• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kaitan pendapatan ibu rumah tangga dengan kesehatan dan kesejahteraan keluarga di kawasan perdesaan: studi kasus di Kabupaten Lombok Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kaitan pendapatan ibu rumah tangga dengan kesehatan dan kesejahteraan keluarga di kawasan perdesaan: studi kasus di Kabupaten Lombok Barat"

Copied!
366
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KAITAN PENDAPATAN

IBU

RUMAH TANGGA

DENGAN

KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI KAWASAN PERDESAAN (STUDI KASUS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT)

Oleh:

DIN1 KARTIKAWATI PRIHATINI

PROGRAM STUDI

ILMU PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PERDESAAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Judul : Analisis Kaitan Pendapatan Ibu Rumah Tangga dengao Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga di Kawasau Perdesaan (Studi Kasus di Kabupaten Lombok Barat)

Nama : Dini Kartikawati Prihatini

NIM : P 035010041

Program Studi : Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dau Pedesaan

Menyetujui

1. Komisi Pembimbiug

Dr. Ir. Hermauto Sirwar, M.Sc. Anita Vernekar Shaukar. MS. PhD.

Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi

Ilmu Perencanaan Pembanguuan Wilayah dan Perdesaau

rof. Dr. Ir. Isan Gonarsvah

(3)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa pernyataan dalam tesis saya yang berjudul:

Analisis Kaitan Pendapatan Ibu Rumah Tangga dengan Kesehatan dan ~ e s e j a h t e i a n Keluarga di Kawasan Perdesaan (Studi Kasus di - Kabupaten Lombok Barat)

merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis diperguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juni 2006

Dini Kartikawati Prihatini

(4)

O

Hak cipta milik Dini Kartikawati Prihatini, tahun 2006

Hak cipta dilindungi

(5)

ABSTRAK

DIN1 KARTIKAWATI PRIHTAINI. Analisis Kaitan Pendapatan lbu Rumah Tangga dengar1 Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga di Kawasan Perdesaan (Studi Kasus di Kabupaten Lombok Barat). (Hemanto Siregar sebagai Ketua dan Anita Vernekar Shankar sebagai Anggota Komisi Pembimbing.)

Kemarnpuan rumah tangga (keluarga) untuk memenuhi kebutuhan pangan, kesehatan .dan pendidikan semakin berkurang sejak terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan. Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan yang semakin sulit dijangkau. Sebagian ibu rumah tangga tidak hanya berperan dalam mengatur mmah tangganya tetapi juga terlibat dalam memberikan pendapatan keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kaitan (hubungan) antara pendapatan ibu rumah tangga dengan kesehatan dan kesejahteraan, serta untuk menelaah manfaat kredit mikro yang mendukung produktivitas mereka di kawasan perdesaan di Lombok Barat. Analisis dilakukan secara deskriptif dan analisis statistik

(chi -square dan korelasi). Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan ibu rumah tangga memiliki kaitan positif yang sangat signifikan dengan kesehatan dan kesejahteraan keluarga sayangnya keberadaan kredit mikro yang diterima ibu rurnah tangga masih sangat terbatas dari segi macam dan jumlahnya.

(6)

ANALISIS KAITAN PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA DENGAN KESEHATAN I ~ A N KESEJAHTERAAN KELUARGA DI KAWASAN

PERDESAAN (STUD1 KASUS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT)

Oleh:

DIN1 KARTIKAWATI PRIHATINI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memeproleh gelar Master Sains Pada

Program Studi

Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas lidpahan dan karunia-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: Analisis Kaitan Pendapatan Ibu Rumah Tangga dengan Kesehatan dan Kesejahteman Keluarga di Kawasan Perdesaan (Studi Kasus di Kabupaten Lombok Bamt). Tesis i n i merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Master Sains pada program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, lnstitut Pertanian Bogor.

Seiring dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

Bapak Hermanto Siregar, M.Ec dan Ibu Anita Vernekar Shankar, MS. PhD., atas segala arahan dan bimbingannya. Terimakasih kepada yang tercinta: suamiku Adnan, anakku Fala, bapak Sahid, mama Endang, mbak Mien, dik Angga dan Ibu Khairyah atas curahan kasih sayang, kesabaran, do'a, dorongan dan dukungan yang diberikan.

Selanjutnya ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada:

I. Bapak Rektor, Dekan Sekolah Pascasarjana dan Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, lnstitut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas selama penulis menempuh pendidikan. 2. Dosen-dosen dan teman-teman PWD - IPB 2002 yang telah memberi ilmu dan

kebersamaan selama penulis menempuh pendidikan.

5. Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat dan staf-satf yang telah banyak memberikan informasi dan data yang diperlukan.

4. Para Dokter dan Bidan di PKM Lingsar dan Penimbung yang telah membantu dan memberikan informasi yang dibutuhkan.

5. Bapak-ibu responden, kader dan kepala dusun atas kesediaannya meluangkan waktu dan memberi informasi yang dibutuhkan

6. Tim enumerator yang dengan penuh semangat membantu proses pengumpulan data.

7. Terimaksih kepada semua pihak yang telah terlibat dan mendukung proses penelitian dan penyusunan tesis ini.

Bogor, Juni 2006

(8)

RIWAYAT HIDUP

'

Penulis dilahirkan di Klaten, Jawa Tengah pada tanggal 19 Januari 1976. Penulis mempakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Sahid Purnomo dan Endang Hemwati.

Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana di Jumsan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak , Fakultas Peternakan Universitas Mataram dan meraih gelar Sarjana Peternakan pada bulan Maret 1999. Pada bulan Juni

-

Desember 2001 penulis mengikuti pendidikan Managemen Pembangunan di Asean Institute Management - Manila. Pada tahun yang sama penulis diterima sehagai mahasiswa Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Pmgram Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), sehiigga penulis baru dapat aktif kuliah di PWD pada tahun berikutnya (2002).
(9)
[image:9.547.38.486.37.678.2]

Halaman

...

DAFTAR TABEL vii

...

DAFTAR GAMBAR X

...

DAFTAR LAMPIRAN xii

I

.

PENDA-HLJLUAN

...

1

...

1

.

1. Latar Belakang dan Permasalahan 1

.

.

...

1.2. Tujuan PenelitIan 5

1.3. Batasan Penelitian

...

5

...

I1

.

TINJAUAN PUSTAKA

...

2.1. Proses Jenderisasi

...

2.2. Perempuan dalam Perspektif Agama

2.2.1. Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan

...

...

2.2.2. Kewajiban Orang Tua kepada Keluarga

...

2.2.3. Hak Ekonomi Perempuan

2.3. Perempuan dalam Perekonomian dan Kesehatan Keluarga

...

...

2.4. Hubungan Pendapatan dengan Kesehatan

...

2.5. Dampak Kesehatan Terhadap Ekonomi Malcro

...

2.6. Kebijakan Pemerintah dalam Sektor Kesehatan

...

111

.

KERANGKA PEMIKIRAN 23

...

3.1. Kerangka Pendekatan Penelitian 23

...

3.2. Difinisi Opersion al

.

27

.

...

3.3. Hipotesis Penehhan 29

.

.

...

3.4. Kegunaan Penelltl an 29

...

3.5. Batasan Peneliti an 30

IV

.

METODOLOGI PENELITIAN

...

4.1. Penentuan Lokasi dan Sarnpel

...

4.2. Teknik Pengumpulan Data

...

4.3. Metode Analisis

...

4.3.1. Analisa Diskriptif

...

4.3.2. Independent sampel t-test

...

4.3.3. Crosstab

...

4.3.3.1. Analisis Chi-square

...

4.3.3.2. Analisis Korelasi

...

(10)

...

V

.

GAMBARAN KABUPATEN LOMBOK BARAT

...

5.1. Geografi

dan

Sumber Daya Alam

5.2. Sumber Daya Manusia

...

...

5.3. Karakteristik Sosial

...

5.4. Karakteristik Perekonomian

...

5.4.1. Pendapatan Daerah

...

5.4.2. Konsumsi

...

5.5. Sarana dan Prasarana Kesehatan

...

5.6. Derajat Kesehatan Masyarakat

...

5.7. Prilaku Hidup Sehat

...

VI

.

SUMBERDAYA KELUARGA

...

6.1. Jumlah Anggota Keluarga

...

6.2. Umur Kepala Keluarga dan Ibu Rumah Tangga

...

6.3. Pendidikan dan Kemampuan Melek Hwuf

...

6.4. Pekerjaan Anggota Keluarga

...

6.5. Ringkasan

...

VII

.

KONDISI DAN PRILAKU KESEHATAN KELUARGA

...

7.1. Penyakit yang Sering Diderita

Pclayanan Kesehatan yang Dikunjungi Keluarga

...

7.3. Aseptor Keluarga Berencana

...

7.4. Perawatan Kehamilan dan Melahirkan

...

7.5. Kesehatan Balita

...

7.6. Kebersihan dan Sarana Sanitasi

...

