• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA RANTAU TAHUN PERTAMA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA RANTAU TAHUN PERTAMA SKRIPSI"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA RANTAU TAHUN PERTAMA

SKRIPSI

Oleh:

Fahrul Riski Mauraji 201510230311264

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2022

(2)
(3)

LEMBAR PENGESAHAN

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi Pada Mahasiswa Rantau Tahun Pertama” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak M. Salis Yuniardi, M.Psi., PhD., selaku dekan fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Si. selaku pembimbing I yang sudah banyak meluangkan waktu, dukungan, serta selalu memberi pengarahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Sofa Amalia, S.Psi., M.Si. selaku ketua program studi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, sekaligus selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Ayah dan Ibu, Bapak Jumat Hi Salahuddin dan Ibu Nurdewi Gafur. Terima kasih selalu menyelipkan nama penulis dalam setiap doa-doanya, dan juga motivasi serta curahan kasih sayangnya yang tiada henti. Papa dan Mama yang tidak pernah lelah berjuang mendukung penulis baik secara moril maupun finansial. Hal ini yang menjadi kekuatan penulis untuk menyelesaikan studi di tanah rantau. Sehingga sampai pada hari ini alhamdulillah penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sebagai persembahan untuk mama papa tercinta.

5. Kakek dan Nenek, yang juga tiada henti mengiringi penulis dengan doa-doanya serta dorongan semangat sehingga penulis sampai pada tahap penyelesaian skripsi untuk dapat menyelesaikan studi.

6. Teman-teman mahasiswa rantau yang sudah bersedia menjadi subjek penelitian skripsi ini dengan mengisi gform yang penulis bagikan.

7. Teman-teman Keluarga Besar Mahasiswa Halmahera Tengah Malang, yang sudah menjadi keluarga di tanah rantau dan selalu ada dalam suka maupun duka.

8. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Islam terkhusus Komisariat Psikologi UMM, yang sudah bersedia menjadi rumah bagi peneliti untuk mengembangkan skill kepemimpinan dan organisasi dari sejak pertama penulis menempuh studi di kota Malang.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan, sehingga dalam kesempatan ini kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 18 Juli 2022 Penulis

Fahrul Riski Mauraji

(6)

vi DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR DIAGRAM ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

Mahasiswa Rantau ... 4

Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi ... 4

Teori Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi ... 5

Dimensi-Dimensi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi ... 6

METODE PENELITIAN ... 6

Rancangan Penelitian ... 6

Subjek Penelitian ... 7

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 7

Prosedur dan Analisis Data ... 8

HASIL PENELITIAN ... 9

DISKUSI ... 13

SIMPULAN DAN IMPLIKASI... 14

REFERENSI ... 16

(7)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Demografis Subjek ... 7

Tabel 2 Skor Respon/Jawaban Kuesioner ... 8

Tabel 3 Kategori Skor Skala Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi ... 9

Tabel 4 Kategori Skor Penyesuaian Diri Pada Setiap Dimensi ... 11

(8)

v

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 Deskripsi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi ... 9

Diagram 2 Deskripsi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 9

Diagram 3 Deskripsi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi Berdasarkan Usia ... 10

Diagram 4 Deskripsi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi Berdasarkan Asal Daerah ... 10

Diagram 5 Deskripsi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi Dimensi Akademik ... 11

Diagram 6 Deskripsi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi Dimensi Sosial ... 12

Diagram 7 Deskripsi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi Dimensi Personal-Emosional .. 12

Diagram 8 Deskripsi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi Dimensi Komitmen dan kelekatan Institusi ... 13

(9)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 BLUEPRINT SKALA PENELITIAN ... 18

LAMPIRAN 2 SKALA PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI ... 21

LAMPIRAN 3 TABULASI HASIL SKALA PENELITIAN ... 25

LAMPIRAN 4 HASIL ANALISIS PENELITIAN ... 30

LAMPIRAN 5 SURAT KETERANGAN VERIFIKASI DATA & PLAGIASI ... 36

(10)

1

PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI PADA MAHASISWA RANTAU TAHUN PERTAMA

Fahrul Riski Mauraji

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang rmauraji@gmail.com

Penyesuaian diri di perguruan tinggi merupakan salah satu diantara tantangan yang akan dihadapi oleh setiap individu ketika berada pada masa transisi pendidikan. Di perguruan tinggi, penyesuaian diri menjadi fondasi awal sebagai penentu sukses atau tidaknya proses pembelajaran yang akan dihadapi nantinya oleh mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyesuaian diri mahasiswa rantau di perguruan tinggi. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa rantau tahun pertama yang berjumlah 100 subjek. Instrumen yang digunakan dalam pengukuran penyesuaian akademik adalah The Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ). Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif menggunakan aplikasi SPSS. Hasil penelitian ini adalah terdapat 77% mahasiswa rantau tahun pertama yang memiliki tingkat penyesuaian diri rendah dan 23% mahasiswa memiliki tingkat penyesuaian diri tinggi. Sedangkan ditinjau dari empat dimensi, menunjukkan penyesuaian akademik tergolong rendah dibandingkan dengan penyesuaian sosial, personal- emosional, dan komitmen serta kelekatan pada institusi.

Kata kunci: Penyesuaian diri, perguruan tinggi, mahasiswa rantau

Adjustment in higher education is one of the challenges that will be faced by every individual when they are in the transition period of education. In college, self-adjustment becomes the initial foundation as a determinant of the success or failure of the learning process that students will face later. This study aims to determine the description of the adjustment of overseas students in higher education. The subjects of this study were first year overseas students totaling 100 subjects. The instrument used in measuring academic adjustment is The Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ). The data analysis technique used descriptive analysis using the SPSS application. The results of this study are that there are 77% of first year overseas students who have a low level of adjustment and 23% of students have a high level of adjustment. Meanwhile, in terms of four dimensions, it shows that academic adjustment is low compared to social, personal-emotional adjustment, and commitment and attachment to the institution.

Keywords: Adjustment, college, overseas students

(11)

Pendidikan dan sekolah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dikarenakan sekolah merupakan salah satu tempat berproses untuk mempertajam keilmuan serta mengembangkan minat dan bakat dalam diri manusia. Sejatinya sekolah cenderung menawarkan peluang untuk banyak belajar tentang berbagai informasi, mengasah keterampilan lama dan menemukan keterampilan baru, serta memperdalam pengetahuan intelektual serta sosial. Saat ini, setiap orang selalu memiliki peluang untuk memperoleh pendidikan sejak dini, dan berlanjut sampai pada usia dewasa. Santrock menyatakan bahwa pendidikan tentunya berjalan seiring dengan tahap perkembangan seorang individu, dan individu tersebut akan mengalami suatu transisi dari satu tahap pendidikan ke tahap pendidikan selanjutnya (Widihapsari & Susilawati, 2018). Salah satu transisi yang dimaksud adalah dari statusnya sebagai siswa SMA menjadi seorang mahasiswa.

Dalam lingkungan pergaulan yang secara normal, mahasiswa dituntut memiliki kemampuan dalam hal penyesuaian diri, sehingga menimbulkan kepuasaan terhadap diri sendiri dan juga lingkungannya (Wilis, dalam Nurfitriana 2016) . Penyesuaian diri menjadi penting bagi siapa saja begitupun juga seorang mahasiswa. Menurut Santrock pada usia remaja seseorang masih cenderung mengalami kebimbangan dan perubahan-perubahan dalam hidup, hal inilah yang membuat mahasiswa masih sering gagal dalam menyesuaikan diri di lingkungannya (Nurfitriana, 2016).

Hasil penelitian Rozali (2014) di Universitas Esa Unggul Jakarta menggambarkan bahwa penyesuaian diri pada mahasiswa baru masih banyak mengalami kekhawatiran serta takut akan kegagalan ketika tidak mampu menyelesaikan berbagai tugas yang berikan, merasa tidak memiliki keyakinan terhadap potensi diri, serta panik ketika mendapatkan tugas yang banyak, minimnya teman yang dikenali dan susahnya mendapatkan informasi. Kondisi tersebut sesuai dengan pernyataan Robinson (Julia & Veni, 2012) bahwa mahasiswa baru sering tidak yakin akan kemampuannya dalam penyesuaian diri, hal ini merupakan pengalaman baru bagi beberapa mahasiswa yang terbiasa mengandalkan guru sebagai otoritas tertinggi pada masa perkuliahan.

