PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
Disusun Oleh :
DIMAS ADITHIA RAMDHAN NIM. 1105110
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
CIREBON
Oleh
Dimas Adithia Ramdhan
Sebuah skripsi yang digunakan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Dimas Adithia Ramdhan 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian
PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP
PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON
Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing
Dr. Ikaputera Waspada, M.M
NIP. 19610420 198703 1 002
Mengetahui:
Ketua Departemen Pendidikan Ekonomi
Dr. Hj. Neti Budiwati, M.Si.
Dimas Adithia Ramdhan, 2015
Dimas Adithia Ramdhan (1105110). PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK
DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON, dibawah bimbingan Dr. Ikaputera Waspada, M.M.
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Diversifikasi Produk dan Persaingan terhadap
Pendapatan Pengusaha Batik di Cirebon”. Cirebon merupakan kota penghasil batik khas Cirebon yang merupakan warisan turun menurun dari Sunan Gunung Jati hingga saat ini. Batik merupakan kerajinan yang mempunyai nilai seni tinggi dan telah menjadi warisan dari budaya Indonesia khususnya daerah Cirebon. Penetapan batik sebagai warisan budaya asli Indonesia oleh UNESCO membuat masyarakat Indonesia mulai tertarik kembali untuk mengenakan pakaian batik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh diversifikasi produk dan persaingan terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon. Pada saat ini jumlah pengusaha setiap tahunnya terus bertambah, ini yang membuat peneliti termotivasi ingin mengetahui apakah tiap pengusaha sudah melakukan diversifikasi produk dan seberapa tinggi tingkat persaingan yang ada diantara pengusaha batik di Cirebon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survey eksplanatory. Sampel dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 109 pengusaha dari total populasi sebanyak 150 pengusaha. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu proporsional random sampling sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Adapun hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa diversifikasi produk berpengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon dan persaingan berpengaruh negatif terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon.
Dimas Adithia Ramdhan, 2015
Dimas Adithia Ramdhan (110511). EFFECT OF DIVERSIFIED PRODUCTS AND COMPETITION ON INCOME ENTREPRENEURS IN BATIK CIREBON, under the guidance of Dr. Ikaputera Waspada, M.M.
The study entitled "the effect of diversified products and competition against Income in Cirebon Batik". Cirebon is a town of Cirebon batik producing heritage down declined from Sunan Gunung Jati until now. Batik is a craft that have high art value and has become a cultural heritage of Indonesia in particular areas. Determination of batik as Indonesia's original cultural heritage by UNESCO to make Indonesia society began to gravitate back to wear batik clothes. This research aims to know the influence of product diversification and competition against the income of the batik in Cirebon. At the moment the number of entrepreneurs keeps growing every year, which makes the researchers are motivated to want to find out if each entrepreneur is already diversifying products and how high the level of competition that exists among the batik in Cirebon. The methods used in this study i.e., survey eksplanatory. The sample in this study amounted to as much as 109 entrepreneurs out of a total population of 150 entrepreneurs. The technique of sampling in this study i.e. proportional random sampling data analysis techniques while using a multiple linear regression analysis. As for the results in this study indicates that diversifies the positive effect against products batik in Cirebon revenue and competition effect negatively to earnings in Cirebon batik.
PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.
BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.2. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1.3.1. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1.4. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1.4.1. Secara Teoritis ... Error! Bookmark not defined.
1.4.2. Secara Praktis ... Error! Bookmark not defined.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
2.1. Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined.
2.1.1. Konsep Pendapatan ... Error! Bookmark not defined.
2.1.2. Konsep Diversifikasi Produk ... Error! Bookmark not defined.
2.1.2.1. Pengertian Diversifikasi ... Error! Bookmark not defined.
2.1.2.2. Jenis-Jenis Diversifikasi ... Error! Bookmark not defined.
2.1.2.3. Fungsi Diversifikasi Produk ... Error! Bookmark not defined.
2.1.3. Konsep Persaingan ... Error! Bookmark not defined.
2.1.3.1. Pengertian Persaingan ... Error! Bookmark not defined.
2.1.3.2. Tingkatan Persaingan ... Error! Bookmark not defined.
2.1.3.3. Indikator Persaingan ... Error! Bookmark not defined.
defined.
2.1.6. Kajian Empirik Penelitian Terdahulu... Error! Bookmark not defined.
2.2. Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined.
2.3. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
BAB IIIMETODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.
3.1. Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.2. Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.3. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.3.1. Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.
3.3.1.1. Populasi ... Error! Bookmark not defined.
3.4. Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not defined.
3.5. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
3.6. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
3.6.1. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
3.7. Pengujian Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.7.1. Uji Validitas Instrumen ... Error! Bookmark not defined.
3.7.2. Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined.
3.7.3. Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined.
3.7.3.1. Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.
3.7.3.2. Uji Multikolinearitas ... Error! Bookmark not defined.
3.7.3.3. Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity) .... Error! Bookmark not defined.
3.8. Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
3.8.1. Pengujian Secara Parsial (Uji t ) ... Error! Bookmark not defined.
3.8.2. Koefisien Determinasi ... Error! Bookmark not defined.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
4.1. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Error! Bookmark not defined.
4.1.1.1. Letak Geografis Kota Cirebon... Error! Bookmark not defined.
4.1.1.2. Letak Geografis Kabupaten Cirebon ... Error! Bookmark not defined.
4.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Error! Bookmark not defined.
4.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Formal .. Error! Bookmark not defined.
4.1.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha .. Error! Bookmark not defined.
4.2. Gambaran Umum Variabel Penelitian... Error! Bookmark not defined.
4.2.1. Gambaran Umum Diversifikasi Produk ... Error! Bookmark not defined.
4.2.2. Gambaran Umum Variabel Persaingan ... Error! Bookmark not defined.
4.3. Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.
4.4. Hasil Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined.
4.4.1. Hasil Uji Mutikolinieritas ... Error! Bookmark not defined.
4.4.2. Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity) ... Error! Bookmark not defined.
4.5. Model Koefisien Regresi Variabel Diversifikasi Produk (X1) dan
Persaingan (X2) terhadap Pendapatan (Y) ... Error! Bookmark not defined.