7.6.1. Perawatan Kebersihan Tubuh

...

7.6.2. Sarana MCK

...

7.6.3. Sumber Air Minum

...

7.7. Pengambilan Keputusan Kesehatan Keluarga

...

7.8. Tingkat Kesehatan dan Kebersihan Keluarga .

7.9. Ringkasan

...

...

VIII

.

KESEJAHTERAAN KELUARGA

...

8.1. Pendapatan Keluarga (Income)

...

8.2. Pengeluaran Keluarga (Expenditure)

...

8.2.1. Pengeluaran untuk Makan

8.2.2. Pengeluaran Kesehatan dan Pemeliharaan

Kebersihan Dasar Tubuh

...

...

8.3. Index Gini

8.4. Keluarga menabung

...

8.5. Kebiasaan Makan

...

...

(11)

...

IX

.

PROFIL IBU YANG MENDAPATKAN KREDIT 122

...

. 9.1. Kredit yang Dapat Diakses 124

.

...

9.2. Proses Untuk Mendapatkan dan Pengernbalian Kredit 126

...

9.3. Pemanfaatan Kredit 128

...

9.4. Pemberdayaan Wanita dengan Perbaikan Akses Kredit Mikro 129

9.5. Ringkasan

...

131

...

x

.

KESIMPULAN DAN IIV~PLIKASI KEBIJAKAN 133 10.1. Kesimpulan..

...

133

10.2. Implikasi Kebijakan

...

134

DAFTAR PUSTAKA

...

136
(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1

.

Indikator kesehatan propinsi NTB dan kabupaten Lombok Barat

...

3 2

.

Alokasi dana subsidi BBM bagi kesehatan GAKIN ( tahun 2003)

...

21 3

.

Indikator pendekatan penentuan lokasi dan sampel penelitian

...

27 4

.

Penduduk hbupaten Lombok Barat menurut jenis kelamin dan

ratio jenis kelamin 1998-2002

...

35

...

5

.

Angka migrasi di kabupaten Lombok Barat 1998-2002 35

6

.

Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas berdasarkan lapangan usaha

pada tahun 2000

...

36

7

.

Jumlah sekolah. guru dan murid di lingkungan Depdikbud menurut

jenis sekolah (tahun 200112002)

...

37

8

.

Sekolah. guru dan murid di lingkungan Departemen Agama

...

(Tahun 200112002) 37

9

.

Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) tahun 2002

...

38

10

.

Produk Domestik Regional Bruto kabupaten Lombok Barat menurut

lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 1999 . 2001 (000 Rp.)

...

39 1 1

.

PDRB dan PDRB Perkapita kabupaten Lombok Barat

...

Tahun 1999 . 2001 (000 Rp) 40

12

.

Rata-rata pengeluaran perkapita per bulan menurut jenis pengeluaran dan

daerah di kabupaten Lombok Barat (tahun 1999)

...

41

13

.

Jumlah tenaga kesehatan di PKM. PKM Pembantu dan Polindes wilayah

ke rja Dinas kesehatan Lombok Barat (tahun 2001-2003)

...

42

14 . Sarana kesehatan dasar di Lombok Barat (tahun 2000-2003)

...

43 15

.

Jumlah kasus b m rawat jalan berdasarkan penyakit yang diderita

masyarakat (tahun 2000-2003)

...

44

16

.

Pola penyakit penderita rawat jalan usia 0-4 tahun di PKM (tahun 2000-2003)

....

44
(13)

...

18

.

Rekapitulasi penghitungan angka kematian ibu/AKB -US per tahun) 46

19

.

Hasil survei Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kabupaten

...

Lombok Barat Tahun 2001-2003 48

20

.

Hasil uji t keluarga ibu beke rja dan tidak beke rja terhadap umur.

...

tingkat pendidikan KK dan Ibu serta jumlah anggota 50

21

.

Jumlah anggota keluarga dan anak pada kcluarga ibu bekerja dan

keluarga ibu tidak bekerja(%)

...

51

22

.

Tingkat p e n d i d i i anggota keluarga pada keluarga ibu beke rja

...

dan keluarga ibu tidak bekerja 54

23

.

Hasil test independence dan korelasi antara keberadaan anak putus

sekolah terhadap tingkat pendidikan KK dan tingkat pendidikan ibu

...

56

24

.

Jenis peke j a pokok clan waktu penggajian KK dan

ibu rumah tangga (%)

...

57

25

.

Pelayanan kesehatan yang dikunjungi untuk pengobatan berdasarkan

jarak PKM dan kontribusi ibu dalam ekonomi keluarga (%)

...

63

26

.

Jenis pengobatan yang dirujuk keluarga ibu bekerja dan keluarga ibu

tidak beke rja berdasarkan lokasi PKM dari tempat tinggal (%)

...

64

27

.

Gangguan kehamilan yang dialami selama ibu hamiUmenyusui

saat kehamilan terakhir

...

70

28

.

Petugas yang membantu

dan

tempat persalinan yang dikunjungi

ibu hamiUmenyusui saaf kelahiran anak terakhir

...

70

29

.

Jumlah balita &lam keluarga

...

72

...

30

.

Kelengkapan imunisasi. pemberian AS1

dan MP

AS1 pada bali

ta.

73

...

3 1

.

Frekwensi aktivitas untuk menjaga k e b e r s i i badan 75

...

32

.

Fasilitas mandi- cuci- kakus (MCK) yang dimiliki keluarga responden 77

33

.

Tempat mandi dan BAB

...

77
(14)

...

35

.

Kepemilikan sumur 79

.

.

36

.

Anggota keluarga membayar biaya pengobatan ibu dan anak

...

82

37

.

Kondisi sarana

MCK,

sarana air minum dm kebersihan rumah d m halaman

...

83

38

.

Sifat kontribusi pendapatan ibu beke j a per bulan

...

93

39

.

Alokasi penggunaan pendapatan ibu beke j a

...

94

40

.

Pengeluaran rumah tangga

untuk

biaya makan

...

96

41

.

Persentase keluarga ibu tidak bekeja dan ibu bekeja yang tinggal dekat PKM dan jauh dari PKM berdasarkan jumlah pengeluaran biaya kesehatan per-bulan

...

97

42

.

Interval pengeluaran bulanan

untuk

sabun. pasta gigi clan sampo

...

98

43

.

Keluarga menabung kontribusi pendapatan ibu rumah tangga

...

97

44

.

Keluarga menabung kontribusi pendapatan ibu rumah tangga

...

101

45

.

Frekwensi makan dan makanan yang dikonsumsi (%)

...

103

46

.

Persentasi keluarga berdasarkan jumlah kredit terakhir yang diakses dari lembaga pemberi kredit

...

109
(15)

DAFTAR

GAMBAR

Halaman

1

.

Keterkaitan antar faktor-faktor yang menentukan masih

...

terdapatnya kesenjangan jender 9

2

.

Kurva Indifference yang menggambarkan preferensi kesehatan

...

secara keseluruhan dan konsumsi barang lainnya 17

3

.

Budget constraints dan konsumsi yang optimal perorangan dengan

...

status kesehatan yang berbeda 18

4

.

Kerangka pemikiran

...

25

...

5

.

Lokasi dan penentuan sample penelitian 28 6

.

Data kesehatan prenatavneonatal tahun 2002-2003 +us)

...

46

7

.

Data kesehatan ibu bersalin tahun 2003 (kasus per tahun)

...

47

8

.

Perbandingan jumlah rumah sehat (tahun 2001-2003)

...

48

9

.

Sebaran umur responden keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekeja

...

52

10

.

Persentase melek huruf anggota keluarga (KK & ibu) berdasarkan kontribusi ekonorni ibu rumah tangga

...

54

1 1

.

Jumlah peke rjaan yang d i i l i k i KK pada keluarga ibu beke rja dan keluarga ibu tidak beke rja

...

57

12

.

Jenis penyakit yang diderita oleh anggota keluarga

...

:

...

60

13

.

Tingkat kesehatan keiuarga terhadap penyakit menular/menahun

...

62

...

14

.

Tigkat partisipasi keluarga dalam keluarga berencana 65 15

.

Jenis kontrasepsi yang digunakan berdasarkan kontribusi pendapatan ibu rumah tangga

...

66
(16)

17

.

Tempat ibu hamillmenyusui mendapatkan pelayanan pemeriksaan

kehamilan saat kehamilaa terakhir

...

69

. .

18

.

Pengambil keputusan jika anggota keluarga membutuhkan

layanan kesehatan @engobatan)

...

80

19

.

Tingkat kesehatan keluarga ibu beke rja dan keluarga ibu tidak bekerja

...

terhridap penyakit 82

20

.

Interval pendapatan keluarga pada keluarga ibu bekeja dan keluarga

ibu tidak bekerja

...

90

21

.

Pendapatan kepala keluarga (KK)

...

91

22

.

Interval pendapatan ibu bekerja

...

92

...