Pada tahun pertama mahasiswa banyak mengalami kegagalan dalam penyesuaian diri di lingkungan akademik. Kegagalan tersebut sangat mempengaruhi keberlanjutan proses belajar mahasiswa di perguruan tinggi, seperti penelitian yang dilakukan Wintre dan Bowers pada sebuah Universitas di Kanada yang mengemukakan bahwa dari total 944 mahasiswa, terdapat 57,9% mampu menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar sarjana, 9% diantaranya tetap terdata menjadi mahasiswa, sedangkan 33,1% mengalami putus studi (Zubir, 2012).

Berdasarkan berita dari vivanews.com, bahwa total mahasiswa yang berhenti kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) setiap tahunnya terdapat 5-10%, dan menurut Kristanti (2012) mahasiswa tersebut dikarenakan tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan akademik atau perguruan tinggi.

Menurut Kato (2005) perantau adalah mereka yang keluar dari tempat asalnya untuk menuntut ilmu dan menemukan kesejahteraan hidup. Meninggalkan kampung halaman guna memperoleh pendidikan merupakan satu dari alasan individu yang baru menyelesaikan sekolah menengah atas yang akan melanjutkan studi di daerah lain. Disaat menjadi perantau untuk mencapai kesuksesan, individu dihadapkan dengan berbagai macam perubahan serta perbedaan dalam kehidupan yang membutuhkan kemampuan penyesuaian diri (Chandra, 2004).

Rahayu dan Arianti (2020) menjelaskan bahwa terdapat beberapa mahasiswa baru yang masih menjumpai adanya kesulitan dalam proses penyesuaian diri di perguruan tinggi. Kesulitan- kesulitan tersebut di antaranya adalah mahasiswa merasa kurang mampu menyelesaikan

(12)

tugas-tugas di perkuliahan, kurang memiliki motivasi untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah, sulit dalam memahami dosen yang terkadang menggunakan istilah dalam bahasa Jawa dan merasa malu untuk bertanya saat tidak memahami penjelasan dosen. Dalam hal interaksi dengan teman, beberapa mahasiswa mengeluhkan mereka kesulitan berkomunikasi dengan teman seangkatan karena perbedaan bahasa dan dialek/logat sehingga membuat mereka enggan untuk bekerja sama dalam tugas kelompok. Ada juga yang merasa rindu dengan daerah asal atau rumah (home sick) dan tidak betah dengan lingkungan baru, merasa kesulitan untuk berteman dengan teman-teman seangkatan atau teman di kos, merasa tidak cocok dengan makanan di lingkungan baru sehingga merasa tidak nyaman dan tidak bisa konsentrasi belajar. Temuan ini menguatkan pandangan beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa meskipun sebagian mahasiswa dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan perguruan tinggi, terdapat sebagian mahasiswa lainnya yang merasa kesulitan dengan proses transisi ini (Mutambara & Bhebe, 2012).

Berbagai permasalahan dan tekanan yang dihadapi oleh mahasiswa perantau tersebut menuntut mahasiswa untuk memiliki kemampuan yang lebih dalam menyesuaikan diri di lingkungan baru. Individu yang mampu menyesuaikan diri dengan baik akan bereaksi terhadap dirinya dan lingkungan dengan cara yang efisien, matang, dan sehat, serta dapat mengatasi konflik mental dan frustasi (Ali & Asrori, 2015). Akan tetapi berbeda halnya dengan individu yang mengalami kegagalan adaptasi dengan lingkungan baru, maka dapat menyebabkan gangguan psikologi dan perasaan rendah diri yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang oleh individu tersebut (Adiwaty & Fitriyah, 2015). Sementara itu, menurut Al- Sharideh dan Goe, individu yang memiliki penyesuaian diri buruk tidak hanya mengalami masalah secara psikologis namun juga masalah perilaku, seperti menurunnya harga diri, kepercayaan diri, perasaan alienasi, kesepian, dan isolasi, psikosomatis, stres emosional, dan gangguan komunikasi (Hutapea, 2014).

Penelitian Wijaya mengemukakan bahwa penyesuaian diri mahasiswa rantau cukup sulit dilakukan. Individu dituntut dapat menyesuaikan diri dengan latar belakang yang beragam pada lingkungan baru. Disisi lain individu juga dikenalkan dengan lingkungan kampus yang jelas berbeda dalam sistem pembelajarannya dengan lingkungan disaat masih SMA (Fitri &

Kustanti, 2018). Menurut Lestari (2016) bahwa individu yang mampu menyesuaikan diri dengan baik akan lebih mudah dalam pergaulannya, sehingga hal ini dapat membuat individu terbuka dengan lingkungannya.

Baker dan Siryk mengatakan bahwa penyesuaian di perguruan tinggi memiliki indikasi pada dua jawaban, yaitu tentang nilai akademik dan kemampuan bertahan mahasiswa untuk menyelesaikan perkuliahan (Fitri & Kustanti 2018). Menurut Mudhovozi, mahasiswa dituntut untuk mampu melakukan penyesuaian-penyesuaian diri dengan situasi dan tuntutan yang baru (Nurfitriana, 2016). Apabila penyesuaian yang dilakukan mahasiswa buruk dengan kehidupan di universitas mungkin memaksa mahasiswa untuk meninggalkan lembaga.

Mahasiswa baru ketika di perguruan tinggi lebih cenderung kurang percaya diri dengan penampilan serta merasa kurang mampu ketika berinteraksi dengan mahasiswa lain yang secara demografi berbeda. Pola mengajar dosen pada perguruan tinggi juga menjadikan mahasiswa merasa kurang mampu dalam memahami setiap mata kuliah dan kesulitan untuk fokus ketika berada didalam kelas. Mahasiswa cenderung merasa dirinya mengambil keputusan yang keliru disaat menentukan jurusan dan berpikir agar beralih jurusan lain.

Sebagian besar mahasiswa itu dinyatakan memiliki ketegangan psikologis sehingga menjadi mudah cemas, marah, menjauh dari lingkungan, serta merasa terasing dan kurang optimis (Fitri & Kustanti, 2018).

(13)

Berdasarkan fenomena-fenomena yang diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang penyesuaian akademik tahun pertama pada mahasiswa rantau. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa rantau tahun pertama. Sedangkan manfaat dari penelitian ini secara teoritis adalah memberikan informasi dan pengetahuan kepada mahasiswa tahun pertama khususnya mahasiswa rantau.

Sedangkan manfaat praktisnya adalah sebagai evaluasi agar mahasiswa baru lebih mempersiapkan diri terutama mental psikologisnya dalam menghadapi tantangan di tahun pertama sebagai seorang mahasiswa.

Penelitian ini pada dasarnya adalah keberlanjutan dari penelitian-penelitian sebelumnya tentang penyesuaian diri di perguruan tinggi. Perbedaanya adalah penelitian ini hanya meneliti satu variabel yaitu penyesuaian diri untuk melihat tingkat penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa rantau tahun pertama secara umum. Dilain sisi penelitian ini juga dimaksudkan sebagai evaluasi dari manfaat praktis penelitian terdahulu, untuk mengukur sejauh mana tingkat manfaat penelitian yang berdampak pada mahasiswa Angkatan 2020 dan mahasiswa Angkatan 2021.

Mahasiswa Rantau

Pengertian mahasiswa dalam PP No.30 Tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Menurut Sarwono, mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia 18-30 tahun (Kurniawati & Barorah, 2016).

Merantau dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), merupakan kegiatan bepergian dari satu daerah ke daerah lainnya dengan tujuan tertentu, misalnya untuk bekerja dan mendapatkan pengetahuan baru. Terdapat beberapa unsur pokok merantau, yaitu meninggalkan kampung halaman sendiri, dengan kemauan sendiri, untuk jangka waktu yang lama, dengan tujuan untuk mencari penghidupan, menuntut ilmu atau mencari pengalaman, dan biasanya dengan maksud kembali pulang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa perantau merupakan individu yang berada pada rentang usia 17 hingga 25 tahun yang meninggalkan daerah asalnya untuk menempuh pendidikan pada sebuah perguruan tinggi di daerah lain.

