Sidoarjo)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh:
DWI RATNA WATI 0613010143/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR
ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, INFORMASI ASIMETRI DAN BUDGET EMPHASIS TERHADAP SLACK
ANGGARAN
(Studi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo)
Yang diajukan
DWI RATNA WATI
0613010143/FE/EA
Disetujui untuk ujian lisan oleh
Pembimbing Utama
Prof, Dr. H. Soerparlan Pranoto, MM. AK Tanggal : ...
NPT. 977 100 164
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi
serta kenikmatan yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu
hingga perguruan tinggi. Berkat rahmatNya pula serta atas kebaikan yang
diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
” Analisis Pengaruh Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetri dan Budget
Emphasis terhadap Slack Anggaran”.
Sebagaimana telah diketahui bahwa penelitian skripsi ini merupakan salah
satu syarat suntuk dapat memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Jurusan
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
Peneliti telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki dalam
penelitian penelitian ini, tetapi peneliti yakin tanpa adanya saran dan bantuan
maupun dorongan dari beberapa pihak,maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat
tersusun sebagaimana mestinya, oleh karena itu dengan segala ketulusan hati
peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangungan Nasional ’Veteran” Jawa Timur
3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi selaku pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran’’ Jawa Timur
Pembangunan Nasional ”Veteran’’ Jawa Timur
5. Bapak Prof. Dr. H. Soeparlan Pranoto, MM. AK selaku dosen
pembimbing yang telah membimbing dan memberikan petunjuk-petunjuk
yang sangat berguna dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sehingga
penelitian ini selesai
6. Ibu Dra. Ec. Dyah Ratnawati, MM selaku dosen wali yang telah
meluangkan waktu dengan penuh keikhlasan membimbing peneliti selama
menempuh kuliah
7. Segenap Dosen, Staf, dan seluruh Karyawan Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran’’ Jawa Timur
8. Segenap Karyawan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Kabupaten Sidoarjo, khususnya kepada Ibu Sum dan Bapak Sugeng yang
telah memberikan ijin dan memberikan semua hal yang dibutuhkan
peneliti dalam penelitian sehingga terlaksananya penelitian ini
9. Secara khusus saya sampaikan terima kasih sedalam-dalamya kepada
Ayahnda dan Ibunda yang tiada lelah mendidik dan membahagiakan saya,
dari lubuk hati yang paling dalam saya haturkan rasa bakti saya
10. Buat seseorang yang selalu memberi semangat dan menemaniku selama
ini (my husband)
11. Teman-teman seperjuangan selama kuliah atas kerjasama, dukungan, do’a
dan segala kebaikan yang pernah diberikan kepada peneliti
persatu
Semoga Allah SWT selalu melindungi, memberikan balasan dan
segala kebaikan atas semua bantuannya kepada peneliti.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
demi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi khususnya,
Amien...
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, Januari 2010
Peneliti
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 10
1.3. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL 2.1. Penelitian Terdahulu ... 12
2.2. Kajian Teori ... 18
2.2.1. Anggaran ... 18
2.2.1.1. Definisi Anggaran ... 18
2.2.1.2. Fungsi Anggaran ... 19
2.2.1.3. Keuntungan Anggaran ... 20
2.2.1.4. Kelemahan Anggaran ... 21
2.2.1.5. Jenis-jenis Anggaran ... 21
2.2.2.2. Kekurangan Partisipasi Anggaran ... 26
2.2.2.3. Manfaat Partisipasi Anggaran ... 27
2.2.3. Informasi Asimetri ... 27
2.2.3.1. Definisi Informasi Asimetri ... 27
2.2.4. Budget Emphasis ... 28
2.2.4.1. Definisi Budget Emphasis ... 28
2.2.4.2. Kelemahan Budget Emphasis ... 29
2.2.4.3. Manfaat Budget Emphasis ... 30
2.2.5. Slack Anggaran ... 31
2.2.5.1. Definisi Anggaran ... 31
2.2.5.2. Manfaat Anggaran ... 31
2.2.5.3. Faktor Pendorong Timbulnya Slack Anggaran ... 32
2.2.5.4. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetri, dan - Budget Emphasis berpengaruh terhadap Slack Anggaran ... 33
2.2.5.5. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Slack Anggaran ... 33
2.2.5.6. Pengaruh Informasi Asimetri terhadap Slack Anggaran .... 34
2.2.5.7. Pengaruh Budget Emphasis terhadap Slack Anggaran ... 35
2.3. Kerangka Pikir ... 35
2.4. Hipotesis ... 38
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 39
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 42
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 43
3.3.1. Jenis Data ... 43
3.3.2. Sumber Data ... 43
3.3.3. Pengumpulan Data ………... 43
3.4. Uji Kualitas Data ... 44
3.4.1. Uji Validitas ... 44
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 45
3.4.3. Uji Normalitas ... 45
3.5. Uji Asumsi Klasik ... 46
3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 48
3.6.1. Teknik Analisis ... 48
3.6.2. Uji Hipotesis ... 49
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
dan Aset Kabupaten Sidoarjo ... 8
Gambar 2.1. : Diagram Kerangka Pikir ………. 37
Gambar 3.1. : Distribusi Daerah Keputusan ………..……. 48
(Studi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo)
Oleh Dwi Ratna Wati
ABSTRAK
Partisipasi penganggaran adalah proses yang mengambarkan individu-individu terlibat dalam menyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran dan perlunya penghargaan atas pencapaian target anggaran tersebut. Untuk itu tujuan penelitian ini adalah menguji atau membuktikan apakah terdapat pengaruh antara partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis berpengaruh terhadap slack anggaran dan untuk menentukan faktor manakah yang dominan pengaruhnya antara partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis berpengaruh terhadap slack anggaran.
Populasi penelitian ini adalah para Manajer Menengah ke bawah yang berada satu tingkat di bawah Manajer Puncak yang ikut andil dan berperan penting dalam penyusunan anggaran Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo yang berjumlah 25 responden dengan menggunakan teknik sensus. Untuk menjawab perumusan, tujuan dan hipotesis penelitian maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis regresi linier berganda memberikan kesimpulan bahwa partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis berpengaruh terhadap slack anggaran, hal ini dilihat dari hasil uji kecocokan modelnya sehingga hipotesis ke-1 teruji kebenarannya. Namun, pengaruh partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis terhadap slack anggaran adalah rendah yaitu hanya 38,1% sedangkan sisanya 61,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas pada penelitian ini. Rendahnya kontribusi partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis secara bersama-sama terhadap slack anggaran, juga berdampak pada sangat rendahnya kontribusi masing-masing variabel partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget
emphasis terhadap slack anggaran. Berdasarkan nilai r2parsial menunjukkan bahwa informasi asimetri merupakan variabel yang paling dominan terhadap slack anggaran, sehingga hipotesis ke-2 tidak teruji kebenarannya.
.
I.I. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, era globalisasi telah menuntut adanya perubahan yang
sangat capat dan menyebabkan adanya pergeseran pemikiran yang kompleks
disegala bidang, oleh karena itu dalam waktu relatif singkat akuntansi sektor
publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap praktik akuntansi
yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah, perusahaan milik
negara/daerah, dan berbagai organisasi lainnya dibandingkan dengan masa
sebelumnya, dari sudut pandang ilmu ekonomi sektor publik dapat dipahami
sebagai suatu aktivitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk
menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan
dan hak publik. Sektor publik dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya faktor
ekonomi, akan tetapi faktor politik, sosial, budaya, dan historis. Beberapa tugas
fungsi dapat juga dilakukan sektor swasta, akan tetapi untuk tugas tertentu tidak
dapat digantikan oleh sektor swasta.
