakukan satu minggu sekali setiap hari sabtu malam minggu. Tempat kegiatan ganti-ganti, jadi setiap jamaah mendapatkan jatah rumahnya di tempati pengajian. Jamaah ibuk-ibuk ini sekitar 50 orang. Pengajian menggunakan pengeras suara. Waktunya kurang lebih 90 menit. Pengajian ini dipimpin oleh Bapak Wahib dan Bapak Supam.

Kegiatan di awali dengan MC membacakan susunan acara, pembacaan ayat suci Al-Qur’an, sambutan shohibul bait, tahlil, dan mauidoh hasanah. Di sini mauidoh hasanah atau ceramah di sisipkan pesan-pesan sosial, khususnya dalam hal toleransi, supaya jamaah tau akan pentingnya hidup rukun dan saling menghormati. Selain itu ceramah agama juga difungsikan supaya jamaah lebih beriman kepada Allah SWT. Karena dengan iman kita bisa menjalankan semua perintahnya dan menjauhi semua larangannya atau dalam Islam disebut taqwa.

b. Pengajian bapak-bapak

30 Quran.kemenag.go.id

(21)

Beda dengan ibuk-ibuk, pengajian bapak-bapak dilaksanakan malam jumat, dengan jumlah jamaah kurang lebih 30 an. Isi dari kegiatannya pun juga beda. Pengajian bapak-bapak ini hanya kirim dia atau tahlilan. Tidak ada ceramah agama. Kegiatan ini juga menggunakan pengeras suara.

c. Ngaji diniyah

Kegiatan ini untuk anak-anak kecil yang mengaji ilmu agama.

Yang dilakukan setiap hari jam 3 sore. Selain ngaji kegiatan lain adalah solat jamaah. Dalam kegiatan seperti ini ustdadz bisa memberikan nasihat kepada anak-anak agar hidup rukun dengan teman, baik yang sesama Islam mapun non Islam. Karena sangat penting mengajari anak sejak dini untuk bersikap baik kepada sesama manusia. Realita sekarang banyak remaja yang terpapar virus intoleran, merasa paling benar. Maka , pentingnya pemahaman sejak dini terkait toleransi dan mencari guru terbaik yang paham akan hal tersebut.

d. Sholawatan

Agenda rutin yang dilaksanakan seminggu sekali setiap malam jumat ini beranggotakan ibuk-ibuk. Namun ada juga kelompok remaja.

Bagi umat Islam sholawat adalah obat kerinduan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW dan meneladani sikap Beliau. Karena Nabi memberikan contoh kepada umatnya, bagaimana beliau menghadapi orang yahudi setiap pagi hari. Nabi dikatakan gila, namun Nabi tetap sabar dan tersenym. Pernah juga Nabi dilempari batu dan kotoran hewan, akan tetapi begitu mulianya beliau tidak ada rasa dendam pun di dalam hatinya. Inilah yang perlu dicontoh oleh umatnya di dunia, bagaimana kita hidup berdampingan dengan berbagai macam perebedaan.

e. Khotmil Qur’an

Dilakukan 35 hari sekali setiap minggu legi. Dilantunkan oleh hafidz dan hafidzah. Kegiatan ini dilakukan mulai jam 5 pagi sampai jam 5 sore menjelang magrib menggunakan pengeras suara di masjid. Al- Qur’an adalah kalamullah yang indah, hanya dengan mendengarnya saja kita dapat pahala. Selain hanya membaca kita juga dianjurkan untuk

(22)

mengetahui makna dari isi Al-Qur’an supaya kita tahu dan mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

f. Pengajian Ibu Muslimat NU

Pengajian ini dilakukan sebulan sekali mulai jam 8 pagi sampai 12 siang. Jamaah tidak hanya dari desa Pohkonyal tapi dari luar daerah juga ada. Jadi mengumpulkan banyak orang yang bisa jadi dapat mengganggu masyarakat lainnya. Namun dengan adanya koordinasi seluruh elemen baik umat kristen, maka acara bisa berjalan dengan lancar. Kegiatan ini diisi oleh kyai-kyai NU, mulai dari istighosah dan ceramah keagamaan.

Pada dasarnya setiap kegiatan yang dilakukan oleh semua agama baik Islam atau Kristen adalah baik dan membawa keberkahan untuk semua umatnya. Dalam pelaksanaannya pun juga diatur supaya tidak terjadi pergesekan di masyarakat. Tujuan dari semua ini adalah supaya masyarakat dapat beribadah dengan aman dan khusyuk. Selanjutnya kegiatan ibadah umat kristiani sebagai berikut:

a. Kebaktian keluarga

Dilakukan kamis sore dan berkelompok. Kebaktian keluarga dilkaukan secara bergilir dari rumah ke rumah atau disebut anjang sana.

