• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Penurunan COD, BOD dan TSS Limbah Industri Sawit Menggunakan Koagulan Kimia dan Ekstrak Alami Pati Pelepah Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Efektivitas Penurunan COD, BOD dan TSS Limbah Industri Sawit Menggunakan Koagulan Kimia dan Ekstrak Alami Pati Pelepah Sawit"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Efektivitas Penurunan COD, BOD dan TSS Limbah Industri Sawit Menggunakan Koagulan Kimia dan Ekstrak Alami

Pati Pelepah Sawit

Vera Viena1*, Bahagia2, Nurlaini3, Rizki Juanda4

1,2,3,4Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Indonesia

*Koresponden email: veraviena@serambimekkah.ac.id

Diterima: 14 Desember 2022 Disetujui: 19 Januari 2023

Abstract

River water pollution occurs because the disposal of palm oil waste into water bodies that are not managed by factories effectively has affected river pollution in Nagan Raya. The impact has caused the death of fish in the river. The purpose of this study was to analyze the effect of natural coagulant palm frond starch on the treatment of parameters biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) and Total Suspended Solid (TSS). Palm oil mill Effluents (POME) wastewater samples were taken from the cooling ponds of PT. X in Nagan Raya District and wet palm fronds obtained from community plantations.

The POME was pretreated with sedimentation for 24 hours and continued with the Palm natural starch and PAC (Poly Aluminum Chloride) chemical coagulation process. The results showed that the COD test with a contact time of 60 minutes decreased by 19.79%, at contact time of 120 minutes by 48.97% and at contact time of 180 minutes by 74.48%. The results of the BOD test showed that there was a decrease along with a contact time of 60 minutes by 20.48%, a contact time of 120 minutes by 35.30% and a contact time of 180 minutes by 68.08%. The results of the TSS test showed a decrease in TSS with a contact time of 60 minutes by 48.37%, a contact time of 120 minutes by 81.70% and a contact time of 180 minutes by 92.43%.

Keywords: palm frond starch, coagulant, sedimentation, palm oil mill effluent (POME)

Abstrak

Pencemaran air sungai terjadi karena pembuangan limbah pabrik kelapa sawit ke badan air yang tidak dikelola secara efektif telah mempengaruhi pencemaran sungai di Nagan Raya. Dampaknya telah menyebabkan kematian ikan di sungai. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa pengaruh koagulan alami pati pelepah sawit terhadap para meter uji Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) dan Total suspended Solid (TSS). Pengambilan sampel limbah kelapa sawit berasal dari kolam pendinginan (cooling ponds) PT. X di Kabupaten Nagan Raya dan pelepah sawit basah diperoleh dari perkebunan rakyat. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) dilakukan pengendapan awal (selama 24 jam) dan dilanjutkan proses koagulasi alami pati dan kimia PAC (Poly Aluminium Chloride). Hasil penelitian menunjukkan hasil uji COD dengan waktu kontak 60 menit terjadi penurunan sebesar 19,79 %, waktu kontak 120 menit sebesar 48,97 % dan waktu kontak 180 menit sebesar 74,48 %. Hasil uji BOD bahwa terjadi penurunan dengan waktu kontak 60 menit sebesar 20,48 %, waktu kontak 120 menit sebesar 35,30 % dan waktu kontak 180 menit sebesar 68,08 %. Hasil uji TSS terjadi penurunan TSS dengan waktu kontak 60 menit sebesar 48,37 %, waktu kontak 120 menit sebesar 81,70 % dan waktu kontak 180 menit sebesar 92,43 %.

Kata Kunci: pati pelepah sawit, koagulan, pengendapan, limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS)

1. Pendahuluan

Pencemaran air sungai terjadi karena pembuangan limbah pabrik kelapa sawit ke badan air yang tidak dikelola secara efektif. Limbah kepala sawit menjadi faktor yang mempengaruhi pencemaran sungai di Nagan Raya yang telah menyebabkan kematian ikan dan berkurangnya sumber air bersih masyarakat.

