• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802012076 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802012076 Full text"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

COOPERATIVE PLAY

TERHADAP

SIBLING RIVALRY

PADA ANAK SEKOLAH DASAR

OLEH

WINDA MARGARETHA 80 2012 076

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Winda Margaretha

Nim : 802012076

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:

PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING RIVALRY PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih media atau mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 18 Agustus 2016 Yang menyatakan,

Winda Margaretha

Mengetahui,

Pembimbing

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Winda Margaretha

Nim : 802012076

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING RIVALRY PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Yang dibimbing oleh:

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih,MS.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 18 Agustus 2016 Yang memberi pernyataan,

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH COOPERATIVE PLAY TERHADAP SIBLING RIVALRY PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Oleh

Winda Margaretha 802012076

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 30 Agustus 2016ptemb2015 Oleh:

Pembimbing,

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Diketahui Oleh, Disahkan Oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(7)

PENGARUH

COOPERATIVE PLAY

TERHADAP

SIBLING RIVALRY

PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Winda Margaretha Chr. Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir. Sampel (N=2) diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala sibling rivalry dan observasi perilaku subjek. Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk grafik. Hasil penelitian dengan menggunakan teknik uji Wilcoxon diperoleh hasil nilai Asym. Sig (2tailed) = 0,180 (p>0,05) menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh cooperatif play terhadap sibling rivalry.

(9)

ii Abstract

The aim of the present study is to find out the effect of cooperative play against sibling rivalry

in middle and late childhood. Sample (N= 2) to participate in this study using purposive

sampling technique. The analysis of data by using sibling rivalry scale and observation of the

behavior subject’s. Data were analyzed with descriptive statistic and presented in graphical

form. All gathered datas were processed and analyzed using a wilcoxon test techniques with

results of Asym. Sig (2ta iled) -0,180 (p> 0,05) showed that there was no effect cooperative

play against sibling rivalry.

(10)

1

PENDAHULUAN

Sebagian besar anak tumbuh dan tinggal dengan saudara kandungnya. Hal ini menciptakan interaksi antara saudara kandung, yaitu kakak dan adik. Hubungan saudara kandung mempunyai pengaruh yang lebih besar pada hubungan keluarga daripada di masa lampau (Hurlock, 2014). Hubungan anak dengan saudaranya dalam sebuah keluarga disebut sebagai sibling relationship. Sibling relationship dimulai sejak lahirnya seorang bayi sebagai adik di dalam sebuah keluarga. Sibling relationship atau hubungan antara saudara kandung merupakan salah satu hubungan yang bersifat timbal balik dimana satu pihak lain mempunyai derajat yang sama (Bee dan Boyd, 2004). Adapun tipe sibling relationship menurut Bee dan Boyd (2004) dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu (1) caregiver relationship, buddy relationship, (2) critical or conflict relationship, (3) rival relationship, (4) casual or

uninvolved relationship.

Tipe sibling relationship yang hampir semua keluarga alami adalah sibling rivalry. Sibling rivalry adalah pertengkaran antar saudara kandung, hal ini terjadi apabila salah satu anak mendominasi anak yang lainnya dengan menggoda dan bertengkar dengan intensitas rendah (Bee dan Boyd,2004). Adams dan Gilman (dalam Sawicki,1997) mengatakan bahwa 93% ibu melaporkan anak pertamanya mengalami sibling rivalry kepada adiknya. Sibling rivalry biasanya terjadi pada pasangan kakak adik dengan rentang usia yang dekat (kurang dari 4 tahun) dan sangat tinggi pada pasangan kakak beradik yang sama-sama berjenis kelamin (Burmester dan Furman, 1990; McGuire,McHale,dan Updegraff,1996, dalam Bee dan Boyd).