4.6. Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
4.6.1. Pengujian Secara Parsial (Uji t) ... Error! Bookmark not defined.
4.6.2. Koefisien Determinasi (R Square) ... Error! Bookmark not defined.
4.7. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
4.7.1. Pengaruh Diversifikasi Produk Terhadap Pendapatan ... Error! Bookmark not defined.
4.7.2. Pengaruh Persaingan Terhadap Pendapatan... Error! Bookmark not defined.
BAB VPENUTUP ... Error! Bookmark not defined.
5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
Banyak kota di Indonesia yang memproduksi batik dan tiap kota memiliki
ciri tersendiri akan batik yang diproduksinya, seperti di Solo, Yogyakarta,
Cirebon dan kota lainnya. Dengan diterapkannya Undang-undang Otonomi
Daerah, maka setiap daerah bisa mengembangkan potensi yang dimiliki daerah
tersebut, salah satunya adalah produk unggulan. Produk unggulan sangat penting,
sebab dapat dijadikan sebagai ciri khas suatu daerah dan juga bisa menambah
pendapatan (income) pemerintah daerah maupun masyarakat. Oleh sebab itu,
produk-produk yang dihasilkan harus mempunyai daya saing yang tinggi, agar
bisa memperoleh pangsa pasar yang besar. Salah satu penghasil produk unggulan
yang eksistensinya perlu dikembangkan dengan cara pembinaan yang lebih serius
dan diharapkan instansi-instansi yang terkait turut berperan dalam proses
pembinaan industri kecil terutama industri rumah tangga.
Batik Khas Cirebon yang merupakan salah satu dari empat sentra industri
batik di Jawa Barat yang masih ada hingga sekarang. Tiga sentra industri batik
lainnya adalah Indramayu, Tasikmalaya, dan Garut. Meskipun demikian, Cirebon
merupakan sentra batik tertua yang memberikan pengaruh terhadap ragam pola
batik di sentra-sentra industri batik lain di Jawa Barat. Motif batik Cirebon yang
paling terkenal dan menjadi ikon Cirebon adalah motif Megamendung. Motif ini
melambangkan awan pembawa hujan sebagai lambang kesuburan dan pemberi
kehidupan. Sejarah motif ini berkaitan dengan sejarah kedatangan bangsa Cina di
Cirebon, yaitu Sunan Gunung Jati yang menikah dengan wanita Tionghoa
bernama Ong Tie. Motif ini memiliki gradasi warna yang sangat bagus dengan
proses pewarnaan yang dilakukan sebanyak lebih dari tiga kali.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, di Cirebon memiliki produk
unggulan yang paling khas yaitu berupa batik. Usaha batik merupakan usaha yang
jauh penulis akan memaparkan sejarah-sejarah dari batik Cirebon, munculnya
kegiatan membatik di Cirebon karena peranan Ki Gede Trusmi. Beliau merupakan
pengikut setia Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam
salah satunya dengan kegiatan membatik dan dilakukannya di daerah Trusmi
sejak zaman dahulu hingga kini. Sejak zaman dahulu kegiatan membatik selain
bertujuan untuk menyebarkan agama Islam, membatik juga dijadikan sebagai
sumber pendapatan di Cirebon. Terdapat kekhasan motif pada pada batik Cirebon,
diantaranya motif batik keraton, motif batik megamendung, motif batik sawat
pengantin, motif batik paksinaga liman, motif batik patran keris, motif batik singa
payung, motif batik singa barong, motif batik kompeni/kompenian, motif batik
patran kangkung, batik singa wadas, motif batik kilingan, motif batik banjar
balong, motif batik ayam alas, motif batik katewono, motif batik gunung giwur,
motif batik simbar menjangan, dan motif batik simbar kendo.
Perkembangan industri batik masih memerlukan bantuan dari pemerintah
agar perkembangannya bisa terus maju dan bisa lebih besar, karena
bagaimananpun juga ciri khas dari Cirebon adalah produk unggulan berupa batik.
Perkembangan industri batik tersebut mendorong peneliti untuk mengetahui lebih
mendalam bagaimana diversifikasi diterapkan dalam industri batik sebagai produk
unggulan daerah. Dalam penelitian ini dilakukan di beberapa usaha batik yang ada
di Cirebon (daerah Trusmi dan sekitarnya). Batik merupakan kerajinan yang
mempunyai nilai seni tinggi dan telah menjadi warisan dari budaya Indonesia
khususnya daerah Cirebon. Penetapan batik sebagai warisan budaya asli
Indonesia oleh UNESCO membuat masyarakat Indonesia mulai tertarik kembali
untuk mengenakan pakaian batik. Hal ini, membuat persaingan semakin ketat
dikalangan produsen untuk menciptakan model, desain serta motif batik yang
dapat membuat konsumen puas. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan
sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang
berbeda. Selain itu konsumen berasal dari beberapa segmen, sehingga apa
yang diinginkan dan dibutuhkan juga berbeda.
Dari hasil penelitian yang ada di lapangan, ditemukan bahwa batik terbagi
1. Batik Tulis yaitu batik yang dibuatnya masih dengan tangan-tangan
para pengrajin batik yang sudah berpengalaman dengan cara ditulis
menggunakan canting untuk membuat batik dan biasanya keahlian
membatik ini merupakan warisan turun menurun terutama di Cirebon.
Dan batik tulis ini biasanya memakan waktu yang cukup lama untuk
menjadi kain batik itu sendiri.
2. Batik Cap yaitu batik yang dibuatnya dengan menggunakan cetakan
atau cap yang dikerjakan secara manual dengan tangan-tangan pekerja.
Dalam proses pengerjaannya batik cap ini sudah diberikan arahan dan
target bahan kain jadi per satu harinya.
3. Batik Printing yaitu batik yang dibuatnya dengan menggunakan mesin
cetak batik yang sebelumnya sudah terdapat design yang ingin dibuat
dan cara ini lebih praktis namun untuk biaya pembuatannya lebih besar
oleh karena itu pengusaha batik printing mencetak batiknya dengan
skala besar agar biaya produksinya seimbang sesuai dengan hasilnya.