Salah satu elemen penting dalam sistem pengendalian manajemen adalah
anggaran, anggaran merupakan alat bantu manajemen dalam mengalokasikan
keterbatasan sumber daya dana yang dimiliki organisasi untuk mencapai tujuan.
Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi
seluruh kegiatan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku
untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang oleh Munandar (2001 :
1). Menurut (Schief dan Lewin, 1970; Welsch, Hilton dan Gordon, 1996) dalam
Arfan Ikhsan (2007) anggaran juga dapat berfungsi sebagai alat perencanaan dan
pengendalian agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih
efektif dan efisien, sebagai instrumen manajemen anggaran daerah masih bersifat
tertutup (tidak transparan) dan tidak memiliki standar kinerja yang jelas,
akibatnya anggaran menjadi sumber pembatasan dan kebocoran-kebocoran yang
hanya menguntungkan birokrasi dan mitra kerja swastanya.
Pada sektor publik, anggaran harus diinformasikan kepada publik untuk
dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan, anggaran pada sektor publik terkait
dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan
aktivitas dalam satuan moneter yang menggunakan dana milik rakyat.
Inilah yang menjadi perbedaan dengan anggaran sektor swasta karena
tidak berhubungan dengan pengalokasian dana dari masyarakat. Pada sektor
publik pendanaan organisasi berasal dari pajak dan retribusi, laba perusahaan
milik daerah atau negara, pinjaman pemerintah berupa utang luar negeri dan
obligasi pemerintah, serta sumber dana lain yang sah dan tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.
Dahulu penganggaran dilakukan dengan sistem top-down, dimana
rencana dan jumlah anggaran telah ditetapkan oleh atasan/pemegang kuasa
anggaran sehingga bawahan/pelaksana anggaran hanya melakukan apa yang telah
anggaran menjadi tidak efektif karena target yang diberikan terlalu menuntut
namun sumber daya yang diberikan tidak mencukupi (overloaded).
Atasan/pemegang kuasa anggaran kurang mengetahui potensi dan
hambatan yang dimiliki oleh bawahan/pelaksana anggaran sehingga memberikan
target yang sangat menuntut dibandingkan dengan kemampuan
bawahan/pelaksana anggaran. Bertolak dengan kondisi ini, sektor publik mulai
menerapkan sistem penganggaran yang dapat menanggulangi masalah diatas,
yakni anggaran partisipasi (budgetary participation). Melalui sistem ini,
bawahan/pelaksana anggaran dilibatkan dalam penyusunan anggaran yang
menyangkut subbagiannya sehingga tercapai kesepakatan antara atasan/pemegang
kuasa anggaran dan bawahan/pelaksana anggaran mengenai anggaran tersebut.
Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh
bagian atau lebih pihak dimana keputusan tersebut memiliki dampak masa depan
terhadap mereka yang membuatnya, anggaran merupakan alat manajemen yang
memegang peranan penting dalam sistem pengendalian manajemen sebuah
organisasi, terutama dalam proses perencanaan (planning) dan pengawasan
(controlling). Partisipasi penganggaran adalah proses yang mengambarkan
individu-individu terlibat dalam menyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh
terhadap target anggaran dan perlunya penghargaan atas pencapaian target
anggaran tersebut (Brownell, 1982) dalam Falikhatun (2007).
Partisipasi anggaran memberikan rasa tanggungjawab kepada para
manajer dan mendorong adanya kreativitas, karena para manajer bawahan yang
tujuan pribadi manajer tersebut, yang menyebabkan semakin tingginya tingkat
keselarasan tujuan. Pendukungan partisipasi anggaran menyatakan bahwa
meningkatnya rasa tanggungjawab serta tantangan proses pemenuhan insentif non
moneter, yang pada akhirnya akan menjadikan tingkat kinerja semakin tinggi.
Partisipasi anggaran sektor publik memberikan kesempatan antara
atasan/pemegang kuasa anggaran dan bawahan/pelaksana anggaran untuk
mengkomunikasikan rencana kegiatan selama beberapa periode kedepan, namun
yang perlu menjadi catatan adalah masalah keterbukaan bawahan/pelaksana
anggaran kepada atasan/pemegang kuasa anggaran, mengenai informasi yang
dimiliki belum tentu terjadi selama proses partisipasi, hal ini sejalan dengan
Siegel dan Ramanauskas-Marconi (1989 : 128) dalam Kisler Bornadi (2005)
bahwa kekurangan partisipasi anggaran jika dilakukan dengan sungguh-sungguh
akan menimbulkan perilaku penyimpangan, baik dari bawahan/pelaksana
anggaran maupun atasan/pemegang kuasa anggaran belum mampu mengali
informasi yang dimiliki oleh bawahan/pelaksana anggaran dalam proses
partisipasi.
Masalah yang juga timbul dalam penyusunan anggaran adalah
penciptaan slack anggaran. Slack anggaran biasanya dilakukan dengan
meninggikan biaya atau menurunkan pendapatan dari yang seharusnya, supaya
anggaran mudah dicapai (Merchant, 1981) dalam Falikhatun (2007). Adapun
Hilton dan Hermanto (2003) dalam Falikhatun (2007) menyatakan tiga alasan
a. Orang-orang selalu percaya bahwa hasil pekerjaan mereka akan terlihat
bagus dimata atasan jika mereka dapat mencapai anggarannya
b. Slack anggaran selalu digunakan untuk mengatasi kondisi ketidakpastian,
jika tidak ada kejadian yang tidak terduga, yang terjadi manajer tersebut
dapat melampaui atau mencapai anggaran
c. Rencana anggaran selalu dipotong dalam proses pengalokasian sumber
daya
Kenyataan yang banyak terjadi dimana slack anggaran ini timbul karena
besarnya peran atau partisipasi bawahan/pelaksana anggaran dalam penyusunan
anggaran dan seorang manajer dituntut untuk dapat menyelaraskan anggaran
dengan kebijakkan tertentu yang dapat membuat anggaran menjadi lebih efektif
didalam menghadapi perubahan kondisi lingkungan yang tak menentu.
Informasi asimetri adalah perbedaan informasi yang dimiliki oleh atasan
dan bawahan, dimana bawahan mempunyai informasi lebih banyak dari pada
informasi yang dimiliki atasan. Menurut Shields dan Young (1993) dalam
Falikhatun (2007) mengemukakan beberapa kondisi perusahaan yang
kemungkinan besar timbulnya informasi asimetri, yaitu: perusahaan yang besar,
mempunyai penyebaran secara geografi, memiliki produk yang beragam, dan
membutuhkan teknologi, kemudian Welsch et al dalam Falikhatun (2007)
mengemukakan dengan adanya partisipasi anggaran dari manajer tingkat
menengah dan tingkat bawah dalam proses pembuatan anggaran, mempunyai
dampak yang bermanfaat paling tidak dalam dua hal. Pertama, proses partisipasi
manajemen tingkat manajemen tingkat atas mendapatkan informasi mengenai
masalah lingkungan dan teknologi, dari manajer tingkat bawah yang memiliki
pengetahuan khusus. Kedua, proses partisipasi dapat menghasilkan komitmen
yang lebih besar dari manajemen tingkat bawah untuk melaksanakan rencana
anggaran dan memenuhi anggaran.
