4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Sistem Akuntansi
a. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Suatu sistem terdiri dari jaringan prosedur sedangkan prosedur merupakan urutan kegiatan klerikal. Kegiatan klerikal (clerical operation) terdiri dari kegiatan berikut ini yang dilakukan untuk mencatat informasi dalam formulir, buku jurnal, dan buku besar (Mulyadi, 2016, hal. 5).
b. Pengertian Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi adalah rangkaian aktivitas yang menggambarkan tentang pemprosesan data-data dari aktivitas bisnis, pengelolaan data perusahaan dengan menggunakan sistem informasi komputer yang terintegrasi secara harmonis (Anggadini, 2011, hal. 57).
Sistem akuntansi adalah subsistem dari sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi akuntansi dan keuangan seperti halnya informasi lain yang diperoleh dari pengolahan rutin transaksi akuntansi (Rama, 2008, hal. 17).
c. Pengertian Sistem Akuntansi Pokok
Sistem Akuntansi Pokok merupakan organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan (Mulyadi, 2016, hal. 11).
d. Unsur-unsur Sistem Akuntansi Pokok 1) Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk
merekam terjadinya transaksi. Formulir sering disebut dengan
istilah dokumen, karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi, direkam (didokumentasikan) di atas secarik kertas. Formulir sering pula disebut dengan istilah media, karena formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam catatan. Dengan formulir ini, data yang terkait dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dalam catatan (Mulyadi, 2016, hal. 3)
2) Jurnal
Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data lainnya. Sumber informasi dalam pencatatan dalam jurnal ini adalah formulir. Dalam jurnal ini data keuangan untuk pertama kalinya diklasifikasikan menurut penggolongan yang sesuai dengan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan, dan kemudian di posting ke akun yang terkait dalam buku besar (Mulyadi, 2016, hal. 3).
3) Buku Besar
Buku besar terdiri dari akun-akun yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. Akun-akun dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Akun buku besar ini di satu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk menggolongkan data keuangan, di pihak lain dapat dipandang pula sebagai sumber informasi keuangan untuk penyajian laporan keuangan (Mulyadi, 2016, hal. 4).
4) Buku Pembantu
Buku pembantu terdiri dari akun-akun pembantu yang merinci
data keuangan yang tercantum dalam akun tertentu dalam buku
besar. Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan
akuntansi akhir (books of final entry), yang berarti tidak ada catatan
akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan
digolongkan dalam akun buku besar dan buku pembantu (Mulyadi, 2016, hal. 4)
5) Laporan
Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan berupa laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan saldo laba, laporan harga pokok produksi, laporan beban pemasaran, laporan beban pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar, daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya. Laporan berisi informasi yang merupakan keluaran (output) sistem akuntansi, laporan dapat berbentuk hasil cetak komputer dan tayangan pada layar monitor komputer (Mulyadi, 2016, hal. 4).
2. Koperasi Syariah
a. Pengertian Koperasi Syariah
Koperasi syariah merupakan badan usaha koperasi yang menjalankan usahanya dengan prinsip syariah islam yaitu al-qur’an dan as-sunnah. Secara teknis, koperasi syariah bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip anggota dan kegiatannya berdasarkan syariah islam (Hendra, 2016, hal. 2).
Koperasi syariah merupakan gerakan ekonomi kerakyatan yang berlandaskan kegiatannya pada prinsip syariah dan prinsip koperasi yang berasas kekeluargaan.
b. Tujuan Koperasi Syariah
Tujuan koperasi syariah memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya. Untuk itu koperasi
mempunyai fungsi dan peran untuk membangun dan mengembangkan
potensi dan kemampuan usaha anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan usahanya (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia, 2015).
Menurut (Buchori, 2012) tujuan koperasi syariah yaitu mensejahterakan ekonomi anggotanya sesuai norma dan moral Islam, menciptakan persaudaraan dan keadilan sesama anggota, pendistribusian pendapatan dan kekayaan yang merata sesama anggota berdasarkan kontribusinya, kebebasan pribadi dalam kemaslahatan sosial yang didasarkan pada pengertian bahwa manusia diciptakan hanya untuk tunduk pada Allah, meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Dengan tujuan yang sudah diatur dalam hukum syariat Islam, maka koperasi syariah sudah seharusnya memperhatikan bagaimana harta itu bisa dimanfaatkan tidak hanya untuk kebutuhan individu, tapi juga bisa menjadi manfaat untuk masyarakat seluruhnya.
c. Fungsi dan Peran Koperasi Syariah
1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya.
2) Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah, professional (fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi islam dan prinsip-prinsip syariah islam.
3) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
4) Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan dana, sehingga tercapai optimalisasi pemanfaatan harta.
5) Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerjasama melakukan kontrol terhadap koperasi secara efektif.
6) Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.
7) Menumbuhkankembangkan usaha-usaha produktif anggota.
d. Prinsip Koperasi Syariah
1) Kekayaan adalah amanah Allah swt yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun secara mutlak;
2) Manusia diberi kebebasan bermu’amalah selama bersama dengan ketentuan syariah;
3) Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi;
4) Menjunjung tinggi keadian serta menolak setiap bentuk ribawi dan pemusatan sumber dana ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok orang saja;
5) Larangan melakukan perbuatan maysir, yaitu segala bentuk spekulasi judi (gambling) yang mematikan sektor riil dan tidak produktif;
6) Larangan praktik usaha yang melanggar kesusilaan dan norma sosial;
7) Larangan .gharar yaitu segala transaksi yang tidak transparan dan tidak jelas sehingga berpotensi merugikan salah satu pihak;
8) Larangan haram yaitu objek transaksi dan proyek usaha yang diharamkan syariah;
9) Larangan riba yaitu segala bentuk distorsi mata uang menjadi komoditas dengan mengenakan tambahan (bunga) pada transaksi kredit atau pinjaman dan pertukaran/barter lebih antar barang ribawi sejenis;
10) Larangan ihtikar yaitu penimbunan dan monopoli barang dan jasa untuk tujuan permainan harga;
11) Larangan melakukan segala bentuk transaksi dan usaha yang
membahayakan individu maupun masyarakat serta bertentangan
dengan maslahat dalam maqashid syari’ah.
3. Istishna
a. Pengertian Pembiayaan Istishna
Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’i) (Ikatan Akuntan Indonesia, 2017, hal. 104.1).
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM Republik Indonesia Istishna adalah akad pembiayaan dengan tujuan pembelian pesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan pemilik barang. (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015, hal. 17).
Akad istishna adalah akad jual beli yang pembayarannya dilakukan secara bertahap (mencicil) dan barang diserahkan pada akhir periode yang diperjanjikan (Ikatan Bankir Indonesia, 2018) b. Landasan syariah untuk pembiayaan Istishna
1) “Hai orang yang beriman, jika kamu bermuamalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis...” QS. Al Baqarah (2): 282
2) Hadist: “Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram” (HR Tirmidzi).
3) Hadist: Abu Sa’id al-Khudri berkata: “Tidak boleh membahyakan diri sendiri maupun orang lain”. (HR Ibnu Majah, Daruquthni, dan yang lain) (Wasilah, 2015, hal. 218) 4) Kaidah Fikih, pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh
dilakukan, kecuali dalil yang mengharamkan.
c. Rukun Istishna
Rukun istishna’ ada tiga yaitu sebagai berikut:
1) Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli atau mustashni’);
2) Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna’ yang berbentuk harga;
3) Ijab kabul (Wasilah, 2015, hal. 219).
d. Syarat Istishna
Adapun syarat istishna, yaitu sebagai berikut:
1) Kedua pihak yang melakukan transaksi akad jual beli istishna’haruslah yang berakal, dan mempunyai kekuasaan dalam melakukan jual beli.
2) Kedua pihak harus saling ridha tidak saling mengingkari janji.
3) Barang yang akan dibuat harus jelas, misalnya seperti: jenis, macam, ukuran, mutu, dan sifatnya, karena barang yang akan diperjual belikan harus diketahui dengan jelas
e. Mekanisme pembayaran Istishna
Menurut buku pedoman akuntansi perbankan syariah dari OJK mengenai mekanisme pembayaran Istishna harus disepakati dalam akad dan dapat dilakukan dengan cara:
1) Pembayaran dimuka secara keseluruhan atau sebagian setelah akad namun sebelum pembuatan barang;
2) Pembayaran saat penyerahan barang atau selama dalam proses pembuatan barang. Cara pembayaran ini dimungkinkan adanya pembayaran termin sesuai dengan progres pembuatan aset istishna;
3) Pembayaran ditangguhkan setelah penyerahan barang.
f. Pencatatan dan Pengakuan Istishna
Bila suatu akad istishna mencakup sejumlah aset, pengakuan dari setiap aset diperlakukan sebagai suatu akad yang terpisah jika:
1) Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;
2) Setiap aset telah di negosiasikan secara terpisah, dimana
penjual dan pembeli dapat menerima atau menolak bagian
akad yang berhubungan dengan masing-masing aset tersebut;
3) Biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasikan (Standar Akuntansi Keuangan Syariah, 2016, hal. 104.2).
g. Penyajian
Penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:
1) Piutang istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir.
