• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Kebutuhan akan adanya lembaga jaminan, telah muncul sejak zaman romawi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Kebutuhan akan adanya lembaga jaminan, telah muncul sejak zaman romawi."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

(2)

22 BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA

1.1 Sejarah Jaminan Fidusia a. Zaman Romawi

Kebutuhan akan adanya lembaga jaminan, telah muncul sejak zaman romawi.

Bagi masyarakat pada saat itu, fidusia adalah satu-satunya lembaga jaminan yang dapat mereka pergunakan dalam melakukan kegiatan perdagangan ataupun usaha para petani. Fidusia pada zaman romawi dikenal dengan 2 (dua) nama, yaitu :

a. Fiducia Cum Creditore Contracta

Fiducia Cum Creditore Contracta adalah suatu janji kepercayaan yang

dibuat antara debitur dengan kreditur,yang mana diadakan pengalihan kepemilikan benda jaminan ke pihak kreditur sebagai agunan hutang debitur, dengan syarat kreditur akan langsung mengembalikan agunan tersebut setelah debitur melunasi seluruh nominal hutangnya. Fidusia jenis inilah yang paling sering digunakan masyarakat romawi dalam kegiatan perdagangan serta usaha para petani.1Walaupun fiducia cum creditore contracta dianggap dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Romawi akan lembaga jaminan, namun fidusia ini memiliki kelemahan yaitu :

1 H. Tan Kamelo, 2006, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Cet I, PT. Alumni, Bandung, h. 65.

(3)

dikarenakan sistem yang digunakan masih berdasarkan kepercayaan dari debitur kepada kreditur saja.2 Dalam hal ini debitur percaya bahwa kreditur tidak akan melakukan perbuatan yang merugikan debitur terhadap barang jaminan tersebut. Namun, apabila kreditur adalah pihak yang tidak dapat menjaga kepercayaan dengan baik, maka debitur pun tidak dapat berbuat apa-apa, karena belum ada hukum tertulis secara jelas yang mengatur fidusia serta pelanggaran-pelanggarannya.

b. Fiducia Cum Amico Contracta

Fiducia Cum Amico Contracta adalah suatu janji berdasarkan kepercayaan

yang dibuat antara seseorang dengan seorang teman atau orang yang dipercayainya, untuk menitipkan suatu barang atau benda berharga miliknya, dalam hal pemberi titipan tersebut harus bepergian keluar daerah, dengan catatan sekembalinya pemberi titipan dari luar daerah, penerima titipan harus mengembalikan benda titipan seutuhnya.

Seiring perkembangan kehidupan masyarakat, berkembanglah lembaga gadai serta hipotek yang mampu mengalahkan popularitas fidusia sebagai lembaga jaminan. Hal ini dikarenakan gadai dan hipotek sudah ada hukum tertulis yang mengatur sehingga dianggap terjamin adanya kepastian hukum.

Adapun latar belakang sejarah yang menunjukkan bahwa pengikatan jaminan dengan lembaga gadai tidak efektif, adalah sebagai berikut :

Kebutuhan akan hukum jaminan mulai berkembang ke negara-negara Eropa. Pada suatu masa diakhir abad ke-19 terjadi krisis yang dialami oleh para pengusaha pertanian, yaitu suatu keadaan dimana tanaman-tanaman

2 H. Tan Kamelo, ibid.

(4)