Apabila hal ini dibiarkan dapat berakibat pada kerusakan ekosistem lingkungan dan tatanan ekonomi masyarakat di Nagan Raya. Air sungai dengan COD dan TSS tinggi tidak dapat digunakan sebagai air minum atau kebutuhan rumah tangga [1]. Peningkatan nilai BOD air sungai mengindikasikan bahwa semakin ke hilir kualitas air sungai semakin menurun atau telah terjadi pencemaran di bagian hilir [2]. Menurut ref. [3] faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan COD antara lain volume reaktor atau air, waktu tinggal padatan atau substrat, permintaan oksigen dan volume lumpur.

Kandungan COD, BOD dan TSS yang tinggi berpotensi mencemari lingkungan jika tidak diolah dengan baik sebelum dibuang ke badan air. Untuk itu dibutuhkan sumber bahan baku koagulan sebagai

(2)

pengendap alami yang murah, efisien dan tepat guna untuk mempercepat pengendapan dan mengurangi ketergantungan penggunaan bahan kimia pada buangan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS).

LCPKS merupakan limbah organik agroindustri berasal dari pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Minyak Sawit Mentah (CPO) oleh pabrik kelapa sawit yang masih dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) atau palm oil mill effluent (POME) adalah jenis limbah organik agroindustri berupa air, minyak dan padatan organik berasal dari hasil samping proses pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit untuk menghasilkan crude palm oil (CPO). Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit (CPO) akan menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang cukup besar [5], [6]. Limbah yang dihasilkan dari industri pengolahan kelapa sawit antara lain janjang kosong, limbah cair, limbah solid (padatan) dan cangkang [7].

Limbah hasil produksi dan perkebunan sawit masih mengandung sejumlah nutrient yang masih dapat dimanfaatkan sebagai sumber koagulan alami, seperti pati pelepah, pati batang sawit, dan sisa buah sawit.

Selain itu [7], juga menyebutkan bahwa dalam pelepah sawit masih terkandung bahan kering (26,07 %), protein kasar (3,07 %), lemak (1,07 %), serat kasar (50,94 %), Kalsium (0,96 %), Posfor (0,08 %). Selain itu juga terdapat beberapa contoh koagulan alami yang dapat digunakan untuk mengolah limbah cair LCPKS, diantaranya berasal dari pemanfaatan pati benih gandum [8], fenugreek dan okra [9], Opuntia kaktus [10], biji rambutan [10], biopolymer organo floc [12], tanaman kelor [13], tanaman buah naga [14], khitosan dari jamur [15]), ekstrak biji petai [16] , biji kacang polong [17].

Peningkatan proses perombakan bahan organik pada limbah cair akan diikuti dengan penurunan BOD, COD, TSS dan nisbah C/N. Bila dilihat dari kandungan bahan organik dan unsur hara LCPKS, maka limbah ini dapat digunakan sebagai pupuk organik dan dapat dijadikan sebagai pupuk pengganti pupuk anorganik. LCPKS tidak dapat secara langsung dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena memiliki bahan-bahan organik yang belum terdegradasi tinggi, aktivitas mikroorganisme yang tertekan dan jika dibuang ke badan air penerima akan mengakibatkan penurunan kualitas perairan dan lingkungan serta tidak dianjurkan untuk diaplikasikan ke lahan [18].

Penggunaan bahan alami dari pelepah sawit memberi keuntungan berupa pemanfaatan kembali pelepah hijau yang banyak terbuang sebagai limbah, dan dapat diperas untuk diambil pati dan digunakan sebagai tambahan koagulan. Selain itu koagulan alami pati sawit alami bersifat ramah lingkungan, mampu mengurangi penggunaan koagulan kimia seperti Aluminium Sulfat dan PAC (Poly Aluminium chloride).

