• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Disusun Oleh :

DIMAS ADITHIA RAMDHAN NIM. 1105110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

(2)

CIREBON

Oleh

Dimas Adithia Ramdhan

Sebuah skripsi yang digunakan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Dimas Adithia Ramdhan 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian

(3)

PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP

PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing

Dr. Ikaputera Waspada, M.M

NIP. 19610420 198703 1 002

Mengetahui:

Ketua Departemen Pendidikan Ekonomi

Dr. Hj. Neti Budiwati, M.Si.

(4)

Dimas Adithia Ramdhan, 2015

Dimas Adithia Ramdhan (1105110). PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK

DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON, dibawah bimbingan Dr. Ikaputera Waspada, M.M.

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Diversifikasi Produk dan Persaingan terhadap

Pendapatan Pengusaha Batik di Cirebon”. Cirebon merupakan kota penghasil batik khas Cirebon yang merupakan warisan turun menurun dari Sunan Gunung Jati hingga saat ini. Batik merupakan kerajinan yang mempunyai nilai seni tinggi dan telah menjadi warisan dari budaya Indonesia khususnya daerah Cirebon. Penetapan batik sebagai warisan budaya asli Indonesia oleh UNESCO membuat masyarakat Indonesia mulai tertarik kembali untuk mengenakan pakaian batik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh diversifikasi produk dan persaingan terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon. Pada saat ini jumlah pengusaha setiap tahunnya terus bertambah, ini yang membuat peneliti termotivasi ingin mengetahui apakah tiap pengusaha sudah melakukan diversifikasi produk dan seberapa tinggi tingkat persaingan yang ada diantara pengusaha batik di Cirebon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survey eksplanatory. Sampel dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 109 pengusaha dari total populasi sebanyak 150 pengusaha. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu proporsional random sampling sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Adapun hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa diversifikasi produk berpengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon dan persaingan berpengaruh negatif terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon.

(5)

Dimas Adithia Ramdhan, 2015

Dimas Adithia Ramdhan (110511). EFFECT OF DIVERSIFIED PRODUCTS AND COMPETITION ON INCOME ENTREPRENEURS IN BATIK CIREBON, under the guidance of Dr. Ikaputera Waspada, M.M.

The study entitled "the effect of diversified products and competition against Income in Cirebon Batik". Cirebon is a town of Cirebon batik producing heritage down declined from Sunan Gunung Jati until now. Batik is a craft that have high art value and has become a cultural heritage of Indonesia in particular areas. Determination of batik as Indonesia's original cultural heritage by UNESCO to make Indonesia society began to gravitate back to wear batik clothes. This research aims to know the influence of product diversification and competition against the income of the batik in Cirebon. At the moment the number of entrepreneurs keeps growing every year, which makes the researchers are motivated to want to find out if each entrepreneur is already diversifying products and how high the level of competition that exists among the batik in Cirebon. The methods used in this study i.e., survey eksplanatory. The sample in this study amounted to as much as 109 entrepreneurs out of a total population of 150 entrepreneurs. The technique of sampling in this study i.e. proportional random sampling data analysis techniques while using a multiple linear regression analysis. As for the results in this study indicates that diversifies the positive effect against products batik in Cirebon revenue and competition effect negatively to earnings in Cirebon batik.

(6)

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.

BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.2. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.3.1. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.4. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.4.1. Secara Teoritis ... Error! Bookmark not defined.

1.4.2. Secara Praktis ... Error! Bookmark not defined.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

2.1. Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1. Konsep Pendapatan ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2. Konsep Diversifikasi Produk ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2.1. Pengertian Diversifikasi ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2.2. Jenis-Jenis Diversifikasi ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2.3. Fungsi Diversifikasi Produk ... Error! Bookmark not defined.

2.1.3. Konsep Persaingan ... Error! Bookmark not defined.

2.1.3.1. Pengertian Persaingan ... Error! Bookmark not defined.

2.1.3.2. Tingkatan Persaingan ... Error! Bookmark not defined.

2.1.3.3. Indikator Persaingan ... Error! Bookmark not defined.

(7)

defined.

2.1.6. Kajian Empirik Penelitian Terdahulu... Error! Bookmark not defined.

2.2. Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined.

2.3. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

BAB IIIMETODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

3.1. Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2. Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.3. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.3.1. Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.

3.3.1.1. Populasi ... Error! Bookmark not defined.

3.4. Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not defined.

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

3.6. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

3.6.1. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

3.7. Pengujian Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.7.1. Uji Validitas Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

3.7.2. Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined.

3.7.3. Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined.

3.7.3.1. Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.

3.7.3.2. Uji Multikolinearitas ... Error! Bookmark not defined.

3.7.3.3. Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity) .... Error! Bookmark not defined.

3.8. Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

3.8.1. Pengujian Secara Parsial (Uji t ) ... Error! Bookmark not defined.

3.8.2. Koefisien Determinasi ... Error! Bookmark not defined.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

4.1. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Error! Bookmark not defined.

4.1.1.1. Letak Geografis Kota Cirebon... Error! Bookmark not defined.

4.1.1.2. Letak Geografis Kabupaten Cirebon ... Error! Bookmark not defined.

(8)

4.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Error! Bookmark not defined.

4.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Formal .. Error! Bookmark not defined.

4.1.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha .. Error! Bookmark not defined.

4.2. Gambaran Umum Variabel Penelitian... Error! Bookmark not defined.

4.2.1. Gambaran Umum Diversifikasi Produk ... Error! Bookmark not defined.

4.2.2. Gambaran Umum Variabel Persaingan ... Error! Bookmark not defined.

4.3. Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.

4.4. Hasil Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined.

4.4.1. Hasil Uji Mutikolinieritas ... Error! Bookmark not defined.

4.4.2. Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity) ... Error! Bookmark not defined.

4.5. Model Koefisien Regresi Variabel Diversifikasi Produk (X1) dan

Persaingan (X2) terhadap Pendapatan (Y) ... Error! Bookmark not defined.

4.6. Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

4.6.1. Pengujian Secara Parsial (Uji t) ... Error! Bookmark not defined.

4.6.2. Koefisien Determinasi (R Square) ... Error! Bookmark not defined.

4.7. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.7.1. Pengaruh Diversifikasi Produk Terhadap Pendapatan ... Error! Bookmark not defined.

