SKRIPSI
Oleh :
PUTRI PRATAMA NPM : 0943010129
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
PENGARUH SINETRON SI BIANG KEROK CILIK TERHADAP KEKERASAAN ANAK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI
SURABAYA
Disusun oleh : Putri Pr atama Ningtias
NPM. 0943010129
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Dra. HERLINA SUKSMAWATI. Msi NIP 196412251993092001
Mengetahui, DEKAN
PENGARUH SINETRON “ SI BIANG KEROK CILIK “ TERHADAP KEKERASAAN ANAK SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA DI SURABAYA
Disusun oleh : Putri Pr atama Ningtias
NPM. 0943010129
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional " Veteran" J awa Timur pada tanggal 27 September 2013
PEMBIMBING TIM PENGUJ I
1. Ketua
Dra. HERLINA SUKSMAWATI. Msi Dra. Sumardjijati, M.Si
NIP 196412251993092001 NIP. 196203231993092001
2. Sekr etaris
Dra. Herlina Suksmawati. Msi
NIP 196412251993092001
3. Anggota
Dr a.Dyva Claretta, M.SI NPT. 3 6601 94 00251
Mengetahui, DEKAN
KATA PENGANTAR
Segala ucapan syukur yang sedalam-dalamnya kepada Tuhan Yang Maha
Esa, penulis panjatkan karena tuntunan, hikmat, dan kasih karunia-Nya, Laporan
Praktek Magang yang berjudul “Pengaruh Sinetron Si Biang Kerok Cilik
Terhadap Kekerasaan Anak Menengah pertama di Surabaya” dapat tersusun
dan terselesaikan sebagai wujud pertanggung jawaban atas terlaksananya kegiatan
proposal skripsi penulis.
Dalam proses penyelesaian Skripsi Penelitian ini, tidak lupa juga penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:
1. Ibu Herlina Suksmawati terima kasih atas bimbingannya selama ini
2. Buat Ibu & Bapak makasih dukungannya….
3. Buat Lunlun, Reni, Fina,Tini,Fitri makasih ya bantuan dan motivasinya.
4. Bagi berbagai pihak lainnya terima kasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal
terbaik dari proposal skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga proposal skripsi
ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai
pihak. Amin
Surabaya, 08 Juli 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 11
1.3. Tujuan Penelitian ... 11
1.4. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Komunikasi Massa ... 12
2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa ... 12
2.1.2 Televisi adalah media yang sangat berbeda ... 12
2.1.3 Pengertian Televisi ... 13
2.1.4 Definisi Sinetron... 14
2.1.5 Macam-macam Katagori Sinetron ... 14
2.1.6 Tayangan Kekerasaan di Media Televisi ... 16
2.1.7 Pengertian Kekerasaan ... 17
2.1.8 Kekerasaan Anak ... 19
2.1.9 Bentuk Tindakan Kekerasaan ... 19
2.1.10 Bentuk Tindakan Kekerasaan ... 21
2.1.12 Kategori Dan Bentuk Kekerasaan ... 23
2.1.13 Anak – Anak sebagai khalayak ... 24
2.1.14 Pengaruh Televisi Terhadap Anak ... 26
2.1.15 Teori Bandura ... 38
2.1.16 Pengaruh Televisi Terhadap Anak ... 29
2.1.17 Teori Peniruan (Modeling) ... 32
2.2 Kerangka Berfikir ... 31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional ... 38
3.1.1 Pengukuran Variabel ... 39
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sempel ... 42
3.2.1 Populasi ... 42
3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 43
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.4 Analisis Data ... 44
3.5 Waktu Penelitian ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SCTV ... 49
4.1.1 Gambaran umum sinetron si biang kerok cilik... . 51
4.2 Penyajian Data dan Analisa ... 52
4.2.1 Identitas Responden ... 52
4.2.3 Terpaan Media ... 57
4.2.4 Pengaruh Sinetron Si Biang Kerok Cilik... 57
4.2.5 Kekerasan Anak (Y) ... 70
4.3 Analisis Regresi dan Uji Hipotesis... 84
4.3.1 Analisis Regresi Linier Sederhana... 84
4.4 Uji Hipotesis ... 87
4.5 Uji t ... 88
4.6 Pembahasan ... 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 89
5.2 Saran ... 91
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Tabulasi Pengaruh Sinetron Si Biang Kerok Cilik ... 92 Tabel 2 Hasil Tabulasi Kekerasan Anak Sekolah Menengah Pertama di
Surabaya ... 95 Tabel 3 Hasil Tabulasi Kekerasan Anak Sekolah Menengah Pertama di
Surabaya ... 98 Tabel 4 Hasil Tabulasi Kekerasan Anak Sekolah Menengah Pertama di
Surabaya ... 101 Tabel 5 Perhitungan Korelasi r Product Moment Pengaruh Sinetron Si Biang
ABSTRAK
Putri Pratama Ningtias, PE NGARUH SINE TRON SI BIANG KE ROK CILIK TERHADAP KE KE RASAN ANAK SE KOLAH ME NENGAH PE RTAMA DI SURABAYA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sinetron Si Biang Kerok Cilik Terhadap Kekerasan Anak dalam menyebarluaskan informasi serta mengedukasi masyarakat tentang kekerasan anak.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif serta analisis deskriptif sebagai metode analisis datanya. Selain itu, teori SOR yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Peniruan (Bandura) yang mengatakan bahwa perilaku agresif dapat dipelajari anak melalui proses belajar meniru yang dilihatnya dari tayangan dalam televisi, dengan empat proses didalamnya yaitu proses perhatian, pengingatan, pembentukan perilaku dan penguatan dari tayangan televisi. Penulis menggunakan teori tersebut dikarenakan relevan dan dapat diinterprestasikan pada masalah yang diteliti oleh penulis. Penelitian ini membahas tentang kekerasan anak.
Hasil penelitian ini Terdapat pengaruh yang signifikan pengaruh sinetron si biang kerok cilik terhadap kekerasaan anak sekolah menengah pertama sebesar 0,940, didukung jika peluang kesalahan (p) ≤ 0,05 atau pada taraf signifikan 95%, yaitu tidak ada pengaruh sinetron si biang kerok cilik terhadap kekerasaan anak sekolah menengah pertama di surabaya, didukung jika peluang kesalahan (p) > 0,05 atau pada taraf signifikan di bawah 95%.
ABSTRACT
PRIMARY DAUGHTE R NINGTIAS, SOAP EFFE CT THE YOUNG CULPRIT VIOLE NCE AGAINST CHILDREN FIRST SCHOOL IN
SURABAYA.
This study aimed to determine the effect of soap opera The Little Prickly Scrape Violence Against Children in public sertamengedukasi disseminate information about child abuse.
In this study, researchers used quantitative research methods as well as a descriptive analysis of the methods of data analysis. In addition, the theory used in this study is Impersonation Theory (Bandura) that discusses the similarities in the field of resource and experience the real sasaranlah communicated, as part of the signal that is shared equally by the source and the target. The author uses the theory is relevant and can be interpreted due to the issues examined by the author. This study discusses about child abuse.
Results of this study analyzed both for the national private television to your attention to the influence of violent messages in sinetrons the little troublemaker. So that the show is more limited for the sake of the nation's education on an ongoing basis.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi komunikasi massa dalam bentuk media massa
khususnya media televisi telah membuat dunia semakin kecil. Tren perubahan
gaya hidup masyarakat tidak hanya membawa pengaruh globalisasi melainkan
juga polarisasi – polarisasi baru. Kemajuan teknologi komunikasi telah
memungkinkan terjadinya globalisasi informasi. Oleh karena itu, kita dituntut
untuk siap menghadapi banjirnya informasi di segala bidang.
Informasi melalui media televisi yang mengalir melintas batas-batas
Negara tampaknya tidak dapat terbendung oleh jarak, ruang dan waktu. Melihat
fungsi media televisi yang begitu luas, maka secara otomatis akan memberikan
kesadaran bahwa hendaknya kita dapat memanfaatkannya secara tepat. Ini berarti
bahwa muatan-muatan pesan media televisi harus mendukung keinginan seluruh
masyarakat yang terlibat dalam berbagai sendi kehidupan sosial baik secara
polotik, ekonomi, dan budaya.