Acara kebaktian di awali dengan pujian-pujian untuk Tuhan Yesus.

Dalam kebaktian ini menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa kemudian dilanjutkan dengan kutbah yang dipimpin oleh ketua kelompok. Materi kutbah diambil dari kitab injil. Ketua kelompok juga memberikan nasehat tentang bagaimana pentingnya hidup rukun dan saling menghormati, apalagi kita sebagai minoritas di Desa Pohkonyal. Harus saling menghargai jangan sampai menimbulkan permasalahn. Apabila ada hal yang mengganjal lebih baik dibicarakan baik-baik

b. Kebaktian anak kecil

Komisi pembinaan pemuda dan mahasiswa yang memiliki hak untuk melakukan kebaktian sendiri. Biasanya untuk lansia di atas 60 tahun juga melakukan kebaktian sendiri dalam satu bulan sekali. Dan ada juga untuk pembinaan ibu-ibu

c. Kebaktian minggu

Dilaksakan di gereja GPDI elohim pada hari minggu d. Kebaktian hari raya gerejawi

(23)

Untuk merayakan peristiwa Kristus sepanjang tahun gerejawi diselenggarakan kebaktian pada hari minggu adven

e. Kebaktian untuk persitiwa khusus

Diselenggarakan kebaktian inisiasi, ordinasi, institusionalisasi, dan kebaktian pastoral

f. Kebaktian lainnya

Kebaktian yang dilakukan berdasarkan kebutuhan, seperti; HUT reformasi, HUT RI, HUT GKI, HUT Jemaat, tutup tahun dan tahun baru.

Penutup

Setelah menganalisis paparan di atas, maka dapat disimpukan bahwa setiap warga Negara berhak memeluk agama sesuai keyakinan masing- masing. Sebagai Negara yang memiliki beberapa Agama, maka sangat dianjurkan untuk saling toleransi, menghormati keyakinan orang lain. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang damai, aman, dan sejahtera. Seperti halnya yang dilakukan masyarakat Desa Pohkonyal Kecamatan Pangkur Kabupaten Ngawi, yang mana ada masyarakat yang beragama Kristen tapi masyarakat hidup damai berdampingan. Masyarakat lebih mengutamakan hak setiap pemeluk agama untuk melakukan ibadah.

Seperti pemeluk agama Islam, mereka bisa melakukan kegiatan seperti pengajian bapak-baoak, pengajian ibuk-ibuk, ngaji diniyah, sholawatan, dan muslimatan NU. Disini peran NU juga sangat berperan dalam menjaga kerukunan umat beragama. Tidak jarang Banser bagian dari NU ikut menjaga kegiatan yang dilakukan oleh umat kristiani. Sebaliknya umat kristiani juga berhak menjalankan peribadatan, kebaktian, setiap hari minggu tanpa ada rasa takut. Karena dalam diri masyarakat yang mayoritas Islam sudah tertanam rasa roleransi yang diberikan oleh Kyai-kyai atau Ustadz-ustadz ketika kegiatan keagamaan. Begitu juga dengan kaum kristiani, selalu dibekali oleh pendeta untuk saling hidup rukun. Sejatinya setiap agama itu di ajarkan kebaikan dalam semua bidang, terlebih dalam aspek kehidupan yang majemuk seperti ssekarang ini.

(24)

Daftar Pustaka

A.Jumrah, Suryan. Toleransi Antarumat Beragama: Perspektif Islam, Jurnal Ushuluddin Vol. 23 No. 2 (Juli-Desember 2015)

Aminah, Siti. Merajut Ukhuwah Islamiyah Dalam Keanekaragaman Budaya dan Toleransi Antar Agama, Jurnal Cendekia Vol.13 N0. 1 (Januari 2015)

Bahari. 2010. Toleransi Beragama Mahasiswa (Studi tentang Pengaruh Kepribadian, Keteribatan Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan Agama dan Lingkungan Pendidikan terhadap Toleransi Beragama pada 7 Perguruan Tinggi Umum Negeri), Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama

Bukhori, Baidi. 2012. Toleransi Terhadap Umat Kristiani: Ditinjau dari Fundamentalis Agama dan Kontrol Diri, Semarang: IAIN Walisongo Semarang

Casram, Membangun Sikap Toleransi Beragama Dalam Masyarakat Plural, Wawasan Jurnal Agama dan Sosial Budaya1, 2 (Jui 2016)

Faqieh, Maman Imanulhaq. 2010. Fatwa dan Canda Gus Dur. Jakarta: PT.