23

.

Pengelola dan penyimpan penghasilan ibu rumah tangga 93

24

.

Kurva Lorenz keluarga ibu beke rja

...

100

25

.

Kurva Lorenz keluarga ibu tidak bekerja

...

100

...

26

.

Anggota keluarga yang melakukan kegiatan menabung 102

27

.

Pekejaan ibu rumah tangga pada keluarga yang mendapatkan kredit

berdasarkan anggota keluarga yang menerima kredit (n=27)

...

107

28

.

Frekwensi keluarga dalam mendapatkan kredit

...

108

29

.

Keluarga pemah clan tidak pemah memiliki tunggakan kredit berdasarkan

keluarga ibu beke rja dan ibu tidak beke j a (n=27)

...

111
(17)

DAFTAR LAMPIRAN

.

.

...

1

.

Peta lokasi penel~tlan 142

2

.

Formulasi masalah. tujuan penelitian, sumber data, analisis.

. .

... ...

hasil dan kesimpulan penehhan : 143

3

.

Lama pendidikan yang pernah ditempuh anggota keluarga

(suami dan istri) berdasarkan kontribusi ekonomi ibu rumah tangga

...

144

4

.

Hasil analisa Chi-square & korelasi Spearmen terhadap kontribusi

pendapatan ibu (keluarga ibu bekerjdtidak beke rja)

...

145

5

.

Crosstab pendapatan terhadap j u d a h anggota keluarga

...

150

...

6

.

Crosstab pendapatan terhadap pendidikan KK 151

7

.

Crosstab pendapatan terhadap kekebalan pada penyakit m u m

...

152

8

.

Crosstab pendapatan terhadap kekebalan pada penyakit

menahudmenular

...

153

9

.

Crosstab pendapatan terhadap umur KK

...

154

10

.

Crosstab pendapatan terhadap urnur ibu nunah tangga

...

155

11

.

Crosstab pendapatan terhadap kontribusi ibu &lam ekonomi

keluarga (ibu bekejdtidak bekerja)

...

156

12

.

Pendelegasian tanggung jawab domestik ibu beke rja

...

157

13

.

Test of Homogeneity of Variance (umur KK, umur ibu rumah

tangga dan jumlah anggota keluarga

...

158 14

.

Selisih pendapatan

dan

pengeluaran bulanan keluarga

...

159 15

.

Nilai rataan. minimum dan maxi

...

rn

dari

variable-variabel

untuk memproksi kesejahteraan keluarga

...

163
(18)

18. Hasil analisis index gini keluarga ibu beke j a

...

.

.

.

. . .

.

... .. .

. . .

. ..

... ...

. .

.I70

19. Hasil analisis index gini keluarga ibu tidak beke j a

... ...

172 20. Output SPSS: hasil analisa crosstab tingkat kesehatm ksluarga.

..

.

. .. .. . . .

. .

.I74

21. Output SPSS: hasil analisa korelasi kondisi kebersihan MCK,

-air minum

dan

rumah terhadap keberadaan kontribusi pendapatan,
(19)

I.

PENDAHULUAN

.

.

1.1. Latar Belakang dan Perurnusan Permasalahan

Secara kultural telah teqadi pembagian peran a n t m perempuan dan laki-

laki. Perempuan (istri) memiliki tanggungiawab terhadap pekerjaan domestik dan laki-laki (suami) memiliki tanggung jawab sebagai pencari nafkah. Teiapi ketika

kondisi perekonomian keluarga menuntut perempuan untuk terlibat dalam

mencari nafkah untuk menyelamatkan perekonomian keluarga dengan mencari

pendapatan tambahan, mereka tetap h a m bertanggungjawab untuk menge rjakan

peke rjaan domestik.

Perempuan mempakan faktor penting sebagai penentu peningkatan dan

perkembangan perekonomian keluarga Aniswati (2000) memperkirakan di masa

yang akan datang perempuan akan menjadi idola dalam perkembangar, ekonomi di Indonesia. Mereka merupakan sumber tenaga ke rja yang potensial, terlebii lagi

jika kelebihan kuantitas yang ada diikuti pula oleh peningkatan kualitasnya. Selain itu perempuan memegang peranan kunci dalam pengaturan ekonomi

keluarga; penentu kesehatan, gizi dan kesejahteraan keluarga; dm menjadi

penopanglpondasi keluarga.

Cukup besamya kontribusi yang diberikan perempuan bagi ekonomi belum

mampu melepaskan mereka dari bagian kelompok termiskin di dunia dan

mempunyai peluang yang sangat kecil dalam mengakses sumber daya. Krisis

ekonomi sejak 1997 telah memperburuk kondisi perekonomian rumah tangga.

Menghadapi krisis ekonomi ibu rumah tangga dari keluarga miskin melakukan dua strategi utama untuk menanggulangi krisis yaitu, pengaturan keuangan clan

mencari tambahan penghasilan (Andriq1999). Pengaturan keuangan yang ketat

dalam rumah tangga dilakukan dengan menurunkan kualitas dan kuan+;?.s

kebutuhan primer (seperti; pangan, kesehatan dan pendidikan), menghilangkan

(20)

hiburan) dan memodifikasi pola konsumsi serta pengolahan pangan untuk

berhemat.

Penyediaan (suplay) kesehatan yang diberikan pemerintah belum dapat

memenuhi permintam (demand) pelayanan kesehatan masyarakat. Pemerintah

terns bempaya meningkatkan kesehatan melalui peningkatan fasilitas

dan

sarana

kesehatan. Tetapi jika dilihat dari beberapa indikator kesehatan seperti, tingginya

angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang terjadi justru sebaliknya.

Komitmen Pemerintah untuk meningkatkan alokasi dana dibidang kesehatan

nasional menjadi 5% dari GDP belum dapat terpenuhi untuk mengatasi persoalan

kesehatan. Hingga tahun 2000 alokasi dana dibidang kesehatan baru mencapai 1,6% dari GDP. Seiring dengan krisis ekonomi yang terjadi, akses masyarakat

miskin terhadap pelayanan kesehatan semakin terbatas. Kondisi ini m e ~ p a k a n

suatu ancaman untuk mencapai target pembangunan kesehatan sebagai salah satu

upaya untuk meningkatkan produktifitas nasional.

Penelitian yang dilakukan oleh Helen Keller International (HKI) dan

Universitas Diponegoro memperlihatkan bahwa setahun setelah terjadiiya krisis

ekonomi, rata-rata BMI (Body Mass Index) pada perempuan pedesaan di Jawa Tengah mengalami p e n m a n dari 21,5 menjadi 21,O kdm2. Sehingga ibu yang

kekurangan gizi (maternal malnutrition) meningkat dari 15% menjadi 17,5%

(UNDP, 2002).

Selama kebijakan program gizi mengikuti paradigma input, maka indikator

masalah gizi akan mengikuti indikator agregatif pertanian dan ekonomi makro seperti produksi, persediaan (impor-ekspor), harga dan konsumsi pangan rata-rata.

Indikator makro ini memberi gambaran masalah gizi rata-rata rumah tangga dan orang dewasa. Hukum Bennet misalnya memprediksi apabila pendapatan rata-rata

rumah tangga meningkat akan diikuti perbaikan kualitas makanan (orang dewasa). Proporsi energi dari sumber karbohidrat menurun dan dari sumber lemak dan

(21)

Tingkat kesehatan masyarakat NTB termasuk yang paling rendah di Indonesia. Hal ini ditandai oleh lendahnya angka . harapan

.

hidup dan tingginya

angka kematian bayi. Angka harapan hidup penduduk kabupaten Lombok Barat (Tabel 1) berada sedikit di bawah angka rata-rata propinsi NTB yaitu 53,7 tahun pada tahun 1996

dan

56,5 tahun pada tahun 1999. Data BKKBN (2004)

menunjukkan ti& kurang dari 15.700 perempum Indonesia yang hamil dan

[image:21.541.28.458.21.779.2]

melahirkan meninggal dunia setiap tahun, karena berbagai sebab selama proses kehamilan dan melahirkan.

Tabel 1. Indikator kesehatan propinsi NTB dan kabupaten Lombok Barat Tingkat kematian baj

Angka harapan hidup (tahun)

1000 kelahiran, I ,i (per-

1

h

I I

Sumber: Human Development Index, BPS (2002) Propinsi NTB

Kabupaten Lobar

Menurut data statistik (BPS, 2001) presentasi penduduk perdesaan di NTB

yang mempunyai keluhan kesehatan dalam satu minggu mencapai 3 1,05% angka

ini lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perkotaan yang mecapai 28,14%.

Dari Suvey BPS (2001) dari total penduduk di NTB (2.440.196 jiwa) hanya

sebagian kecil dari masyarakat yang m e m i l i jaminan kesehatan melalui: Askes (9,l I%), Jamsostek (1,22%), PerusahaanAcator (1,34%), Asuransi lain (0,48%),

Dana Sehat (0,17%), Kartu Sehat (22,29%), dan JPKM (0,72%).