Teknologi mempunyai arti penting dalam kehidupan. Namun, teknologi
tidak selamanya bermanfaat bila penggunaannya tidak tepat guna atau tidak ada
kontrol dan pengawasan yang baik. Begitu juga televisi yang merupakan media
elektronik canggih yang sudah menjadi kebutuhan manusia, namun pada era ini
televisi di Indonesi lebih untuk kebutuhan menghibur dan ironinya menghibur
yang berebut rating sebuah bentuk peningkatan kuantitas penonton bukan
yang berkualitas. Dengan dasar itu lah televisi hanya berisi program-program
sinetron yang tiap hari bergentayangan di stasiun televisi Indonesia.
Bagi sebagian masyarakat perkotaan (permirsa) semua tayangan acara
televisi, baik komedi, film, talkshow, music, sinetron, ataupun kuis telah menjadi
trendsetter Gaya hidup. Permirsa televisi begitu tergila-gila dengan gaya bintang
iklan, pemandu acara talk show atau artis sinetron dan film. Kegilaan permirsa itu
terwujud dalam bentuk model rambut, pakaian, parfum, sampai gaya bicara
mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini media televisi telah memperkenalkan sekaligus
mempropaganda budaya elektronik menjadi budaya realitas massa. Semua budaya
yang di ciptakan orang-orang kreatif televisi mengalir seperti air bah yang sulit
untuk dibendung seiring dengan semakin menjamurnya dan meluasnya tayangan
televisi swasta di Indonesia.
Media televisi menjadi trendsetter karena melalui media layar kaca inilah
masyarakat menjadi tahu dan terus mengikuti perkembangana bidang-bidang
kehidupan yang sedang tren atau membudaya dikota tertentu atau dunia. Permirsa
akan ketinggalan informasi maupun budaya massa yang terus menerus mengalami
perubahan, baik secara perlahan maupun instan.
Televisi telah menjadi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan hiburan
maupun informasi. Semakin tingginya minat masyarakat dalam menonton televisi,
baik itu dari kalangan orangtua, remaja dan anak-anak telah ikut meningkatkan
dalam menyuguhkan berbagai macam acara untuk menarik masyarakat
menontonnya.
Salah satunya anak-anak sebagai khalayak televisi selalu di pandang
sebagai kasus khusus, karena anak-anak diasumsikan mudah tersugesti dan rentan
terkena pengaruh. Padahal setiap hari televisi ditonton ribuan manusia yang secara
langsung menjadi tiruan manusia. Parahnya beredar sinetron yang bertebaran yang
isinya hanya adegan-adegan yang tidak pantas dan tidak mendidik. Kesadaran
pengaruh negatif dari televisi khusunya sinetron kurang diperhatikan orang tua,
terkadang orang tua menirukan dengan sering menonton televisi dan akhirnya
anak ikut menonton. Ini secara langsung membentuk anak dengan tuntunan
televisi. Jika yang ditonton baik dan melalui pengawasan tidaklah menjadi
masalah. Tetapi jika yang ditonton dan tidak melalui pengawasan dan bimbingan
tentunya menjadi masalah pengaruh besar terhadap anak. Bisa dikatakan lebih
banyak negatifnya ketimbang positifnya.
Acara yang ditayangkan berbagai media televisi ada yang mudah untuk
dicerna dan tidak sulit untuk ditiru. Keberagaman informasi baik berita maupun
acara hiburan menjadi “makanan pokok” yang membuat sebagian anak-anak
menjadikan berbagai acara televisi sebagai alat panduan untuk berikap dan
berperilaku dalam kehirupan sehari-hari. Artinya apa pun yang disajikan televisi
bisa menimbulkan efek negative maupun positif.
Penggarapan suatu sinetron memang tidak lepas dari kebutuhan
pemirsanya yang heterogen. Para pembuat sinetron mencoba menaksir tontonan
lihat melalui ratting suatu sinetron. Semakin tinggi ratting suatu sinetron berarti
sinetron tersebut dilihat oleh banyak orang. Atas dasar inilah, banyak macam
sinetron yang menghiasi layar kaca. Baik dari segi cerita ataupun kategori sinetron
itu sendiri.
SCTV merupakan salah satu stasiun televisi swasta yang tampil
sebagai stasiun televisi yang banyak menyajikan program sineton. SCTV terlihat
terus berusaha untuuk fokus kepada fungsi dengan membuat sinetron yang
menarik untuk disajikan lewat program-program yang disuguhkan. Salah satunya
sinetron yang di sajikan SCTV sinetron yang berjudul Si Biang Kerok Cilik.
Sinetron ini merupakan lanjutan dari Si Biang Kerok. Si biang kerok cilik tayang
perdana tanggal 3 Desember 2012 pukul 18.00 yang di tayangkan di stasiun
televisi SCTV. Penelitian ini dilakukan sebelum teguran dari KPI yang kedua
sebelum sinetron si biang kerok cilik mengalami perubahan jam tayang. Karena
lembaga pemerhati tayangan televi Remotivi menemukan adana adegan
kekerasaan dalam tayangan tersebut.
Pemantauan yang memuat tindak kekerasaan Sinetron “Si Biang Kerok
Cilik” di pantau 7 episode dari 24 Desember 2012 samapai 30 desember 2012.
KPI menemukan 49 adegan kekerasaan fisik dan 85 kalimat dialog kekerasaan
verbal,” ucap Nurvina alifa selaku coordinator advokasi Remotivi saat ditemui di
gedung KPAI, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 24 April 2013. Setelah teguran
kembali dari KPI jam tayang si biang kerok cilik berubah jam tayang pukul 21.00
sedikit ada perbaikan namun pihak KPAI terus mengawasi sinetron “Si Biang
Kerok Cilik”.
http://hot.detik.com/movie/read/2013/04/25/161326/2230504/231/sinetron-si-biang-kerok-cilik-ditegur-kpi
Sinetron Si biang kerok cilik menceritakan Benyamin yang menikah
dengan neng Kece memiliki anak yang bernama Benju alias Benyamin Junior.
Benju yang memiliki sifat sama dengan ayahnya yaitu pembuat onar
dikampungnya. Polemik diantara keluarga benyamin yang menginginkan Benju
seperti yang mereka inginkan. Masalah datang ketika alya yang merupakan anak
Bety (Perempuan yang dulu menyukai Benyamin) satu sekolah dengan Benju.
Walau biang kerok, Benju amat rajin mengaji, salat, jago silat, serta setia kawan.
Di segi lain hindun, nenek Benju, keukeuh pingin benju jadi artis layaknya
Benyamin Sueb.
Benju memiliki musuh, Bully Jarot, yang disebut anak Kahar, jawara di
kampung mereka yang naksir berat pada rogayah. Bully Jarot senantiasa
mengganggu Benju serta Sinyo, anak Papua yang juga teman dekat Benju. Disisi
lain Bety telah menikah dan memiliki anak bernama Alya yang seusia dengan
Benju. Walau nakal, Alya senantiasa membela orang-orang yang dizolimi. Alya
yang tidak tahu keberadaan ayahnya itu selalu berantem menggunakan ilmu silat
yang diturunkan oleh Bety serta Rogayah. Musuh bebuyutan Alya yaitu Jafar.
Lantaran sering berantem, pihak sekolah mengeluarkan Alya. Bocah itu
selanjutnya masuk ke sekolah yang sama juga dengan Benju. Di sekolah baru itu
Benyamin. Sama halnya, Benyamin serta Prisilia tidak mengetahui bila Alya itu
putri Bety. Sampai akhirnya seluruh identitas mereka terkuak, pecahlah perang
pada Hindun versus Rogayah. Di sisi lain, Bety tetap bimbang karena belum bisa
move on dari Benyamin sehingga membuat Prisilia jadi tidak nyaman. Di lain
pihak, Jaki serta Gunawan selalu mengganggu Ginah, si tukang jamu seksi, yang
saat ini memiliki usaha jamu sendiri berkat bujukan mautnya. Sinopsi dari
sinetron si biang kerok cilik.
