• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, INFORMASI ASIMETRI, BUDGET EMPHASIS TERHADAP SLACK ANGGARAN (Studi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, INFORMASI ASIMETRI, BUDGET EMPHASIS TERHADAP SLACK ANGGARAN (Studi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo)."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Sidoarjo)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh:

DWI RATNA WATI 0613010143/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, INFORMASI ASIMETRI DAN BUDGET EMPHASIS TERHADAP SLACK

ANGGARAN

(Studi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo)

Yang diajukan

DWI RATNA WATI

0613010143/FE/EA

Disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Prof, Dr. H. Soerparlan Pranoto, MM. AK Tanggal : ...

NPT. 977 100 164

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi

(3)

serta kenikmatan yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu

hingga perguruan tinggi. Berkat rahmatNya pula serta atas kebaikan yang

diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

” Analisis Pengaruh Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetri dan Budget

Emphasis terhadap Slack Anggaran”.

Sebagaimana telah diketahui bahwa penelitian skripsi ini merupakan salah

satu syarat suntuk dapat memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Jurusan

Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur.

Peneliti telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki dalam

penelitian penelitian ini, tetapi peneliti yakin tanpa adanya saran dan bantuan

maupun dorongan dari beberapa pihak,maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat

tersusun sebagaimana mestinya, oleh karena itu dengan segala ketulusan hati

peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangungan Nasional ’Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi selaku pembantu Dekan I Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran’’ Jawa Timur

(4)

Pembangunan Nasional ”Veteran’’ Jawa Timur

5. Bapak Prof. Dr. H. Soeparlan Pranoto, MM. AK selaku dosen

pembimbing yang telah membimbing dan memberikan petunjuk-petunjuk

yang sangat berguna dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sehingga

penelitian ini selesai

6. Ibu Dra. Ec. Dyah Ratnawati, MM selaku dosen wali yang telah

meluangkan waktu dengan penuh keikhlasan membimbing peneliti selama

menempuh kuliah

7. Segenap Dosen, Staf, dan seluruh Karyawan Fakultas Ekonomi Jurusan

Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran’’ Jawa Timur

8. Segenap Karyawan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Kabupaten Sidoarjo, khususnya kepada Ibu Sum dan Bapak Sugeng yang

telah memberikan ijin dan memberikan semua hal yang dibutuhkan

peneliti dalam penelitian sehingga terlaksananya penelitian ini

9. Secara khusus saya sampaikan terima kasih sedalam-dalamya kepada

Ayahnda dan Ibunda yang tiada lelah mendidik dan membahagiakan saya,

dari lubuk hati yang paling dalam saya haturkan rasa bakti saya

10. Buat seseorang yang selalu memberi semangat dan menemaniku selama

ini (my husband)

11. Teman-teman seperjuangan selama kuliah atas kerjasama, dukungan, do’a

dan segala kebaikan yang pernah diberikan kepada peneliti

(5)

persatu

Semoga Allah SWT selalu melindungi, memberikan balasan dan

segala kebaikan atas semua bantuannya kepada peneliti.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

demi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi khususnya,

Amien...

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Januari 2010

Peneliti

(6)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL 2.1. Penelitian Terdahulu ... 12

2.2. Kajian Teori ... 18

2.2.1. Anggaran ... 18

2.2.1.1. Definisi Anggaran ... 18

2.2.1.2. Fungsi Anggaran ... 19

2.2.1.3. Keuntungan Anggaran ... 20

2.2.1.4. Kelemahan Anggaran ... 21

2.2.1.5. Jenis-jenis Anggaran ... 21

(7)

2.2.2.2. Kekurangan Partisipasi Anggaran ... 26

2.2.2.3. Manfaat Partisipasi Anggaran ... 27

2.2.3. Informasi Asimetri ... 27

2.2.3.1. Definisi Informasi Asimetri ... 27

2.2.4. Budget Emphasis ... 28

2.2.4.1. Definisi Budget Emphasis ... 28

2.2.4.2. Kelemahan Budget Emphasis ... 29

2.2.4.3. Manfaat Budget Emphasis ... 30

2.2.5. Slack Anggaran ... 31

2.2.5.1. Definisi Anggaran ... 31

2.2.5.2. Manfaat Anggaran ... 31

2.2.5.3. Faktor Pendorong Timbulnya Slack Anggaran ... 32

2.2.5.4. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetri, dan - Budget Emphasis berpengaruh terhadap Slack Anggaran ... 33

2.2.5.5. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Slack Anggaran ... 33

2.2.5.6. Pengaruh Informasi Asimetri terhadap Slack Anggaran .... 34

2.2.5.7. Pengaruh Budget Emphasis terhadap Slack Anggaran ... 35

2.3. Kerangka Pikir ... 35

2.4. Hipotesis ... 38

(8)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 39

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 42

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.3.1. Jenis Data ... 43

3.3.2. Sumber Data ... 43

3.3.3. Pengumpulan Data ………... 43

3.4. Uji Kualitas Data ... 44

3.4.1. Uji Validitas ... 44

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 45

3.4.3. Uji Normalitas ... 45

3.5. Uji Asumsi Klasik ... 46

3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 48

3.6.1. Teknik Analisis ... 48

3.6.2. Uji Hipotesis ... 49

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

(9)

dan Aset Kabupaten Sidoarjo ... 8

(10)

Gambar 2.1. : Diagram Kerangka Pikir ………. 37

Gambar 3.1. : Distribusi Daerah Keputusan ………..……. 48

(11)
(12)

(Studi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo)

Oleh Dwi Ratna Wati

ABSTRAK

Partisipasi penganggaran adalah proses yang mengambarkan individu-individu terlibat dalam menyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran dan perlunya penghargaan atas pencapaian target anggaran tersebut. Untuk itu tujuan penelitian ini adalah menguji atau membuktikan apakah terdapat pengaruh antara partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis berpengaruh terhadap slack anggaran dan untuk menentukan faktor manakah yang dominan pengaruhnya antara partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis berpengaruh terhadap slack anggaran.

Populasi penelitian ini adalah para Manajer Menengah ke bawah yang berada satu tingkat di bawah Manajer Puncak yang ikut andil dan berperan penting dalam penyusunan anggaran Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo yang berjumlah 25 responden dengan menggunakan teknik sensus. Untuk menjawab perumusan, tujuan dan hipotesis penelitian maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis regresi linier berganda memberikan kesimpulan bahwa partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis berpengaruh terhadap slack anggaran, hal ini dilihat dari hasil uji kecocokan modelnya sehingga hipotesis ke-1 teruji kebenarannya. Namun, pengaruh partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis terhadap slack anggaran adalah rendah yaitu hanya 38,1% sedangkan sisanya 61,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas pada penelitian ini. Rendahnya kontribusi partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis secara bersama-sama terhadap slack anggaran, juga berdampak pada sangat rendahnya kontribusi masing-masing variabel partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget

emphasis terhadap slack anggaran. Berdasarkan nilai r2parsial menunjukkan bahwa informasi asimetri merupakan variabel yang paling dominan terhadap slack anggaran, sehingga hipotesis ke-2 tidak teruji kebenarannya.

.

(13)

I.I. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, era globalisasi telah menuntut adanya perubahan yang

sangat capat dan menyebabkan adanya pergeseran pemikiran yang kompleks

disegala bidang, oleh karena itu dalam waktu relatif singkat akuntansi sektor

publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap praktik akuntansi

yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah, perusahaan milik

negara/daerah, dan berbagai organisasi lainnya dibandingkan dengan masa

sebelumnya, dari sudut pandang ilmu ekonomi sektor publik dapat dipahami

sebagai suatu aktivitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk

menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan

dan hak publik. Sektor publik dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya faktor

ekonomi, akan tetapi faktor politik, sosial, budaya, dan historis. Beberapa tugas

fungsi dapat juga dilakukan sektor swasta, akan tetapi untuk tugas tertentu tidak

dapat digantikan oleh sektor swasta.

