PROPOSAL SKRIPSI
DAMPAK BROKEN HOME PADA PRESTASI BELAJAR ANAK
Oleh
LAILI SOBRIANI PUSPITA SARI NIM 201833037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2022
2 DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... 2
BAB I ... 4
PENDAHULUAN ... 4
1.1. Latar Belakang ... 4
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II ... 8
KAJIAN PUSTAKA ... 8
2.1. Kajian Teori ... 8
2.1.1. Keluarga Broken Home ... 8
2.1.2. Peran Orang Tua dalam Pendidikan anak ... 9
2.1.3. Keharmonisan Keluarga ... 10
2.1.4. Prestasi Belajar ... 11
2.1.5. Dampak Keluarga Broken Home Pada Prestasi Belajar anak ... 13
2.2. Penelitian Relevan ... 14
2.3. Kerangka Berpikir ... 15
BAB III ... 16
METODOLOGI PENELITIAN ... 16
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
3.1.1. Tempat Penelitian ... 16
3
3.1.2. Waktu Penelitian ... 16
3.2. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 16
3.3. Peranan Peneliatian ... 18
3.4. Data dan Sumber Data ... 18
3.4.1. Data ... 18
3.4.2. Sumber Data ... 19
3.5. Pengumpulan Data ... 19
3.5.1. Observasi non partisipan ... 19
3.5.2. Wawancara mendalam (indepth interview) ... 20
3.5.3. Dokumentasi ... 21
3.5.4. Pencatatan ... 21
3.6. Keabsahan Data ... 22
3.7. Analisis Data ... 22
DAFTAR PUSTAKA ... 24
4 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara umum, seperti yang diketahui di dalam keluarga sendiri terdiri dari ayah, ibu dan anak yang mempunyai peran masing – masing. Bagi seorang anak keluarga mempunyai kedudukan penting dalam kehidupannya, itu dikarenakan keluarga merupakan interaksi pertama yang dilakukan oleh anak. Karena hal tersebut merupakan wadah pertama dan utama untuk perkembangan anak bersosialisasi dengan orang lain. Menurut Gerungan (2013:71) keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama tempat individu belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial yang dapat berinteraksi dengan kelompoknya.
Supriyono, dkk (2015:824) menyebutkan bahwa pendidikan pertama pada anak tumbuh dari lingkungan keluarga, sehingga anak pertama kali mendapatkan bimbingan serta pendidikan bukan dari lingkungan sekolah melainkan dari lingkungan keluarga. Keluarga memiliki tugas utama untuk pendidikan anak, yaitu sebagai acuan dasar mengenai pendidikan keagamaan, nilai budaya, serta nilai moral sebagai modal dalam bersosialisasi dalam lingkungan masyarakat.
Keluarga mempunyai peran penting dalam kehidupan anak, keluarga menjadi tempat bagi anak untuk mengeluarkan keluh kesahnya. Di dalam keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal bersama satu atap untuk berbagi rasa kasih sayang agar menciptakan keluarga yang harmonis. Seperti yang dikemukakan oleh Endriani, A (2017:43) menyatakan bahwa keluarga harmonis (keluarga utuh) merupakan suatu kondisi dimana semua anggota keluarga lengkap dan tidak bercerai sehingga dapat menjadikan anak didik tumbuh dan berkembang secara normal dan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara efektif
5
sesuai dengan tingkat perkembangannya. Keharmonisan tergantung dengan orang tua yang saling perhatian, saling menyadari atas kekurangan dan kelebihan masing–masing.
Akan tetapi tidak semua anak mengalami kondisi keluarga yang bahagia dan harmonis, ada sebagian anak yang mengalami kondisi kurang harmonis di dalam keluarga. Pertengkaran yang diakibatkan oleh orang tua yang berujung pada perceraian mengakibatkan anak mengalami broken home. Menurut Handyani &
Indriana (2017:143) menyebutkan bahwa broken home merupakan suatu keadaan (perceraian) yang terjadi karena tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga baik antara suami–istri maupun anak.