(11)

2

partisipan II. Kali ini terjadi pada kakak laki-lakinya, Ia mengatakan sering berkelahi dengan adiknya karena berebut mainan, berkelahi karena ayahnya lebih sayang kepada adik laki-lakinya. Kemudian dari hasil wawancara dengan ibu pasangan pastisipan I, mereka mengatakan benar adanya jika kedua anak laki-lakinya sering berkelahi karena berebut mainan, dan marah jika ibunya memberi pujian kepada kakaknya yang mendapat nilai lebih bagus. Ibu pasangan pastisipan II juga membenarkan pernyataan anak laki-lakinya. Mereka sering berkelahi karena berebut mainan dan ayahnya lebih dekat dengan adik laki-lakinya sehingga sering menimbulkan kecemburuan sang kakak.

Dunn dan Tamrouti Makkink dkk (dalam Berk, 2012) memaparkan bahwa pada masa kanak – kanak pertengahan atau masa sekolah dasar yaitu pada rentang usia 6-11 tahun, sibling rivalry cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut anak mulai berpartisipasi dalam banyak sekali aktivitas dan berprestasi baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Sehingga orang tua mulai membandingkan sifat dan pencapaian saudara kandung. Selain itu, anak dengan rentan usia berdekatan masuk ke dunia sekolah, perbandingan yang dilakukan orang tua akan semakin sering akibatnya anak akan semakin sering iri, cemburu, sering bertengkar dan susah untuk menyesuaikan diri (Berk,2012).

(12)

3

melemahkan motivasi anak untuk menjalin hubungan dengan orang di luar lingkungan keluarga (Hurlock, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Roscoe, et al (1987, dalam Hoffman dan Edward, 2004) melaporkan bahwa rata-rata terjadinya sibling rivalry yang berupa kekerasan atau agresi pada saudara kandung adalah sebesar 60-80%. Hal ini dapat berdampak pada keadaan fisik dan keadaan emosional anak. Dengan demikian sibling rivalry harus diatasi.

Orang tua perlu memiliki metode khusus yang dapat menurunkan sibling rivalry pada anak sekolah dasar. Salah satu metode yang dapat diterapkan langsung pada anak adalah dengan membuat anak-anak bekerjasama dalam kegiatan kooperatif. Kegiatan kooperatif yang dapat dilakukan langsung untuk anak adalah dengan bermain. Karena bermain merupakan pekerjaan anak kecil dan memberikan kontribusi kepada seluruh ranah perkembangan (Hurlock, 2010). Dari beberapa tipe permainan yang memiliki tujuan untuk menciptakan dan mengambangkan kerjasama adalah cooperative play.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh April K., Hinitz, Peterson, dan Quilitch (1994) dengan judul “Cooperative games: a way to modify aggressive and cooperative behaviors in young children” didapatkan hasil bahwa model permainan kooperatif (cooperative play) dapat meningkatkan tingkah laku kooperatif pada anak usia prasekolah. Riset tersebut menegaskan bahwa cooperative play terbukti dapat menurunkan reaksi agresif anak usia prasekolah serta dapat meningkatkan tingkah laku kooperatif anak usia prasekolah. Agresif sendiri merupakan salah satu bentuk reaksi dari sibling rivalry.

(13)

4

Rismawan A Y (2012). Penelitian tersebut kembali menegaskan bahwa cooperative play dapat mengurangin sibling rivalry pada anak usia pra sekolah.

Sejauh penelusuran peneliti pada beberapa jurnal, belum banyak yang melakukan penelitian mengenai pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry dan berdasarkan paparan yang sudah ditulis, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana metode bermain kooperatif (cooperative play) dapat menjadi solusi untuk mengatasi sibling rivalry yang terjadi pada anak sekolah dasar.

TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry

1. Definisi

Sibling rivalry menurut Shaffer (2014) adalah semangat kompetisi, kecemburuan atau kemarahan saudara kandung yang dimulai sejak lahirnya adik dalam keluarga. Bee dan Boyd menjelaskan bahwa sibling rivalry adalah tipe hubungan saudara kandung yang memiliki elemen yang sama dengan critical relationship dengan tingkat yang rendah dalam dukungan dan pertemanan. Rivalrous atau critical relationship biasanya terjadi pada pasangan kakak adik dengan rentang usia yang dekat (kurang dari 4 tahun) dan sangat tinggi pada pasangan kakak beradik yang jenis kelaminnya sama.