Salah satu elemen penting dalam sistem pengendalian manajemen adalah

anggaran, anggaran merupakan alat bantu manajemen dalam mengalokasikan

keterbatasan sumber daya dana yang dimiliki organisasi untuk mencapai tujuan.

Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi

seluruh kegiatan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku

(14)

untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang oleh Munandar (2001 :

1). Menurut (Schief dan Lewin, 1970; Welsch, Hilton dan Gordon, 1996) dalam

Arfan Ikhsan (2007) anggaran juga dapat berfungsi sebagai alat perencanaan dan

pengendalian agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih

efektif dan efisien, sebagai instrumen manajemen anggaran daerah masih bersifat

tertutup (tidak transparan) dan tidak memiliki standar kinerja yang jelas,

akibatnya anggaran menjadi sumber pembatasan dan kebocoran-kebocoran yang

hanya menguntungkan birokrasi dan mitra kerja swastanya.

Pada sektor publik, anggaran harus diinformasikan kepada publik untuk

dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan, anggaran pada sektor publik terkait

dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan

aktivitas dalam satuan moneter yang menggunakan dana milik rakyat.

Inilah yang menjadi perbedaan dengan anggaran sektor swasta karena

tidak berhubungan dengan pengalokasian dana dari masyarakat. Pada sektor

publik pendanaan organisasi berasal dari pajak dan retribusi, laba perusahaan

milik daerah atau negara, pinjaman pemerintah berupa utang luar negeri dan

obligasi pemerintah, serta sumber dana lain yang sah dan tidak bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.

Dahulu penganggaran dilakukan dengan sistem top-down, dimana

rencana dan jumlah anggaran telah ditetapkan oleh atasan/pemegang kuasa

anggaran sehingga bawahan/pelaksana anggaran hanya melakukan apa yang telah

(15)

anggaran menjadi tidak efektif karena target yang diberikan terlalu menuntut

namun sumber daya yang diberikan tidak mencukupi (overloaded).

Atasan/pemegang kuasa anggaran kurang mengetahui potensi dan

hambatan yang dimiliki oleh bawahan/pelaksana anggaran sehingga memberikan

target yang sangat menuntut dibandingkan dengan kemampuan

bawahan/pelaksana anggaran. Bertolak dengan kondisi ini, sektor publik mulai

menerapkan sistem penganggaran yang dapat menanggulangi masalah diatas,

yakni anggaran partisipasi (budgetary participation). Melalui sistem ini,

bawahan/pelaksana anggaran dilibatkan dalam penyusunan anggaran yang

menyangkut subbagiannya sehingga tercapai kesepakatan antara atasan/pemegang

kuasa anggaran dan bawahan/pelaksana anggaran mengenai anggaran tersebut.

Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh

bagian atau lebih pihak dimana keputusan tersebut memiliki dampak masa depan

terhadap mereka yang membuatnya, anggaran merupakan alat manajemen yang

memegang peranan penting dalam sistem pengendalian manajemen sebuah

organisasi, terutama dalam proses perencanaan (planning) dan pengawasan

(controlling). Partisipasi penganggaran adalah proses yang mengambarkan

individu-individu terlibat dalam menyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh

terhadap target anggaran dan perlunya penghargaan atas pencapaian target

anggaran tersebut (Brownell, 1982) dalam Falikhatun (2007).

Partisipasi anggaran memberikan rasa tanggungjawab kepada para

manajer dan mendorong adanya kreativitas, karena para manajer bawahan yang

(16)

tujuan pribadi manajer tersebut, yang menyebabkan semakin tingginya tingkat

keselarasan tujuan. Pendukungan partisipasi anggaran menyatakan bahwa

meningkatnya rasa tanggungjawab serta tantangan proses pemenuhan insentif non

moneter, yang pada akhirnya akan menjadikan tingkat kinerja semakin tinggi.

Partisipasi anggaran sektor publik memberikan kesempatan antara

atasan/pemegang kuasa anggaran dan bawahan/pelaksana anggaran untuk

mengkomunikasikan rencana kegiatan selama beberapa periode kedepan, namun

yang perlu menjadi catatan adalah masalah keterbukaan bawahan/pelaksana

anggaran kepada atasan/pemegang kuasa anggaran, mengenai informasi yang

dimiliki belum tentu terjadi selama proses partisipasi, hal ini sejalan dengan

Siegel dan Ramanauskas-Marconi (1989 : 128) dalam Kisler Bornadi (2005)

bahwa kekurangan partisipasi anggaran jika dilakukan dengan sungguh-sungguh

akan menimbulkan perilaku penyimpangan, baik dari bawahan/pelaksana

anggaran maupun atasan/pemegang kuasa anggaran belum mampu mengali

informasi yang dimiliki oleh bawahan/pelaksana anggaran dalam proses

partisipasi.

Masalah yang juga timbul dalam penyusunan anggaran adalah

penciptaan slack anggaran. Slack anggaran biasanya dilakukan dengan

meninggikan biaya atau menurunkan pendapatan dari yang seharusnya, supaya

anggaran mudah dicapai (Merchant, 1981) dalam Falikhatun (2007). Adapun

Hilton dan Hermanto (2003) dalam Falikhatun (2007) menyatakan tiga alasan

(17)

a. Orang-orang selalu percaya bahwa hasil pekerjaan mereka akan terlihat

bagus dimata atasan jika mereka dapat mencapai anggarannya

b. Slack anggaran selalu digunakan untuk mengatasi kondisi ketidakpastian,

jika tidak ada kejadian yang tidak terduga, yang terjadi manajer tersebut

dapat melampaui atau mencapai anggaran

c. Rencana anggaran selalu dipotong dalam proses pengalokasian sumber

daya

Kenyataan yang banyak terjadi dimana slack anggaran ini timbul karena

besarnya peran atau partisipasi bawahan/pelaksana anggaran dalam penyusunan

anggaran dan seorang manajer dituntut untuk dapat menyelaraskan anggaran

dengan kebijakkan tertentu yang dapat membuat anggaran menjadi lebih efektif

didalam menghadapi perubahan kondisi lingkungan yang tak menentu.

Informasi asimetri adalah perbedaan informasi yang dimiliki oleh atasan

dan bawahan, dimana bawahan mempunyai informasi lebih banyak dari pada

informasi yang dimiliki atasan. Menurut Shields dan Young (1993) dalam

Falikhatun (2007) mengemukakan beberapa kondisi perusahaan yang

kemungkinan besar timbulnya informasi asimetri, yaitu: perusahaan yang besar,

mempunyai penyebaran secara geografi, memiliki produk yang beragam, dan

membutuhkan teknologi, kemudian Welsch et al dalam Falikhatun (2007)

mengemukakan dengan adanya partisipasi anggaran dari manajer tingkat

menengah dan tingkat bawah dalam proses pembuatan anggaran, mempunyai

dampak yang bermanfaat paling tidak dalam dua hal. Pertama, proses partisipasi

(18)

manajemen tingkat manajemen tingkat atas mendapatkan informasi mengenai

masalah lingkungan dan teknologi, dari manajer tingkat bawah yang memiliki

pengetahuan khusus. Kedua, proses partisipasi dapat menghasilkan komitmen

yang lebih besar dari manajemen tingkat bawah untuk melaksanakan rencana

anggaran dan memenuhi anggaran.