Keluarga broken home pada saat ini sudah terbilang wajar di lingkungan masyarakat, keluarga broken home adalah mereka pasangan suami istri yang bercerai dikarenakan mengalami permasalahan dalam di rumah tangga dan tidak menemukan titik tengah yang kemudian memutuskan untuk mengakhiri sebuah hubungan dengan perceraian. Dalam hal ini tentunya memberikan dampak tersendiri bagi seorang anak, baik dibidang pendidikan, psikologis dan lingkungan sosialnya.
Perilaku anak yang menyimpang dikarenakan kurang adanya perhatian dan kasih sayang dari orang tua, kurangnya peran dari kedua orang tua mengakibatkan anak merasa kehilangan salah satu sosok figure yang menjadi panutan dalam hidupnya. Kurangnya perhatian dari orang tua berdampak pada pendidikan anak yang mengakibatkan prestasi belajar menurun, menurut Yuli (2020:6) broken home sangat mempengaruhi pola pikir korban sehingga pendidikan anak akibat broken home dominan kurang baik dan banyak yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan sesuai target yang telah ditetapkan.
6
Berdasarkan observasi yang dilaksanakan bulan November 2021 di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak, terhadap 2 anak yang mengalami broken home akibat dari perceraian kedua orang tuanya, akibat lain yang ditimbulkan dari perceraian mengakibatkan anak mengalami kesulitan dalam beradaptasi menghadapi situasi baru. Kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua bagi anak yang mengalami broken home berdampak pada prestasi belajar anak. Berdasarkan dengan masalah tersebut peneliti bertujuan melakukan penelitian mengenai “Dampak Broken Home Pada Prestasi Belajar Anak”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian tersebut maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran anak keluarga broken home di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak?
2. Bagaimana peran orang tua dari keluarga broken home dalam pendidikan anaknya di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak?
3. Bagaimanakah prestasi belajar anak broken home di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak?
4. Bagaimanakah dampak keluarga broken home terhadap prestasi belajar anak di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan gambaran anak keluarga broken home di Desa Donorjo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak
7
2. Mengetahui peran orang tua dari keluarga broken home di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak
3. Mengetahui prestasi belajar anak broken home di Desa Donorjo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak
4. Mengetahui dampak keluarga broken home terhadap prestasi belajar anak di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak 1.4. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoris
Sebagai ilmu pengetahuan tentang dampak broken home pada prestasi belajar anak
2. Secara Praktis
a. Bagi anak, meningkatkan prestasi belajar pada anak yang mengalami broken home
b. Bagi orang tua, sebagai pedoman dalam pentingnya peran orang tua dalam prestasi belajar anak
c. Bagi masyarakat, sebagai informasi dalam pembentukan prestasi belajar anak
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori
Dalam kajian teori ini, peneliti akan menguraikan mengenai: keluarga broken home, peran orang tua, keharmonisan keluarga, prestasi belajar dan dampak broken home pada prestasi belajar
2.1.1. Keluarga Broken Home
Broken home adalah kondisi keluarga yang tidak lagi utuh, ketidakutuhan tersebut diakibatkan adanya perpecahan atau pertengkaran diantara suami istri yang tidak bisa diselesaikan dengan baik. Sehingga berakibat putusnya tali keluarga atau perceraian. Dalam perceraian tersebut mengakibatkan anak mengalami kondisi keluarga broken home. Menurut Wulandri & Fauziah (2019:57) broken home diartikan sebagai keluarga yang retak, yaitu kondisi hilangnya perhatian keluarga oleh beberapa hal, bisa karena perceraian sehingga anak hanya tinggal bersama satu orang tua kandung. Menurut Pratama, et al (2016:143) yang menjadi faktor penyebab kerap terjadinya broken home adalah putusnya hubungan (pernikahan) antara ibu dan bapak disebabkan karena kematian dan perceraian.
Menurut Wills (2013:66) keluarga broken home dapat dilihat dari dua aspek yaitu:
1. Keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu dari kepala keluarga itu meninggal dunia atau telah bercerai.
2. Orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak di rumah atau tidak memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi. Misalnya orang tua sering bertengkar sehingga keluarga itu tidak sehat secara psikologis.