Tujuan penelitian ini adalah melihat tingkat pengaruh koagulan alami pati pelepah terhadap para meter uji uji Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) dan Total suspended Solid (TSS) terhadap limbah pabrik kelapa sawit di Nagan Raya. Hasil penelitian ini diharapkan memperoleh baku mutu effluent LCPKS yang sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh [1], bahwa pencemaran berasal dari pipa-pipa pembuangan limbah cair dari industri yang yang ada di sekitar aliran sungai. Pencemaran ini berasal dari hasil buangan limbah LCPKS setelah dilakukan pengolahan pada instalasi di IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Berdasarkan hasil survey lapangan di daerah kajian, b ahw a air limbah lang sung d ialirk an k e sung ai yang tidak memenuhi syarat baku mutu air limbah yang ditetapkan. Sepanjang aliran sungai diketahui bahwa tidak terdapat endpipe IPAL industri yang langsung masuk ke Sungai. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengkaji penggunaan koagulan untuk mengolah effluent limbah LCPKS sebelum dibuang ke badan air khususnya sungai.

2. Metode Penelitian

2.1 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Lingkungan Universitas Serambi Mekkah dan di Laboratorium uji kualitas air PDAM Tirta Daroy Banda Aceh. Penelitian berlangsung selama 5 bulan dari bulan Januari sampai Mei 2022. Sedangkan pengambilan sampel limbah kelapa sawit berasal dari kolam pendinginan (cooling ponds) PT. X di Kabupaten Nagan Raya dan pelepah sawit basah diperoleh dari perkebunan rakyat di Nagan Raya, Aceh.

2.2 Tahapan penelitian

Pengambilan sampel pelepah sawit basah/kering dan pengambilan sampel limbah LCPKS di PT. X.

di Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Tahapan kegiatan penelitian yaitu:

1) Analisa karakteristik awal limbah LCPKS.

2) Pengepresan, ekstraksi pati dengan asam sitrat 0,1 N, dan pengeringan pati pelepah sawit di oven selama 1 jam.

3) Pengayakan pati ukuran 100 mesh dan analisa kandungan air pati.

(3)

4) Penentuan pH dan dosis optimum koagulan dengan pada berbagai variasi perlakuan (Kecepatan pengadukan dan dosis koagulan).

5) Analisa penurunan kandungan organik limbah LCPKS dalam parameter COD, BOD, dan TSS.

6) Pengolahan data dan grafik.

7) Penulisan laporan dan luaran penelitian.

2.3 Prosedur Penelitian

Prosedur kerja pada penelitian ini ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Prosedur kerja penelitian koagulan dari pati pelapah kelapa sawit

Sumber: Peneliti, 2022 2.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan melakukan eksperimen laboratorium mengunakan bahan koagulan alami pada limbah LCPKS secara langsung, sehingga diperoleh data-data perbandingan dalam bentuk tabel yang di interpretasi dalam bentuk grafik. Penelitian ini juga membandingkan jumlah tambahan koagulan pati pelepah sawit dengan prosedur PAC (Poly Aluminium Chloride) pada limbah kelapa sawit, agar diperoleh perbandingan teknologi yang lebih murah dan efisien.

Sebelum perlakuan proses koagulasi dan flokulasi, LCPKS diberikan perlakuan pengendapan selama 24 jam untuk menurunkan kadar organic LCPKS sebelum ditambahkan koagulan pati pelepah sawit. Selain itu, pengendapan juga dilakukan untuk mengurangi beban pencemar organic pada uji lanjutan agar tidak mempengaruhi efisiensi pembentukan flok-flok akibat tambahan flokulasi atau akibat grafitasi alami.

2.5 Analisis Data Dengan Uji Kandungan COD, BOD dan TSS Limbah LCPKS 2.5.1. Penentuan nilai Chemical Oxygen Demand (COD)

Penentuan COD dilakukan dengan menggunakan metode standar APHA 2005. Untuk pengukuran COD; sampel yang diukur diencerkan ke dalam konsentrasi yang diinginkan dalam rentang COD yang dapat dideteksi. Nilai COD diwakili oleh unit mg/L.

2.5.2. Penentuan nilai Biological Oxygen Demand (BOD)

Pengujian nilai BOD membutuhkan waktu 5 hari untuk diselesaikan dan dilakukan dengan menggunakan alat tes oksigen terlarut, berdasarkan SNI 6989.72:2009. Level BOD ditentukan dengan membandingkan level DO dari sampel air yang diambil segera dengan level DO dari sampel air yang telah diinkubasi dalam inkubator selama 5 hari. Level Dissolved Oxygen (DO) awal diukur sebelum sampel diinkubasi dalam inkubator pada suhu 20 ° C selama 5 hari. Setelah 5 hari, diukur DO pada semua sampel encer dan blanko diperiksa.