4.7.2. Pengaruh Persaingan Terhadap Pendapatan... Error! Bookmark not defined.

BAB VPENUTUP ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

(9)

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Banyak kota di Indonesia yang memproduksi batik dan tiap kota memiliki

ciri tersendiri akan batik yang diproduksinya, seperti di Solo, Yogyakarta,

Cirebon dan kota lainnya. Dengan diterapkannya Undang-undang Otonomi

Daerah, maka setiap daerah bisa mengembangkan potensi yang dimiliki daerah

tersebut, salah satunya adalah produk unggulan. Produk unggulan sangat penting,

sebab dapat dijadikan sebagai ciri khas suatu daerah dan juga bisa menambah

pendapatan (income) pemerintah daerah maupun masyarakat. Oleh sebab itu,

produk-produk yang dihasilkan harus mempunyai daya saing yang tinggi, agar

bisa memperoleh pangsa pasar yang besar. Salah satu penghasil produk unggulan

yang eksistensinya perlu dikembangkan dengan cara pembinaan yang lebih serius

dan diharapkan instansi-instansi yang terkait turut berperan dalam proses

pembinaan industri kecil terutama industri rumah tangga.

Batik Khas Cirebon yang merupakan salah satu dari empat sentra industri

batik di Jawa Barat yang masih ada hingga sekarang. Tiga sentra industri batik

lainnya adalah Indramayu, Tasikmalaya, dan Garut. Meskipun demikian, Cirebon

merupakan sentra batik tertua yang memberikan pengaruh terhadap ragam pola

batik di sentra-sentra industri batik lain di Jawa Barat. Motif batik Cirebon yang

paling terkenal dan menjadi ikon Cirebon adalah motif Megamendung. Motif ini

melambangkan awan pembawa hujan sebagai lambang kesuburan dan pemberi

kehidupan. Sejarah motif ini berkaitan dengan sejarah kedatangan bangsa Cina di

Cirebon, yaitu Sunan Gunung Jati yang menikah dengan wanita Tionghoa

bernama Ong Tie. Motif ini memiliki gradasi warna yang sangat bagus dengan

proses pewarnaan yang dilakukan sebanyak lebih dari tiga kali.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, di Cirebon memiliki produk

unggulan yang paling khas yaitu berupa batik. Usaha batik merupakan usaha yang

(10)

jauh penulis akan memaparkan sejarah-sejarah dari batik Cirebon, munculnya

kegiatan membatik di Cirebon karena peranan Ki Gede Trusmi. Beliau merupakan

pengikut setia Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam

salah satunya dengan kegiatan membatik dan dilakukannya di daerah Trusmi

sejak zaman dahulu hingga kini. Sejak zaman dahulu kegiatan membatik selain

bertujuan untuk menyebarkan agama Islam, membatik juga dijadikan sebagai

sumber pendapatan di Cirebon. Terdapat kekhasan motif pada pada batik Cirebon,

diantaranya motif batik keraton, motif batik megamendung, motif batik sawat

pengantin, motif batik paksinaga liman, motif batik patran keris, motif batik singa

payung, motif batik singa barong, motif batik kompeni/kompenian, motif batik

patran kangkung, batik singa wadas, motif batik kilingan, motif batik banjar

balong, motif batik ayam alas, motif batik katewono, motif batik gunung giwur,

motif batik simbar menjangan, dan motif batik simbar kendo.

Perkembangan industri batik masih memerlukan bantuan dari pemerintah

agar perkembangannya bisa terus maju dan bisa lebih besar, karena

bagaimananpun juga ciri khas dari Cirebon adalah produk unggulan berupa batik.

Perkembangan industri batik tersebut mendorong peneliti untuk mengetahui lebih

mendalam bagaimana diversifikasi diterapkan dalam industri batik sebagai produk

unggulan daerah. Dalam penelitian ini dilakukan di beberapa usaha batik yang ada

di Cirebon (daerah Trusmi dan sekitarnya). Batik merupakan kerajinan yang

mempunyai nilai seni tinggi dan telah menjadi warisan dari budaya Indonesia

khususnya daerah Cirebon. Penetapan batik sebagai warisan budaya asli

Indonesia oleh UNESCO membuat masyarakat Indonesia mulai tertarik kembali

untuk mengenakan pakaian batik. Hal ini, membuat persaingan semakin ketat

dikalangan produsen untuk menciptakan model, desain serta motif batik yang

dapat membuat konsumen puas. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan

sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang

berbeda. Selain itu konsumen berasal dari beberapa segmen, sehingga apa

yang diinginkan dan dibutuhkan juga berbeda.

Dari hasil penelitian yang ada di lapangan, ditemukan bahwa batik terbagi

(11)

1. Batik Tulis yaitu batik yang dibuatnya masih dengan tangan-tangan

para pengrajin batik yang sudah berpengalaman dengan cara ditulis

menggunakan canting untuk membuat batik dan biasanya keahlian

membatik ini merupakan warisan turun menurun terutama di Cirebon.

Dan batik tulis ini biasanya memakan waktu yang cukup lama untuk

menjadi kain batik itu sendiri.

2. Batik Cap yaitu batik yang dibuatnya dengan menggunakan cetakan

atau cap yang dikerjakan secara manual dengan tangan-tangan pekerja.

Dalam proses pengerjaannya batik cap ini sudah diberikan arahan dan

target bahan kain jadi per satu harinya.

3. Batik Printing yaitu batik yang dibuatnya dengan menggunakan mesin

cetak batik yang sebelumnya sudah terdapat design yang ingin dibuat

dan cara ini lebih praktis namun untuk biaya pembuatannya lebih besar

oleh karena itu pengusaha batik printing mencetak batiknya dengan

skala besar agar biaya produksinya seimbang sesuai dengan hasilnya.

Penelitian ini lebih memfokuskan pada pengusaha batik di Cirebon

khususnya daerah Trusmi dan sekitarnya. Sejauh ini volume batik di Cirebon yang

tidak terjual, terbilang jarang dan belum sampai dinilai merugikan bagi para

pengusahanya. Hal ini dikarenakan pembuatan batik pada satu hari semua produk

batik yang dibuat (baik batik tulis, batik cap maupun batik printing) harus terjual,

namun apabila tidak semua terjual bisa mendistribusikannya ke beberapa

toko-toko batik yang ada disekitar maupun yang ada diluar kota, walaupun bayaran dari

batik yang di distribusikan tidak langsung hari itu dibayarkan. Namun, seiring

dengan semakin bertambahnya pengusaha batik tersebut, beberapa pengusaha

berharap mereka bisa juga menciptakan produk turunan dari batiknya yang tidak

hanya dijual berupa kain batik saja atau hanya produk sejenis saja, namun bisa

berupa jenis-jenis produk lain, seperti kemeja, celana, jas, mukena, kerudung,

kebaya, macam-macam model baju wanita, dan lain-lain. Kemudian pengusaha

yang menciptakan produk sendiri dengan pembuat kain batik atau pengrajin kain

batik tersebut bisa menciptakan motif-motif baru dan berbagai macam produk

agar minat dari konsumen untuk membeli kain batik atau produk olahan dari kain

(12)

Pemerintah megupayakan agar para pengusaha batik di Cirebon

melakukan diversifikasi produk batik untuk membuat beberapa inovasi motif dan

produk baru dari bahan dasar kain batik tersebut, diantaranya yang sudah

disebutkan diatas tadi. Jumlah pengusaha batik di Cirebon saat ini yang terdata

sudah mencapai kurang lebih 150 pengusaha batik (data diperoleh dari penelitian).