Kesehatan seringkali mempakan aset satu-satunya bagi keluarga miskin.

Bila jatuh sakit, keluarga miskin kehilangan dayanya untuk kelangsungan hidup keluarganya dan akan menjadi bertambah miskin. Hal ini juga diperparah dengan

meningkatnya biaya pelayanan kesehatan sehingga semakin sulit dijangkau

keluarga miskin (Depkes, 2003a).

Keterangan: dalm kurung adalah rangking se-Indonesia.

54,9 (26) 53,7 (291)

57,8 (26)

56,O (291)

93(26)

-

8 I(26)

(22)

Masalah kesehatan &pat menimbulkan kemgian ekonomi yang sangat

besar, yang selama ini jarang diiitung secara jelas. Kemgian tersebut jika dihitung jumlahnya berlipat ganda dibandingkan dengan pendapatan asli daemh. Kerugian ini tidak dapat dihilangkan sarna sekali, namun sebetulnya dapat dikurangi

(Koalisi, 2003).

Rendahnya tingkat kesehatan ibu dan bayi di Lombok Barat mengambxkan rendahnya kesejahteraan perempuan. Keterbatasan yang dimiliki perempuan

dalam pengambilan keputusan untuk kesehatan keluarga akibat dari adanya

ketergantungan mereka secara ekonomi kepada suami dan adanya anggapan

bahwa peranan mereka dalam perekonomian keluarga hanya sebagai pendapatan

tambahan.

Persoalan kesehatan dan kesejahteran wanita menjadi sesuatu yang sangat

penting mengingat mereka memiliki peranan yang sangat penting dalam

reproduksi keluarga dan kegiatan produksi. Peranan wanita dalam kegiatan

produksi meningkatkan pendapatan keluarga dalam bentuk income (in cash)

maupun dalam bentuk barang (in

kind).

Kegiatan wanita dalam hal ini ibu rumah

tangga sangat dominan dalam ha1 pengaturan hal-ha1 domestik rumah tangganya.

Peranan ibu rumah tangga termasuk dalam memelihara kesehatan orang sakit dalam keluarga, menjaga rumahtangga, menyediakan makaqan untuk keluiuga,

terutarna &lam memelihara anak-anaknya dalam meningkatkan pendidiian.

Lebih lanjut Anwar (1996) menyatakan pada umurnnya wanita mempunyai akses yang lebih terbatas kepada fasilitas pendidikan dan akses kepada sumberdaya serta kesempatan lainnya, maka produktivitas wanita dibanding dengan pria rnasih relatif rendah. Sehingga dengan memperbaiki produktivitas

kaum wanita, maka mereka dapat menyumbang kepada pertumbuhan ekonomi,

meningkatkan efisiensi dan mengwangi jumlah masyarakat miskin yang m e ~ p a k a n kunci untuk mencapai keberhasilan pembangunan.

Perlu suatu penelitian komparatif untuk mengkaji kondisi kesehatan dan

(23)

pendapatan (tidak bekerja). Berangkat dari gambaran diatas dapat dirumuskan

pennasalahan utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hubungan kesehatan keluarga dengan faktor ibu rumah tangganya

memiliki kontribwi pendapatan (beke rja) dm keluarga ibu tidak beke j a ? 2. Bagaimana hubungan kesejahteraan keluarga yang ibu rumah tanpganya

memiliki kontribusi pendapatan (beke rja) dan keluarga ibu tidak bekerja? 3. Bagaimana peranan sumber modal yang diterima ibu rumah tangga dalam

mendukung ekonomi keluarga?

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang pennasalahan yang dijabarkan di atas maka

penelitian ini merniliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengkaji hubungan pendapatan ibu rumah tangga dengan tingkat kesehatan

keluarga

2. Mengkaji hubungan pendapatan ibu rumah tangga dengan kesejahteraan

keluarga

3. Mengkaji bentuk-bentuk kegiatan produksi dan peranan ibu rumah tangga

dalam ekonomi dan kesehatan serta faktor-faktor yang menjadi pendorong dan

penghambat mereka untuk ikut berperan di dalamnya.

4. Menelaah sejauh mana manfaat bantuan pennodalan &edit) dapat

mendukung kegiatan produksi ibu

rumah

tangga untuk me~ngkatkan

pendapatan keluarga.

13. Batasan Penelitian

Untuk menghindari terjadi pembahasan yang terlalu melebar dan

menghindari terjadinya bias dalam penelitian ini maka dilakukan pembatasan

terhadap cakupan penelitian dan responden. Responden penelitian iN adalah keluarga yang ibu rumah tangganya memiliki penghasilanlpendapatan dari

pekerjaan informal yang mereka lakukan dan keluarga yang ibu rumah tangganya

(24)

pendapatan dalam bentuk uang tanpa ada batasan jumlah minimum dari hasil jerih

payah mereka sendiri. Dalam penelitian ini tidak akan dilakukan perbandingan gender antara laki-laki dan perempuan (suami-istri) secara khusus.

Pengkajian tingkat kesehatan dan kesejahteraan dalam penelitian ini

dilakukan dengan menganalisa daya tahan tubuh keluarga terhadap penyakit

umum

(common diseases) dan penyakit menularltahunan (severe diseases),

penyedia layanan kesehatan yang d i i j u n g i , kepesertaan dalam Keluarga

Berencana, perawatan kehamilan dan melahirkan, pengambilan keputusan kesehatan, kebersihan dan sarana transportasi. Pengkajian terhadap kesejahteraan

(25)

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proses Jenderisasi

Pandangan tentang jender disetiap daerah atau suku berbeda-beda. Di

Minangkabau peranan pihak perempuan dalam pengambilan keputusan dalam

keluarga berbeda dengan pandangan sebagian masyarakat Indonesia lainnya.

Perempuan Minangkabau sederajat dengan laki-laki karena mereka memiliki

kedudukan yang lebih tinggi dari kaum laki-laki karena diyakini mereka sebagai penjaga harta pusaka keluarga (Soetrisno, 1997). Peranan perempuan Bali dalam

mencari nafkah berbeda dengan sebagian pandangan sebagian masyarakat kita.

Selain perbedaan pandangan, juga te jadi pergeseran nilai-nilai jender misalnya,

pandangan bahwa perempuan tidak boleh berpergian atau beke j a jauh dari

nunah

pun mengalami perubahan dengan adanya pengiriman TKW ke luar negeri.

Dalam tulisannya Wood (2000) mengutip pemyataan O'Conner, bahwa isu-

isu jender seringkali membuat kita bingung. Banyak orang yang percaya

perempuan hams memiliki kesempatan yang sama disektor publik dan dunia

ke ja, tetapi disisi lain mereka berpikir perempuan tidak harus ikut dalam medan

perang, selain itu sebagian besar generasi muda saat ini percaya kedua orang tua

hams berpartisipasi dalarn menghasilkan keturunan (childcaring), dan sebagian

orang juga berasumsi bahwa ibu (bukan ayah) h a m berhenti beke j a (karir) untuk

merawat an& selama anak bemsia bayihlita.

Jika kita amati, proses jenderisasi pada diri seseorang sudah diiulai sejak

individu berusia balita hingga dewasa, pembelajaran ini terjadi di dalam keluarga, sekolah

clan

masyarakat. Sangat ironis ketika anak-anak SD kelas 1 hanya memiliki jawaban benar ketika menjawab pertanyaan gurunya dengan jawaban

yang sudah turun-temurun menempatkan perempuan pada

p-;si

domestik. Misainya: ibu pergi kepasar, ibu memasak atau ibu mencuci. Perempuan

ditempatkan sebagi subordinat, pasif, deferensial, dan h g sukses

(26)

sukses (achieving), laki-laki adalah pencari nailah

dan

tulang punggung

keluarga.

Soetrisno (1997) menjelaskan perkembangan sejarah Indonesia terkait

dengan peranan penguasa Belanda di abad ke-19 yang sangat mempengaruhi

perkembangan jender di Indonesia. Pada masa itu terjadi perdebatan di Volksraad

dalam kontek masalah dilematis bahwa perempuan harus selalu berada di tengah- tengah keluarganya, bahwa mereka adalah makhluk yang lemah, dan hanya

diizinkan mencari pekerjan diluar rumah apabila keluarga memang membutuhkan.

Persepasi dunia Barat tentang perempuan tersebut kemudian disosialisasikan

kepada bangsa Indonesia melalui proses pendidikan, khusunya kepada elite

bangsa Indonesia, termasuk elite perempuannya.

Menurut Schoiten, masalah beke rja diluar rumah bukan masalah ha1 baru bagi perempuan Indonesia, khususnya perempuan perdesaan. Alasannya bukan alasan ekonomis tetapi memang mereka terbiasa melakukan hal tersebut.

