• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH

SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Strata (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh : Tyas Triatmi Hadiningsih

F100100016

Fakultas Psikologi

(2)
(3)
(4)

1

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH

SURAKARTA Abstraksi

Tyas Triatmi Hadiningsih Susatyo Yuwono Email : tyas.triatmi@yahoo.com

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Para anak – anak di panti asuhan harus bisa bertahan berada di lingkungan panti asuhan dengan segala peraturan, aktivitas, serta keterbatasan yang ada. Panti asuhan sebagian besar dihuni oleh remaja. Remaja memiliki emosi yang belum stabil, rasa ingin tahu yang besar, agresif, cenderung menantang dengan aturan-aturan dan mengabaikan peraturan yang diterapkan di panti. Maka apabila terjadi permasalahan dan pelanggaran yang dilakukan oleh penghuni panti asuhan, hal tersebut sangatlah wajar terjadi. Resiliensi merupakan suatu kemampuan individu untuk mengatasi kesulitan dan melanjutkan perkembangan normalnya seperti semula. Berdasarkan hasil wawancara, resiliensi remaja di panti asuhan tergolong rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi resiliensi adalah dukungan sosial. Dukungan sosial yang tinggi akan menghasilkan resiliensi yang tinggi, begitu juga sebaliknya dukungan sosial yang rendah akan menghasilkan resiliensi yang rendah pula. Saat ini dukungan sosial pada remaja di panti asuhan sedang mengalami penurunan.

Tujuan dalam penelitian ini, yaitu : Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi pada remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan resiliensi remaja di panti asuhan. Subjek dalam penelitian ini 50 orang remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah. Penelitian ini memakai studi populasi dimana seluruh populasi menjadi subjek penelitian karena seluruh populasi tersebut memenuhi karakteristik sebagai subjek penelitian. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala dukungan sosial dan skala resiliensi. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment.

Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian ini yaitu ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan resiliensi remaja di Panti Asuhan keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta, dukungan sosial berperan sebesar 32,9% dan koefisien determinan ( ) = 0,329 dalam mempengaruhi resiliensi remaja di panti asuhan, tingkat dukungan sosial tergolong tinggi dan tingkat resiliensi tergolong tinggi.

(5)

2

THE RELATION BETWEEN SOCIAL SUPPORT AND RESILIENCY IN TEENAGERS OF KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ORPHANAGE ABSTRACT

Tyas Triatmi Hadiningsih Susyatno Yuwono Email: tyas.triatmi@yahoo.com

Faculty of Psychology, University of Muhammadiyah Surakarta

The foster children of an orphanage must be able to survive in the orphanage environment with all its rules, activities, and limitations. The orphanage is mostly populated by teenager. Teenager has an unstable emotion, huge curiosity, aggressive and tends to break rules and ignore regulations established in orphanage. Therefore, if there is a problem or infraction conducted by the inhabitant of orphanage, it is very naturally to happen. Resiliency is an individual ability to solve the difficulty and to continue its normal development as before. According to the interview result, teenagers’ resiliency in orphanage is categorized low. One factor that affects resiliency is social support. The higher level of the social support will produce the higher level of resiliency, and vice versa, the lower level of the social support will also produce the lower level of resiliency. Nowadays the social support in teenager of Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta orphanage is facing derivation.

The objective of this research is to understand the relation between social support and resiliency in teenager of Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta orphanage. The suggested hypothesis in research is there is a positive relation between social support and resiliency in teenager of Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta orphanage. The subject of this research is 50 teenagers in Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta orphanage. This study is using population study which all the population is being the subject of research because the population is fulfill all the characteristics of being research subject. The data collecting tools in this research are the scale of social support and the scale of resiliency.

The analysis result obtained in this research is there is a significant positive relation between social support and resiliency in teenager of Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta orphanage, the social support contributes 32.9% and determinant coefficient (r2) = 0.329 in influencing teenagers’ resiliency of orphanage.

The level of social support is categorized high and the level of resiliency is considered high.

(6)

3 PENDAHULUAN

Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk membantu anak-anak yang tidak memiliki orang tua. Resiliensi atau kekuatan untuk bangkit dari suatu keterpurukan penting untuk dimiliki oleh setiap individu. Setiap penghuni panti asuhan ini memiliki permasalahan masing-masing. Mereka harus bisa bertahan berada di lingkungan panti asuhan dengan segala peraturan, aktivitas, serta keterbatasan yang ada. Panti asuhan sebagian besar dihuni oleh remaja sehingga emosi mereka belum stabil, rasa ingin tahu yang besar, agresif, cenderung menantang dengan aturan-aturan dan mengabaikan peraturan yang diterapkan di panti. Maka dari itu apabila terjadi permasalahan ataupun pelanggaran yang dilakukan oleh penghuni panti asuhan, hal tersebut sangatlah wajar terjadi.