2) Termin istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah tagihan termin penjual kepada pembeli akhir.
Pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:
1) Utang istishna sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi.
2) Aset istishna dalam penyelesaian sebesar:
a) Persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna paralel; atau
b) Kapitalisasi biaya perolehan jika istishna (Standar Akuntansi Keuangan Syariah, 2016, hal. 104.6).
h. Ilustrasi Jurnal dan Perlakuan Akuntansi (PSAK 104) Menurut PSAK 104 adapun mengenai jurnal sebagai berikut:
1) Pada biaya perolehan/pengeluaran selama pembangunan atau yang diterima dari produsen/kontraktor akan diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian, sehingga jurnal yang dilakukan bila entitas melakukan pengeluaran untuk akad istishna adalah:
Db. Aset istishna dalam penyelesaian
Kr. Persediaan, Kas, Utang, dan lain-lain 2) Beban pra-akad diakui sebagai beban tangguhan dan
diperhitungkan sebagai biaya istishna jika disepakati. Jika tidak disepakati maka biaya tersebut dibebankan pada periode
berjalan:
Saat dikeluarkan biaya pra akad, dicatat:
Db. Biaya pra akad ditangguhkan xxx
Kr. Kas xxx Jika akad disepakati, maka dicatat:
Dr. Beban Istishna xxx
Kr. Biaya pra akad ditangguhkan xxx 3) Untuk metode persentase penyelesaian, bagian margin
keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan ke aset istishna dalam penyelesaian.
Jurnal untuk pengakuan pendapatan dan margin keuntungan:
Db. Aset Istishna dalam penyelesaian
Db. Beban Istishna (sebesar biaya yang telah dikeluarkan) Kr. Pendapatan Istishna
(sebesar pendapatan yang diakui)
4) Pada saat penagihan baik metode persentase penyelesaian atau akad selesai, maka jurnal: :
Db. Piutang Istishna (sebesar nilai tunai) xxx
Kr. Termin Istishna xxx
5) Pada saat penerimaan tagihan, maka jurnal:
Db. Kas (sebesar uang yang diterima) xxx
Kr. Piutang Istishna xxx 6) Jurnal pengakuan margin keuntungan pembuatan barang:
Db. Aset istishna dalam penyelesaian (sebesar margin keuntungan)
Db. Beban istishna (sebesar biaya yang dikeluarkan)
Kr. Pendapatan istishna (sebesar pendapatan yang harus diakui di periode berjalan)
7) Jurnal pengakuan pendapatan selisih antara nilai akad dan nilai tunai:
Db. Piutang istishna (sebesar selisih nilai tunai dan nilai akad)
Kr. Pendapatan Istishna ditangguhkan
Db. Pendapatan Istishna ditangguhkan Kr. Pendapatan akad istishna
Db. Piutang istishna (sebesar kas yang diterima) Kr. Kas
4. Penyusunan Laporan Keuangan Koperasi Syariah
Laporan keuangan adalah media informasi keuangan suatu entitas yang berorientasi profit maupun tidak. Laporan keuangan entitas syariah termasuk koperasi syariah yang lengkap terdiri dari komponen berikut:
a. Laporan posisi keuangan akhir periode.
b. Laporan laba rugi komprehensif c. Laporan perubahan ekuitas d. Laporan arus kas
e. Laporan sumber dan penyaluran dana zakat f. Laporan sumber dan pemnggunaan dana zakat g. Catatan atas laporan keuangan
h. Laporan posisi keuangan
Dalam Permen KUKM No. 14/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Pedoman Akuntansi Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi disebutkan penyusunan pelaporan keuangan kegiatan usaha koperasi meliputi:
a. Neraca Laporan Keuangan
Menggambarkan posisi keuangan koperasi pada periode tertentu yang terdiri dari aktiva, kewajiban dan ekuitas.
b. Laporan Perhitungan Hasil Usaha
Menggambarkan hasil usaha koperasi yang menjalankan
prinsip syariah dalam satu periode akuntansi. Penyajian akhir dari
perhitungan hasil usaha disebut SHU (Sisa Hasil Usaha). SHU
bukanlah semata-mata mengukur besaran keuntungan usaha tetapi
juga menggambarkan manfaat lain bagi anggota (Menteri Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015, hal. 57).