Sejak lebih dari tiga puluh tahun yang lalu, fenomena mahasiswa perantau telah menjadi fenomena yang lazim ditemukan di Indonesia. Banyak orang melanjutkan pendidikannya di luar daerah tempat tinggalnya dengan tujuan mendapatkan fasilitas pendidikan yang lebih baik daripada di daerah asalnya (Monks, 2002). Mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di indonesia ini biasanya tinggal di rumah-rumah kos, asrama, atau rumah kontrakan. Mereka yang memiliki karakteristik diatas yang disebut mahasiswa perantau. Kata perantau disini memiliki makna seorang individu yang melanjutkan pendidikan diluar daerah asal mereka, dengan pergi ke daerah lain untuk mencari ilmu.

Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi

Dalam ilmu psikologi istilah penyesuaian disebut dengan kata adjustment, yang artinya adalah proses untuk menyeimbangkan antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan (Dayakisni dan Hudaniyah, 2009).

Penyesuaian diri yang baik harus memperhatikan beberapa aspek seperti yang disebutkan oleh Wall, yakni keharmonisan diri pribadi atau kemampuan individu dalam menerima keadaan diri sendiri, kemampuan mengatasi ketegangan atau kemampuan individu ketika menghadapi masalah dan frustasi sehingga dapat memenuhi setiap kebutuhan dirinya tanpa adanya tekanan emosi, serta keharmonisan dengan lingkungan atau kemampuan individu dalam

(14)

menyesuaikan diri dengan lingkungan. Penyesuaian diri individu terhadap lingkungan tidak selamanya memperoleh keberhasilan yang maksimal, terkadang individu juga dapat mengalami kegagalan atau terganggu dikarenakan beberapa faktor penyebab. Fatimah mengemukakan bahwa individu yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik akan mengalami hambatan seperti timbul rasa kecewa, frustasi, tidak dapat menghadapi masalah dengan baik, bahkan mengganggu kesehatan jiwa seseorang. Oleh karena itu menurut Kartono untuk dapat memperhatikan diri dalam kondisi mental yang baik maka bertingkah laku secara teratur, efisien, dan tepat untuk memecahkan segala problematika hidupnya dan mengatasi ketegangan-ketegangan hidupnya (Utami, 2016).

Penyesuaian diri di perguruan tinggi adalah usaha individu untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan kampus atau perguruan tinggi untuk terciptanya keselarasan dalam proses belajar atau perkuliahan. Menurut Baker dan Siryk, penyesuaian diri di perguruan tinggi adalah mahasiswa yang berhasil dalam menanggapi tuntutan akademik, memiliki interaksi sosial dengan staf fakultas, mengambil bagian dalam kehidupan kampus, dan melekat serta berkomitmen untuk universitas.

Anderson et al. (2016) mendefinisikan penyesuaian diri mahasiswa di perguruan tinggi sebagai kemampuan individu untuk mengelola tantangan sosial, psikologis, dan keilmuan ketika mengalami transisi ke kehidupan perkuliahan. Proses penyesuaian ini merupakan cara di mana individu berusaha untuk mengatasi stres, konflik, ketegangan dan memenuhi kebutuhan mereka (Mutambara & Bhebe, 2012). Dengan kata lain, penyesuaian ini dapat kita lihat sebagai kondisi atau keadaan di mana mahasiswa merasa bahwa kebutuhan mereka telah terpenuhi dan bahwa perilaku mereka telah sesuai dengan kebutuhan dari lingkungan (Salami, 2011).

Berhasil dan tidaknya mahasiswa dalam pendidikan ditentukan dengan kemampuan penyesuaian diri yang baik di lingkungannya saat ini. Grasha dan Kirchenbaum menyatakan suatu pencapaian belajar yang baik sebagian besar dipengaruhi oleh kemampuan individu dalam beradaptasi dengan lingkungan, yakni bagaimana mahasiswa dapat menyeimbangkan keadaan dirinya dengan tuntutan akademik, mencakup setiap perubahan baik secara sikap maupun tingkah laku, maupun emosional individu saat menjadi bagian dari perguruan tinggi (Julianto, dalam Rosiana 2011).

Teori Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi

Beberapa teori tentang penyesuaian pada perguruan tinggi dari penelitian tesis yang dilakukan oleh Otlu (Syah, 2014) adalah sebagai berikut:

1. Culture Learning Theory

Berdasarkan teori ini, penyesuaian menurut Argyle dan Zhou yaitu pendatang diharuskan belajar tentang relevansi budaya agar dapat bertahan hidup serta berkembang pada lingkungan yang ditempatinya, seperti nilai-nilai kultural, bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi, serta pengetahuan tentang budaya yang saling memiliki keterikatan hubungan.

2. Stress, Coping, and Adjustment Theory

Lazarus dan Folkman memaparkan bahwa penyesuaian dimaknai dengan adanya suatu perubahan kehidupan yang berorientasi pada stress, sehingga pendatang harus menerapkan strategi coping agar meredam stres secara personal yakni kepribadian dan perubahan hidup, ataupun secara situasional yakni adanya dukungan sosial.

3. Social identification Theory

Deaux, Phinney dan Zhou menjelaskan bahwa identitas bagi seorang pendatang adalah hal yang mendasar dan memungkinkan penyesuaian dapat melibatkan adanya perubahan

(15)

identitas pada budaya serta hubungan satu kelompok dengan kelompok lain. Faktor-faktor yang dianggap efektif ketika melakukan penyesuaian meliputi adanya pengetahuan tentang budaya setempat, saling menyikapi antar tuan rumah dan pendatang, identitas budaya, serta kesamaan budaya.

4. Berry’s Acculturation Attitudes

Berry mengemukakan bahwa terdapat dua dimensi dari akulturasi, yaitu pendatang perlu memelihara identitas budaya sendiri dan memelihara hubungan baik dengan budaya lain.

5. College Adjustment

Penyesuaian yang digambarkan oleh Baker dan Siryk yaitu penyesuaian mahasiswa internasional yang diuji oleh empat jenis penyesuaian utama, yakni penyesuaian akademik, penyesuaian sosial, penyesuaian personal emosional, dan kelekatan atau komitmen terhadap universitas.

Dimensi-Dimensi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi

Baker dan Siryk (1984) menjelaskan bahwa penyesuaian diri di perguruan tinggi terdiri dari empat dimensi yaitu sebagai berikut:

1. Penyesuaian Akademik (Academic Adjustment)

Penyesuaian akademik dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu adanya dorongan atau motivasi untuk mengikuti perkuliahan serta menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, yang kemudian ditinjau dari adanya usaha-usaha yang nyata ketika menyelesaikan tuntutan akademik, serta adanya keyakinan akan potensi diri dalam mencapai keberhasilan serta merasa puas dengan situasi akademik di lingkungan perguruan tinggi.

2. Penyesuaian Sosial (Social Adjustment)

Penyesuaian sosial ditinjau dari terlibatnya mahasiswa dalam berbagai agenda sosial atau keterlibatan individu dengan individu lain yang berada di universitas, mampu menyesuaikan diri ketika adanya perpisahan dengan keluarga dan kerabat yang berasal dari daerah yang sama, serta adanya kepuasaan terhadap lingkungan sosial yang dihadapinya sekarang.

3. Penyesuaian Personal-Emosional (Personal-Emotional Adjustment)

Kondisi psikologis mahasiswa baru yang ketika pada proses penyesuaian di perguruan tinggi mengalami gangguan seperti cenderung memiliki ketegangan dan kecemasan selama waktu perkuliahan. Sedangkan pada kesehatan fisik ketika di waktu penyesuaian, mahasiswa akan mengalami gangguan pencernaan, gangguan pernapasan, sakit kepala,dan juga kelelahan. Kondisi inilah yang menyebabkan mahasiswa dengan penyesuaian personal-emosional rendah akan sering memerlukan pelayanan fisik maupun psikologis.

