Studi Islam : Metode dan Pendekatan
Pengetahuan Manusia Secara Umum
Oleh :
ACME ADMIRA ARAFAH Prodi : HUKUM ISLAM
Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dalam Mata Kuliah
Pendekatan dan Pengkajian Islam
Dosen Pengampu : Dr. Phil. Zainul Fuad, M.A
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
A. Pendahuluan
Pendekatan dan pengkajian dinilai penting dalam studi agama, islam sebagai agama, memiliki banyak hal untuk dipelajari. Hal ini berkaitan tentang pengkajian apa itu Islam dan bagaimana perkembangannya sampai saat ini. Pendekatan dan pengkajian tersebut dilakukan dengan metode-metode ilmiah, dan diharapkan menghasilkan sebuah pengetahuan ilmiah tentang Islam.
Islam dianggap tidak hanya sekedar sebuah agama, tetapi sebuah aturan dalam kehidupan manusia. Orang-orang yang melakukan penelitian ini berdasarkan dengan sumber-sumber yang ada, dan yang terpenting adalah ajaran yang tercantum dalam sumber Al-Qur’an. Namun juga berdasarkan sumber-sumber lain seperti hadis dan catatan sejarah tempat dimana agama itu lahir dan berkembang.
Makalah ini akan membahas metode dan pengkajian terkait studi Islam, dan bagaimana manusia sebagai pencari ilmu pengetahuan. Kita juga akan membahas perbedaan antara ilmu,pengetahuan dan filsafat, serta pengertian-pengertian istilah lainnya yang berkaitan dengan Pendekatan dan Pengkajian Studi Islam
B. Studi Islam: Metode dan Pendekatan
Studi islam atau di Barat sering disebut Islamic studies, secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Dengan kata lain “usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya.”
Sedangkan diluar kalangan umat islam, studi keislaman bertujuan untuk mempelajari seluk beluk agama serta praktik-praktik keagamaan yang berlaku dikalangan umat islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan (islamologi). Namun sebagaimana ilmu pengetahuan umum lainnya, studi keislaman ini dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu, baik positif maupun negative. Para ahli studi keislaman diluar kalangan umat islam ini terkenal dengan sebutan kaum orientalis, yaitu orang-orang barat yang mengadakan studi tentang dunia timur, termasuk di kalangan dunia orang islam.1
1. Makna Islam, Muslim, Dan Islamist
Muslim dahulu akan menjawab pertanyaan apa itu islam dengan mengatakan dengan sederhana bahwa islam terdiri mulai dari firman-firman yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis yang merupakan kebiasaan-kebiasaan dari Nabi Muhammad SAW. Terdapat juga 5 rukun yaitu syahadat, salat, puasa, membayar zakat dan terakhir haji. Secara jelasnya, tafsiran sederhana dari Islam ini disebarkan oleh seluruh umat muslim dan bentuk dari mufakat islam. Seperti agama tauhid yang lainnya, islam bersifat universal, tentunya karena penyebarannya dinyatakan oleh banyak orang non-Arab di Afrika dan Asia. 2
Ajaran yang terpenting dari islam ialah ajaran tauhid, maka sebagai halnya dalam agama monoteisme atau agama tauhid lainnya. Yang menjadi dasar dari segala dasar disini ialah pengakuan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa. Disamping ini, yang menjadi dasar pula adalah kerasulan, wahyu, kitab suci yaitu Al-Qur’an. Orang yang percaya kepada ajaran yang dibawa nabi Muhammad, disebut dengan mu’min dan muslim, dan orang yang tak percaya kepada ajaran itu disebut orang kafir dan musyrik. Selain itu hubungan makhluk, terutama manusia dengan penciptanya, tentang akhir hidup manusia yaitu surga
1 Muhaimain, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi Dan Pendekatan, ( Jakarta : Kencana 2012), Hlm.1-2
dan neraka, dan lain sebagainya. Salah satu ajaran dasar lain dalam agama islam ialah bahwa manusia yang tersusun dari badan dan roh itu berasal dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Selanjutnya islam berpendapat bahwa hidup manusia di dunia ini tidak bisa terlepas dari hidup manusia di akhirat, bahkan lebih dari itu corak hidup manusia di dunia ini menentukan corak hidupnya di akhirat kelak.3