2.5.3 Penentuan nilai Total Suspended Solid (TSS)

Berdasarkan SNI 6989.72:2009, pengukuran Total Suspended Solid (TSS) juga telah ditentukan sesuai dengan Metode Standar. 10 mL sampel yang dicampur dengan baik disaring melalui kertas saring serat gelas standar. Sampel dikeringkan dalam oven selama setidaknya 1 jam pada suhu 105 °C. TSS dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

(4)

Total Suspended Solid:

(mg/l) = (A-B) x 1000 / (sampel volume, mL) Dimana:

A = berat residu kering + kertas filter serat gelas (mg); dan B = berat kertas filter serat kaca (mg)

2.6 Analisis Kondisi Optimum dengan Jar Test

Koagulasi dan flokulasi LCPKS dilakukan menggunakan alat uji jar test (VelpScientifica JLT 4).

Serangkaian empat gelas beaker diisi dengan 500 mL LCPKS masing-masing untuk setiap uji coba. pH awal setiap sampel diukur menggunakan pH meter dan disesuaikan dengan pH awal yang diinginkan dengan menambahkan 5M H2SO4 (PA) atau 5M NaOH (PA) setetes demi setetes ke dalam sampel. Tes koagulasi dan flokulasi dilakukan dengan menggunakan dosis koagulan (2 mg / L, 20 mg / L dan 40 mg / L) dan dosis PAC (2 mg / L, 20 mg / L, dan 40 mg / L).

Setelah diperoleh pH dan dosis optimum koagulan yang diinginkan ditambahkan, maka sampel LCPKS diaduk pada kecepatan pengadukan 300 rpm dan waktu pengadukan cepat selama 60 detik. Operasi campuran lambat pada 50 rpm dan 30 menit kemudian diterapkan; flokulan ditambahkan sesuai dengan dosis yang diinginkan. Ini diikuti oleh penyelesaian akhir selama 2 jam. Pada akhir proses sedimentasi, supernatan dipisahkan untuk analisis pH, COD, BOD dan TSS. Semua percobaan digandakan.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Preparasi koagulan pati pelepah sawit

Proses awal persiapan pembuatan koagulan dari pati pelepah sawit adalah pengambilan pelepah muda untuk dipotong-potong, dikecilkan ukuran dan dipress sehingga dihasilkan serat kasar dengan menggunakan penghancur dengan tambahan air. Serat kasar yang diperoleh dicampur air dan disaring dengan ayakan halus untuk mendapatkan endapan pati. Hasil pati kering ini untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan koagulan dalam penyisihan limbah cair kelapa sawit. Pada Gambar 2. ditampilkan proses persiapan koagulan dari pati tepung pelepah sawit. Hasil pati pelepah ditampilkan pada gambar 2.C berdasarkan hasil ayakan 100 mesh. Tepung pati yang digunakan didalam penelitian memerlukan perlakuan awal dengan penambahan larutan asam sitrat 0,1N sebagai proses pemisahan lignin sawit dengan perlakuan asam. Pati kering dari proses penambahan larutan asam sitrat dikeringkan dengan oven sampai tercapai berat konstan.

Gambar 2. Proses preparasi tepung pati pelepah sawit menjadi koagulan kering.

a. Pelepah sawit basah; b. Serat pelepah sawit yang telah diserut;

c. Hasil tepung pati pelepah sawit yang dikeringkan;

d. Proses koagulasi dengan penambahan pati pelepah sawit Sumber: Hasil penelitian, 2022

3.2 Karakteristik awal LCPKS

Limbah cair kelapa sawit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kolam cooling ponds sebagai effluent limbah. Hasil karakterisasi secara visual ditunjukkan pada Gambar 3. Karakteristik limbah cair masih mengandung endapan berwarna coklat, warna air keruh kehitaman, berbau khas, dan permukaannya berminyak. Ciri ini menunjukkan hasil effluent limbah masih mengandung minyak lemak dan kadar organik tinggi yang harus diolah dengan metode yang tepat sebelum dibuang ke badan air. Data analisa karakteristik awal LCPKS ditampilkan pada Tabel 1.

