• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (DETERGEN DAN KEKERUHAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (DETERGEN DAN KEKERUHAN)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (DETERGEN DAN KEKERUHAN)

Aquatic Organisms Response To Variable Environment (Detergent and Turbidity) Nuralim Paturakhman (C14140035)*

Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor 2016

Abstrak

Air adalah sumber kehidupan bagi ikan dan sekaligus sebagai media. Secara garis besar, pengelolaan kualitas air dibagi kedalam tiga bagian, yaitu secara biologi, fisika dan kimia.

Kekeruhan mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme karena itu penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan air tawar dibatasi oleh kekeruhan dan zat lain yang ada di perairan. Setiap organisme akuatik harus mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungannya. Adaptasi tersebut berupa respon morfologi, fisiologis dan tingkah laku. Ikan yang digunakan adalah ikan komet (Carassius auratus). Praktikum ini dilakukan agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana respon ikan terhadap perubahan lingkungan.

Praktikum ini dilakukan pada Senin, 22 Februari 2016 di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Praktikum dilakukan dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Perlakuan yang digunakan pada praktikum ini adalah kekeruhan dan kadar deterjen. Kekeruhan maupun deterjen pada perairan mempengaruhi bobot ikan serta tingkat kematian pada ikan komet.

Kata kunci : Organisme akuatik, variable lingkungan, kekeruhan, respon, deterjen.

Abstrac

Water is a medium or a source of life for the fish. In general, water quality management is divided into three parts, namely in biology, chemistry and physics. Turbidity affects the metabolic activity of the organism because it is a good spread of organisms in the ocean or freshwater waters bounded by turbidity and other substanse in the water. Each aquatic organisms must be able to adapt to environmental conditions. Adaptation responses in the form of morphological, physiological and behavioral. Fish used in this practicum is the comet fish ( Carassius auratus ). This practicum done on Monday, February 22, 2016 at the laboratory of Physiology of aquatic animals, Aquatic Resource Management Department, Faculty of fisheries and marine science, Bogor agricultural University. Practical work is done by the method of Complete Random Design (RAL). The treatments used in this lab is turbidity and levels of detergent . Turbidity or detergent in water affect the weight and mortality rate on comet fish.

Key words: aquatic organism, environment variable, turbidity, response, detergent.

.

PENDAHULUAN

Air merupakan media hidup organisme akuatik yang variabel lingkungannya selalu berubah baik harian, musiman, bahkan tahunan. Kondisi lingkungan yang selalu berubah tersebut akan mempengaruhi proses kehidupan organisme yang hidup didalamnya. Air sebagai lingkungan tempat hidup organisme

perairan harus mampu mendukung kehidupan dan pertumbuhan organisme tersebut.

Ikan merupakan komoditas yang banyak dimanfaatkan baik untuk konsumsi, sarana olahraga, atau sebagai ikan hias.

Sebagai komoditas konsumsi, ikan memiliki kandungan protein yang tinggi dan baik untuk tubuh. Sebagai ikan hias,

(2)

ikan memiliki beragam jenis spesies dengan warna dan bentuk yang menarik.

Ikan komet (Carassius auratus) merupakan salah satu jenis ikan hias yang banyak dijumpai di pasaran. Ikan ini mempunyai warna oranye yang menarik.

Ikan komet dapat dipelihara bersamaan dengan ikan hias lain yang bersifat non karnivora. Ikan ini sangat toleran terhadap suhu dan pH. Pemijahan ikan komet dapat dilakukan dengan tambahan eceng gondok.

Kekeruhan pada akuakultur merupakan hal yang harus diperhatikan.

Kekeruhan dapat mempengaruhi tingkat penyerapan nutrien di air serta tingkat presentase cahaya matahari masuk ke air.

Kekeruhan yang berlebihan dapat menyebabkan pernafasan ikan terganggu dan merusak insangnya sehingga terjadi kematian pada ikan (Iswanto 2009).

Deterjen merupakan salah satu zat pembersih seperti halnya sabun dan air yang memiliki sifat dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga digunakan sebagai bahan pembersih kotoran . Bahan utama detergen yaitu surfaktan. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, penggunaan deterjen sebagai pembersih peralatan industri dan rumah tangga pun semakin meningkat. Ketika limbah hasil cucian yang mengandung deterjen langsung dibuang ke badan air, maka muncul buih yang dapat mengganggu mutu air, mengganggu ekosistem yang ada dalam badan air, serta menimbulkan kerusakan air tanah (Chandanshive 2014). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut Konsentrasi deterjen maksimum yang diperbolehkan pada air minum tidak boleh melebihi 0,05 mg/lt sebagai senyawa aktif biru metilen(MBAS ).

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh detergen dan kekeruhan terhadap biota akuatik serta mengetahui dosis yang mematikan bagi organisme akuatik.

METODOLOGI Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 29 Februari 2016 di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah akuarium, aerator, timbangan digital, akua gelas, tissue, ember, gayung, terminal listrik, dan stopwhatch.

Bahan yang digunakan adalah ikan, air, tanah kering dan detergen.