Tujuan perencanaan anggaran yang dilaporkan seharusnya sama dengan
kinerja yang diharapkan, namun karena bawahan memiliki informasi lebih baik
dari pada atasan maka bawahan mengambil kesempatan dari proses partisipasi
anggaran. Hal ini mempunyai implikasi negatif seperti kesalahan alokasi sumber
daya dan informasi bias dalam evaluasi kinerja bawahan terhadap unit
pertanggungjawaban (Dunk dan Nouri, 1998 dalam Falikhatun, 2007). Bawahan
memberikan informasi yang bias kepada atasan dengan melaporkan biaya yang
lebih besar atau melaporkan pendapatan yang lebih rendah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa karena adanya keinginan untuk menghindari risiko,
bawahan yang terlibat dalam penyusunan anggaran cenderung untuk melakukan
slack anggaran, semakin tinggi risiko bawahan yang berpartisipasi dalam
penyusunan anggaran akan melakukan budgetary slack. Fisher, Fredericson dan
Peffer (2002) dalam Falikhatun (2007) menemukan bahwa senjangan anggaran
menjadi lebih besar dalam kondisi asimetri mendorong bawahan membuat
senjangan anggaran, sehingga dapat dikatakan bahwa informasi asimetri
Sering kali sektor publik maupun sektor swasta menggunakan anggaran
sebagai faktor yang paling dominan dan satu-satunya pengukur kinerja bawahan.
Penekanan anggaran seperti ini juga dapat memungkinkan terjadinya slack karena
bila bawahan sangat ditentukan oleh anggaran yang telah disusun, maka bawahan
akan berusaha memperoleh sesuatu yang menguntungkan, penilaian kinerja
berdasarkan tercapai atau tidaknya target anggaran akan mendorong bawahan
untuk menciptakan slack dengan tujuan meningkatkan prospek kompensasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Dunk (1993) dalam Falikhatun (2007)
tentang hubungan antara partisipasi dan slack anggaran yang dilakukan tersebut
menggunakan informasi antara bawahan dan atasan serta budget emphasis yang
digunakan untuk menilai kinerja bawahan. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa
interaksi antara partisipasi, informasi asimetri dan budget emphasis mempunyai
hubungan yang negatif dengan budgetary slack tetapi korelasinya signifikan, hal
ini ketika partisipasi, informasi asimetri dan budget emphasis tinggi maka
budgetary slack rendah dan begitu juga sebaliknya.
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo
dikelola untuk memberikan beberapa pelayanan kepada masyarakat. Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset ini dituntut untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan operasinya melalui keakuratan dalam
penyusunan anggaran, untuk itu diperlukan keterlibatan seluruh staf, karyawan,
Tabel 1.1. Realisasi Anggaran
Tahun Anggaran setelah perubahan
Realisasi anggaran
Lebih/Kurang
2005 182.728.504.775,90 252.300.284.052,61 65.386.566.554,51
2006 250.099.770.182,99 328.319.536.461,96 75.176.856.796,97
2007 454.365.241.575,99 625.534.706.029,85 (50.081.386.689,50)
2008 587.601.429.592,67 570.454.246.180,01 (26.046.828.523,86)
Sumber : Laporan Realisasi Rencana Kerja & Anggaran Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sidoarjo.
Dilihat dari tabel diatas pada tahun 2005, Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo tidak mengalami slack anggaran karena
target lebih kecil dari pada realisasinya. Target yang ditetapkan oleh manajemen
sebesar Rp. 182.728.504.775,90 sedangkan realisasinya sebesar Rp.
252.300.284.052,61 maka pada tahun ini kinerja Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo sangat baik karena kinerja karyawan
yang baik, terkadang para karyawan diberi reward berupa bonus.
Pada tahun 2006 dan tahun 2007, Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo tidak mengalami slack anggaran karena
target lebih kecil dari pada realisasinya. Kinerja dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2006 dan tahun 2007 sangat
baik, hal ini terbukti dari target yang ditetapkan oleh manajemen dapat terealisasi
Pada tahun 2008 kinerja Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan
Aset Kabupaten Sidoarjo mengalami slack anggaran, hal ini terbukti dari target
yang ditetapkan oleh manajemen lebih besar dari pada realisasinya. Target yang
ditetapkan oleh manajemen sebesar Rp. 587.601.429.592,67 sedangkan
realisasinya sebesar Rp. 570.454.246.180,01 maka pada tahun ini kinerja Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo kurang baik, hal
ini dapat dilihat dari target yang ditetapkan tidak dapat terealisasi semuanya.
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang mengenai Slack Anggaran,
dalam Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetri, dan Budget Emphasis
merupakan variabel yang diduga memberikan kontribusi terhadap timbulnya
Slack, maka dilakukan penelitian dengan judul “ Analisis Pengaruh Partisipasi
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas
bahwa faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap timbulnya slack
yang telah diteliti, memberikan hasil yang tidak konsisten, maka penelitian
ini dilakukan untuk meneliti dan mencari bukti yang mendukung asumsi
tersebut, oleh karena itu, yang menjadi fokus utama dari penelitian ini
adalah:
a. Apakah partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis
berpengaruh terhadap slack anggaran pada Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo?
b. Manakah faktor yang dominan pengaruhnya antara partisipasi
anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis berpengaruh
terhadap slack anggaran pada Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo?
I.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dapat
dikemukakan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk
menguji atau membuktikan apakah terdapat pengaruh antara partisipasi
anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis berpengaruh terhadap
slack anggaran dan untuk menentukan faktor manakah yang dominan
pengaruhnya antara partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget
I.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitan yang
akan diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Akademi
Sebagai referensi bagi mahasiswa lainnya yang sedang melakukan
penelitian lain dengan materi yang berhubungan dengan permasalahan
yang diteliti dan untuk dijadikan motivasi agar ikut berpartisipasi
mensukseskan program pemerintah dalam meningkatkan pendapatan
daerah dan terus mengevaluasi kinerja pemerintah.
2. Bagi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Sidoarjo
Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan sebagai alternatif dalam
penyempurnaan sistem penganggaran yang ada didinas khususnya untuk
melihat pengaruh sistem penganggaran yang ada perilaku manajer.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti untuk dapat
menambah wawasan dan memperluas pengetahuan akademis yang
KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN METODE
2.I. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang terkait dengan judul ini dilakukan dengan tema yang
sama sebelumnya. Berikut ini dikemukakan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta
pengkajian berkaitan dengan penelitian ini:
1. Nama : Belius PatriaLatuheru Staf Pengajar Fakultas
Ekonomi-Universitas kristen Indonesia Maluku (Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol.7, No.2, Nopember 2005; 117-130).
Judul : Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran
Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating.
Rumusan Masalah :
Berdasarkan latar belakang yang ada maka masalah yang diteliti
selanjutnya dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian
sebagai berikut : apakah komitmen organisasi mempunyai pengaruh
terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan senjangan anggaran.
Hipotesis :
Berdasarkan model penelitian maka hipotesis yang dibangun dan
akan diuji adalah sebagai berikut :
H1 : Komitmen organisasi mempunyai pengaruh negatif terhadap
hubungan antara partisipasi anggaran dan senjangan anggaran.
Kesimpulan :
Hasil analisis regresi pada persamaan (1) dan perhitungan
matematis partial derivative menerima hipotesis 1, yaitu komitmen
organisasi mempunyai pengaruh negatif terhadap hubungan antara
partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran dan menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan. Hasil pengujian ini sekaligus
menjawab pertanyaan penelitian bahwa komitmen organisasi
mempunyai pengaruh terhadap partisipasi anggaran dan senjangan
anggaran, sekaligus meninjukkan bahwa hubungan antara partisipasi
anggaran dan senjangan anggaran dipengaruhi oleh variable moderating.
2. Nama : DRA. HJ. Falikhatun, M. SI, Ak FE-UNS Surakarta (Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar
26-28 Juli 2007).