Penayangan progam acara di atas wajar-wajar saja, sebatas isi materinya
benar dan tepat. Justru yang dikhawatirkan ialah apakah sinetron ditayangkan itu
akan mengganggu perkembangan jiwa dan kepribadian anak? Apakah tayangan
itu memuat pesan pendidikan atau mengajarkan kebaikkan pada anak-anak.
Tayangan si biang kerok cilik banyak menampilkan adegan perkelahian
dan mengandung banyak unsur-unsur kekerasaan yang berdampak negatif bagi
anak-anak. Acara membuat sebagian masyarakat tidak nyaman dengan adegan
yang ada di sinetron ini. Beberapa komentar masyarakat di media internet
Amaruddin Khalish (DKI Jakarta) : Kekerasan. Mohon segera dihentikan
penayangan sinetron "Si Biang Kerok Cilik", karena film tersebut sangat tidak
mendidik. ... Pada tayangan tahan tawa terdapat adegan yang tidak mendidik.
DeeNaa Cubbycutegirlz mengirim ke Si Biang Kerok (Sinetron SCTV)28
Februariadegan nya untuk anak2 SD jgn trlalu banyak kekerasan d0nk min,anak
jaman skrg kan suka niru,okelah beladiri untuk kebenaran, ini kalo saya liat apa2
berantem gak mendidik bgt.
Aduan masyarakat tentang tayangan sinetron si bing kerok cilik membuat
Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia,
mengatakan pihaknya sudah melayangkan surat panggilan kepada SCTV untuk
mengklarifikasi dugaan pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar
Program Siaran (P3SPS).
Stasiun televisi SCTV, melalui perwakilannya, penuhi undangan KPI
Pusat untuk berdialog terkait program acara “Si Biang Kerok Cilik”. Dialog
berlangsung di kantor KPI Pusat dengan Komisioner sekaligus Koordinator
bidang isi siaran, Selasa, 13 Februari 2013.
Pertemuan tersebut membahas isi siaran yang di dalamnya banyak sekali
mengandung kekerasaan dan memberikan masukan demi perbaikan mutu siaran
SCTV ke depan. Setidaknya, SCTV punya tanggung jawab moral. Dalam dialog
yang berlangsung hampir dua jam tersebut, turut hadir perwakilan Remotivi,
Nurvina A.D
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI ) mencatat beberapa film dan sinetron
anak-anak serta remaja yang mengandung kekerasaan fisik dan verbal dalam
tayangannya bahkan beberapa tayangan telah diberikan sanksi oleh KPI.
Salah satu sinetron yang menjadi sorotan rekomendasi komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) adalahh sinetron “Si Biang Kerok Cilik” yang tayang di SCTV
Namun menurut Stasiun televisi swasta, SCTV mengklaim pihaknya
sudah melakukan perbaikan terhadap program acara "Si Biang Kerok Cilik" sejak
akhir Januari 2013. Doni Arianto, General Manager Perencanaan dan
Pengembangan Penelitian SCTV mengatakan, usai menerima laporan dari
Remotivi pada akhir Desember 2012 lalu, pihaknya langsung membenahi konten
sinetron anak tersebut.
Sejak tanggal 24 Januari sampai sekarang, konten-konten yang
mengandung kekerasan di tayangan film Si Biang Kerok Cilik sudah kami
hilangkan, hal itu menindaklanjuti laporan dari Remotivi dalam upaya melindungi
anak-anak dari tayangan kekerasan," kata Doni saat ditemui Wartakotalive.com,
usai diskusi di Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), di Jakarta, Kamis
(25/4) siang.
Menurut Doni, film yang memang diperuntukkan bagi anak-anak itu, kini
lebih menceritakan petualangan anak-anak di luar sekolah, misalnya di daerah
Tindakan-tindakan perkelahian antarsiswa di sekolah sudah kami
hilangkan, dan sekarang fokusnya adalah petualangan anak-anak tersebut dalam
menolong masyarakat sekitar," kata Doni.
Dia menambahkan, petualangan itu semisal kisah anak-anak yang
menyelamatkan seorang bayi yang diculik. Mereka menyelamatkan bayi tersebut
tidak lagi menggunakan kekerasan, tapi menggunakan kecerdikan dan
ketrampilannya.
http://wartakotalive.tribunnews.com/detil/berita/135495/Inilah-Tanggapan-SCTV-soal-Sinetron-Si-Biang-Kerok-Cilik
Menurut Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada
Januari-Agustus 2012 mencatat terdapat 3.332 kasus kekerasan terhadap anak di
Indonesia. Penelitian ini dilakukan di wilayah surabaya, karena surabaya salah
satu kota metropolitan kedua setelah Jakarta yang banyak kasus-kasus kekerasaan
pada anak. Kasus kekerasan terhadap anak, dalam triwulan pertama tahun ini
mengalami peningkatan. Dimana, pada Januari ada enam kejadian, Februari
sembilan kejadian, dan pada Maret ada 11 kejadian" Ujar Kasubag Humas
Polrestabes Surabaya, Kompol Suparti di Mapolrestabes. Menurutnya, dari
Januari ke Februari terjadi kenaikan sebesar 34 persen sedangkan dari Februari ke
Maret terjadi kenaikan sebesar 19 persen. Kasus kekerasan terhadap anak trennya
Kekerasan tidak hanya dilingkungan keluarga, dan di luar sekolah, di
sekolah pun acap terjadi tindak kekerasan, dan kejadiannya tidak hanya pada saat
masa orientasi, melainkan sepanjang tahun dengan berbagai modus, intensitas,
dan pelaku. Data yang dirilis KPAI menunjukkan bahwa 1.2026 responden, 87,6
persen anak mengaku pernah mengalami kekerasan di lingkungan sekolah. Dari
persentase itu, 29,9 persen kekerasan dilakukan guru, 42,1 persen oleh teman
sekelas, dan 28,0 persen oleh teman lain kelas. (Kompas, 11-8-2012)
Penelitian ini menggunakan Teori Peniruan (Modeling) Menurut Bandura,
sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun
penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru
memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak
untuk menirukan tingkah laku membaca.
Teori yang dianggap relevan untuk digunakan pada penelitian ini adalah
Teori S-O-R (S-O-R Theory) dari Hovland. Teori ini sebagai singkatan dari
Stimulus- Organism- Response . Menurut stimulus response ini, efek yang
ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang
dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikan.
Menurut teori S-O-R yang dikemukakan oleh Hovland, Janis, dan Kelley.
Proses dari perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar, dalam
mempelajari sikap yang baru ada tiga variabel yang menunjang proses belajar
khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan,
proses berikutnya setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka
terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.(Sumartono, 2002:44).
Selain itu, diperkuat lagi dengan efek komunikasi massa yaitu: Kognitif,
afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran belajar dan
tambahan pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan dan
sikap. Efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan
sesuatu menurut cara tertentu.(Effendy,1993:318).
Teori yang kedua Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil
interaksi faktor dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan,
beliau telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, Berdasarkan teori ini
terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung. Seterusnya proses
peniruan melalui contoh tingkah laku.. Proses peniruan yang seterusnya ialah
elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain.
Hasil paling penting dari penelitian mengenai kekerasaan adalah
perkembangan yang bertahap dari sekumpulan teori yang merangkum temuan dan
menawarkan wawasan yang berguna bagi peran media dalam kehidupan
anak-anak. Diambil bersama, mereka menawarkan dukungan kuat bagi hubugan antara
meihat televisi dan agresi.
Perilaku kekerasaan dapat di picu oleh berbaagai faktor, salah satunya
faktor yang menyebabkan timbulnya kekerasaan adalah peniruan tindak
kekerasaan antara lain menyerang, mengucapkan kata-kata kasar, memberontak,
dan melukai ( menendang, memukul, mencubit, menampar, menusuk).
