• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS SERTA KEBIASAAN BERPIKIR (HABITS OF MIND) SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS SERTA KEBIASAAN BERPIKIR (HABITS OF MIND) SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS SERTA

KEBIASAAN BERPIKIR (HABITS OF MIND) SISWA SMP

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE MAKE A MATCH

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh

Syafrianto

1204667

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS SERTA KEBIASAAN BERPIKIR (HABITS OF MIND) SISWA SMP

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

Oleh Syafrianto, S.Pd SPs UPI Bandung, 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Matematika

© Syafrianto, 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Mei 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)

ABSTRAK

SYAFRIANTO (2014): Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis serta Kebiasaan Berpikir (Habits of Mind) Siswa SMP Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

Kemampuan pemahaman dan penalaran matematis serta kebiasaan berpikir (Habits of Mind) merupakan kemampuan matematis yang harus dimiliki siswa dalam setiap pembelajaran matematika. Namun beberapa penelitian dan kenyataan di lapangan menggambarkan bahwa kemampuan ini masih belum dikuasai oleh siswa sepenuhnya. Salah satu penyebabnya adalah masih monotonnya guru dalam mengajar dan banyak guru yang belum menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kedua kemampuan matematis ini. Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan acuan bagi guru dalam mengajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make a Macth. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis serta kebiasaan berpikir (Habits of Mind) siswa SMP yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dibandingkan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan disain eksperimen disain kelompok kontrol tidak ekuivalen (the nonequivalent

control group design). Populasi penelitian adalah siswa kelas IX SMP Negeri 1 Jambe di

Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas IXE sebagai kelas eksperimen dan IXF sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan pemahaman dan penalaran matematis serta angket kebiasaan berpikir. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 16 dan Microsoft office

Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: peningkatan kemampuan pemahaman dan

penalaran matematis serta kebiasaan berpikir (Habits of Mind) siswa SMP yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match, kemampuan pemahaman

(5)

SYAFRIANTO (2014): The Improvement of Mathematical Understanding and Reasoning Ability and Habits of Mind of Junior Secondary School Students through Cooperative Learning Model of Make a Match Type

Mathematical understanding and reasoning ability and habits of mind are the abilities students should have in every mathematical teaching and learning. However, some research and facts in the field show that the abilities have not been fully mastered by students. Some of the causes are the monotonous teaching style of teachers and that many teachers have not used a learning model that can improve the two mathematical abilities. One of the instructional models that teachers can refer to is cooperative learning model of Make a Match type. The research aimed to find the improvement of mathematical understanding and reasoning ability and habits of mind of junior secondary school students who used cooperative learning model of Make a Match type compared to those who used conventional learning. The research is quasi-experimental, employing the nonequivalent control group design. The population was the ninth graders of State Junior School 1 Jambe in Tangerang Regency of the 2013/2014 school year. The sample consisted of IXE students as the experimental class and IXF students as the control class. The instruments used comprised of tests on mathematical understanding and reasoning ability and questionnaires of habits of mind. The data were processed by the aid of SPSS 16 and Microsoft Office Excel. The research results demonstrated that: The improvement of mathematical understanding and reasoning ability and habits of mind of the junior secondary school students who were treated with cooperative learning model of Make a Match type was better than the improvement of those treated with conventional learning model.

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Kalau kita cermati saat ini pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan yang diinginkan, apalagi harapan yang dituangkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Undang-Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 (Depdiknas, 2010) tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Seiring dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 di atas, Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) menyatakan bahwa SKL Matematika SMP/MTs adalah memahami konsep materi pelajaran dan dapat menggunakannya dalam pemecahan masalah. Begitu pula Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) menyatakan bahwa: “Pembelajaran matematika diberikan pada setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah bertujuan agar siswa dapat menggunakan matematika sebagai cara bernalar (berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan kemampuan bekerjasama).” Hal itu menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran Matematika salah satunya adalah mengembangkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa.