Penelitian ini lebih memfokuskan pada pengusaha batik di Cirebon
khususnya daerah Trusmi dan sekitarnya. Sejauh ini volume batik di Cirebon yang
tidak terjual, terbilang jarang dan belum sampai dinilai merugikan bagi para
pengusahanya. Hal ini dikarenakan pembuatan batik pada satu hari semua produk
batik yang dibuat (baik batik tulis, batik cap maupun batik printing) harus terjual,
namun apabila tidak semua terjual bisa mendistribusikannya ke beberapa
toko-toko batik yang ada disekitar maupun yang ada diluar kota, walaupun bayaran dari
batik yang di distribusikan tidak langsung hari itu dibayarkan. Namun, seiring
dengan semakin bertambahnya pengusaha batik tersebut, beberapa pengusaha
berharap mereka bisa juga menciptakan produk turunan dari batiknya yang tidak
hanya dijual berupa kain batik saja atau hanya produk sejenis saja, namun bisa
berupa jenis-jenis produk lain, seperti kemeja, celana, jas, mukena, kerudung,
kebaya, macam-macam model baju wanita, dan lain-lain. Kemudian pengusaha
yang menciptakan produk sendiri dengan pembuat kain batik atau pengrajin kain
batik tersebut bisa menciptakan motif-motif baru dan berbagai macam produk
agar minat dari konsumen untuk membeli kain batik atau produk olahan dari kain
Pemerintah megupayakan agar para pengusaha batik di Cirebon
melakukan diversifikasi produk batik untuk membuat beberapa inovasi motif dan
produk baru dari bahan dasar kain batik tersebut, diantaranya yang sudah
disebutkan diatas tadi. Jumlah pengusaha batik di Cirebon saat ini yang terdata
sudah mencapai kurang lebih 150 pengusaha batik (data diperoleh dari penelitian).
Pelaku usaha batik tersebar di Desa Panembahan, Desa Kalitengah, Desa Trusmi
dan beberapa daerah di Cirebon. Beberapa data yang saya tanyakan di Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, ada beberapa langkah yang
akan di tempuh pemerintah guna berkembang lebih besar lagi industri batik di
Cirebon, diantaranya yaitu:
1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada pemilik home industri
batik melalui pelatihan manajemen dan bimbingan strategi pemasaran.
2. Pemberian bantuan fasilitas, yaitu sebagai fasilitator untuk meminjam
modal ke bank dan juga memberikan bantuan peralatan.
3. Melakukan promosi produk unggulan melalui pameran produk
unggulan dan pemasangan baliho di pinggir jalan.
4. Melalui pengembangan produk unggulan dengan cara melakukan
diversifikasi produk batik dan juga penumbuhan sentra-sentra baru
industri batik.
(Data diperoleh dari Disperindag Kabupaten Cirebon)
Dengan persaingan diantara pengusaha batik yang tiap tahun bermunculan
pengusaha-pengusaha baru, maka pemerintah menyarankan agar adanya
diversifikasi produk dengan tujuan tidak adanya penurunan pendapatan yang
besar dan kain batik yang banyak dihasilkan tiap harinya dapat diolah menjadi
beberapa jenis pakaian agar peminat tidak bosan dengan kain batik saja dengan
adanya ciri khas model dan motif tiap pengusaha atau toko batik. Dengan adanya
diversifikasi produk diharapkan pendapatan pengusaha batik tidak ada penurunan
yang besar.
Pendapatan memang menjadi tujuan utama seorang pengusaha dari sebuah
usaha. Setiap pengusaha pasti menginginkan pendapatan yang besar dan
keuntungan yang besar, begitupun halnya dengan pengusaha batik. Suatu
kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan begitu maka produk dapat bersaing
di pasaran. Kondisi di lapangan terkadang membuat pendapatan para pengusaha
batik mengalami keuntungan yang besar, ataupun sebaliknya kerugian yang besar
juga. Banyak hal yang mempengaruhi naik turunnya pendapatan pengusaha batik,
salah satunya adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan pendapatan tiap
pengusaha berbeda tiap bulannya, yaitu:
1. Munculnya pengusaha-pengusaha baru ataupun toko-toko baru dengan
pengusaha yang sebelumnya sudah memiliki toko batik.
2. Persaingan tiap toko tergantung besar atau banyaknya toko yang
dimiliki oleh tiap pengusaha batik, karena dengan besarnya toko maka
produk batik yang di produksi akan semakin banyak dan semakin
banyak toko yang dimiliki oleh seorang pengusaha maka persaingan
akan terasa mudah, oleh karena itu pengusaha yang baru memulai
usahanya menjual batik akan terasa berat bersaing dengan pengusaha
yang besar.
3. Tiap toko memiliki pelanggannya sendiri, yang biasanya pelanggan ini
memesan dalam jumlah yang banyak kecuali batik tulis karena sulit
dalam pembuatan dan pengolahannya menjadi produk jadi yang juga
memiliki harga yang relatif mahal.
Dalam menjual produk batik baik itu berupa kain batik maupun produk
olahan jadi, pengusaha menawarkan harga yang bervariasi kepada para
konsumennya dengan kualitas batik itu sendiri. Dalam produk batik yang
menentukan harga adalah bagaimana cara batik itu dikerjakan dan berapa lama
batik itu diolah menjadi kain batik siap jual. Jadi semakin tinggi tingkat kesulitan
pengolahan batik, maka akan semakin mahal harga kain batik itu sendiri dan juga
semakin lama proses pengerjaan kain batik maka akan semakin mahal pula harga
kain batik itu sendiri karena akan besar biaya yang dikeluarkan untuk menggaji
para pembuat atau pengrajin batik. Menurut Tjiptono (dalam Rahdwi
Hatminingsih, 2007; hlm. 7) harga adalah jumlah uang (satuan moneter) dan/atau
aspek lain (non moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu yang
diperlukan untuk mendapatkan suatu produk. Menurut Ferdinand (dalam Rahdwi
pemasaran yang memberikan pendapatan bagi organisasi. Keputusan mengenai
harga tidaklah mudah dilakukan. Disatu sisi, harga yang terlalu mahal dapat
meningkatkan keuntungan jangka pendek, tetapi disisi lain akan sulit di jangkau
konsumen, sedangkan harga yang rendah atau harga yang terjangkau menjadi
pemicu untuk meningkatkan kinerja pemasaran. Namun harga juga dapat
menjadi indikator kualitas dimana suatu produk dengan kualitas tinggi akan
berani dipatok dengan harga yang tinggi pula. Harga dapat mempengaruhi
konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan pembelian suatu
produk.