Pengaruh yang terjadi di kehidupan masyarakat salah satuya terjadi pada
anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Salah satunya terjadi di desa
pulau pandan, kebupaten Kerinci kekerasaan terjadi pada seorang siswi kelas 5
SD menjadi korban kebingasan duo orang temannya. Uniknya kedua pelaku masih
berstatus sebagai siswi sekolah dasar.
Kekerasan sesama siswi tersebut mencoreng dunia pendidikan, korban
terpaksa dilarikan ke rumah sakit setelah dianiaya oleh rekannya sendiri. Akibat
peristiwa tersebut korban mengalami luka lebam si sekujur tubuh.
Kejadian bermula saat kedua pelaku merampas uang jajan korban saat jam
istirahat. Karena takut korban pun memberikan uang jajannya sebanyak 5 ribu
rupiah kepada pelaku. Namun keberingasan kedua pelaku berlanjut hingga pulang
sekolah. Namun, ke dua pelaku terus mengikuti korban hingga ke memasuki gang
yang sepi. Di tempat sepi, kedua pelaku mulai melakukan tindak kekerasan pada
korban. Dengan cara menusukkan pena ke punggung, memukul wajah korban
dengan tangan kosong bahkan memukul kepala korban. Tak puas sampai di situ,
kedua pelaku yang dikenal jagoan di sekolahnya tersebut juga menyeret korban di
atas jalan.
http://jambistar.com/berita-3747-siswi-kelas-1-smp-dianiaya-teman.html
Kekerasaan seringkali terjadi sehingga tidak menutut kemungkin
kekerasaan serupa terjadi di Surabaya. Menurut pengakuan beberapa siswa
kekerasaan di dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku kekerasaan yang sering
dilakukan antara lain berkata kasar, membentak, berantem dan memukul.
Beberarapa anak yang merupakan siswa sekolah menengah pertama mengkui
bahwa mereka sering melakukan perilaku kekerasaan seperti berkata kasar,
membentak, mencubit, memukul teman di sekolah.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh sinetron si biang kerok cilik terhadap kekerasaan pada anak
sekolah menengah pertama di Surabaya?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sinetron si biang kerok cilik
terhadap kekerasaan anak sekolah menengah pertama.
1.3Manfaat Penelitian
1. Agar orang tua lebih memberikan pengawasaan dalam kegiatan menonton
televisi.
2. Memberikan informasi kepada orang tua dan anak-anak tentang dampak
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1Studi Pendahuluan
2.1.1 Penelitian Terdahulu Pertama
Berdasarkan Jurnal yang berjudul “tayangan bermasalah dalam progam
acara televisi di indonesia”. Penelitian ini di lakukan oleh subhan afifi progam
studi ilmu komunikasi FISIP UPN “veteran” Yogjakarta.
Hasil penelitian sebagai perwujudan dari peran serta masyarakat yang
berfungsi untuk mewaspadai kepentingan masyarakat, KPI bertugas menjamin
terselenggaranya sisitem penyiaran yang sehat dan berkwalitas, sejauh ini
walaupun belum optimal, KPI telah menunjukkan peranan dalam menata sistem
penyiaran Indonesia. Terkait dengan isi siaran televisi, KPI melakukan
pemantauan terhadap seluruh stasiun televisi yang ada. Berbagai peringatan dan
teguran di berikan oleh KPI terhadap stasiun televisi yang menyiarakan progam
siaran yang di nilai bermasalah dan melanggar pedoman penyiaran P3 dan
standart progam siaran.
2.1.2 Penelitian Terdahulu Kedua
Berdasarkan Jurnal Ilmia oleh Rusdi muchtar berjudul “ Pengaruh adegan
kekerasaan di televisi”. Pada penelitin ini tentang masyarakat terhadap tayangan
kekerasaan di televisi ditemukan bahwa dari semua proses persepsi yang di teliti,
yang paling menonjol adalah pada taraf memori. Ada adegan atau informasi
berbagai progam di stasiun televisi banyak di temukan tindakan kriminal atau
kekerasaan.
2.1.3 Pengertian Komunikasi Massa
Istilah komunikasi massa yaitu muncul pertama kali pada akhir tahun
1930-an memiliki banyak pengertian sehingga sulit bagi para ahli untuk secara
sederhana mendefinisikan komunikasi massa. Kata “massa” sendiri memiliki
banyak arti dan bahakan controversial, dan istilah “komunikasi” sendiri masih
belum memiliki definisi yang dapat disetujui bersama. Namaun demikian, definisi
Gerbner (1967) mengenai komunikasi yaitu interaksi sosial melalui pesan (social
interaction through messages), tampaknya merupakan definisi yang dipandang
paling sulit dipatahakan, setidaknya definisi itu sangat ringkas dan cukup tepat
menggambarkan gejala komunikasi. Namun demikian, terdapat upaya untuk terus
mengajukan definisi lain agar dapat menggambarkan proses kerja serta sifat-sifat
komunikasi secara umum.
Istilah “massa” menggambarkan sesuatu (orang atau barang) dalam jumlah
besar, sementara “komunikasi” mengacu pada pemberian dan penerimaan arti,
pengiriman dan penerimaan pesan. Salah satu definisi awal komunikasi oleh
Janowitz (1960) menyatakan bahwa komunikasi massa terdiri atas lembaga dan
teknik dimana kelompok-kelompok terlatih menggunakan teknologi untuk
menyebarluaskan simbol-simbol kepada audien yang tersebar luas dan bersifat
heterogen. Definisi Janowitz ini berupaya menyamakan kata “komunikasi massa”
dengan pengiriman pesan yang hanya menekankan pada pengiriman saja, definisi
2.1.4 Televisi adalah media yang sangat berbeda
Asumsi pertama ini menekankan pada keunikan atau mungkin kekuatan
televisi dibandingkan dengan media lainnya. Televisi merupakan media yang
memiliki akses paling besar untuk menjangkau masyarakat, mulai dari yang
termuda hingga tua. Seseorang tidak harus bisa membaca, sabagaimana media
cetak, untuk bisa mengkonsumsi televisi, tidak seperti bioskop, tayangan televisi
umumnya dapat dinikmati tanpa perlu membayar. Tidak seperti radio, televisi
menggabungkan aantara suara dan gambar. Tidak diperlukan mobilitas untuk
menonton televisi, cukup dirumah saja.
Analisis kultivasi tidak membahas mengenai apa yang akan dilakukan
seseorang setelah ia menonton tayangan kekerasaan di televisi, tetapi teori ini
mengemukakan gagasan bahwa menyaksikan tayangan kekerasaan membuat kita
merasa takut karena tayangan kekerasaan di televisi mampu menanamkan
gambaran di dalam otak mengenai dunia yang jahat dan berbahaya. Gagasaan ini
menyatakan jumlah kekerasaan di televisi jauh lebih banyak di bandingkan
dengan realitas yang sebenarnya.(morissan, 2002:108)
2.1.5 Pengertian Televisi
Seperti halnya radio, televisi lahir setelah adanya beberapa penemuan
teknologi seperti telepon, telegraf, fotografi (yang bergerak dan yang tidak
bergerak) dan rekaman suara. Teknologi ini ditemukan untuk mencari kegunaan,
bukannya sesuatu yang lahir sebagai respons terhadap suatu kebutuhan pelayanan
Televisi adalah salah satu media hiburan dan informasi yang berkembang
pesat di indonesia dan dunia. Televisi menyuguhkan visualisasi yang tidak dapat
diberikan media massa lainnya seprti radio dan surat kabar. Kelebihan yang
menyebabkan perkembangan industri media televisi menjadi demand bagi
masyarakat permirsa.(Wawan,2008 :47).