Kurikulum 2013 (Kemdikbud, 2012: 25) juga menekankan:

(7)

Untuk memenuhi tuntutan UU Nomor 20 Tahun 2003, Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006, BNSP, dan Kurikulum 2013 di atas maka salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan dalam mata pelajaran matematika khususnya kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa. Hal itu dikarenakan matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat berguna dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari dan dalam upaya memahami ilmu pengetahuan lainnya.

Sumarmo (2013: 3) mengungkapkan:

Visi matematika yang memiliki dua arah pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan masa yang akan datang. Visi pertama mengarahkan pembelajaran matematika untuk pemahaman konsep dan ide matematika yang kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Visi kedua dalam arti yang lebih luas dan mengarah ke masa depan, matematika memberikan kemampuan menalar yang logis, sistematis, kritis dan cermat, membutuhkan rasa percaya diri, dan rasa keindahan terhadap keteraturan sifat matematika, serta mengembangkan sikap objektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam menghadapi masa depan yang selalu berubah.

Di sisi lain Delvin (Oktavien, 2011: 3) mengungkapkan bahwa Pemahaman dan pemecahan masalah matematis merupakan unsur penting dalam setiap pembelajaran di semua jenjang pendidikan, baik jenjang persekolahan maupun perguruan tinggi. Hal ini berarti kemampuan pemahaman dan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam setiap pembelajaran matematika.

Untuk tingkat global National Council of Teachers of Mathematics (Hulu, 2009: 2) menyatakan:

(8)

3

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa setiap siswa perlu dibekali dengan pengetahuan matematika yang cukup, salah satunya kemampuan pemahaman dan penalaran matematis agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan lain.

Namun pada kenyataannya di lapangan, kemampuan matematis selama ini tidak tinggi, seperti di SMP Negeri 1 Jambe. Sekolah ini adalah tempat penulis mengampu selama ini. Hal itu dapat dilihat dari nilai Ujian Akhir Semester (UAS) matematika semester ganjil dari Tahun Pelajaran 2008/2009 sampai dengan Tahun Pelajaran 2012/2013 jika dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1

Rata-rata Nilai UAS Semester Ganjil Mata Pelajaran Matematika Dibandingkan KKM

2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013

UAS KKM UAS KKM UAS KKM UAS KKM UAS KKM

4,01 6,00 4,51 6,23 4,3 6,50 4,62 6,70 4,45 7,00 Sumber Data : Pusat Data SMPN 1 Jambe Kabupaten Tangerang

Sementara secara khusus untuk kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa dapat dilihat dari beberapa penelitian terdahulu. Di antaranya penelitian Qohar (2010) dan Hendriana (2009) yang meneliti tentang kemampuan pemahaman matematis siswa SMP. Dari kedua penelitian itu, Qohar dan Hendriana menyimpulkan bahwa rata-rata kemampuan pemahaman kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah sama-sama rendah. Penelitian Nanang (2009) yang meneliti tentang kemampuan pemahaman siswa SMP, dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman siswa juga tidak tinggi.

(9)

Suhena (2009) yang meneliti tentang kemampuan pemahaman dan penalaran siswa SMP menyimpulkan bahwa tingkat peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran siswa masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman dan penalaran siswa SMP masih ada masalah dan harus dicari solusinya.

Dalam tingkat internasional rendahnya kemampuan matematis siswa SMP di Indonesia tergambar dari hasil laporan survey Trends in International

Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 yang dipublikasikan

9 Desember 2012 untuk siswa kelas VIII pada bidang matematika, “Siswa Indonesia berada di posisi 38 dari 42 peserta dengan nilai rata-rata 386. Urutan itu masih di bawah Malaysia (26) dan Thailand (28).” Hal ini tentu sangat jauh dari yang kita harapkan untuk peningkatan mutu pendidikan di Indonesia saat ini.

Kenyataan di lapangan terlihat bahwa masih banyak siswa yang merasa kesulitan memahami matematika. Hal itu berkaitan dengan pemahaman konsep awal yang masih dianggap kurang sehingga membuat siswa menganggap matematika sebagai hantu yang menakutkan. Tingkat kemampuan awal siswa ini perlu diketahui oleh para peneliti sebelum terjun ke lapangan. Menurut penelitian Hidayat (2011) menyatakan bahwa Tingkat Kemampuan Awal Siswa (TKAS) tinggi, sedang, maupun kurang masih belum terdapat perbedaan yang signifikan dengan kemampuan matematis yang dimiliki meskipun setelah diberi perlakuan. Begitu pula Hidayat (2011) menyatakan bahwa interaksi model pembelajaran dengan TKAS tidak signifikan dalam menghasilkan kemampuan matematis yang diharapkan.