Misalnya di desa Pandes, kecamatan Wedi, kabupaten Klaten, perempuan-

perempuan muda dan ibu-ibu pergi beke rja sebagai buruh pabrik pakaian jadi atau

bepergian untuk memasarkan hasil industri setempat atau membeli bahan baku

industri mereka (Soetrisno, 1997).

Ideologi Barat abad ks-19 yang menekankan kedudukan perempuan sebagai

ibu rurnah tangga pada dasarnya masih mengilhami kebijakan pemerintah dalam

pengembangan peran perempuan di negara kita sehingga kebijakan tersebut

bersifat kontradiif. Salah satu kebijakan yang masih kita &an hingga saat ini

adalah kebijakan pemerintah tentang Panca Dharma Perempuann. ~ebijakan ini ditetapkan sebagai pedoman kiprah perempuan dalam era pembangunan.

Perbedaan jender sebenarnya bukanlah menjadi masalah selama tidak

(27)

ekonomi), subordinasi pekeqaan, streotipe atas peke @an, kekerasan (violence),

beban ke rja lebih berat, dan kurangnya kesempatan p e n d i d i .

Perbedaan jender yang berlaku di masyarakat telah melahirkan ketidakadilan

jender (gender inequiw). Ketidzkadilan jender telah ternanifestasikan dalam

berbagai bentuk ketidakadilan bagi perempuan. Dampak yang tampak dari

ketidakadilan jender diantaranya; munculnya gejala-gejala ketertinggalan,

subordinasi, marjinalisasi, dan diskriminasi terhadap kaum perempuan.

Diskriminasi Pasar

keluarga dalam tenaga kerja

mmah tangga

Norma sosial

Persepsi dalam

Masyarakat

menawar dalam

Ketidakmerataan dalam akses kepada pelayanan dan sumber

ekonomi

Gambar 1. Keterkaitan antar faktor-faktor yang menentukan masih terdapatnya kesenjangan jender.

Menurut Anwar (1997) perhatian terhadap nasib kaum perempuan dibutuhkan karena perempuan mempakan

salah

satu modal manusia (human capital), bila terjadi kegagalan dalam investasi modal manusia (women human capital) maka kemgiannya terlalu besar untuk masyaraka. (Gambar 1).

Sebaliknya, dengan mengurangi perbzdaan jender akan memperoleh keuntungan-

keuntungan berikut:

[image:27.550.39.480.31.751.2]
(28)

2. Memberikan keuntungan bagi masyarakat secara keseluruhan

3. Meningkatkan usaha memperbaiki kesenjangan dan mengentaskan

kerniskinan.

2.2. Perempuan dalam Perspektif Agama

Prespektif agama dalam ha1 ini adalah agama Islam. Penulisan telaah pustaka dengan mengangkat padangan agama Islam dalam tesis ini tidak bermaksud untuk mendiskriditkan agama lain diluat Islam, tetapi lebih kepada

latar belakang peneliti sebagai seorang muslim dan mayoritas masyarakat di

lokasi penelitian beragama Islam.

Engineer (2000) menjelaskan bahwa untuk memahami status perempuan

dalam Islam secara benar hanya bila kita mengetahui status mereka pada zaman Jahilliyah (periode Pra-Islam). Karena tidak ada revolusi, politik atau keagamaan

yang dapat menghapus semua jejak masa lalu.

2.2.1. Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan

Kata persamaan mengandung arti kesederajatan dan kesebandiigan

sedangkan identik berarti keduanya hams persis sama. Islam tidak memandang

identik atau persis sempa antara hak laki-laki dan perempuan. Tetapi Islam tidak menganut pengutamaan dan d i s k r i m i i i yang menguntungkan laki-laki dan

merugikan perempuan, tetapi Islam tidak setuju dengan keidentikan

hak-hak

keduanya (Muthahhari, 2004).

Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang menjelaskan adanya kesetaraan

antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan memillci asal usul dari

satu makhluk yang sama dan karenanya m e m i l i

hak

yang sarna (Engineer, 2000). Lebih lanjut Muthahhari (2004) menyampaikan bahwa dalam beberapa

ayat Al-Qur'an, Allah menciptakan perempuan dari sifat dan esensi yang sama

dengan laki-laki dan tidak ada yang lebih unggul dari yang lain. Mengenai proses penciptaan manusia Al-Qur'an menerangkan, "Tuhan-mu telah menciptakan kamu

(29)

padanya Allah memperkmbangbiakkan laki-laki danperempuan yang banyak

...

"

(QS. 4:

I).

Al-Quran

tidak

menyetujui pandangan bahwa Hawa (Eve) dilahirkan atau diciptakan dari tulang muk Adam yang bengkok,

dan

karena itu memiliki status yang lebih rendah (Engineer, 2000). Di samping itu, dalam Islam

tidak

ada satu

pandangan pun ymg meremehkan perempuan berkenaan dengan watak dan

s&tur bawaannya Al-Qur'an inenolak pada konsep yang tersiar dan hingga kini

masih tetap ada dikalangan tertentu dan bangsa tertentu di dunia. Dan dengan cara

ini Al-Qur'an membersihkan perempuan dari tuduhan sebagai sumber godaan dan

dosa, sebagai mahluk separuh iblis. Islam

tidak

membedakan sediit pun antara

laki-laki dan perempuan dalam perjalanannya dari dunia menuju kepada

kebenaran Allah. Perbedaan satu-satunya yang dibuat Al-Qur'an ialah dalam ha1

perantma komunikasi antara Tuhan dan dunia ini, dalam ha1 ini, Al-Qur'an mengakui laki-laki sebagai yang lebih sesuai untuk tugas itu (Muthahhari, 2004).

Keberadaan laki-laki dan perempuan disyaratkan d i g melengkapi ini

dapat tercermin dari firman Allah : mereka itu pakaian bagimu, dan kamu pakaian bagi mereka (QS. 2:187). Dari firman ini terlihat bahwa laki-laki dan perempuan membutuhkan satu sama lain dan saling tergantung. Dalam rumah

tangga peran suami dan istri tidak dapat digantikan satu dengan yang lainnya.

Mereka memiliki tanggungjawab yang sama dalam membangun kebahagiaan dan

kesejahteraan keluarganya.

2.2.2. Kewajiban Orang Tua kepada Keluarga

Islam mengatur hubungan dan peranan di dalam keluarga muslim. Misalnya dalam tanggung jawab mencari nafkah laki-laki memiliki peranan lebih besar:

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan. oleh karena Allah

telah melebihkan sebagian ntereka (laki-law atas sebagian yang lain

herempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menajkahkan sebagian h i

(30)

Allah lagi memelihara diri ketika suami tidak a h , oleh karena Allah telah

memelihata (mereka)

...

....(QS

.

An-Nisa;34)"

Dalam kehidupan agama, perempuan memiliki peranan yang sangat strategis

dalam pembentukan sumberdaya manusia seperti yang terkutip dalam hadis

Rasullullah : "Perempuan adalah tiang negara. Manahla baik perernpuannya, baik pula negara itu. Manakula rusak perernpuannya, rusak pulahlah negara".

Hal ini mencerminkan moral dan nilai-nilai yang dimiliki seorang perempuan sangat penting. Dalam peranan seorang ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-

anak mereka dalam menanamkan nilai-nilai sangat penting untuk kokohnya suatu

negara tentunya dimufai

dari

keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat.

Orangtua memiliki kewajiban untuk memelihara dan mejaga kesehatan anak-anak

dan

keluarganya. "Para ibu hendaknya menyusui anak-anaknya

selama 2 tahun penuh, yaitu bagi mereka yang ingin menyempurnakan

penyusuan. Kewajiban ayah dalam memberi makan atau pakaian kepada para

ibunya dengan cara ma'ruj: "(QS. 2:233). Dengan menyusui bayi seorang ibu tidak hanya memberikan gizi yang baik bagi anaknya tetapi juga memberikan

sentuhan kasih sayang secara langsung. Kewajiban yang diberikan kepada ayah

bertujuan menjaga agar kesehatan dan kebutuhan keluarga dapat terpenuhi dengan

baik.

Al-Qur'an juga menegaskan larangan untuk menelantarkan anak-anak. "Dan

hendaklah mereka merasa takut kalau mereka meninggalkan dibelakang mereka

anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka.

Karena itu bertaqwalah kepaah Allah dan henahklah mereka berkata perkataan

yang betul" (QS. 4; 9) dan "Muliakadah anak-anakmu, dun perhatikan

pendidikan mereka" (hdist riwayat Ibnu Majah)

2.23. Hak Ekonomi Perempuan

(31)

Women's League (MWL, 1999) bahwa penafsiran surat An-Nisa ayat 34 dan

surat Al-Baqarah ayat 233 &pat menjelaskan

dan

mendasari partisipasi

?

perempuan dalam dunia kerja (job market) atau kesetaraan dan keseirnbangan.

"Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi h u m perempuan, oleh karenanya

Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-lab) atas sebagian yang lain

(perempuan) dun karena mereka (Iaki-laki) telah menafkahkan sebagian dari

haita mereka. " (QS.4:34)

"Seseorang tidak dibebani melainkan b e n a kadar kesanggupannya.

Janganlah seseorang ibu bila mena'erita sengsara karena anaknya, dun ayah

karena anaknyapula, dan warispun berkewajiban demikian " (2:233)

Hak ekonomi perempuan Islam (muslimah) diatur dalam A-Qur'an, dimana interpretasi atau penafsiran dari hak-hak ini dalam penerapannya diasyarakat

atau pun tidak terapkannya (lack of application) aturan Islam di beberapa negara

Islam sering menghasilkan beberapa kontroversi. Al-Qur'an memberikan hak

kepada perempuan untuk memiliki kontribusi ekonomi dengan h a s i b dan membelajakan kekayaan sejak 1.400 tahun yang lalu. Surat 4:32 menegaskan

keseimbangan antara laki-laki dan pennpuan dalam perhmbuhan ekonomi masyarakat.

"Bagi orang laki-laki a h bagian dari apa yang mereka usaha.hnpun ada

bagian daripada apa yang mereka usahakan. " (QS. 4:32)

Surat ini mendukung teori ekonomi "keseimbangan upah untuk

keseimbangan kerja" (equalpay for equal work). Akar dari teori ini adalah bahwa laki-laki dan perempuan harus mendapatkan imbalan berdasarkan kine rja mereka, atau bukan karena perbedaan jender. Aktivis perempuan muslim di Iran

menggunakan firman ini untuk dorong pemerintah guna menerapkan hukum atau aturan yang menyediakan upah bagi pekerjaan-pekeriaan rumah tangga

(housework wages). Sejak 1991 pemerintah Iran mengeluarkan aturan bahwa laki-

laki yang akan menceraikan istrinya, pertama-tama hams membayar upah ke rja

(32)

Jika kita melihat sejarah dimasa Rasullullah, dapat kita lihat beberapa

contoh perempuan yang telah memiliki peran dalam ekonomi (perdagangan).

Sebagai contoh istri beliau sendiri, Khadija bin Khuwaylid yang merupakan

seorang pelaku bisnis yang cukup maju. Dengan bisnis yang dimiliki Khadijah, ia

dapat mendukung perjuangan suaminya dalam menegakkan perjuangan

menyebarluaskan ajaran Islam.

23. Perempuan dalam Perekonomian dan Kesehatan Keluarga

Perempuan sering kali kehilangan peran dalam pengambilan keputusan

(decision-making power) yang terkait dengan keputusan rumah tangga terkait dengan kemajuan teknologi dan perubahan konsekuensi dalam hubungan

produksi. Hal ini tejadi akibat dominasi atau kontrol laki-laki

.

Perempuan

kurang mendapatkan kesempatan dalam pelatihan dan pengajuan kredit

dan

teknologi. (Saleheen,2003).

Secara kulfiu dan fakta empiris perempuan memilii keunggulan prima

dalam menghadapi krisis internal dan eksternal yang dihadapi keluarga. Peran tersebut adalah: secara kultural perempuan berperan sebagai pengatur kenyamanan psikologis keluarga, contohnya; hampir semua penelitian tentang

perempuan selalu sampai pada kesimpulan yang sama bahwa seorang ibu ibu memiliki etos pengorbanan tinggi yang selalu mendahulukan kepentingan

keluarga, terutama an&. Secara Empiris perempuan lebih tabah (karena tersosialisasi lebih pasrah) disbanding laki-laki dalam menanggulangi kemelut

hidup. Contohnya: pada kasus kepala keluarga yang ter-PHK, kecematan dan kecerdian istri dalam mengelola aset keluarga untuk bertahan hidup sangat mutlak (Hubeis, 2003).

Ada perbedaan yang pantas di~ertimbangkan dalam akses dan peluang laki- laki dan perempuan untuk menggunakan kekuasaan di atas struktur ekonomi

(33)

mencakup perumusan tentang keuangan, moneter, komersil dan lain kebijakan ekonomi, seperti halnya sistem perpajakan dan aturan yang mengatur upah.

Berdasarkan survey yang dilakukan Evers pada tahun 1992 di Jawa Tengah, bahwa 72,9% penduduk Jawa Tengah yang beke rja

di

sektor perdagangan masuk

dalam kategori sektor informal (self employed) dan 81,6% pekeja disektor informal adalah perempuan. Hanya 48,8% tenaga keja perempuan yang beke j a

disektor formal (Soetrisno, 1997).

Lebih jauh Annisawati (2000) menyatakan bahwa sejarah telah mencatat,

keterlibatan perempuan di Indonesia dibidang ekonomi, khususnya ekonomi,

keluarga. Keterlibatan perempuan itu telah ada dari zaman ke zaman, sejak dulu perempuan telah tejun dalam dunia perdagangan (walaupun kecil-kecilan).

Misalnya: bejualan bumbu dapur, sayur-mayur, kue-kue (jajan pasar), atau

barang-bamg kelontong di pasar tradisional, bahkan tak segan untuk bejualan dari pintu ke pintu (dor to dor).

Perempuan merupakan penanggungiawab utama dalam menyiapkan niakanan unhik keiuarga, baik dari hasil kebun maupun membeli. Dari beberapa

hasil penelitian yang dikutip oleh Hubeis (2003), perempuan yang bekerja

mencari nakah berkontribusi pada kesediaan pangan dalam keluarga Data

empiris membuktikan bahwa meningkatnya pendapatan keluarga rnelalui kerja

laki-laki tidak selalu meningkatkan pengeluaran keluarga untuk membeli

makanan. Di pihak lain, ketika perempuan memiliki kendali terhadap pendapatan,

mereka akan cenderung mengalokasikannya untuk kesejahteraan keluarga,

temtama dalam memperbaiki ketahanan gizi dari keluarga, terutama dalam memperbaiki ketahanan gizi dari kelompok mwan (anak balita, bumil dan busui).

Perempuan adalah kunci dari kesehatan keluarga, gizi keluarga, dan

kesejahteraan, se.rta terus meningkat sebagai penopanglpondasi dan pendukung

keluarga (www.osearth.com). Hal sangat sederhana dapat kita lihat, apabila

salah

satu anggota keluarga sakit maka anggota keluarga yang merawatnya adalah ibu atau perempuan. Pada keluarga-keluarga yang mengalami masalah perekonomian

(34)

baik dibandingkan dengan laki-laki mengenai obat-obatan alternatif dengan

menggunakan tanaman tradisional. Didaerah pedesaan di Lombok Barat, pada

?

umumnya jika anak-anak menggalami gangguan kesehatan maka yang

mengantarkan mereka berobat ke dukun beranak (belian) adalah ibu atau nenek. Didalam keluarga peremplian sebagai penyedia kesehatan (health provider).

Perempuan berperan sebagai model atau tokoh panutan (role models) bagi anak- anak mereka dalam sosialisasi nilai-nilai hidup sehat. Menurut Helen Pizzuki,et.al. Seperti yang dikutip oleh Sutrisno (1997) ada 4 faktor penting yang

mempengaruhi efektivitas ibu rumah tangga sebagai health provider, yaitu:

teknologi kesehatan, pengetahuan, sumberdaya, d m waktu.

Faktor pengetahuan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

perempuanlibu rumah tangga Pengalaman pembangunan kesehatan di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa ada korelasi yang kuat antara

rendahnya tingkat kematian bayi dan tingginya pendidikan perempuanlibu di

daerah pedesaan yang dapat d i l i i t dari tingginya angka melek huruf dikalangan mereka (Soetrisno, 1997).

2.4. Hubungan Pendapatan dengan Kesehatan

Kesehatan dan ekonomi m e ~ p a k a n dua hubungan sebab akibat dua arah.

Pertama, yang memiliki pendapatan lebih tinggi akan lebih melakukan investasi

human capital, termasuk kesehatan: sebagai pertumbuhan pendapatan mereka, mereka membeli makanan yang lebih baik, meningkatkan sanitasi, dan perawatan

kesehatan yang lebih baik. Kedua, jika seorang pekerja lebih sehat, memiliki

peluang keciVrendah untuk sakit, lebii siap beraktivitas, dan lebih enerjik, sehiiga dia semakin produktif dan umumnya berpenghasilan tinggi (Thomas dan

Frankenberg, 2002).