Kompas Media Nusantara

Faridah, Ika Fatmawati, Toleransi Antarumat Beragama Masyarakat Perumahan, Jurnal Komunitas 5(1) (2013)

Hasyim, Umar. 1979. Toleransi dan Kemerdekaan beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan antar Agama: Sejarah Toleransi dan Intoleransi Agama dan Kepercayaan Sejak Jaman Yunani. Surabaya: Bina Ilmu

Heer. J. J, de. 2003. Tafsiran Alkitab Injil Matius. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Ibrahim, M. Kasir. t.th. Kamus Arab Indonesia-Indonesia Arab. Surabaya:

Apollo Lestari

Ika Setiyani, Dica Lanitaaffinoxy dan Ismunajab. 2010. Pendidikan Agama Islam. Swadaya Murni

(25)

Jayus, Muhammad. Toleransi Dalam Prespektif Al-Qu’an, Jurnal Al-Dzikra Vol. 9 No. 1 (Januari –Juni Tahun 2015)

Kementerian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV.

Jabal Rodhotul Jannah

Masduqi, Irwan. 2011. Berislam Secara Toelran: Teologi Kerukukan Umat Beragama, Bandung: PT. Mizan Pustaka

Nisvilyah, Lely Toleransi Antarumat Beragama Dalam Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa (Studi Kasus Umat Islam dan Kristen Dusun Segaran Kecamatan Dlangu Kabupaten Mojokerto), Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 2 Tahun 2013

Poerwadarminta W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka

Quran.kemenag.go.id

Sanusi, Shalahuddin. 1987. Integrasi Umat Islam: Pola Pembinaan Kesatuan Ummat Islam. Bandung: Iqmatuddin

Shihab, M. Quraish. 1992. Membumikan al-Qu’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Sukidin, Basrowi, Agus Wiyaka. 2003. Pengantar Ilmu Budaya. Surabaya:

Insan Cendekia

Tatapangarsa, Humaidi. 1980. Akhlak yang Mulia. Surabaya: Bina Ilmu taufik, Muhammad. Nilai Sosio-Religius Masyarakat Desa: Studi Interaksi

Antarumat Beragama di Yogyakarta, Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora, Vol. 16 (1), 2018

Tilman. 2004. Butir Refleksi Sikap Toleransi. Jakarta: Grasindo

Tim Penulis FKUB, Kapita Selekta Kerukunan Umat Beragama, (Semarang:

Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), 2009) UUD 1945 Amandemen ke-2

(26)

Copyright © 2019 Proceeding: The 1st Faqih Asy’ari Islamic Institute International Conference Faqih Asy’ari Islamic Institute Sumbersari Kediri, Indonesia “Moderasi Islam Aswaja untuk Perdamaian Dunia”(Volume 2, 2019) ISBN (complete) 978-623- 91749-3-4; ISBN (Volume 2): 978-623-91749-5-8

Copyright of Proceeding: The 1st FaqihAsy’ari Islamic Institute International Conference is the property of FaqihAsy’ari Islamic Institute (IAIFA) Kediri and its content may not be copied oremailed to multiple sites or posted to a listserv without the copyright holder's express writtenpermission. However, users may print, download, or email articles for individual use.

http://proceeding.iaifa.ac.id/index.php/FAI3C

Referensi

Dokumen terkait

01 Persentase lembaga agama, organisasi sosial keagamaan, tokoh agama, tokoh masyarakat yang dibina kerukunan intra umat beragama 6.. 01 Persentase lembaga keagamaan yang

01 Persentase lembaga agama, organisasi sosial keagamaan, tokoh agama, tokoh masyarakat yang dibina kerukunan intra umat beragama 6.. 01 Persentase lembaga keagamaan yang

Alat ini merupakan sekumpulan rangkaian-rangkaian listrik yang digabungkan menjadi satu yang dapat digunakan untuk melihat seberapa besar biji buah mangga dengan memberikan

Dalam buku Antologi Syair Simbolik dalam Sastra Indonesia Lama, „Syair Bayan Budiman‟ „Syair Kumbang dan Melati‟, dan „Syair Nyamuk dan Lalat‟

Setelah putusan MK dijatuhkan Pasal 22D ayat (2) UUD 1945 menjadi bermakna “Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang dimulai sejak pembahasan pada Tingkat I

Kredibilitas Tokoh Agama dalam Menjaga Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama (Studi pada Masyarakat Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan) Prodi Ilmu Komunikasi

Ayu “kalau saya untuk mengikuti anjuran pasti mengikuti, kalau toleransi pasti kita tidak ada yang rasis ya di Balun, mangkanya kalau mengikuti acara atau ada undangan

Peneliti mencoba untuk mendeskripsikan dan menganalisa spirit nilai toleransi dan implementasi pendidikan agama Islam multikultural dalam mengembangkan kerukunan umat