Menurut Ungar (2008), resiliensi memiliki makna sebagai suatu kemampuan individu untuk mengatasi kesulitan dan melanjutkan

perkembangan normalnya seperti semula. Individu yang memiliki resiliensi mampu untuk secara cepat kembali kepada kondisi sebelum trauma, terlihat kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan yang negatif, serta mampu beradaptasi terhadap stress yang ekstrim dan kesengsaraan (Holaday, 1997). Newcomb dalam LaFramboise dkk., (2006) melihat resiliensi sebagai suatu mekanisme perlindungan yang memodifikasi respon individu terhadap situasi-situasi yang beresiko pada titik – titik kritis sepanjang kehidupan seseorang.

(7)

4 dihormati dan dihargai, merasa menjadi bagian dari jaringan sosial, seperti keluarga dan organisasi masyarakat, dan mendapatkan bantuan fisik maupun jasa, dan mampu bertahan pada saat yang dibutuhkan atau dalam keadaan bahaya (Sarafino, 2006).

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat diajukan rumusan masalah yaitu “Apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi pada remaja di panti asuhan keluarga yatim muhammadiyah Surakarta?”. Dari uraian tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Pada Remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta”.

Tujuan dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi pada remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

Menurut Benson (dalam Dewi, 2004) resiliensi merupakan salah satu bentuk kesadaran seseorang untuk mengubah pola pikir dalam menghadapi permasalahan sehingga tidak mudah putus asa. Reivich & Shatte (2002) memaparkan tujuh aspek dari resiliensi, aspek-aspek tersebut adalah pengaturan emosi, kontrol terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian. resiliensi dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam individu (internal) dan faktor-faktor dari luar individu (eksternal). Faktor internal meliputi, kemampuan kognitif, konsep diri, harga diri, kompetensi sosial yang dimiliki individu, gender, serta keterikatan individu dengan budaya. Faktor eksternal mencakup struktur dan aturan rumah, role models, dan dukungan sosial yang bersumber dari keluarga, komunitas serta lingkungan sekitar.

(8)

5 hubungan sosial menyumbang manfaat bagi kesehatan mental atau kesehatan fisik individu (Maslihah, S. 2011). House (Smet, 1999) menyatakan adanya beberapa aspek yang terlibat dalam pemberian dukungan sosial yaitu aspek emosional, aspek informatif, aspek instrumental dan aspek penilaian. Menurut Stanley (2007), faktor – faktor yang mempengaruhi dukungan sosial adalah kebutuhan fisik, kebutuhan sosial dan kebutuhan psikis.

Menurut Kuntjoro (dalam Maharani, dkk., 2012) dukungan sosial adalah informasi verbal atau nonverbal, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan individu di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan sosial secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran

atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.

(9)

6 Remaja juga memiliki keyakinan dan harapan yang besar akan kehidupannya di masa yang akan datang, sehingga mampu bangkit dari kondisi sulit dan pengalaman emosional negatif yang dialaminya.

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan resiliensi remaja di panti asuhan.

METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang berada di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 orang. Penelitian ini menggunakan studi populasi karena seluruh populasi memenuhi karakteristik sebagai subjek penelitian.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala psikologis. Ada dua data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu data tentang skala resiliensi dan skala dukungan sosial.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan teknik product moment dari Pearson dengan menggunakan program SPSS 17 for windows dapat diketahui nilai korelasi ( r ) sebesar 0,574; p = 0,000 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan resiliensi. Semakin tinggi nilai dukungan sosial maka semakin tinggi resiliensinya. Sebaliknya semakin rendah nilai dukungan sosial maka semakin rendah juga nilai resiliensinya.

(10)

7 sebagai resiliensi. Dukungan sosial menjadi salah satu penyangga bagi individu saat menghadapi kesulitan.

Menurut Everall (2006) faktor individual, faktor keluarga dan faktor komunitas merupakan tiga faktor yang mempengaruhi resiliensi. Faktor individual meliputi kemampuan kognitif individu, konsep diri, harga diri, dan kompetensi sosial yang dimiliki individu. Faktor keluarga meliputi dukungan yang bersumber dari orang tua, yaitu bagaimana cara orang tua untuk memperlakukan dan melayani anak. Selain dukungan dari orang tua struktur keluarga juga berperan penting bagi individu. Faktor komunitas meliputi kemiskinan dan keterbatasan kesempatan kerja.

Menurut Monks (dalam Widanardi, dkk., 2002) remaja membutuhkan dukungan dari orang lain saat dia memasuki masa krisis yaitu pada usia 15–17 tahun. Menurut Remplein masa krisis adalah suatu masa dengan gejala-gejala krisis yang menunjukkan adanya pembelokan dalam perkembangan. Krisis yang

dialami oleh remaja terutama berkaitan dengan prestasi akademik atau prestasi di sekolah dan berbagai masalah lainnya. Untuk dapat mengatasi masa krisis ini remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang-orang disekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung.

(11)

8 penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa prosentase dan jumlah terbanyak berada pada posisi tinggi. Hal ini dapat diartikan bahwa remaja di panti asuhan sudah memenuhi aspek-aspek dari dukungan sosial, yaitu aspek emosional, informatif, instrumental dan penlaian. Dengan terpenuhinya semua aspek – aspek dari dukungan sosial tersebut maka secara tidak langsung remaja di panti asuhan akan memiliki tingkat dukungan sosial yang tinggi. Gambaran tentang prosentase dukungan sosial dapat dilihat pada tabel berikut :

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa variabel resiliensi memiliki rerata empirik (RE) sebesar 156,60 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 127,5 yang berarti resiliensi

[image:11.612.336.532.557.696.2]

yang dimiiki oleh remaja di panti asuhan tergolong tinggi. Dari hasil kategorisasi diketahui bahwa tidak terdapat remaja yang memiliki resiliensi yang sangat rendah dan rendah. Ditunjukkan dengan skor 0% (0 orang); terdapat 16% (8 orang) yang memiliki resiliensi yang tergolong sedang; terdapat 76% (38 orang) yang memiliki resiliensi yang tergolong tinggi; 8% (4 orang) yang memiliki resiliensi yang tergolong sangat tinggi. Hal ini dapat diartikan bahwa remaja di panti asuhan telah memenuhi aspek – aspek dari resiliensi itu sendiri, yaitu pengaturan emosi, kontrol terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian atau reaching out.

Gambaran tentang prosentase resiliensi dapat dilihat pada tabel berikut :

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

Serie…

0% 20% 40% 60% 80%

(12)

9 Sumbangan efektif (SE) variabel dukungan sosial terhadap resiliensi remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah sebesar 32,9% ditunjukkan oleh koefisien determinan ( ) sebesar 0,329. Hal ini memiliki arti bahwa terdapat 67,1% faktor lain yang mempengaruhi diluar faktor dukungan sosial seperti self-esteem, konsep diri, kemampuan kognitif individu. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa dukungan sosial disertai aspek didalamnya memberikan kontribusi bagi resiliensi remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta. Faktor yang mempengaruhinya antara lain : 1) Dukungan sosial yang merupakan pertolongan dan dukungan yang diperoleh seseorang dari interaksinya dengan orang lain. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang-orang yang akan membantu apabila terjadi suatu keadaan atau peristiwa yang dipandang akan menimbulkan masalah dan bantuan tersebut dirasakan dapat

menaikkan perasaan positif serta mengangkat harga diri. 2) Kemampuan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh penting pada resiliensi individu. Inteligensi minimal rata-rata dibutuhkan bagi pertumbuhan resiliensi pada diri individu karena resiliensi sangat terkait erat dengan kemampuan untuk memahami dan menyampaikan sesuatu lewat bahasa yang tepat, kemampuan membaca, dan komunikasi non verbal. Resiliensi juga dihubungkan dengan kemampuan untuk melepaskan pikiran dari trauma dengan menggunakan fantasi dan harapan-harapan yang ditumbuhkan pada diri individu yang bersangkutan.

(13)

10 yang positif atau signifikan antara dukungan sosial dengan resiliensi. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat membuat seseorang bertahan dalam situasi apapun atau dalam psikologi dikategorikan sebagai manifestai dari resiliensi.

Dukungan sosial dapat menjadi salah satu hal yang penting dalam memprediksi resiliensi pada remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial dapat dijasikan sebagai variabel predictor resiliensi remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

Dalam sebuah penelitian tentunya terdapat kelemahan, adapun kelemahan dalam penelitian ini instrument untuk mengumpulkan data yaitu skala, dimana keterbatasan dari peneliti menjadi kurang mendalam dalam mengungkap variabel – variabel yang diukur. Kemudian jumlah responden yang minim sehingga jika dalam penelitian ini melibatkan lebih banyak responden kemungkinan akan

mendapatkan hasil yang lebih komprehensif. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan tema yang berkaitan dengan resiliensi , diharapkan memperhatikan faktor – faktor yang diperkirakan mempengaruhi dan memberikan sumbangan yang besar terhadap resiliensi remaja di panti asuhan. Simpulan

Berdasarkan Hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan resiliensi pada remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

2. Peran dukungan sosial terhadap resiiensi sebesar 32,9%.

3. Tingkat dukungan sosial remaja di panti asuhan tergolong tinggi. 4. Tingkat resiliensi remaja di panti

(14)

11 Saran

1. Bagi subjek penelitian, untuk mengembangkan kemampuan resiliensinya salah satunya dengan lebih peka terhadap sesama penghuni panti asuhan agar dapat meningkatkan dukungan sosial yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan untuk bangkit dari suatu keterpurukan atau resiliensi. Dukungan sosial akan membuat individu mampu mengembangkan harga diri, meminimalkan masalah-masalah psikologis, kemampuan pemecahan masalah yang adaptif, dan membuat individu menjadi sehat secara fisik.

2. Bagi Pengasuh Panti Asuhan, untuk dapat mempertahankan serta meningkatkan dukungan sosial pada anak asuh dengan lebih memperhatikan keadaan psikologis penghuni panti asuhan, memberikan perhatian yang lebih terhadap kondisi anak asuhnya, memposisikan diri sebagai orangtua kedua sehingga anak asuh

merasa terlindungi, teranyomi dan merasa nyaman untuk tinggal di panti asuhan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan dapat lebih memperbanyak subjek penelitian serta dalam menyusun atau membuat skala dengan lebih mendalam. Sehingga akan mengungkap hal – hal yang belum terungkap dalam penelitian ini. Selain itu dapat mencari variabel lain yang mempengaruhi resiliensi remaja serta memperhatikan faktor – faktor lain yang juga mempengaruhi resiliensi pada remaja di panti asuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Bishop, G. D. 1997. Health Psychology: Integrating Mind and Body. Boston: Allyn & Bacon.

(15)

12 Everall, R.D. (2006). Creating a

Future: A Study of Resilience in Suicidal Female Adolescent. Journal of Cuonseling and Development, 84, 461-470. Hasyim, Rizkia Nur Faizza., (2009).

Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Resiliensi Napi Remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar.

Skripsi Fakultas Psikologi UIN Malang.

Helton, L.R & Smith, M. K. 2004.

Mental Health Practice with Children and Youth. New York : The Hawort Social Work Practice Press

Holaday, Morgot. (1997). Resilience and Severe Burns. Journal of Counseling and Development, 75, 346-357.

La Framboise, T. D. (2006). Family, Communiy, and School Influences On Resilience Among American Indian Adolescents In The Upper Midwest. Journal of Social Psychology, 34, 193-209. Maharani, dkk. (2012). Hubungan

Dukungan Sosial Dengan Konsep Diri Pada Anak Jalanan di Rumah Singgah Sanggar Alang-Alang Surabaya. Jurnal Keperawatan.

Vol 2 No 1, 1-8.

Maslihah, S. (2011). Studi Tentang Hubungan Dukungan Sosial, Penyesuaian Sosial di

Lingkungan Sekolah dan Prestasi Akademik Siswa SMIPIT Assyfa Boarding School Subang Jawa Barat. Jurnal Psikologi Undip. Vol 10 No. 2, 103-114.

Reivich,K. & Shatte, A. 2002. The Resilience Factor. New York: Broadway Books

Sarafino, E. P. 2006. Health Psychology: Biopsychososial Interaction Fift Edition. USA: John Wiley & Sons.

Smet, Bart. 1999. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo Swastika. (2010). Resiliensi Pada

Remaja yang Mengalami Broken Home. Jurnal Psikologi. No. 2, 1-13.

Tampi, dkk., (2013). Hubungan Sikap Dukungan Sosial Dengan Tingkat Resiliensi Stress Penyintas Banjir di Kelurahan Taas kecamatan Tikala Kota Manado. Ejurnal Keperawatan (e-Kp). Vol II. No. 1, 1-8. Ungar, M. 2008. Resilience Across

Culture. British Journal of Social Work, 38, 218-325. Widanardi, dkk., (2002). Hubungan

Antara Dukungan Sosial Dengan Self Efficacy Pada Remaja di SMU negeri 9 Yogyakarta. Jurnal Psikologi.

Gambar

Gambaran tentang

Referensi

Dokumen terkait

3 Alkaloid Dengan pereaksi dragendorf tidak terbentuk endapan jingga dan dengan pereaksi mayer tidak terbentuk endapan putih. Dengan pereaksi dragendorf terbentuk endapan

In this study the writer is interested in researching descriptive text as one of type of genre produced by the eighth year student of SMP N 3 Kradenan Grobogan.. Descriptive text

each acting t h t·o uglt its r espective duly authori ze d representative, have. caused this Amendment

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul:

( market-based view ); (4) Masukan bagi konsumen jasa pendidikan tinggi swasta sebagai bahan evaluasi apakah keinginan mereka ( voice of the customers ) telah

Pembelajaran berjalan dengan lancer, yang diawali dengan presentasi kelompok yang bertugas dalam menjadi pemateri, kemudian ada sesi tanya jawab sekaligus diluruskan oleh

Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universrtas Sebelas \,{aret. segaia bentuk