Pelaku usaha batik tersebar di Desa Panembahan, Desa Kalitengah, Desa Trusmi

dan beberapa daerah di Cirebon. Beberapa data yang saya tanyakan di Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, ada beberapa langkah yang

akan di tempuh pemerintah guna berkembang lebih besar lagi industri batik di

Cirebon, diantaranya yaitu:

1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada pemilik home industri

batik melalui pelatihan manajemen dan bimbingan strategi pemasaran.

2. Pemberian bantuan fasilitas, yaitu sebagai fasilitator untuk meminjam

modal ke bank dan juga memberikan bantuan peralatan.

3. Melakukan promosi produk unggulan melalui pameran produk

unggulan dan pemasangan baliho di pinggir jalan.

4. Melalui pengembangan produk unggulan dengan cara melakukan

diversifikasi produk batik dan juga penumbuhan sentra-sentra baru

industri batik.

(Data diperoleh dari Disperindag Kabupaten Cirebon)

Dengan persaingan diantara pengusaha batik yang tiap tahun bermunculan

pengusaha-pengusaha baru, maka pemerintah menyarankan agar adanya

diversifikasi produk dengan tujuan tidak adanya penurunan pendapatan yang

besar dan kain batik yang banyak dihasilkan tiap harinya dapat diolah menjadi

beberapa jenis pakaian agar peminat tidak bosan dengan kain batik saja dengan

adanya ciri khas model dan motif tiap pengusaha atau toko batik. Dengan adanya

diversifikasi produk diharapkan pendapatan pengusaha batik tidak ada penurunan

yang besar.

Pendapatan memang menjadi tujuan utama seorang pengusaha dari sebuah

usaha. Setiap pengusaha pasti menginginkan pendapatan yang besar dan

keuntungan yang besar, begitupun halnya dengan pengusaha batik. Suatu

(13)

kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan begitu maka produk dapat bersaing

di pasaran. Kondisi di lapangan terkadang membuat pendapatan para pengusaha

batik mengalami keuntungan yang besar, ataupun sebaliknya kerugian yang besar

juga. Banyak hal yang mempengaruhi naik turunnya pendapatan pengusaha batik,

salah satunya adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan pendapatan tiap

pengusaha berbeda tiap bulannya, yaitu:

1. Munculnya pengusaha-pengusaha baru ataupun toko-toko baru dengan

pengusaha yang sebelumnya sudah memiliki toko batik.

2. Persaingan tiap toko tergantung besar atau banyaknya toko yang

dimiliki oleh tiap pengusaha batik, karena dengan besarnya toko maka

produk batik yang di produksi akan semakin banyak dan semakin

banyak toko yang dimiliki oleh seorang pengusaha maka persaingan

akan terasa mudah, oleh karena itu pengusaha yang baru memulai

usahanya menjual batik akan terasa berat bersaing dengan pengusaha

yang besar.

3. Tiap toko memiliki pelanggannya sendiri, yang biasanya pelanggan ini

memesan dalam jumlah yang banyak kecuali batik tulis karena sulit

dalam pembuatan dan pengolahannya menjadi produk jadi yang juga

memiliki harga yang relatif mahal.

Dalam menjual produk batik baik itu berupa kain batik maupun produk

olahan jadi, pengusaha menawarkan harga yang bervariasi kepada para

konsumennya dengan kualitas batik itu sendiri. Dalam produk batik yang

menentukan harga adalah bagaimana cara batik itu dikerjakan dan berapa lama

batik itu diolah menjadi kain batik siap jual. Jadi semakin tinggi tingkat kesulitan

pengolahan batik, maka akan semakin mahal harga kain batik itu sendiri dan juga

semakin lama proses pengerjaan kain batik maka akan semakin mahal pula harga

kain batik itu sendiri karena akan besar biaya yang dikeluarkan untuk menggaji

para pembuat atau pengrajin batik. Menurut Tjiptono (dalam Rahdwi

Hatminingsih, 2007; hlm. 7) harga adalah jumlah uang (satuan moneter) dan/atau

aspek lain (non moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu yang

diperlukan untuk mendapatkan suatu produk. Menurut Ferdinand (dalam Rahdwi

(14)

pemasaran yang memberikan pendapatan bagi organisasi. Keputusan mengenai

harga tidaklah mudah dilakukan. Disatu sisi, harga yang terlalu mahal dapat

meningkatkan keuntungan jangka pendek, tetapi disisi lain akan sulit di jangkau

konsumen, sedangkan harga yang rendah atau harga yang terjangkau menjadi

pemicu untuk meningkatkan kinerja pemasaran. Namun harga juga dapat

menjadi indikator kualitas dimana suatu produk dengan kualitas tinggi akan

berani dipatok dengan harga yang tinggi pula. Harga dapat mempengaruhi

konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan pembelian suatu

produk.