Beberapa penelitian menunjukan bahwa kekurangan zat besi dapat

menurunkan stamina seseorang sehingga mengumpi hasil kerjanya. Pengalaman

lain di Indonesia menunjukkan bahwa keadaan kondisi ekonomi seseorang sangat

mempengaruhi jenis pelayanan kesehatan yang mereka cari (Thomas

dan

(35)

Banyak sekali penelitian-penelitian yang memperlihatkan hubungan korelasi

posistif antara pendapatan dan status kesehatan, baik berdasarkan pada cross-

sectional maupun longitudinal. Hal ini dapat dijelaskan dengan alasan; Pertama,

akan menjadi lebii mudah atau lebih murah untuk mencapai dan mempertahankan

tingkat kesehatan karena keterlibatan teknologi kesehatan didalamnya dan

investasi dalam infiastruktur publik. Kesehatan meningkat seiring peningkatan

pendapatan karena kemamp-aan masyarakat lebih baik tetapi juga kesehatan

menjadi lebih te jangkau; Kedua, selera (preference) setiap orang berubah setiap

saat dan pada tingkat pendapatan tertentu menjadi lebih memperhatikan upaya

pencegahan dalam kesehatan (preventive). Hal ini dapat diliiat pada daerah-

daerah maju masyarakatnya lebih memiliki kepedulian terhadap kesehatan dengan

adanya pusat-pusat kebugaran, majalah olah raga, klub olah raga, dan toko-toko

makanan sehat (William, 1999).

Dengan kata lain te jadi peningkatan pendapatan maka terjadi peningkatar,

konsusmsi barang (good consumption) yang secara langsung maupun tidak

langsung meringkatkan upaya pencegahan clan pengobatan penyakit. Misalnya seseorang akan lebih memperhatikan jenis makanan yang dimakan,

memperhatikan kebersihan pakaian, membuat m a h lebih sehat, menyediakan air bersih, mengkonsumsi suplemen vitamin, dan sebagainya (Gambar 2).

Jika pendapatan meningkat (11 ke I2), gatis anggaran yang dimiliki juga

meningkat dari B1 ke B2 sehingga keseimbangan bergeser

dari

El ke

E2.

Pada titik keseimbangan tersebut preferensi kesehatan juga mengalami peningkatan dari hl

ke h2, dernikian konsumsi barang yang meningkat dari cl ke cz.

Individu-individu akan menggunakan sumberdaya yang dimilikinya untuk mendapatkan kesehatannya

Untuk

mencapai pilihan yang substatif mereka

harus

memiliki altematif penggunaan sumberdaya Dapat kita asumsikan bahwa

(36)
[image:36.541.61.440.41.742.2]

CI cz c-konsumsi

Gambar 2. Kurva indifference yang menggambarkan preferensi kesehatan secara keseluruhan dan konsumsi barang lainnya

h-kesehatan Set anggaran saa! sehat

Set anggaran saat sakit

R CI

Sumber: William (1999)

c-konsumsi

Gambar 3. Budget constraints dan konsumsi yang optimal perorangan dengan

(37)

Tetapi pada perubahan kondisi tertentu (saat sakit) maka nilai status

kesehatan seseorang meningkat dan set anggaran akan berubah menyesuikan

kondisi tersebut. Kita menyadari ketika seseorang sakit

maka

membutuhkan biaya kesehatan yang lebih banyak terhadap pelayanan-pelayanan medis (bukan untuk pencegahan). Tetapi pada saat yang bersamaan mereka memiliki permintaan yang rendah terhadap pelayanan kesehatan karena pada saat itu pelayanan medis menjadi lebih mahal (Gambar 3), sehingga anggaran kesehatan pun meningkat.

2.5. Dampak Kesehatan Terhadap Ekonomi Makro

Tingkat kesehatan masyarakat akan m e m p e n g d tingkat produktivitas

sehingga hal ini sangat berpengamh terhadap kondisi ekonomi makro dan mikro

suatu wilayah. Variable ekonori makro yang terkait dengan tingkat kesehatan adalah GDP, deficit dan hutang daerah, dan jurnlah pekerjaan (employmenf)

(Staines gal, 2004).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat efek kesehatan yang

negatif dari rer~dahnya status sosial ekonomi (SES), banyaknya pengangguran,

hilangnya lapangan pekerjaan dan ketidak seimbangan distribusi pendapatan.

Terdapat hubungan yang sangat kuat antara SES dan kesehatan. SES sangat

terkait dengan semua penyebab kematian seperti tekanan darah tinggi, penyakit

jantung, kanker, dan penyakit akibat merokok. Pengukuran SES berdasarkan

pendapatan, pendidikan, dan peke rjaan (TCWF, 2003).

Secara agregat setiap individu

akan

memiliki output yang meningkat yang

selanjutnya dapat meningkatkan produktivitas pekerja (out put pe j a m ke rja, out put per orang) dan atau meningkatkan standat hidup (GNP per kapita) sebagai contoh meningkatnya jumlah perke

j a

produktif

dalam

masyarakat.

Tompa (2002) menyatakan bahwa penelitian mengenai hubungan antara

tinggi badan, berat badan dan penyakit ~ ~ O N S di US mengambarkan keadaan

kesehatan yang buruk berimplikasi pada tinggi dan berat badan dibawah rata-rata (berdasarkan stantadar North American saat itu). Berdasarkan penelitian ini Fogel

(38)

signifkan terhadap siklus kehidupan sebelum perang Dunia I. Mendukung hasil

. : penelitian Fogel, Steckel menjelaskan bahwa fakta-f&ta terbaru dalam

pengukuran antropometri sebagai perkiraan kondisi kesehatan, mendukung ide

bahwa kesehatan termasuk dalam produktivitas. Dia menemukan hubungan yang sederhana antara rataan tinggi dan log GDP per kapita dengan batasan antara 0,82

sampai 0,88. Fogelmengestimasikan bahwa hanya dengan peningkatan kesehatan

dan kebutuhan nutrisi dapat menjelaskan sekitar 30% perhunbuhan pendapatan

perkapita masyarakat Inggris sejak 1790.

Lebih lanjut WHO (2003) menyatakan bahwa kekayaan (wealth) sebagai

penentu kesehatan, dimana msyarakat yang semakin sejahtera akan semakin sehat

juga Kesehatan menentukan keberlanjutan pembangunan dan pengentasan

kemiskinan. Semakin sehat suatu masyarakat maka mereka akan memilii

kesempatan yang lebii baik untuk lebih makmur dan memenuhi kebutuhan

dirinya.

2.6. Kebijakan Pemerintah dalam Sektor Kesehatan

Menurut Neri (2001) Pemerintah memiliki lima fungsi utama, yaitu: 1 )

menyediakan keamanan publik (public securiiy) dan mengadministrasikan s u m sistem yang legal yvlg menjamin kebebasan politik dan ekonomi;

2)

mengatur

aktivitas pasar untuk melindungi konsumen dan masyarakat umum (general

public); 3) menyediakan fasilitas-fasilitas dan pelayanan-pelayanan umum (public

goo& and services) seperti pelayanan dasar kesehatan (primary health care), 4)

mendistribusikan kembali pendapatan melalui perpajakan yang progresif dan

program-program kesejahteraan sosial (social welfare), 5) Menyetabillcan ekonomi melalui kebijakan-kebijakan moneter d m fiskal.

Dalam menjalankan fungsi pemerintah yang ke 3, Indonesia memilii

(39)

-

ayat ( 1 ) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan .

.

hidup yang baik dan sehat

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

2. Undang-undang D a m 1945, pasal 34:

-

ayat (1) fakir miskin dan anak terlantar d i p e l i i a oleh negara,

-

ayat ( 2 ) negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat

dan

memberdaykan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai

martabat kemanusiaan,

- ayat (3) negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

3. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan:

-

pas& 4: setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal,

-

pasal 5: setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memeliham dan

meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan

lirigkurgannya.

Didalam Propenas (Program Pembangunan Nasional), pembangunan

kesehatan dan gizi masyarakat berada dalam pembangunan kesejahteraan rakyat

dan ketahanan budaya. Pembagunan dalam bidang ini dilakukm bersarna-sama

dengan pembangunan keluarga berencana, pembangunan kesejahteraan sosial,

pembangunan pendidikan, pembangunan ilmu pengetahuan, dan teknologi, pembangunan pemberdayaan perempuan, pembangunan kemasyarakatan,

pembangunan keagamaan, pembangunan kebudayaan, pembangunan pemuda serta pembangunan olahraga (DIPKES, 2003b).

Total penggunaan anggaran untuk kesehatan Indonesia pada tahun 2000

mencapai 1,6% dari GDP atau sekitar US$ 8 perorane. Selain itu, Dana bantuan

(40)

Tabel 2. Alokasi dana subsidi BBM bagi kesehatan GAKIN

( tahun anggaran 2003)

Saat ini Pemerintah menyediakan dana yang b e d

dari

Dana Kornpensasi

Pengurangan Subsidi BBM bidang kesehatan tahun anggaran 2003 sebesar 945,9

milyar rupiah bagi kesehatan keluarga miskin (Gakin) diselunth Indonesia. Alokasi penggunaan dam tersebut &pat dilihat pada Tabel 2.

Sehubungan dengan upaya menurunkan angka kematian maternal,

pemerintah mencanangkan kebijakan program "Membuat Kehamilan Lebih

Aman" atau MPS (Making Pregnancy Safer) yang terdiri atas (BKKBN, 2004): 1. setiap persalinan h a m ditolong tenaga kesehatan terlatih,

2 . setiap k o m p l i i kebidanan dan neonatal mendapatkan pelayanan terkuat, 3. setiap perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan

kehamilan yang tidak diinginkan, serta penanganan komplikasi keguguran.