2. Asepek Sibling rivalry

Menurut Shaffer (2014) ada 3 aspek sibling rivalry , yaitu :

- Perilaku agresif atau resentment (kekesalan, kemarahan, kebencian) - Kompetisi atau semangat untuk bermain (tidak mau mengalah) - Perasaan iri dan cemburu dengan mencari perhatian.

3. Faktor yang mempengaruhi Sibling Rivalry

(14)

5 masing-masing. Jika tiap anak dapat menerima perannya semua akan berjalan dengan baik, namun jika anak tidak dapat menerima peran yang diberikan maka akan menimbulkan perselisihan.

3. Jenis kelamin saudara kandung

Anak laki-laki dan perempuan bereaksi sangat berbeda terhadap saudara laki-laki dan perempuannya. Keluarga dengan anak yang memiliki jenis kelamin sama, perempuan dengan perempuan ataupun laki-laki dengan laki-laki akan lebih banyak mengalami konflik daripada keluarga dengan anak jenis kelamin yang berbeda, perempuan dengan laki-laki.

4. Perbedaan usia

(15)

6

dan mereka mengecamkannya bila ia gagal melakukan hal itu. Sebaliknya anak yang lebih muda, diharapkan meniru anak yang lebih tua dan mematuhinya. Harapan orang tua ini ikut memperburuk hubungan antarsaudara kandung.

5. Pengaruh orang luar

Kehadiran orang luar keluarga mempengaruhi hubungan antar saudar kandung dalam keluarga. Pengaruh itu dapat timbul karena kehadiran orang luar di rumah, tekanan orang luar pada anggota keluarga dan perbandingan anak dengan saudaranya oleh orang luar.

B. Cooperative Play 1. Definisi

(16)

7

C. Kerangka konsep

Gambar 1

Keterkaitan cooperative play terhadap sbling rivalry

Hipotesis

(17)

8

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian menggunakan eksperimen semu (Quasi Experimental) dengan tidak melakukan randomisasi dalam meneliti hubungan sebab-akibat (Seniati, Yulianto & Setiadi, 2011).

Desain yang digunakan adalah One Group Pretest-Posttest Design. Menurut Christensen (dalam Psikologi Ekperimen, 2011) langkah dalam penelitian ini sebagai berikut :

Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk grafik, perhitungan statistik menggunakan teknik uji Wilcoxon.

Variabel

- Variabel bebas (independent/X) : Cooperative play

Cooperative play adalah suatu permainan dalam bentu kelompok yang terorganisir untuk mencapai tujuan tertentu, misal untuk membuat sesuatu, bermain permainan formal, atau mendramatisir situasi, satu atau dua anak mengontrol anggota kelompok dan mengarahkan aktivitas. Permainan pembagian kerja tiap anak mengambil peran yang berbeda dan saling melengkapi usaha yang lain. (Parten, 2008). - Variabel tergantung (dependent/Y) : Sibling rivalry

Sibling rivalry adalah semangat kompetisi, kecemburuan atau kemarahan saudara kandung yang dimulai sejak lahirnya adik dalam keluarga (Shaffer, 2014)

(18)

9

Intervensi

Cooperative play sebagai intervensi dalam penelitian ini bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kerjasama serta koordinasi antara kakak dan adik . Jenis permainan kooperatif yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Menyusun balok bangunan - Menyusun balok alat transportasi - Puzzle gambar 1

- Puzzle gambar 2

- Meronce manik-manik dan membuat gelang untuk saudaranya. - Meronce rantai kecil berdasarkan warna

- Meronce rantai dengan bentuk - Lego

Intervensi dilakukan sebanyak 8 sesi, yaitu pada tanggal 11 Juli 2016 sampai 20 Juli 2016. Pemberi instruksi adalah penulis dan dibantu oleh 3 orang observer yang mengobservasi peserta dan proses pelaksanaan intervensi tersebut. Waktu bermain untuk tiap sesi dilakukan dengan durasi waktu minimal 15 menit .