Sebelum meneliti lebih jauh apakah ada faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha batik, penulis akan menunjukan data
untuk mendukung penelitian dan memperkuat masalah yang diteliti, penulis
melakukan wawancara dengan beberapa pengusaha batik yang ada di Cirebon,
Berdasarkan survey di lapangan terdapat 150 orang pengusaha batik yang ada di
Cirebon dan saya hanya mengambil data pendapatan dari jumlah sampel sebanyak
109 orang pengusaha batik di Cirebon dalam penelitian. Berikut data dari
penelitian saya yang sudah diolah menjadi satuan % (persen) dan data pendapatan
di bawah ini saya sudah pangkas menjadi 20 responden. Berikut data pendaptan
dari 20 responden terdapat dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Pendapatan Pengusaha Batik Di Cirebon
NO Nama
Pendapatan
Maret April % Mei % Juni % Juli % Agustus %
Dalam Ratusan Ribu Rupiah
1 T 180 200 11.11 170 -15.00 165 -2.94 170 3.03 160 -5.88
2 R 190 195 2.63 180 -7.69 180 0.00 195 8.33 180 -7.69
3 R 1650 1700 3.03 1680 -1.18 1550 -7.74 1650 6.45 1650 0.00
4 A 135 150 11.11 125 -16.67 140 12.00 150 7.14 140 -6.67
5 I 210 220 4.76 220 0.00 210 -4.55 220 4.76 200 -9.09
7 A 1200 1655 37.92 1300 -21.45 1780 36.92 1450 -18.54 1525 5.17
8 A 1150 1324 15.13 1236 -6.65 1290 4.37 1565 21.32 1395 -10.86
9 A 1800 2300 27.78 1950 -15.22 2005 2.82 2100 4.74 2040 -2.86
10 A 200 234 17.00 193 -17.52 155 -19.69 185 19.35 200 8.11
11 R 294 395 34.35 280 -29.11 290 3.57 335 15.52 340 1.49
12 O 1655 1703 2.90 1500 -11.92 1505 0.33 1505 0.00 1600 6.31
13 R 1300 1500 15.38 1208 -19.47 1400 15.89 1540 10.00 1400 -9.09
14 A 431 425 -1.39 450 5.88 410 -8.89 435 6.10 424 -2.53
15 K 365 384 5.21 368 -4.17 350 -4.89 353 0.86 329 -6.80
16 A 2200 2800 27.27 2500 -10.71 1980 -20.80 2115 6.82 2070 -2.13
17 S 150 190 26.67 237 24.74 190 -19.83 196 3.16 169 -13.78
18 D 179 213 18.99 215 0.94 205 -4.65 210 2.44 193 -8.10
19 M 1180 1530 29.66 1817 18.76 2326 28.01 2377 2.19 2315 -2.61
20 R 2195 2195 0.00 2219 1.09 2184 -1.58 2464 12.82 2180 -11.53
Sumber: Data Penelitian
Berdasarkan tabel 1.1 jumlah pengusaha yang diteliti saat penelitian yaitu
sebanyak 109 orang dari jumlah total 150 orang pengusaha batik yang memiliki
toko batik dengan pemilihan beberapa pengusaha yang berbeda produk batiknya
kemudian saya memangkas data responden dari 109 responden menjadi 20
responden. Hasil dari penelitian yang saya lakukan, pada bulan Juli rata-rata tiap
pengusaha batik mengalami peningkatan pendapatan yang lebih besar
dibandingkan pendapatan di bulan Juni. Saya akan membahas mengapa rata-rata
tiap pengusaha batik memiliki pendapatan yang berbeda-beda yang sekaligus saya
akan menjadikan ini sebuah isue di dalam penelitian saya. Apabila dilihat dari
data dalam tabel 1.1, para pengusaha mendapat pendapatan yang lebih besar
didapatkan di bulan Juli bandingkan bulan Juni, dikarenakan pada bulan Juli
sekolah-sekolah yang memesan batik lebih banyak karena adanya tahun ajaran
sudah menjadi pelanggan dari pengusaha batik tersebut. Kebanyakan batik yang
di pesan sekolah termasuk ke dalam jenis batik printing. Hal ini disebabkan proses
pengolahan batik printing yang lebih efektif dan efisien guna memenuhi pesanan
terhadap pelanggan itu sendiri disisi lain harga batik printing murah dan proses
pembuatannya cepat, maka pihak sekolah saat ini banyak memilih batik printing
dibandingkan batik cap dikarenakan pihak sekolah tidak memiliki dana yang besar
untuk memesan dan membuat seragam sekolah dengan menggunakan batik tulis
maupun batik cap yang harga batik tulis atau batik cap sendiri tergolong lebih
mahal dan pihak sekolah pun harus membeli batik untuk membuat seragamnya
dalam jumlah yang banyak dan waktu yang cepat.
Isue atau permasalahan yang pertama dalam penelitian ini adalah tentang
diversifikasi produk, mengapa pengusaha batik no. 7 dengan inisial “A” memiliki
peningkatan pendapatan yang lebih besar dibandingkan pengusaha batik lainnya.
Dan pengusaha no. 11 dengan inisial “R” memiliki penurunan pendapatan yang
lebih besar diantara pengusaha lainnya. Kemudian saya menjadikan permasalahan
diatas mendorong saya untuk meneliti sejauh mana pengaruh diversifikasi produk
dan persaingan terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon.Setelah saya
lakukan survey pada pengusaha batik no. 7 dengan inisial “A” mengatakan, ini
dikarenakan pengusaha batik memiliki pelanggan dan pembeli yang tetap.
Pengusaha menjual batik di tokonya sendiri dan pengusaha juga menjual
produknya untuk butik-butik yang ada di Jakarta, terutama sebagian besar
pelanggan dari pengusaha batik no. 7 hanya mengambil dari produk batik tulis
yang lebih mahal harganya dan pembelian produk batik tulis tergantung dari
pemesanan yang diminta di butik-butik yang sudah menjadi pelanggan dari
pengusaha batik tersebut. Alasan pengusaha no. 7 memiliki tingkat pendapatan
yang lebih tinggi karena pengusaha ini sudah menerapkan diversifikasi produk
yang sebagian contoh produk jadinya seperti kemeja dengan berbagai design,
mukena dengan motif dari batik tulis yang bermacam-macam jenisnya, sandal
bermotif batik, celana bermotif batik, jas bermotif batik dipadukan dengan bahan
selain batik, sepatu bermotif batik dan produk lainnya. Kemudian pengusaha no. 7
menjadikan pengusaha batik no. 7 mengalami peningkatan pendapatan lebih besar
diantara pengusaha lainnya.