9
Selain aspek – aspek tersebut, terdapat kriteria seseorang dikatakan broken home, menurut Nurtia, dkk (2020:4-5) dikatakan keluarga broken home memiliki kriteria diantaranya:
1. Kematian salah satu atau kedua orang tua 2. Divorce (kedua orang tua berpisah atau bercerai)
3. Poor marriage (hubungan orang tua dengan anak tidak baik) 4. Poor parent-children relationship (hubungan orang tua tidak baik) 5. High tenses and low warmth (suasana keluarga dan tanpa
kehangatan)
6. Personality psychological disorder (salah satu atau kedua orang tua mempunyai kelainan kepribadian atau gangguan jiwa)
Maka dapat disimpulkan bahwa broken home adalah suatu kondisi keluarga yang sudah tidak lagi utuh yang disebabkan oleh kematian atau perceraian dari orang tua sehingga mengakibatkan anak menjadi broken home.
2.1.2. Peran Orang Tua dalam Pendidikan anak
Dalam hal pendidikan peran orang tua sangat penting karena sebelum anak menginjak bangku sekolah, orang tualah yang memberikan pendidikan pertama untuk anak. Peran orang tua yang sebagaimana pada umumnya yaitu membimbing anak dalam belajar, tempat berdiskusi dan lain–lain. Karena orang tua mempunyai rasa tanggung jawab yang besar untuk memastikan anak mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang layak. Menurut Iftitah &
Anawaty (2020:112) menyatakan bahwa “Peran penting orang tua sebagai motivator, fasilitator, serta tempat berdiskusi dan bertanya.”
10
Menurut Novrindra, dkk (2017:41) mengatakan bahwa orang tua sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pendidikan berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan pendidikan anak. Peran orang tua dalam pendidikan perlu dengan terus menrus untuk mendorong, memberi motivasi dan memfasilirasi demi tercapainya pendidikan anak yang baik. Menurut Wardhani (dalam 2013:36) menyatakan bahwa “pendidikan orang tua akan memberikan pengaruh terhadap pola berpikir dan orientasi pendidikan yang diberikan kepada anaknya.”
Berdasarkan dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa peran orang tua sangat penting dalam pendidikan anak karena orang tua sebagai tempat diskusi dan juga sebagai motivator bagi seorang anak. Sehingga orang tua yang dapat memaksimalkan perannya dalam mendidik anak berpengaruh terhadap pola berpikir dalam pendidikan anaknya.
2.1.3. Keharmonisan Keluarga
Menurut Akhirin (2020:131) menyatakan bahwa keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlawan jenis yang hidup bersama dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau anak adopsi yang tinggal dalam satu rumah tangga.
Bagi seorang pasangan yang sudah menikah tentunya mengharapkan keluarga mereka hidup bahagia, kebahagiaan yang dapat dirasakan yaitu ketika mempunyai keluarga yang harmonis dan minim konflik. Menurut Kavinkondala, et all (2016:235) mengatakan bahwa keharmonisan keluarga merupakan kondisi dimana berfungsinya anggota keluarga secara optimal, sedikitnya konflik yang terjadi di dalam keluarga, saling menjaga kepercayaan dan memiliki komunikasi yang baik. Ditegaskan kembali oleh Daradjat (dalam Alwi, dkk, 2016:5) yang mengemukakan bahwa keluarga harmonis adalah keluarga dimana seluruh anggota menjalankan hak dan kewajiban
11
masing–masing, terjalin kasih sayang, saling pengertian, komunikasi dan kerjasama yang baik antara anggota keluarga.
Menurut Farida, dkk (2014:77) menyatakan bahwa dalam membangun rumah tangga yang harmonis, terdapat 6 aspek yang harus diperhatikan:
1. Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga 2. Mempunyai waktu bersama keluarga
3. Mempunyai komunikasi yang baik antara anggota keluarga 4. Saling menghargai antara sesama anggota keluarga
5. Kualitas dan kuantitas antar sesama anggota keluarga
6. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga
Selain itu juga terdapat dimensi keharmonisan keluarga, menurut Kavinkondala, et all (2016:235) mengemukakan bahwa terdapat lima dimensi dalam keharmonisam keluarga yaitu: komunikasi efektif, resolusi konflik, kesabaran, waktu berkualitas bersama keluarga dan identitas sebagai keluarga.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, keluarga yang harmonis adalah pasangan suami istri yang sudah menikah baik tanpa anak atau tidak yang saling menjaga, terjalin rasa kasih sayang, mempunyai komunikasi yang baik. Selain itu untuk menciptakan keluarga yang harmonis harus mempunyai kesabaran dan menahan diri agar minimnya pertengkaran.