Validitas intervensi diukur dengan expert judgment atau penilaian ahli yang berkompeten dibidangnya. Penilaian ahli untuk intervensi ini dilakukan oleh 2 orang, yaitu ibu Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS dan ibu Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi.

Alat pengumpulan data

(19)

10

Skala sibling rivalry ini diberikan kepada ibu partisipan, sehingga yang memberikan penilaian mengenai tingkat sibling rivalry adalah ibu kandung yang tinggal bersama dengan anak. Selain itu sebagai alat pengambilan data tambahan menggunakan observasi yang dilakukan oleh observer sebanyak 3 orang. Mereka mengisi lembar observasi yang sudah disediakan, setiap perilaku yang dilihat akan diberikan satu turus. Perilaku yang diamati adalah perilaku agresif, perilaku agresif non verbal dan verbal. Perilaku agresif merupakan salah satu aspek dari sibling rivalry yang dapat diamati secara langsung.

Partisipasi

Dalam penelitian ini teknik sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik ini adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2013)

Dalam memilih partisipan peneliti membuat kriteria partisipan, sehingga yang dapat menjadi partisipan adalah pasangan saudara kandung yang memenuhi karakteristik sebagai berikut :

- Berusia enam tahun sampai sebelas tahun atau disebut juga masa sekolah dasar, usia tersebut masuk dalam masa kanak-kanak pertengahan dan akhir (Santrock, 2009) - Jenis kelamin sama, laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan. - Rentang usia tidak terlalu jauh, maksimal rentang usia 4 tahun.

- Tidak tergolong dalam anak berkebutuhan khusus. - Tidak tergolong dalam anak berbakat.

- Orang tua mengijinkan anak untuk dibawa oleh peneliti ke tempat penelitian. - Dari satu lingkungan yang sama

(20)

11

Jenis Kelamin Laki-Laki Jenis Kelamin Laki-laki

Alamat Pancuran Salatiga Alamat Pancuran Salatiga

Pendidikan Kelas 5 SD Pendidikan Kelas 4 SD

Anak ke 3 dari 4 bersaudara Anak ke 4 dari 4 bersaudara

Jenis Kelamin Laki-Laki Jenis Kelamin Laki-laki

Alamat Pancuran Salatiga Alamat Pancuran Salatiga

Pendidikan Kelas 4 SD Pendidikan Kelas 3 SD

Anak ke 2 dari 3 bersaudara Anak ke 3 dari 3 bersaudara

S PERILAKU AGRESIF KOMPETISI ATAU PERSAINGAN PERASAAN IRI DAN CEMBURU PRETEST POSTTEST PRETEST POSTTEST PRETEST POSTEST

1 12 10 12 7 6 5

(21)

11 indikator agresif untuk pasangan subjek I dari skor pretest 12 poin menjadi skor posttest

(22)

12

10 poin, untuk pasangan subjek II dari skor pretest 22 poin menjadi skor postest 14 poin. Pada indikator kompetisi atau persaingan untuk pasangan subjek I dari skor pretest 12 poin menjadi skor posttest 7 poin, untuk pasangan subjek II dari skor pretest 16 poin menjadi skor postest 9 poin. Pada indikator perasaan iri atau cemburu untuk pasangan subjek I dari skor pretest 6 poin menjadi skor posttest 5 poin, untuk pasangan subjek II dari skor pretest 10 poin menjadi skor postest 7 poin. Artinya tingkat sibling rivalry pada partisipan mengalami penurunan baik pada pasangan subjek I maupun pada pasangan subjek II

Analisis statistik

(23)

13

Melalui hasil uji Wilcoxon, dinyatakan ada perbedaan apabila nilai Asymp. Sig (2tailed) < tingkat signifikasn 0,05. Statistik hitung dari data di atas adalah 0.180. dengan level signifikan 5%, maka 0.180 > 0,05 yang artinya Ho diterima atau tidak ada pengaruh cooperatif play terhadap sibling rivalry.