c c

d d

a b

(5)

Gambar 3. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) sebelum diberi perlakuan pengendapan dan proses koagulasi

Sumber: Hasil penelitian, 2022

Tabel 1. Hasil pengujian karakteristik awal LCPKS No. Parameter

Uji Satuan Hasil Analisa

Karakteristik LCPKS

Baku Mutu*

1. COD mg/L 14.739,90 350

2. BOD mg/L 9.242,60 100

3. TSS mg/L 10.250 250

4. pH - 7,7 6,0-9,0

Sumber: PermenLH Nomor 5 Tahun 2014

Limbah LCPKS diuji dalam parameter COD, BOD, TSS dan pH dan menunjukkan nilai yang melebihi baku mutu (Tabel 1). Hasil analisa limbah LCPKS sebelum perlakuan koagulasi, parameter COD, BOD dan TSS secara berturut-turut sebesar 14.739,90 mg/L, 9,242,60 mg/L dan 14.250 mg/L. Sedangkan nilai pH telah memenuhi baku mutu sebesar 7,7. Tingginya kandungan organik berlebih pada limbah cair kelapa sawit berasal dari unit proses pengepressan, pemisahan dan pemurnian minyak kelapa sawit.

3.3. Pengaruh Waktu Terhadap Efisiensi Penyisihan LCPKS dengan Koagulan Alami dan Kimia Pada Tabel 2 ditampilkan hasil pengolahan limbah LCPKS setelah perlakuan awal pengendapan (selama 24 jam) dan dilanjutkan proses koagulasi alami pati pelepah sawit.

Tabel 2. Hasil pengolahan limbah LCPKS setelah perlakuan awal pengendapan (selama 24 jam) dan dilanjutkan proses koagulasi alami pati pelepah sawit

Dosis Kecepatan Waktu

Hasil Analisa Koagulan Pengadukan Kontak

(ppm) (rpm) (menit) COD BOD TSS pH

(mg/L) (mg/L) (mg/L) LCPKS

Kontrol 0 14,739.90 9,242.66 10,250.00 7.70

60 30

60 11,822.65 6,550.00 5,292.00 7.30 120 7,580.52 5,980.20 1,876.00 7.30 180 3,761.22 2,950.20 776.10 7.60

*Sumber: Hasil analisis, 2022

Pada Tabel 2 menjelaskan bahwa perlakukan kontrol dengan waktu kontak 0 bahwa kandungan dalam limbah LCPKS didapatkan COD sebesar 14,739.90 mg/L, BOD sebesar 9,242.66 mg/L, TSS sebesar 10,250 mg/L dan pH sebesar 7,7. Setelah diberikan perlakukan dengan dosis koagulan 60 ppm dengan kecepatan pengadukan 30 rpm terjadi penurunan nilai COD pada waktu kontak 60 menit sebanyak 11,822.65 mg/L, BOD sebanyak 6,550 mg/L, TSS sebanyak 5,292 mg/L dan pH sebanyak 7,3. Hal ini disebabkan telah dilakukan perlakuan awal pengendapan (selama 24 jam) dan dilanjutkan proses koagulasi alami pati pelepah sawit.

Berikut ini ditampilkan Tabel 3 hasil pengolahan limbah LCPKS setelah perlakuan awal pengendapan (selama 24 jam) dan dilanjutkan proses koagulasi kimia PAC.

(6)

Tabel 3. Hasil pengolahan limbah LCPKS setelah perlakuan awal pengendapan (selama 24 jam) dan dilanjutkan proses koagulasi kimia PAC

Dosis Kecepatan Waktu

Hasil Analisa Koagulan Pengadukan Kontak

(ppm) (rpm) (menit) COD BOD TSS pH

(mg/L) (mg/L) (mg/L) LCPKS

Kontrol 0 14,739.90 9,242.66 10,250.00 7.70

60 30

60 9,920.98 7,350.00 6,716.00 6.70 120 3,807.40 2,125.00 2,080.00 6.80

180 692.39 521.87 368.00 6.80

*Sumber: Hasil analisis, 2022

Hasil dari Tabel 2 dan Tabel 3 pembahasannya dijelaskan dalam Gambar 4.