Tujuan perencanaan anggaran yang dilaporkan seharusnya sama dengan

kinerja yang diharapkan, namun karena bawahan memiliki informasi lebih baik

dari pada atasan maka bawahan mengambil kesempatan dari proses partisipasi

anggaran. Hal ini mempunyai implikasi negatif seperti kesalahan alokasi sumber

daya dan informasi bias dalam evaluasi kinerja bawahan terhadap unit

pertanggungjawaban (Dunk dan Nouri, 1998 dalam Falikhatun, 2007). Bawahan

memberikan informasi yang bias kepada atasan dengan melaporkan biaya yang

lebih besar atau melaporkan pendapatan yang lebih rendah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa karena adanya keinginan untuk menghindari risiko,

bawahan yang terlibat dalam penyusunan anggaran cenderung untuk melakukan

slack anggaran, semakin tinggi risiko bawahan yang berpartisipasi dalam

penyusunan anggaran akan melakukan budgetary slack. Fisher, Fredericson dan

Peffer (2002) dalam Falikhatun (2007) menemukan bahwa senjangan anggaran

menjadi lebih besar dalam kondisi asimetri mendorong bawahan membuat

senjangan anggaran, sehingga dapat dikatakan bahwa informasi asimetri

(19)

Sering kali sektor publik maupun sektor swasta menggunakan anggaran

sebagai faktor yang paling dominan dan satu-satunya pengukur kinerja bawahan.

Penekanan anggaran seperti ini juga dapat memungkinkan terjadinya slack karena

bila bawahan sangat ditentukan oleh anggaran yang telah disusun, maka bawahan

akan berusaha memperoleh sesuatu yang menguntungkan, penilaian kinerja

berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran akan mendorong bawahan

untuk menciptakan slack dengan tujuan meningkatkan prospek kompensasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Dunk (1993) dalam Falikhatun (2007)

tentang hubungan antara partisipasi dan slack anggaran yang dilakukan tersebut

menggunakan informasi antara bawahan dan atasan serta budget emphasis yang

digunakan untuk menilai kinerja bawahan. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa

interaksi antara partisipasi, informasi asimetri dan budget emphasis mempunyai

hubungan yang negatif dengan budgetary slack tetapi korelasinya signifikan, hal

ini ketika partisipasi, informasi asimetri dan budget emphasis tinggi maka

budgetary slack rendah dan begitu juga sebaliknya.

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo

dikelola untuk memberikan beberapa pelayanan kepada masyarakat. Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset ini dituntut untuk meningkatkan

efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan operasinya melalui keakuratan dalam

penyusunan anggaran, untuk itu diperlukan keterlibatan seluruh staf, karyawan,

(20)

Tabel 1.1. Realisasi Anggaran

Tahun Anggaran setelah perubahan

Realisasi anggaran

Lebih/Kurang

2005 182.728.504.775,90 252.300.284.052,61 65.386.566.554,51

2006 250.099.770.182,99 328.319.536.461,96 75.176.856.796,97

2007 454.365.241.575,99 625.534.706.029,85 (50.081.386.689,50)

2008 587.601.429.592,67 570.454.246.180,01 (26.046.828.523,86)

Sumber : Laporan Realisasi Rencana Kerja & Anggaran Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sidoarjo.

Dilihat dari tabel diatas pada tahun 2005, Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo tidak mengalami slack anggaran karena

target lebih kecil dari pada realisasinya. Target yang ditetapkan oleh manajemen

sebesar Rp. 182.728.504.775,90 sedangkan realisasinya sebesar Rp.

252.300.284.052,61 maka pada tahun ini kinerja Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo sangat baik karena kinerja karyawan

yang baik, terkadang para karyawan diberi reward berupa bonus.

Pada tahun 2006 dan tahun 2007, Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo tidak mengalami slack anggaran karena

target lebih kecil dari pada realisasinya. Kinerja dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2006 dan tahun 2007 sangat

baik, hal ini terbukti dari target yang ditetapkan oleh manajemen dapat terealisasi

(21)

Pada tahun 2008 kinerja Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan

Aset Kabupaten Sidoarjo mengalami slack anggaran, hal ini terbukti dari target

yang ditetapkan oleh manajemen lebih besar dari pada realisasinya. Target yang

ditetapkan oleh manajemen sebesar Rp. 587.601.429.592,67 sedangkan

realisasinya sebesar Rp. 570.454.246.180,01 maka pada tahun ini kinerja Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo kurang baik, hal

ini dapat dilihat dari target yang ditetapkan tidak dapat terealisasi semuanya.

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang mengenai Slack Anggaran,

dalam Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetri, dan Budget Emphasis

merupakan variabel yang diduga memberikan kontribusi terhadap timbulnya

Slack, maka dilakukan penelitian dengan judul “ Analisis Pengaruh Partisipasi

(22)

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas

bahwa faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap timbulnya slack

yang telah diteliti, memberikan hasil yang tidak konsisten, maka penelitian

ini dilakukan untuk meneliti dan mencari bukti yang mendukung asumsi

tersebut, oleh karena itu, yang menjadi fokus utama dari penelitian ini

adalah:

a. Apakah partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis

berpengaruh terhadap slack anggaran pada Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo?

b. Manakah faktor yang dominan pengaruhnya antara partisipasi

anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis berpengaruh

terhadap slack anggaran pada Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo?

I.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dapat

dikemukakan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk

menguji atau membuktikan apakah terdapat pengaruh antara partisipasi

anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis berpengaruh terhadap

slack anggaran dan untuk menentukan faktor manakah yang dominan

pengaruhnya antara partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget

(23)

I.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitan yang

akan diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi Akademi

Sebagai referensi bagi mahasiswa lainnya yang sedang melakukan

penelitian lain dengan materi yang berhubungan dengan permasalahan

yang diteliti dan untuk dijadikan motivasi agar ikut berpartisipasi

mensukseskan program pemerintah dalam meningkatkan pendapatan

daerah dan terus mengevaluasi kinerja pemerintah.

2. Bagi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Sidoarjo

Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan sebagai alternatif dalam

penyempurnaan sistem penganggaran yang ada didinas khususnya untuk

melihat pengaruh sistem penganggaran yang ada perilaku manajer.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti untuk dapat

menambah wawasan dan memperluas pengetahuan akademis yang

(24)

KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN METODE

2.I. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang terkait dengan judul ini dilakukan dengan tema yang

sama sebelumnya. Berikut ini dikemukakan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta

pengkajian berkaitan dengan penelitian ini:

1. Nama : Belius PatriaLatuheru Staf Pengajar Fakultas

Ekonomi-Universitas kristen Indonesia Maluku (Jurnal Akuntansi dan

Keuangan, Vol.7, No.2, Nopember 2005; 117-130).

Judul : Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran

Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating.

Rumusan Masalah :

Berdasarkan latar belakang yang ada maka masalah yang diteliti

selanjutnya dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian

sebagai berikut : apakah komitmen organisasi mempunyai pengaruh

terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan senjangan anggaran.

Hipotesis :

Berdasarkan model penelitian maka hipotesis yang dibangun dan

akan diuji adalah sebagai berikut :

H1 : Komitmen organisasi mempunyai pengaruh negatif terhadap

hubungan antara partisipasi anggaran dan senjangan anggaran.

(25)

Kesimpulan :

Hasil analisis regresi pada persamaan (1) dan perhitungan

matematis partial derivative menerima hipotesis 1, yaitu komitmen

organisasi mempunyai pengaruh negatif terhadap hubungan antara

partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran dan menunjukkan

adanya pengaruh yang signifikan. Hasil pengujian ini sekaligus

menjawab pertanyaan penelitian bahwa komitmen organisasi

mempunyai pengaruh terhadap partisipasi anggaran dan senjangan

anggaran, sekaligus meninjukkan bahwa hubungan antara partisipasi

anggaran dan senjangan anggaran dipengaruhi oleh variable moderating.

2. Nama : DRA. HJ. Falikhatun, M. SI, Ak FE-UNS Surakarta (Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar

26-28 Juli 2007).