Ada beberapa penyebab rendahnya prestasi belajar khususnya kemampuan pemahaman dan penalaran matematis diantaranya menurut Rif‟at (2001: 25) bahwa “Siswa cenderung mengingat atau menghafal tanpa memahami atau tanpa mengerti apa yang diajarkan gurunya.” Sehingga siswa cenderung mencontoh saja cara guru menyelesaikan soal tanpa memahaminya.

(10)

5

dapat mengerjakan soal dengan baik terutama soal yang sulit. “Hal itu disebabkan karena mengingat merupakan keterampilan atau kemampuan berpikir yang paling rendah.” (Sabandar, 2007: 2). Untuk itu diharapkan siswa tidak hanya terfokus pada kemampuan mengingat tetapi harus dikembangkan dengan kemampuan lain.

Selain kemampuan matematis di atas, pembentukan watak yang diamanahkan UU Nomor 20 Tahun 2003 di atas dapat dikatakan sebagai upaya membentuk karakter sehingga pendidikan saat ini diharapkan bermuara pada Pendidikan Karakter Bangsa. Penanaman karakter ini harus dibiasakan setiap hari sehingga menjadi suatu kebiasaan yang baik sehingga siswa diharapkan mampu menjadi manusia seperti yang diharapkan pada Undang-undang tersebut. Hal ini harus ditanamkan sejak dini pada siswa sebagai bekal bagi mereka dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.

Salah satu kebiasaan baik yang perlu diterapkan untuk menghadapi perkembangan era informasi dan suasana bersaing yang semakin ketat, dan sekaligus sebagai upaya memiliki kemampuan, keterampilan, dan perilaku positif dalam matematika adalah kebiasaan berpikir (habits of mind). Kebiasaan berpikir (habits of mind) ini menurut Costa (Sumarmo, 2012: 49) merupakan „Disposisi yang kuat dan perilaku cerdas‟. Apabila kebiasaan berpikir berlangsung dengan baik maka akan tumbuh keinginan dan kesadaran yang kuat pada diri siswa untuk berpikir dan berbuat yang positif.

Matematika dapat menimbulkan pola pikir yang baik yang harus dimiliki siswa dalam meningkatkan hasil belajar yang baik pula. Hal ini sejalan dengan pendapat Ruseffendi (1991) yang menyatakan “Matematika itu penting sebagai alat bantu, sebagai ilmu (bagi ilmuwan), sebagai pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap.” Untuk itu pola pikir dan kebiasaan berpikir perlu dikembangkan agar menjadi suatu kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari terutama kebiasaan dalam belajar.

(11)

dengan pemahaman konsep awal yang dimilikinya sehingga mengakibatkan siswa sulit dalam memahami matematika. Hal itu juga diperkirakan sebagai penyebab siswa kurang menyukai matematika dan kebiasaan berpikir siswa tidak mencerminkan kebiasaan berpikir yang baik.

Hal itu dapat dilihat dari penelitian Mahmudi (2010) yang meneliti salah satu disposisi matematis yaitu kebiasaan berpikir (Habits of Mind) siswa SMP. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebiasaan berpikir kelas eksperimen tidak jauh berbeda dibanding dengan kelas kontrol setelah diberi perlakuan. Kita dapat menyimpulkan bahwa kebiasaan berpikir masih sulit ditingkatkan dan masih harus diadakan beberapa penelitian untuk menelitinya.

Salah satu solusi dari permasalahan di atas adalah pembelajaran matematika di sekolah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2009: 4): “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.”

Dalam kelompok ini diharapkan siswa dapat berdiskusi dengan teman satu kelompoknya dan dengan seringnya terjadi diskusi diharapkan siswa lebih dapat memahami konsep matematika dengan baik dan benar. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa serta kebiasaan berpikir siswa (habits of mind).

Salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Menurut Rusman (2010: 239):

Model Make a Match (membuat pasangan) ini ditemukan oleh Lorna Curran pada tahun 1994 dimana guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

Sementara menurut Suprijono (2010: 94):

(12)

7

kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Sedangkan kelompok ketiga adalah kelompok penilai. Hal itu dilakukan secara bergantian. Antar kelompok terjadi kolaborasi, kerjasama, diskusi, dan sampai pada penarikan kesimpulan.

“Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan” (Rusman, 2010: 239). Di samping itu Isjoni (2013: 78)

menyatakan “Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia.”

Penciptaan suasana kompetitif secara umum hasilnya positif. Hal ini sejalan dengan pendapat Ruseffendi (1991) yang menyatakan:

Menemukan sesuatu atas kemampuan sendiri dapat menumbuhkan rasa percaya terhadap diri sendiri, dapat meningkatkan motivasi, melakukan pengkajian lebih lanjut dapat meningkatkan sikap positif terhadap matematika. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Namun sejauh mana model Make a Match ini dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis serta kebiasaan berpikir (Habits of Mind) maka perlu kiranya diadakan penelitian yang relevan. Untuk itu pada tesis ini penulis bermaksud meneliti tentang apakah model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis serta kebiasaan berpikir (Habits of Mind) siswa SMP dalam sebuah tesis yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis serta Kebiasaan Berpikir (Habits of

Mind) Siswa SMP Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a

Match.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

(13)

masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaan berikut ini:

1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional berdasarkan kemampuan siswa tinggi, sedang, dan kurang?

3. Apakah terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Awal Siswa (TKAS) dalam menghasilkan kemampuan pemahaman matematis siswa?

4. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional?

5. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional berdasarkan kemampuan siswa tinggi, sedang, dan kurang?

6. Apakah terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Awal Siswa (TKAS) dalam menghasilkan kemampuan penalaran matematis siswa?

7. Apakah peningkatan kebiasaan berpikir (Habits of Mind) siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional?

(14)

9

C.Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis serta kebiasaan berpikir (habits of mind) siswa SMP melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran

konvensional.

2. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran

konvensional berdasarkan kemampuan siswa tinggi, sedang, dan kurang. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi yang signifikan antara model

pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Awal Matematika Siswa (TKAS) dalam menghasilkan kemampuan pemahaman matematis siswa.

4. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran

konvensional.

5. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran

konvensional berdasarkan kemampuan siswa tinggi, sedang, dan kurang. 6. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi yang signifikan antara model

pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Awal Matematika Siswa dalam menghasilkan kemampuan penalaran matematis siswa.

(15)

Match lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran

konvensional.

8. Untuk mengetahui bagaimana sikap (respon) siswa terhadap pelajaran matematika dan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.

D.Manfaat/Signifikansi Penelitian

Manfaat/signifikansi penelitian dapat dilihat dari beberapa aspek berikut:

1. Aspek Teori

Dalam beberapa tesis banyak yang meneliti tentang pengaruh atau upaya peningkatan beberapa kemampuan matematika melalui model pembelajaran kooperatif. Namun sejauh pengamatan peneliti belum ada tesis yang meneliti tentang upaya peningkatan beberapa kemampuan matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Begitu pula belum ada tesis yang mengungkap tentang peningkatan kebiasaan berpikir (Habits of Mind) siswa melalui model pembelajaran kooperatif. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kita semua untuk mengetahui upaya peningkatan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis serta kebiasaan berpikir (Habits of Mind) siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Selain itu juga diharapkan dapat membangun proses dan kebiasaan berpikir siswa.

2. Aspek Kebijakan

Pembentukan watak dari UU sebagai kebijakan formal dapat dikatakan sebagai upaya membentuk karakter sehingga pendidikan saat ini diharapkan bermuara pada Pendidikan Karakter Bangsa. Salah satu karakter yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah kebisaan berpikir (Habits of

Mind) siswa.