Adapun Komponen perhitungan hasil usaha antara lain:
1) Pendapatan Operasional Utama
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM mengenai pendapatan operasional utama adalah pendapatan yang bersumber dari aktivitas utama usaha koperasi yang menjalankan prinsip syariah dengan anggota, meliputi pendapatan berupa bagi hasil, pendapatan margin murabahah, pendapatan bagi hasil mudharabah, pendapatan bagi hasil musyarakah dan bukan bagi hasil (pendapatan Salam, pendapatan Istishna, pendapatan imbalan (Ujrah) Ijarah, pendapatan dari fee Rahn) (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015, hal. 57).
2) Pendapatan Operasional lainnya
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM mengenai pendapatan operasional lainnya adalah pendapatan yang bersumber dari selain pendapatan operasional utama seperti pendapatan administrasi pembiayaan yang diberikan (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015, hal. 57).
3) Hak bagi hasil penyimpan
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM mengenai hak bagi hasil penyimpan adalah bagian bagi hasil yang disepakati antara anggota sebagai penyimpan dengan koperasi yang diambilkan dari pendapatan operasional utama (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015, hal. 58).
4) Pendapatan Non Operasional
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM
mengenai pendapatan non operasional adalah pendapatan
yang bersumber bukan dari kegiatan usaha operasional utama, seperti bagi hasil bank (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015, hal. 58).
5) Sisa Hasil Usaha Kotor
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM mengenai sisa hasil usaha kotor adalah seluruh pendapatan operasional utama yang telah dikurangi pengeluaran atau beban dari aktivitas operasional, usaha dan beban lainnya.”
(Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015, hal. 58).
6) Beban Operasional
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM mengenai biaya yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas penjualan jasa simpan pinjam oleh koperasi syariah kepada anggota. Komponen beban operasional meliputi:
a) Beban Usaha, adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh koperasi yang berkaitan langsung dengan kegiatan usaha koperasi diantaranya biaya promosi, biaya administrasi dan umum, biaya gaji karyawan, biaya alat tulis kantor, biaya perjalanan dinas yang berkaitan dengan kegiatan simpan pinjam, biaya upah, biaya penyusutan dan amortisasi, biaya listrik, biaya telepon.
b) Beban Perkoperasian, adalah biaya yang dikeluarkan
oleh koperasi yang tidak berkaitan langsung dengan
kegiatan operasional koperasi tersebut, tetapi
ditujukan untuk pengembangan organisasi koperasi
diantaranya: biaya pendidikan dan latihan SDM
koperasi, biaya rapat organisasi, biaya pengembangan
wilayah kerja, honor pengurus/pengawas dan biaya
lain yang berkaitan dengan perkoperasian. (Menteri
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015, hal. 58)
7) Pendapatan lainnya
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM mengenai pendapatan yang diterima sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan usaha yang bukan merupakan aktivitas utama usaha koperasi. Diantaranya: keuntungan penjualan asset. (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015, hal. 58).
8) Beban Lainnya
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM mengenai beban yang dikeluarkan oleh koperasi sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan usaha yang bukan merupakan aktivitas utama usaha koperasi.
Diantaranya berupa :
a) beban dari aktivitas kerjasama dengan koperasi lain;
b) beban dari aktivitas kerja sama dengan pelayanan anggota koperasi lain;
c) beban aktivitas dari kerjasama dengan entitas bisnis lain, kerugian penjualan aset, kerugian investasi dan tanggung jawab sosial organisasi. (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015, hal. 59).
9) Beban Pajak
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM
mengenai beban yang dikeluarkan koperasi yang
menjalankan prinsip syariah berkaitan dengan penghasilan
badan. (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, 2015, hal. 59).
10) Sisa Hasil Usaha
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM mengenai SHU adalah seluruh pendapatan operasional utama yang telah dikurangi pengeluaran atau beban dari aktivitas operasional, usaha dan beban lainnya setelah pajak.” (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015, hal. 59)
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan keuangan yang menyajikan perubahan struktur ekuitas selama satu periode.