Judul : Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi, Dan Group Cohesiveness Dalam Hubungan Antara Partisipasi

Penganggaran Dan Budgetary Slack (Study Kasus pada

(26)

Rumusan Masalah :

Berdasarkan latar belakang yang ada maka masalah yang diteliti

selanjutnya dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian

sebagai berikut : (1) apakah partisipassi penganggaran berpengaruh

terhadap budgetary slack?, dan (2) apakah informasi asimetri, budaya

organisasi, dan group cohesiveness sebagai variabel pemoderasi dapat

memperkuat pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary

slack?

Hipotesis :

Berdasarkan model penelitian maka hipotesis yang dibangun dan

akan diuji adalah sebagai berikut :

H1 : Partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap budgetary

slack

H2 : Partisipasi penganggaran akan berpengaruh positif terhadap

budgetary slack pada informasi asimetri yang tinggi, dan

sebaliknya

H3 : Partisipasi penganggaran akan berpengaruh positif terhadap

budgetary slack pada budaya yang berorientasi pada pekerjaan,

dan sebaliknya

H4 : Partisipasi penganggaranberpengaruh positif terhadap budgetary

(27)

Kesimpulan :

a. Budaya organisasi yang berorientasi pada orang ditolak (tidak

didukung data), sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya

organisasi yang berorientasi pada orang bukan merupakan variabel

yang memoderasi pada pengaruh partisipassi penganggaran

terhadap budgetary slack

b. Partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap budgetary

slack pada group cohesiveness yang tinggi ditolak (tidak didukung

data), sehingga dapat disimpulkan bahwa group cohesiveness

merupakan variabel yang memoderasi pada pengaruh partisipasi

penganggaran terhadap budgetary slack.

3. Nama : Yulia Fitri (2004)

Judul : Pengaruh Informasi Asimetri, Partisipasi Penganggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Timbulnya Senjangan

Anggaran (Study Empiris pada Universitas Swasta di Kota

Bandung)

Rumusan Masalah :

Berdasarkan latar belakang yang ada maka masalah yang diteliti

selanjutnya dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai

berikut : apakah informasi asimetri, partisipasi penganggaran dan

komitmen organisasi berpengaruh terhadap timbulnya senjangan anggaran

(28)

Hipotesis :

Berdasarkan model penelitian maka hipotesis yang dibangun dan

akan diuji adalah sebagai berikut : Informasi asimetri, partisipasi

penganggaran dan komitmen organisasi secara langsung maupun tidak

langsung berpengaruh terhadap timbulnya senjangan anggaran. Hipotesis

ini dapat dipecahkan menjadi sub hipotesis:

 Informasi asimetri berhubungan negatif dengan partisipasi

penganggaran

 Informasi asimetri berhubungan negatif dengan komitmen

organisasi

 Partisipasi penganggaran berhubungan positif dengan komiten

organisasi

Kesimpulan :

1. Variabel informasi asimetri, partisipasi penganggaran, dan

kommitmen organisasi secara bersama-sama (simultan)

berpengaruh signifikan terhadap timbulnya senjangan anggaran

2. Variabel informasi asimetri tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap timbulnya senjangan anggaran, baik secara langsung

maupun tidak langsung

3. Variabel partisipasi penganggaran berpengaruh negatif yang

signifikan terhadap senjangan anggaran, baik secara langsung

maupun tidak langsung melalui informasi asimetri dan komitmen

(29)

4. Variabel komitmen organisasi berpengaruh negatif yang signifikan

terhadap senjangan anggaran, baik secara langsung maupun tidak

langsung melalui informasi asimetri dan partisipasi penganggaran.

5. Variabel informasi assimetri berpengaruh signifikan secara negatif

dengan partisipasi penganggaran dan komitmen organisasi.

Selanjutnya variabel partisipasi penganggaran berhubungan

(30)

2.2 Kajian Teori 2.2.1. Anggaran

2.2.1.1. Definisi Anggaran

Anggaran merupakan sistem elemen manajemen yang

berfungsi sebagai alat perencanaan (planning) dan pengendalian agar

manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi agar lebih effektif dan

efisien menurut Schief dan Lewin (1970); Welsch, Hilton dan Gordon

(1996) dalam Arfan Ikhsan (2007). Kenis (1979) dalam Falikhatun

(2007) menyatakan anggaran bukan hanya rencana finansial mengenai

biaya dan pendapatan dalam suatu pusat pertanggungjawaban, tetapi

juga berfungsi sebagai alat pengendali, koordinasi, komunikasi kinerja

serta motivasi. Menurut Munandar (2001 : 1) adalah suatu rencana yang

disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan, yang

dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka

waktu (periode) tertentu yang akan datang. Menurut Anthony dan Vijay

Govindarajan (2003) supaya efektif, suatu anggaran harus memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a Anggaran memperkirakan keuntungan yang potensial dari unit

perusahaan

b Dinyatakan dalam ukuran moneter, walaupun jumlah moneter

mungkin didukung dengan jumlah non-moneter

(31)

d Merupakan perjanjian manajemen, bahwa manajer untuk

bertanggungjawab untuk pencapaian tujuan dari anggaran

e Usulan anggaran diperiksa dan disetujui oleh pejabat yang lebih

tinggi dari pembuat anggaran

f Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi

tertentu

g Sekali berkala kinerja keuanganaktual dibandingkan dalam

anggaran dan perbedaannya dianalisis dan dijelaskan

2.2.1.2. Fungsi Anggaran

Menurut Sony Yuwono, Tengko Agus Indrajaya, Hariyandi (2005 :

30-32) anggaran sebagai instrumen penting dalam proses manajemen,

anggaran/penganggaran memiliki fungsi sebagai berikut:

a Fungsi Perencanaan

Sebagai alat perencanaan, penganggaran memaksa manajemen

untuk merencanakan masa depan, paling tidak dalam aspek

keuangan.

b Fungsi Koordinasi dan Sarana

Anggaran secara formal mengkomunikasikan rencana organisasi

pada setiap karyawan dan tindakan berbagai unit organisasi agar

dapat bekerja secara bersama dan serentak ke arah pencapaian

(32)

c Fungsi Motivasi

Memotivasi para pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya

dengan dorongan pemberian intensif dalam bentuk uang ataupun

penghargaan.

d Fungsi Pengendalian

Sebagai alat pengendali kegiatan karena anggaran yang sudah

disetujui merupakan komitmen dari jajaran manajemen yang ikut

berperan dalam penyusunan anggaran tersebut.

e Fungsi Pembelajaran

Sebagai alat untuk mendidik para manajer mengenal bagaimana

bekerja secara rinci pada pusat pertanggungjawaban yang

dipimpinnya.

2.2.1.3. Keuntungan Anggaran

Keuntungan anggaran menurut Hansen dan Mowen ( 2004 : 355),

antara lain:

a Memaksa manajer untuk membuat rencana

b Memberikan informasi sumber daya yang dapat meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan

c Sebagai standar bagi evaluasi kinerja

(33)

2.2.1.4. Kelemahan Anggaran

Menurut M. Nafarin (2000) anggaran mempunyai beberapa

kelemahan, antara lain:

a Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan sehingga

mengandung unsur ketidakpastian

b Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang, dan

tenaga tidak sedikit sehingga tidak semua perusahaan mampu

menyusun anggaran secara lengkap (komprehensif) dan akurat

c Para pegawai atau pihak yang merasa dipaksa untuk

melaksanakaan anggaran sehingga terkadang mereka menggerutu

dan menentang yang mengakibatkan anggaran tidak akan efektif

2.2.1.5. Jenis-jenis Anggaran

Anggaran dapat dikelompokkan dari beberapa sudut pandang

menurut M. Nafarin (2000), yaitu:

1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari:

a Anggaran variabel

yaitu yang disusun berdasarkan interval kapasitas tertentu pada

intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan

pada tingkat-tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda

b Anggaran tetap

Yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat

(34)

2. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari:

a Anggaran periodik

Yaitu anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, pada

umumnya periode satu tahun yang disusun setiap akhir periode

anggaran

b Anggaran kontinu

Yaitu anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan

anggaran yang pernah dibuat

3. Menurut jangka waktunya, anggaran terdiri dari:

a Anggaran menurut jangka pendek (anggaran taktis)

Adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama

sampai satu tahun

b Anggaran jangka panjang (anggaran strategis)

Adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari

satu tahun

4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari:

a Anggaran operasional

Adalah anggaran yang berfungsi untuk menyusun anggaran

laba rugi

b Anggaran keuangan

(35)

5. Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari:

a Anggaran Komprehensif

Merupakan rangkaian dari berbagai macam anggaran yang

disusun secara lengkap

b Anggaran partial

Anggaran yang disusun secara lengkap, anggaran yang hanya

menyusun bagian anggaran tertentu saja

6. Menurut Fungsinya, anggaran terdiri dari:

a Appropriation budget

Adalah anggaran yang diperuntukan bagi tujuan tertentu dan

tidak boleh digunakan untuk manfaat lain

b Performance budget

Adalah yang disusun berdasarkan fungsi aktivitas yang

dilakukan dalam perusahaan untuk menilai apakah biaya/beban

yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak

melampaui batas

2.2.1.6. Manfaat Anggaran

Manfaat anggaran menurut M. Nafarin (2000 : 12), antara lain:

a Semua kegiatan dapat mengarah pada pencapaian tujuan bersama

b Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan

pegawai

(36)

d Menimbulkan tanggungjawab tertentu pada pegawai

e Sumber daya (seperti tenaga kerja, peralatan dan dana) dapat

dimanfaatkan seefisien mungkin

f Alat pendidikan bagi para manajer

Adapun manfaat lain dari suatu anggaran menurut Marconi dan

Siegel (1989 : 125) dalam Abriyani Puspitaningsih (2002) adalah

sebagai berikut :

a. Anggaran merupakan hasil proses perencanaan. Anggaran

sebagai hasil dari negosiasi diantara anggota-anggota dominan

didalam suatu organisasi, maka anggaran mewakili consensus

mengenai tujuan kegiatan dimasa yang akan datang.

b. Anggaran sebagai blueprint kegiatan perusahaan, sehingga

anggaran dapat merefleksikan prioritas alokasi sumber daya yang

dimiliki perusahaan.

c. Anggaran merupakan alat komunikasi internal yang

menghubungkan departemen atau divisi dengan departemen

(divisi lain) dalam organisasasi maupun dengan top management.

d. Anggaran menyediakan informasi tentang hasil kegiatan yang

sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang telah

(37)

e. Anggaran sebagai alat pengendalian yang mengarahkan

manajemen untuk menentukan bagian organisasi yang kuat dan

yang lemah. Hal ini akan dapat mengarahkan manajemen untuk

menentukan tindakan koreksi yang harus diambil.

f. Anggaran mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan

untuk bekerja dengan konsisten, efektif dan efisien dalam kondisi

kesesuaian tujuan antara tujuan perusahaan dengan tujuan

karyawan.

2.2.2. Partisipasi Anggaran

2.2.2.1. Definisi Partisipasi Anggaran

Partisipasi penganggaran adalah proses yang mengambarkan

individu-individu terlibat dalam menyusunan anggaran dan mempunyai

pengaruh terhadap target anggaran dan perlunya penghargaan atas

pencapaian target anggaran tersebut (Brownell, 1982) dalam Falikhatun

(2007). Menurut Brownell (1982) dalam Falikhatun (2007), partisipasi

anggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu dalam

penyusunan anggaran, sementara Chong (2002) dalam Falikhatun (2007)

menyatakan sebagai proses dimana bawahan/pelaksana anggaran

diberikan kesempatan untuk terlibat dalam dan mempunyai pengaruh

dalam proses penyusunan anggaran. Kesempatan yang diberikan

diyakini meningkatkan pengendalian dan rasa keterlibatan dikalangan

(38)

2.2.2.2. Kekurangan Partisipasi Anggaran

Menurut Hansen dan Mowen (2004 : 377) terdapat tiga masalah

potensial dalam anggaran partisipasi, antara lain:

a. Penetapan standar yang dapat terlalu tinggi ataupun terlalu rendah

Bila tujuan terlalu mudah dicapai, manajer dapat kehilangan

semangat dan kinerja menjadi turun. Demikian juga, penetapan

anggaran yang terlalu ketat juga menyebabkan kegagalan

pencapaian standar dan menyebabkan rasa frustasi bagi menajer

dan medorong ke arah prestasi kerja yang buruk

b. Memasukkan slack dalam anggaran

Slack anggaran timbul bila manajer sengaja menetapkan

menetapkan terlalu rendah pendapatan atau menetapkan terlalu

besar biaya. Setiap tindakan tersebut menyebabkan tingginya

kemungkinan manajer memenuhi anggaran yang dibuat, dan

menurunkan resiko yang dihadapinya. Slack anggaran dapat

dihilangkan dengan menentukan anggaran beban yang lebih

rendah, namun manfaat yang diperoleh dari metode partisipasi jauh

melebihi biaya yang berkaitan dengan anggaran

c. Partisipasi semu

Masalah ini terjadi bila manajemen puncak mengambil ahli seluruh

pengendalian atass proses penganggaran, hanya mencari partisipasi

fiktif dari manajer tingkat yangg lebih rendah. Praktek ini disebut

(39)

dari manajer bawahan, dan tidak mempelajarinya. Dengan

demikian manfaat perilaku yang diharapkan dari partisipasi tidak

akan terwujud.

2.2.2.3. Manfaat Partisipasi Anggaran

Penerapan partsipasi dalam penyusunan anggaran memberikan

banyak manfaat antara lain (Siegel & Marconi, 1989: 139) dalam

Abriyani Puspitaningsih (2002) adalah sebagai berikut:

a. Partisipan (orang yang terlibat dalam proses penyusunananggaran)

menjadi ego-involved tidak hanya task-involved dalam kerja

mereka.

b. Partisipasi akan menaikkan rasa kebersamaan dalam kelompok,

yang akibatnya akan menaikkan kerja sama anggota kelompok di

dalam penetapan sasaran.

c. Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan akibat adanya anggaran.

d. Partisipasi dapat mengurangi rasa ketidaksamaan di dalam alokasi

sumber daya di antara bagian-bagaian organisasi.

2.2.3. Informasi Asimetri

2.2.3.1. Definisi Informasi Asimetri

Informasi asimetris, dalam hal ini adalah perbedaan informasi yang

dimiliki antara manajer tingkat bawah atau menengah (lower level

(40)

penyusunan anggaran. Atasan/pemegang kuasa anggaran mungkin

mempunyai pengetahuan yang lebih daripada bawahan/pelaksana

anggaran mengenai unit tanggung jawab bawahan/pelaksana anggaran

atau sebaliknya, bila kemungkinan yang pertama terjadi akan muncul

tuntutan yang lebih besar dari atasan/pemegang kuasa anggaran kepada

bawahan/pelaksana anggaran mengenai pencapaian target anggaran yang

menurut bawahan/pelaksana anggaran terlalu tinggi, namun bila

kemungkinan yang kedua terjadi bawahan/pelaksana anggaran akan

menyatakan target lebih rendah daripada yang dimungkinkan untuk

dicapai. Keadaan dimana salah satu pihak mempunyai pengetahuan lebih

dari pada yang lainnya terhadap sesuatu hal disebut informasi asimetri

menurut Kisler Bornadi dan Icuk Rangga Bawono (2005).