2.1.4. Prestasi Belajar
1. Pengertian prestasi belajar
Menurut Mulyaningsih, E (2014:443) menyatakan bahwa defisini prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah belajar, yaitu berusaha untuk menguasai pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap sebagai ukuran prestasi belajar yang berupa nilai. Menurut Huda, N,M (2018:61) prestasi belajar adalah keberhasilan yang telah
12
dicapai seseorang dari proses belajar dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat sebagai salah satu bukti dari belajar.
2. Aspek atau indikator prestasi belajar
Menurut Bloom (dalam Lorensia, 2016:3) mengatakan bahwa hasil belajar atau prestasi belajar dikelompokkan dalam tiga dominan, yaitu kognitif atau pengetahuan, afektif atau sikap dan psikomotor atau keterampilan dan penjelasannya sebagai berikut
1) Ranah kognitif, meliputi: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation)
2) Ranah afektif, meliputi: kemampuan menerima (receiving), kemampuan menanggapi (responding), menilai (valuing) dan organisasi (organization)
3) Ranah psikomotor, meliputi: motor skill, manipulations of materials or objects, neuromuscular coordination (mengamati, menerapkan dan menghubungkan).
3. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Dalam mencapai prestasi belajar tentunya terdapat faktor–faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berprestasi, faktor tersebut meliputi faktor internal dan eksternal. Menurut Safitri & Yuniwati (2019:343) mengatakan bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal faktor yang timbul dari dalam individu diantaranya minat, bakat, motivasi dan tingkat intelegensi.
Sedangkan menurut Syafa’ati et all (2021:343) menyatakan bahwa faktor eksternal adalah segala bentuk pengaruh yang datang dari luar diri dan mempengaruhi kegiatan belajar seseorang diantaranya adalah keluarga, sekolah dan faktor sosial.
Menurut Salsabila, A & Puspitasari (2020: 284) terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa yaitu:
13
a. Faktor internal, meliputi: kesehatan fisik, psikologis, motivasi, kondisi psikoemosional yang stabil
b. Faktor eksternal, meliputi: lingkungan fisik sekolah, lingkungan sosial kelas, lingkungan sosial keluarga
Berdasarkan menurut beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan terhadap pengetahuan atau keterampilan yang dicapai dengan usaha yang maksimal untuk mencapai hasil yang telah diharapkan. Prestasi belajar harus memiliki aspek kognitif, afektif dan juga psikomotor. Dalam prestasi belajar juga terdapat faktor–faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berprestasi, terdapat dua faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
2.1.5. Dampak Keluarga Broken Home Pada Prestasi Belajar anak
Menurut Novianto, R., dkk (2019:4) menyatakan bahwa siswa yang berasal dari keluarga broken home mengalami dampak academic problem, siswa tidak memperhatikan guru saat menjelaskan dan seringnya tidak hadir di sekolah mengakibatkan mendapat peringkat rendah dan tidak memiliki prestasi.
Menurut Mone, F.,H (2019:161) mengatakan bahwa perceraian atau broken home membawa dampak buruk bagi anak, perubahan yang secara tiba–tiba membuat anak menjadi tidak stabil yang membuat pikiran mereka terganggu sehingga tidak fokus pada waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung yang mengakibatkan anak mengalami kesulitan dalam proses belajar.
Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa anak yang mengalami broken home dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Ini dikarenakan kurang perhatian orang tua mengakibatkan anak kurang fokus pada saat pembelajaran sehingga berakibat pada menurunnya prestasi belajar.