Jadi islam, berlainan dengan apa yang umum diketahui, bukan hanya sebagai satu-dua aspek. Islam sebenarnya mempunyai aspek teologi, aspek ibadat, aspek moral, aspek mistisme, aspek falsafat, aspek sejarah, aspek kebudayaan, dan lain sebagainya.4
Pertama, Pengertian Islam dari segi bahasa terkait erat dengan misi ajaran Islam, yakni membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT :5
Artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al- Anbiya’ (21) : 107)
Sejalan dengan misi tersebut, maka islam mengemban misi memuliakan dan mengangkat harkat dan martabat manusia, menegakkan kebenaran, keadilan, kemanusiaan, demokrasi, egaliter, musyawarah, toleransi, persaudaraan, perdamaian, tolong-menolong, rukun, damai, saling menghargai, menghormati, melindungi, memuliakan, dan sebagainya. Kedua, Islam dari segi bahasa, yakni berserah diri, patuh, tunduk kepada Allah SWT adalah sejalan dengan agama yang dibawa oleh para nabi dan rasul sebelumnya. Nabi Ibrahin, Nabi Yusuf, Nabi Sulaiman, Nabi Isa adalah seorang muslim (orang yang berserah diri kepada Allah SWT) sungguhpun mereka secara substantive sebagai orang yang berserah diri (Muslim), namun agama yang mereka bawa tidak agama islam.6
3 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, (Jakarta : Universitas Indonesia Press 1985) hlm.30-31
4 Ibid hlm.33
Islam dari segi bahasa selain membawa misi kemanusiaan, juga menjadi nama bagi agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. 7
Untuk kebanyakan muslim, islam adalah jalan mutlak dalam kehidupan, Islam dipercaya untuk disangkutpautkan kedalam politik, hukum, pendidikan, kehidupan bermasyarakat dan ekonomi.8
Hal yang menyangkut dengan sifat ke-islaman adalah islami yang artinya adalah hal yang telah disifatkan dengan islam dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan istilah tersebut baik dalam pelaksanaan kehidupan sehari-hari ataupun dalam dunia ilmu pengetahuan.9
2. Islam sebagai Sumber, Pemikiran dan Praktek (Budaya/Peradaban; Studi Normatif dan non-Normatif.
Islam sebagai bangunan atau konstruksi yang di dalamnya terdapat nilai-nilai, ajaran, petunjuk hidup, dan sebagainya membutuhkan sumber yang darinya dapat diambil bahan-bahan yang diperlukan guna mengkontruksi ajaran islam tersebut. Seperti yang diketahui bahwa sumber ajaran islam adan tiga, yaitu Al-Qur’an, Al- Sunnah (sebagai sumber primer) dan Al-Ra’yu ,yakni pemikiran manusia (sebagai sumber sekunder).
Ajaran islam memperbaiki seluruh aspek kehidupan manusia, yakni dengan memasukan nilai-nilai moral yang terdapat dalam ajaran Islam. Dalam bidang akidah didasarkan pada tauhid, yakni mengesakan Allah SWT dan menjauhi kemusyrikan. Dalam bidang ibadah didasarkan kepada ketakwaan, yakni patuh dan tunduk melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Dalam bidang ekonomi dan perdagangan didasarkan kepada kejujuran, transparansi, kepercayaan, dan saling ridha meridhai. Dalam bidang politik dan pemerintahan harus bersikap adil, demokratis, menyejahterakan masyarakat, menciptakan keadaan yang aman, tertib, dan
7 Ibid
8 John L. Esposito, Islam The Straight Path, (New York : Oxford University Press 1988) hlm.163 9 Nawir Yuslem, Metodologi Dan Pendekatan Dalam Pengkajian Islam, ( Bandung :
damai. Dalam bidang hukum harus bersikap adil dan bijaksana, tidak diskriminatif dan berpihak pada kebenaran dan kejujuran, tidak memperjualbelikan hukum, dan tidak merugikan kaum yang lemah. Dalam bidang pendidikan harus memberikan pendidikan untuk semua, bukan pendidikan yang diperuntukkan bagi kaum yang mampu saja. Dalam bidang kebudayaan, Islam menghendaki kebudayaan yang didasarkan pada akidah dan akhlak mulia. Islam yang masuk dalam segala aspek kehidupan inilah yang menjadi sumber pemikiran dan praktek yang menghasilkan peradaban bagi kelangsungan hidup umat manusia.