Sebelum meneliti lebih jauh apakah ada faktor-faktor lain yang

berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha batik, penulis akan menunjukan data

untuk mendukung penelitian dan memperkuat masalah yang diteliti, penulis

melakukan wawancara dengan beberapa pengusaha batik yang ada di Cirebon,

Berdasarkan survey di lapangan terdapat 150 orang pengusaha batik yang ada di

Cirebon dan saya hanya mengambil data pendapatan dari jumlah sampel sebanyak

109 orang pengusaha batik di Cirebon dalam penelitian. Berikut data dari

penelitian saya yang sudah diolah menjadi satuan % (persen) dan data pendapatan

di bawah ini saya sudah pangkas menjadi 20 responden. Berikut data pendaptan

dari 20 responden terdapat dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Pendapatan Pengusaha Batik Di Cirebon

NO Nama

Pendapatan

Maret April % Mei % Juni % Juli % Agustus %

Dalam Ratusan Ribu Rupiah

1 T 180 200 11.11 170 -15.00 165 -2.94 170 3.03 160 -5.88

2 R 190 195 2.63 180 -7.69 180 0.00 195 8.33 180 -7.69

3 R 1650 1700 3.03 1680 -1.18 1550 -7.74 1650 6.45 1650 0.00

4 A 135 150 11.11 125 -16.67 140 12.00 150 7.14 140 -6.67

5 I 210 220 4.76 220 0.00 210 -4.55 220 4.76 200 -9.09

(15)

7 A 1200 1655 37.92 1300 -21.45 1780 36.92 1450 -18.54 1525 5.17

8 A 1150 1324 15.13 1236 -6.65 1290 4.37 1565 21.32 1395 -10.86

9 A 1800 2300 27.78 1950 -15.22 2005 2.82 2100 4.74 2040 -2.86

10 A 200 234 17.00 193 -17.52 155 -19.69 185 19.35 200 8.11

11 R 294 395 34.35 280 -29.11 290 3.57 335 15.52 340 1.49

12 O 1655 1703 2.90 1500 -11.92 1505 0.33 1505 0.00 1600 6.31

13 R 1300 1500 15.38 1208 -19.47 1400 15.89 1540 10.00 1400 -9.09

14 A 431 425 -1.39 450 5.88 410 -8.89 435 6.10 424 -2.53

15 K 365 384 5.21 368 -4.17 350 -4.89 353 0.86 329 -6.80

16 A 2200 2800 27.27 2500 -10.71 1980 -20.80 2115 6.82 2070 -2.13

17 S 150 190 26.67 237 24.74 190 -19.83 196 3.16 169 -13.78

18 D 179 213 18.99 215 0.94 205 -4.65 210 2.44 193 -8.10

19 M 1180 1530 29.66 1817 18.76 2326 28.01 2377 2.19 2315 -2.61

20 R 2195 2195 0.00 2219 1.09 2184 -1.58 2464 12.82 2180 -11.53

Sumber: Data Penelitian

Berdasarkan tabel 1.1 jumlah pengusaha yang diteliti saat penelitian yaitu

sebanyak 109 orang dari jumlah total 150 orang pengusaha batik yang memiliki

toko batik dengan pemilihan beberapa pengusaha yang berbeda produk batiknya

kemudian saya memangkas data responden dari 109 responden menjadi 20

responden. Hasil dari penelitian yang saya lakukan, pada bulan Juli rata-rata tiap

pengusaha batik mengalami peningkatan pendapatan yang lebih besar

dibandingkan pendapatan di bulan Juni. Saya akan membahas mengapa rata-rata

tiap pengusaha batik memiliki pendapatan yang berbeda-beda yang sekaligus saya

akan menjadikan ini sebuah isue di dalam penelitian saya. Apabila dilihat dari

data dalam tabel 1.1, para pengusaha mendapat pendapatan yang lebih besar

didapatkan di bulan Juli bandingkan bulan Juni, dikarenakan pada bulan Juli

sekolah-sekolah yang memesan batik lebih banyak karena adanya tahun ajaran

(16)

sudah menjadi pelanggan dari pengusaha batik tersebut. Kebanyakan batik yang

di pesan sekolah termasuk ke dalam jenis batik printing. Hal ini disebabkan proses

pengolahan batik printing yang lebih efektif dan efisien guna memenuhi pesanan

terhadap pelanggan itu sendiri disisi lain harga batik printing murah dan proses

pembuatannya cepat, maka pihak sekolah saat ini banyak memilih batik printing

dibandingkan batik cap dikarenakan pihak sekolah tidak memiliki dana yang besar

untuk memesan dan membuat seragam sekolah dengan menggunakan batik tulis

maupun batik cap yang harga batik tulis atau batik cap sendiri tergolong lebih

mahal dan pihak sekolah pun harus membeli batik untuk membuat seragamnya

dalam jumlah yang banyak dan waktu yang cepat.

Isue atau permasalahan yang pertama dalam penelitian ini adalah tentang

diversifikasi produk, mengapa pengusaha batik no. 7 dengan inisial “A” memiliki

peningkatan pendapatan yang lebih besar dibandingkan pengusaha batik lainnya.

Dan pengusaha no. 11 dengan inisial “R” memiliki penurunan pendapatan yang

lebih besar diantara pengusaha lainnya. Kemudian saya menjadikan permasalahan

diatas mendorong saya untuk meneliti sejauh mana pengaruh diversifikasi produk

dan persaingan terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon.Setelah saya

lakukan survey pada pengusaha batik no. 7 dengan inisial “A” mengatakan, ini

dikarenakan pengusaha batik memiliki pelanggan dan pembeli yang tetap.

Pengusaha menjual batik di tokonya sendiri dan pengusaha juga menjual

produknya untuk butik-butik yang ada di Jakarta, terutama sebagian besar

pelanggan dari pengusaha batik no. 7 hanya mengambil dari produk batik tulis

yang lebih mahal harganya dan pembelian produk batik tulis tergantung dari

pemesanan yang diminta di butik-butik yang sudah menjadi pelanggan dari

pengusaha batik tersebut. Alasan pengusaha no. 7 memiliki tingkat pendapatan

yang lebih tinggi karena pengusaha ini sudah menerapkan diversifikasi produk

yang sebagian contoh produk jadinya seperti kemeja dengan berbagai design,

mukena dengan motif dari batik tulis yang bermacam-macam jenisnya, sandal

bermotif batik, celana bermotif batik, jas bermotif batik dipadukan dengan bahan

selain batik, sepatu bermotif batik dan produk lainnya. Kemudian pengusaha no. 7

(17)

menjadikan pengusaha batik no. 7 mengalami peningkatan pendapatan lebih besar

diantara pengusaha lainnya.