14 2.2. Penelitian Relevan
No Nama Peneliti Judul
Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Harry Ferdinand Mone (2019)
Dampak perceraian
orang tua terhadap perkembangan psikososial dan prestasi belajar di Kecamatan
Oebobo
Penelitian sama- sama membahas
tentang broken home
Penelitian yang dilakukan menekankan perkembangan
psikososial, perkembangan prestasi belajar dan langkah-
langkah pemulihan
terhadap psikososial anak
2
Widyastuti Gintulangi, dkk
(2017)
Dampak keluarga broken home pada prestasi belajar PKN siswa di SMA
Negeri 1 Tilamuta Kabupaten
Boalemo
Penelitian sama- sama membahas
tentang broken home
Penelitian yang dilakukan menekankan pada keadaan keluarga broken
home pada prestasi belajar
PKN
3
Andi Alvhina Rizky, dkk
(2021)
Dampak psikologis pada
siswa
Persamaan sama- sama membahas tentang broken
Penelitian yang dilakukan menekankan
15 berprestasi rendah yang
mengalami broken home di
SMA Negeri 1 Alalak
home pada
perkembangan psikologis, peranan guru BK
serta kendala dalam mengatasi
prestasi belajar anak broken
home.
2.3. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan dasar penelitian dari pikiran peneliti untuk mempermudah penelitian menuju ke arah yang jelas. Penelitian ini akan mengkaji terkait dengan dampak broken home pada prestasi belajar anak di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak.
Keluarga Broken Home
Gambaran Anak Broken Home
Peran Orang Tua Prestasi Belajar
Dampak Broken Home Pada Prestasi Belajar
16 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Donorojo RT 07 TW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak. Penelitian ini meneliti Dampak Broken Home Pada Prestasi Belajar Anak di Desa Donorojo RT 07 1 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak.
3.1.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu meliputi observasi, pengajuan judul, penyusunan skripsi, penyusunan instrument penelitian, seminar proposal dan mengurus perizinan. Waktu penelitian ini akan dilakukan pada bulan November 2021 sampai dengan bulan Februari 2022.
Tahap pelaksanaan meliputi observasi, wawancara orang tua dan wawancara anak. Dengan adanya tahap–tahap tersebut, diharapkan peneliti yang dilakukan berjalan sesuai rencana yang telah direncanakan dengan tepat waktu dan memperoleh hasil penelitian yang diharapkan.
3.2. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif serta analisis data deskriptif. Penelitian kualitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari observasi, catatan wawancara, dokumentasi, foto- foto dan data pendukung lainnya. Penelitian ini terletak pada fokus penelitian yang mengkaji tentang keadaan tertentu. Menurut Sugiono (2014:1) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
17
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, peneliti sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik pemeriksaan keabsahan data, sedangkan analisis data bersifat induktif.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus, menurut Sukmadinata (2013:99) mengatakan bahwa penelitian studi kasus merupakan cara dalam pengumpulan data, peneliti menghimpun dan menganalisis data untuk mengeksplorasi suatu kasus. Sedangkan menurut (Rahardjo, 2017) mendefinisikan studi kasus adalah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut.
Langkah-langkah studi kasus menurut (Rahardjo, 2017) sebagai berikut:
pemilihan tema, topik dan kasus, pembacaan literatur, perumusan fokus dan masalah penelitian, pengumpulan data, penyempurnaan data, pengolahan data, analisis data, proses analisis data, dialog teoretik, triangulasi temuan (konfirmabilitas), simpulan hasil penelitian dan laporan penelitian. Menurut Moleong (dalam Zainiyah, 2017:37) mengatakan bahwa penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa atau kejadian yang terjadi pada saat sekarang.
Penelitian ini dilakukan dengan observasi langsung ke lapangan , kemudian melakukan pendataan, mengolah data dan menganalisis secara mendalam.
Adapun rancangan penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut:
1. Setelah menentukan permasalah dan tempat penelitian, kemudian peneliti melakukan studi pendahuluan ke tempat anak yang mengalami broken home.