(16)

11

setempat dan sekolah untuk menciptakan suasana kondusif dalam pembentukan kebiasaan berpikir yang baik dan peningkatan kemampuan matematis siswa.

3. Aspek Praktik

Pada praktiknya guru dalam pembelajaran di kelas perlu memperhatikan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa serta kebiasaan berpikir siswa. Sehingga guru perlu kiranya memahami penelitian ini untuk menggambarkan bagaimana kebiasaan berpikir (Habits

of Mind) siswa dan kemampuan matematis siswa dapat dikembangkan

dengan baik.

4. Aspek Isu serta Aksi Sosial

Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat sebagai informasi bagi guru matematika untuk dapat mengenal dan mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam upaya mengembangkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis serta kebiasaan berpikir (Habits of Mind) siswa. Hal ini diperlukan sebagai salah satu metode alternatif dalam menyampaikan informasi kepada siswa khususnya dalam pembelajaran matematika. Hal ini juga bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis serta kebiasaan berpikir (Habits of Mind) siswa.

E.Struktur Organisasi Tesis

Adapun urutan penulisan atau struktur organisasi pada tesis ini sesuai dengan buku penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2012 adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

(17)

2. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian

Pada kajian pustaka berisi tentang definisi dan pendapat para ahli tentang kemampuan pemahaman matematis, kemampuan penalaran matematis siswa, kebiasaan berpikir siswa (Habits of Mind), model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe Make a

Match, dan pembelajaran konvensional. Selain itu juga dilengkapi dengan

teori-teori yang mendukung dan penelitian-penelitian yang terdahulu.

Pada kerangka pemikiran dibahas tentang alur pemikiran mulai dari pendapat para ahli, teori-teori yang mendukung, penelitian-penelitian yang terdahulu, sampai pada suatu pemikiran yang melahirkan hipotesis. Dalam kerangka pemikiran ini peneliti harus bisa mengkaitkan alur pemikiran para ahli dan hasil penelitian terdahulu dengan suatu anggapan atau hipotesis yang diajukan.

Pada bagian hipotesis, peneliti menyampaikan dugaan-dugaan atau hipotesa sementara yang harus dibuktikan di lapangan. Setelah pengambilan data, peneliti melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji statistika tertentu yang sesuai dengan karakteristik hipotesis.

3. Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang lokasi dan subjek populasi/sampel Penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian yang diperoleh di sekolah harus diolah dan dianalisis. Diantaranya hasil skor pretes, postes, skor minimum, skor maksimum, rata-rata, persentase, dan simpangan baku masing-masing aspek kemampuan yang diukur baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Untuk selanjutnya dihitung gain ternormalisasi hasil postes dan pretes tersebut.

(18)

13

tersebut terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada masing-masing kemampuan matematis yang diteliti.

Setelah hasil penelitian diolah dan dianalisis, peneliti harus melakukan interpretasi atau pembahasan terhadap hasil tersebut. Peneliti harus bisa menyimpulkan tentang hipotesis yang diuji disertai dengan kecenderungan-kecenderungan yang mungkin terjadi.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini peneliti harus bisa menyimpulkan berdasarkan hipotesis yang diberikan. Banyaknya kesimpulan minimal sama dengan banyaknya hipotesis. Setelah memberikan kesimpulan peneliti harus memberikan saran dan rekomendasi bagi semua pihak terutama bagi calon peneliti yang ingin meneruskan penelitian ini untuk diteliti lebih jauh dan lebih mendalam. 6. Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisi daftar buku, jurnal, artikel, dan sumber-sumber lain yang dijadikan rujukan pada penelitian ini.

7. Lampiran-lampiran

(19)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional berdasarkan TKAS.

3. Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dengan TKAS dalam menghasilkan kemampuan pemahaman matematis siswa. 4. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

5. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional berdasarkan TKAS.

6. Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dengan TKAS dalam menghasilkan kemampuan penalaran matematis siswa.

7. Peningkatan kebiasaan berpikir (Habits of Mind) siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Hal ini berarti model pembelajaran dapat membuat kebiasaan berpikir siswa menjadi baik.