Kemudian pengusaha batik no. 11 mengapa memiliki penurunan

pendapatan yang lebih besar diantara pengusaha lainnya, hal ini dikarenakan

pengusaha batik no. 11 hanya memasarkan produknya di toko-toko yang dimiliki

oleh pengusaha batik tersebut ataupun ke toko-toko lainnya yang sudah menjadi

pelanggan dari pengusaha batik tersebut dan pengusaha ini tidak memiliki

pengetahuan tentang diversifikasi produk. Pengusaha ini hanya membuat produk

batik kemeja saja dengan berbagai motif dan design namun kebanyakan dari

produk kemeja yang dihasilkan pengusaha no. 11 ini termasuk kedalam jenis batik

cap dan printing yang murah harganya. Apabila kita melihat perbandingan harga

antara batik tulis, batik cap dan batik printing, harga yang tertinggi tentu terdapat

pada jenis batik tulis. Namun pembeli dan pelanggan dari batik tulis merupakan

kelas menengah hingga kelas atas, oleh karena itu pembelian batik tulis sangat

jarang karena harganya yang tinggi. Kemudian harga dari batik cap tergolong

cukup murah karena dipasarkannya di toko-toko di dalam Cirebon maupun di luar

Cirebon. Namun untuk kualitas batik cap sendiri kurang bagus dibandingkan batik

printing dan dalam proses pengerjaan batik cap memakan waktu yang cukup lama

karena masih menggunakan teknik manual, kemudian tenaga dan biaya yang lebih

besar dibandingkan proses pengerjaan batik printing yang lebih efektif dan efisien

pengerjaannya karena sudah memiliki teknologi yang modern dengan mesin

printing khusus kain batik dalam pengolahan produk batiknya.

Isue atau permasalahan yang kedua yaitu tentang persaingan, dikarenakan

batik tulis merupakan batik yang lebih mahal dibandingkan dengan batik cap dan

batik printing. Namun harga batik cap saat ini lebih mahal dibandingkan batik

printing, hal ini disebabkan mengenai kendala waktu pengerjaan yang lebih lama,

tenaga yang dipergunakan lebih banyak dan dana yang dikeluarkan lebih banyak

pula. Berbeda halnya dengan batik printing yang proses pembuatannya lebih

efektif dan efisien. Pengusaha yang tergolong ke dalam pengusaha yang besar

pasti menjual dari semua jenis batik dan menjual produk batik dengan bermacam

pilihan yang ditawarkan kepada konsumen seperti kemeja, mukena, sepatu,

(18)

baru. Karena pengusaha baru hanya menjual produk batik dalam bentuk kemeja

saja, atau mukena saja atau produk lainnya.

Dari kedua isue atau permasalahan di atas secara tidak langsung batik tulis

merupakan barang yang mewah yang sulit untuk di beli dengan jumlah yang

banyak dan juga susah untuk di kreasikan, karena 1 meter kain batik tulis saja

berharga Rp. 500.000,00 sampai dengan Rp. 5.000.000,00 sesuai tingkat kesulitan

dan lama proses pengerjaannya. Berbeda pula dengan batik cap, mereka memiliki

kendala yang hampir sama dengan pengusaha batik tulis namun memiliki harga

yang lebih murah dibandingkan batik tulis. Kemudian pengusaha batik printing

yang proses pengerjaannya lebih cepat dan lebih murah dibandingkan dengan

batik tulis. Dengan adanya permasalahan yang saya temukan di lapangan maka

saya tertarik dalam penelitian saya ini, penulis akan menggunakan variabel

diversifikasi produk dan persaingan sebagai faktor yang mempengaruhi

pendapatan pengusaha batik di Cirebon. Dengan peminat yang tinggi pada model

batik printing dan cap yang waktu dalam pembuatannya lebih cepat. Namun

hanya sedikit saja pengusaha batik printing yang ada di Cirebon, karena

terkendala dengan harga mesin printingnya yang mahal. Berbeda dengan

pengusaha batik cap dan tulis yang masih manual dalam pembuatannya namun

dalam proses pembuatannya memakan waktu yang cukup lama, sehingga harga

tiap kain dan pakaian yang sudah jadi, sesuai dengan proses pembuatannya yang

akan memunculkan harga bervariasi.

Berdasarkan permasalahan, fakta dan data di atas, maka judul penelitian yang akan penulis angkat adalah: “Pengaruh Diversifikasi Produk Dan Persaingan Terhadap Pendapatan Pengusaha Batik Di Cirebon”.

1.2.Rumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang masalah, di atas dapat dirumuskan

beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran diversifikasi produk, persaingan dan pendapatan

pengusaha batik di Cirebon?

2. Bagaimana pengaruh diversifikasi produk terhadap pendapatan pengusaha

(19)

3. Bagaimana pengaruh persaingan terhadap pendapatan pengusaha batik di

Cirebon?

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui gambaran diversifikasi produk, persaingan dan

pendapatan pengusaha batik di Cirebon.

2. Untuk mengetahui pengaruh diversifikasi produk terhadap pendapatan

pengusaha batik di Cirebon.

3. Untuk mengetahui pengaruh persaingan terhadap pendapatan pengusaha

batik di Cirebon.

1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1.Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk

memperkaya khasanah ilmu ekonomi pada umumnya dan ilmu ekonomi mikro

pada khususnya.

1.4.2.Secara Praktis

1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan mengenai ilmu ekonomi mikro

dan mendapatkan pengalaman terjun langsung ke lapangan serta dapat

memberikan informasi, sumber ilmu pengetahuan, dan bahan kepustakaan

atau bahan penelitian bagi penelitian sebelum dan sesudahnya. Dan secara

teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

untuk memperkaya khasanah ilmu ekonomi mikro, khusunya terkait

dengan pendapatan.

2. Bagi pengusaha, dapat dimanfaatkan sebagai acuan atau bahan untuk

kemajuan dan keberhasilan usahanya.

3. Bagi pemerintah, dapat menjadi acuan agar turut serta membantu

perkembangan produk lokal dan termasuk juga produk unggulan agar bisa

(20)

1.1. Objek Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 118), Objek Penelitian adalah

variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika

penelitian. Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.

Dimana diversifikasi produk dan persaingan sebagai variabel bebas, sedangkan

pendapatan sebagai variabel terikat. Variabel-variabel tersebut merupakan objek

dari penelitian ini.

1.2. Subjek Penelitian

Suharsimi Arikunto dalam M. Idrus (2009, hlm. 91) memberikan batasan

subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel

penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Dalam penelitian, subjek

penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian,

itulah data tentang variabel yang penelitian akan diamati. Berdasarkan hal

tersebut, subjek dalam penelitian ini adalah pengusaha batik di Cirebon.

1.3. Metode Penelitian

Pemilihan metode berdasarkan pada identifikasi masalah yang harus

disusun dan dibuktikan dengan penelitian. Metode merupakan suatu cara ilmiah

untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu. Pada penelitian ini metode yang

digunakan adalah metode penelitian survei.

Seperti yang dikemukakan oleh Masri Singarimbun (1995, hlm. 40)

bahwa: “Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu

populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang

pokok.” Pada umumnya yang merupakan unit analisis dalam penelitian survei

adalah individu.