Judul : Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi, Dan Group Cohesiveness Dalam Hubungan Antara Partisipasi
Penganggaran Dan Budgetary Slack (Study Kasus pada
Rumusan Masalah :
Berdasarkan latar belakang yang ada maka masalah yang diteliti
selanjutnya dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian
sebagai berikut : (1) apakah partisipassi penganggaran berpengaruh
terhadap budgetary slack?, dan (2) apakah informasi asimetri, budaya
organisasi, dan group cohesiveness sebagai variabel pemoderasi dapat
memperkuat pengaruh partisipasi penganggaran terhadap budgetary
slack?
Hipotesis :
Berdasarkan model penelitian maka hipotesis yang dibangun dan
akan diuji adalah sebagai berikut :
H1 : Partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap budgetary
slack
H2 : Partisipasi penganggaran akan berpengaruh positif terhadap
budgetary slack pada informasi asimetri yang tinggi, dan
sebaliknya
H3 : Partisipasi penganggaran akan berpengaruh positif terhadap
budgetary slack pada budaya yang berorientasi pada pekerjaan,
dan sebaliknya
H4 : Partisipasi penganggaranberpengaruh positif terhadap budgetary
Kesimpulan :
a. Budaya organisasi yang berorientasi pada orang ditolak (tidak
didukung data), sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya
organisasi yang berorientasi pada orang bukan merupakan variabel
yang memoderasi pada pengaruh partisipassi penganggaran
terhadap budgetary slack
b. Partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap budgetary
slack pada group cohesiveness yang tinggi ditolak (tidak didukung
data), sehingga dapat disimpulkan bahwa group cohesiveness
merupakan variabel yang memoderasi pada pengaruh partisipasi
penganggaran terhadap budgetary slack.
3. Nama : Yulia Fitri (2004)
Judul : Pengaruh Informasi Asimetri, Partisipasi Penganggaran Dan Komitmen Organisasi Terhadap Timbulnya Senjangan
Anggaran (Study Empiris pada Universitas Swasta di Kota
Bandung)
Rumusan Masalah :
Berdasarkan latar belakang yang ada maka masalah yang diteliti
selanjutnya dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai
berikut : apakah informasi asimetri, partisipasi penganggaran dan
komitmen organisasi berpengaruh terhadap timbulnya senjangan anggaran
Hipotesis :
Berdasarkan model penelitian maka hipotesis yang dibangun dan
akan diuji adalah sebagai berikut : Informasi asimetri, partisipasi
penganggaran dan komitmen organisasi secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh terhadap timbulnya senjangan anggaran. Hipotesis
ini dapat dipecahkan menjadi sub hipotesis:
Informasi asimetri berhubungan negatif dengan partisipasi
penganggaran
Informasi asimetri berhubungan negatif dengan komitmen
organisasi
Partisipasi penganggaran berhubungan positif dengan komiten
organisasi
Kesimpulan :
1. Variabel informasi asimetri, partisipasi penganggaran, dan
kommitmen organisasi secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh signifikan terhadap timbulnya senjangan anggaran
2. Variabel informasi asimetri tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap timbulnya senjangan anggaran, baik secara langsung
maupun tidak langsung
3. Variabel partisipasi penganggaran berpengaruh negatif yang
signifikan terhadap senjangan anggaran, baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui informasi asimetri dan komitmen
4. Variabel komitmen organisasi berpengaruh negatif yang signifikan
terhadap senjangan anggaran, baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui informasi asimetri dan partisipasi penganggaran.
5. Variabel informasi assimetri berpengaruh signifikan secara negatif
dengan partisipasi penganggaran dan komitmen organisasi.
Selanjutnya variabel partisipasi penganggaran berhubungan
2.2 Kajian Teori 2.2.1. Anggaran
2.2.1.1. Definisi Anggaran
Anggaran merupakan sistem elemen manajemen yang
berfungsi sebagai alat perencanaan (planning) dan pengendalian agar
manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi agar lebih effektif dan
efisien menurut Schief dan Lewin (1970); Welsch, Hilton dan Gordon
(1996) dalam Arfan Ikhsan (2007). Kenis (1979) dalam Falikhatun
(2007) menyatakan anggaran bukan hanya rencana finansial mengenai
biaya dan pendapatan dalam suatu pusat pertanggungjawaban, tetapi
juga berfungsi sebagai alat pengendali, koordinasi, komunikasi kinerja
serta motivasi. Menurut Munandar (2001 : 1) adalah suatu rencana yang
disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan, yang
dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka
waktu (periode) tertentu yang akan datang. Menurut Anthony dan Vijay
Govindarajan (2003) supaya efektif, suatu anggaran harus memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a Anggaran memperkirakan keuntungan yang potensial dari unit
perusahaan
b Dinyatakan dalam ukuran moneter, walaupun jumlah moneter
mungkin didukung dengan jumlah non-moneter
d Merupakan perjanjian manajemen, bahwa manajer untuk
bertanggungjawab untuk pencapaian tujuan dari anggaran
e Usulan anggaran diperiksa dan disetujui oleh pejabat yang lebih
tinggi dari pembuat anggaran
f Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi
tertentu
g Sekali berkala kinerja keuanganaktual dibandingkan dalam
anggaran dan perbedaannya dianalisis dan dijelaskan
2.2.1.2. Fungsi Anggaran
Menurut Sony Yuwono, Tengko Agus Indrajaya, Hariyandi (2005 :
30-32) anggaran sebagai instrumen penting dalam proses manajemen,
anggaran/penganggaran memiliki fungsi sebagai berikut:
a Fungsi Perencanaan
Sebagai alat perencanaan, penganggaran memaksa manajemen
untuk merencanakan masa depan, paling tidak dalam aspek
keuangan.
b Fungsi Koordinasi dan Sarana
Anggaran secara formal mengkomunikasikan rencana organisasi
pada setiap karyawan dan tindakan berbagai unit organisasi agar
dapat bekerja secara bersama dan serentak ke arah pencapaian
c Fungsi Motivasi
Memotivasi para pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya
dengan dorongan pemberian intensif dalam bentuk uang ataupun
penghargaan.
d Fungsi Pengendalian
Sebagai alat pengendali kegiatan karena anggaran yang sudah
disetujui merupakan komitmen dari jajaran manajemen yang ikut
berperan dalam penyusunan anggaran tersebut.
e Fungsi Pembelajaran
Sebagai alat untuk mendidik para manajer mengenal bagaimana
bekerja secara rinci pada pusat pertanggungjawaban yang
dipimpinnya.