Tempatnya terletak di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak, Kabupaten Demak
18
2. Selanjutnya peneliti menggali informasi agar memperoleh data yang dibutuhkan, yaitu diantaranya dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
3. Setelah seluruh data yang dibutuhkan terkumpul, langkah terakhir yaitu mengidentifikasi dan menyajikan data dari hasil penelitian di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak
3.3. Peranan Peneliatian
Secara operasional peranan penelitian dalam penelitian ini yaitu:
1. Melakukan pengamatan terhadap anak broken home di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak.
2. Melakukan wawancara terhadap orang tua, anak dan kerabat terdekatnya di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak.
3. Menganalisis data yang telah didapatkan dari penelitian
4. Menyajikan data yang telah dianalisis sesuai kaidah penulisan yang sudah ditentukan
3.4. Data dan Sumber Data 3.4.1. Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini tentunya membutuhkan alat bantu berupa pedoman wawancara, lembar observasi dan dokumentasi.
Kemudian peneliti juga membuat catatan hasil wawancara, observasi atau pengamatan, maupun dokumentasi.
19 3.4.2. Sumber Data
Sumber data merupakan bagian paling penting dari sebuah penelitian bagi seorang peneliti, karena ketepatan dalam memilih sumber data menentukan kelayakan dan kedalaman informasi yang didapatkan. Menurut Mutkhar (2013:129) sumber data ada 2, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dihimpun langsung oleh seorang peneliti, umumnya dari hasil observasi terhadap situasi sosial dan diperoleh dari tangan pertama atau subjek (informan) melalui proses wawancara. Dan di dalam penelitian ini, informasi kuncinya adalah orang tua, informan utama orang tua dan anak, dan informan tambahan adalah kerabat sekitar.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti yang diperoleh melalui sumber tangan kedua atau ketiga. Data sekunder dapat berupa gambar-gambar, dokumentasi, grafik, manuskrip, tulisan-tulisan tangan dan berbagai dokumentasi lainnya.
3.5. Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013:308) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Sehingga berdasarkan pendapat tersebut, peneliti mengutamakan pengumpulan data secara langsung dan sebanyak-banyaknya yang bertujuan untuk mendapatkan hasil sesuai harapan.
Berikut teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu:
3.5.1. Observasi non partisipan
Observasi non partisipan merupakan observasi yang dilakukan oleh seorang peneliti tetapi peneliti tidak ikut serta dalam kehidupan orang yang akan di observasi dan secara terpisah hanya sebagai pengamat. Menurut Saleh. S (2017) mengatakan bahwa observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan
20
data yang digunakan untuk mengamatai secara langsung (subjek) dan merekam peristiwa serta perilaku asli yang tidak dibuat-buat dalam kurun waktu tertentu, sehingga diperoleh data yang rinci. Sedangkan menurut Abdussamad, Z (2021:147) mengatakan bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis melalui pengamatan dan pecatatan terhadap suatu gejala.
Kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti berada di Desa Donorojo RT 07 RW 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak. Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan terkait dengan dampak broken home pada prestasi belajar anak. Dengan melakukan pengamatan secara langsung dengan berkunjung ke rumah anak yang mengalami broken home, peneliti berharap mendapatkan hasil penelitian sesuai harapan yang diinginkan.
3.5.2. Wawancara mendalam (indepth interview)
Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab yang dilakukan secara langsung untuk mendapatkan informasi. Menurut Gorden (Herdiansyah, 2013:29) “wawancara merupakan percakapan antara dua orang dimana salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu”. Menurut Stewart & Cash (Herdiansyah, 2013:30) “wawancara adalah suatu interaksi yang di dalamnya terdapat pertukaran/sharing, aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif dan informasi”.
Menurut Wekke, S, I., dkk (2019:86) mengatakan bahwa interview/wawancara dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Wawancara terstruktur
Dalam pengumpulan data, peneliti sudah menyiapkan instrument atau pertanyaan tertulis yang alternatif.
2. Wawancara semiterstruktur
Wawancara yang pelaksanaannya lebih bebas yang bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka.