2.2.4. Budget Emphasis

2.2.4.1. Definisi Budget Emphasis

Budget Emphasis merupakan desakan dari atasan pada bawahan

untuk melaksanakan dengan baik, yang berupa sanksi jika kurang dari

target anggaran dan kompensasi jika mampu melebihi target

anggaran.jika seorang bawahan tidak mampu melaksanakan tugas yang

telah diberikan oleh manajemen maka bawahan tersebut bisa kehilangan

bonus tahunannya atau bahkan yang lebih ekstrim mereka bisa

kehilangan pekerjaannya. Schiff dan Lewin (1970) dalam Falikhatun

(41)

dipengaruhi oleh keinginan dan kepentingan pribadi sehingga akan

memudahkan pencapaian target anggaran, terutama jika penilaian

prestasi manajer ditentukan berdasarkan pencapaian anggaran. Upaya ini

dilakukan untuk menentukan pendapatan yang terlalu rendah dan biaya

yang terlalu tinggi.

Menurut Mulyadi dan setyawan (2007) penilaian kinerja

merupakan penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu

organisasi, bagian akuntansi dan karyawannya berdasarkan sasaran,

standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya, sedangkan menurut

Robert L. Mathis & Jackson (2002) penilaian kinerja adalah proses

evaluasi seberapa baik karyawan melakukan mereka dibandingkan

dengan satu set standar dan mengkomunikasikannya dengan para

karyawan.penilaian kinerja karyawan kedengarannya cukup sederhana

dan riset yang luas menunjukkan penggunaannya untuk

mengadministrasi honor dan gaji, memberi umpan balik kinerja, dan

mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan karyawan.

2.2.4.2. Kelemahan Budget Emphasis

Menurut Anthony & Vijay Govindarajan (2003 : 85) terdapat

kesulitan yang dihadapi oleh manajer dalam melaksanakan sistem

penilaian kinerja, antara lain:

a. Hubungan yang buruk antara ukuran nonfinansial serta hasilnya

(42)

c. Ukuran tidak diperbarui

d. Terlalu banyak penilaian

e. Kesulitan dalam menentukan pertukaran

2.2.4.3. Manfaat Budget Emphasis

Menurut Sjafri Mangkuprawira (2003 : 224) penilaian kinerja

karyawan memiliki beberapa manfaat, antara lain:

a. Perbaikan kinerja

b. Penyesuaian kompensasi

c. Keputusan penempatan

d. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan

e. Perencanaan dan pengembangan karir

f. Defisiensi proses penempatan staf

g. Ketidakakuratan informasi

h. Kesalahan rancangan pekerjaan

i. Kesempatan kerja yang sama

j. Tantangan-tantangan eksternal

k. Umpan balik pada SDM

(43)

2.2.5. Slack Anggaran

2.2.5.1. Definisi Slack Anggaran

Slack adalah perbedaan jumlah anggaran yang disusun manajer

pusat pertanggungjawaban dengan estimasi terbaik perusahaan.

Anthony, R. N., dan V. Govindarajan (2007), mendefinisikan slack

anggaran sebagai perilaku yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan

menganggarkan pendapatan agak lebih rendah dan pengeluaran dibuat

agak lebih tinggi dengan tujuan agar mudah dicapai.

Beberapa definisi yang dikemukakan diatas, maka dapat dikatakan

secara umum slack anggaran atau kelonggaran dalam anggaran adalah

usaha yang dilakukan secara sengaja oleh pihak manajemen dalam

mempengaruhi jumlah biaya dan pendapatan yang akan ditetapkan

dalam anggaran, sehingga mudah dicapai dan dapat memberikan

keuntungan bagi manajer ataupun divisi yang terkait. Manajer

menciptakan slack dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah

dan biaya lebih tinggi. Manajer melakukan hal ini agar target anggaran

dapat dicapai sehingga kinerja manajer terlihat baik.

2.2.5.2. Manfaat Slack Anggaran

Slack bagi para manajer menengah ke bawah mempunyai margin

of safety dalam mencapai sasaran anggarannya. Selain itu adanya

kelebihan sumber daya dapat mengurangi tekanan dan frustasi akibat

(44)

kepastian yang lebih tinggi dalam mencapai tujuan organisasi dan tujuan

pribadi.

2.2.5.3. Faktor Pendorong Timbulnya Slack Anggaran

Menurut Hilton dan Hermanto (2003) dalam Falikhatun (2007)

menyatakan tiga alasan utama manajer melakukan slack:

 Orang-orang yang selalu percaya bahwa hasil pekerjaan mereka

bagus dimata atasan jika dapat mencapai anggarannya

 Slack anggaran digunakan untuk mengatasi ketidakpastian, jika

tidak ada kejadian yang tidak terduga, yang terjadi manajer

tersebut harus melampaui/mencapai anggarannya

 Rencana anggaran selalu dipotong dalam proses pengalokasian

sumber daya

Salah satu faktor penyebab terjadinya slack anggaran menurut

Hopwood (1972) dalam Yulia Fitri (2004) adalah kekakuan dalam

mengontrol anggaran. Evaluasi tersebut ditunjukkan dengan adanya

evaluasi terhadap manajemen organisasi, apakah mereka dapat mencapai

target anggaran atau tidak, kinerja dari manajemen diukur berdasarkan

(45)

2.2.5.4. Pengaruh partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis berpengaruh terhadap slack anggaran

Anggaran sangat berperan sebagai perencanaan dan kriteria

kinerja. Anggaran sebagai perencanaan berisi tentang rencana-rencana

keuangan diorganisasi dimasa yang akan datang, sedangkan anggaran

sebagai kriteria kinerja berfungsi sebagai bagian dari proses

pengendalian manajemen yang dapat dinyatakan secara formal. Menurut

Amelia Veronica dan Komang ayu Krisnadewi menyatakan besarnya

peran atau partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran turut

berperan penting dalam terjadinya slack anggaran, dengan adanya

informasi asimetri antara bawahan/pelaksana anggaran dengan

atasan/pemberi kuasa anggaran

2.2.5.5. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Slack Anggaran

Partisipasi anggaran merupakan suatu proses dalam organisasi

yang melibatkan para manajer dalam penyusunan anggaran, partisipasi

anggaran memiliki pengaruh yang signifikan pada timbulnya slack

adalah partisipasi. Adanya partisipasi yang tinggi dalam pembuatan

anggaran akan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada

bawahan untuk melakukan slack anggaran dan ketika partisipasi rendah

harapan bawahan untuk melakukan slack dibatasi sehingga slack juga

rendah.

(46)

Terdapat beberapa penelitian yang tidak mendukung temuan

tersebut, sebagai contoh Onsi (1973), Cammant (1976), Merchant(1985)

dan Dunk (1993) dalam Balianus Patria (2005) menyatakan bahwa

partisipasi mengurangi slack, hal ini terjadi karena bawahan memberikan

informasi pribadi tentang prospek masa depan sehingga anggaran

disusun lebih akurat.

2.2.5.6. Pengaruh Informasi Asimetri terhadap Slack Anggaran

Informasi asimetri, dalam hal ini adalah perbedaan informasi yang

dimiliki antara manajer tingkat bawah atau menengah dengan

manajemen diatasnya dalam penyusunan anggaran. Atasan mungkin

mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi daripada bawahan atau

sebaliknya jika atasan memiliki pengetahuan lebih rendah daripada

bawahan, bila kemungkinan yang pertama terjadi maka akan muncul

tuntutan yang lebih besar dari atasan kepada bawahan mengenai

pencapaian target anggaran yang menurut bawahan terlalu tinggi,

namun bila kemungkinan yang kedua terjadi bawahan akan menyatakan

target lebih rendah daripada yang dimungkinkan untuk dicapai. Menurut

Christensen (1982) dan Pope (1984) dalam Yulia Fitri (2004) yang

mengungkapkan bahwa dalam partisipasi penganggaran, bawahan dapat

mentembunyikan sebagian dari informasi pribadi mereka, yang dapat

(47)

2.2.5.7. Pengaruh Budget Emphasis terhadap Slack Anggaran

Kinerja seorang manajer dinilai berdasarkan anggaran yang sudah

berjalan, maka para manajer akan memastikan anggarannya berada

dalam tingkat yang mudah dicapai, salah satu caranya adalah dengan

memasukkan slack dalam anggarannya. Kinerja manajer menengah

kebawah akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran pada

masing-masing bidang yang menjadi tanggungjawabnya.