2.2.1.3. Keuntungan Anggaran
Keuntungan anggaran menurut Hansen dan Mowen ( 2004 : 355),
antara lain:
a Memaksa manajer untuk membuat rencana
b Memberikan informasi sumber daya yang dapat meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan
c Sebagai standar bagi evaluasi kinerja
2.2.1.4. Kelemahan Anggaran
Menurut M. Nafarin (2000) anggaran mempunyai beberapa
kelemahan, antara lain:
a Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan sehingga
mengandung unsur ketidakpastian
b Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang, dan
tenaga tidak sedikit sehingga tidak semua perusahaan mampu
menyusun anggaran secara lengkap (komprehensif) dan akurat
c Para pegawai atau pihak yang merasa dipaksa untuk
melaksanakaan anggaran sehingga terkadang mereka menggerutu
dan menentang yang mengakibatkan anggaran tidak akan efektif
2.2.1.5. Jenis-jenis Anggaran
Anggaran dapat dikelompokkan dari beberapa sudut pandang
menurut M. Nafarin (2000), yaitu:
1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari:
a Anggaran variabel
yaitu yang disusun berdasarkan interval kapasitas tertentu pada
intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan
pada tingkat-tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda
b Anggaran tetap
Yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat
2. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari:
a Anggaran periodik
Yaitu anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, pada
umumnya periode satu tahun yang disusun setiap akhir periode
anggaran
b Anggaran kontinu
Yaitu anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan
anggaran yang pernah dibuat
3. Menurut jangka waktunya, anggaran terdiri dari:
a Anggaran menurut jangka pendek (anggaran taktis)
Adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama
sampai satu tahun
b Anggaran jangka panjang (anggaran strategis)
Adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari
satu tahun
4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari:
a Anggaran operasional
Adalah anggaran yang berfungsi untuk menyusun anggaran
laba rugi
b Anggaran keuangan
5. Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari:
a Anggaran Komprehensif
Merupakan rangkaian dari berbagai macam anggaran yang
disusun secara lengkap
b Anggaran partial
Anggaran yang disusun secara lengkap, anggaran yang hanya
menyusun bagian anggaran tertentu saja
6. Menurut Fungsinya, anggaran terdiri dari:
a Appropriation budget
Adalah anggaran yang diperuntukan bagi tujuan tertentu dan
tidak boleh digunakan untuk manfaat lain
b Performance budget
Adalah yang disusun berdasarkan fungsi aktivitas yang
dilakukan dalam perusahaan untuk menilai apakah biaya/beban
yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak
melampaui batas
2.2.1.6. Manfaat Anggaran
Manfaat anggaran menurut M. Nafarin (2000 : 12), antara lain:
a Semua kegiatan dapat mengarah pada pencapaian tujuan bersama
b Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan
pegawai
d Menimbulkan tanggungjawab tertentu pada pegawai
e Sumber daya (seperti tenaga kerja, peralatan dan dana) dapat
dimanfaatkan seefisien mungkin
f Alat pendidikan bagi para manajer
Adapun manfaat lain dari suatu anggaran menurut Marconi dan
Siegel (1989 : 125) dalam Abriyani Puspitaningsih (2002) adalah
sebagai berikut :
a. Anggaran merupakan hasil proses perencanaan. Anggaran
sebagai hasil dari negosiasi diantara anggota-anggota dominan
didalam suatu organisasi, maka anggaran mewakili consensus
mengenai tujuan kegiatan dimasa yang akan datang.
b. Anggaran sebagai blueprint kegiatan perusahaan, sehingga
anggaran dapat merefleksikan prioritas alokasi sumber daya yang
dimiliki perusahaan.
c. Anggaran merupakan alat komunikasi internal yang
menghubungkan departemen atau divisi dengan departemen
(divisi lain) dalam organisasasi maupun dengan top management.
d. Anggaran menyediakan informasi tentang hasil kegiatan yang
sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang telah
e. Anggaran sebagai alat pengendalian yang mengarahkan
manajemen untuk menentukan bagian organisasi yang kuat dan
yang lemah. Hal ini akan dapat mengarahkan manajemen untuk
menentukan tindakan koreksi yang harus diambil.
f. Anggaran mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan
untuk bekerja dengan konsisten, efektif dan efisien dalam kondisi
kesesuaian tujuan antara tujuan perusahaan dengan tujuan
karyawan.
2.2.2. Partisipasi Anggaran
2.2.2.1. Definisi Partisipasi Anggaran
Partisipasi penganggaran adalah proses yang mengambarkan
individu-individu terlibat dalam menyusunan anggaran dan mempunyai
pengaruh terhadap target anggaran dan perlunya penghargaan atas
pencapaian target anggaran tersebut (Brownell, 1982) dalam Falikhatun
(2007). Menurut Brownell (1982) dalam Falikhatun (2007), partisipasi
anggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu dalam
penyusunan anggaran, sementara Chong (2002) dalam Falikhatun (2007)
menyatakan sebagai proses dimana bawahan/pelaksana anggaran
diberikan kesempatan untuk terlibat dalam dan mempunyai pengaruh
dalam proses penyusunan anggaran. Kesempatan yang diberikan
diyakini meningkatkan pengendalian dan rasa keterlibatan dikalangan
2.2.2.2. Kekurangan Partisipasi Anggaran
Menurut Hansen dan Mowen (2004 : 377) terdapat tiga masalah
potensial dalam anggaran partisipasi, antara lain:
a. Penetapan standar yang dapat terlalu tinggi ataupun terlalu rendah
Bila tujuan terlalu mudah dicapai, manajer dapat kehilangan
semangat dan kinerja menjadi turun. Demikian juga, penetapan
anggaran yang terlalu ketat juga menyebabkan kegagalan
pencapaian standar dan menyebabkan rasa frustasi bagi menajer
dan medorong ke arah prestasi kerja yang buruk
b. Memasukkan slack dalam anggaran
Slack anggaran timbul bila manajer sengaja menetapkan
menetapkan terlalu rendah pendapatan atau menetapkan terlalu
besar biaya. Setiap tindakan tersebut menyebabkan tingginya
kemungkinan manajer memenuhi anggaran yang dibuat, dan
menurunkan resiko yang dihadapinya. Slack anggaran dapat
dihilangkan dengan menentukan anggaran beban yang lebih
rendah, namun manfaat yang diperoleh dari metode partisipasi jauh
melebihi biaya yang berkaitan dengan anggaran
c. Partisipasi semu
Masalah ini terjadi bila manajemen puncak mengambil ahli seluruh
pengendalian atass proses penganggaran, hanya mencari partisipasi
fiktif dari manajer tingkat yangg lebih rendah. Praktek ini disebut
dari manajer bawahan, dan tidak mempelajarinya. Dengan
demikian manfaat perilaku yang diharapkan dari partisipasi tidak
akan terwujud.
2.2.2.3. Manfaat Partisipasi Anggaran
Penerapan partsipasi dalam penyusunan anggaran memberikan
banyak manfaat antara lain (Siegel & Marconi, 1989: 139) dalam
Abriyani Puspitaningsih (2002) adalah sebagai berikut:
a. Partisipan (orang yang terlibat dalam proses penyusunananggaran)
menjadi ego-involved tidak hanya task-involved dalam kerja
mereka.
b. Partisipasi akan menaikkan rasa kebersamaan dalam kelompok,
yang akibatnya akan menaikkan kerja sama anggota kelompok di
dalam penetapan sasaran.
c. Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan akibat adanya anggaran.
d. Partisipasi dapat mengurangi rasa ketidaksamaan di dalam alokasi
sumber daya di antara bagian-bagaian organisasi.
2.2.3. Informasi Asimetri
2.2.3.1. Definisi Informasi Asimetri
Informasi asimetris, dalam hal ini adalah perbedaan informasi yang
dimiliki antara manajer tingkat bawah atau menengah (lower level
penyusunan anggaran. Atasan/pemegang kuasa anggaran mungkin
mempunyai pengetahuan yang lebih daripada bawahan/pelaksana
anggaran mengenai unit tanggung jawab bawahan/pelaksana anggaran
atau sebaliknya, bila kemungkinan yang pertama terjadi akan muncul
tuntutan yang lebih besar dari atasan/pemegang kuasa anggaran kepada
bawahan/pelaksana anggaran mengenai pencapaian target anggaran yang
menurut bawahan/pelaksana anggaran terlalu tinggi, namun bila
kemungkinan yang kedua terjadi bawahan/pelaksana anggaran akan
menyatakan target lebih rendah daripada yang dimungkinkan untuk
dicapai. Keadaan dimana salah satu pihak mempunyai pengetahuan lebih
dari pada yang lainnya terhadap sesuatu hal disebut informasi asimetri
menurut Kisler Bornadi dan Icuk Rangga Bawono (2005).