1.3.1.Populasi dan Sampel 1.3.1.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 117)“Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas : objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

(21)

kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh pengusaha batik di Cirebon.

3.3.1.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 118)Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar, dan

peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya

karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi itu.

Menurut Riduwan (2013, hlm. 44), adapun rumus pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Taro Yamane

adalah sebagai berikut :

n = N

N.d2+1

Keterangan :

n : Ukuran sampel keseluruhan

N : Ukuran populasi sampel

d2 : tingkat presisi yang diharapkan

Maka perhitungan menentukan banyaknya sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

n = N

N.d2+1

n = 150

150 × (0,05)2+1

n = 150

150 × 0,0025+1

n = 0,375+15

n = 150

1,375

n = 109,09

n dibulatkan menjadi 109

Berdasarkan hasil perhitungan maka sampel minimal yang digunakan

adalah sebanyak 109 pengusaha batik dari jumlah populasi sebanyak 150

(22)

3.4. Operasionalisasi Variabel

Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dalam penelitian ini terlebih

dahulu setiap variabel didefinisikan, kemudian dijabarkan melalui operasionalisasi

variabel. Hal ini dilakukan agar setiap variabel dan indikator penelitian dapat

diketahui skala pengukurannya secara jelas. Operasionalisasi variabel penelitian

secara rinci diuraikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analisis Skala

(23)
(24)

jumlah

pengusaha,

harga, jumlah

produk dan

kualitas.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk mencari data mengenai

suatu hal atau variabel. Pengumpulan data dengan teknik tertentu sangat

diperlukan dalam analisis anggapan dasar dan hipotesis. Pengumpulan data

diperlukan untuk menguji anggapan dasar dan hipotesis. Untuk mendapatkan data

yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Angket, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui penggunaan

daftar pertanyaan yang telah disusun dan disebar kepada responden yaitu

pengusaha batik agar diperoleh data yang diperlukan.

3.6. Teknik Analisis Data 3.6.1.Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Linear

Berganda (multiple linear regression method). Alat bantu analisis yang digunakan

yaitu dengan menggunakan program komputer SPSS Versi 17.0 for Windows.

Tujuan Analisis Regresi Linear Berganda adalah untuk mempelajari bagaimana

eratnya hubungan antara satu atau beberapa variabel bebas dengan satu variabel

terikat. Yaitu apakah pengaruh diversifikasi produk (X1), dan persaingan (X2)

terhadap pendapatan pengusaha batik di Cirebon (Y).

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun oleh penulis maka

model persamaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = β0+ β1X1+ β2X2 + e

Dimana :

Y = Pendapatan

β0 = Konstanta regresi

(25)

β2 = Koefisien regresi persaingan X1 = Diversifikasi produk batik

X2 = Persaingan

e = Faktor pengganggu

Adapun asumsi yang harus dipenuhi OLS sebagaimana diungkapkan oleh

Gujarati (1978,hlm. 66 – 68) sebagai berikut:

1. Model regresi yang digunakan linier.

2. Data yang didapat tepat, artinya nilai yang didapatkan tetap meskipun

sampling diulang secara teknik. Dengan kata lain dapat dianggap tidak

stokastik untuk data variable independent dan stokastik untuk variable

dependent.

3. Rata-rata dari variabel pengganggu (Disturbance Term Mean) adalah nol,

artinya perubahan variabel terikat tidak akan mempengaruhi disturbance

term mean, dengan kata lain mean dari residual adalah tetap nol.

4. Homoscedastisitas (Homoscedasticity), variabel dari disturbance term

adalah konstan.

5. Tidak terjadinya autokorelasi pada disturbance term.

6. Covariance antara disturbance term dan variabel independent adalah nol.

Asumsi ini otomastis akan terpenuhi jika asumsi dua dan tiga terpenuhi.

7. Jumah data (n) harus lebih besar daripada jumlah variabel.

8. Data harus bervariasi besarnya, secara teknis variance data tidak sama

degan nol.

9. Spesifikasi model sudah tepat.

10.Tidak terjadi multikolinearitas, tidak terjadi korelasi sempurna antar

independent variabel.

3.7. Pengujian Instrumen Penelitian

Skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala likert yang dapat

berupa pernyataan positif dan pernyataan negativ dan Skala Gultman. Adapun

untuk pemberian skor skala likert pernyataan positif dan skor pernyataan negatif

sebagai berikut :

1. Pernyataan positif :

(26)

Setuju/sering/positif diberi skor 4

Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3

Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2

Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1

2. Pernyataan negatif

Sangat setuju/selalu/sangat positif diberi skor 1

Setuju/sering/positif diberi skor 2

Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3

Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 4

Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 5

Pemberian skor skala gultman sebagai berikut :

1. Ya 1

ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu

instrumen”. Adapun rumus korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai

(27)

∑Y² = Jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan

∑XY = Jumlah Perkalian X dan Y

N = Jumlah sampel

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 koefisien korelasi yang

diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi

nilai r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana menyatakan jumlah banyaknya

responden. Dimana :

rhitung > r tabel = Valid

rhitung < r tabel = Tidak valid

Berikut jumlah rincian pernyataan setiap variabel dalam penelitian ini

terdapat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Jumlah Item Angket

No Variabel Jumlah item angket

1 Diversifikasi Produk 5

2 Persaingan 11

Total 16

Sumber:Lampiran 3 (Data diolah)

Tabel 3.3

Uji Validitas Instrumen Penelitian

Variabel No item Rxy r tabel Kriteria

Diversifikasi Produk (X1)

1 0,35 0,18 Valid

2 0,65 0,18 Valid

3 0,40 0,18 Valid

4 0,54 0,18 Valid

5 0,50 0,18 Valid

Persaingan (X2)

1 0,39 0,18 Valid

2 0,56 0,18 Valid

3 0,42 0,18 Valid

4 0,53 0,18 Valid

(28)

6 0,67 0,18 Valid

7 0,73 0,18 Valid

8 0,61 0,18 Valid

9 0,69 0,18 Valid

10 0,72 0,18 Valid

11 0,50 0,18 Valid

Sumber : Lampiran 5 (Data diolah)

Dari tabel 3.3 dapat diketahui bahwa seluruh item pernyataan dari variabel

diversifikasi produk dan persaingan ini dinyatakan valid karena nilai rxy > r tabel.