21
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti akan melakukan wawancara mendalam guna mendapatkan data valid di penelitian ini, berikut informan yang akan diwawancarai oleh peneliti:
1. Orang tua 2. Anak 3.5.3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode yang dilakukan dalam penelitian kualitatif yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara melihat atau menganalisis data-data yang dilakukan oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Pengumpulan data dilakukan seperti observasi, wawancara dan lain sebagainya yang didokumentasikan berupa potret atau gambar yang dijadikan sebagai bukti bahwa seorang peneliti telah melakukan penelitian terhadap suatu fenomena tertentu.
Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti berupa gambar foto, pengumpulan data berupa wawancara kepada informan yang dilakukan peniliti dalam proses penelitian.
3.5.4. Pencatatan
Pencatatan merupakan suatu proses penting dalam sebuah penelitian untuk pengumpulan data bagi seorang peneliti. Dalam mengumpulkan data, pencatatan dapat dilakukan secara sederhana seperti di buku, kertas maupun handphone. Selain itu juga dapat dilakukan menggunakan lembar observasi, dalam penelitian ini peneliti menggunakan keduanya untuk mengumpulkan informasi atau data sesuai yang dibutuhkan oleh peneliti.
22 3.6. Keabsahan Data
Dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat kebenaran dan kepercayaan data, peneliti menggunakan triangulasi sumber data. Menurut Sugiyono (2013:330) menyatakan bahwa “triangulasi merupakan teknik pengumpulan data dari gabungan teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.”
Triangulasi teknik merupakan pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan sumber data dari sumber yang sama berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan triangulasi sumber merupakan pengumpulan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
3.7. Analisis Data
Analisis data menurut Sugiyono (2016:244) adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara megorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Menurut Miles & Huberman (dalam Sugiyono, 2013:337) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data ada 3, yaitu:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan juga membuang yang tidak penting. Dalam hal ini, mereduksi data akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melalukan pengumpulan data selanjutnya.
23 2. Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Yang paling sering digunakan oleh peneliti untuk menyajkan data penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing atau Verification
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles & Huberman (dalam Sugiyono, 2013:345) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dalam mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Namun apabilan kesimpulan pada tahap pertama didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat penelitian, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel.
24
DAFTAR PUSTAKA
Andrean, S., & Munastiwi, E. (2021). Kontribusi Keharmonisan Keluarga Dalam Perkembangan Keterampilan Sosial Siswa Kelas V di SDN Bangun Harjo.
Jemari: Jurnal Edukasi Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 3 No. 1, 31-40.
Bahaudin, M. S., & Wasisto, J. (2019). Peran Perpustakaan Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat . Jurnal Ilmu Perpustakaan, Vol.7, No.2, 61-70.
Jelatu, S., Mon, M. E., & San, S. (2019). Relasi Antara Kemampuan Numerik Dengan Prestasi Belajar Matematika. Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol. 10, No. 1, 1-18.
Siregar, M. D., & Wadi, A. A. (2019). Pengaruh Konseling Realita Terhadap Kesulitan Anak Menerima Keadaan Keluarga Broken Home. Jurnal Konseling Pendidikan, Vol. 3, No.1, 1-11.
Abdussamad, Z. (2021). Metode Penelitian Kualitatif . Makassar : Syakir Media Press.
Akhirin. (2020 ). Hubungan Antara Keutuhan Keluarga dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam . Jurnal Tawadhu. Vol.4 No.2, 1128-1138.
Anggraeni, R. N., Fakhriyah, F., & Ahsin, M. N. (2021). Peran Orang Tua Sebagai Fasilitator Anak Dalam Proses Pembelajaran Online di Rumah. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, Vol. VIII No. 2, 105-117.
Chafshoh , D., Hasan, N., & Kurniawati, D. A. (2019). Dampak Ketidakharmonisan Keluarga Dalam Perkembangan Kehidupan Anak Menurut Hukum Islam Perspektif Sosiologis . Jurnal Ilmiah Hukum, Vol.1, No.2, 61-66.
Endriani, A. (2017). Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga Dengan Sikap Disiplin Siswa. Jurnal Paedagogy, Volume 4, Nomor 2 , 42-49.
Fahrurrazi , & Casmini. (2020). Bimbingan Penerimaan Diri Remaja Broken Home.
Enlighten: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol. 3 No. 2, 142-152.