2.2.4. Budget Emphasis
2.2.4.1. Definisi Budget Emphasis
Budget Emphasis merupakan desakan dari atasan pada bawahan
untuk melaksanakan dengan baik, yang berupa sanksi jika kurang dari
target anggaran dan kompensasi jika mampu melebihi target
anggaran.jika seorang bawahan tidak mampu melaksanakan tugas yang
telah diberikan oleh manajemen maka bawahan tersebut bisa kehilangan
bonus tahunannya atau bahkan yang lebih ekstrim mereka bisa
kehilangan pekerjaannya. Schiff dan Lewin (1970) dalam Falikhatun
dipengaruhi oleh keinginan dan kepentingan pribadi sehingga akan
memudahkan pencapaian target anggaran, terutama jika penilaian
prestasi manajer ditentukan berdasarkan pencapaian anggaran. Upaya ini
dilakukan untuk menentukan pendapatan yang terlalu rendah dan biaya
yang terlalu tinggi.
Menurut Mulyadi dan setyawan (2007) penilaian kinerja
merupakan penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu
organisasi, bagian akuntansi dan karyawannya berdasarkan sasaran,
standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya, sedangkan menurut
Robert L. Mathis & Jackson (2002) penilaian kinerja adalah proses
evaluasi seberapa baik karyawan melakukan mereka dibandingkan
dengan satu set standar dan mengkomunikasikannya dengan para
karyawan.penilaian kinerja karyawan kedengarannya cukup sederhana
dan riset yang luas menunjukkan penggunaannya untuk
mengadministrasi honor dan gaji, memberi umpan balik kinerja, dan
mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan karyawan.
2.2.4.2. Kelemahan Budget Emphasis
Menurut Anthony & Vijay Govindarajan (2003 : 85) terdapat
kesulitan yang dihadapi oleh manajer dalam melaksanakan sistem
penilaian kinerja, antara lain:
a. Hubungan yang buruk antara ukuran nonfinansial serta hasilnya
c. Ukuran tidak diperbarui
d. Terlalu banyak penilaian
e. Kesulitan dalam menentukan pertukaran
2.2.4.3. Manfaat Budget Emphasis
Menurut Sjafri Mangkuprawira (2003 : 224) penilaian kinerja
karyawan memiliki beberapa manfaat, antara lain:
a. Perbaikan kinerja
b. Penyesuaian kompensasi
c. Keputusan penempatan
d. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan
e. Perencanaan dan pengembangan karir
f. Defisiensi proses penempatan staf
g. Ketidakakuratan informasi
h. Kesalahan rancangan pekerjaan
i. Kesempatan kerja yang sama
j. Tantangan-tantangan eksternal
k. Umpan balik pada SDM
2.2.5. Slack Anggaran
2.2.5.1. Definisi Slack Anggaran
Slack adalah perbedaan jumlah anggaran yang disusun manajer
pusat pertanggungjawaban dengan estimasi terbaik perusahaan.
Anthony, R. N., dan V. Govindarajan (2007), mendefinisikan slack
anggaran sebagai perilaku yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan
menganggarkan pendapatan agak lebih rendah dan pengeluaran dibuat
agak lebih tinggi dengan tujuan agar mudah dicapai.
Beberapa definisi yang dikemukakan diatas, maka dapat dikatakan
secara umum slack anggaran atau kelonggaran dalam anggaran adalah
usaha yang dilakukan secara sengaja oleh pihak manajemen dalam
mempengaruhi jumlah biaya dan pendapatan yang akan ditetapkan
dalam anggaran, sehingga mudah dicapai dan dapat memberikan
keuntungan bagi manajer ataupun divisi yang terkait. Manajer
menciptakan slack dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah
dan biaya lebih tinggi. Manajer melakukan hal ini agar target anggaran
dapat dicapai sehingga kinerja manajer terlihat baik.
2.2.5.2. Manfaat Slack Anggaran
Slack bagi para manajer menengah ke bawah mempunyai margin
of safety dalam mencapai sasaran anggarannya. Selain itu adanya
kelebihan sumber daya dapat mengurangi tekanan dan frustasi akibat
kepastian yang lebih tinggi dalam mencapai tujuan organisasi dan tujuan
pribadi.
2.2.5.3. Faktor Pendorong Timbulnya Slack Anggaran
Menurut Hilton dan Hermanto (2003) dalam Falikhatun (2007)
menyatakan tiga alasan utama manajer melakukan slack:
Orang-orang yang selalu percaya bahwa hasil pekerjaan mereka
bagus dimata atasan jika dapat mencapai anggarannya
Slack anggaran digunakan untuk mengatasi ketidakpastian, jika
tidak ada kejadian yang tidak terduga, yang terjadi manajer
tersebut harus melampaui/mencapai anggarannya
Rencana anggaran selalu dipotong dalam proses pengalokasian
sumber daya
Salah satu faktor penyebab terjadinya slack anggaran menurut
Hopwood (1972) dalam Yulia Fitri (2004) adalah kekakuan dalam
mengontrol anggaran. Evaluasi tersebut ditunjukkan dengan adanya
evaluasi terhadap manajemen organisasi, apakah mereka dapat mencapai
target anggaran atau tidak, kinerja dari manajemen diukur berdasarkan
2.2.5.4. Pengaruh partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan budget emphasis berpengaruh terhadap slack anggaran
Anggaran sangat berperan sebagai perencanaan dan kriteria
kinerja. Anggaran sebagai perencanaan berisi tentang rencana-rencana
keuangan diorganisasi dimasa yang akan datang, sedangkan anggaran
sebagai kriteria kinerja berfungsi sebagai bagian dari proses
pengendalian manajemen yang dapat dinyatakan secara formal. Menurut
Amelia Veronica dan Komang ayu Krisnadewi menyatakan besarnya
peran atau partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran turut
berperan penting dalam terjadinya slack anggaran, dengan adanya
informasi asimetri antara bawahan/pelaksana anggaran dengan
atasan/pemberi kuasa anggaran
2.2.5.5. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Slack Anggaran
Partisipasi anggaran merupakan suatu proses dalam organisasi
yang melibatkan para manajer dalam penyusunan anggaran, partisipasi
anggaran memiliki pengaruh yang signifikan pada timbulnya slack
adalah partisipasi. Adanya partisipasi yang tinggi dalam pembuatan
anggaran akan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada
bawahan untuk melakukan slack anggaran dan ketika partisipasi rendah
harapan bawahan untuk melakukan slack dibatasi sehingga slack juga
rendah.
Terdapat beberapa penelitian yang tidak mendukung temuan
tersebut, sebagai contoh Onsi (1973), Cammant (1976), Merchant(1985)
dan Dunk (1993) dalam Balianus Patria (2005) menyatakan bahwa
partisipasi mengurangi slack, hal ini terjadi karena bawahan memberikan
informasi pribadi tentang prospek masa depan sehingga anggaran
disusun lebih akurat.