Studi normatif adalah suatu pendekatan untuk memahami islam dengan melalui ajaran atau doktrin-doktrin Islam. Sedangkan studi non-normatif adalah peristiwa yang tidak biasa. Dalam arti studi ini dilakukan untuk menemukan apakah yang dianggap benar sebagai Islam dan apa yang benar-benar esensial dalam Islam.
3. Definisi Methode, Methodology, Paradigma dan Pendekatan dalam Ilmiah Metodologi adalah pengetahuan tentang metode-metode, jadi metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian. Salah satu metode yang harus ditentukan dalam metodologi penelitian ini adalah metode penelitian. Setiap penelitian pada hakikatnya mempunyai metode penelitian masing-masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.10
Paradigma adalah suatu kerangka konseptual, termasuk nilai, teknik dan metode, yang disepakati dan digunakan oleh suatu komunitas dalam memahami atau mempersepsi segala sesuatu. Dengan demikian, fungsi utama paradigma adalah sebagai acuan dalam mengarahkan tindakan, baik tindakan sehari-hari maupun tindakan ilmiah. Sebagai acuan, maka lingkup suatu paradigma mencakup berbagai asumsi dasar yang berkaitan dengan aspek ontologis, epistemologis dan metodologis. Dengan kata lain, paradigma dapat diartikan
sebagai cara berpikir atau cara memahami gejala dan fenomena semesta yang dianut oleh sekelompok masyarakat (world view). Seorang pribadi dapat mempunyai sebuah cara pandang yang spesifik. tetapi cara pandang itu bukanlah paradigma, karena sebuah paradigma harus dianut oleh suatu komunitas.11
Pendekatan adalah cara pandang, orang juga sering menyamakannya dengan paradigma, yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan untuk memahami agama.12
4. Makna dan Cakupan Studi Islam
Studi islam diharapkan mampu memberikan alternative pemecahan masalah atau jalan keluar dari kondisi yang problematis. Studi keislaman diharapkan mengarah pada tujuan mengadakan usaha-usaha pembaharuan dan pemikiran kembali ajaran islam yang merupakan warisan doktriner yang turun menurun dan dianggap sudah mapan dan sudah mandek, agar mampu beradaptasi dan menjawab tantangan serta tuntutan zaman dunia modern, dengan tetap berpegang pada sumber agama islam yang asli yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Studi islam juga diharapkan mampu memberikan pedoman dan pegangan bagi umat islam, agar tetap menjadi muslim sejati di zaman kehidupan modern disaat sekarang ini.13
Adapun arah dan tujuan studi islam, yaitu :14
1. Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya (hakikat) agama islam, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam kehidupan budaya manusia. sebagaimana islam diturunkan oleh Allah swt adalah untuk menyempurnakan agama-agama dan budaya umat di muka bumi.
11http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-paradigma-apa-itu-paradigma.html, 21September 2014
12 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,hlm.12
2. Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama islam yang asli, dan bagaimana penjabaran dan operasionalisasinya dalam perkembangan dan pertumbuhan budaya dan peradaban islam dalam sepanjang sejarahnya
3. Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama islam yang tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya sepanjang sejarah. Studi ini berdasarkan agama Islam sebagai agama terakhir membawa ajaran-ajaran yang bersifat final, dan mampu memecahkan persoalan-persoalan manusia, menjawab tantangan, dan tuntutannya sepanjang zaman.