- .

Sumber: Departernen Kesehatan RI (2003)

Besar an- (000 Rp) Rp. 445.900 Rp. 326.000 Rp. 130.000 Rp. 35.000

Rp. 9.000

No.

1.

2. 3.

4.

5.

Alokasi penggunaan Pelayanan dasar

Pelayanan ~jukan

Pembelian obat

---

Vaksin Hepatitis B

[image:40.550.32.468.5.762.2]
(41)

3.1. Kerangka Pendekatan Penelitian

Definisi kesehatan menurut UU RI. No 23 tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif. Selanjutnya Anwar (2001) mengkelompokkan status kesehatan menjadi

dua kondisi yaitu: gangguan kesehatan (fisik, psikis, sosial) dan hilangnya waktu

produktif (berapa lama waktu produktif yang hilang karena seseorang atau

kelompok penduduk mengalami sakit, cacat atau mati). Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan individu maupun masyarakat yang saling

berinteraksi yaitu: faktor perilaku, pelayanan kesehatan, lingkungan, dan

keturunan.

Kondisi finansial (ekonomi) keIuarga yang merupakan salah satu kunci

penting dalam meningkatkan kesehatan keluarga masih sangat rendah.

Keterbatasan ini disebabkan oleh rendahnya keterampilan/keahlian dan terbatasnya modal usaha yang mereka miliki. Hal ini menimbulkan rendahnya

kegiatan produksi dan terbatasnya lapangan pekejaan yang dapat mereka akses.

Ibu rumah tangga sebagai salah satu SDM yang potensial dalam keluarga

ikut memberikan kontrib-mi pendapatan bagi sebagian keluarga di kawasan

pedesaan kabupaten Lombok Barat. Kontribusi yang diberikan ibu dapat

membantu meningkatkan pendapatan keluarganya sehingga mereka memiliki

kemampuan yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya (upaya-

upaya preventif).

Menurunnya angka morbiditas, mortalitas dan disabelity serta

meningkatkan angka harapan hidup merupakan tolok ukur tingkat kesehatan

suatu masyarat?t. Peningkatan kesehatan individu sangat mempengaruhi peningkatan kesehatan keluarga. Tigkat kesehatan masyarakat m e ~ p a k a n suatu

hubungan sebab dan akibat. Faktor-faktor penyebab yang mempemgaruhi tingkat

(42)

masyarakat yang merupakan kumpulan individu. Faktor-faktor penyebab tersebut

adalah faktor pendidikan, prilaku dan budaya, lingkungan (sanitasr], ekonomi

(finansial) dan sarana kesehatan.

Masyarakat Can Pemerintah memiliki anggapan bahwa peranan perempuan dalam perekonomian keluarga secara umum memang sangat rend&, karena

kontribusi tersebct hanya dihitung berdasarkan pendapatan secara moneter (uang).

Kontribusi perempuan dalam keuangan keluarga masih dianggap sebagai pendapatan tambahan. Tingginya ketergantungan secara ekonomi kaum

perempuan dengan kaum laki-laki, justru membuat posisi tawar perempuan sangat rendah dalam keluarga. Selain itu secara religus, a& pemahaman yang kurang

tepat dari masyarakat tentang peran suami sebagai pemimpin rumah tangga. Walaupun keputusan suami mengancam keselamatan istri, istri cenderung untuk

patuh dan mengikuti perintah suami.

Rendahnya tingkat kesehatan perempuan terutama dalam kesehatan

reprod~ksi juga terkait dengan faktor pengambilan keputusan dalam kesehatan.

Beberapa keputusan kesehatan yang sangat didominasi oleh suarni diantaranya

adalah menentukan kemana dan kepada siapa perempuan

h a w

pergi untuk mendapatkan pertolongan kesehatan termasuk persalinan, menentukan jeNs

kontrasepsi yang akan digunakan, dan mznentukan jumlah

anak

dalam setiap

keluarga. Sangat ironis, ha1 ini seringkali tidak sesuai dengan kondisi tubuh dari

perempuan (istri) dan pada akhirnya ibu dan atau bayi seringkali tidak tertolong.

Melihat pentingnya posisi perempuan &lam perekonomian keluarga dan

kesehatan maka perlu upaya me~ngkatkan kesejahteraan ekonomi perempuan

agar mereka memilki posisi tawar yang lebii tinggi untuk menentukan kesehatan

mereka Mengingat peran dan h g s i ibu untuk menentukan kondisi generasi

dimasa yang

akan

datang maka perlu dilakukan upaya-upaya tidak hanya

me~ngkatkan pendapatan dengan memberi ban- kredit produktif tapi juga

(43)

terintegrasi dengan pendampingan ekonomi dan kesehatan dapat menjadi salah

satu altematif .

.

upaya untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan.
(44)

Kesehatan masyarakat

L

I I I

I

Meningkatnya angka harapan hidup Rendahnya Morbiditas

Akibat

Rendahnya Mortalitas dan Disability

Kesehatan keluarga meninekat

.

.

-

. .

-

. .

-

. . - . .

-

. .

-

.

.

-

.

i3

3

8,

4

FAKTOR SARANA

i3

LINGKUNGAN

4

akses air bersih, KESEHATAN: -i

kondisi toilet

2

keadaan fisik rumah

5

(45)

3.2. 'Difinisi Opersional

1. Keluarga (mmah tangga) adalah sekelompok orang yang tinggal dalam satu mmah (a domestic residential group), yang anggota-anggotannya hidup bersama dalam: kontak yang sangat mendalam (in intimate contact), membesarkan anak-

anak, berbagi pendapatan dari hasil kerja atau pengadaan bersama dari sumber-

sumber lain, dan secara umum bekerjasama dalam keseharian (a day-to-day basis) (Anonim, 2000)

2. Kepala keluarga (KK) adalah suami yang mempunyai tanggung jawab dalam rumah tangga untuk kelangsungan perekonomian maupun dalam pengambilan

keputusan.

3. Tingkat pendapatan keluarga perbulan adalah jumlah uang yang diterima oleh

kepala keluarga dan anggota keluarganya yang berasal dari pekejaan pokok dan sampingan perbulan yang dipergunakan untuk membiayai konsumsilpengeluaran keluarga sehari-hari dibagi jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungannya.

4. Ibu bekerja adalah ibu mmah tangga yang ikut mernberikan

penghasilanlpendapatan bagi keluarganya secara mtin maupun temporal dengan

melakukan kegiatan didalam atau diluar mmah secara formal maupun informal. Keja dalam ha1 ini adalah semua kegiatan yang dilakukan ibu mmah tangga yang menghasilkan uang

5. Selfemployment adalah pekejaan yang diciptakan sendiri dengan kata lain tidak

bekerja pada seseorang/institusi secara informal.

(46)

7. PKM (Puskesmas) adalah sarana pelayanan kesehatan masyarakat di tingkat Kecamatan sebagai salah satu sarana umum yang disediakan oleh Pemerintah yang dapat memberikan pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

8.

PKM

Pembantu adalah cabang dari PKM yang wilayahnya kejanya meliputi beberapa desa yang lokasinya jauh dari PKM. Pelayanan yang diberikan adalah

pelayanan kesehatan baik promotif, preventif dan kuratif.

9. Polindes merupakan sarana kesehatan disetiap desa dan dikepalai

Gambar

TABEL .................................................................. ..............................................................
Tabel 1. Indikator kesehatan propinsi NTB dan kabupaten Lombok Barat
Gambar 1. Keterkaitan antar faktor-faktor yang menentukan masih terdapatnya
Gambar 2. Kurva indifference yang menggambarkan preferensi kesehatan secara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan karakter tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, umur berbunga, umur panen, panjang malai, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa,

Berdasarkan data lapangan dan hasil model diperoleh bahwa Perairan Teluk Lampung adalah perairan tipe campuran dengan dominasi pasang surut ganda, dimana kondisi

Namun pertunjukan wisata di Kota Padang belum mempunyai suatu paket yang khusus sebagai sqiiar pa'iwisata- Semua paket yang dipertunjukkan kepada wisatawan sama

Pengaruh Masa Kerja Terhadap Pembentukan Mikronukleus Akibat Paparan Timbal Pada Pedagang Kaki Lima

Berdasarkan sistem pembobotan dan baku mutu kondisi lingkungan ekosistem lamun di Pulau Lembeh yang menghadap daratan Bitung dalam kondisi rusak dan kurang sehat, sedangkan

Hasil ini me- nunjukkan bahwa metode Real Time PCR dengan menggunakan kerokan sampel sediaan hapus darah tebal dapat digunakan sebagai alat uji diagnostik untuk

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan sikap siswa SMP. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan

dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika