• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SINETRON “SI BIANG KEROK CILIK” DI SURABAYA TERHADAP KEKERASAAN ANAK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SINETRON “SI BIANG KEROK CILIK” DI SURABAYA TERHADAP KEKERASAAN ANAK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI SURABAYA."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

PUTRI PRATAMA NPM : 0943010129

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)

PENGARUH SINETRON SI BIANG KEROK CILIK TERHADAP KEKERASAAN ANAK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI

SURABAYA

Disusun oleh : Putri Pr atama Ningtias

NPM. 0943010129

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

Dra. HERLINA SUKSMAWATI. Msi NIP 196412251993092001

Mengetahui, DEKAN

(3)

PENGARUH SINETRON “ SI BIANG KEROK CILIK “ TERHADAP KEKERASAAN ANAK SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA DI SURABAYA

Disusun oleh : Putri Pr atama Ningtias

NPM. 0943010129

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional " Veteran" J awa Timur pada tanggal 27 September 2013

PEMBIMBING TIM PENGUJ I

1. Ketua

Dra. HERLINA SUKSMAWATI. Msi Dra. Sumardjijati, M.Si

NIP 196412251993092001 NIP. 196203231993092001

2. Sekr etaris

Dra. Herlina Suksmawati. Msi

NIP 196412251993092001

3. Anggota

Dr a.Dyva Claretta, M.SI NPT. 3 6601 94 00251

Mengetahui, DEKAN

(4)

KATA PENGANTAR

Segala ucapan syukur yang sedalam-dalamnya kepada Tuhan Yang Maha

Esa, penulis panjatkan karena tuntunan, hikmat, dan kasih karunia-Nya, Laporan

Praktek Magang yang berjudul “Pengaruh Sinetron Si Biang Kerok Cilik

Terhadap Kekerasaan Anak Menengah pertama di Surabaya” dapat tersusun

dan terselesaikan sebagai wujud pertanggung jawaban atas terlaksananya kegiatan

proposal skripsi penulis.

Dalam proses penyelesaian Skripsi Penelitian ini, tidak lupa juga penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Ibu Herlina Suksmawati terima kasih atas bimbingannya selama ini

2. Buat Ibu & Bapak makasih dukungannya….

3. Buat Lunlun, Reni, Fina,Tini,Fitri makasih ya bantuan dan motivasinya.

4. Bagi berbagai pihak lainnya terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.

Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal

terbaik dari proposal skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga proposal skripsi

ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai

pihak. Amin

Surabaya, 08 Juli 2013

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Komunikasi Massa ... 12

2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa ... 12

2.1.2 Televisi adalah media yang sangat berbeda ... 12

2.1.3 Pengertian Televisi ... 13

2.1.4 Definisi Sinetron... 14

2.1.5 Macam-macam Katagori Sinetron ... 14

2.1.6 Tayangan Kekerasaan di Media Televisi ... 16

2.1.7 Pengertian Kekerasaan ... 17

2.1.8 Kekerasaan Anak ... 19

2.1.9 Bentuk Tindakan Kekerasaan ... 19

2.1.10 Bentuk Tindakan Kekerasaan ... 21

(6)

2.1.12 Kategori Dan Bentuk Kekerasaan ... 23

2.1.13 Anak – Anak sebagai khalayak ... 24

2.1.14 Pengaruh Televisi Terhadap Anak ... 26

2.1.15 Teori Bandura ... 38

2.1.16 Pengaruh Televisi Terhadap Anak ... 29

2.1.17 Teori Peniruan (Modeling) ... 32

2.2 Kerangka Berfikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional ... 38

3.1.1 Pengukuran Variabel ... 39

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sempel ... 42

3.2.1 Populasi ... 42

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 43

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.4 Analisis Data ... 44

3.5 Waktu Penelitian ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SCTV ... 49

4.1.1 Gambaran umum sinetron si biang kerok cilik... . 51

4.2 Penyajian Data dan Analisa ... 52

4.2.1 Identitas Responden ... 52

(7)

4.2.3 Terpaan Media ... 57

4.2.4 Pengaruh Sinetron Si Biang Kerok Cilik... 57

4.2.5 Kekerasan Anak (Y) ... 70

4.3 Analisis Regresi dan Uji Hipotesis... 84

4.3.1 Analisis Regresi Linier Sederhana... 84

4.4 Uji Hipotesis ... 87

4.5 Uji t ... 88

4.6 Pembahasan ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 89

5.2 Saran ... 91

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Tabulasi Pengaruh Sinetron Si Biang Kerok Cilik ... 92 Tabel 2 Hasil Tabulasi Kekerasan Anak Sekolah Menengah Pertama di

Surabaya ... 95 Tabel 3 Hasil Tabulasi Kekerasan Anak Sekolah Menengah Pertama di

Surabaya ... 98 Tabel 4 Hasil Tabulasi Kekerasan Anak Sekolah Menengah Pertama di

Surabaya ... 101 Tabel 5 Perhitungan Korelasi r Product Moment Pengaruh Sinetron Si Biang

(9)

ABSTRAK

Putri Pratama Ningtias, PE NGARUH SINE TRON SI BIANG KE ROK CILIK TERHADAP KE KE RASAN ANAK SE KOLAH ME NENGAH PE RTAMA DI SURABAYA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sinetron Si Biang Kerok Cilik Terhadap Kekerasan Anak dalam menyebarluaskan informasi serta mengedukasi masyarakat tentang kekerasan anak.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif serta analisis deskriptif sebagai metode analisis datanya. Selain itu, teori SOR yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Peniruan (Bandura) yang mengatakan bahwa perilaku agresif dapat dipelajari anak melalui proses belajar meniru yang dilihatnya dari tayangan dalam televisi, dengan empat proses didalamnya yaitu proses perhatian, pengingatan, pembentukan perilaku dan penguatan dari tayangan televisi. Penulis menggunakan teori tersebut dikarenakan relevan dan dapat diinterprestasikan pada masalah yang diteliti oleh penulis. Penelitian ini membahas tentang kekerasan anak.

Hasil penelitian ini Terdapat pengaruh yang signifikan pengaruh sinetron si biang kerok cilik terhadap kekerasaan anak sekolah menengah pertama sebesar 0,940, didukung jika peluang kesalahan (p) ≤ 0,05 atau pada taraf signifikan 95%, yaitu tidak ada pengaruh sinetron si biang kerok cilik terhadap kekerasaan anak sekolah menengah pertama di surabaya, didukung jika peluang kesalahan (p) > 0,05 atau pada taraf signifikan di bawah 95%.

(10)

ABSTRACT

PRIMARY DAUGHTE R NINGTIAS, SOAP EFFE CT THE YOUNG CULPRIT VIOLE NCE AGAINST CHILDREN FIRST SCHOOL IN

SURABAYA.

This study aimed to determine the effect of soap opera The Little Prickly Scrape Violence Against Children in public sertamengedukasi disseminate information about child abuse.

In this study, researchers used quantitative research methods as well as a descriptive analysis of the methods of data analysis. In addition, the theory used in this study is Impersonation Theory (Bandura) that discusses the similarities in the field of resource and experience the real sasaranlah communicated, as part of the signal that is shared equally by the source and the target. The author uses the theory is relevant and can be interpreted due to the issues examined by the author. This study discusses about child abuse.

Results of this study analyzed both for the national private television to your attention to the influence of violent messages in sinetrons the little troublemaker. So that the show is more limited for the sake of the nation's education on an ongoing basis.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi komunikasi massa dalam bentuk media massa

khususnya media televisi telah membuat dunia semakin kecil. Tren perubahan

gaya hidup masyarakat tidak hanya membawa pengaruh globalisasi melainkan

juga polarisasi – polarisasi baru. Kemajuan teknologi komunikasi telah

memungkinkan terjadinya globalisasi informasi. Oleh karena itu, kita dituntut

untuk siap menghadapi banjirnya informasi di segala bidang.

Informasi melalui media televisi yang mengalir melintas batas-batas

Negara tampaknya tidak dapat terbendung oleh jarak, ruang dan waktu. Melihat

fungsi media televisi yang begitu luas, maka secara otomatis akan memberikan

kesadaran bahwa hendaknya kita dapat memanfaatkannya secara tepat. Ini berarti

bahwa muatan-muatan pesan media televisi harus mendukung keinginan seluruh

masyarakat yang terlibat dalam berbagai sendi kehidupan sosial baik secara

polotik, ekonomi, dan budaya.

Teknologi mempunyai arti penting dalam kehidupan. Namun, teknologi

tidak selamanya bermanfaat bila penggunaannya tidak tepat guna atau tidak ada

kontrol dan pengawasan yang baik. Begitu juga televisi yang merupakan media

elektronik canggih yang sudah menjadi kebutuhan manusia, namun pada era ini

televisi di Indonesi lebih untuk kebutuhan menghibur dan ironinya menghibur

(12)

yang berebut rating sebuah bentuk peningkatan kuantitas penonton bukan

yang berkualitas. Dengan dasar itu lah televisi hanya berisi program-program

sinetron yang tiap hari bergentayangan di stasiun televisi Indonesia.

Bagi sebagian masyarakat perkotaan (permirsa) semua tayangan acara

televisi, baik komedi, film, talkshow, music, sinetron, ataupun kuis telah menjadi

trendsetter Gaya hidup. Permirsa televisi begitu tergila-gila dengan gaya bintang

iklan, pemandu acara talk show atau artis sinetron dan film. Kegilaan permirsa itu

terwujud dalam bentuk model rambut, pakaian, parfum, sampai gaya bicara

mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam hal ini media televisi telah memperkenalkan sekaligus

mempropaganda budaya elektronik menjadi budaya realitas massa. Semua budaya

yang di ciptakan orang-orang kreatif televisi mengalir seperti air bah yang sulit

untuk dibendung seiring dengan semakin menjamurnya dan meluasnya tayangan

televisi swasta di Indonesia.

Media televisi menjadi trendsetter karena melalui media layar kaca inilah

masyarakat menjadi tahu dan terus mengikuti perkembangana bidang-bidang

kehidupan yang sedang tren atau membudaya dikota tertentu atau dunia. Permirsa

akan ketinggalan informasi maupun budaya massa yang terus menerus mengalami

perubahan, baik secara perlahan maupun instan.

Televisi telah menjadi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan hiburan

maupun informasi. Semakin tingginya minat masyarakat dalam menonton televisi,

baik itu dari kalangan orangtua, remaja dan anak-anak telah ikut meningkatkan

(13)

dalam menyuguhkan berbagai macam acara untuk menarik masyarakat

menontonnya.

Salah satunya anak-anak sebagai khalayak televisi selalu di pandang

sebagai kasus khusus, karena anak-anak diasumsikan mudah tersugesti dan rentan

terkena pengaruh. Padahal setiap hari televisi ditonton ribuan manusia yang secara

langsung menjadi tiruan manusia. Parahnya beredar sinetron yang bertebaran yang

isinya hanya adegan-adegan yang tidak pantas dan tidak mendidik. Kesadaran

pengaruh negatif dari televisi khusunya sinetron kurang diperhatikan orang tua,

terkadang orang tua menirukan dengan sering menonton televisi dan akhirnya

anak ikut menonton. Ini secara langsung membentuk anak dengan tuntunan

televisi. Jika yang ditonton baik dan melalui pengawasan tidaklah menjadi

masalah. Tetapi jika yang ditonton dan tidak melalui pengawasan dan bimbingan

tentunya menjadi masalah pengaruh besar terhadap anak. Bisa dikatakan lebih

banyak negatifnya ketimbang positifnya.

Acara yang ditayangkan berbagai media televisi ada yang mudah untuk

dicerna dan tidak sulit untuk ditiru. Keberagaman informasi baik berita maupun

acara hiburan menjadi “makanan pokok” yang membuat sebagian anak-anak

menjadikan berbagai acara televisi sebagai alat panduan untuk berikap dan

berperilaku dalam kehirupan sehari-hari. Artinya apa pun yang disajikan televisi

bisa menimbulkan efek negative maupun positif.

Penggarapan suatu sinetron memang tidak lepas dari kebutuhan

pemirsanya yang heterogen. Para pembuat sinetron mencoba menaksir tontonan

(14)

lihat melalui ratting suatu sinetron. Semakin tinggi ratting suatu sinetron berarti

sinetron tersebut dilihat oleh banyak orang. Atas dasar inilah, banyak macam

sinetron yang menghiasi layar kaca. Baik dari segi cerita ataupun kategori sinetron

itu sendiri.

SCTV merupakan salah satu stasiun televisi swasta yang tampil

sebagai stasiun televisi yang banyak menyajikan program sineton. SCTV terlihat

terus berusaha untuuk fokus kepada fungsi dengan membuat sinetron yang

menarik untuk disajikan lewat program-program yang disuguhkan. Salah satunya

sinetron yang di sajikan SCTV sinetron yang berjudul Si Biang Kerok Cilik.

Sinetron ini merupakan lanjutan dari Si Biang Kerok. Si biang kerok cilik tayang

perdana tanggal 3 Desember 2012 pukul 18.00 yang di tayangkan di stasiun

televisi SCTV. Penelitian ini dilakukan sebelum teguran dari KPI yang kedua

sebelum sinetron si biang kerok cilik mengalami perubahan jam tayang. Karena

lembaga pemerhati tayangan televi Remotivi menemukan adana adegan

kekerasaan dalam tayangan tersebut.

Pemantauan yang memuat tindak kekerasaan Sinetron “Si Biang Kerok

Cilik” di pantau 7 episode dari 24 Desember 2012 samapai 30 desember 2012.

KPI menemukan 49 adegan kekerasaan fisik dan 85 kalimat dialog kekerasaan

verbal,” ucap Nurvina alifa selaku coordinator advokasi Remotivi saat ditemui di

gedung KPAI, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 24 April 2013. Setelah teguran

kembali dari KPI jam tayang si biang kerok cilik berubah jam tayang pukul 21.00

(15)

sedikit ada perbaikan namun pihak KPAI terus mengawasi sinetron “Si Biang

Kerok Cilik”.

http://hot.detik.com/movie/read/2013/04/25/161326/2230504/231/sinetron-si-biang-kerok-cilik-ditegur-kpi

Sinetron Si biang kerok cilik menceritakan Benyamin yang menikah

dengan neng Kece memiliki anak yang bernama Benju alias Benyamin Junior.

Benju yang memiliki sifat sama dengan ayahnya yaitu pembuat onar

dikampungnya. Polemik diantara keluarga benyamin yang menginginkan Benju

seperti yang mereka inginkan. Masalah datang ketika alya yang merupakan anak

Bety (Perempuan yang dulu menyukai Benyamin) satu sekolah dengan Benju.

Walau biang kerok, Benju amat rajin mengaji, salat, jago silat, serta setia kawan.

Di segi lain hindun, nenek Benju, keukeuh pingin benju jadi artis layaknya

Benyamin Sueb.

Benju memiliki musuh, Bully Jarot, yang disebut anak Kahar, jawara di

kampung mereka yang naksir berat pada rogayah. Bully Jarot senantiasa

mengganggu Benju serta Sinyo, anak Papua yang juga teman dekat Benju. Disisi

lain Bety telah menikah dan memiliki anak bernama Alya yang seusia dengan

Benju. Walau nakal, Alya senantiasa membela orang-orang yang dizolimi. Alya

yang tidak tahu keberadaan ayahnya itu selalu berantem menggunakan ilmu silat

yang diturunkan oleh Bety serta Rogayah. Musuh bebuyutan Alya yaitu Jafar.

Lantaran sering berantem, pihak sekolah mengeluarkan Alya. Bocah itu

selanjutnya masuk ke sekolah yang sama juga dengan Benju. Di sekolah baru itu

(16)

Benyamin. Sama halnya, Benyamin serta Prisilia tidak mengetahui bila Alya itu

putri Bety. Sampai akhirnya seluruh identitas mereka terkuak, pecahlah perang

pada Hindun versus Rogayah. Di sisi lain, Bety tetap bimbang karena belum bisa

move on dari Benyamin sehingga membuat Prisilia jadi tidak nyaman. Di lain

pihak, Jaki serta Gunawan selalu mengganggu Ginah, si tukang jamu seksi, yang

saat ini memiliki usaha jamu sendiri berkat bujukan mautnya. Sinopsi dari

sinetron si biang kerok cilik.

Penayangan progam acara di atas wajar-wajar saja, sebatas isi materinya

benar dan tepat. Justru yang dikhawatirkan ialah apakah sinetron ditayangkan itu

akan mengganggu perkembangan jiwa dan kepribadian anak? Apakah tayangan

itu memuat pesan pendidikan atau mengajarkan kebaikkan pada anak-anak.

Tayangan si biang kerok cilik banyak menampilkan adegan perkelahian

dan mengandung banyak unsur-unsur kekerasaan yang berdampak negatif bagi

anak-anak. Acara membuat sebagian masyarakat tidak nyaman dengan adegan

yang ada di sinetron ini. Beberapa komentar masyarakat di media internet

Amaruddin Khalish (DKI Jakarta) : Kekerasan. Mohon segera dihentikan

penayangan sinetron "Si Biang Kerok Cilik", karena film tersebut sangat tidak

mendidik. ... Pada tayangan tahan tawa terdapat adegan yang tidak mendidik.

(17)

DeeNaa Cubbycutegirlz mengirim ke Si Biang Kerok (Sinetron SCTV)28

Februariadegan nya untuk anak2 SD jgn trlalu banyak kekerasan d0nk min,anak

jaman skrg kan suka niru,okelah beladiri untuk kebenaran, ini kalo saya liat apa2

berantem gak mendidik bgt.

Aduan masyarakat tentang tayangan sinetron si bing kerok cilik membuat

Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia,

mengatakan pihaknya sudah melayangkan surat panggilan kepada SCTV untuk

mengklarifikasi dugaan pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar

Program Siaran (P3SPS).

Stasiun televisi SCTV, melalui perwakilannya, penuhi undangan KPI

Pusat untuk berdialog terkait program acara “Si Biang Kerok Cilik”. Dialog

berlangsung di kantor KPI Pusat dengan Komisioner sekaligus Koordinator

bidang isi siaran, Selasa, 13 Februari 2013.

Pertemuan tersebut membahas isi siaran yang di dalamnya banyak sekali

mengandung kekerasaan dan memberikan masukan demi perbaikan mutu siaran

SCTV ke depan. Setidaknya, SCTV punya tanggung jawab moral. Dalam dialog

yang berlangsung hampir dua jam tersebut, turut hadir perwakilan Remotivi,

Nurvina A.D

(18)

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI ) mencatat beberapa film dan sinetron

anak-anak serta remaja yang mengandung kekerasaan fisik dan verbal dalam

tayangannya bahkan beberapa tayangan telah diberikan sanksi oleh KPI.

Salah satu sinetron yang menjadi sorotan rekomendasi komisi Perlindungan Anak

Indonesia (KPAI) adalahh sinetron “Si Biang Kerok Cilik” yang tayang di SCTV

Namun menurut Stasiun televisi swasta, SCTV mengklaim pihaknya

sudah melakukan perbaikan terhadap program acara "Si Biang Kerok Cilik" sejak

akhir Januari 2013. Doni Arianto, General Manager Perencanaan dan

Pengembangan Penelitian SCTV mengatakan, usai menerima laporan dari

Remotivi pada akhir Desember 2012 lalu, pihaknya langsung membenahi konten

sinetron anak tersebut.

Sejak tanggal 24 Januari sampai sekarang, konten-konten yang

mengandung kekerasan di tayangan film Si Biang Kerok Cilik sudah kami

hilangkan, hal itu menindaklanjuti laporan dari Remotivi dalam upaya melindungi

anak-anak dari tayangan kekerasan," kata Doni saat ditemui Wartakotalive.com,

usai diskusi di Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), di Jakarta, Kamis

(25/4) siang.

Menurut Doni, film yang memang diperuntukkan bagi anak-anak itu, kini

lebih menceritakan petualangan anak-anak di luar sekolah, misalnya di daerah

(19)

Tindakan-tindakan perkelahian antarsiswa di sekolah sudah kami

hilangkan, dan sekarang fokusnya adalah petualangan anak-anak tersebut dalam

menolong masyarakat sekitar," kata Doni.

Dia menambahkan, petualangan itu semisal kisah anak-anak yang

menyelamatkan seorang bayi yang diculik. Mereka menyelamatkan bayi tersebut

tidak lagi menggunakan kekerasan, tapi menggunakan kecerdikan dan

ketrampilannya.

http://wartakotalive.tribunnews.com/detil/berita/135495/Inilah-Tanggapan-SCTV-soal-Sinetron-Si-Biang-Kerok-Cilik

Menurut Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada

Januari-Agustus 2012 mencatat terdapat 3.332 kasus kekerasan terhadap anak di

Indonesia. Penelitian ini dilakukan di wilayah surabaya, karena surabaya salah

satu kota metropolitan kedua setelah Jakarta yang banyak kasus-kasus kekerasaan

pada anak. Kasus kekerasan terhadap anak, dalam triwulan pertama tahun ini

mengalami peningkatan. Dimana, pada Januari ada enam kejadian, Februari

sembilan kejadian, dan pada Maret ada 11 kejadian" Ujar Kasubag Humas

Polrestabes Surabaya, Kompol Suparti di Mapolrestabes. Menurutnya, dari

Januari ke Februari terjadi kenaikan sebesar 34 persen sedangkan dari Februari ke

Maret terjadi kenaikan sebesar 19 persen. Kasus kekerasan terhadap anak trennya

(20)

Kekerasan tidak hanya dilingkungan keluarga, dan di luar sekolah, di

sekolah pun acap terjadi tindak kekerasan, dan kejadiannya tidak hanya pada saat

masa orientasi, melainkan sepanjang tahun dengan berbagai modus, intensitas,

dan pelaku. Data yang dirilis KPAI menunjukkan bahwa 1.2026 responden, 87,6

persen anak mengaku pernah mengalami kekerasan di lingkungan sekolah. Dari

persentase itu, 29,9 persen kekerasan dilakukan guru, 42,1 persen oleh teman

sekelas, dan 28,0 persen oleh teman lain kelas. (Kompas, 11-8-2012)

Penelitian ini menggunakan Teori Peniruan (Modeling) Menurut Bandura,

sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun

penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru

memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak

untuk menirukan tingkah laku membaca.

Teori yang dianggap relevan untuk digunakan pada penelitian ini adalah

Teori S-O-R (S-O-R Theory) dari Hovland. Teori ini sebagai singkatan dari

Stimulus- Organism- Response . Menurut stimulus response ini, efek yang

ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang

dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi

komunikan.

Menurut teori S-O-R yang dikemukakan oleh Hovland, Janis, dan Kelley.

Proses dari perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar, dalam

mempelajari sikap yang baru ada tiga variabel yang menunjang proses belajar

(21)

khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan,

proses berikutnya setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka

terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.(Sumartono, 2002:44).

Selain itu, diperkuat lagi dengan efek komunikasi massa yaitu: Kognitif,

afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran belajar dan

tambahan pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan dan

sikap. Efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan

sesuatu menurut cara tertentu.(Effendy,1993:318).

Teori yang kedua Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil

interaksi faktor dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan,

beliau telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, Berdasarkan teori ini

terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung. Seterusnya proses

peniruan melalui contoh tingkah laku.. Proses peniruan yang seterusnya ialah

elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain.

Hasil paling penting dari penelitian mengenai kekerasaan adalah

perkembangan yang bertahap dari sekumpulan teori yang merangkum temuan dan

menawarkan wawasan yang berguna bagi peran media dalam kehidupan

anak-anak. Diambil bersama, mereka menawarkan dukungan kuat bagi hubugan antara

meihat televisi dan agresi.

Perilaku kekerasaan dapat di picu oleh berbaagai faktor, salah satunya

faktor yang menyebabkan timbulnya kekerasaan adalah peniruan tindak

(22)

kekerasaan antara lain menyerang, mengucapkan kata-kata kasar, memberontak,

dan melukai ( menendang, memukul, mencubit, menampar, menusuk).

Pengaruh yang terjadi di kehidupan masyarakat salah satuya terjadi pada

anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Salah satunya terjadi di desa

pulau pandan, kebupaten Kerinci kekerasaan terjadi pada seorang siswi kelas 5

SD menjadi korban kebingasan duo orang temannya. Uniknya kedua pelaku masih

berstatus sebagai siswi sekolah dasar.

Kekerasan sesama siswi tersebut mencoreng dunia pendidikan, korban

terpaksa dilarikan ke rumah sakit setelah dianiaya oleh rekannya sendiri. Akibat

peristiwa tersebut korban mengalami luka lebam si sekujur tubuh.

Kejadian bermula saat kedua pelaku merampas uang jajan korban saat jam

istirahat. Karena takut korban pun memberikan uang jajannya sebanyak 5 ribu

rupiah kepada pelaku. Namun keberingasan kedua pelaku berlanjut hingga pulang

sekolah. Namun, ke dua pelaku terus mengikuti korban hingga ke memasuki gang

yang sepi. Di tempat sepi, kedua pelaku mulai melakukan tindak kekerasan pada

korban. Dengan cara menusukkan pena ke punggung, memukul wajah korban

dengan tangan kosong bahkan memukul kepala korban. Tak puas sampai di situ,

kedua pelaku yang dikenal jagoan di sekolahnya tersebut juga menyeret korban di

atas jalan.

http://jambistar.com/berita-3747-siswi-kelas-1-smp-dianiaya-teman.html

Kekerasaan seringkali terjadi sehingga tidak menutut kemungkin

kekerasaan serupa terjadi di Surabaya. Menurut pengakuan beberapa siswa

(23)

kekerasaan di dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku kekerasaan yang sering

dilakukan antara lain berkata kasar, membentak, berantem dan memukul.

Beberarapa anak yang merupakan siswa sekolah menengah pertama mengkui

bahwa mereka sering melakukan perilaku kekerasaan seperti berkata kasar,

membentak, mencubit, memukul teman di sekolah.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana pengaruh sinetron si biang kerok cilik terhadap kekerasaan pada anak

sekolah menengah pertama di Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sinetron si biang kerok cilik

terhadap kekerasaan anak sekolah menengah pertama.

1.3Manfaat Penelitian

1. Agar orang tua lebih memberikan pengawasaan dalam kegiatan menonton

televisi.

2. Memberikan informasi kepada orang tua dan anak-anak tentang dampak

(24)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1Studi Pendahuluan

2.1.1 Penelitian Terdahulu Pertama

Berdasarkan Jurnal yang berjudul “tayangan bermasalah dalam progam

acara televisi di indonesia”. Penelitian ini di lakukan oleh subhan afifi progam

studi ilmu komunikasi FISIP UPN “veteran” Yogjakarta.

Hasil penelitian sebagai perwujudan dari peran serta masyarakat yang

berfungsi untuk mewaspadai kepentingan masyarakat, KPI bertugas menjamin

terselenggaranya sisitem penyiaran yang sehat dan berkwalitas, sejauh ini

walaupun belum optimal, KPI telah menunjukkan peranan dalam menata sistem

penyiaran Indonesia. Terkait dengan isi siaran televisi, KPI melakukan

pemantauan terhadap seluruh stasiun televisi yang ada. Berbagai peringatan dan

teguran di berikan oleh KPI terhadap stasiun televisi yang menyiarakan progam

siaran yang di nilai bermasalah dan melanggar pedoman penyiaran P3 dan

standart progam siaran.

2.1.2 Penelitian Terdahulu Kedua

Berdasarkan Jurnal Ilmia oleh Rusdi muchtar berjudul “ Pengaruh adegan

kekerasaan di televisi”. Pada penelitin ini tentang masyarakat terhadap tayangan

kekerasaan di televisi ditemukan bahwa dari semua proses persepsi yang di teliti,

yang paling menonjol adalah pada taraf memori. Ada adegan atau informasi

(25)

berbagai progam di stasiun televisi banyak di temukan tindakan kriminal atau

kekerasaan.

2.1.3 Pengertian Komunikasi Massa

Istilah komunikasi massa yaitu muncul pertama kali pada akhir tahun

1930-an memiliki banyak pengertian sehingga sulit bagi para ahli untuk secara

sederhana mendefinisikan komunikasi massa. Kata “massa” sendiri memiliki

banyak arti dan bahakan controversial, dan istilah “komunikasi” sendiri masih

belum memiliki definisi yang dapat disetujui bersama. Namaun demikian, definisi

Gerbner (1967) mengenai komunikasi yaitu interaksi sosial melalui pesan (social

interaction through messages), tampaknya merupakan definisi yang dipandang

paling sulit dipatahakan, setidaknya definisi itu sangat ringkas dan cukup tepat

menggambarkan gejala komunikasi. Namun demikian, terdapat upaya untuk terus

mengajukan definisi lain agar dapat menggambarkan proses kerja serta sifat-sifat

komunikasi secara umum.

Istilah “massa” menggambarkan sesuatu (orang atau barang) dalam jumlah

besar, sementara “komunikasi” mengacu pada pemberian dan penerimaan arti,

pengiriman dan penerimaan pesan. Salah satu definisi awal komunikasi oleh

Janowitz (1960) menyatakan bahwa komunikasi massa terdiri atas lembaga dan

teknik dimana kelompok-kelompok terlatih menggunakan teknologi untuk

menyebarluaskan simbol-simbol kepada audien yang tersebar luas dan bersifat

heterogen. Definisi Janowitz ini berupaya menyamakan kata “komunikasi massa”

dengan pengiriman pesan yang hanya menekankan pada pengiriman saja, definisi

(26)

2.1.4 Televisi adalah media yang sangat berbeda

Asumsi pertama ini menekankan pada keunikan atau mungkin kekuatan

televisi dibandingkan dengan media lainnya. Televisi merupakan media yang

memiliki akses paling besar untuk menjangkau masyarakat, mulai dari yang

termuda hingga tua. Seseorang tidak harus bisa membaca, sabagaimana media

cetak, untuk bisa mengkonsumsi televisi, tidak seperti bioskop, tayangan televisi

umumnya dapat dinikmati tanpa perlu membayar. Tidak seperti radio, televisi

menggabungkan aantara suara dan gambar. Tidak diperlukan mobilitas untuk

menonton televisi, cukup dirumah saja.

Analisis kultivasi tidak membahas mengenai apa yang akan dilakukan

seseorang setelah ia menonton tayangan kekerasaan di televisi, tetapi teori ini

mengemukakan gagasan bahwa menyaksikan tayangan kekerasaan membuat kita

merasa takut karena tayangan kekerasaan di televisi mampu menanamkan

gambaran di dalam otak mengenai dunia yang jahat dan berbahaya. Gagasaan ini

menyatakan jumlah kekerasaan di televisi jauh lebih banyak di bandingkan

dengan realitas yang sebenarnya.(morissan, 2002:108)

2.1.5 Pengertian Televisi

Seperti halnya radio, televisi lahir setelah adanya beberapa penemuan

teknologi seperti telepon, telegraf, fotografi (yang bergerak dan yang tidak

bergerak) dan rekaman suara. Teknologi ini ditemukan untuk mencari kegunaan,

bukannya sesuatu yang lahir sebagai respons terhadap suatu kebutuhan pelayanan

(27)

Televisi adalah salah satu media hiburan dan informasi yang berkembang

pesat di indonesia dan dunia. Televisi menyuguhkan visualisasi yang tidak dapat

diberikan media massa lainnya seprti radio dan surat kabar. Kelebihan yang

menyebabkan perkembangan industri media televisi menjadi demand bagi

masyarakat permirsa.(Wawan,2008 :47).

Televisi adalah produk revolusi elektronik atau sering disebut juga

Revolusi Industri Kedua dalam abad ke-20 ini, menurut pengamatan para ahli

komunikasi menimbulkan revolution of the rising frustration (revolusi

meningkatnya frustrasi). Anggapan ini karena media elektronik telah

memanipulasi keinginan khalayak, tetapi tidak menciptakan cara-cara untuk

memperolehnya. Informasi yang disebarkan media massa elektronik terutama

dilancarkan dari atas ke bawah, dari kaum elit ke massa khalayak, dari kota ke

desa, dari yang sudah berkembang ke yang sedang berkembang. (Onong,

1992:119).

Televisi adalah sebuah pengalaman yang kita terima begitu saja. Kendati

demikian, televisi juga merupakan sesuatu yang membentuk cara berpikir kita

tentang dunia. Meskipun layar televisi bisa digunakan untuk tujuan lebih dari

sekedar penghadiran gambar-gambar penyiaran, beberapa orang masih berpikir

tentang televisi dengan mengacu pada serangkaian program yang memancar luas

melalui sederet channel atau saluran.

Rangkaian progam itu disebut genre, yang mengacu pada berbagai

kategori progam untuk menjalankan program untuk anak-anak, dokumenter,

(28)

Pandangan lain televisi adalah televisi merupakan aktivitas industri dan

sebentuk teknologi. Pandangan ini lebih tertariik pada masalah kontrol

(kekuasaaan) perusahaan-perusahaan televisi, pada globalisasi, pada implikasi

perubahan teknologi terhadap khalayak (graeme, 2000:8)

Stuart Hall 1996 mendefinisikan televisi secara luas berdasarkan apa yang

dihasilkan oleh televisi (misalnya drama) dan apa direlai televisi (misalnya

olahraga). Ini serupa dengan definisi sebagai wadah sekaligus pencipta (graeme,

2000:10)

2.1.6 Definisi Sinetron

Sinetron adalah sebuah sinema elektronik teentang sebuah cerita yang di

dalamnya membawa misi tertentu kepada pemirsa. Misi ini dapat berbentuk pesan

moral untuk permirsaa atau realitas moral yang ada di kehidupan masyarakat

sehari-hari.

Sinetron-sinetron yang membawa pesan moral pada umumnya

mengangkat setting cerita lewat karakter tokoh berwatakan bijaksana dan ideal

perilakunya. Diharapkan dari tokoh ini, permirsa dapat mengambil manfaat dan

menirunya. Kelemahan dari sinetron yang berisikan moral, yaitu seringkali

terjebak pada pola menggurui serta keluar dari realitas dan objekvitas empiris.

Sinetron ini menarik perilaku masyarakat seperti diharapkan.( (wawan, 2008:120).

Perhelatan Festival Sinetron Indonesia selalu digelar tiap tahun. Pesta

akbar people broadcast (televisi) dan griya produksi ini adalah salah satu alat

ukur untuk menguji prestasi dan kemampuan praktisi sinema elektronik,

(29)

Sinetron, seperti banyak diberikan media massa adalah paket acara

lokal yang diasumsikan sangat digemari pemirsa. Setiap rating yang di

keluarkan Survey Research Indonesia selalu menunjukkan bahwa sinetron

adalah mata acara yang paling banyak penontonnya.

Memang cukup layak, kalau sinetron mendapat julukan primadona

acra televisi. Naman, tampaknya julukan primadona itu kini berangsur-angsur

mulai kualitas melainkan hanya dikerjakan untuk memenuhi tuntutan kuota

paket lokal televisi dan kejar tayang sekaligus televisi swasta yang telah hadir,

mau tak mau, layar kacanya harus diisi berbagai acara untuk menarik pemirsa

dan pemasangan iklan sebagai nyawa televisi swasta (wawan, 2008:119).

2.1.7 Macam-macam Katagor i Sinetr on

Adapun macam-macam kategori suatu sinetron yang pertama sinetron

lepas adalah sinetron yang langsung selesai saat penayangan itu juga. Sinetron ini

berisi satu episode saja. Sehingga cerita yang disajikanakan berakhir saat jam

tayang selesai. Karena jam tayang yang pendek, sinetron jenis ini biasanya

mengangkat tema-tema yang ringan agar pesan yang disampaikan tertangkap

oleh pemirsa yang melihat.

Kedua sinetron seri adalah sinetron yang jumlah episodenya banyak.

Kendati jumlah episodenya banyak, masing-masing episode tersebut tidak

berkaitan dengan episode selanjutnya. Karena cerita yang disuguhkan akan

selesai pada waktu itu juga. Kecuali karakter tokoh-tokoh utamanya yangakan

tetap seperti awal tayang. Karenanya menonton sinetron seri tidak harus

(30)

Ketiga sinetron serial adalah sinetron yang masing-masing episodenya

bersambung. Jadi cerita yang disajikan dalam sinetron serial ini belum selesai

pada hari itu juga, akan tetapi ada kelanjutannya pada hari selanjutnya. Cerita

yang diambil dalam sinetron jenis ini biasanya bercerita tentang kekomplekan

masalah hidup. Sehingga kalau dilihat dari asal usul jenis serial ini dapat ditaksir

bahwa masing-masing episode dalam sinetron ini bersambung dan bersebab

akibat. Karena itu untuk sinetron serial ada kemungkinan untuk

dipanjang-panjangkan atau ada sekuel dari sinetron pertamanya. Meskipun episodenya

banyak, akan tetapi sinetron serial ini bisa diketahui kapan episode keseluruhan

berakhir. Contoh sinetron Para Pencari Tuhan termasuk dalam kategori sinetron

serial.

Keempat sinetron miniseri adalah sinetron yang jumlah episodenya

biasanya di bawah sepuluh episode. Sinetron berjenis miniseri tidak akan

dilanjutkan lagi jumlah episodenya. Lantaran sebagai miniseri dia adalah sebuah

karya yang utuh dan selesai. Miniseri bukanlah sinetron yang panjang yang

penyiarannya dipisah-pisahkan dan dipilah-pilah karena jatah tayang yang

sedikit. Apabila terjadi pemanjangan episode karena banyak peminatnya,

miniseri tidak berubah, dia tetaplah sebuah miniseri. Sementara episode

lanjutannya disebut sebagai pseudo-miniseri.

Kelima sinetron maksiseri adalah sinetron yang jumlah episode dan kapan

berakhirnya tidak diketahui. Sinetron maksiseri berasal dari sinetron seriatau

(31)

2.1.8 Tayangan Kekerasaan di Media Televisi

Terjadinya kekerasaan antar s esame anak-anak sebenarnya tidak perlu

terjadi bila tayangan-tanyangan tersebut tidak memvisualisasikan terjadinya

perkelahian antar tokoh di sinetron. Hal yang lebih penting lainnya adala peran

orang tua sebagai pembimbing ketika anak-anak menyaksikan film-film tersebut.

Untuk menghindari terjadinya kekerasaan anak setelah menonton televisi,

para orang tua seharusnya langsung memberikan arahan dan nasehat serta

bimbingan tentang film yang telah atau sedang ditonton. Persoalan-persoalan

kekerasaan antar anak atau yang dilakukan anaka bisa memperburuk mental dan

jiwa anak ketika menginjak usia dewasa. Meraka seolah-olah bisa menguasai dan

mengendalikan orang lain dengan cara-cara kekerasaan.

Tayangan kekerasaan di televisi semakin diperkuat oleh lingkungan

keluarga yang tidak kondusif seperti perceraian orang tua, lingkungan kumuh,

kemiskinan, serta wilayah pergaulan bebas, rendahnya norma agama di

lingkungan tersebut.

Untuk mengantisipasi kekerasaan, orang tua dan pengolah televisi harus

menyiapkan diri, khususnya orang tua siap memberikan waktu dan perhatiannya

untuk anak-anak saat menonton televisi (Wawan, 2008 : 53).

2.1.9 Pengertian Kekerasaan

Istilah kekerasan berasal dari bahasa Latin violentia, yang berarti

keganasan, kebengisan, kedahsyatan, kegarangan, aniaya, dan perkosaan (Arif

(32)

Kekerasaan adalah Tindak kekerasan, menunjuk pada tindakan yang

dapat merugikan orang lain. Misalnya, pembunuhan, penjarahan, pemukulan, dan

lain-lain. Walaupun tindakan tersebut menurut masyarakat umum dinilai benar.

Pada dasarnya kekerasan diartikan sebagai perilaku dengan sengaja maupun tidak

sengaja (verbal maupun nonverbal) yang ditujukan untuk mencederai atau

merusak orang lain, baik berupa serangan fisik, mental, sosial, maupun ekonomi

yang melanggar hak asasi manusia, bertentangan dengan nilainilai dan

norma-norma masyarakat sehingga berdampak trauma psikologis bagi korban.

http://texbuk.blogspot.com/2012/01/pengertian-kekerasan-penyebab.html

Kekerasaan terjadi bila manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga

realisasi jasmani dan mental aktualnya berada dibawah realisasi pontensialnya.

Kekerasaan disini didefinisikan sebagai penyebab perbedaan antara yang

pontensial dan yang aktual. Di satu pihak manusia mempunyai potensi yang masih

ada di “dalam”, dan di lain pihak, potensi menuntut untuk diaktualkan, yaitu

dengan merealisasikan dan memperkembangkan diri dan dunianya dengan nilai

yang dipeganganya

Definisi kekerasan Fisik badan kesehatan Perserikatan Bangsa-bangsa

World Health Organization (WHO) adalah tindakan fisik yang dilakukan terhadap

orang lain atau kelompok yang mengakibatkan luka fisik, seksual dan psikogi.

Tindakan itu antara lain berupa memukul, menendang, menampar, menikam,

(33)

Istilah kekerasaan sering digunakan untuk menggambarkan perilaku baik

yang terbuka atau tertutup, dan baik yang bersifat menyerang atau bertahan yang

disertai dengan penggunaan kekuatan kepada orang lain.

Kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman

atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau

masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan

memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau

perampasan hak. (Bagong. S, dkk, 2000 : 46)

2.1.10 Kekerasaan Anak

Anak-anak melakukan tindak kekerasan atau menjadi pelaku bullying.

Bullying merupakan suatu kejadian yang seringkali tidak terhindarkan terutama di

sekolah. Bullying adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti

seseorang atau sekelompok, suatu perilaku mengancam, menindas dan membuat

perasaan orang lain tidak nyaman. Seseorang yang bisa dikatakan menjadi korban

apabila dia diperlakukan negatif (secara sengaja membuat luka atau ketidak

nyaman melalui kontak fisik, melalui perkataan atau dengan cara lain) dengan

jangka waktu sekali atau berkali-kali bahkan sering atau menjadi sebuah pola oleh

seseorang atau lebih.

Bullying seringkali terlihat sebagai bentuk-bentuk perilaku berupa

pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik maupun psikologis terhadap

seseorang atau kelompok yang lebih ‘lemah’ oleh seseorang atau sekelompok

orang yang mempersepsikan dirinya lebih ‘kuat’. Perbuatan pemaksaan atau

(34)

sekolah.(

http://prismabekasi.blogspot.com/2012/12/definisi-bullying-terhadap-anak.html )

Bentuk-bentuk bullying yang di lakukaan anak , antara lain;

1. Bullying secara fisik: menarik rambut, meninju, memukul, mendorong,

menusuk.

2. Bullying secara emosional: menolak, meneror, mengisolasi atau

menjauhkan, menekan, memeras, memfitnah, menghina, dan adanya

diskriminasi berdasarkan ras, ketidakmampuan, dan etnik. 3. Bullying

secara verbal: memberikan nama panggilan, mengejek, dan menggosip.

3. Bullying secara seksual: ekshibisionisme, berbuat cabul, dan adanya

pelecehan seksual

Perilaku kekerasaan adalah keadaan dimana seorang menunjukkan sikap

yang bermusuhan yang ditunjukan terhadap diri sendiri, orang lain, dan

lingkungan secara verbal maupun non verbal yang dapat menyebabkan kerusakan.

(stuart&Laraia, 2001)

Perilaku kekerasaan dapat di picu oleh berbaagai faktor, salah satunya

faktor yang menyebabkan timbulnya kekerasaan adalah peniruan tindak

kekerasaan dari berbagai media. Perilaku yang berkaitan dengan perilaku

kekerasaan antara lain menyerang, mengucapkan kata-kata kasar, memberontak,

dan melukai ( menendang, memukul, mencubit, menampar, menusuk).

2.1.11 Bentuk Tindakan Kekerasaan

Istilah kekerasaan digunakan untuk menggambarkan perilaku, baik yang

(35)

bertahan, yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain. Oleh karena itu,

ada empat jenis kekerasaan yang dapat diidentifikasi :

a. Kekerasaan terbuka kekerasaan yang dapat dilihat, seperti perkelahian

b. Kekerasaan tertutup, kekerasaan terssembunyi atau tidak dilakukan

langsung

c. Kekerasaan agresif, kekerasaan yang dilakukan tidak untuk

perlindungan, tetapi untuk mendapatkan sesuatu, seperti penjabalan

d. Kekerasaan defensive, kekerasaan Sifat Kekerasanyang dilakukan

sebagai tindakan perlindungan diri. Baik kekerasaan agresif maupun

defensive bisa bersifat terbuka maupun tertutup.

Perilaku mengancam jauh lebih menonjol dari kekerasaan terbuka, dan

kekerasaan defensive jauh lebih menonjol dari kekerasaan agresif. Perilaku

mengancam mengkomunikasikan pada orang lain suatu maksud untuk

menggunakan kekerasaan terbuka bila diperlukan. Orang yang melakukan

ancaman sesungguhnya tidak bermaksud melakukan kekerasaan orang hanya

mempercayai kebenaran ancaman dan kemampuan pengancaman mewudjudkan

ancamannya(thomas, 2008:11)

2.1.12 Sifat Kekerasaan

Aksi kekerasaan yang sering terjadi di sekitar kita dilihat dari jenisnya

dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis yaitu kekerasaan langsung,

(36)

1. Kekerasaan Langsung

Kekerasaan langsung merujuk pada tindakan yang menyerang fisik atau

psikologis seseorang secara langsung yang termasuk dalam kategori ini adalah

semua bentuk pembunuhan individual atau kelompok, seperti pemusnahan etnis,

kejahatan perang. Pembunuhan massal dan juga semua bentuk tindakkan paksa

atau brutal yang menyebabkan penderitaan fisik dan psikologis seseorang

(pengusiran paksa terhadap suatu masyarakat, penculikan, pemerkosaan,

penganiayaan). Semua tindakan tersebut merupakan tindakan mengganggu hak

asasi manusia yang paling mendasar yakni hak untuk hidup.

2. Kekerasaan Tidak Langsung

Tindakan yang membahayakan manusia, bahkan kadang – kadang sampai

ancaman kematian, tetapi tidak melibatkan hubungan langsung antra korban dan

pihak ( orang, masyarakat atau institusi) yang bertanggungjawab atas kekerasaan

tersebut. Disini terdapat sub kategori yang bisa dibedakan, yakni kekerasaan

dengan pembiaran dan kekerasaan yang termediasi.

Kekerasaan dengan atau karena pembiaran digambarkan dengan seseorang

dalam keadaan bahaya dan tidak ada orang yang menolongnya. Kalau hendak

member hukuman kepada pelakunya yaitu orang yang mengetahui tetapi menolak

untuk memberikan pertolongan segera kepada korban.

3. Kekerasaan Represif

Kekerasaan ini berkaitan dengan pencabutan hak dasar untuk bertahan

(37)

termasuk pelanggaran hak asasi manusia seperti mengekang kebebasaan.,

martabat manusia dan kesamaan hak bagi setiap manusia. Kekerasan represif

terkait dengan tiga hak dasar manusia yaitu hak sipil, hak politik dan hak sosial.

hak sipil adalah terkait dengan kebebasan berfikir, beragama, kebebasaan

berorganisasi dan privasi kesamaan di hadapan hukum. Hak politik berkaitan

dengan hak berpartisipasi masyarakat secara demokratis dalam kehidupan politik

seperti mengikuti pemilihan umum dan kebebasaan beribicara dan berpendapat.

Sedangkan hak sosial berkaitan dengan larangan untuk menciptakan atau memiliki

serikat buruh atau larangan untuk melakukan mogok kerja.

4. Kekerasaan Alienatif

Kekerasaan yang merujuk pada penccabutan hak-hak individu yang lebih

tinggi. Misalnya hak pertumbuhan kejiwaan (emosi), budaya atau intelektual.

Pentingan memasukan hak- hak asasi manusia kedalam jenis kekerasaan alienatif

ini adalah untuk menegaskan bahwa manusia juga membutuhkan pemenuhan

kebutuhan – kebutuhan non material, kepuasaan kerja. Terlibat dalam kegiatan –

kegiatan kreatif. Kebutuhan anak akan kasih saying. Rasa kepemilikan secara

sosial atau indentitas budaya.

Konsep alienasi sebagai kekerasaan melihat kekerasaan ini bisa berguna

tidak hanya untuk melihat fenomena pemusnahaan etnis tetapi juga dapat di

gunakan untuk menjelaskan fenomena kehidupan sehari – hari secara umum

seperti situasi kerja yang tidak manusiawi di industry tertentu ( perkerjaan rutin,

pemaksaan hubungan sosial yang hirarkhis) atau peminggiran orang – orang yang

(38)

2.1.13 Kategori Dan Bentuk Kekerasaan

1. Kekerasaan Langsung

Pembunuhan

a. Genosida / Pemusnahan manusia

b. Pembunuhan missal

c. Pembunuhan individu

Tindakkan Brutal

a. Penyiksaan

b. Pemerkosaan

c. Penganiayaan

Pembatasaan / Tekanan Fisik

a. Pindahan dari satu populasi

b. Penggusuran paksa

c. Penculikan

d. Penyanderaan

e. Pemenjaraan

f. Buruh kerja paksa

2. Kekerasaan Tidak Langsung

Pelangaran terhadap hak hidup manusia

a. Kekerasaan karena pembiaraan

(39)

d. Kekerasaan dengan mediasi

3. Kekerasaan Represif

Perampasaan hak-hak fundamental

a. Hak-hak sosial

b. Serikat kerja atau industry

c. Kesetaraan sosial dan gender

d. Partisipasi dalam kehidupan sosial dan ekonomi

e. Perlindungan atas hak milik pribadi

f. Hak-hak sipil warga Negara

g. Hak-hak politik

4. Kekerasaan alienatif

a. Perampasaan hak-hak yang lebih tinggi

b. Pengasingan habitat dari populasinya

c. Pengasingan dari pergaulan sosial

d. Pemusnahan etnis .(ridwan, 2006 : 23)

2.1.14 Anak – Anak sebagai khalayak

Anak-anak sebagai khalayak televisi selalu di pandang sebagai kasus

khusus, karena anak-anak diasumsikan mudah tersugesti dan rentan terkena

pengaruh. Asumsi-asumsi mengenai efek juga implicit terkandung dalaam

kecenderungan progam-progam yang ditunjukan pada khalayak muda, termasuk

yang jelas-jelas berpendidikan.

Persoalan besar ketika membahas anak muda dan efek televisi, setidaknya

(40)

ketidaktahuan relaatif kita mengeni bagaimana anak-anak menonton dan apa yang

mereka buat terhadap materi televisi. Anak-anak berkembang matang dengan

berbagi cara yang berbeda pada usia yang berbeda pula. Anak-anak tumbuh dalam

lingkungan yang berbeda, yang mungkin atau tidak mungkin membantu

anak-anak mengiterpretasikan televisi.

Variasi-variasi subkutural dalam lingkungan tentu saja penting dalam hal

ini. Apa yang mungkin anak-anak katakana perihal televisi dan apa yang mungkin

disugestikan berkenaan dengan efek pada mereka, bagaimanapun, beroperasi

dalam kerangka kerja yang dipikirkan orang dewasa tentang anak-anak. Orang

dewasa memiliki pandangannya sendiri perihal seperti apa yang seharusnya

anak-anak itu, pengalaman kanak-anak-kanak-anak apa yang semestinya dibutuhkan, dan tentu

juga berkenaan dengan apa seperti apa harusnya pengaruh televisi pada

anak-anak. Stephen Wagg(1992) berbicara ihwal “konseptualisasi anak sebagai wadah

pasif, serta tuntutan standar. (Graeme burton 2000:364)

2.1.15 Pengaruh Televisi Terhadap Anak

1. Pengaruh Positif

Banyak hal yang perlu dipahami bahwa sebagaimana halnya

televisI memiliki keunggulan yang mampu memikat hati masyarakat

secara fundamental. Adapun kegunaan televisi terhadap anak-anak yaitu

sebagai berikut :

a. Televisi mampu menembus segala lini aspek kehidupan anak-anak

(41)

b. Televisi menyediakan segala macam informasi sehingga dapat

memudahkan anak-anak untuk menjangkau apa yang menjadi dasar

kebutuhannya.

c. Televisi telah menjadi panggung seni dan fisikoterapi dalam kehidupan

masyarakat sehingga anak-anak mampu terhibur dengan keajaiban

yang diberikan oleh televise.

d. Televisi dapat menjadi bahan pembelajaran bagi bagi anak-anak.

e. Televisi idealnya bisa menjadi sarana mendapatkan informasi yang

mendidik dan bisameningkatkan kualitas hidup seseorang. Namun,

kenyataannya, saat ini harapan itu sangat jauh. Televisi kita terutama

stasiun televisi swasta, mereka lebih banyak menampilkan acara

hiburan, maupun sinetron-sinetron yang menawarkan nilai-nilai gaya

hidup bebas, hedonis. Begitu juga beragam tayangan

infotainment yang kadang menayangkan acara perselingkuhan. Dengan

demikian, kisah pergaulan bebas bukan menjadi hal yang tabu lagi.

Makanya, tak ada langkah yang lebih manjur selain mengurangi

menonton televisi ini karena lambat laun otak akan teracuni oleh

nilai-nilai yang sebenarnya sangat negatif. Untuk mendapatkan informasi,

kalangan muda bisa mengalihkan perhatian denganmembaca koran,

majalah maupun buku-buku.

f. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak positif

dengan semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan

(42)

2. Pengaruh Negatif

Dalam acara televisi anak biasanya memperhatikan bukan hanya

apa yang diucapkan orang ditelevisi, bahkan bagaimana cara

mengucapkannya. Dari sini anak secara bertahap dapat meningkatkan

kemampuan pelapalan pada tata bahasa. Tentunya semua ini belum pasti

memberi pola yang baik dalam pengungkapan hal-hal yang dikatakan

anak. Cara berbicara ini biasanya disertai dengan pola gerak tubuh.

Bagaimana cara menggerakkan anggota tubuh ketika mengucapkan

kata-kata tertentu, bagaimana agar orang bisa lebih yakin dan percaya,semua

ini didapatkan anak di layar televisi. Dengan demikian, anak akan

semakin menghargai televisi, ketika dalam pengalaman hidupnya

sehari-hari tidak anak dapatkan hal yang serupa itu.

Action dan gaya bicara seperti ini biasa didapatkan pada

acara-acara seperti sinetron maupun film.Hal itu nampak, bahwa dalam

kolektivitasnya, anak-anak sering membentuk permainan pura-pura. Jenis

permainan ini dapat bersifat refroduktif dan produktif yang bentuknya

sering disebut kreatif.

Dalam permainan sinetron yang reproduktif, anak-anak berusaha

memproduksi situasi yang di lihatnya baik dari kehidupan nyata maupun

media massa kedalam permainannya. Sedangkan dalam permainan

produktif, anak-anak menggunakan situasi, tindakan dan bicara dari

(43)

permainan drama ini, anak sering meniru karakter tokoh yang disukainya,

baik yang ada dalam kehidupan atau pun dari media massa.

Minat anak terhadap permainan sinetron ini akan berkurang seiring

dengan meningkatnya realisme dan menurunnya kemampuan untuk

menganggap hidup benda mati. Kalaupun permainan seperti ini jarang

dilakukan, paling tidak anak akan meniru berbagai ucapan yang

disukainya atau yang sukai kelompoknya (demi persahabatan).

http://asmisiangka.blogspot.com/2013/01/kti-pengaruh-dampak-televisi-terhadap.html

2.1.16 TEORI S-O-R

Teori yang dianggap relevan untuk digunakan pada penelitian ini

adalah Teori S-O-R (S-O-R Theory) dari Hovland. Teori ini sebagai

singkatan dari Stimulus- Organism- Response . Menurut stimulus response

ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus,

sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian

antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalan teori ini

adalah:

a) Pesan (stimulus, S)

b) Komunikan (Organism, O)

c) Efek (Response, R)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap

(44)

communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana

mengubah sikap komunikan.

Menurut teori S-O-R yang dikemukakan oleh Hovland, Janis, dan

Kelley. Proses dari perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar,

dalam mempelajari sikap yang baru ada tiga variabel yang menunjang

proses belajar yaitu: Perhatian, pengertian, dan penerimaan yang termasuk

ke dalam organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada

perhatian dari komunikan, proses berikutnya setelah komunikan

mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk

mengubah sikap.(Sumartono, 2002:44). Ketiga variabel ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2

TEORI S-O-R

Sumber : (Effendy,1993:255)

Gambar diatas menunjukan bahwa perubahan sikap khususnya

minat bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau Stim u lu s

Organisme : § Perhatian § Pengertian § penerimaan

(45)

pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau

mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari

komunikan.

Selain itu, diperkuat lagi dengan efek komunikasi massa yaitu:

Kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan

kesadaran belajar dan tambahan pengetahuan. Efek afektif berhubungan

dengan emosi, perasaan dan sikap. Efek konatif berhubungan dengan

perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara

tertentu.(Effendy,1993:318).

Teori S-O-R menitikberatkan pada penyebab sikap yang dapat

mengubahnya, dan tergantung pada kualitas rangsang yang berkomunikasi

dengan organisme, karakteristik dari komunikator (sumber) menentukan

keberhasilan tentang perubahan sikap.

Di jabarkan disini yang merupakan stimulus adalah foto berita

pada berita utama di H.U Galamedia, lalu yang menjadi organism di sini

adalah pembaca Pada pelanggan Pada pelanggan Pada pelanggan Pada

pelanggan di Kecamatan Andir Bandung, sedangkan yang di maksud

respon pada teori ini adalah minat membaca setelah melihat foto berita

pada berita utama di H.U Galamedia.

2.1.17 Teori Peniruan (Modeling)

Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia

dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku

(46)

penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk

menirukan tingkah laku membaca.

Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil

interaksi faktor dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini

menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran

peniruan, Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan

yaitu meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruan melalui

contoh tingkah laku.. Proses peniruan yang seterusnya ialah

elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan

pada orang lain.

A. Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)

Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan

gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses

belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu : perhatian / atensi, mengingat

/ retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.

1. Perhatian (’Attention’)

Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat

mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai,

harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki.

2. Mengingat (’Retention’)

Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu

(47)

3. Reproduksi gerak (’Reproduction’)

Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku,

subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan

4. Motivasi

Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura

karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan

sesuatu.

B. Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura

1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan

2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai

dan lain – lain

3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang

didemonstrasikan guru sebagai model

4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan

penguatan yang positif

5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan,

dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan

penguatan yang positif.

C. J enis – jenis Peniruan (modelling)

A. Peniruan Langsung

Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu

fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu

(48)

B. Peniruan Tak Langsung

Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian

secara tidak langsung.

C. Peniruan Gabungan

Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku

yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung.

D. Peniruan Sesaat / seketika.

Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.

E. Peniruan Berkelanjutan

Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.

D. Hal lain yang har us diperhatikan bahwa faktor model atau

teladan mempunyai pr insip – prinsip sebagai berikut :

1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara

mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara

simbolik kemudian melakukannya2. Individu lebih menyukai

perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.

2. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut

disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang

bermanfaat.

E. Kelemahan Teori Albert Bandura

1. Teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah

laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan

(49)

2. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya

dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat

sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan

meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak

diterima dalam masyarakat.

F. Kelebihan Teori Albert Bandura

Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar

sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku

seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut.

Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya

conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu

pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris

dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus

pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social

dan kognitif.(Bandura,1996:106)

2.1Kerangka Ber fikir

Televisi adalah salah satu media hiburan dan informasi yang berkembang

pesat di indonesia dan dunia. Televisi menyuguhkan visualisasi yang tidak dapat

diberikan media massa lainnya seprti radio dan surat kabar. Kelebihan yang

menyebabkan perkembangan industri media televisi menjadi demand bagi

masyarakat permirsa.(Wawan,2008 :47).

Televisi merupakan sarana atau media disukai masyarakat televisi

(50)

begitu luas dan tranparan. Dari berbagai progam acara yang ada, progam acara

sinetron akhir-akhir ini begitu populer dikalangan masyarakat Indonesia. Dari

tayangan sinetron si biang kerok cilik di harapkan agar orang tua dapat menteleksi

setiap adegan –adegan yang di tayangankan. Agar tidak berdampak negative pada

anak-anak saat menonton televisi.

Proses komunikasi dengan menggunakan media televisi dapat dijelaskan

dengan model SMCR yang terdiri dari source, massage, channel, dan receiver.

Menurut azwar (2002:34) dalam proses pembentukan dan perubahan sikap,

peranan media massa tidaklah kecil. Bila tanggapan anak-anak terhadapa sinetron

si biang kerok bagus, maka progam tersebut akan semakin eksis tayang di televisi.

Seperti yang di kemukakan oleh Cangara (2003:151) khalayak adalah salah satu

faktor dari proses komunikasi, karena itu unsure khalayak tidak boleh diabaikan.

Khalayak dalam penelitian ini adalah permirsa televisi khususnya anak-anak di

Surabaya.

Tanyangan si biang kerok cilik adalah salah satu sinetron yang ditujukan

utuk kalangan anak-anak. Yang di dalam adegan sinetron terdapat unsur

kekerasaan secara fisik maupun psikis. Salah satunya adegan kekerasaan secara

fisik sering menampilkn adegan berkelahi dengan teman dilingkungan sekolah.

Variabel –variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebes dan

terikat. Variabel bebes terdiri dri pengaruh sinetron si biang kerok cilik yang

berisikan tentang intensitas menonton sinetron si biang kerok cilik di televisi.

Variabel terikat dari penelitian adalah kekerasaan yang di lakukan oleh anak usia

(51)

Gambar 2.1 : Kerangka pemikiran penelitian tentang Pengaruh Sinetron si Biang

Kerok Cilik Terhadap Kekerasaan pada anak Sekolah Dasar di

Surabaya

Y= variabel Terikat

Kekeraasaan yang dilakukan anak Tayangan si

Biang kerok

cilik

X=Variabel Bebas

Pengaruh Sinetron si

Biang Kerok Cilik

1. Frekuensi

menonton

sinetron si

biang kerok

cilik

2. Durasi

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu bebas dan terikat.

Dimana variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari pengaruh sinetron si

biang kerok cilik terhadap kekerasaan pada anak di Surabaya.

Definisi operasional adalah pengolahan konsep-konsep yang konstruksi

dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku, gejala yang diamati, dapat diuji

dan dapat ditentukan kebenarnya oleh orang lain.

1. Pengaruh sinetron si biang kerok cilik adalah suatu akibat yang baik

secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan suatu perubahan perilaku dan

sikap orang lain atau kelompok. Dalam hal ini sinetron si biang kerok cilik

memiliki pengaruh yang negative atau positif.

2. Kekerasaan yang dilakukan oleh Anak-anak atau menjadi pelaku

bullying. Bullying merupakan suatu kejadian yang seringkali tidak terhindarkan

terutama di sekolah. Bullying adalah tindakan mengintimidasi dan memaksa

seorang individu atau kelompok yang lebih lemah untuk melakukan sesuatu di

luar kehendak mereka, dengan maksud untuk membahayakan fisik, mental atau

emosional melalui pelecehan dan penyerangan.

Seseorang yang bisa dikatakan menjadi korban apabila dia diperlakukan

negatif (secara sengaja membuat luka atau ketidak nyaman melalui kontak fisik,

melalui perkataan atau dengan cara lain) dengan jangka waktu sekali atau

Gambar

Gambar 2.2 TEORI S-O-R
Gambar 2.1 : Kerangka pemikiran penelitian tentang Pengaruh Sinetron si Biang
Tabel 1. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi.
Tabel 2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

pembelajaran tari jaipong pada siswa tunarungu tingkat SMALB dalam ekstrakurikuler seni tari SLB Negeri Cicendo Kota Bandung ?”.Penelitian dilakukan terhadap satu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Risiko Usaha Bank baik secara parsial maupun simultan terhadap Return On Assets pada Bank Umum Nasional yang Terdaftar di

Susan Stainback dalam Sugiyono (2011:244) mmenyatakan bahwa “Analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami

Dengan demikian orang tua sangat berperan dalam menumbuhkan rasa percaya diri anak tunanetra, sehingga anak tunanetra yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas

Dimana Animasi ini merupakan penggabungan dari tiga buah gambar yaitu gambar Donal yang sedang berdiri sambil mengamati alam bawah laut dengan kamera, ikan yang bergerak dari arah

POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI ANAK TUNANETRA TINGKAT SDLB DI SLBN-A PAJAJARAN KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat.. Medan: Universitas