(20)

104

B.Saran

Ada beberapa hal yang dapat disarankan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match hendaknya dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran bagi guru dalam mengajarkan materi pembelajaran matematika yang berkaitan dengan topik-topik tertentu sehingga pembelajaran matematika lebih menyenangkan.

2. Tingkat Kemampuan Awal Siswa (TKAS) memiliki pengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memahami dan menalar konsep yang dipelajarinya, maka sebelum konsep baru disajikan hendaknya terlebih dahulu diketahui tingkat kemampuan awal siswa dan perlu disampaikan konsep prasyarat yang harus dimiliki siswa.

3. Kebiasaan berpikir siswa harus terus dikembangkan karena kebiasaan berpikir siswa terutama dalam mempelajari matematika diharapkan akan mempengaruhi berhasil tidaknya siswa dalam mempelajari matematika. Siswa yang mempunyai kebiasan berpikir yang baik dan cerdas prestasi belajarnya akan lebih baik dari siswa yang kebiasaan berpikirnya buruk. 4. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap beberapa kemampuan matematis lainnya seperti kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Oleh karena model pembelajaran ini berhasil meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa maka diharapkan model pembelajaran ini juga berhasil meningkatkan kemampuan matematis lainnya.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Y, et al. (2012). “Implementasi Model Pembelajaran Matematika Knisley dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa

SMA”. Jurnal Pengajaran MIPA. 17 No.1. 8 - 16.

Arifin, Z. (2013). Evaluasi pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Costa, A.L, Kallick, Bena. (2009). Habits of Mind Across the Curriculum.

Practical and Creative Strategies for Teachers. Association for

Supervision and Curuculum Development. Virginia, USA.

Dahlan, J.A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemahaman

Matematis Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Melalui Pendekatan Open Ended. Disertasi pada PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Depdiknas. (2010). Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

SISDIKNAS & Peraturan Pemerintah RI Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar. Bandung : Citra

Umbara.

Gulo, F.S. (2009). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa

SMP dalam Matematika Melalui Pendekatan Advokasi. Tesis SPs UPI.

Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Dept. of Physics. Indiana University 24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA. 91367 USA.

Hendriana, H. (2009). Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking

untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik, Komunikasi Matematik dan Kepercayaan Diri Siswa Sekolah Menengah Pertama.

Disertasi SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Hidayat, W. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir kritis dan Kreatif

Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Think Talk Write (TTW). Tesis SPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hudoyo, H. (1985). Teori Belajar dalam Proses Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Hulu, P. (2009). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Sekolah

(22)

106

Isjoni, (2013). Cooperative Learning, Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Karli, H. dan Yuliariatiningsih, MS. (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi: Model-model Pembelajaran. Bandung: Bina Media

Informasi.

Kemendikbud. (2012). Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendiknas.

Kete, S. (2011). Habit of Mind (Kebiasaan Berpikir). [Online]. Tersedia:

http://sutarminkete.blogspot.com/2011/03/habit-of-mind-kebiasaan-berpikir.html. [16 Mei 2013].

Mahmudi, A. (2010). Pengaruh Pembelajaran dengan Strategi MHM Berbasis

Masalah terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis, serta Persepsi terhadap Kreativitas.

Disertasi SPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nanang. (2009). Studi Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan

Masalah Matematik pada Kelompok Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Pendekatan Kontekstual dan Metakognitif serta Konvensional. Disertasi SPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Nurlaela, E. (2012). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams

Games Tournaments untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Penalaran Matematis Siswa Madrasah Aliyah. Tesis SPs UPI. Bandung:

Tidak Diterbitkan.

Oktavien Y. (2011). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Studi Eksperimen di SMA Negeri 1 Rengat. Tesis

SPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Qohar, A. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan Komunikasi

Matematis serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching. Disertasi SPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Riduwan. (2013). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Rifat, M. (2001). Pengaruh Pola-pola Pembelajaran Visual dalam Rangka

Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah-masalah Matematika.

(23)

Ruseffendi, HET. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa

Khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru.

Bandung: Diktat.