Televisi adalah produk revolusi elektronik atau sering disebut juga
Revolusi Industri Kedua dalam abad ke-20 ini, menurut pengamatan para ahli
komunikasi menimbulkan revolution of the rising frustration (revolusi
meningkatnya frustrasi). Anggapan ini karena media elektronik telah
memanipulasi keinginan khalayak, tetapi tidak menciptakan cara-cara untuk
memperolehnya. Informasi yang disebarkan media massa elektronik terutama
dilancarkan dari atas ke bawah, dari kaum elit ke massa khalayak, dari kota ke
desa, dari yang sudah berkembang ke yang sedang berkembang. (Onong,
1992:119).
Televisi adalah sebuah pengalaman yang kita terima begitu saja. Kendati
demikian, televisi juga merupakan sesuatu yang membentuk cara berpikir kita
tentang dunia. Meskipun layar televisi bisa digunakan untuk tujuan lebih dari
sekedar penghadiran gambar-gambar penyiaran, beberapa orang masih berpikir
tentang televisi dengan mengacu pada serangkaian program yang memancar luas
melalui sederet channel atau saluran.
Rangkaian progam itu disebut genre, yang mengacu pada berbagai
kategori progam untuk menjalankan program untuk anak-anak, dokumenter,
Pandangan lain televisi adalah televisi merupakan aktivitas industri dan
sebentuk teknologi. Pandangan ini lebih tertariik pada masalah kontrol
(kekuasaaan) perusahaan-perusahaan televisi, pada globalisasi, pada implikasi
perubahan teknologi terhadap khalayak (graeme, 2000:8)
Stuart Hall 1996 mendefinisikan televisi secara luas berdasarkan apa yang
dihasilkan oleh televisi (misalnya drama) dan apa direlai televisi (misalnya
olahraga). Ini serupa dengan definisi sebagai wadah sekaligus pencipta (graeme,
2000:10)
2.1.6 Definisi Sinetron
Sinetron adalah sebuah sinema elektronik teentang sebuah cerita yang di
dalamnya membawa misi tertentu kepada pemirsa. Misi ini dapat berbentuk pesan
moral untuk permirsaa atau realitas moral yang ada di kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Sinetron-sinetron yang membawa pesan moral pada umumnya
mengangkat setting cerita lewat karakter tokoh berwatakan bijaksana dan ideal
perilakunya. Diharapkan dari tokoh ini, permirsa dapat mengambil manfaat dan
menirunya. Kelemahan dari sinetron yang berisikan moral, yaitu seringkali
terjebak pada pola menggurui serta keluar dari realitas dan objekvitas empiris.
Sinetron ini menarik perilaku masyarakat seperti diharapkan.( (wawan, 2008:120).
Perhelatan Festival Sinetron Indonesia selalu digelar tiap tahun. Pesta
akbar people broadcast (televisi) dan griya produksi ini adalah salah satu alat
ukur untuk menguji prestasi dan kemampuan praktisi sinema elektronik,
Sinetron, seperti banyak diberikan media massa adalah paket acara
lokal yang diasumsikan sangat digemari pemirsa. Setiap rating yang di
keluarkan Survey Research Indonesia selalu menunjukkan bahwa sinetron
adalah mata acara yang paling banyak penontonnya.
Memang cukup layak, kalau sinetron mendapat julukan primadona
acra televisi. Naman, tampaknya julukan primadona itu kini berangsur-angsur
mulai kualitas melainkan hanya dikerjakan untuk memenuhi tuntutan kuota
paket lokal televisi dan kejar tayang sekaligus televisi swasta yang telah hadir,
mau tak mau, layar kacanya harus diisi berbagai acara untuk menarik pemirsa
dan pemasangan iklan sebagai nyawa televisi swasta (wawan, 2008:119).
2.1.7 Macam-macam Katagor i Sinetr on
Adapun macam-macam kategori suatu sinetron yang pertama sinetron
lepas adalah sinetron yang langsung selesai saat penayangan itu juga. Sinetron ini
berisi satu episode saja. Sehingga cerita yang disajikanakan berakhir saat jam
tayang selesai. Karena jam tayang yang pendek, sinetron jenis ini biasanya
mengangkat tema-tema yang ringan agar pesan yang disampaikan tertangkap
oleh pemirsa yang melihat.
Kedua sinetron seri adalah sinetron yang jumlah episodenya banyak.
Kendati jumlah episodenya banyak, masing-masing episode tersebut tidak
berkaitan dengan episode selanjutnya. Karena cerita yang disuguhkan akan
selesai pada waktu itu juga. Kecuali karakter tokoh-tokoh utamanya yangakan
tetap seperti awal tayang. Karenanya menonton sinetron seri tidak harus
Ketiga sinetron serial adalah sinetron yang masing-masing episodenya
bersambung. Jadi cerita yang disajikan dalam sinetron serial ini belum selesai
pada hari itu juga, akan tetapi ada kelanjutannya pada hari selanjutnya. Cerita
yang diambil dalam sinetron jenis ini biasanya bercerita tentang kekomplekan
masalah hidup. Sehingga kalau dilihat dari asal usul jenis serial ini dapat ditaksir
bahwa masing-masing episode dalam sinetron ini bersambung dan bersebab
akibat. Karena itu untuk sinetron serial ada kemungkinan untuk
dipanjang-panjangkan atau ada sekuel dari sinetron pertamanya. Meskipun episodenya
banyak, akan tetapi sinetron serial ini bisa diketahui kapan episode keseluruhan
berakhir. Contoh sinetron Para Pencari Tuhan termasuk dalam kategori sinetron
serial.
Keempat sinetron miniseri adalah sinetron yang jumlah episodenya
biasanya di bawah sepuluh episode. Sinetron berjenis miniseri tidak akan
dilanjutkan lagi jumlah episodenya. Lantaran sebagai miniseri dia adalah sebuah
karya yang utuh dan selesai. Miniseri bukanlah sinetron yang panjang yang
penyiarannya dipisah-pisahkan dan dipilah-pilah karena jatah tayang yang
sedikit. Apabila terjadi pemanjangan episode karena banyak peminatnya,
miniseri tidak berubah, dia tetaplah sebuah miniseri. Sementara episode
lanjutannya disebut sebagai pseudo-miniseri.
Kelima sinetron maksiseri adalah sinetron yang jumlah episode dan kapan
berakhirnya tidak diketahui. Sinetron maksiseri berasal dari sinetron seriatau
2.1.8 Tayangan Kekerasaan di Media Televisi
Terjadinya kekerasaan antar s esame anak-anak sebenarnya tidak perlu
terjadi bila tayangan-tanyangan tersebut tidak memvisualisasikan terjadinya
perkelahian antar tokoh di sinetron. Hal yang lebih penting lainnya adala peran
orang tua sebagai pembimbing ketika anak-anak menyaksikan film-film tersebut.
Untuk menghindari terjadinya kekerasaan anak setelah menonton televisi,
para orang tua seharusnya langsung memberikan arahan dan nasehat serta
bimbingan tentang film yang telah atau sedang ditonton. Persoalan-persoalan
kekerasaan antar anak atau yang dilakukan anaka bisa memperburuk mental dan
jiwa anak ketika menginjak usia dewasa. Meraka seolah-olah bisa menguasai dan
mengendalikan orang lain dengan cara-cara kekerasaan.
Tayangan kekerasaan di televisi semakin diperkuat oleh lingkungan
keluarga yang tidak kondusif seperti perceraian orang tua, lingkungan kumuh,
kemiskinan, serta wilayah pergaulan bebas, rendahnya norma agama di
lingkungan tersebut.
Untuk mengantisipasi kekerasaan, orang tua dan pengolah televisi harus
menyiapkan diri, khususnya orang tua siap memberikan waktu dan perhatiannya
untuk anak-anak saat menonton televisi (Wawan, 2008 : 53).
2.1.9 Pengertian Kekerasaan
Istilah kekerasan berasal dari bahasa Latin violentia, yang berarti
keganasan, kebengisan, kedahsyatan, kegarangan, aniaya, dan perkosaan (Arif
Kekerasaan adalah Tindak kekerasan, menunjuk pada tindakan yang
dapat merugikan orang lain. Misalnya, pembunuhan, penjarahan, pemukulan, dan
lain-lain. Walaupun tindakan tersebut menurut masyarakat umum dinilai benar.