4. Komitmen dan Kelekatan Institusi (Goal-Commitment Institutional Attachment)

Baker menjelaskan bahwa kelekatan institusi yang rendah akan sering dijumpai pada mahasiswa yang masuk ke suatu universitas atau memilih jurusan yang pada dasarnya bukan menjadi pilihannya sendiri, dikarenakan adanya faktor lain seperti keterpaksaan keadaan, keinginan orang tua, ataupun tuntutan pekerjaan.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran lebih detail mengenai suatu gejala berdasarkan data yang ada, menyajikan data, menganalisis, dan menginterpretasi (Narbuko & Achmadi, 2003).

(16)

Data kuantitatif diperoleh melalui analisis skor pada jawaban subjek pada skala penyesuaian diri dan diperoleh gambaran mengenai penyesuaian diri mahasiswa rantau tahun pertama di perguruan tinggi.

Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tahun pertama yang tergolong dalam mahasiswa rantau atau mahasiswa yang melanjutkan studi di daerah lain. Jumlah sampel yang digunakan dari populasi tersebut yaitu sebanyak 100 mahasiswa. Dalam penetapan jumlah sampel tentunya disesuaikan juga berdasarkan dengan beberapa pertimbangan, yakni ketika jumlah sampel yang dipakai semakin banyak maka hasil dari data yang diperoleh cenderung semakin baik. Kemudian meninjau juga dari durasi waktu agar dapat menyelesaikannya tepat pada waktu yang sudah ditargetkan.

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu peneliti mengambil subjek berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu (Siregar, 2013). Subjek penelitian adalah mahasiswa rantau tahun pertama, dengan kriteria sebagai mahasiswa aktif, mahasiswa angkatan 2020 dan angkatan 2021, serta tergolong mahasiswa rantau. Berikut adalah data demografis dari subjek penelitian yang digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1 Data Demografis Subjek

Kategori Frekuensi

(N = 100)

Presentase (%) Jenis Kelamin

Laki-Laki 21 21%

Perempuan 79 79%

Usia

19 Tahun 43 43%

20 Tahun 31 31%

21 tahun 26 26%

Asal Daerah

Maluku 63 63%

Papua 6 6%

Sulawesi 9 9%

Kalimantan 9 9%

NTT 9 9%

Sumatra 4 4%

Dari tabel 1 diatas dapat dipaparkan bahwa subjek laki-laki berjumlah 21 orang, atau lebih sedikit dibandingkan subjek perempuan dengan jumlah 79 orang. Berdasarkan usia, subjek dengan usia 19 tahun lebih mendominasi yaitu sebanyak 43 subjek, dilanjutkan dengan usia 20 tahun yaitu 31 subjek, dan usia 21 tahun yaitu 26 subjek. Sedangkan untuk asal daerah lebih didominasi oleh mahasiswa yang berasal dari Maluku yaitu 63 subjek, dari Papua dengan jumlah 6 subjek, dari Sulawesi 9 subjek, dari Kalimantan 9 subjek, dari NTT 9 subjek, dan dari Sumatra 4 subjek.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Penelitian ini berfokus pada satu variabel atau variabel tunggal yaitu penyesuaian diri di perguruan tinggi. Penyesuaian diri di perguruan tinggi adalah usaha individu untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan kampus atau perguruan tinggi untuk terciptanya keselarasan dalam proses belajar atau perkuliahan.

(17)

Instrumen yang digunakan adalah alat ukur dari Baker dan Siryk (1989) yaitu The Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ). Kuisioner ini mengidentifikasi 4 dimensi tentang penyesuaian diri di perguruan tinggi (academic adjustment, social adjustment, personal-emotional adjustment, dan goal-commitment institutional attachment). Untuk item dari alat ukur SACQ terdapat sebanyak 67 item pernyataan, yang terdiri dari 24 item yang untuk dimensi academic adjustment, 20 item untuk dimensi social adjustment, 15 item untuk dimensi personal-emotional adjustment, dan 8 item untuk dimensi goal-commitment institutional attachment. Indeks validitas Alat ukur SACQ berkisar antara 0.196-0.515 dan reliabilitas alat ukur dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.879.

Instrumen dari pengumpulan data berupa kuesioner dalam bentuk skala likert. Dari tiap-tiap item pernyataan yang ada, subjek diharuskan memberi salah satu jawaban yang paling sesuai dengan gambaran tentang dirinya. Subjek kemudian menanggapi tiap-tiap item pernyataan yang menggunakan pilihan setuju (favourable) atau tidak setuju (unfavourable) dengan hanya berfokus pada empat pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Hal ini dimaksudkan agar menghindari adanya respon netral yang akan berakibat pada sulitnya menggambarkan keadaan subjek secara spesifik.

Setiap kategori memiliki nilai skor seperti pada tabel 1 dibawah ini:

Tabel 2 Skor Respon/Jawaban Kuesioner

Pilihan

Pernyataan Favourable

(F)

Unfavourable (UF)

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Prosedur dan Analisis Data

Prosedur dari penelitian ini diawali dengan mencari masalah dan selanjutnya menentukan variabel yang menjadi fokus utama untuk diukur. Langkah selanjutnya yaitu menyusun proposal dan mencari alat ukur kemudian meminta persetujuan dosen pembimbing. Setelah proposal dan alat ukur yang akan digunakan disetujui dosen pembimbing, peneliti melakukan seminar proposal.

Tahap berikutnya yaitu pengambilan data dengan cara menyebarkan alat ukur berupa skala secara online menggunakan g-form kepada subjek. Untuk penyebaran datanya dilakukan via Whatsapp, Instagram, dan aplikasi social media lainnya yang dimiliki peneliti. Setelah data mencukupi jumlah subjek yang ditargetkan kemudian peneliti melakukan proses input data.

Selanjutnya menganalisis data untuk mendapatkan hasil secara kuantitatif dengan menggunakan aplikasi SPSS. Setelah hasil dari analisis deskriptif kuantitatif menggunakan SPSS selesai, peneliti melanjutkan untuk menjabarkan hasil dalam penulisan bab akhir skripsi.

(18)

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan cara menyebarkan skala melalui link google form kepada mahasiswa rantau tahun pertama, berikut hasil penyesuaian diri di perguruan tinggi yang dikategorikan menjadi dua tingkatan yaitu tinggi dan rendah.

Tabel 3 Kategori Skor Skala Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi

Kategori Interval Frekuensi Persentase

Rendah 156 - 194 77 77%

Tinggi 195 - 233 23 23%

Diagram 1 Deskripsi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi

Dari diagram 1 diatas dapat dilihat bahwa dari total 100 subjek mahasiswa rantau, tingkat penyesuaian diri di perguruan tinggi lebih banyak cenderung berada pada kategori rendah dengan persentase 77% mahasiswa. Sedangkan untuk kategori tinggi persentasenya hanya sebanyak 23% mahasiswa.

Diagram 2 Deskripsi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada gambar diagram 2 diatas, menunjukkan bahwa tingkat penyesuaian diri di perguruan tinggi pada jenis kelamin laki-laki yang berjumlah 21 subjek lebih banyak berada pada kategori rendah yaitu 15 subjek, dan untuk kategori tinggi yaitu 6 subjek. Sedangkan untuk jenis kelamin perempuan yang berjumlah 79 subjek, tingkat penyesuaian diri di perguruan

(19)

tinggi juga lebih banyak berada pada kategori rendah yaitu 62 subjek, dan untuk kategori tinggi 17 subjek.

Diagram 3 Deskripsi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi Berdasarkan Usia

Pada gambar diagram 3 diatas, menunjukkan bahwa tingkat penyesuaian diri dari 43 subjek yang berusia 19 tahun lebih banyak berada pada kategori rendah yaitu 31 subjek, dan untuk kategori tinggi 12 subjek. Untuk 31 subjek yang berusia 20 tahun lebih banyak berada pada kategori rendah yaitu 23 subjek, dan untuk kategori tinggi 8 subjek. Untuk usia 21 tahun dengan jumlah 26 subjek, lebih banyak berada pada kategori rendah yaitu 23 subjek, dan untuk kategori tinggi 3 subjek.