Informasi yang disajikan meliputi :
1) Sumber dana dan perubahannya untuk satu periode laporan;
2) Pendapatan atau kerugian sebagai akibat adanya perubahan nilai aktiva tetap;
3) Jumlah investasi atau penyertaan lainnya dan kepemilikan ekuitas yang menunjukan secara terpisah;
4) Sumber lain seperti hibah;
5) Pengaruh kebijakan akuntansi dan koreksi sesuai kebijakan akuntansi, estimasi dan kesalahan untuk setiap komponen ekuitas;
6) Rekonsiliasi antara jumlah yang tercatat pada awal dan akhir periode untuk setiap komponen ekuitas yang menunjukan perubahan secara terpisah
7) Komponen ekuitas antara lain simpanan pokok, simpanan wajib, hibah, cadangan dan SHU yang tidak dibagikan pada periode akuntansi. (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015, hal. 60).
d. Laporan Arus Kas
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM mengenai
Laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan transaksi
kas dan setara kas organisasi, baik kas masuk ataupun kas keluar sehingga dapat diketahui kenaikan/penurunan bersih kas dan setara kas. (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015, hal. 61). Penyajian laporan arus kas diklasifikasikan menurut:
1) Aktivitas operasi
Yaitu aktivitas penghasil utama sumber dana meliputi penerimaan dana simpanan, penerimaan pembayaran piutang, penerimaan pembayaran pembiayaan, serta pengeluaran dana yang berhubungan aktivitas operasi meliputi pengambilan simpanan oleh anggota dan pemberian pembiayaan.
2) Aktivitas Investasi
Yaitu adalah aktivitas perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak setara kas.
Misalnya pembelian aktiva tetap dan penjualan aktiva tetap.
3) Aktivitas Pendanaan
Yaitu aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi saldo dana dan pinjaman. Misalnya penerimaan pinjamaan dari pihak lain dan pembayaran pinjaman dari pihak lain.
e. Laporan Sumber Penggunaan Dana Zakat
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan UMKM mengenai Laporan sumber dan penggunaan zakat merupakan laporan yang menunjukkan sumber dan penggunaan dana selama suatu jangka waktu tertentu, serta saldo zakat pada tanggal tertentu. (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015, hal. 64).
Komponen dari laporan sumber dan penggunaan dana zakat antara lain:
1) Sumber dana zakat
Berasal dari masyarakat, zakat koperasi syariah, koperasi syariah lain, dan penyaluran dari lembaga ZIS.
2) Penggunaan Dana Zakat
Penyaluran dana zakat kepada delapan golongan mustahik.
f. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan (Infaq/Sedekah dan Wakaf).
Merupakan laporan kegiatan KSPPS pada sektor sosial berupa arus kas pengumpulan dan penyaluran infaq/sedekah dan wakaf.
Nilai akhir yang disajikan adalah sejumlah saldo akhir kas yang siap untuk disalurkan. Pencatatan dilakukan dengan metode akutansi basis kas, yaitu dicatat pada saat kas telah secara efektif diterima/dikeluarkan. (Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2015, hal. 65).
Komponen dari laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan antara lain:
1) Sumber dana infak/sedekah dan wakaf yang berasal dari masyarakat, koperasi syariah lain, penyaluran lembaga ZIS, dan pengambilan dari piutang al-qardh;
2) Pengunaan dana infak/sedekah dan wakaf yaitu penyaluran kepada yang berhak/untuk kebaikan sesuai kebijakan KSPPS, misalnya pemberian pinjaman pendidikan, bantuan kesehatan, pembangunan masjid, dan pemberian pinjaman al-qardhul.
g. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis.
Setiap pos dalam laporan posisi keuangan, laporan sumber dan
penggunaan dana, dan laporan arus kas harus berkaitan dengan
informasi yang ada dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan
atas laporan keuangan menyajikan :
1) Informasi tentang gambaran umum organisasi;
2) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting;
3) Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan perhitungan hasil usaha, laporan perubahan ekuitas serta laporan arus kas;
4) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam neraca, laporan perhitungan hasil usaha, laporan perubahan ekuitas serta laporan arus kas tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar;
5) Penjelasan dan perincian pos-pos yang nilainya material dan pos-pos yang bersifat khusus tanpa mempertimbangkan materialitasnya;
6) Penjelasan sifat dari unsur utamanya dan perincian pos yang merupakan hasil penggabungan beberapa akun sejenis.
h. Format Penyajian Laporan Keuangan Koperasi Syariah
Menurut peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah No.14/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Pedoman
Akuntansi Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh
Koperasi.