Hasil obeservasi

Aspek dari sibling rivalry yang dapat dilihat atau diobservasi adalah agresif. Dilakukan dalam 30 menit setiap hari, dibagi menjadi 2 interval, setiap interval mendapat waktu pengamatan 15 menit (1 sesi). Perilaku yang diamati dibagi menjadi dua, yaitu perilaku agresif secara verbal dan nonverbal. Observer memberikan turus pada kolom yang sudah disediakan, di dalam kolom juga sudah terdapat contoh perilaku dari agresif secara verbal maupun nonverbal. Hal ini supaya mempermudahkan memberi penilaian kepada partisipan. Hasil dari agresif non verbal dan verbal kemudian dijumlah untuk diolah sebagai data.

Hasil observasi dilakukan dalam tiga fase, yaitu baseline 1 (A1), intervensi (B) dan baseline 2 (A2). Baseline 2 (A2) adalah pengamatan yang dilakukan sebelum intervensi diberikan kepada pastisipan. Intervensi (B) adalah pengamatan yang dilakukan saat intervensi berlangsung, sedangkan baseline 2 (A2) adalah pengamatan yangv dilakukan setelah intervensi diberikan. Setiap fase dilakukan 4 hari sehingga keseluruhan fase berlangsung selama 12 hari. Berikut hasil observasi untuk tiap fase :

Pasangan Subjek I Tabel 4

Baseline 1 Intervensi Baseline 2

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Agresif 10 15 21 13 30 8 14 8 8 13 12 9

(24)

14

Pasangan Subjek II Tabel 5

Baseline 1 Intervensi Baseline 2

Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Agresif 20 23 16 19 50 41 18 14 11 21 17 15

Jumlah 78 123 64

Setelah hasil observasi disajikan dalam bentuk tabel, hasilnya akan disajikan dalam bentuk grafik. Berikut grafik dari hasil observasi :

Hasil analisi observasi pasangan subjek I- Grafik 4

Hasil analisi observasi pasangan subjek II- Grafik 5

(25)

15

PEMBAHASAN

Hasil penelitian dengan pengukuran skala sibling rivalry yang diisi oleh ibu subjek, yang ditampilkan secara grafik menunjukkan adanya perubahan. Melalui grafik dapat diketahui perubahan skor sibling rivalry pada indikator agresif untuk pasangan subjek I dari skor pretest 12 poin menjadi skor posttest 10 poin, untuk pasangan subjek II dari skor pretest 22 poin menjadi skor postest 14 poin. Pada indikator kompetisi atau persaingan untuk pasangan subjek I dari skor pretest 12 poin menjadi skor posttest 7 poin, untuk pasangan subjek II dari skor pretest 16 poin menjadi skor postest 9 poin. Pada indikator perasaan iri atau cemburu untuk pasangan subjek I dari skor pretest 6 poin menjadi skor posttest 5 poin, untuk pasangan subjek II dari skor pretest 10 poin menjadi skor postest 7 poin

(26)

16

dengan frekuensi 6 kali untuk verbal dan nonverbal 2 kali, sedangkan pasangan subjek II muncul 10 kali untuk verbal dan 4 kali untuk non verbal.

Selain itu hasil pengamatan observer melihat bahwa baik pasangan subjek I maupun pasangan subjek II bersemangat untuk bermain pada hari pertama, ketika selesai diberi instruksi IM (kakak/pasangan subjek I) maupun DT (kakak/pasangan subjek II) langsung mengambil mainan dari tangan peneliti, setelah itu diikuti adik mereka masing-masing yang turut mengambil mainan yang telah disediakan. Kemudian mereka menyelesaikan perintah secara individu. Jika hal demikian terjadi peneliti sebagai instruktur mengingatkan aturan awal bahwa saat menyelesaikan permaianan, mereka harus mengerjakan secara bersamaan, bekerjasama dan membagi tugas tiap anak. Setelah diperingatkan oleh peneliti mereka baru mengerjakan secara bekerjasama dan kooperatif. Hal serupa terjadi di hari kedua, mereka membuat sendiri-sendiri mainannya, setelah diperingatkan mereka baru mengerjakan secara kooperatif. Pada hari ketiga hal ini tidak terjadi pada pasangan subjek I namun masih terjadi pada pasangan subjek II. Kemudian pada hari keempat hal kompetisi ini sudah tidak terjadi, tanpa diperintah sang kakak, baik IM (pasangan subjek I) maupun AD (pasangan subjek II) membagi tugas dengan adiknya, mereka bermain secara kooperatif.