Diagram 4 Deskripsi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi Berdasarkan Asal Daerah

Berdasarkan diagram 4, subjek yang berasal dari Maluku dengan jumlah 63 subjek lebih banyak berada pada kategori rendah yaitu 47 subjek, dan untuk kategori tinggi 16 subjek. Dari Sulawesi yang berjumlah 9 subjek lebih banyak berada pada kategori rendah yaitu 7 subjek dan untuk kategori tinggi 2 subjek. Dari Kalimantan yang berjumlah 9 subjek lebih banyak

(20)

berada pada kategori rendah yaitu 7 subjek, dan untuk kategori tinggi 2 subjek. NTT yang berjumlah 9 subjek lebih banyak berada pada kategori rendah yaitu 6 subjek dan untuk kategori tinggi 3 subjek. Dari Papua dengan jumlah 6 subjek semuanya berada pada kategori rendah. Dari Sumatra dengan jumlah 4 subjek juga semuanya berada pada kategori rendah.

Tabel 4 Kategori Skor Penyesuaian Diri Pada Setiap Dimensi

Dimensi Persentase

Rendah Tinggi

Akademik 57 % 43 %

Sosial 35 % 65 %

Personal-Emosional 35 % 65 %

Komitmen dan Kelekatan Institusi 38 % 62 %

Diagram 5 Deskripsi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi Dimensi Akademik

Dari diagram 5 diatas dapat dilihat bahwa pada dimensi akademik, penyesuaian diri mahasiswa cenderung berada pada kategori rendah yaitu 57 subjek, dan pada kategori tinggi yaitu 43 subjek.

43%

57%

Akademik

Tinggi Rendah

(21)

Diagram 6 Deskripsi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi Dimensi Sosial

Dari diagram 6 diatas dapat dilihat bahwa pada dimensi sosial, terdapat 65 subjek pada kategori tinggi dan terdapat 35 subjek pada kategori rendah.

Diagram 7 Deskripsi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi Dimensi Personal- Emosional

Dari diagram 7 diatas dapat dilihat bahwa pada dimensi personal-emosional, terdapat 65 subjek pada kategori tinggi dan terdapat 35 subjek pada kategori rendah.

65%

35%

Sosial

Tinggi Rendah

65%

35%

Personal-Emosional

Tinggi Rendah

(22)

Diagram 8 Deskripsi Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi Dimensi Komitmen dan kelekatan Institusi

Dari diagram 8 diatas dapat dilihat bahwa pada dimensi komitmen dan kelekatan institusi, terdapat 62 subjek pada kategori tinggi dan terdapat 38 subjek pada kategori rendah.

DISKUSI

Dari hasil penelitian tentang penyesuaian diri di perguruan tinggi pada 100 subjek mahasiswa rantau, secara umum dapat dinyatakan bahwa subjek cenderung lebih banyak berada pada kategori rendah yaitu 77% mahasiswa, sedangkan pada kategori tinggi hanya 23%

mahasiswa. Dalam penelitian Lin dan Yi (Saniskoro & Akmal, 2017) menyebutkan bahwa masalah yang sering dijumpai mahasiswa rantau diantaranya masalah psikososial, yakni tidak terbiasa dengan nilai-nilai sosial yang baru, serta adanya masalah intrapersonal dan interpersonal. Terdapat juga masalah lain yang dijumpai mahasiswa rantau saat penyesuaian akademik, contohnya pada cara belajar, perencanaan belajar, serta pengenalan peraturan- peraturan pada akademik (Sukami, dalam Saniskiro & Akmal, 2017).

Sedangkan untuk hasil penelitian secara spesifik dapat dilihat dari hasil yang didapatkan pada setiap dimensi. Dari diagram 5, dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa menunjukkan skor penyesuaian akademik rendah (57%), sementara 43% menunjukkan skor penyesuaian akademik yang tinggi. Artinya, mahasiswa rantau tahun pertama cenderung menilai bahwa respons mental maupun tingkah laku mereka belum mampu untuk menghadapi tuntutan yang ada di lingkungan perguruan tinggi. Meski demikian, terdapat 43% mahasiswa tahun pertama yang merasa bahwa respons mental dan tingkah laku mereka sudah dapat menjawab tuntutan akademik di lingkungan perguruan tinggi. Penelitian yang dilakukan Wijaya menerangkan adanya kesulitan dalam penyesuaian akademik, dikarenakan terdapat tuntutan untuk beradaptasi pada lingkungan baru yang dilatarbelakangi berbagai perbedaan (Fitri & Kustanti, 2018).

Selanjutnya pada dimensi sosial, diagram 6 menunjukkan sebagian besar mahasiswa rantau tahun pertama memperoleh skor yang tergolong tinggi (65%). Artinya, mayoritas mahasiswa rantau tahun pertama menilai diri mereka telah dapat menunjukkan respons mental dan perilaku untuk menjawab tuntutan interpersonal dan sosial di lingkungan perguruan tinggi. Di sisi lain, masih terdapat 35% mahasiswa yang memperoleh skor rendah pada dimensi ini, yang artinya mereka menilai bahwa respons mental dan perilaku mereka masih kurang untuk

62%

38%

Komitmen-Kelekatan Institusi

Tinggi Rendah

(23)

menjawab tuntutan sosial di lingkungan perguruan tinggi. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa bahwa mahasiswa dengan penyesuaian sosial yang lebih tinggi cenderung lebih terlibat dalam kehidupan di kampus, contohnya yaitu lebih berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan oleh kampus (Baker, 2002). Selain itu, Baker (2002) juga memaparkan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mahasiswa dengan penyesuaian sosial tinggi melaporkan bahwa mereka merasa nyaman untuk mengenali lingkungan kampusnya, pulang ke rumah lebih jarang sementara perkuliahan masih berjalan, serta memiliki lebih banyak teman dekat.

Pada dimensi personal-emosional terdapat dua aspek, yaitu penilaian individu terhadap kesejahteraan psikologis yang dirasakan dan kesehatan fisik individu ketika menghadapi proses penyesuaian di lingkungan yang baru. Diagram 7 menunjukkan bahwa sebanyak 65%

mahasiswa rantau tahun pertama memiliki skor penyesuaian personal-emosional yang tinggi.

Artinya, mayoritas mahasiswa yang menjadi subjek penelitian menilai bahwa mereka memiliki kesejahteraan psikologis dan kondisi fisik yang cukup dan baik serta tidak merasa terganggu selama proses penyesuaian diri di perguruan tinggi. Di sisi lain, masih terdapat 35% mahasiswa yang melaporkan bahwa ada gangguan terhadap kesejahteraan psikologis dan fisik mereka ketika menjalani proses penyesuaian semasa berkuliah.

Pada dimensi komitmen dan kelekatan institusi, diagram 8 menunjukkan bahwa sebanyak 62% mahasiswa rantau tahun pertama menilai bahwa mereka puas dengan keputusan untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi dan merasakan keterikatan yang kuat dengan fakultas atau universitas. Sementara itu, sebanyak 38% dari mahasiswa rantau tahun pertama merasa kurang puas dengan keputusan mereka untuk berkuliah di jurusan yang sedang ditempuh dan tidak memiliki keterikatan yang cukup fakultas atau universitas. Feldt et al. (2011) menjelaskan mahasiswa dengan skor rendah pada dimensi ini akan cenderung untuk memandang bahwa institusi yang sedang dijalani saat ini dirasa kurang cocok dengan dirinya.

Jika kita membandingkan hasil pada keempat dimensi, penyesuaian diri pada dimensi akademik menunjukkan jumlah mahasiswa dengan kategori rendah yang paling banyak, yaitu sebesar 57%. Artinya mahasiswa rantau tahun pertama dalam melakukan penyesuaian diri di perguruan tinggi masih banyak mengalami kesulitan pada tuntutan-tuntutan akademik.

Mahasiswa kurang memiliki motivasi dalam perkuliahan serta kurangnya usaha dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Hal ini berbeda dengan penyesuaian diri pada dimensi lain (sosial, personal-emosional, komitmen dan kelekatan institusi) yang mayoritas menunjukkan skor tinggi.

Sedangkan untuk penyesuaian diri di perguruan tinggi secara umum berdasarkan jenis kelamin seperti yang dideskripsikan pada hasil penelitian, menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama lebih dominan berada pada kategori rendah. Hasil tersebut menggambarkan bahwa penyesuaian diri antara laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan atau pengaruh yang signifikan terkait dengan penyesuaian diri di perguruan tinggi.

Temuan ini bertolak belakang dengan apa yang dikemukakan oleh Asyanti bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri pada mahasiswa (Gustaman, 2021).

Selain jenis kelamin, usia dan asal daerah juga skor tingkat penyesuaian diri masing-masing dominan berada pada kategori rendah.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagian besar mahasiswa rantau tahun pertama yang berasal dari beberapa daerah diluar pulau jawa memiliki tingkat penyesuaian diri di perguruan tinggi yang tergolong rendah yaitu dengan persentase 77% mahasiswa, sedangkan

(24)

yang tergolong tinggi hanya terdapat 23% mahasiswa. Sedangkan jika ditinjau dari empat dimensi penyesuaian diri di perguruan tinggi, hasilnya menunjukkan rata-rata mahasiswa rantau tahun pertama masih kurang mampu menghadapi tuntutan akademik atau dengan kata lain penyesuaian akademiknya masih tergolong rendah. Berbeda hasilnya dengan dimensi sosial, personal-emosional, dan komitmen serta kelekatan pada institusi yang hasilnya rata- rata menunjukkan penyesuaian yang tergolong tinggi. Mengingat bahwa dimensi penyesuaian akademik dapat berimplikasi pada prestasi belajar, tingkat membolos dan penyesuaian akademik mahasiswa di tahun berikutnya, sejumlah 57% mahasiswa yang melaporkan dirinya berada pada kategori penyesuaian akademik yang tergolong rendah perlu menjadi diperhatikan.

Implikasi dari penelitian ini yaitu melakukan sosialisasi temuan penelitian untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa rantau terhadap pentingnya penyesuaian diri di perguruan tinggi pada tahun pertama. Mengingat bahwa kendala dalam proses penyesuaian ini dapat mempengaruhi performa dan capaian akademik mahasiswa, kesulitan mahasiswa dalam proses menyesuaikan diri di lingkungan akademik perlu dipandang sebagai masalah yang serius. Universitas dan fakultas perlu menyediakan program-program yang dapat membantu proses penyesuaian mahasiswa di perguruan tinggi sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

Pemrograman yang strategis mungkin dapat mencegah insiden putus kuliah maupun masalah psikologis lainnya pada mahasiswa yang disebabkan oleh rendahnya penyesuaian di perguruan tinggi. Sementara untuk peneliti selanjutnya, dapat menjadi suatu gambaran baru agar melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan variabel yang lebih variatif dan lebih memfokuskan pada populasi yang lebih spesifik semisalnya pada kota ataupun universitas tertentu.

(25)

REFERENSI

Adiwaty, M. R., dan Fitriyah, Z. (2015). Efektivitas strategi penyesuaian mahasiswa baru pada proses pembelajaran di perguruan tinggi (studi pada UPN “Veteran” Jawa Timur).

Jurnal Neo-bis, 9 (2), 1 – 15.

Agustiani, H. (2009). Psikologi perkembangan pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Refika Aditama

Ali, M., dan Asrori, M. (2015). Psikologi remaja: Perkembangan peserta Didik. PT Bumi Aksara.

Baker, R. W. (2002). Research with the Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ).

Baker, R. W., & Siryk, B. (1984). Measuring adjustment to college. Journal of Counseling Psychology, 31. 179-189.

Chandra, P. E. (2004). Trik Bisnis Menuju Sukses. Grafika Indah Dayakisni, Tri & Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial. UMM Press

Feldt, R. C., Graham, M., & Dew, D. (2011). Measuring Adjustment to College: Construct Validity of the Student Adaptation to College Questionnaire. Measurement and Evaluation in Counseling and Development, 44, (2), 92-104

Fitri, R., & Kustanti, E.R. (2018). Hubungan antara efikasi diri akademik dengan penyesuaian diri akademik pada mahasiswa rantau dari Indonesia bagian timur di Semarang. Jurnal empati, 7(2), 66-77

Gustaman, R. (2021). Perbedaan penyesuaian diri mahasiswa perantau ditinjau dari jenis kelamin. Skripsi. Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta Hutapea, B. (2014). Stres kehidupan, religiusitas, dan penyesuaian diri warga Indonesia

sebagai mahasiswa internasional. Makara Hubs-Asia, 18 (1), 25-40. doi 10.7454/mssh.v18i1.3459

Hutomo, L. (2017). Hubungan antara penyesuaian akademik dengan prestasi belajar pada mahasiswa tahun pertama. Skripsi. Program Sarjana Universitas Surabaya, Surabaya Julia, M., & Veni. B. (2012). An analysis of the factors affecting student’ adjustment at a

university in Zimbabwe. [versi elektronik]. Internatoinal Education Studies, 5, 244-250.

Kato, T. (2005). Adat Minangkabau dan Merantau: Dalam Perspektif Sejarah. Balai Pustaka Kurniawati, J. & Barorah, S. (2016). Literasi Media Digital Mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Bengkulu. Jurnal Komunikator. 8(2)

Lestari, S.S. (2016). Hubungan keterbukaan diri dengan penyesuaian diri mahasiswa Riau di Yogyakarta. Jurnal Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta, Vol. 3, 75-85

Mandoa, F., Saud, H., & Reba, Y.A. (2021) Penyesuaian diri akademik mahasiswa ditinjau dari regulasi emosi dan self-esteem. Psychocentrum Review, 3(1), 119-127

Monks, F. J. (2002). Psikologi Perkembangan. Cet.14: Yogyakarta: Gajah Mada University Mutambara J. & Bhebe V. (2012). An Analysis of the Factors Affecting Students` Adjustment

at a University in Zimbabwe. Journal of International Education Studies, 5, (6), 244- 250.

(26)

Narbuko, K., & Achmadi, H.A. (2003). Metodologi Penelitian. PT. Bumi Aksara

Nurfitriana, P. (2016). Penyesuaian diri pada mahasiswa tahun pertama di fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi. Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta

Rahayu, M. N. M., & Arianti, R. (2020). Penyesuaian mahasiswa tahun pertama di perguruan tinggi: Studi pada mahasiswa fakultas psikologi UKSW. Jurnal Psikologi Sains dan Profesi, 4(2), 73-84

Rosiana, Dewi. (2011). Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama. Universitas Islam Bandung. Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora.

Rozali, Y.A. (2015). Hubungan efikasi diri akademik dan dukungan sosial orang tua dengan penyesuain diri akademik pada mahasiswa UEU Jakarta. Jurnal Psikologi, 13(1)

Saniskoro, B. S. R., & Akmal, S. Z. (2017). Peranan Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi Terhadap Stres Akademik Pada Mahasiswa Perantau Di Jakarta. Jurnal Psikologi Ulayat, 4(1), 95-106

Siregar, I. S. (2013). Statistik parametrik untuk penelitian kuantitatif: Dilengkapi dengan perhitungan manual dan aplikasi SPSS versi 17. PT. Bumi Aksara

Syah, M.C. (2014). Pengaruh motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi akademik mahasiswa tahun pertama. Skripsi.

Program Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta

Tim penyusun kamus pusat bahasa. (2008). Kamus bahasa Indonesia. Pusat bahasa departemen pendidikan nasional Jakarta

Utami, F. (2016). Penyesuaian diri remaja putri yang menikah muda. Psikis: Jurnal Psikologi Islam. 1(11), 11-21

Warsito, H. (2012). Hubungan antara self-efficate dengan penyesuaian akademik dan prestasi akademik pada mahasiswa. Jurnal ilmiah ilmu pendidikan, 9(1), 29-47.