yang mereka olah setiap harinya mendapat serangan hama. Hal tersebut menyebakan para petani memerlukan banyak dana untuk tetap dapat memulihkan pengoperasian kegiatan pertaniaannya. Solusi yang didapat adalah dengan berkredit pada bank untuk memperoleh dana. Tetapi, bank sebagai kreditur saat itu mensyaratkan jaminannya dengan hipotek yaitu tanah dengan hak milik, sementara tidak banyak petani yang memilik tanah dengan hak milik, syarat kedua adalah para petani disyaratkan untuk menggadaikan alat-alat pertanian mereka pada bank. Kedua syarat tersebut tidak memberikan solusi bagi petani untuk berhasil memperoleh dana justru, para petani tidak mampu mengoperasionalkan pekerjaannya tanpa alat-alat pertanian yang dimilikinya.Walaupun seandainya dilakukan gadai yang tidak dengan penyerahan agunan, tetap tidak boleh karena hal itu melanggar Pasal 1152 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.3 Selanjutnya, sempat dilakukan suatu perjanjian dimana debitur menjual benda jaminannya kepada kreditur yang kemudian, dalam jangka waktu beberapa saat debitur membeli kembali benda jaminan yang dijual tersebut agar debitur tetap dapat menggunakan benda tersebut, jadi debitur dalam keadaan ini dapat disebut sebagai peminjam pakai. Solusi lain dalam penanganan krisis tersebut adalah dengan dibuatnya lembaga jaminan Oogstverband yang artinya adalah suatu hak kebendaan atas hasil-hasil pertanian yang belum dipetik atau sudah beserta perusahaan serta peralatan yang digunakan untuk pengolahan hasil pertanian itu, untuk jaminan agar supaya dipenuhi perjanjian untuk menyerahkan produk-produk itu kepada pemberi uang untuk dijual dalam komisi dengan tujuan membayar uang-uang persekot, bunga-bunga, ongkos-ongkos dan uang provisi dari hasil penjualan.4Dalam prosesnya ini Oogstverband memberikan sistem secara gadai namun benda jaminan tersebut dapat dikuasai dan dipergunakan oleh

3Oey Hoey Tiong, 1984, Fidusia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan,Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 39.

4Wahidin Syamsul dan Abdurrahman, 1989, Beberapa Catatan Tentang Hukum Jaminan dan Hak-Hak Jaminan Atas Tanah, Alumni, Bandung, h.77.

(5)

debitur dalam menjalankan usahanya.Sehingga lembaga oogstverband ini dapat dianggap sebagai awal permulaan lahirnya fiduciaire eigendoms overdracht.5

b. Zaman Belanda

Setelah status bagi debitur sebagai peminjam pakai dalam perjanjian hutang selalu digunakan, kembali ada titik terang munculnya kembali fidusia. Hal tersebut ditemukan pada keputusan dari kasus NW Heineken Bierbrouwerij Maatschappij yang memberikan pinjaman dana kepada P.Bos yang memiliki

kedai kopi Sneek.6Dalam perjanjian hutang tersebut mereka menggunakan perjanjian pinjam pakai, yaitu menjual inventaris kedai dengan hak membeli kembali. Pada akhir sengketa, keputusan dari Hoge Raad Belanda, tanggal 29 Januari 1929 adalah memutuskan bahwa, perjanjian yang dilakukan masing- masing pihak tersebut diatas adalah perjanjian jaminan dengan penyerahan hak milik, namun benda jaminannya masih dalam penguasaan debitur, yang mana hal tersebut dinamakan fidusia. Dari keputusan Hoge Raad dalam kasus Bierbrouwerij Arrest inilah lembaga fidusia (fiduciaire eigendoms overdracht) mulai diakui dan yurisprudensinya yang pertama adalah di negara belanda.7

c. Lahirnya Jaminan Fidusia di Indonesia

Selanjutnya dibahas mengenai proses kemunculan jaminan fidusia di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pada kondisi suatu kasus yang

5 H. Tan Kamelo, op. cit, h.70.

6 H. Tan Kamelo, op. cit, h.69.

7 H. Tan Kamelo, op. cit, h.71.

(6)

memperoleh suatu putusan pengadilan yang tetap berdasarkan yurisprudensi.

Kasus tersebut diuraikan sebagai berikut :

Awal mula lahirnya dan diakuinya fidusia di Indonesia adalah sejak dikeluarkannya keputusan oleh Hooggerechtschof (Hgh) dalam kasus Bataafsche Petroleum Maatschappij melawan Pedro Clignett, yaitu tanggal 18 Agustus 1932, yang menghasilkan solusi dari permasalahan gadai pada Pasal 1152 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam kasus ini Pedro Clignett adalah sebagai debitur peminjam uang kepada Bataafsche Petroleoum sebagai kreditur dengan agunannya adalah mobil dari Pedro Clignett yang berada dibawah penguasaannya. Pedro Clignett mengalami wanprestasi, dan tidak mau menyerahkan mobil agunan tersebut kepada kreditur. Pedro berdalih bahwa perjanjian yang dilakukannya dengan kreditur adalah gadai yang tidak sah. Namun Hgh memberikan keputusan bahwa perjanjian yang dilakukan kedua belah pihak tersebut adalah perjanjian dengan penyerahan hak milik berdasarkan kepercayaan yang disebut juga dengan fidusia.8

1.2 Pengertian Jaminan Fidusia

Arti dari kata “Jaminan” adalah suatu objek atau benda yang dapat dinilai dengan uang yang diserahkan oleh debitur kepada kreditur sebagai penanggungan atas hutang debitur, sedangkan fidusia, asal katanya adalah fides yang artinya adalah kepercayaan.9 Definisi fidusia menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda.