Kemudian pengusaha batik no. 11 mengapa memiliki penurunan
pendapatan yang lebih besar diantara pengusaha lainnya, hal ini dikarenakan
pengusaha batik no. 11 hanya memasarkan produknya di toko-toko yang dimiliki
oleh pengusaha batik tersebut ataupun ke toko-toko lainnya yang sudah menjadi
pelanggan dari pengusaha batik tersebut dan pengusaha ini tidak memiliki
pengetahuan tentang diversifikasi produk. Pengusaha ini hanya membuat produk
batik kemeja saja dengan berbagai motif dan design namun kebanyakan dari
produk kemeja yang dihasilkan pengusaha no. 11 ini termasuk kedalam jenis batik
cap dan printing yang murah harganya. Apabila kita melihat perbandingan harga
antara batik tulis, batik cap dan batik printing, harga yang tertinggi tentu terdapat
pada jenis batik tulis. Namun pembeli dan pelanggan dari batik tulis merupakan
kelas menengah hingga kelas atas, oleh karena itu pembelian batik tulis sangat
jarang karena harganya yang tinggi. Kemudian harga dari batik cap tergolong
cukup murah karena dipasarkannya di toko-toko di dalam Cirebon maupun di luar
Cirebon. Namun untuk kualitas batik cap sendiri kurang bagus dibandingkan batik
printing dan dalam proses pengerjaan batik cap memakan waktu yang cukup lama
karena masih menggunakan teknik manual, kemudian tenaga dan biaya yang lebih
besar dibandingkan proses pengerjaan batik printing yang lebih efektif dan efisien
pengerjaannya karena sudah memiliki teknologi yang modern dengan mesin
printing khusus kain batik dalam pengolahan produk batiknya.
Isue atau permasalahan yang kedua yaitu tentang persaingan, dikarenakan
batik tulis merupakan batik yang lebih mahal dibandingkan dengan batik cap dan
batik printing. Namun harga batik cap saat ini lebih mahal dibandingkan batik
printing, hal ini disebabkan mengenai kendala waktu pengerjaan yang lebih lama,
tenaga yang dipergunakan lebih banyak dan dana yang dikeluarkan lebih banyak
pula. Berbeda halnya dengan batik printing yang proses pembuatannya lebih
efektif dan efisien. Pengusaha yang tergolong ke dalam pengusaha yang besar
pasti menjual dari semua jenis batik dan menjual produk batik dengan bermacam
pilihan yang ditawarkan kepada konsumen seperti kemeja, mukena, sepatu,
baru. Karena pengusaha baru hanya menjual produk batik dalam bentuk kemeja
saja, atau mukena saja atau produk lainnya.
Dari kedua isue atau permasalahan di atas secara tidak langsung batik tulis
merupakan barang yang mewah yang sulit untuk di beli dengan jumlah yang
banyak dan juga susah untuk di kreasikan, karena 1 meter kain batik tulis saja
berharga Rp. 500.000,00 sampai dengan Rp. 5.000.000,00 sesuai tingkat kesulitan
dan lama proses pengerjaannya. Berbeda pula dengan batik cap, mereka memiliki
kendala yang hampir sama dengan pengusaha batik tulis namun memiliki harga
yang lebih murah dibandingkan batik tulis. Kemudian pengusaha batik printing
yang proses pengerjaannya lebih cepat dan lebih murah dibandingkan dengan
batik tulis. Dengan adanya permasalahan yang saya temukan di lapangan maka
saya tertarik dalam penelitian saya ini, penulis akan menggunakan variabel
diversifikasi produk dan persaingan sebagai faktor yang mempengaruhi
pendapatan pengusaha batik di Cirebon. Dengan peminat yang tinggi pada model
batik printing dan cap yang waktu dalam pembuatannya lebih cepat. Namun
hanya sedikit saja pengusaha batik printing yang ada di Cirebon, karena
terkendala dengan harga mesin printingnya yang mahal. Berbeda dengan
pengusaha batik cap dan tulis yang masih manual dalam pembuatannya namun
dalam proses pembuatannya memakan waktu yang cukup lama, sehingga harga
tiap kain dan pakaian yang sudah jadi, sesuai dengan proses pembuatannya yang
akan memunculkan harga bervariasi.
Berdasarkan permasalahan, fakta dan data di atas, maka judul penelitian yang akan penulis angkat adalah: “Pengaruh Diversifikasi Produk Dan Persaingan Terhadap Pendapatan Pengusaha Batik Di Cirebon”.
1.2.Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang masalah, di atas dapat dirumuskan
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran diversifikasi produk, persaingan dan pendapatan
pengusaha batik di Cirebon?
2. Bagaimana pengaruh diversifikasi produk terhadap pendapatan pengusaha
3. Bagaimana pengaruh persaingan terhadap pendapatan pengusaha batik di
Cirebon?
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui gambaran diversifikasi produk, persaingan dan
pendapatan pengusaha batik di Cirebon.
2. Untuk mengetahui pengaruh diversifikasi produk terhadap pendapatan
pengusaha batik di Cirebon.
3. Untuk mengetahui pengaruh persaingan terhadap pendapatan pengusaha
batik di Cirebon.
1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1.Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk
memperkaya khasanah ilmu ekonomi pada umumnya dan ilmu ekonomi mikro
pada khususnya.
1.4.2.Secara Praktis
1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan mengenai ilmu ekonomi mikro
dan mendapatkan pengalaman terjun langsung ke lapangan serta dapat
memberikan informasi, sumber ilmu pengetahuan, dan bahan kepustakaan
atau bahan penelitian bagi penelitian sebelum dan sesudahnya. Dan secara
teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
untuk memperkaya khasanah ilmu ekonomi mikro, khusunya terkait
dengan pendapatan.
2. Bagi pengusaha, dapat dimanfaatkan sebagai acuan atau bahan untuk
kemajuan dan keberhasilan usahanya.
3. Bagi pemerintah, dapat menjadi acuan agar turut serta membantu
perkembangan produk lokal dan termasuk juga produk unggulan agar bisa
1.1. Objek Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 118), Objek Penelitian adalah
variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika
penelitian. Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.