Pada dasarnya kekerasan diartikan sebagai perilaku dengan sengaja maupun tidak
sengaja (verbal maupun nonverbal) yang ditujukan untuk mencederai atau
merusak orang lain, baik berupa serangan fisik, mental, sosial, maupun ekonomi
yang melanggar hak asasi manusia, bertentangan dengan nilainilai dan
norma-norma masyarakat sehingga berdampak trauma psikologis bagi korban.
http://texbuk.blogspot.com/2012/01/pengertian-kekerasan-penyebab.html
Kekerasaan terjadi bila manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga
realisasi jasmani dan mental aktualnya berada dibawah realisasi pontensialnya.
Kekerasaan disini didefinisikan sebagai penyebab perbedaan antara yang
pontensial dan yang aktual. Di satu pihak manusia mempunyai potensi yang masih
ada di “dalam”, dan di lain pihak, potensi menuntut untuk diaktualkan, yaitu
dengan merealisasikan dan memperkembangkan diri dan dunianya dengan nilai
yang dipeganganya
Definisi kekerasan Fisik badan kesehatan Perserikatan Bangsa-bangsa
World Health Organization (WHO) adalah tindakan fisik yang dilakukan terhadap
orang lain atau kelompok yang mengakibatkan luka fisik, seksual dan psikogi.
Tindakan itu antara lain berupa memukul, menendang, menampar, menikam,
Istilah kekerasaan sering digunakan untuk menggambarkan perilaku baik
yang terbuka atau tertutup, dan baik yang bersifat menyerang atau bertahan yang
disertai dengan penggunaan kekuatan kepada orang lain.
Kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman
atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau
masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan
memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau
perampasan hak. (Bagong. S, dkk, 2000 : 46)
2.1.10 Kekerasaan Anak
Anak-anak melakukan tindak kekerasan atau menjadi pelaku bullying.
Bullying merupakan suatu kejadian yang seringkali tidak terhindarkan terutama di
sekolah. Bullying adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti
seseorang atau sekelompok, suatu perilaku mengancam, menindas dan membuat
perasaan orang lain tidak nyaman. Seseorang yang bisa dikatakan menjadi korban
apabila dia diperlakukan negatif (secara sengaja membuat luka atau ketidak
nyaman melalui kontak fisik, melalui perkataan atau dengan cara lain) dengan
jangka waktu sekali atau berkali-kali bahkan sering atau menjadi sebuah pola oleh
seseorang atau lebih.
Bullying seringkali terlihat sebagai bentuk-bentuk perilaku berupa
pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik maupun psikologis terhadap
seseorang atau kelompok yang lebih ‘lemah’ oleh seseorang atau sekelompok
orang yang mempersepsikan dirinya lebih ‘kuat’. Perbuatan pemaksaan atau
sekolah.(
http://prismabekasi.blogspot.com/2012/12/definisi-bullying-terhadap-anak.html )
Bentuk-bentuk bullying yang di lakukaan anak , antara lain;
1. Bullying secara fisik: menarik rambut, meninju, memukul, mendorong,
menusuk.
2. Bullying secara emosional: menolak, meneror, mengisolasi atau
menjauhkan, menekan, memeras, memfitnah, menghina, dan adanya
diskriminasi berdasarkan ras, ketidakmampuan, dan etnik. 3. Bullying
secara verbal: memberikan nama panggilan, mengejek, dan menggosip.
3. Bullying secara seksual: ekshibisionisme, berbuat cabul, dan adanya
pelecehan seksual
Perilaku kekerasaan adalah keadaan dimana seorang menunjukkan sikap
yang bermusuhan yang ditunjukan terhadap diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan secara verbal maupun non verbal yang dapat menyebabkan kerusakan.
(stuart&Laraia, 2001)
Perilaku kekerasaan dapat di picu oleh berbaagai faktor, salah satunya
faktor yang menyebabkan timbulnya kekerasaan adalah peniruan tindak
kekerasaan dari berbagai media. Perilaku yang berkaitan dengan perilaku
kekerasaan antara lain menyerang, mengucapkan kata-kata kasar, memberontak,
dan melukai ( menendang, memukul, mencubit, menampar, menusuk).
2.1.11 Bentuk Tindakan Kekerasaan
Istilah kekerasaan digunakan untuk menggambarkan perilaku, baik yang
bertahan, yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain. Oleh karena itu,
ada empat jenis kekerasaan yang dapat diidentifikasi :
a. Kekerasaan terbuka kekerasaan yang dapat dilihat, seperti perkelahian
b. Kekerasaan tertutup, kekerasaan terssembunyi atau tidak dilakukan
langsung
c. Kekerasaan agresif, kekerasaan yang dilakukan tidak untuk
perlindungan, tetapi untuk mendapatkan sesuatu, seperti penjabalan
d. Kekerasaan defensive, kekerasaan Sifat Kekerasanyang dilakukan
sebagai tindakan perlindungan diri. Baik kekerasaan agresif maupun
defensive bisa bersifat terbuka maupun tertutup.
Perilaku mengancam jauh lebih menonjol dari kekerasaan terbuka, dan
kekerasaan defensive jauh lebih menonjol dari kekerasaan agresif. Perilaku
mengancam mengkomunikasikan pada orang lain suatu maksud untuk
menggunakan kekerasaan terbuka bila diperlukan. Orang yang melakukan
ancaman sesungguhnya tidak bermaksud melakukan kekerasaan orang hanya
mempercayai kebenaran ancaman dan kemampuan pengancaman mewudjudkan
ancamannya(thomas, 2008:11)
2.1.12 Sifat Kekerasaan
Aksi kekerasaan yang sering terjadi di sekitar kita dilihat dari jenisnya
dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis yaitu kekerasaan langsung,
1. Kekerasaan Langsung
Kekerasaan langsung merujuk pada tindakan yang menyerang fisik atau
psikologis seseorang secara langsung yang termasuk dalam kategori ini adalah
semua bentuk pembunuhan individual atau kelompok, seperti pemusnahan etnis,
kejahatan perang. Pembunuhan massal dan juga semua bentuk tindakkan paksa
atau brutal yang menyebabkan penderitaan fisik dan psikologis seseorang
(pengusiran paksa terhadap suatu masyarakat, penculikan, pemerkosaan,
penganiayaan). Semua tindakan tersebut merupakan tindakan mengganggu hak
asasi manusia yang paling mendasar yakni hak untuk hidup.
2. Kekerasaan Tidak Langsung
Tindakan yang membahayakan manusia, bahkan kadang – kadang sampai
ancaman kematian, tetapi tidak melibatkan hubungan langsung antra korban dan
pihak ( orang, masyarakat atau institusi) yang bertanggungjawab atas kekerasaan
tersebut. Disini terdapat sub kategori yang bisa dibedakan, yakni kekerasaan
dengan pembiaran dan kekerasaan yang termediasi.
Kekerasaan dengan atau karena pembiaran digambarkan dengan seseorang
dalam keadaan bahaya dan tidak ada orang yang menolongnya. Kalau hendak
member hukuman kepada pelakunya yaitu orang yang mengetahui tetapi menolak
untuk memberikan pertolongan segera kepada korban.
3. Kekerasaan Represif
Kekerasaan ini berkaitan dengan pencabutan hak dasar untuk bertahan
termasuk pelanggaran hak asasi manusia seperti mengekang kebebasaan.,
martabat manusia dan kesamaan hak bagi setiap manusia. Kekerasan represif
terkait dengan tiga hak dasar manusia yaitu hak sipil, hak politik dan hak sosial.
hak sipil adalah terkait dengan kebebasan berfikir, beragama, kebebasaan
berorganisasi dan privasi kesamaan di hadapan hukum. Hak politik berkaitan
dengan hak berpartisipasi masyarakat secara demokratis dalam kehidupan politik
seperti mengikuti pemilihan umum dan kebebasaan beribicara dan berpendapat.
Sedangkan hak sosial berkaitan dengan larangan untuk menciptakan atau memiliki
serikat buruh atau larangan untuk melakukan mogok kerja.