Oleh sebab itu, pengertian Jaminan Fidusia, sesuai dengan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia adalah hak

8 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980, Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, h.48.

9 Munir Fuady, 2000, Jaminan Fidusia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h.19.

(7)

jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.

Untuk lebih memahami tentang istilah fidusia, berikut beberapa pengertian fidusia menurut pendapat beberapa ahli :

1. Oey Hoey Tiong

Fidusia atau lengkapnya fiduciaire eigendoms overdracht sering disebut sebagai jaminan hak milik secara kepercayaan,merupakan suatu bentuk jaminan atas benda-benda bergerak disamping gadai yang dikembangkan oleh yurisprudensi.10

2. Munir Fuady

Menyatakan kadang-kadang dalam bahasa indonesia untuk fidusia ini disebut juga dengan istilah penyerahan hak milik secara kepercayaan.11 2.3 Sifat Jaminan Fidusia

Pasal 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia secara tegas menyatakan bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian assesoir dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi yang berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu

10 Oey Hoey Tiong, op. cit, h.21

11 Munir Fuady, op. cit, h.3.

(8)

yang dapat dinilai dengan uang. Sebagai suatu perjanjian assesoir, perjanjian jaminan fidusia memiliki sifat sebagai berikut :

1. Sifat ketergantungan terhadap perjanjian pokok.

2. Keabsahannya semata-mata ditentukan oleh sah tidaknya perjanjian pokok.

3. Sebagai perjanjian bersyarat, maka hanya dapat dilaksanakan jika ketentuan yang disyaratkan dalam perjanjian pokok telah atau tidak dipenuhi

2.4 Subyek dan Obyek Jaminan Fidusia a. Subyek jaminan fidusia

Subyek dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia ini adalah pemberi fidusia dan penerima fidusia. Pemberi fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi obyek jaminan fidusia, sedangkan penerima fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia.

Pemberi fidusia dapat dilakukan oleh debitur sendiri dan dapat juga dilakukan oleh pihak ketiga sebagai penjamin. Oleh karena pendaftaran jaminan fidusia dilaksanakan di tempat kedudukan pemberi fidusia dan notaris yang membuat akta jaminan fidusia harus notaris berkewarganegaraan indonesia, maka pemberi fidusia tidak dapat dilakukan oleh warga negara asing atau badan hukum asing kecuali

(9)

penerima fidusia, karena hanya berkedudukan sebagai kreditur atau penerima fidusia.12

b. Obyek jaminan fidusia

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan menyatakan bahwa :

“Benda yang menjadi obyek jaminan fidusia adalah benda bergerak yang terdiri dari benda dalam persediaan (inventory), benda dagangan, piutang, peralatan mesin, dan kendaraan bermotor”.

Guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, maka dengan lahirnya Undang-Undang Jaminan Fidusia yaitu dengan mengacu pada Pasal 1 butir 2 dan 4 serta Pasal 3 Undang-Undang Jaminan Fidusia, dapat dikatakan bahwa yang menjadi objek jaminan fidusia adalah benda apapun yang dapat dimiliki dan dialihkan hak kepemilikannya.

Benda itu dapat berupa benda berwujud maupun tidak berwujud, terdaftar maupun tidak terdaftar, bergerak maupun tidak bergerak dengan syarat bahwa benda tersebut tidak dibebani dengan hak tanggungan.

2.5 Pembebanan Jaminan Fidusia

Undang-Undang Fidusia pada Pasal 5 ayat (1) menentukan, bahwa pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa indonesia dan merupakan akta jaminan fidusia. Dalam akta jaminan fidusia, selain dicantumkan hari dan tanggal, juga dicantumkan waktu (jam)

12Purwahid Patrik dan Kashadi, 2009, Hukum Jaminan, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, h.179.