Dimana diversifikasi produk dan persaingan sebagai variabel bebas, sedangkan
pendapatan sebagai variabel terikat. Variabel-variabel tersebut merupakan objek
dari penelitian ini.
1.2. Subjek Penelitian
Suharsimi Arikunto dalam M. Idrus (2009, hlm. 91) memberikan batasan
subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel
penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Dalam penelitian, subjek
penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian,
itulah data tentang variabel yang penelitian akan diamati. Berdasarkan hal
tersebut, subjek dalam penelitian ini adalah pengusaha batik di Cirebon.
1.3. Metode Penelitian
Pemilihan metode berdasarkan pada identifikasi masalah yang harus
disusun dan dibuktikan dengan penelitian. Metode merupakan suatu cara ilmiah
untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu. Pada penelitian ini metode yang
digunakan adalah metode penelitian survei.
Seperti yang dikemukakan oleh Masri Singarimbun (1995, hlm. 40)
bahwa: “Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu
populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok.” Pada umumnya yang merupakan unit analisis dalam penelitian survei
adalah individu.
1.3.1.Populasi dan Sampel 1.3.1.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2011, hlm. 117)“Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas : objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh pengusaha batik di Cirebon.
3.3.1.2. Sampel
Menurut Sugiyono (2011, hlm. 118)Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu.
Menurut Riduwan (2013, hlm. 44), adapun rumus pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Taro Yamane
adalah sebagai berikut :
n = N
N.d2+1
Keterangan :
n : Ukuran sampel keseluruhan
N : Ukuran populasi sampel
d2 : tingkat presisi yang diharapkan
Maka perhitungan menentukan banyaknya sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
n = N
N.d2+1
n = 150
150 × (0,05)2+1
n = 150
150 × 0,0025+1
n = 0,375+15
n = 150
1,375
n = 109,09
n dibulatkan menjadi 109
Berdasarkan hasil perhitungan maka sampel minimal yang digunakan
adalah sebanyak 109 pengusaha batik dari jumlah populasi sebanyak 150
3.4. Operasionalisasi Variabel
Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dalam penelitian ini terlebih
dahulu setiap variabel didefinisikan, kemudian dijabarkan melalui operasionalisasi
variabel. Hal ini dilakukan agar setiap variabel dan indikator penelitian dapat
diketahui skala pengukurannya secara jelas. Operasionalisasi variabel penelitian
secara rinci diuraikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analisis Skala
jumlah
pengusaha,
harga, jumlah
produk dan
kualitas.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk mencari data mengenai
suatu hal atau variabel. Pengumpulan data dengan teknik tertentu sangat
diperlukan dalam analisis anggapan dasar dan hipotesis. Pengumpulan data
diperlukan untuk menguji anggapan dasar dan hipotesis. Untuk mendapatkan data
yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Angket, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui penggunaan
daftar pertanyaan yang telah disusun dan disebar kepada responden yaitu
pengusaha batik agar diperoleh data yang diperlukan.
3.6. Teknik Analisis Data 3.6.1.Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Linear
Berganda (multiple linear regression method). Alat bantu analisis yang digunakan
yaitu dengan menggunakan program komputer SPSS Versi 17.0 for Windows.
Tujuan Analisis Regresi Linear Berganda adalah untuk mempelajari bagaimana
eratnya hubungan antara satu atau beberapa variabel bebas dengan satu variabel
terikat. Yaitu apakah pengaruh diversifikasi produk (X1), dan persaingan (X2)
terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon (Y).
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun oleh penulis maka
model persamaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y = β0+ β1X1+ β2X2 + e
Dimana :
Y = Pendapatan
β0 = Konstanta regresi
β2 = Koefisien regresi persaingan X1 = Diversifikasi produk batik
X2 = Persaingan
e = Faktor pengganggu
Adapun asumsi yang harus dipenuhi OLS sebagaimana diungkapkan oleh
Gujarati (1978,hlm. 66 – 68) sebagai berikut:
1. Model regresi yang digunakan linier.
2. Data yang didapat tepat, artinya nilai yang didapatkan tetap meskipun
sampling diulang secara teknik. Dengan kata lain dapat dianggap tidak
stokastik untuk data variable independent dan stokastik untuk variable
dependent.
3. Rata-rata dari variabel pengganggu (Disturbance Term Mean) adalah nol,
artinya perubahan variabel terikat tidak akan mempengaruhi disturbance
term mean, dengan kata lain mean dari residual adalah tetap nol.
4. Homoscedastisitas (Homoscedasticity), variabel dari disturbance term
adalah konstan.
5. Tidak terjadinya autokorelasi pada disturbance term.
6. Covariance antara disturbance term dan variabel independent adalah nol.
Asumsi ini otomastis akan terpenuhi jika asumsi dua dan tiga terpenuhi.
7. Jumah data (n) harus lebih besar daripada jumlah variabel.
8. Data harus bervariasi besarnya, secara teknis variance data tidak sama
degan nol.
9. Spesifikasi model sudah tepat.
10.Tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi korelasi sempurna antar
independent variabel.
3.7. Pengujian Instrumen Penelitian
Skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala likert yang dapat
berupa pernyataan positif dan pernyataan negativ dan Skala Gultman. Adapun
untuk pemberian skor skala likert pernyataan positif dan skor pernyataan negatif
sebagai berikut :
1. Pernyataan positif :
Setuju/sering/positif diberi skor 4
Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3
Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2
Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1
2. Pernyataan negatif
Sangat setuju/selalu/sangat positif diberi skor 1
Setuju/sering/positif diberi skor 2
Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3
Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 4
Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 5
Pemberian skor skala gultman sebagai berikut :
1. Ya 1
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu
instrumen”. Adapun rumus korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai
∑Y² = Jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan
∑XY = Jumlah Perkalian X dan Y
N = Jumlah sampel
Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 koefisien korelasi yang
diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi
nilai r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana menyatakan jumlah banyaknya
responden. Dimana :
rhitung > r tabel = Valid
rhitung < r tabel = Tidak valid
Berikut jumlah rincian pernyataan setiap variabel dalam penelitian ini
terdapat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Jumlah Item Angket
No Variabel Jumlah item angket
1 Diversifikasi Produk 5
2 Persaingan 11
Total 16
Sumber:Lampiran 3 (Data diolah)
Tabel 3.3
Uji Validitas Instrumen Penelitian
Variabel No item Rxy r tabel Kriteria
Diversifikasi Produk (X1)
1 0,35 0,18 Valid
2 0,65 0,18 Valid
3 0,40 0,18 Valid
4 0,54 0,18 Valid
5 0,50 0,18 Valid
Persaingan (X2)
1 0,39 0,18 Valid
2 0,56 0,18 Valid
3 0,42 0,18 Valid
4 0,53 0,18 Valid
6 0,67 0,18 Valid
7 0,73 0,18 Valid
8 0,61 0,18 Valid
9 0,69 0,18 Valid
10 0,72 0,18 Valid
11 0,50 0,18 Valid
Sumber : Lampiran 5 (Data diolah)
Dari tabel 3.3 dapat diketahui bahwa seluruh item pernyataan dari variabel
diversifikasi produk dan persaingan ini dinyatakan valid karena nilai rxy > r tabel.