3.3.1 Efisiensi penurunan pH

Hasil efisiensi penuruan pH pada perlakukan pengolahan limbah LCPKS setelah perlakuan awal pengendapan (selama 24 jam) dan dilanjutkan proses koagulasi kimia PAC diperlihatkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Efisiensi penurunan pH LCPKS menggunakan koagulan pati dan koagulan kimia PAC Sumber: Hasil analisis, 2022

Gambar 4 menjelaskan bahwa terjadi penurunan pH pH LCPKS menggunakan koagulan pati dan koagulan kimia PAC dengan perlakuan dosis kontrol dan 60 rpm dengan kecapatan pengadukan 30 rpm.

Terjadi penurunan pH dengan waktu kontak 0 menit yaitu 7,70, waktu kontak 60 menit sebesar 6,7, waktu kontak 120 menit sebesar 6,8 dan waktu kontak 180 menit sebesar 6,8.

3.3.2 Efisiensi penurunan COD

Hasil efisiensi penuruan COD pada perlakukan pengolahan limbah LCPKS setelah perlakuan awal pengendapan (selama 24 jam) dan dilanjutkan proses koagulasi kimia PAC diperlihatkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Efisiensi penurunan COD LCPKS menggunakan koagulan pati dan koagulan kimia PAC

Sumber: Hasil analisis, 2022

7,70 7,30 7,30 7,60

7,70

6,70 6,80 6,80

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00

0 50 100 150 200

Perubahan pH

Waktu kontak koagulan (menit)

KP KK

0,00

19,79

48,57

74,48

0,00

32,69

74,17

95,30

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

0 50 100 150 200

Efisiensi penurunan COD (%)

Waktu kontak koagulan (menit)

KP KK

(7)

Gambar 5 menjelaskan bahwa terjadi penurunan COD LCPKS menggunakan koagulan pati dan koagulan kimia PAC dengan perlakuan dosis kontrol dan 60 rpm dengan kecapatan pengadukan 30 rpm.

Terjadi penurunan COD dengan waktu kontak 60 menit sebesar 19,79 %, waktu kontak 120 menit sebesar 48,97 % dan waktu kontak 180 menit sebesar 74,48 %.

3.3.3 Efisiensi penurunan BOD

Hasil efisiensi penuruan BOD pada perlakukan pengolahan limbah LCPKS setelah perlakuan awal pengendapan (selama 24 jam) dan dilanjutkan proses koagulasi kimia PAC diperlihatkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Efisiensi penurunan BOD LCPKS menggunakan koagulan pati dan koagulan kimia PAC

Sumber: Hasil analisis, 2022

Gambar 6 menjelaskan bahwa terjadi penurunan BOD LCPKS menggunakan koagulan pati dan koagulan kimia PAC dengan perlakuan dosis kontrol dan 60 rpm dengan kecapatan pengadukan 30 rpm.

Terjadi penurunan BOD dengan waktu kontak 60 menit sebesar 20,48 %, waktu kontak 120 menit sebesar 35,30 % dan waktu kontak 180 menit sebesar 68,08 %.

3.3.4 Efisiensi penurunan TSS

Hasil efisiensi penuruan TSS pada perlakukan pengolahan limbah LCPKS setelah perlakuan awal pengendapan (selama 24 jam) dan dilanjutkan proses koagulasi kimia PAC diperlihatkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Efisiensi penurunan TSS LCPKS menggunakan koagulan pati dan koagulan kimia PAC

Sumber: Hasil analisis, 2022

Gambar 7 menjelaskan bahwa terjadi penurunan TSS LCPKS menggunakan koagulan pati dan koagulan kimia PAC dengan perlakuan dosis kontrol dan 60 rpm dengan kecapatan pengadukan 30 rpm.

Terjadi penurunan TSS dengan waktu kontak 60 menit sebesar 48,37 %, waktu kontak 120 menit sebesar 81,70 % dan waktu kontak 180 menit sebesar 92,43 %.