(10)

pembuatan akta tersebut.Dari ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut, maka pembebanan jaminan fidusia yang merupakan perjanjian fidusia dibuat dalam bentuk tertulis dengan akta notaris. Pengertian notaris menurut Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya yang ditentukan dalam Undang-Undang.

Pengertian akta otentik sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1868 KUH Perdata, bahwa :

“Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai- pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat akta dibuatnya”.

Dari pengertian Pasal 1868 KUH Perdata tersebut, maka suatu akta untuk dapat dikatakan akta otentik harus memenuhi 3 (tiga) syarat, yaitu:

a. Dibuat oleh atau di hadapan pegawai umum

b. Dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang c. Pegawai umum itu berwenang membuat akta itu.13

Ditinjau dari sudut pembuktian yang berlaku di Indonesia, maka akta otentik merupakan alat bukti yang paling kuat dalam hal terjadi sengketa diantara para pihak. Akta otentik merupakan suatu bukti yang sempurna yang tidak bisa dibantah kebenarannya oleh para pihak, kecualiada unsur penipuan, paksaaan atau kekeliruan yang harus dibuktikan olehpihak yang membantahnya.

13 Irawan Soerodjo, 2003, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Di Indonesia, Arkola, Surabaya, h.148.

(11)

Pasal 1870 KUH Perdata menentukan, bahwa :

“Suatu akta otentik memberikan diantara para pihak beserta ahli waris-ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak dari mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya”.

Jadi, ketentuan untuk pembebanan jaminan fidusia dalam bentuk akta notaris merupakan upaya dalam memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi para pihak yang terkait karena pada umumnya benda yang menjadi obyek jaminan fidusia adalah barang yang tidak terdaftar.

2.6 Pendaftaran Jaminan Fidusia

Untuk memenuhi kepastian hukum bagi penerima jaminan fidusia dan memenuhi asas publisitas maka Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 mewajibkan untuk mendaftarkan jaminan ke Kantor Pendaftaran Fidusia. Setelah dilakukan pendaftaran maka kantor pendaftaran Fidusia akan mengeluarkan sertifikat jaminan Fidusia yang mencantumkan irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, dengan demikian sertifikat jaminan fidusia mempunyai kekuatan/title eksekutorial. Akibat hukum dari adanya irah-irah tersebut, maka penerima fidusia dapat langsung mengeksekusi barang yang menjadi objek jaminan fidusia jika pemberi fidusia (debitur) wanprestasi.

Pendaftaran benda yang dibebani dengan jaminan fidusia dilaksanakan di tempat kedudukan pemberi fidusia, dan pendaftaraannya mencakup benda, baik yang berada di dalam maupun di luar Wilayah Negara Republik Indonesia untuk

(12)

memenuhi asas publisitas, sekaligus merupakan jaminan kepastian terhadap kreditur lainnya mengenai benda yang telah dibebani jaminan fidusia.

Prosedur pendaftaran fidusia dan biaya pembuatan akta diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 86 tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Prosedurnya adalah sebagai berikut :

1) Permohononan pendaftaran jaminan fidusia

Permohonan pendaftaran jaminan fidusia dilakukan oleh penerima fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan fidusia, yang memuat :

a) Akta identitas pihak pemberi fidusia dan penerima fidusia

b) Tanggal, nomor akta jaminan fidusia, nama, dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta jaminan fidusia.

c) Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia.

d) Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

e) Nilai penjamin.

f) Nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

Selanjutnya Kantor Pendaftaran Fidusia mencatat jaminan fidusia dalam Buku Daftar Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Ketentuan ini dimaksudkan agar Kantor Pendaftaran Fidusia tidak melakukan penilaian terhadap kebenaran yang dicantumkan dalam pernyataan pendaftaran jaminan fidusia, akan tetapi hanya melakukan pengecekan

(13)

data yang dimuat dalam pernyataan pendaftaran fidusia. Tanggal pencatatan jaminan benda fidusia dalam Buku Daftar Fidusia ini dianggap sebagai saat lahirnya jaminan fidusia.Apabila sertifikat jaminan fidusia terjadi perubahan tehadap substansinya, maka :

1. Permohonan pendaftaran atas perubahan diajukan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia.

2. Kantor Pendaftaran Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerima permohonan perubahan, melakukan pencatatan perubahan tersebut dalam buku daftar fidusia dan menerbitkan pernyataan perubahan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari sertifikat jaminan fidusia.