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi

Widihapsari. I.A.G.K., & Susilawati. L.K.P.A. (2018). Peran kecerdasan emosional dan dukungan sosial terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru universitas udayana yang berasal dari luar pulau bali. Jurnal psikologi udayana, 5(1), 48-62

Zubir, M.D. (2012). Hubungan antara psychological well-being dan college adjustment pada mahasiswa tahun pertama Universitas Indonesia. Skripsi. Program Sarjana Universitas Indonesia. Jakarta

(27)

18

LAMPIRAN 1

BLUEPRINT SKALA PENELITIAN

(28)

No Dimensi Sub-Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah

F UF

1 Academic Adjustment

Motivation

Memiliki tujuan akademik

5,19,23,50 4

Tidak relevan dengan tujuan akademik

32,58 2

Aplication

Respek dengan kegiatan akademik

3,44 2

Tidak perduli dengan kegiatan akademik

17,29 2

Performance

Kinerja baik pada kegiatan akademik

6,13,27 3

Kinerja buruk pada kegiatan akademik

10,21,25, 39,41,52

6

Academic Environment

Kepuasan pada lingkungan

akademik

36,43,54, 62,66

5

2 Social Adjusment

General Dapat menyesuaikan lingkungan

1,8,9,18,37, 46,65

7

Other people Memiliki kontak yang baik di kampus

4,14,33,63 4

Kesulitan bergaul 42,48,56 3

Nostalgia Rasa rindu di rumah 22,51,57 3

Social Environment

Kepuasan pada kegiatan akademik

16,26,30 3

3 Personal- Emotional

Adjustment Psychological

Dapat

mengendalikan kecemasan

31 1

Kecemasan didalam kampus

2,7,12,20, 38,45,49, 64

8

Physical Merasakan manfaat fisik

24,55 2

Merasakan kelelahan fisik

11,28,35, 40

4

(29)

4 Goal-

Commitment Institutional Attachment

General

Kelekatan terhadap perguruan tinggi

67,15 2

Merasakan jenuh pada perguruan tinggi

60,61 2

This College

Harapan baik di perguruan tinggi

53,47 2

Memilih ke

perguruan tinggi lain

34,59 2

Total Item 67

Blue Print The Student Adaptation to College Questionnaire (SACQ)

(30)

21

LAMPIRAN 2

SKALA PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI

(31)

Skala Penyesuaian Diri Di Perguruan Tinggi

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya merasa bahwa saya cocok dengan baik sebagai bagian dari lingkungan kampus

2 Saya telah merasa tegang atau gugup akhir-akhir ini 3 Saya up to date dengan pekerjaan akademik saya

4 Saya bertemu banyak orang, dan saya membuat teman sebanyak yang saya inginkan di kampus

5 Saya tahu kenapa saya masuk perguruan tinggi dan apa yang saya inginkan di sini

6 Saya mencari pekerjaan akademik di universitas yang sulit 7 Akhir – akhir ini saya telah banyak merasa sedih dan

murung

8 Saya merasa sangat terlibat dengan kegiatan sosial di kampus

9 Saya dapat menyesuaikan diri dengan baik di perguruan tinggi

10 Saya belum mampu mengatasi ujian

11 Saya telah merasakan kelelahan yang banyak akhir-akhir ini 12 Berdiri di atas kaki saya sendiri, mengambil tanggung jawab

untuk diri sendiri, bagi saya tidak mudah

13 Saya puas dengan tingkat di mana saya belajar perkuliahan 14 Saya telah memiliki informasi dan kontak pribadi dengan

dosen

15 Saya senang sekarang tentang keputusan saya untuk pergi ke kampus

16 Saya senang sekarang tentang keputusan saya untuk menghadiri perkuliahan di kampus ini khususnya

17 Saya tidak bekerja sekeras seperti yang seharusnya di kampus

18 Saya punya beberapa orang yang merasa dekat dengan saya di kampus

19 Tujuan akademik saya di definisikan dengan baik

20 Saya belum bisa mengendalikan emosi saya dengan baik akhir-akhir ini

(32)

21 Saya tidak benar-benar cukup pintar dalam mengerjakan tugas-tugas akademik

22 Rindu atau jauh dari rumah adalah sumber kesulitan bagi saya sekarang

23 Bagi saya mendapat gelar sarjana itu penting 24 Nafsu makan saya telah baik akhir-akhir ini

25 Saya belum sangat efisien dalam penggunaan waktu belajar 26 Saya menikmati tinggal di asrama

27 Saya menikmati menulis makalah dalam perkuliahan 28 Saya telah mengalami banyak sakit kepala akhir-akhir ini 29 Saya benar-benar tidak punya banyak motivasi untuk belajar

akhir-akhir ini

30 Saya puas dengan kegiatan akstrakurikuler yang tersedia di kampus

31 Saya mencari bantuan psikologis untuk diri saya akhir-akhir ini

32 Akhir-akhir ini saya telah memiliki keraguan mengenai nilai akademik saya di kampus

33 Saya bergaul baik dengan teman sekamar atau serumah di perguruan tinggi

34 Saya berharap berada di universitas lain

35 Saya kehilangan berat badan terlalu banyak akhir-akhir ini 36 Saya puas dengan jumlah dan berbagai program studi yang

tersedia di di universitas ini

37 Saya merasa bahwa saya memiliki kemampuan sosial yang cukup untuk rukun dalam pengaturan di universitas

38 Saya terlalu mudah marah akhir-akhir ini

39 Baru saja saya memiliki kesulitan berkonsentrasi dalam perkuliahan atau ketika saya mencoba untuk belajar

40 Saya belum tidur nyenyak

41 Saya tidak melakukan kegiatan akademik cukup baik untuk jumlah pekerjaan atau bobot sks yang saya pilih

42 Saya mengalami kesulitan dengan merasa nyaman dengan orang lain di kampus

43 Saya puas dengan kualitas program studi yang tersedia di universitas

44 Saya menghadiri kuliah secara teratur

(33)

45 Kadang-kadang pemikiran saya akan kacau terlalu mudah 46 Saya puas dengan sejauh mana saya berpartisipasi dalam

kegiatan sosial di kampus

47 Saya berharap tetap di universitas ini untuk mendapatkan gelar sarjana

48 Saya belum bergaul terlalu baik dengan lawan jenis akhir- akhir ini

49 Saya khawatir banyak tentang biaya universitas saya 50 Saya menikmati pekerjaan akademik saya di universitas ini 51 Saya telah merasa kesepian yang banyak di kampus

belakangan ini

52 Saya mengalami banyak kesulitan memulai dalam tugas kampus

53 Saya senang untuk kuliah di universitas ini sampai saya lulus

54 Saya puas dengan program kuliah saya untuk semester ini 55 Saya telah merasa sehat akhir-akhir ini

56 Saya merasa sangat berdeda dari mahasiswa lain di kampus dengan cara yang saya tidak suka

57 Saya lebih suka berada di rumah dari pada di kampus

58 Sebagian besar hal-hal yang saya minati, tidak berhubungan dengan pekerjaan kuliah saya di universitas

59 Akhir-akhir ini saya sudah berpikir tentang pindah ke universitas lain

60 Akhir-akhir ini saya berpikir untuk putus dari kuliah dan untuk selamanya

61 Saya memberikan pemikiran yang cukup untuk mengambil cuti dari universitas dan menyelesaikan nya nanti

62 Saya sangat puas dengan dosen yang saya miliki sekarang dalam perkuliahan saya

63 Saya punya beberapa teman baik atau kenalan di universitas untuk berbicara tentang masalah yang saya miliki

64 Saya mengalami banyak kesulitan mengatasi tekanan yang di berikan pada saya di universitas

65 Saya cukup puas dengan kehidupan sosial saya di kampus 66 Saya cukup puas dengan situasi akademik saya di kampus 67 Saya merasa puas berada di universitas ini

(34)

25

LAMPIRAN 3

TABULASI HASIL SKALA PENELITIAN

(35)

26

Nomor Nama Usia

Jenis

Kelamin Fakultas

Asal Daerah

(Provinsi) TOTAL SKOR

1 Mushab 19 Laki-Laki Teknik Industri Maluku 199

2 Usman 19 Laki-Laki Fisip Maluku 197

3 Umaiyah 21 Perempuan Fakultas komputer Papua 189

4 Ananda 21 Perempuan Pendidikan Papua 183

5 Elpa 21 Perempuan Komputer dan teknik Sumatra 163

6 Marince 21 Perempuan Ilmu sosial dan politik NTT 205

7 Roswita 19 Perempuan Itenas Maluku 220

8 Una 20 Perempuan Mega Rezky Maluku 157

9 Nurhalisa 19 Perempuan Keguruan Maluku 185

10 Hartini 19 Perempuan Komputer Sulawesi 163

11 AYURINDI 19 Perempuan

FKIP(Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan) Maluku 233

12 Nurdeisa 21 Perempuan Rekam medis Maluku 175

13 Mir'atul 20 Perempuan Psikologi Papua 156

14 Dannisa 20 Perempuan Psikologi Kalimantan 214

15 yumaa 20 Perempuan psikologi Sulawesi 184

16 Meditha 19 Perempuan Psikologi Maluku 184

17 Aulia 19 Perempuan Psikologi Maluku 222

18 Aulia fitriani 20 Perempuan Psikologi Kalimantan 177

19 Cv 19 Perempuan Psikologi Sumatra 173

20 Sepina 20 Perempuan Ilmu kesehatan Papua 173

21 Delsiana 20 Perempuan Ilmu kesehatan NTT 177

22 Marlina 20 Perempuan Ilmu kesehatan NTT 173

23 Muhammad 19 Laki-Laki Kesehatan Kalimantan 204

24 Fitri 19 Perempuan Kesehatan Kalimantan 190

25 Marta 21 Perempuan Ilmu kesehatan NTT 178

26 Fatmawati 19 Perempuan Kesehatan Kalimantan 193

(36)