2.2.5.6. Pengaruh Informasi Asimetri terhadap Slack Anggaran
Informasi asimetri, dalam hal ini adalah perbedaan informasi yang
dimiliki antara manajer tingkat bawah atau menengah dengan
manajemen diatasnya dalam penyusunan anggaran. Atasan mungkin
mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi daripada bawahan atau
sebaliknya jika atasan memiliki pengetahuan lebih rendah daripada
bawahan, bila kemungkinan yang pertama terjadi maka akan muncul
tuntutan yang lebih besar dari atasan kepada bawahan mengenai
pencapaian target anggaran yang menurut bawahan terlalu tinggi,
namun bila kemungkinan yang kedua terjadi bawahan akan menyatakan
target lebih rendah daripada yang dimungkinkan untuk dicapai. Menurut
Christensen (1982) dan Pope (1984) dalam Yulia Fitri (2004) yang
mengungkapkan bahwa dalam partisipasi penganggaran, bawahan dapat
mentembunyikan sebagian dari informasi pribadi mereka, yang dapat
2.2.5.7. Pengaruh Budget Emphasis terhadap Slack Anggaran
Kinerja seorang manajer dinilai berdasarkan anggaran yang sudah
berjalan, maka para manajer akan memastikan anggarannya berada
dalam tingkat yang mudah dicapai, salah satu caranya adalah dengan
memasukkan slack dalam anggarannya. Kinerja manajer menengah
kebawah akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran pada
masing-masing bidang yang menjadi tanggungjawabnya.
2.3. Kerangka Pikir
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada dasarnya merupakan
pengembangan terhadap penelitian-penelitian yang pernah dilakukan oleh
peneliti terdahulu. Adapun premis-premis yang dipakai sebagai acuan
dalam melakukan penelitian dan mengajukan hipotesis dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Premis 1
Partisipasi Anggaran didefinisikan sebagai keikutsertaan
manajer-manajer pusat pertanggungjawaban dalam hal yang
berkaitan dengan penyusunan anggaran, sehingga partisipasi
anggaran merupakan suatu proses dimana seseorang
menyumbangkan ide-ide untuk memecahkan suatu masalah
dalam suatu organisasi dan pekerjaannya (Teori Partisipasi
Premis 2
Partisipasi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan
senjangan anggaran, semakin tinggi partisipasi yang diberikan
bawahan cenderung berusaha agar anggaran yang mereka susun
mudah dicapai, salah satu caranya adalah dengan melonggarkan
atau menciptakan slack anggaran (Falikhatun, Simposium
Nasional Akuntansi X : 2007).
Premis 3
Hubungan partisipasi anggaran dan senjangan anggaran adalah
positif (Arfan Ikhsan, Simosium Nasional Akuntansi X : 2007).
Premis 4
Jika individu mengejar kepentingan pribadi (komitmen
organisasi rendah) maka individu tersebut dalam partisipasi
penganggaran akan berusaha untuk melakukan slack anggaran
agar kinerjanya terlihat baik. Sebaliknya, jika individu memiliki
komitmen organisasi tinggi maka slack anggaran akan rendah.
(Amelia Veronica dan Komang ayu Krisnadewi, Jurnal
Akuntansi)
Premis 5
Apabila bawahan/pelaksana anggaran yang ikut berpartisipasi
dalam penyusunan anggaran maka menghasilkan informasi
(Merchant (1981), Chow et al. (1988), serta Nouri dan Parker
(1998) dalam Kisler Bornadi dan Icuk Rangga Banowo).
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka kerangka pemikiran teori
dapat dibangun dalam gambar dibawah ini :
Informasi Asimetri
(X2)
Budget Emphasis (X3)
Slack Anggaran (Y) Partisipasi Anggaran
(X1)
( Uji Regresi Linear Berganda)
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori kerangka pikir,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. bahwa terdapat pengaruh signifikan antara partisipasi anggaran,
informasi asimetri, dan budget emphasis terhadap slack anggaran
(premis 1,2,3)
2. bahwa variabel partisipasi anggaran merupakan variabel yang
paling dominan antara partisipasi anggaran, informasi asimetri, dan
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut
(Nazir, 2005 : 126).
a. Variabel Bebas
Partisipasi Anggaran (X)
Partisipasi penganggaran adalah proses yang
mengambarkan individu-individu terlibat dalam menyusunan
anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran
dan perlunya penghargaan atas pencapaian target anggaran
tersebut (Brownell, 1982) dalam Falikhatun (2007)
Informasi Asimetri (X2)
Informasi asimetris, dalam hal ini adalah perbedaan
informasi yang dimiliki antara manajer tingkat bawah atau
menengah (lower level manager atau middle manager) dengan manajemen diatasnya dalam penyusunan anggaran.
Budget Emphasis (X3)
Budget Emphasis merupakan desakan dari atasan pada bawahan
untuk melaksanakan dengan baik, yang berupa sanksi jika kurang
dari target anggaran dan kompensasi jika mampu melebihi target
anggaran.jika seorang bawahan tidak mampu melaksanakan tugas
yang telah diberikan oleh manajemen maka bawahan tersebut bisa
kehilangan bonus tahunannya atau bahkan yang lebih ekstrim
mereka bisa kehilangan pekerjaannya.
b. Variabel Terikat
Variabel Terikat (Y) adalah Slack Anggaran yang didefinisikan
menurut Anthony, R. N., dan V. Govindarajan (2007) sebagai
perilaku yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan
menganggarkan pendapatan agak lebih rendah dan pengeluaran
dibuat agak lebih tinggi dengan tujuan agar mudah dicapai.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitan ini adalah:
a Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi :
1. Partisipasi Anggaran (X)
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Semantik Deferensial, yang mempunyai skala 7 (tujuh) point. (Sumarsono, 2004 : 25) dengan pola sebagai berikut :
Skala rendah 1 2 3 4 5 6 7 Skala tinggi
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti menunjukkan tingkat
partisipasi rendah dalam penyusunan anggaran. Nilai 4
merupakan nilai tengah yang berarti memiliki tingkat
partisipasi yang cukup dalam penyusunan anggaran. Jawaban
dengan nilai 5 sampai 7 berarti menunjukkan tingkat partisipasi
yang tinggi dalam penyusunan anggaran.
2. Informasi Asimetri (X2)
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala interval dan teknik pengukurannya menggunakan
Semantik Deferensial, yang mempunyai skala 7 (tujuh) point. (Sumarsono, 2004 : 25) dengan pola sebagai berikut :
Skala rendah 1 2 3 4 5 6 7 Skala tinggi
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti menunjukkan tingkat
informasi asimetri yang rendah dalam penyusunan anggaran.
Nilai 4 merupakan nilai tengah yang berarti memiliki tingkat
informasi asimetri yang cukup dalam penyusunan anggaran.
Jawaban dengan nilai 5 sampai 7 berarti menunjukkan tingkat
3. Budget Emphasis (X3)
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala interval dan teknik pengukurannya menggunakan
Semantik Deferensial, yang mempunyai skala 7 (tujuh) point. (Sumarsono, 2004 : 25) dengan pola sebagai berikut :
Skala rendah 1 2 3 4 5 6 7 Skala tinggi
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti menunjukkan tingkat
budget emphasis yang rendah dalam penyusunan anggaran.
Nilai 4 merupakan nilai tengah yang berarti memiliki tingkat
budget emphasis yang cukup dalam penyusunan anggaran.
Jawaban dengan nilai 5 sampai 7 berarti menunjukkan tingkat
budget emphasis yang tinggi dalam penyusunan anggaran
b Variabel Terikat
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
interval dan teknik pengukurannya menggunakan Semantik Deferensial, yang mempunyai skala 7 (tujuh) point. (Sumarsono, 2004 : 25) dengan pola sebagai berikut :
Skala rendah 1 2 3 4 5 6 7 Skala tinggi
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti menunjukkan tingkat untuk
menciptakan slack rendah dalam penyusunan anggaran. Nilai 4
merupakan nilai tengah yang berarti memiliki tingkat tingkat slack
sampai 7 berarti menunjukkan tingkat yang tinggi untuk
menciptakan slack dalam penyusunan anggaran.