Dengan demikian pendaftaran jaminan fidusia dalam Buku Daftar Fidusia merupakan perbuatan konstitutif yang melahirkan jaminan fidusia. Penegasan lebih lanjut dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 28 Undang-Undang Jaminan Fidusia yang menyatakan apabila atas benda yang sama menjadi objek jaminan fidusia lebih dari 1(satu) perjanjian jaminan fidusia, maka kreditur yang lebih dahulu mendaftarkannya adalah penerima fidusia. Hal ini penting diperhatikan oleh kreditur yang menjadi pihak dalam perjanjian jaminan fidusia, karena hanya penerima fidusia, kuasa atau wakilnya yang boleh melakukan pendaftaran jaminan fidusia dan biaya pendaftaran akan diatur dengan peraturan pemerintah.14

14Ibid, h.148.

(14)

2) Sertifikat jaminan fidusia

Dalam Sertifikat Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 14 ayat (1) dicantumkan kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.Sertifikat ini mempunyai kekuatan eksekutorial yang

dipersamakan dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Artinya adalah bahwa Sertifikat Jaminan Fidusia ini dapat langsung dapat dieksekusi/dilaksanakan tanpa melalui proses persidangan dan pemeriksaan pengadilan, dan bersifat final serta mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan tersebut.

Apabila debitur cidera janji, penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri.Ini merupakan salah satu ciri jaminan kebendaan yaitu adanya kemudahan dalam pelaksanaan eksekusinya yaitu apabila pihak pemberi fidusia cidera janji. Oleh karena itu, dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia diatur secara khusus tentang eksekusi jaminan fidusia ini melalui pranata parate eksekusi.15

Berkaitan dengan Prosedur pendaftaran jaminan fidusia dan biaya pembuatan akta diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 86 tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia memiliki tujuan yakni untuk melahirkan jaminan fidusia bagi penerima fidusia, memberi kepastian kepada kreditur lain mengenai benda yang telah dibebani jaminan fidusia, memberikan hak yang didahulukan

15Ibid, h.150.

(15)

terhadap kreditur dan untuk memenuhi asas publisitas karena kantor pendaftaran terbuka untuk umum. Karena jaminan fidusia memberikan hak kepada penerima fidusia untuk tetap menguasai benda yang menjadi objek jaminan fidusia berdasarkan kepercayaan, maka sistem pendaftaran yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia dapat memberikan jaminan kepada pihak penerima fidusia dan pihak yang mempunyai kepentingan terhadap benda tersebut. 16

16 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, op.cit, h. 146.

(16)
(17)

1

Referensi

Dokumen terkait

Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan

Oleh karena itu Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), melalui Direktorat Pendidikan Agama Islam perlu membentuk

Penelitian ini sudah dibuat dengan sungguh-sungguh untuk mengikuti kaidah- kaidah penelitian ilmiah sebagaimana telah diatur dalam buku pedoman yang

Guru menggerakkan pion kekotak berikutnya dijalur papan ular tangga sesuai jumlah angka pada dadu, kemudian menyebutkan gambar yang ada pada jalur papan ular tangga dimana pion

seorang perempuan usia 26 th datang keklinik telah melahirkan 6 bulan lalu, belum Kb, ingin memakai alat kontrasepsi dan sedang menyusui.. Hasil pemeriksaaan

Dari gambar 5 dapat dijelaskan bahwa kegiatan yang dimasukkan dalam lingkup Sistem Informasi E-Office Agenda Promosi yaitu : 1 Proses input data Agenda dan Penugasan

Source of REE is heavily dependent on some weathered crust deposits in China (ex. Bayan Obo Deposit and highly weathered granitic rock from Southern China) which

Dilatarbelakangi oleh adanya perampasan objek jaminan fidusia oleh negara sebagai akibat dari tindak pidana yang telah dilakukan debitur selaku pemberi