3.7.2. Uji Reliabilitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2010, hlm. 221) “Reliabilitas menunjuk

pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Berikut rumus alpha dalam Suharsimi Arikunto (2010, hlm. 239) untuk uji

reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini:

� = [� − 1] [1 −� ∑��]

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal

∑σb2

= jumlah varians butir

σ12

= varians total

Berikut hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No Variabel r xy r tabel Keterangan

1 Diversifikasi Produk 0,21 0,18 Reliable

2 Persaingan 0,81 0,18 Reliable

Sumber : Lampiran 5 (Data diolah)

(29)

1.7.3.Uji Asumsi Klasik 1.7.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sifat distribusi data penelitian.

Uji normalitas dilakukan pada data sampel penelitian yang berfungsi untuk

mengetahui apakah sampel yang diambil normal atau tidak dengan menguji

sebaran data yang dianalisis. Pengujiannya menggunakan alat statistik non

parametrik uji Kolmogorov Smirnov dengan kriteria: data dikatakan berdistribusi

normal jika signifikansinya lebih besar dari 0,05 dan data dikatakan tidak

berdistribusi normal jika signifikansinya kurang dari 0,05.

1.7.3.2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi di mana terdapat korelasi variabel bebas

antara satu variabel dengan yang lainnya. Dalam hal ini dapat disebut

variabel-variabel tidak ortogonal. Variabel yang bersifat ortogonal adalah variabel-variabel yang

nilai korelasi antara sesamanya sama dengan nol. Ada beberapa cara untuk

medeteksi keberadaan Multikolinearitas dalam model regresi OLS Gujarati (2001,

hlm. 166) , yaitu:

1) Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi

(biasanya berkisar 0,7 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang

signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas.

2) Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi,

perlu dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya

koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.

3) Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap

Xi terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2 dan F. Jika

nilai Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan

tertentu, maka terdapat multikolinieritas variabel bebas.

4) Regresi Auxiliary. Kita menguji multikolinearitas hanya dengan melihat

hubungan secara individual antara satu variabel independen dengan satu

variabel independen lainnya.

5) Variance inflation factor dan tolerance.

Dalam penelitian ini akan mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas

(30)

Variance inflation factor :

1. Apabila nilai Variance inflation factor lebih kecil dari 10,00 maka

artinya tidak terjadi multikolinieritas

2. Apabila nilai Variance inflation factor lebih besar dari 10,00 maka

artinya terjadi multikolinieritas

Tolerance :

1. Apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka artinya tidak terjadi

multikolinieritas

2. Apabila nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 maka artinya terjadi

multikolinieritas

1.7.3.3. Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity)

Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linier klasik adalah bahwa

varian-varian setiap disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai

variable-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan

δ2

. inilah yang disebut sebagai asumsi heterokedastisitas (Gujarati, 2001:177).

Heteroskedastisitas berarti setiap varian disturbance term yang dibatasi

oleh nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai

konstan yang sama dengan � atau varian yang sama. Uji heteroskedasitas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,maka disebut

homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Keadaan

heteroskedastis tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain :

 Sifat variabel yang diikutsertakan kedalam model.

 Sifat data yang digunakan dalam analisis. Pada penelitian dengan menggunakan data runtun waktu, kemungkinan asumsi itu mungkin benar.

Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya

heteroskedastisitas (Agus Widarjono, 2005:147-161), yaitu sebagai berikut :

1) Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :

 Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau

(31)

 Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka

pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

2) Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan

keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai

taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).

3) Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran

absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk,

diantaranya:

4) Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien

korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi

heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :

d1 = perbedaan setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan rank

5) Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas

dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara

meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat

dan perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2 hitung dan χ2tabel, apabila χ2hitung> χ2

tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2

hitung < χ2tabel

maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak.

Dalam metode White selain menggunakan nilai χ2hitung, untuk memutuskan

apakah data terkena heteroskedasitas, dapat digunakan nilai probabilitas

Chi Squares yang merupakan nilai probabilitas uji White. Jika probabilitas

Chi Squares <α, berarti Ho ditolak jika probabilitas Chi Squares >α,

berarti Ho diterima.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Uji White dengan bantuan

program komputer SPSS Versi 17.0 for Windows. Dilakukan pengujian dengan

(32)

kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel

bebas.

1.8. Pengujian Hipotesis

1.8.1.Pengujian Secara Parsial (Uji t )

Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis:

Ho : masing- masing variabel Xi secara parsial tidak berpengaruh terhadap

variabel Y, dimana i = X1, X2, X3, X4.

Hi : masing-masing variabel Xi secara parsial berpengaruh terhadap variabel

Y, dimana i = X1, X2, X3, X4.

Untuk menguji rumusan hipotesis diatas digunakan uji t dengan rumus:

t =

Menurut Gujarati (2001, hlm. 98) dijelaskan bahwa koefisien determinasi

(R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan

variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi

sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau

presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel

bebas X.

Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana perubahan variabel

terikat dijelaskan oleh variabel bebasnya, untuk menguji hal ini digunakan rumus

koefisien determinasi sebagai berikut: menurut Agus Winarjono (2005, hlm. 39)

R2 = �

 Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model

(33)

Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model

(34)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Diversifikasi produk pengusaha batik di cirebon berada pada kategori

sedang dengan kelas interval 3-4 kemudian dengan jumlah responden

terbanyak sebesar 56 orang dan presentase sebesar 51,38%.

2. Persaingan pengusaha batik di cirebon berada pada kategori sedang

dengan kelas interval 25,67 ≤ X < 40,33 kemudian dengan jumlah

responden terbanyak sebesar 76 orang dan presentase sebesar 69,72%.

3. Pendapatan pengusaha batik di cirebon berada pada kategori rendah

dengan kelas interval 185–1227 (dalam ratusan ribu rupiah) kemudian

dengan jumlah responden terbanyak sebesar 51 orang dan presentase

sebesar 46,79%.

4. Diversifikasi produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pendapatan pengusaha batik di Cirebon artinya semakin tinggi

diversifikasi produk maka pendapatan pengusaha batik di cirebon akan

semakin tinggi.

5. Persaingan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan

pengusaha batik di Cirebon artinya semakin tinggi persaingan maka

pendapatan pengusaha batik di cirebon akan semakin rendah.