1) Neraca / Laporan Posisi Keuangan
Gambar 2.1 Format Neraca
Sumber: Permen KUKM No.14/Per/M.KUKM/IX/2015
2) Laporan Perhitungan Hasil Usaha
Gambar 2.2 Format Laporan Perhitungan Hasil Usaha
Sumber: Permen KUKM No.14/Per/M.KUKM/IX/2015
3) Laporan Perubahan Ekuitas
Gambar 2.3 Format Laporan Perubahan Ekuitas
Sumber: Permen KUKM No.14/Per/M.KUKM/IX/2015
4) Laporan Arus Kas
Gambar 2.4 Format Laporan Arus Kas
Sumber: Permen KUKM No.14/Per/M.KUKM/IX/2015
5) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Gambar 2.5 Format Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana Zakat
Sumber: Permen KUKM No.14/Per/M.KUKM/IX/2015
6) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Gambar 2.5: Format Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Sumber: Permen KUKM No.14/Per/M.KUKM/IX/2015
27
Berikut adalah hasil penelitian terdahulu yang memiliki kesamaaan variabel penelitian dengan penulis yaitu sistem akuntansi dengan objek penelitiannya adalah koperasi syariah.
Tabel 1: Hasil Penelitian Terdahulu
Aspek Hj. Rizkawati (2014) Alfani (2016) Aiha (2016)
Judul
Perancangan Sistem Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada KJKS Sekolah Islam Terpadu Ukhuwah Banjarmasin
Analisis Implementasi Sistem Informasi Akuntansi Pada Koperasi Pondok Pesantren Al Amin Mojokerto
Analisis Penerapan Sistem Akuntansi Pokok Pada Koperasi Syariah Amanah Dana Insani Banjarmasin
Institusi yang diteliti
KJKS Sekolah Islam Terpadu Ukhuwah Banjarmasin
Koperasi Pondok Pesantren Al Amin Mojokerto
Koperasi Syariah Amanah Dana Insani Banjarmasin
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penerapan sistem akuntansi pembiayaan murabahah pada KJKS SIT Ukhuwah Banjarmasin?
2. Bagaimanakah rancangan sistem akuntansi pembiayaan murabahah yang dapat diterapkan oleh KJKS SIT Ukhuwah Banjarmasin agar menerapkan SPI yang lebih memadai?
Bagaimanakah penerapan sistem informasi akuntansi pada Koperasi Pondok Pesantren Al Amin Mojokerto?
Bagaimana penerapan sistem akuntansi pokok pada Koperasi Syariah Amanah Dana Insani?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan sistem akuntansi pembiayaan murabahah pada KJKS SIT
Untuk mengetahui dan menganalisis sistem informasi akuntansi pada Koperasi Pondok Pesantren Al Amin
Untuk menerapkan sistem akuntansi pokok pada Koperasi Syariah Amanah Dana Insani.
rancangan sistem akuntansi pembiayaan murabahah pada KJKS SIT Ukhuwah
Banjarmasin agar
menerapkan SPI yang lebih memadai pada sistem akuntansi pembiayaan murabahah.
Metode Penelitian Deskriptif Deskriptif kualitatif Deskriptif kualitatif
Hasil Penelitian
Terdapat beberapa kelemahan pada unsur pokok sistem pengendalian intern pada KJKS SIT Ukhuwah Banjarmasin yaitu:
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas yaitu ketua melaksanakan lebih dari 2 tugas yaitu tugas sebagai ketua, sekretaris dan bendahara.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya, yaitu otorisasi hanya dilakukan oleh ketua saja tanpa melibatkan bagian yang lain.
Dapat diidentifikasi bahwa pada prosedur terkait unit usaha kredit barang dan unit usaha toko sudah berjalan dengan baik dan mudah dijalankan. Akan tetapi terdapat beberapa bagian yang masih memerlukan peningkatan, diantaranya penambahan bagian akuntansi dalam struktur organisasi, penambahan dokumen dan flowchart, dan penggunaan software.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan pada Koperasi Syariah Amanah Dana Insani dapat diketahui bahwa dalam penerapan sistem akuntansi pokok yang dijalankan belum memadai, ini dapat dilihat dari praktik siklus akuntansi yang terlewat (tidak diterapkan). hasil usaha, laporan
setiap unit organisasi, yaitu tidak pernah melakukan pemeriksaan mendadak dan pencocokan fisik dengan catatan pada akhir periode.