3.2. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel a Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2003 : 90). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah para Manajer Menengah ke bawah yang berada
satu tingkat di bawah Manajer Puncak yang berjumlah 25 responden.
b Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2003 : 91). Teknik pengambilan sampel yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah mengunakan teknik sensus
karena seluruh anggota populasi merupakan sampel penelitian.
Populasi penelitian ini adalah para Manajer Menengah ke bawah yang
berada satu tingkat di bawah Manajer Puncak yang ikut andil dan
berperan penting dalam penyusunan anggaran Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kabupaten Sidoarjo yang berjumlah
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini ada dua yaitu:
a Data Primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung oleh
peneliti dengan menyebarkan kuisioner sekaligus mengadakan
pengamatan atau observasi dan wawancara dengan responden
langsung di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah
b Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan objek penelitian
3.3.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari
responden pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Kabupaten Sidoarjo.
3.3.3. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:
a Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik
yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden
(Sugiyono, 2003 : 162).
b Wawancara
Suatu cara untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancra ini
digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih
mendalam seperti jumlah responden sedikit (Riduwan, 2004 : 102).
c Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk
melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004 : 104).
3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat
pengukur itu (kuisioner) mengukur apa yang diinginkan. Valid atau
tidaknya alat tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor
yang diperoleh pada masing-masing butir pertanyaan dengan skor total
yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan (Sumarsono,
2004 : 31). Masrun (1979) dalam Solimun (2002) menyatakan bahwa
bilamana koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total
seluruh indikator lebih besar 0.3 ( r ≥ 0.3), maka instrumen tersebut
3.4.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang
diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan
perkataan lain hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran
2 kali atau lebih terhadap objek dan alat pengukur yang sama (Sumarsono,
2004 : 34).
Disamping itu suatu instrumen dikatakan reliabel, dapat diukur
dengan menggunakan Alpha Cronbach. Suatu instrumen ( keseluruhan indikator) dianggap sudah cukup reliabel bilamana memiliki koefisien
alpha (£) ≥ 0.6 (Solimun, 2002 : 59).
3.4.3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut
mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode
diantaranya adalah metode Kolmogorov Smirnov.
a. Hipotesis :
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
b. Daerah Keputusan :
Tingkat signifikan > 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak
3.5. Uji Asumsi Klasik
a Uji Gejala Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah terjadinya hubungan linear antara variabel
bebas dalam persamaan regresi linear berganda, apabila ternyata ada
hubungan linear antara variabel bebas maka persamaan regresi linear
berganda tersebut menjadi multikolinearitas.
Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance
inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
(karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau
sama dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat
kolinieritas yang masih dapat ditolerir (Ghozali, 2007 : 92).
b Uji Heteroskedastisitas
Uji herokeditastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji herokeditastisitas untuk
menunjukkan nilai varians (Y-Ŷ) antar-nilai Y tidaklah sama atau
banyak menurut (Suharyadi, 2004 : 528). Menurut Sumarsono (2004 :
43) deteksi adanya heterokedastisitas adalah:
1. Niai Probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heterokedastisitas
2. Niai Probabilitas < 0,05 berarti terkena heterokedastisitas
c Uji Autokorelasi
Didefinisikan sebagai korelasi antara dua observasi yang diurutkan
berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada
waktu tertentu (data crossecional), (Gujarati, 1995 : 201). Jadi dalam model regresi liner diasumsikan tidak terdapat gejala ”autokorelasi”
artinya nilai residual (Yobservasi Yprediksi) pada waktu ke-t tidak boleh ada
hubungan dengan nilai residual (et-1).
Penelitian ini data yang digunakan bukan data time series tetapi
data cross section yang diambil berdasarkan kuesioner, sehingga untuk uji autokorelasi tidak dilakukan, karena autokorelasi pada sebagian besar
kasus ditemukan pada regresi yang datanya time series (Santoso, 2000 : 216).
3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.6.1. Teknik Analisis
Menentukan teknik analisis data untuk penelitian pendekatan
kuantitatif, maka analisis data ini berkenaan perhitungan untuk menjawab
129). Teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tekniik
analisis regresi linier berganda yang merupakan analisis yang berkaitan
dengan studi ketergantungan satu variabel (yang disebut variabel tidak
bebas) dengan dua atau lebih variabel lainnya (yang disebut variabel
bebas), alat analisis ini digunakan sesuai dengan kondisi yang akan diuji,
berupa ketergantungan variabel Slack Anggaran (Y) paa variabel bebas
yaitu Parisipasi Anggaran (X1), Informasi Asimetri (X2), dan Budget
Emphasis (X3). Model regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut
:
Y = βο + β1X1 + β2X2+ β3X3 + e1 ... (Gujarati, Damodar, 1995 :
).
an
-β3 = Koefisien Regresi
= Error (Faktor Kesalahan) 250
Keterangan :
Y = Slack Anggaran
βο = Konstanta
X1 = Partisipasi Anggar
X2 = Informasi Asimetri
X3 = Budget Emphasis
β1
e
3.6.2. Uji Hipotesis Prosed
1.
hat apakah model yang dianalisis
a. ur pengujian hipotesis statistiknya :
Uji F
Uji ini dilakukan untuk meli
memiliki tingkat kecocokan model yang tinggi. Untuk menguji hal
tersebut dengan melalui uji F.
Hο : β = β2 = β3 = βj = 0, (X, X2, bersama X3 tidak
berpengaruh t
H : β = β2 = β3 = βj ≠ 0, (X, X2, bersama X3 berpenga
terhadap Y).
Dalam penelitian ini digunakan tingk
2) Apabila tingkat signifikan (p-value) < 0,05 maka H0
ditolak dan H1 diterima. d. Pengambilan keputusan :
1) Apabila tingkat signifikan (p-value) > 0,05 maka H0
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Kabupaten Sidoarjo
Semula, tepatnya pada tahun 1851 daerah Sidoarjo bernama Sidokare,
bagian dari Kabupaten Surabaya. Daerah Sidokare dipimpin oleh seorang
patih bernama R. Ng. Djojohardjo, bertempat tingla di kampung Pucang
Anom yang dibantu oleh seorang wedana yaitu Bagus Ranuwiryo yang
berdiam di kampung Pangabahan. Pada tahun 1859, berdasarkan Keputusan
Pemerintah Hindia Belanda no. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad
No. 6, daerah Kabupaten Surabaya dibagi menjadi dua bagian yaitu
Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokare. Dengan demikian Kabupaten
Sidokare tidak lagi menjadi daerah bagian dari Kabupaten Surabaya dan
sejak itu mulai diangkat seorang Bupati untuk memimpin Kabupaten
Sidokare yaitu R. Notopuro (R.T.P Tjokronegoro) berasal dari Kesepuhan,
putera R.T.P Tjokronegoro Bupati Surabaya, dan bertempat tinggal di
kampung Pandean (sebelah Pasar Lama sekarang), beliau mendirikan masjid
di Pakauman (Masjid Abror sekarang), sedang alun-alun pada waktu itu
hádala Pasar Lama. Dalam tahun 1859 itu juga, dengan berdasarkan Surat
Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 10/1859 tanggal 28 Mei 1859
Staatsblad 1859 nama Kabupaten Sidokare diganti dengan Kabupaten
Sidoarjo. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa secara resmi
terbentuknya Daerah Kabupaten Sidoarjo hádala tanggal 28 Mei 1859 dan