Gintulangi , W., Puluhulawa , J., & Ngiu, Z. (2017). Dampak Keluarga Broken Home Pada Prestasi Belajar PKN Siswa di SMA Negeri I Tilamuta Kabupaten Boalemo. Jurnal Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Volume 02, Nomor 2, 336-341.
25
Huda, M. N. (2018). Optimalisasi Sarana dan Prasarana Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Volume VI Nomor 2, 51-69.
Ismail Suardi Wekke, d. (2019). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Penerbit Gawe Buku .
Kasih, F., & Haumi, N. (2017). Profil Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Pelayanan Kelompok di SMA Sumatra Barat. Jurnal Counseling Care, Volume 1 Nomor 1, 13-26.
Komariyah , A., Anwar , Z., & Saraswati, P. (2020). Pemaafan Sebagai Jalan Menuju Keharmonisan Keluarga. Psycho Holistic, Vol. 2, No. 2, 234-246.
Massa, N., Rahman, M., & Napu, Y. (2020). Dampak Keluarga Broken Home Tehadap Perilaku Sosial Anak. Jambura Journal of Community Empowerment (JJCE), Volume (1) Nomor (1), 1-12.
Melisa, P. V., & Putra, E. (2021). Dukungan Keluarga dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar Ilmu, Volume 26, Number 2, 339- 345.
Mone, H. F. (2019). Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Perkembangan Psikososial dan Prestasi Belajar. Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS, Volume 6, No. 2, 155-163.
Mulyaningsih, I. E. (2014). Pengaruh Interaksi Sosial Keluarga, Motivasi Belajar, Dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar . Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 4, 441-451.
Novianto, R., Zakso , A., & Salim, I. (2019). Analisis Dampak Broken Home Terhadap Minat Belajar Siswa SMA Santun Untan Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, Vol. 8 No.3, 1-8.
Novrinda, Kurniah , N., & Yulidesni. (2017). Peran Orangtua Dalam Pendidikan Anak Usia Dini Ditinjau Dari Latar Belakang Pendidikan. Jurnal Potensia, Vol.2 No.1 , 39-46.
Nurkumalarini, E. (2020). Tinjauan Motivasi Belajar Siswa Pada Keluarga Yang Mengalami Perceraian (Broken Home) di Sekolah Dasar Negeri Jemur Wonosari 1. SEJ (School Education Journal), Vol. 10 No. 3 , 254-262.
Putri, R. R., Kanzunnudin , M., & Fajrie , N. (2021). Analisis Keterampilan Menulis Ditinjau Dari Kemampuan Kognitif Siswa Kelas 1 SD 3 Piji Kudus. Jurnal Educatio, Volume 7, No. 4, 1394-1402.
26
Rizky, A. A., Irhamni, G., & Heiriyah, A. (2021). Studi Dampak Psikologis Pada Siswa Berprestasi Rendah Yang Mengalami Broken Home di SMA Negeri 1 Alalak . UPT Publikasi dan Pengelolaan Jurnal .
Saleh, S. (2017). Analisis Data Kualitatif. Bandung : Pustaka Ramadhan.
Salsabila, A., & Puspitasari. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. Pandawa : Jurnal Pendidikan dan Dakwah, Volume 2, Nomor 2, 278-288.
Satata, D. B. (2021). Self-Disclosure Sifat Independen Anak Tunggal pada Keluarga Broken Home. Jurnal Psikologi Perseptual, Vol. 6 No. 1 , 53-65.
Silkyanti, F. (2019). Analisis Peran Budaya Sekolah yang Religius dalam Pembentukan Karakter Siswa. IVCEJ, Vol 2 No 1, 36-42.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta .
Trianingsih , R., Inayatii, I. N., & Faishol, R. (2019). Pengaruh Keluarga Broken Home Terhadap Perkembangan Moral dan Psikososial Siswa Kelas V SDN 1 Sumberbaru Banyuwangi. Jurnal Pena Karakter, Vol. 02, No. 01, 9-16.
Trisnawati, W., & Sugito. (2021). Pendidikan Anak dalam Keluarga Era Covid-19.
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Volume 5 Issue 1, 823- 831.