27

27 Y 20 Perempuan Psikologi Kalimantan 157

28 Albertina 19 Perempuan Keperawatan NTT 197

29 Annisa As 21 Perempuan Ilmu sosial dan bisnis Papua 187

30 Nurhasanah 20 Perempuan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Kalimantan 161

31 Bakri 21 Laki-Laki Psikologi Maluku 170

32 Batara 20 Laki-Laki Teknik Maluku 156

33 Samiun 19 Laki-Laki Fisip Maluku 164

34 Jeni 20 Perempuan Ilmu sosial dan politik NTT 196

35 Dayat 20 Laki-Laki DKV Maluku 185

36 Romli 19 Laki-Laki Ikom NTT 173

37 SURTILAWATI 19 Perempuan KEDOKTERAN Maluku 186

38 Putri 19 Perempuan FKIP Sulawesi 158

39 Shilviana 19 Perempuan FKIP Sulawesi 185

40 Rahmatia 19 Perempuan UNISMA Maluku 181

41 Ovaya 19 Perempuan Psikologi Maluku 221

42 Arsila 21 Perempuan Psikologi Maluku 191

43 Mansur 20 Laki-Laki Hukum Maluku 210

44 Veronica 19 Perempuan Psikologi Kalimantan 175

45 Elizabeth 19 Perempuan Psikologi Sumatra 186

46 funny 19 Perempuan psikologi Sumatra 182

47 Miswal 19 Laki-Laki FKIP Maluku 176

48 Faisal 21 Laki-Laki FISIP Kalimantan 180

49 Dinal ihsan 19 Laki-Laki Teknik sipil Maluku 190

50 Rezqullah 19 Laki-Laki FISIP Sulawesi 182

51 Aditia 19 Perempuan Kesehatan Masyarakat Maluku 171

52 GOTANIA 20 Perempuan Ekonomi dan bisnis Maluku 185

53 Linda 21 Perempuan Ekonomi Papua 165

54 Gressella 20 Perempuan Ilmu Budaya Maluku 172

55 Safira hairun 20 Perempuan Kedokteran Maluku 175

(37)

28

56 Fahyuni Alwan 21 Perempuan Ekonomi dan bisnis Maluku 181

57 NN 21 Perempuan Magister Profesi Psikologi NTT 179

58 Putri 21 Perempuan ekonomi NTT 187

59 Jaitun 19 Perempuan Ekonomi dan bisnis Maluku 179

60 Ilman 20 Laki-Laki Ekonomi Dan Bisnis Maluku 187

61 Widayatmi 21 Perempuan Ekonomi dan Bisnis Maluku 192

62 Fajrin 19 Laki-Laki HUKUM Maluku 183

63 Humaira 19 Perempuan Analis kesehatan Maluku 182

64 handri r ali 20 Laki-Laki ekonomi Sulawesi 180

65 Rifda 21 Perempuan Pertanian-Peternakan Maluku 156

66 faradita 20 Perempuan PSPP PENERBANGAN Sulawesi 194

67 S 19 Perempuan Keperawatan gigi Maluku 190

68 Susi susanti 20 Perempuan Bahasa dan seni Maluku 180

69 Nurhidayati 19 Perempuan Ekonomi Dan Bisnis Maluku 179

70 Irawati 20 Perempuan Pertanian Maluku 196

71 Safrul 21 Laki-Laki FMIPA Maluku 215

72 Nursina 20 Perempuan Pertanian Maluku 201

73 Amalinda 19 Perempuan Pertanian Maluku 200

74 Fanina 19 Perempuan FKIP Maluku 184

75 Olivia 19 Perempuan fakultas ilmu sosial Sulawesi 196

76 Sanci 20 Perempuan Fakuktas Ilmu Sosial Maluku 220

77 dani 21 Laki-Laki teknik Maluku 186

78 Lisjawati 21 Perempuan Ilmu keperawatan Maluku 190

79 NURHAFSA 21 Perempuan ILMU ADMINISTRASI Maluku 202

80 Nurul 20 Perempuan Ekonomi dan bisnis Maluku 160

81 sanape 21 Perempuan Ilmu sosial Maluku 176

82 Nurul 19 Perempuan

D3 Rekam Medis dan Informasi

Kesehatan Sulawesi 195

83 Tajriani 21 Perempuan Sastra inggris Maluku 171

84 Nadiya 19 Perempuan Teknik Maluku 182

(38)

29

85 Nurunnisa 21 Perempuan Fakultas Ilmu Keolahragaan Maluku 188

86 Rosdiani 19 Perempuan Teknik Maluku 167

87 Hasan 21 Laki-Laki FIS Maluku 194

88 Wulandari 19 Perempuan Fkip Maluku 179

89 Imitha 19 Perempuan Fakultas Bahasa dan Seni Maluku 192

90 Tarisa 20 Perempuan Tarbiyah dan keguruan Maluku 192

91 Abdul Aziz 20 Laki-Laki Teknik Maluku 212

92 Fadila Safi 20 Perempuan Manajemen Maluku 183

93 Ima 20 Perempuan D3 rekam medis Maluku 211

94 Karim 21 Perempuan Ilmu kesehatan Maluku 186

95 Rifal 20 Laki-Laki Teknik Maluku 189

96 Ria sunaria 21 Perempuan Prodi DIII Gizi Maluku 192

97 Asnia Amri 19 Perempuan Fakultas ilmu budaya Maluku 192

98 Rezqiana 19 Perempuan Fakultas agama islam Maluku 200

99 Asrawati 20 Perempuan Teknik Maluku 172

100 Iriyani Amar 19 Perempuan FISIP Maluku 169

(39)

30

LAMPIRAN 4

HASIL ANALISIS PENELITIAN

(40)

DATA DEMOGRAFI

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 19 Tahun 43 43.0 43.0 43.0

20 Tahun 31 31.0 31.0 74.0

21 Tahun 26 26.0 26.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 21 21.0 21.0 21.0

Perempuan 79 79.0 79.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Asal Daerah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Maluku 63 63.0 63.0 63.0

Papua 6 6.0 6.0 69.0

Sulawesi 9 9.0 9.0 78.0

Kalimantan 9 9.0 9.0 87.0

NTT 9 9.0 9.0 96.0

Sumatra 4 4.0 4.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan Manajemen Diri Guna Penyesuaian Kultur Jawa pada Mahasiswa Baru Rantau yang diusulkan untuk tahun anggaran 2016 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.. Hipotesis dalam penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara locus of control internal dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama4. Hipotesis yang

Tingkat motivasi belajar pada mahasiswa rantau Universitas Islam Negeri UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Tingkat Penyesuaian diri pada mahasiswa ratau Universitas Islam Negeri

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara locus of control internal dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tahun pertama.. Hipotesis yang

Hasil analisa data menunjukkan adanya hubungan signifikan antara sense of humor dengan personal adjustment pada mahasisa rantau tahun pertama USU dengan nilai

Berdasarkan hasil diatas dukungan sosial teman sebaya Papua memiliki nilai 108,57 dan penyesuaian diri 104,22 yang berarti bahwa mahasiswa rantau yang berasal dari Papua di Universitas

Diskusi Hasil Penelitian dari hubungan antara self-efficacy dengan quarter life crisis pada mahasiswa rantau dari luar pulau Jawa di kota Salatiga, menunjukkan bahwa terdapat hubungan