4. Kekerasaan Alienatif
Kekerasaan yang merujuk pada penccabutan hak-hak individu yang lebih
tinggi. Misalnya hak pertumbuhan kejiwaan (emosi), budaya atau intelektual.
Pentingan memasukan hak- hak asasi manusia kedalam jenis kekerasaan alienatif
ini adalah untuk menegaskan bahwa manusia juga membutuhkan pemenuhan
kebutuhan – kebutuhan non material, kepuasaan kerja. Terlibat dalam kegiatan –
kegiatan kreatif. Kebutuhan anak akan kasih saying. Rasa kepemilikan secara
sosial atau indentitas budaya.
Konsep alienasi sebagai kekerasaan melihat kekerasaan ini bisa berguna
tidak hanya untuk melihat fenomena pemusnahaan etnis tetapi juga dapat di
gunakan untuk menjelaskan fenomena kehidupan sehari – hari secara umum
seperti situasi kerja yang tidak manusiawi di industry tertentu ( perkerjaan rutin,
pemaksaan hubungan sosial yang hirarkhis) atau peminggiran orang – orang yang
2.1.13 Kategori Dan Bentuk Kekerasaan
1. Kekerasaan Langsung
Pembunuhan
a. Genosida / Pemusnahan manusia
b. Pembunuhan missal
c. Pembunuhan individu
Tindakkan Brutal
a. Penyiksaan
b. Pemerkosaan
c. Penganiayaan
Pembatasaan / Tekanan Fisik
a. Pindahan dari satu populasi
b. Penggusuran paksa
c. Penculikan
d. Penyanderaan
e. Pemenjaraan
f. Buruh kerja paksa
2. Kekerasaan Tidak Langsung
Pelangaran terhadap hak hidup manusia
a. Kekerasaan karena pembiaraan
d. Kekerasaan dengan mediasi
3. Kekerasaan Represif
Perampasaan hak-hak fundamental
a. Hak-hak sosial
b. Serikat kerja atau industry
c. Kesetaraan sosial dan gender
d. Partisipasi dalam kehidupan sosial dan ekonomi
e. Perlindungan atas hak milik pribadi
f. Hak-hak sipil warga Negara
g. Hak-hak politik
4. Kekerasaan alienatif
a. Perampasaan hak-hak yang lebih tinggi
b. Pengasingan habitat dari populasinya
c. Pengasingan dari pergaulan sosial
d. Pemusnahan etnis .(ridwan, 2006 : 23)
2.1.14 Anak – Anak sebagai khalayak
Anak-anak sebagai khalayak televisi selalu di pandang sebagai kasus
khusus, karena anak-anak diasumsikan mudah tersugesti dan rentan terkena
pengaruh. Asumsi-asumsi mengenai efek juga implicit terkandung dalaam
kecenderungan progam-progam yang ditunjukan pada khalayak muda, termasuk
yang jelas-jelas berpendidikan.
Persoalan besar ketika membahas anak muda dan efek televisi, setidaknya
ketidaktahuan relaatif kita mengeni bagaimana anak-anak menonton dan apa yang
mereka buat terhadap materi televisi. Anak-anak berkembang matang dengan
berbagi cara yang berbeda pada usia yang berbeda pula. Anak-anak tumbuh dalam
lingkungan yang berbeda, yang mungkin atau tidak mungkin membantu
anak-anak mengiterpretasikan televisi.
Variasi-variasi subkutural dalam lingkungan tentu saja penting dalam hal
ini. Apa yang mungkin anak-anak katakana perihal televisi dan apa yang mungkin
disugestikan berkenaan dengan efek pada mereka, bagaimanapun, beroperasi
dalam kerangka kerja yang dipikirkan orang dewasa tentang anak-anak. Orang
dewasa memiliki pandangannya sendiri perihal seperti apa yang seharusnya
anak-anak itu, pengalaman kanak-anak-kanak-anak apa yang semestinya dibutuhkan, dan tentu
juga berkenaan dengan apa seperti apa harusnya pengaruh televisi pada
anak-anak. Stephen Wagg(1992) berbicara ihwal “konseptualisasi anak sebagai wadah
pasif, serta tuntutan standar. (Graeme burton 2000:364)
2.1.15 Pengaruh Televisi Terhadap Anak
1. Pengaruh Positif
Banyak hal yang perlu dipahami bahwa sebagaimana halnya
televisI memiliki keunggulan yang mampu memikat hati masyarakat
secara fundamental. Adapun kegunaan televisi terhadap anak-anak yaitu
sebagai berikut :
a. Televisi mampu menembus segala lini aspek kehidupan anak-anak
b. Televisi menyediakan segala macam informasi sehingga dapat
memudahkan anak-anak untuk menjangkau apa yang menjadi dasar
kebutuhannya.
c. Televisi telah menjadi panggung seni dan fisikoterapi dalam kehidupan
masyarakat sehingga anak-anak mampu terhibur dengan keajaiban
yang diberikan oleh televise.
d. Televisi dapat menjadi bahan pembelajaran bagi bagi anak-anak.
e. Televisi idealnya bisa menjadi sarana mendapatkan informasi yang
mendidik dan bisameningkatkan kualitas hidup seseorang. Namun,
kenyataannya, saat ini harapan itu sangat jauh. Televisi kita terutama
stasiun televisi swasta, mereka lebih banyak menampilkan acara
hiburan, maupun sinetron-sinetron yang menawarkan nilai-nilai gaya
hidup bebas, hedonis. Begitu juga beragam tayangan
infotainment yang kadang menayangkan acara perselingkuhan. Dengan
demikian, kisah pergaulan bebas bukan menjadi hal yang tabu lagi.
Makanya, tak ada langkah yang lebih manjur selain mengurangi
menonton televisi ini karena lambat laun otak akan teracuni oleh
nilai-nilai yang sebenarnya sangat negatif. Untuk mendapatkan informasi,
kalangan muda bisa mengalihkan perhatian denganmembaca koran,
majalah maupun buku-buku.
f. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak positif
dengan semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan
2. Pengaruh Negatif
Dalam acara televisi anak biasanya memperhatikan bukan hanya
apa yang diucapkan orang ditelevisi, bahkan bagaimana cara
mengucapkannya. Dari sini anak secara bertahap dapat meningkatkan
kemampuan pelapalan pada tata bahasa. Tentunya semua ini belum pasti
memberi pola yang baik dalam pengungkapan hal-hal yang dikatakan
anak. Cara berbicara ini biasanya disertai dengan pola gerak tubuh.
Bagaimana cara menggerakkan anggota tubuh ketika mengucapkan
kata-kata tertentu, bagaimana agar orang bisa lebih yakin dan percaya,semua
ini didapatkan anak di layar televisi. Dengan demikian, anak akan
semakin menghargai televisi, ketika dalam pengalaman hidupnya
sehari-hari tidak anak dapatkan hal yang serupa itu.
Action dan gaya bicara seperti ini biasa didapatkan pada
acara-acara seperti sinetron maupun film.Hal itu nampak, bahwa dalam
kolektivitasnya, anak-anak sering membentuk permainan pura-pura. Jenis
permainan ini dapat bersifat refroduktif dan produktif yang bentuknya
sering disebut kreatif.
Dalam permainan sinetron yang reproduktif, anak-anak berusaha
memproduksi situasi yang di lihatnya baik dari kehidupan nyata maupun
media massa kedalam permainannya. Sedangkan dalam permainan
produktif, anak-anak menggunakan situasi, tindakan dan bicara dari
permainan drama ini, anak sering meniru karakter tokoh yang disukainya,
baik yang ada dalam kehidupan atau pun dari media massa.