(27)

17

bermain merupakan pekerjaan anak kecil dan memberikan kontribusi kepada seluruh ranah perkembangan.

Cooperative play akan menuntut anak untuk bermain bersama dengan saudara kandungnya secara bersama dimana didalam aturan permainan kooperatif terdapat proses perencanaan aktivitas, diskusi pembagian tugas bersama anak dengan tujuan tertentu (menyelesaikan permainan), sehingga cooperative play dapat menimbulkan perubahan sibling rivalry pada anak. Sehingga permainan kooperatif tidak akan memberikan efek persaingan antar anak karena dalam permainan ini setiap anak sudah mendapatkan tugas masing-masing.

Berdasarkan deskripsi grafik dan olah data yang sudah dilakukan peneliti menemukan kesamaan antara hasil penelitian yang dilakukan oleh April K., Hinitz, Peterson, dan Quilitch (1994) dengan judul “Cooperative Games: A Way to Modify Aggressive and Cooperative Behaviors in Young Children”. Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa model permainan kooperatif (cooperative play) dapat meningkatkan tingkah laku kooperatif.

Sedangkan pengujian statistik menggunakan uji Wilcoxon, diperoleh nilai p = 0,180. Dengan demikian, hasil yang ditunjukkan p > 0,05 mengindikasikan Ho diterima atau tidak ada perbedaan signifikan antara pretest dan posttest.

Melalui pendekatan analisis ini, dapat diketahui bahwa ada keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian eksperimen, sehingga interfensi permainan kooperatif ini tidak begitu berpengaruh pada sibling rivalry.

(28)

18

menjemput subjek di tempat tinggal, subjek sedang bermain dengan teman-temannya. Menurut Hurlock (2000) bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau sebuah kewajiban. Saat subjek dijemput oleh peneliti untuk melakukan intervensi yaitu permainan kooperatif, subjek sedikit dipaksa oleh orang tua untuk ikut dengan peneliti. Saat di lokasi penelitian subjek tidak sukarela ingin bermain, namun perlu diberi stimulus (ajakan) oleh peneliti.

Selain paksaan, faktor gender juga menjadi kemungkinan alasan subjek enggan bermain. Menurut Papalia, Old dan Feldman (2009), anak laki-laki cenderung memilih permainan aktif, bersemangat dalam kelompok yang relatif besar, sedangkan anak perempuan cenderung memilih permainan kalem, rukun dengan satu temannya. Berdasarkan keterangan Papalia, dkk tersebut permainan-permainan yang digunakan dalam intervensi, seperti bermain puzle, merangkai manik-manik, meronce rantai dan menyusun balok memiliki kencenderungan dipilih oleh anak perempuan, sedangkan subjek berjenis kelamin laki-laki. Permainan yang digunakan untuk intervensi merupakan permainan yang dilakukan dengan duduk didalam ruangan sehingga untuk anak laki-laki cenderung membosankan karena bukan merupakan permainan yang aktif.

Pada hari ketiga dan selanjutnya terdapat peningkatan minat partisipasi bermain. Hal ini merupakan strategi yang dilakukan oleh peneliti. Setelah intervensi pada hari kedua, subjek sedikit enggan bermain dan mau bermain kembali setelah dibujuk oleh peneliti, peneliti membangun raport dengan memberikan hadiah kepada subjek dan mengajak subjek bercerita, sehingga pada keesokan harinya subjek bersemangat untuk bermain.

(29)

19

Menurut Hurlock (2000) pola asuh menjadi salah satu faktor terjadinya persaingan antara saudara kandung. Ketika peneliti mengamati perlakuan orang tua subjek I dan orang tua subjek II kepada mereka, peneliti menemukan beberapa perbedaan.