4. Untuk mempelajari mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama islam dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern ini. Sebagaimana islam meyakini mempunyai misi dalam membawa agama yang rahmah li al- alamin
a. Penelitian agama yang bersifat normative (teologis)
Penelitan atau studi agama yang bersifat normative bertolak pada paradigma teologi atau iman, yaitu penelitian yang didasari atas kepercayaan terhadap doktirn/ajaran agama yang bersumber dari wahyu dan bertujuan untuk menjelaskan kebenaran atau mencari “yang lebih benar” dari agama itu sendiri. Studi agama yang bersifat normative ini memiliki sifat apologetika: menerima begitu saja kenyataan agama, tanpa melakukan penyelidikan sebab-sebab dan asal-usulnya. Studi agama normative ini hendak menggambarkan logika intern agama yang bersifat khas agama, dan tidak bisa dijelaskan dengan penjelasan (ilmu) lain. Disinilah ilmu (normative) agama itu bersifat mandiri sebagaimana kemandirian ilmu yang bersifat positivistic.15
b. Penelitian Agama Dengan Pendekatan Sejarah
Sejarah agama secara ekstrem dapat dikatakan agama dan keagamaan adalah produk sejarah. Al-qur’an sebagian besar berisi sejarah dan ilmu-ilmu keislaman. Peradaban islam berkembang sedemikian rupa dalam konteks sejarah. Karena itu, tepat apabila dikatakan bahwa sejarah bagaikan mata air yang tidak akan pernah kering untuk diambil manfaatnya. Sejarah islam merupakan bagian dari ilmu-ilmu keislaman yang amat penting diajarkan dilembaga-lembaga pendidikan islam. Penelitian agama tidak dapat dipisahkan dari pendekatan sejarah. Agama dengan sejarah bagaikan dua sisi mata uang. Bahkan keabsahan suatu agama antara lain ditentukan oleh mata rantai sejarah (Historical Contact)-nya dengan agama-agama sebelumContact)-nya sampai sekarang. Penelitian sejarah menggunakan pendekatan sejarah melalui focus penelitian :
1. Penelitian sejarah tentang tokoh berpengaruh dalam suatu agama atau gerakan keagamaan
2. Penelitian sejarah mengenai naskah atau buku yang menekankan pada substansi naskah atau buku untuk dianalisis, baik analisiss kritis, perbandingan, maupun analisis sekadar eksplorasi.
3. Penelitian sejarah mengenai suatu konsep sepanjang sejarah. Penelitian model ini bisa berupa salah satu naskah, kitab suci atau perkembangan pemikiran dari waktu ke waktu.
4. Penelitian arsip, yaitu penelitian tentang sejarah, baik individu, kelompok, organisasi, masyarakat maupun bangsa dengan melihat arsip-arsip resmi.16
Orang yang ingin menekuni bidang sejarah ini membutuhkan ilmu politik, karakter-katakter alam, perbedaan bangsa-bangsa, kawasan dan zaman dalam hal perjalanan hidup, akhlak, tradisi, mazhan dan lain-lain. Orang yang menekuni sejarah juga harus mengetahui prinsip-prinsip tentang kerajaan, agama, permulaan kemunculannya, faktor-faktor eksistensinya, kondisi orang-orang yang berkecimpung didalamnya, dan berita-berita mereka sehingga ia dapat menguasai latar belakang setiap beritanya. Secara hakikat, sejarah
mengandung pemikiran, penelitian, dan alasan-alasan detail tentang tentang perwujudan masyarakat dan dasar-dasarnya, sekaligus ilmu yang mendalam tentang karakter berbagai peristiwa. Karena itu, sejarah adalah ilmu yang orisinil tentang hikmah dan layak untuk dihitung sebagai bagian dari ilmu-ilmu yang mengandung kebijaksanaan atau filsafat.17
Dengan pendekatan historis, yang dimaksud adalah meninjau suatu permasalahan dari sudut tinjauan sejarah, dan menjawab permasalah dan menganalisanya dengan menggunakan metode analisis sejarah. Sejarah atau histori adalah studi yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian-kejadian atau keadaan yang sebenarnya. Dengan mempelajari masa lalu, orang dapat memahami masa kini, dan menggambarkan masa depan, inilah yang disebut perspektif sejarah. Dalam studi Islam, permasalahan dan seluk beluk ajaran serta pelaksanaan dan perkembangannya dapat ditinjau dan dianalisis dalam kerangka perspektif kesejarahan yang demikian.18
C. Pengetahuan Manusia Secara Umum
1. Pencarian Manusia Terhadap Pengetahuan: Trial and Error, Common Sense, dsb. Proses manusia mencari kebenaran, kebenaran dapat ditemukan melalui proses non ilmiah dan ilmiah. Proses nonilmiah meliputi :19
a. Akal sehat (common sense)
Akal sehat merupakan konsep yang memuaskan untuk digunakan secara praktis. Akal sehat dapat menghasilkan kebenaran dan dapat pula menyesatkan.