Minat anak terhadap permainan sinetron ini akan berkurang seiring
dengan meningkatnya realisme dan menurunnya kemampuan untuk
menganggap hidup benda mati. Kalaupun permainan seperti ini jarang
dilakukan, paling tidak anak akan meniru berbagai ucapan yang
disukainya atau yang sukai kelompoknya (demi persahabatan).
http://asmisiangka.blogspot.com/2013/01/kti-pengaruh-dampak-televisi-terhadap.html
2.1.16 TEORI S-O-R
Teori yang dianggap relevan untuk digunakan pada penelitian ini
adalah Teori S-O-R (S-O-R Theory) dari Hovland. Teori ini sebagai
singkatan dari Stimulus- Organism- Response . Menurut stimulus response
ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus,
sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian
antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalan teori ini
adalah:
a) Pesan (stimulus, S)
b) Komunikan (Organism, O)
c) Efek (Response, R)
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap
communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana
mengubah sikap komunikan.
Menurut teori S-O-R yang dikemukakan oleh Hovland, Janis, dan
Kelley. Proses dari perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar,
dalam mempelajari sikap yang baru ada tiga variabel yang menunjang
proses belajar yaitu: Perhatian, pengertian, dan penerimaan yang termasuk
ke dalam organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada
perhatian dari komunikan, proses berikutnya setelah komunikan
mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk
mengubah sikap.(Sumartono, 2002:44). Ketiga variabel ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2
TEORI S-O-R
Sumber : (Effendy,1993:255)
Gambar diatas menunjukan bahwa perubahan sikap khususnya
minat bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau Stim u lu s
Organisme : § Perhatian § Pengertian § penerimaan
pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau
mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari
komunikan.
Selain itu, diperkuat lagi dengan efek komunikasi massa yaitu:
Kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan
kesadaran belajar dan tambahan pengetahuan. Efek afektif berhubungan
dengan emosi, perasaan dan sikap. Efek konatif berhubungan dengan
perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara
tertentu.(Effendy,1993:318).
Teori S-O-R menitikberatkan pada penyebab sikap yang dapat
mengubahnya, dan tergantung pada kualitas rangsang yang berkomunikasi
dengan organisme, karakteristik dari komunikator (sumber) menentukan
keberhasilan tentang perubahan sikap.
Di jabarkan disini yang merupakan stimulus adalah foto berita
pada berita utama di H.U Galamedia, lalu yang menjadi organism di sini
adalah pembaca Pada pelanggan Pada pelanggan Pada pelanggan Pada
pelanggan di Kecamatan Andir Bandung, sedangkan yang di maksud
respon pada teori ini adalah minat membaca setelah melihat foto berita
pada berita utama di H.U Galamedia.
2.1.17 Teori Peniruan (Modeling)
Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia
dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku
penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk
menirukan tingkah laku membaca.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil
interaksi faktor dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini
menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran
peniruan, Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan
yaitu meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruan melalui
contoh tingkah laku.. Proses peniruan yang seterusnya ialah
elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan
pada orang lain.
A. Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)
Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan
gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses
belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu : perhatian / atensi, mengingat
/ retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.
1. Perhatian (’Attention’)
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat
mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai,
harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki.
2. Mengingat (’Retention’)
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu
3. Reproduksi gerak (’Reproduction’)
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku,
subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan
4. Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura
karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan
sesuatu.
B. Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura
1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan
2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai
dan lain – lain
3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang
didemonstrasikan guru sebagai model
4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan
penguatan yang positif
5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan,
dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan
penguatan yang positif.
C. J enis – jenis Peniruan (modelling)
A. Peniruan Langsung
Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu
fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu
B. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian
secara tidak langsung.
C. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku
yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung.
D. Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
E. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
D. Hal lain yang har us diperhatikan bahwa faktor model atau
teladan mempunyai pr insip – prinsip sebagai berikut :
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara
mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara
simbolik kemudian melakukannya2. Individu lebih menyukai
perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
2. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut
disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang
bermanfaat.
E. Kelemahan Teori Albert Bandura
1. Teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah
laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan
2. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya
dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat
sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan
meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak
diterima dalam masyarakat.
F. Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar
sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku
seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut.
Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya
conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu
pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris
dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus
pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social
dan kognitif.(Bandura,1996:106)
2.1Kerangka Ber fikir
Televisi adalah salah satu media hiburan dan informasi yang berkembang
pesat di indonesia dan dunia. Televisi menyuguhkan visualisasi yang tidak dapat
diberikan media massa lainnya seprti radio dan surat kabar. Kelebihan yang
menyebabkan perkembangan industri media televisi menjadi demand bagi
masyarakat permirsa.(Wawan,2008 :47).
Televisi merupakan sarana atau media disukai masyarakat televisi
begitu luas dan tranparan. Dari berbagai progam acara yang ada, progam acara
sinetron akhir-akhir ini begitu populer dikalangan masyarakat Indonesia. Dari
tayangan sinetron si biang kerok cilik di harapkan agar orang tua dapat menteleksi
setiap adegan –adegan yang di tayangankan. Agar tidak berdampak negative pada
anak-anak saat menonton televisi.
Proses komunikasi dengan menggunakan media televisi dapat dijelaskan
dengan model SMCR yang terdiri dari source, massage, channel, dan receiver.
Menurut azwar (2002:34) dalam proses pembentukan dan perubahan sikap,
peranan media massa tidaklah kecil. Bila tanggapan anak-anak terhadapa sinetron
si biang kerok bagus, maka progam tersebut akan semakin eksis tayang di televisi.
Seperti yang di kemukakan oleh Cangara (2003:151) khalayak adalah salah satu
faktor dari proses komunikasi, karena itu unsure khalayak tidak boleh diabaikan.
Khalayak dalam penelitian ini adalah permirsa televisi khususnya anak-anak di
Surabaya.
Tanyangan si biang kerok cilik adalah salah satu sinetron yang ditujukan
utuk kalangan anak-anak. Yang di dalam adegan sinetron terdapat unsur
kekerasaan secara fisik maupun psikis. Salah satunya adegan kekerasaan secara
fisik sering menampilkn adegan berkelahi dengan teman dilingkungan sekolah.
Variabel –variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebes dan
terikat. Variabel bebes terdiri dri pengaruh sinetron si biang kerok cilik yang
berisikan tentang intensitas menonton sinetron si biang kerok cilik di televisi.
Variabel terikat dari penelitian adalah kekerasaan yang di lakukan oleh anak usia
Gambar 2.1 : Kerangka pemikiran penelitian tentang Pengaruh Sinetron si Biang
Kerok Cilik Terhadap Kekerasaan pada anak Sekolah Dasar di
Surabaya
Y= variabel Terikat
Kekeraasaan yang dilakukan anak Tayangan si
Biang kerok
cilik
X=Variabel Bebas
Pengaruh Sinetron si
Biang Kerok Cilik
1. Frekuensi
menonton
sinetron si
biang kerok
cilik
2. Durasi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu bebas dan terikat.
Dimana variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari pengaruh sinetron si
biang kerok cilik terhadap kekerasaan pada anak di Surabaya.
Definisi operasional adalah pengolahan konsep-konsep yang konstruksi
dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku, gejala yang diamati, dapat diuji
dan dapat ditentukan kebenarnya oleh orang lain.
1. Pengaruh sinetron si biang kerok cilik adalah suatu akibat yang baik
secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan suatu perubahan perilaku dan
sikap orang lain atau kelompok. Dalam hal ini sinetron si biang kerok cilik
memiliki pengaruh yang negative atau positif.
2. Kekerasaan yang dilakukan oleh Anak-anak atau menjadi pelaku
bullying. Bullying merupakan suatu kejadian yang seringkali tidak terhindarkan
terutama di sekolah. Bullying adalah tindakan mengintimidasi dan memaksa
seorang individu atau kelompok yang lebih lemah untuk melakukan sesuatu di
luar kehendak mereka, dengan maksud untuk membahayakan fisik, mental atau
emosional melalui pelecehan dan penyerangan.
Seseorang yang bisa dikatakan menjadi korban apabila dia diperlakukan
negatif (secara sengaja membuat luka atau ketidak nyaman melalui kontak fisik,
melalui perkataan atau dengan cara lain) dengan jangka waktu sekali atau