0,00

29,13 35,30

68,08

0,00

20,48

77,01

94,35

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

0 50 100 150 200

Efisiensi penurunan BOD (%)

Waktu kontak koagulan (menit)

KP KK

0,00

48,37

81,70

92,43

0,00

34,48

79,71

96,41

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

0 50 100 150 200

Efisiensi Penyisihan TSS (%)

Waktu kontak koagulan (menit)

KP KK

(8)

4. Kesimpulan dan Saran

Kecepatan pengadukan, dosis koagulan, dan penggunaan larutan pengekstrak asam sitrat sangat mempengaruhi efektifitas penurunan LCPKS. Koagulan alami dari pati pelepah sawit terbukti mampu menyisihkan parameter limbah LCPKS, namun belum mampu memenuhi baku mutu yg ditetapkan.

Sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan variasi pengadukan lambat dan dosis koagulan yang lebih tinggi agar memudahkan proses pengolahan LCPKS pada unit-unit pengolahan lanjutan agar aman dibuang ke lingkungan.

5. Ucapan Terima Kasih

Penghargaan yang sebesarnya kepada Ketua Yayasan Serambi Mekkah dan LPPM Universitas Serambi Mekkah atas pendanaan penelitian dosen muda pada Program Mr. Moehammad Hasan Award Tahun 2021. Terima kasih kami juga kami sampaikan kepada Laboran Teknik Lingkungan USM dan Laboran Teknik Kimia USK atas bantuannya dalam analisa sampel limbah cair LCPKS dan pengolahan data penelitian.

6. Daftar Pustaka

[1] Bahagia, Suhendrayatna, and Zulkifli Ak. “Analisis Tingkat Pencemaran Air Sungai Krueng Tamiang Terhadap COD, BOD dan TSS,” Jurnal Serambi Engineering, Vol V, No. 3, 2020.

[2] Ashar. Yulia K, Susilawati, Agustina. Dewi, Analisis Kualitas (BOD, COD, DO) Air Sungai Peranggrahan Desa Rawadenok Kelurahan Rangkepan Jaya Baru Kecamatan Mas Kota Depok, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri, Sumatera Utara Medan, 2020.

[3] B. Wiyantoko, N. Rahmadani, P. Kurniawati, and T. E. Purbaningtias, “Method Verification of Chemical Oxygen Demand (COD) and Total Suspended Solid (TSS) Analysis from Mentaya River, Journal AIP Conference Proceedings, 2020.

[4] Jingbing Zhang, Yuting Shao, Guohua Liu, Lu Qi, Hongchen Wang, Xianglong Xu, and Shuai Liu, Wastewater COD characterization: RBCOD and SBCOD characterization analysis methods, 11: 691.

Published online 2021 Jan 12. doi: 10.1038/s41598-020-80700-8, Sci Rep. 2021.

[5] I. Nursanti, “Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Pada Proses Pengolahan Anaerob dan Aerob,” J. Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, Vol.13, No.4, 2013.

[6] D.Y. Nasution, “Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Yang Berasal Dari Kolam Akhir (Final Pond) Dengan Proses Koagulasi Melalui Elektrolisis,” J. Sains Kimia, Vol. 8, No. 2, Hal. 38- 40, 2004.

[7] R. H. Pranata and Z. Arico, “Pemanfaatan Limbah Kebun Pelepah Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq) Sebagai Alternatif Pakan Ternak Bernilai Gizi Tinggi,” J. Biologica Samudra, vol.

1, no. 1, pp. 17–24, 2019, Accessed: Dec. 05, 2022. [Online]. Available: https://ejurnalunsam.id › article › view

[8] S. Daud, T. Idaty, M. Ghazi, Intan, and S. Ahamad, “Wheat Germ as Natural Coagulant for Treatment of Palm Oil Mill Effluent (POME),” International Journal of Chemical and Environmental Engineering, Vol. 5, No. 2 pp.111-115, 2014.