3.7.2. Uji Reliabilitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2010, hlm. 221) “Reliabilitas menunjuk
pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Berikut rumus alpha dalam Suharsimi Arikunto (2010, hlm. 239) untuk uji
reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini:
� = [� − 1] [1 −� ∑���]
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal
∑σb2
= jumlah varians butir
σ12
= varians total
Berikut hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
No Variabel r xy r tabel Keterangan
1 Diversifikasi Produk 0,21 0,18 Reliable
2 Persaingan 0,81 0,18 Reliable
Sumber : Lampiran 5 (Data diolah)
1.7.3.Uji Asumsi Klasik 1.7.3.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sifat distribusi data penelitian.
Uji normalitas dilakukan pada data sampel penelitian yang berfungsi untuk
mengetahui apakah sampel yang diambil normal atau tidak dengan menguji
sebaran data yang dianalisis. Pengujiannya menggunakan alat statistik non
parametrik uji Kolmogorov Smirnov dengan kriteria: data dikatakan berdistribusi
normal jika signifikansinya lebih besar dari 0,05 dan data dikatakan tidak
berdistribusi normal jika signifikansinya kurang dari 0,05.
1.7.3.2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi di mana terdapat korelasi variabel bebas
antara satu variabel dengan yang lainnya. Dalam hal ini dapat disebut
variabel-variabel tidak ortogonal. Variabel yang bersifat ortogonal adalah variabel-variabel yang
nilai korelasi antara sesamanya sama dengan nol. Ada beberapa cara untuk
medeteksi keberadaan Multikolinearitas dalam model regresi OLS Gujarati (2001,
hlm. 166) , yaitu:
1) Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi
(biasanya berkisar 0,7 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang
signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas.
2) Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi,
perlu dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya
koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.
3) Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap
Xi terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2 dan F. Jika
nilai Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan
tertentu, maka terdapat multikolinieritas variabel bebas.
4) Regresi Auxiliary. Kita menguji multikolinearitas hanya dengan melihat
hubungan secara individual antara satu variabel independen dengan satu
variabel independen lainnya.
5) Variance inflation factor dan tolerance.
Dalam penelitian ini akan mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas
Variance inflation factor :
1. Apabila nilai Variance inflation factor lebih kecil dari 10,00 maka
artinya tidak terjadi multikolinieritas
2. Apabila nilai Variance inflation factor lebih besar dari 10,00 maka
artinya terjadi multikolinieritas
Tolerance :
1. Apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka artinya tidak terjadi
multikolinieritas
2. Apabila nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 maka artinya terjadi
multikolinieritas
1.7.3.3. Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity)
Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linier klasik adalah bahwa
varian-varian setiap disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai
variable-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan
δ2
. inilah yang disebut sebagai asumsi heterokedastisitas (Gujarati, 2001:177).
Heteroskedastisitas berarti setiap varian disturbance term yang dibatasi
oleh nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai
konstan yang sama dengan � atau varian yang sama. Uji heteroskedasitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,maka disebut
homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Keadaan
heteroskedastis tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain :
Sifat variabel yang diikutsertakan kedalam model.
Sifat data yang digunakan dalam analisis. Pada penelitian dengan menggunakan data runtun waktu, kemungkinan asumsi itu mungkin benar.
Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya
heteroskedastisitas (Agus Widarjono, 2005:147-161), yaitu sebagai berikut :
1) Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :
Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau
Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka
pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
2) Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan
keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai
taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).
3) Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran
absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk,
diantaranya:
4) Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien
korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi
heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :
d1 = perbedaan setiap pasangan rank
n = jumlah pasangan rank
5) Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara
meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat
dan perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2 hitung dan χ2tabel, apabila χ2hitung> χ2
tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2
hitung < χ2tabel
maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak.
Dalam metode White selain menggunakan nilai χ2hitung, untuk memutuskan
apakah data terkena heteroskedasitas, dapat digunakan nilai probabilitas
Chi Squares yang merupakan nilai probabilitas uji White. Jika probabilitas
Chi Squares <α, berarti Ho ditolak jika probabilitas Chi Squares >α,
berarti Ho diterima.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Uji White dengan bantuan
program komputer SPSS Versi 17.0 for Windows. Dilakukan pengujian dengan
kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel
bebas.
1.8. Pengujian Hipotesis
1.8.1.Pengujian Secara Parsial (Uji t )
Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis:
Ho : masing- masing variabel Xi secara parsial tidak berpengaruh terhadap
variabel Y, dimana i = X1, X2, X3, X4.
Hi : masing-masing variabel Xi secara parsial berpengaruh terhadap variabel
Y, dimana i = X1, X2, X3, X4.
Untuk menguji rumusan hipotesis diatas digunakan uji t dengan rumus:
t =
Menurut Gujarati (2001, hlm. 98) dijelaskan bahwa koefisien determinasi
(R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan
variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi
sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau
presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel
bebas X.
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana perubahan variabel
terikat dijelaskan oleh variabel bebasnya, untuk menguji hal ini digunakan rumus
koefisien determinasi sebagai berikut: menurut Agus Winarjono (2005, hlm. 39)
R2 = �
Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model
Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Diversifikasi produk pengusaha batik di cirebon berada pada kategori
sedang dengan kelas interval 3-4 kemudian dengan jumlah responden
terbanyak sebesar 56 orang dan presentase sebesar 51,38%.