2.3. Kerangka Pikir

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada dasarnya merupakan

pengembangan terhadap penelitian-penelitian yang pernah dilakukan oleh

peneliti terdahulu. Adapun premis-premis yang dipakai sebagai acuan

dalam melakukan penelitian dan mengajukan hipotesis dapat dijelaskan

sebagai berikut:

 Premis 1

Partisipasi Anggaran didefinisikan sebagai keikutsertaan

manajer-manajer pusat pertanggungjawaban dalam hal yang

berkaitan dengan penyusunan anggaran, sehingga partisipasi

anggaran merupakan suatu proses dimana seseorang

menyumbangkan ide-ide untuk memecahkan suatu masalah

dalam suatu organisasi dan pekerjaannya (Teori Partisipasi

(48)

 Premis 2

Partisipasi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan

senjangan anggaran, semakin tinggi partisipasi yang diberikan

bawahan cenderung berusaha agar anggaran yang mereka susun

mudah dicapai, salah satu caranya adalah dengan melonggarkan

atau menciptakan slack anggaran (Falikhatun, Simposium

Nasional Akuntansi X : 2007).

 Premis 3

Hubungan partisipasi anggaran dan senjangan anggaran adalah

positif (Arfan Ikhsan, Simosium Nasional Akuntansi X : 2007).

 Premis 4

Jika individu mengejar kepentingan pribadi (komitmen

organisasi rendah) maka individu tersebut dalam partisipasi

penganggaran akan berusaha untuk melakukan slack anggaran

agar kinerjanya terlihat baik. Sebaliknya, jika individu memiliki

komitmen organisasi tinggi maka slack anggaran akan rendah.

(Amelia Veronica dan Komang ayu Krisnadewi, Jurnal

Akuntansi)

 Premis 5

Apabila bawahan/pelaksana anggaran yang ikut berpartisipasi

dalam penyusunan anggaran maka menghasilkan informasi

(49)

(Merchant (1981), Chow et al. (1988), serta Nouri dan Parker

(1998) dalam Kisler Bornadi dan Icuk Rangga Banowo).

Berdasarkan penelitian terdahulu, maka kerangka pemikiran teori

dapat dibangun dalam gambar dibawah ini :

Informasi Asimetri

(X2)

Budget Emphasis (X3)

Slack Anggaran (Y) Partisipasi Anggaran

(X1)

( Uji Regresi Linear Berganda)

(50)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori kerangka pikir,

maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. bahwa terdapat pengaruh signifikan antara partisipasi anggaran,

informasi asimetri, dan budget emphasis terhadap slack anggaran

(premis 1,2,3)

2. bahwa variabel partisipasi anggaran merupakan variabel yang

paling dominan antara partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan

(51)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada

suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau suatu

operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut

(Nazir, 2005 : 126).

a. Variabel Bebas

 Partisipasi Anggaran (X)

Partisipasi penganggaran adalah proses yang

mengambarkan individu-individu terlibat dalam menyusunan

anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran

dan perlunya penghargaan atas pencapaian target anggaran

tersebut (Brownell, 1982) dalam Falikhatun (2007)

 Informasi Asimetri (X2)

Informasi asimetris, dalam hal ini adalah perbedaan

informasi yang dimiliki antara manajer tingkat bawah atau

menengah (lower level manager atau middle manager) dengan manajemen diatasnya dalam penyusunan anggaran.

(52)

 Budget Emphasis (X3)

Budget Emphasis merupakan desakan dari atasan pada bawahan

untuk melaksanakan dengan baik, yang berupa sanksi jika kurang

dari target anggaran dan kompensasi jika mampu melebihi target

anggaran.jika seorang bawahan tidak mampu melaksanakan tugas

yang telah diberikan oleh manajemen maka bawahan tersebut bisa

kehilangan bonus tahunannya atau bahkan yang lebih ekstrim

mereka bisa kehilangan pekerjaannya.

b. Variabel Terikat

Variabel Terikat (Y) adalah Slack Anggaran yang didefinisikan

menurut Anthony, R. N., dan V. Govindarajan (2007) sebagai

perilaku yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan

menganggarkan pendapatan agak lebih rendah dan pengeluaran

dibuat agak lebih tinggi dengan tujuan agar mudah dicapai.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitan ini adalah:

a Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi :

1. Partisipasi Anggaran (X)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(53)

Semantik Deferensial, yang mempunyai skala 7 (tujuh) point. (Sumarsono, 2004 : 25) dengan pola sebagai berikut :

Skala rendah 1 2 3 4 5 6 7 Skala tinggi

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti menunjukkan tingkat

partisipasi rendah dalam penyusunan anggaran. Nilai 4

merupakan nilai tengah yang berarti memiliki tingkat

partisipasi yang cukup dalam penyusunan anggaran. Jawaban

dengan nilai 5 sampai 7 berarti menunjukkan tingkat partisipasi

yang tinggi dalam penyusunan anggaran.

2. Informasi Asimetri (X2)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala interval dan teknik pengukurannya menggunakan

Semantik Deferensial, yang mempunyai skala 7 (tujuh) point. (Sumarsono, 2004 : 25) dengan pola sebagai berikut :

Skala rendah 1 2 3 4 5 6 7 Skala tinggi

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti menunjukkan tingkat

informasi asimetri yang rendah dalam penyusunan anggaran.

Nilai 4 merupakan nilai tengah yang berarti memiliki tingkat

informasi asimetri yang cukup dalam penyusunan anggaran.

Jawaban dengan nilai 5 sampai 7 berarti menunjukkan tingkat

(54)

3. Budget Emphasis (X3)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala interval dan teknik pengukurannya menggunakan

Semantik Deferensial, yang mempunyai skala 7 (tujuh) point. (Sumarsono, 2004 : 25) dengan pola sebagai berikut :

Skala rendah 1 2 3 4 5 6 7 Skala tinggi

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti menunjukkan tingkat

budget emphasis yang rendah dalam penyusunan anggaran.

Nilai 4 merupakan nilai tengah yang berarti memiliki tingkat

budget emphasis yang cukup dalam penyusunan anggaran.

Jawaban dengan nilai 5 sampai 7 berarti menunjukkan tingkat

budget emphasis yang tinggi dalam penyusunan anggaran

b Variabel Terikat

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

interval dan teknik pengukurannya menggunakan Semantik Deferensial, yang mempunyai skala 7 (tujuh) point. (Sumarsono, 2004 : 25) dengan pola sebagai berikut :

Skala rendah 1 2 3 4 5 6 7 Skala tinggi

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti menunjukkan tingkat untuk

menciptakan slack rendah dalam penyusunan anggaran. Nilai 4

merupakan nilai tengah yang berarti memiliki tingkat tingkat slack

(55)

sampai 7 berarti menunjukkan tingkat yang tinggi untuk

menciptakan slack dalam penyusunan anggaran.

3.2. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel a Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiyono, 2003 : 90). Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah para Manajer Menengah ke bawah yang berada

satu tingkat di bawah Manajer Puncak yang berjumlah 25 responden.

b Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2003 : 91). Teknik pengambilan sampel yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah mengunakan teknik sensus

karena seluruh anggota populasi merupakan sampel penelitian.

Populasi penelitian ini adalah para Manajer Menengah ke bawah yang

berada satu tingkat di bawah Manajer Puncak yang ikut andil dan

berperan penting dalam penyusunan anggaran Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo yang berjumlah

(56)

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini ada dua yaitu:

a Data Primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung oleh

peneliti dengan menyebarkan kuisioner sekaligus mengadakan

pengamatan atau observasi dan wawancara dengan responden

langsung di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah

b Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

yang berkaitan dengan objek penelitian

3.3.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari

responden pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Kabupaten Sidoarjo.