_____________. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non

Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran. Bandung: Mulia Mandiri Pers

Ruspiani. (2000). Kemampuan Siswa dalam Melakukan Koneksi Matematika. Tesis. UPI: Tidak diterbitkan.

Sabandar, J. (2007). Berpikir Reflektif dalam Pembelajaran Matematika. Junal

Dosen UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Safitri, PT. (2013). Pembelajaran Quick on The Draw untuk Meningkatkan

Kemampuan Penalaran Matematis dan Habits of Mind Siswa Sekolah Menengah Pertama (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMP di Kota Tangerang). Tesis SPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sari, F. (2012). Strategi Pembelajaran Langsung. [Online]. Tersedia: http://fatimahsari9.blogspot.com/2012/11/strategi-pembelajaran-langsung. html. [13 Agustus 2013].

Slavin, RE. (2009). Cooperatif Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Subagiyana. (2009). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi

Matematis Siswa SMP Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan Pendekatan Kontekstual. Tesis. UPI: Tidak diterbitkan.

Sudrajat, A. (2011). Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction). [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/ model-pembelajaran-langsung/ [13 Agustus 2013].

Sugiyono (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suhena, E. (2009). Pengaruh Strategi React dalam Pembelajaran Matematika terhadap

Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Penalaran, dan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Disertasi SPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

(24)

108

Sukino. (2010). Matematika SMP Jilid 3 untuk Kelas IX. Jakarta : Erlangga.

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa

SMA dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi UPI. Bandung: Tidak

Diterbitkan.

_________. (2012). Evaluasi dalam Pembelajaran Matematika. Bandung : SPs UPI Bandung (Pegangan Kuliah): Tidak Diterbitkan.

_________. (2013). Kumpulan Makalah: Berpikir dan Disposisi Matematik serta

Pembelajarannya. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika, FPMIPA

UPI.

Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryadi, D. (2012). Membangun Budaya Baru dalam Berpikir Matematika. Bandung: Rizki Press.

Trianto. (2012). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

TIMSS and PIRLS . (2011). Mathematics Achievement. [Online]. Tersedia: http://timessandpirls.bc.edu/data_release-2011/pdf/overvew_TIMSS_and_ PIRLS_2011_Achievement.pdf [5 April 2013]

Uyanto, SS. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran. Bandung: UPI Bandung.

Wayan, I A.(2010). 8 Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Kemendiknas.

Widaningsih, D. (2010). Perencanaan Pembelajaran matematika. Bandung: Rizqi Press.

Widodo, C dan Jasmadi, S. (2007). Panduan Menyajikan Bahan Ajar Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Elek Media Komputindo.

Yasbiati dan Inasih, (2013). “Penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe

Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Fungsi

Bagian Tumbuhan di Sekolah Dasar” Jurnal Upi Edu Vol.IV No.1

Referensi

Dokumen terkait

Data warehouse bi- cara mengenai bagaimana data-data yang besar dan beragam disimpan dalam satu repository dan disusun sedemikian se- hingga memudahkan

Status hukum anak berkaitan erat dengan status hukum perkawinan dari orang tuanya, dalam arti kata, jika perkawinan sah menurut hukum maka anak hasil perkawinan

Oleh karena itu, untuk memperkirakan harga peralatan pada tahun 2008 diperlukan suatu indeks yang dapat mengkonversikan harga peralatan sebelumnya menjadi harga ekivalen

The widely used isotherm models (Langmuir, Freundlich, Sips, and Toth) with their tempera- ture dependence form were employed to correlate the equilibrium data. It was found that

Puji syukur Penulis persembahkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “ IMPLEMENTASI

Sel-sel MSC yang diperoleh dari sumsum tulang manusia, tikus, dan mencit dapat menghasilkan beberapa jenis sel saraf sehingga dapat digunakan untuk terapi pada beberapa

Merujuk semula kepada Jabatan Meteorologi Malaysia, faktor jurulatih sangat mempengaruhi keberkesanan latihan kerana modul meteorologi adalah satu modul yang sangat teknikal dan

Semoga Tugas Akhi r i ni dapat ber manf aat bagi semua pi hak yang ber kai t an... vi DAFTAR ISI Hal aman