(30)

20

KESIMPULAN

Secara deskriptif berdasarkan grafik terdapat perubahan sibling rivalry pada anak sekolah dasar, walaupun tidak banyak perubahan namun jelas grafik menunjukkan adanya sedikit perubahan. Sedangkan hasil analisis statistik tidak ada pengaruh pemberian cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak sekolah dasar.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, serta mengingat masih banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini. Peneliti memberikan beberapa saran , yaitu sebagai berikut :

- Penelitian selanjutnya perlu mengontrol variabel sekunder yang lebih mendalam. Seperti melakukan penggolangan tipe pola asuh orang tua terhadap anak sebelum melakukan intervensi karena pola asuh juga mempengaruh hubungan anak dengan saudara kandungnya.

- Peneliti perlu membuat intervensi berupa permainan kooperatif yang dapat dilakukan di luar rumah dan bersifat lebih aktif, karena berpengaruh terhadap kecenderungan gender dalam memilih permainan.

- Intervensi perlu diulang secara berkala untuk mendapatkan perubahan yang signifikan.

- Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah sampel sehingga hasilnya dapat digeneralisasikan untuk anak sekolah dasar.

(31)

21

(32)

22

DAFTAR PUSTAKA

April, K., Peterson, R. F., & Robert, H. R. (1994). Cooperative games: a way to modify aggressive and cooperative behaviors in young children. Journal of applied behavior analysis, 27(3), 435-446.

Bee, H., & Boyd, D. (2004). The developing child. Boston : Person Education.

Berk, L. E. (2012). Development throught the lifespan : dari prenatal sampai remaja (transisi menjelang dewasa) (5th ed.). Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Hoffman, Kristi, L., & Edward, John, N. (2004). An integrated theoretical model of sibling violance and abuse. Journal of Family Violance, 19(3), 183-200. doi : 10.1037/0012-1649.43.4.947.

Hurlock, E. B. (2010). P erkembangan anak jilid 1. Jakarta : Erlangga. .__________. (2010). Perkembangan anak jilid 2. Jakarta : Erlangga. .__________. (2014). Perkembangan anak jilid 1. Jakarta : Erlangga.

John, S. W. (2009). Masa perkembangan anak edisi 11. Jakarta : Salemba Humanika. Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldman, R. D. (2010). Human development (psikologi

perkembangan). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Rahmawati, E. (2013). Hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III. Skripsi. (tidak diterbitkan). Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Indonesia. Jakarta

Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N. (2011). Psikologi eksperimen. Jakarta : Indeks Kelompok Gramedia.

Sawicki, J. A. (1997). Sibling Rivalry and The New Baby : Anticipatory Guidance and Management Strategies. Journal of Pediatric and Nursing, 23(3), 298-302. Shaffer, D. R. (2014). Development psychology ninth edition childhood and

adolescence. USA : Wadsworth Thomson Learning. Sugiyono. (2013). Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta.

(33)

23

Gambar

Tabel 1Indentitas pasangan partisipan I
Grafik 1

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Uji Kandungan Bakteri Escherichiacoli, Dan Coliform Pada Air Minum Isi Ulang Di Pondok

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok siswa yang tinggi dapat diturunkan ke kategori rendah dengan menggunakan konseling pendekatan rational

Orang tua selalu memberikan saya nasehat untuk lebih maju terutama dalam menunjang prestasi belajar.. Orang tua tidak memberikan saya uang untuk membeli buku

Untuk mengetahui pengaruh investasi dan upah riil terhadap penyerapan tenaga. kerja sektor industri pengolahan menggunakan analisis regresi

Kata “terdapat” pada ayat 5 tidak ada dalam teks aslinya, karena yang ingin ditekankan tata hidup yang anggota – anggota jemaat harus taat, buka contoh yang diberikan

a) Kelompok semu (quasi group), yaitu sejumlah pemegang posisi dengan kepentingan yang sama, tetapi belum menyadari keberadaanya.. b) Kelompok kepentingan

Dosen yang berprestasi luar biasa dapat dinaikan ke jenjang jabatan akademik dua tingkat lebih tinggi (loncat jabatan) dari Asisten Ahli ke Lektor Kepala atau dari Lektor ke