Intuitif
Kebenaran intuitif diperoleh secara cepar melalui proses yang tak disadari atau tanpa berpikir terlebih dahulu. Dengan intuitif orang memberikan penilaian atau keputusan tanpa suatu renungan. Kebenaran melalui intuitif sukar dipercaya
17 Ibnu Khaldun, Mukaddimah Ter. Matsuri Irham dkk, (Jakarta : Pustaka Al- Kautsar 2001) hal.47
18 Muhaimin, Studi Islam Dalam Ragam Dimensi Dan Pendekatan, Hlm.13
karena tanpa menggunakan langkah-langkah yag sistematis. Metode ini disebut metode apriori.
b. Trial and error
Kebenaran dengan trial and error dilakukan secara coba-coba tanpa kesadaran akan pemecahan masalah tertentu. Pemecahan terjadi karena kebetulan.
c. Otoritas
Kebenaran diterima melalui otoritas atau kewibawaan seseorang ilmuwan atau pejabat tertentu. Pendapat mereka umumnya sering diterima orang tanpa diuji, karena dipandang sudah benar. Namun pendapat otoritas ilmiah itu tidak selamanya benar
d. Prasangka
Kebenaran melalui akal sehat dipengaruhi kepentingan orang yang melakukannya dengan akal sehat berubah menjadi prasangka.
e. Wahyu
Kebenaran yang didasarkan kepada wahyu bukanlah disebabkan penalaran manusia secara aktif tetapi diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah dan Nabi.
2. Makna dan Perbedaan Pengetahuan, Ilmu, dan Filsafat
Filsafat adalah usaha manusia dengan akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup. Jadi filsafat dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng atau mitos-mitos yang diterima dari agama, yang memberitahukan tentang asal mula sesuatu baik dunia maupun manusia. Akal manusia tidak puas dengan keterangan dongeng-dongeng itu karena tidak dapat dibuktikan oleh akal. Pikiran para filsafati, mencakup segala sesuatu yang dapat dipikirkan akal. Filsafat mereka meliputi segala sesuatu yang sekarang disebut dengan ilmu pengetahuan (sain) meliputi ilmu pasti, ilmu alam, ilmu binatang-binatang, ilmu hayat, ilmu kedokteran dan politik. Filsafat penelitian bersifat universal, penelitian menghasilkan menghasilkan pengetahuan dan ilmu. Pengetahuan ialah keseluruhan hal yang diketahui, yang membentuk persepsi (cerapan) jelas tentang kebenaran atau fakta.20
Perbedaan ilmu dan filsafat dalam bagian besar adalah, perbedaan derajat dan penekanan. Ilmu lebih menekankan kebenaran yang bersifat logis dan objektif. Sedangkan filsafat bersifat radikal dan subjektif .ilmu bisa berjalan mengadakan penellitian, selama objeknya bisa diindera, dianalisis dan dieksperimen, manakala objeknya sudah dianalisis, dieksperimen, maka berhentilah ilmu sampai disitu, sedangkan filsafat justru mulai bekerja manakala ilmu sudah tidak bisa berbicara apa-apa tentang suatu objek. Sekalipun demikian, bukan berarti ilmu tidak penting bagi filsafat, justru filsafat pun bekerja karena bantuan ilmu.21
Dalam filsafat,untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki, manusia harus mencarinya sendiri dengan menggunakan alat yang dimilikinya berupa segala potensi lahir batin. Sedangkan dalam agama untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki, manusia tidak hanya mencarinya sendiri, melainkan ia harus menerima hal-hal yang diwahyukan Tuhan, dengan kata sifat percaya atau iman. Disatu pihak agama beralatkan kepercayaan, di lain pihak filsafat berdasarkan penelitian yang menggunakan potensi manusia, dan meyakininya sebagai satu-satunya alat ukur kebenaran,yaitu akal manusia.22
Metode keilmuan menggabungkan kedua aliran intelektual, dengan rasionalisme, metode keilmuan memperoleh landasan pemikiran terpadu dan logika (mantik) kuat, dan dengan empirisme memperoleh kerangka pengujian fakta dan konteks tinjauan yang nyata dalam memastikan kebenaran. Rasionalisme menjadi sumber teori sedang empirisme menjadi sumber fakta. Dengan memakai landasan teori-teori relevan, peneliti mencoba mendapat jawaban sementara (hipotesis) bagi masalah yang dihadapinya. Selanjutnya hipotesis diuji kebenarannya dengan pengamatan dan percobaan. Dari banyak pengamatan atau percobaan ditarik kesimpulan umum dan kumpulan kesimpulan umum ini diharapkan dapat ditingkatkan menjadi teori-teori baru yang memperkaya khasanah ilmu.23
21 Juhaya S. praja, Aliran-aliran filsafat dan etika, (Jakarta : Kencana 2003, Hlm.14-15 22 Ibid, Hlm.16
3. Metodologi Ilmiah dan Struktur Pengetahuan Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah. Pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini maka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya.24
Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah, yaitu :25
1. Perumusan masalah yang merupakan pernyataan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasannya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan.
3. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau digan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
4. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
5. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah. Ilmu sebagai sekumpulan pengetahuan sistematik terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan atau dikordinasikan agar dapat menjadi dasar teoritis atau memberikan penjelasan. Keterkaitan yang menghubungkan segenap komponen itu disebut struktur dari pengetahuan ilmiah. Secara ringkas, struktur pengetahuan ilmiah itu ditunjukkan secara sistematis sebagai berikut :26
4. Trend-trend Penelitian Ilmiah: Spesialisasi, Inter-Disiplin, Multi-Disiplin, dan Studi Area.27
a. Spesialisasi merupakan sebuah kajian keilmuan yang mengkhususkan pada satu bidang keilmuan tanpa menghubungkan dengan disiplin ilmu yang lainnya. b. Inter-disiplin merupakan suatu usaha mengintegrasikan persepsi pengetahuan,
data, konsep, informasi dari dua disiplin keilmuan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mendasar, atau memecahkan sebuah persoalan keilmuan.
c. Multi-disiplin merupakan penggabungan beberapa disiplin keilmuan yang mengandung konsep-konsep keilmuan yang hampir sama, dalam masalah-masalah yang bersifat kompleks.
d. Studi kawasan adalah penelitian ilmiah tentang sebuah wilayah yang ruang lingkupnya membahas segala yang ada dalam sebuah wilayah, baik adat istiadat, kebudayaa, social kemasyarakatan, bahasa dan lain-lain.
D. Penutup
Pengertian Islam dari segi bahasa terkait erat dengan misi ajaran Islam, yakni membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia.islami yang artinya adalah hal yang telah disifatkan dengan islam dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan istilah tersebut baik dalam pelaksanaan kehidupan sehari-hari ataupun dalam dunia ilmu pengetahuan.
Studi normative adalah suatu pendekatan untuk memahami islam dengan melalui ajaran atau doktrin-doktrin Islam. Sedangkan studi non-normatif adalah peristiwa yang tidak biasa. Dalam arti studi ini dilakukan untuk menemukan apakah yang dianggap benar sebagai Islam dan apa yang benar-benar esensial dalam Islam.
Metodologi adalah pengetahuan tentang metode-metode, jadi metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian. Paradigma adalah suatu kerangka konseptual, termasuk nilai, teknik dan metode, sedangkan Pendekatan adalah cara pandang orang juga sering menyamakannya dengan paradigma, yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan untuk memahami agama.
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Trend-trend Penelitian Ilmiah juga seperti spesialisasi, Inter-Disiplin, Multi-Disiplin, dan Studi Area.
DAFTAR PUSTAKA
Esposito, John L, Islam The Straight Path, New York : Oxford University Press 1988
Khaldun,Ibnu, Mukaddimah Ter. Matsuri Irham dkk, Jakarta : Pustaka Al- Kautsar 2001
Mantra,Ida Bogoes, Filsafat Penelitian & Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar 2004
Muhaimain, Studi Islam dalam ragam dimensi dan pendekatan, Jakarta : Kencana 2012
Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Jakarta : Universitas Indonesia
Press 1985
Nata, Abuddin, Studi Islam Komprehensif, Jakarta : Kencana 2011
S. praja, Juhaya, Aliran-aliran filsafat dan etika, Jakarta : Kencana 2003
Sumatri, Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan 1999
Suprayogo, Imam dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya 2003
Tibi, Bassam, Islam and The Culture Accommodation of Social Language, Ter.Clare
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta :
Bumi Aksara 2003
Yuslem, Nawir, Metodologi Dan Pendekatan Dalam Pengkajian Islam, Bandung :