3.3.3. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

a Kuisioner

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik

(57)

yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden

(Sugiyono, 2003 : 162).

b Wawancara

Suatu cara untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancra ini

digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih

mendalam seperti jumlah responden sedikit (Riduwan, 2004 : 102).

c Observasi

Melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk

melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004 : 104).

3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat

pengukur itu (kuisioner) mengukur apa yang diinginkan. Valid atau

tidaknya alat tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor

yang diperoleh pada masing-masing butir pertanyaan dengan skor total

yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan (Sumarsono,

2004 : 31). Masrun (1979) dalam Solimun (2002) menyatakan bahwa

bilamana koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total

seluruh indikator lebih besar 0.3 ( r ≥ 0.3), maka instrumen tersebut

(58)

3.4.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang

diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan

perkataan lain hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran

2 kali atau lebih terhadap objek dan alat pengukur yang sama (Sumarsono,

2004 : 34).

Disamping itu suatu instrumen dikatakan reliabel, dapat diukur

dengan menggunakan Alpha Cronbach. Suatu instrumen ( keseluruhan indikator) dianggap sudah cukup reliabel bilamana memiliki koefisien

alpha (£) ≥ 0.6 (Solimun, 2002 : 59).

3.4.3. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data

sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut

mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode

diantaranya adalah metode Kolmogorov Smirnov.

a. Hipotesis :

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

b. Daerah Keputusan :

Tingkat signifikan > 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak

(59)

3.5. Uji Asumsi Klasik

a Uji Gejala Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah terjadinya hubungan linear antara variabel

bebas dalam persamaan regresi linear berganda, apabila ternyata ada

hubungan linear antara variabel bebas maka persamaan regresi linear

berganda tersebut menjadi multikolinearitas.

Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance

inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel

independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi

(karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau

sama dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat

kolinieritas yang masih dapat ditolerir (Ghozali, 2007 : 92).

b Uji Heteroskedastisitas

Uji herokeditastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji herokeditastisitas untuk

menunjukkan nilai varians (Y-Ŷ) antar-nilai Y tidaklah sama atau

(60)

banyak menurut (Suharyadi, 2004 : 528). Menurut Sumarsono (2004 :

43) deteksi adanya heterokedastisitas adalah:

1. Niai Probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heterokedastisitas

2. Niai Probabilitas < 0,05 berarti terkena heterokedastisitas

c Uji Autokorelasi

Didefinisikan sebagai korelasi antara dua observasi yang diurutkan

berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada

waktu tertentu (data crossecional), (Gujarati, 1995 : 201). Jadi dalam model regresi liner diasumsikan tidak terdapat gejala ”autokorelasi”

artinya nilai residual (Yobservasi Yprediksi) pada waktu ke-t tidak boleh ada

hubungan dengan nilai residual (et-1).

Penelitian ini data yang digunakan bukan data time series tetapi

data cross section yang diambil berdasarkan kuesioner, sehingga untuk uji autokorelasi tidak dilakukan, karena autokorelasi pada sebagian besar

kasus ditemukan pada regresi yang datanya time series (Santoso, 2000 : 216).

3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.6.1. Teknik Analisis

Menentukan teknik analisis data untuk penelitian pendekatan

kuantitatif, maka analisis data ini berkenaan perhitungan untuk menjawab

(61)

129). Teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tekniik

analisis regresi linier berganda yang merupakan analisis yang berkaitan

dengan studi ketergantungan satu variabel (yang disebut variabel tidak

bebas) dengan dua atau lebih variabel lainnya (yang disebut variabel

bebas), alat analisis ini digunakan sesuai dengan kondisi yang akan diuji,

berupa ketergantungan variabel Slack Anggaran (Y) paa variabel bebas

yaitu Parisipasi Anggaran (X1), Informasi Asimetri (X2), dan Budget

Emphasis (X3). Model regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut

:

Y = βο + β1X1 + β2X2+ β3X3 + e1 ... (Gujarati, Damodar, 1995 :

).

an

-β3 = Koefisien Regresi

= Error (Faktor Kesalahan) 250

Keterangan :

Y = Slack Anggaran

βο = Konstanta

X1 = Partisipasi Anggar

X2 = Informasi Asimetri

X3 = Budget Emphasis

β1

e

(62)

3.6.2. Uji Hipotesis Prosed

1.

hat apakah model yang dianalisis

a. ur pengujian hipotesis statistiknya :

Uji F

Uji ini dilakukan untuk meli

memiliki tingkat kecocokan model yang tinggi. Untuk menguji hal

tersebut dengan melalui uji F.

Hο : β = β2 = β3 = βj = 0, (X, X2, bersama X3 tidak

berpengaruh t

H : β = β2 = β3 = βj ≠ 0, (X, X2, bersama X3 berpenga

terhadap Y).

Dalam penelitian ini digunakan tingk

(63)

2) Apabila tingkat signifikan (p-value) < 0,05 maka H0

ditolak dan H1 diterima. d. Pengambilan keputusan :

1) Apabila tingkat signifikan (p-value) > 0,05 maka H0

(64)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Kabupaten Sidoarjo

Semula, tepatnya pada tahun 1851 daerah Sidoarjo bernama Sidokare,

bagian dari Kabupaten Surabaya. Daerah Sidokare dipimpin oleh seorang

patih bernama R. Ng. Djojohardjo, bertempat tingla di kampung Pucang

Anom yang dibantu oleh seorang wedana yaitu Bagus Ranuwiryo yang

berdiam di kampung Pangabahan. Pada tahun 1859, berdasarkan Keputusan

Pemerintah Hindia Belanda no. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad

No. 6, daerah Kabupaten Surabaya dibagi menjadi dua bagian yaitu

Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokare. Dengan demikian Kabupaten

Sidokare tidak lagi menjadi daerah bagian dari Kabupaten Surabaya dan

sejak itu mulai diangkat seorang Bupati untuk memimpin Kabupaten

Sidokare yaitu R. Notopuro (R.T.P Tjokronegoro) berasal dari Kesepuhan,

putera R.T.P Tjokronegoro Bupati Surabaya, dan bertempat tinggal di

kampung Pandean (sebelah Pasar Lama sekarang), beliau mendirikan masjid

di Pakauman (Masjid Abror sekarang), sedang alun-alun pada waktu itu

hádala Pasar Lama. Dalam tahun 1859 itu juga, dengan berdasarkan Surat

Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 10/1859 tanggal 28 Mei 1859

Staatsblad 1859 nama Kabupaten Sidokare diganti dengan Kabupaten

Sidoarjo. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa secara resmi

terbentuknya Daerah Kabupaten Sidoarjo hádala tanggal 28 Mei 1859 dan

Gambar

Tabel 1.1. Realisasi Anggaran
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikir
Tabel 4.1 : Hasil Uji Validitas Variabel Partisipasi Anggaran (X1) Putaran Ke-1
Tabel 4.3 : Hasil Uji Validitas Variabel Informasi Asimetri (X2)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu saya selalu terbuka akan kritik, karena dengan kritik saya lebih waspada dan hati-hati dalam melaksanakan kegiatan, saran dan pandangan orang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak adopsi International Accounting Standards (IAS) dalam standar akuntansi keuangan di

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kreativitas mahasiswa dalam menghasilkan produk kerajinan olahan limbah organik dan anorganik sangat tinggi

Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya responden dalam penelitian Profil Self Efficacy Karir Mahasiswa BK Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya dan penelitian dilakukan

Seperti meningkatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akan berpengaruh pada kegiatan ekspor yang menjadi lebih rendah dibandingkan nilai impor yang akhirnya

Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian secara detil berdasarkan penemuan

Perhatikan gambar penggaris plastik yang digosok dengan kain wol berikut !... Diketik ulang