5.2 Saran

Setelah mendapatkan hasil penelitian dan menarik kesimpulan, penulis

memiliki beberapa saran diantaranya sebagai berikut :

1. Pengusaha sebaiknya dapat menerapkan diversifikasi produk secara

keseluruhan pengusaha yang ada di Cirebon oleh karena itu pengusaha

harus terus meniningkatkan tingkat inovasi dalam menciptakan bentuk

produk turunan yang baru dan mampu berkreasi dalam membuat produk

baru selain yang sudah ada. Dalam pelaksanaan hal-hal seperti

(35)

berani dalam mengambil resiko dan para pengusaha perlu meningkatkan

kemampuannya dalam bidang pengetahuan dan keterampilan serta

wawasan dengan cara mempelajari buku-buku, internet, menghadiri

seminar kewirausahaan dan menghadiri pameran batik dalam skala

nasional maupun internasional. Sehingga dapat memperkaya pengetahuan

dan pengalaman pengusaha dalam rangka memperkenalkan produk

batiknya yang diharapkan dapat mempertahankan dan mengembangkan

usahanya.

2. Para pengusaha batik di Cirebon sudah memiliki kemampuan manajemen

usahanya yang baik, karena dalam menjalankan usahanya para pengusaha

telah memiliki pengalaman yang lama dalam menjalankan usaha batiknya

dan pula untuk menerapkan aspek Human skill, Conceptual skill, dan

Technical skill para pengusaha sudah mendapatkan ilmu dari jenjang

pendidikan dan juga mendapatkan ilmu dari pengalaman orang tuanya

karena usaha batik di Cirebon merupakan usaha turun menurun. Oleh

karena itu para pengusaha harus terus meningkatkan kemampuan

manajemennya untuk bisa bertahan dalam persaingan yang sangat besar

dan juga untuk mempertahankan pendapatan dalam menjalankan

usahanya.

3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel

independen (variabel bebas) yang tentunya dapat mempengaruhi variabel

dependen (variabel terikat) yaitu pendapatan. Diantaranya modal kerja,

pengalaman usaha, differensiasi, lokasi usaha, efisiensi, keterampilan

pekerja, kemampuan manajerial, pengadaan bahan baku, dan kualitas

(36)

Alma, Buchori. (2003). Pengantar Bisnis. Bandung: CV Alfabeta

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (2006). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Case and Fair. (2007). Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta: Erlangga.

Gujarati, Damodar. (1978). Ekonometrika Dasar, Jakarta: PT. Gelora Aksara

Pratama

Gujarati, Damodar. (2001). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Hasibuan, Nurmansjah. (1991). Ekonomi Industri Persaingan, Monopoli, dan

Regulasi. Jakarta : LP3ES.

Henry Faisal Noor. (2007). Ekonomi Manajerial. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif

dan Kuantitatif. Yogyakarta: Erlangga

Iskandar Putong. (2010). Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra

Wacana Media

Kotler, Philip. (1997). Manajemen Pemasaran (Analisis Perencanaan,

Implementasi, dan Pengendalian). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia

Riduwan, Engkos Ahmad Kuncoro. (2013). Cara Menggunakan dan memakai

Path Analysis. Bandung:Alfabeta.

Rohmana, Yana. (2013). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan E-views.

Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi UPI.

Rumelt, R.P., 1974. Strategy, Structure and Economics Performance, Division of

Research, Boston, MA: Harvard Business School.

Samuelson, P.A. & W. D. Nordhaus. (1996). Mikro Ekonomi Edisi Keempatbelas.

(37)

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. (2009). Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Singarimbun, M. dan Sofyan, E. (1995). Metode Penelitian Survei Edisi Revisi.

Yogyakarta: LP3ES.

Widarjono, Agus. (2005). Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan

Bisnis. Yogyakarta: EKONISIA FE UII.

Jurnal

Ananda Feria Moersid. 2013. Re-invensi Batik dan Identitas Indonesia Dalam

Arena Pasar Global. Vol 1 No. 2 Juli-Agustus 2013. No. ISSN 2337-6686.

No. ISSN-L 2338-3321

Berger, P.G. dan E. Ofek, 1995, "Diversification's Effect on Firm Value," Journal

of Financial Economics 37(1), 39-65.

Pajar Hatma Indra Jaya’. 2013. Kebijakan dan Pengembangan Masyarakat:Kisah Berkembangnya Batik Bantul.Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 2013

Widya. 2011.Strategi Meningkatkan Kualitas Produk Untuk Menang Dalam

Kompetisi. Vol 10 No.3. April 2011.A.R.S Pakahan. 2012

Zulkifli. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan

Seorang Wirausaha Dihubungkan Dengan Pemilihan Bidang Usaha.

Jurnal Ekonomi. 3:28-33

Skripsi

Deden Ahmad Daenuri (2014). Pengaruh Persaingan dan Perilaku Kewirausahaan

Terhadap Profitabilitas (Suatu Kasus Pada Industri Bola Sepak di

Kecamatan Parakansalak Kabupaten Sukabumi).

Malau, Presstija. (2009). Pengaruh Diversifikasi Produk dan Lingkungan

Persaingan Terhadap Laba Pedagang Buku di Palasari .(Skripsi).

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rahdwi Hatminingsih. (2007). Pengaruh Persaingan, Harga Jual dan

(38)

Minuman Di Kota Bandung. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung.

Yuliani Dwie Astiti. (2013). Pengaruh Lingkungan Persaingan dan Differensiasi

Terhadap Pendapatan (Kasus pada Produsen Yogurt di Desa Jelegong

Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung). (Skripsi). Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sumber Internet www.bps.go.id

www.google.com

(39)

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 3.1
Tabel 3.3 Uji Validitas Instrumen Penelitian
Tabel 3.4

Referensi

Dokumen terkait

(2) Yang dimaksud dengan keadaan memaksa ( Force Majeure ) adalah sesuatu peristiwa atau keadaan yang terjadi diluar kekuasaan atau kemampuan salah satu atau Para Pihak,

Mekanisme pembayaran fidyah dengan emas untuk orang yang telah meninggal di desa Gambah Luar Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan merupakan pokok pembahasan

PETA JABATAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KALIMANTAN SELATAN. KEPALA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan keluarga

Misalnya penggunaan modal sendiri memiliki kelebihan, yaitu mudah diperoleh, (persyaratan ringan) dan beban pengembalian yang relatif lama. Disamping itu, dengan menggunakan

Bapak Ahmad Diponegoro, M.S.I.E, Ph.D , selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bhayangkara Jakarta Raya dan Dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan saran

Yang bersangkutan menggantikan Teradu sebagai koordinator divisi Pencegahan, karena Teradu tidak dapat melaksanakan tugas pencegahan dengan baik karena

Buat program untuk menghitung berapa jam, berapa menit, dan berapa detikkah lama percakapan tersebut, jika diketahui jumlah detik yang terpakai dan.. Untuk