2. Persaingan pengusaha batik di cirebon berada pada kategori sedang
dengan kelas interval 25,67 ≤ X < 40,33 kemudian dengan jumlah
responden terbanyak sebesar 76 orang dan presentase sebesar 69,72%.
3. Pendapatan pengusaha batik di cirebon berada pada kategori rendah
dengan kelas interval 185–1227 (dalam ratusan ribu rupiah) kemudian
dengan jumlah responden terbanyak sebesar 51 orang dan presentase
sebesar 46,79%.
4. Diversifikasi produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan pengusaha batik di Cirebon artinya semakin tinggi
diversifikasi produk maka pendapatan pengusaha batik di cirebon akan
semakin tinggi.
5. Persaingan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan
pengusaha batik di Cirebon artinya semakin tinggi persaingan maka
pendapatan pengusaha batik di cirebon akan semakin rendah.
5.2 Saran
Setelah mendapatkan hasil penelitian dan menarik kesimpulan, penulis
memiliki beberapa saran diantaranya sebagai berikut :
1. Pengusaha sebaiknya dapat menerapkan diversifikasi produk secara
keseluruhan pengusaha yang ada di Cirebon oleh karena itu pengusaha
harus terus meniningkatkan tingkat inovasi dalam menciptakan bentuk
produk turunan yang baru dan mampu berkreasi dalam membuat produk
baru selain yang sudah ada. Dalam pelaksanaan hal-hal seperti
berani dalam mengambil resiko dan para pengusaha perlu meningkatkan
kemampuannya dalam bidang pengetahuan dan keterampilan serta
wawasan dengan cara mempelajari buku-buku, internet, menghadiri
seminar kewirausahaan dan menghadiri pameran batik dalam skala
nasional maupun internasional. Sehingga dapat memperkaya pengetahuan
dan pengalaman pengusaha dalam rangka memperkenalkan produk
batiknya yang diharapkan dapat mempertahankan dan mengembangkan
usahanya.
2. Para pengusaha batik di Cirebon sudah memiliki kemampuan manajemen
usahanya yang baik, karena dalam menjalankan usahanya para pengusaha
telah memiliki pengalaman yang lama dalam menjalankan usaha batiknya
dan pula untuk menerapkan aspek Human skill, Conceptual skill, dan
Technical skill para pengusaha sudah mendapatkan ilmu dari jenjang
pendidikan dan juga mendapatkan ilmu dari pengalaman orang tuanya
karena usaha batik di Cirebon merupakan usaha turun menurun. Oleh
karena itu para pengusaha harus terus meningkatkan kemampuan
manajemennya untuk bisa bertahan dalam persaingan yang sangat besar
dan juga untuk mempertahankan pendapatan dalam menjalankan
usahanya.
3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel
independen (variabel bebas) yang tentunya dapat mempengaruhi variabel
dependen (variabel terikat) yaitu pendapatan. Diantaranya modal kerja,
pengalaman usaha, differensiasi, lokasi usaha, efisiensi, keterampilan
pekerja, kemampuan manajerial, pengadaan bahan baku, dan kualitas
Alma, Buchori. (2003). Pengantar Bisnis. Bandung: CV Alfabeta
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Case and Fair. (2007). Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta: Erlangga.
Gujarati, Damodar. (1978). Ekonometrika Dasar, Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama
Gujarati, Damodar. (2001). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Hasibuan, Nurmansjah. (1991). Ekonomi Industri Persaingan, Monopoli, dan
Regulasi. Jakarta : LP3ES.
Henry Faisal Noor. (2007). Ekonomi Manajerial. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga
Iskandar Putong. (2010). Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra
Wacana Media
Kotler, Philip. (1997). Manajemen Pemasaran (Analisis Perencanaan,
Implementasi, dan Pengendalian). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Riduwan, Engkos Ahmad Kuncoro. (2013). Cara Menggunakan dan memakai
Path Analysis. Bandung:Alfabeta.
Rohmana, Yana. (2013). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan E-views.
Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi UPI.
Rumelt, R.P., 1974. Strategy, Structure and Economics Performance, Division of
Research, Boston, MA: Harvard Business School.
Samuelson, P.A. & W. D. Nordhaus. (1996). Mikro Ekonomi Edisi Keempatbelas.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono. (2009). Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Singarimbun, M. dan Sofyan, E. (1995). Metode Penelitian Survei Edisi Revisi.
Yogyakarta: LP3ES.
Widarjono, Agus. (2005). Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan
Bisnis. Yogyakarta: EKONISIA FE UII.
Jurnal
Ananda Feria Moersid. 2013. Re-invensi Batik dan Identitas Indonesia Dalam
Arena Pasar Global. Vol 1 No. 2 Juli-Agustus 2013. No. ISSN 2337-6686.
No. ISSN-L 2338-3321
Berger, P.G. dan E. Ofek, 1995, "Diversification's Effect on Firm Value," Journal
of Financial Economics 37(1), 39-65.
Pajar Hatma Indra Jaya’. 2013. Kebijakan dan Pengembangan Masyarakat:Kisah Berkembangnya Batik Bantul.Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 2013
Widya. 2011.Strategi Meningkatkan Kualitas Produk Untuk Menang Dalam
Kompetisi. Vol 10 No.3. April 2011.A.R.S Pakahan. 2012
Zulkifli. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan
Seorang Wirausaha Dihubungkan Dengan Pemilihan Bidang Usaha.
Jurnal Ekonomi. 3:28-33
Skripsi
Deden Ahmad Daenuri (2014). Pengaruh Persaingan dan Perilaku Kewirausahaan
Terhadap Profitabilitas (Suatu Kasus Pada Industri Bola Sepak di
Kecamatan Parakansalak Kabupaten Sukabumi).
Malau, Presstija. (2009). Pengaruh Diversifikasi Produk dan Lingkungan
Persaingan Terhadap Laba Pedagang Buku di Palasari .(Skripsi).
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Rahdwi Hatminingsih. (2007). Pengaruh Persaingan, Harga Jual dan
Minuman Di Kota Bandung. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung.
Yuliani Dwie Astiti. (2013). Pengaruh Lingkungan Persaingan dan Differensiasi
Terhadap Pendapatan (Kasus pada Produsen Yogurt di Desa Jelegong
Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung). (Skripsi). Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Sumber Internet www.bps.go.id
www.google.com