[9] F. A. B. M. Lanan, A. Selvarajoo, V. Sethu, and S. K. Arumugasamy, “Utilisation of Natural Plant- Based Fenugreek (Trigonella foenum-graecum) Coagulant and Okra (Abelmoschus escluentus) Flocculant for Palm Oil Mill Effluent (POME) Treatment,” J Environ Chem Eng, vol. 9, no. 1, 2021, doi: 10.1016/j.jece.2020.104667.

[10] V. Sethu, A. Selvarajoo, C. W. Lee, P. Ganesan, G. S. Lim, and X. Y. Mok, “Opuntia Cactus as a Novel Bio-coagulant for the Treatment of Palm Oil Mill Effluent (POME),” Progress in Energy and Environment, vol. 9, 2019.

[10] M. A. Tariq, V. Sethu, S. Arumugasamy, and A. Selvarajoo, “Rambutan (Nephelium lappaceum) Seeds for The Treatment of Palm Oil Mill Effluent (POME) and its Feedforward Artificial Neural Network (FANN) Modeling,” Research Communication in Engineering Science & Technology, vol.

4, 2020, doi: 10.22597/rcest.v4.64.

[12] H. A. Tajuddin, L. C. Abdullah, A. Idris, and T. S. Y. Choong, “Effluent Quality of Anaerobic Palm Oil Mill Effluent (POME) Wastewater Using Organic Coagulant,” International Journal of Science and Research (IJSR), vol. 4, no. 5, 2015.

[13] M. H. Mohamed Noor, W. J. Lee, M. F. Z. I. Mohd Azli, N. Ngadi, and M. Mohamed, “Moringa Oleifera Extract as Green Coagulant for POME Treatment: Preliminary Studies and Sludge Evaluation,” in Materials Today: Proceedings, 2020, vol. 46. doi: 10.1016/j.matpr.2021.02.241.

(9)

[14] A. M. Som and A. F. Abd Wahab, “Performance Study of Dragon Fruit Foliage as a Plantbased Coagulant for Treatment of Palm Oil Mill Effluent from Three-Phase Decanters,” Bioresources, vol.

13, no. 2, 2018, doi: 10.15376/biores.13.2.4290-4300.

[15] O. Adnan, Z. Z. Abidin, A. Idris, S. Kamarudin, and M. S. Al-Qubaisi, “A Novel Biocoagulant Agent from Mushroom Chitosan as Water and Wastewater Therapy,” Environmental Science and Pollution Research, vol. 24, no. 24, 2017, doi: 10.1007/s11356-017-9560-x.

[16] M. M. Alnawajha, S. Rozaimah, S. Abdullah, and H. A. Hasan, “Effectiveness of using Water- Extracted Leucaena Leucocephala Seeds as a Coagulant For Turbid Water Treatment: Effects of Dosage, Ph, Mixing Speed, Mixing Time, and Settling Time,” Biomass Convers Biorefin, 2022, doi:

10.1007/s13399-022-03233-2.

[17] K. P. Y. Shak and T. Y. Wu, “Optimized Use of Alum Together with Unmodified Cassia Obtusifolia Seed Gum as a Coagulant Aid in Treatment of Palm Oil Mill Effluent Under Natural Ph of Wastewater,” Ind Crops Prod, vol. 76, pp. 1169–1178, Dec. 2015, doi:

10.1016/j.indcrop.2015.07.072.

[18] Ida Nursanti, Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Pada Proses Pengolahan Anaerob Dan Aerob, Jurnal Imiah Universitas Batanghari Jambi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Batanghari Jambi, Vol. 13, No. 4, 2013.

http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/article/view/324

Referensi

Dokumen terkait

Kadar COD dalam air limbah akan diserap karbon aktif yang mempunyai suatu gaya gabung dengan bahan organik, hal tersebut dapat digunakan untuk meremoval bahan

Pengukuran TSS dengan penambahan koagulan asam jawa dosis 200-600 mg/L yang cenderung mengalami penurunan terbesar terletak pada dosis 400 mg/L yaitu menghasilkan kadar TSS

Penambahan koagulan yang berlebih dapat mengakibatkan adsorpsi dari kation yang berlebih sehingga menyebabkan restabilisasi koloid terjadi, kelebihan muatan ini