Rancangan percobaan

Metode penelitian dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan ini menggunakan lima ulangan dan lima kali perlakuan. Perlakuan yang dilakukan diantaranya, kontrol, 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm, dan gradual untuk perlakuan terhadap detergen. Untuk perlakuan terhadap kekeruhan dengan tanah adalah kontrol, 25 gram, 50 gram, 75 gram, dan gradual.

Prosedur Kerja

Disiapkan aquarium sebanyak 5 buah untuk perlakuan detergen. Akuarium 1 untuk kontrol, akuarium 2 perlakuan 50 ppm, akuarium 3 perlakuan 75 ppm , akuarium 4 perlakuan 100 ppm, akuarium 5 perlakuan kenaikkan kadar detergen secara gradual tiap 10 menit. Setiap akuarium diisi air sebanyak 5 L dan tambahkan aerator. Ikan komet ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot awal, masukkan ikan komet sebanyak 3 ekor dalam tiap akuarium. Apabila ada ikan yang mati saat perlakuan catat waktu dan jumlahnya. Bobot ikan terakhir ditimbang pada akhir praktikum. Lakukan hal yang sama pada perlakuan kekeruhan dengan menambahan tanah, akuarium 1 kontrol, akuarium 2 dengan 25 gram, akuarium 3 gengan 50 gram, akuarium 4 dengan 75gram, dan akuarium 5 secara gradual.

(3)

Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada praktikum respon organisme akuatik terhadap variable lingkungan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan menerapkan beberapa perlakuan terhadap detergen dan kekeruhan.

Untuk mengetahui rancangan acak lengkap di gunakan rumus

Yni = µ + τn + εni Keterangan :

Yni : pengamatan perlakuan ke-n ulangan ke-i

µ : rataan populasi τn : perlakuan ke-n εni : kesalahan percobaan

Rumus yang digunakan dalam percobaan rancangan acak lengkap :

FK =

JKT = εYni2 – FK JKP = – FK JKS = JKT – JKP KTP =

KTS = Fhit =

Ftab = {dBp;dBs}

Berikut dibawah ini hasil perbandingan pada tabel anova deterjen.

Tabel 1. Tabel Anova Perlakuan Detergen

Source of Variation

SS df MS F P-

value F crit Between

Groups

1.32 4 0.33 1.62 0.2 2.8 Within

Groups

4.07 20 0.20

Total 5.39 24

Berdasarkan tabel anova perlakuan deterjen diatas, menunjukkan bahwa fcrit lebih besar dibandingkan dengan F. Hal ini menunjukkan bahwa deterjen mempengaruhi ukuran bobot pada ikan sekaligus mempengaruhi terhadap tingkat kematiannya.

asumsi RAL : H0 = σi=…….= 0 H1 = σi≠ 0 F = Fhitung

Fcrit = Ftabel Fhit < Ftab Gagal Tolak Ho

Detergen tidak berpengaruh nyata terhadap bobot ikan

Berdasrkan tabel anova diatas, diketahui hubungan bobot dengan deterjen melalui grafik dibawah ini.

Grafik 1. Hubungan Bobot dengan Detergen

Berikut di bawah ini hasil perbandingan pada tabel anova dengan perlakuan kekeruhan.

Tabel 2. Tabel Anova Perlakuan Kekeruhan

Source of Variation

SS df MS F P-

value F crit Between

Groups

18.1 4 4.5 3.0 0.039 3.8 Within

Groups

29.3 20 1.4

Total 47.4 24

Berdasarkan tabel anova perlakuan kekeruhan diatas, menunjukkan bahwa fcrit lebih besar dibandingkan dengan F. Hal ini menunjukkan bahwa kekeruhan mempengaruhi ukuran bobot pada ikan sekaligus mempengaruhi terhadap tingkat kematiannya.

asumsi RAL : H0 = σi=…….= 0 H1 = σi≠ 0 F = Fhitung Fcrit = Ftabel Fhit > Ftab Gagal Tolak Ho

Kekeruhan berpengaruh nyata terhadap bobot ikan.

(4)

Berdasrkan tabel anova diatas, diketahui hubungan bobot dengan kekeruhan melalui grafik dibawah ini.

Grafik 2. Hubungan Bobot dengan Kekeruhan

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3. Tabel Perlakuan Detergen

Kel 1

Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kontrol 0.08 1.79 2.36 0.52 0.59 50 0.74 1.03 0.51 0.52 0.5 75 0.43 0.71 0.56 0.59 0.25 100 0.71 0.75 0.53 0.56 0.22 Gradual 0.5 0.685 0.365 0.622 0.336

Berdasarkan tabel perlakuan deterjen di atas, menunjukkan bahwa pertambahan bobot tidak signifikan pada masing-masing perlakuan.

Deterjen pada perairan mempengaruhi tingkat hidup ikan komet yang diamati. Deterjen merupakan zat kimia yang berbahaya bagi ikan dan harus dihilangkan dari perairan budidaya. Hal ini dapat mengganggu metabolisme ikan dan menyerap serta merusak zat lemak pada bagian-bagian tubuh ikan. Hal tersebut sesuai dengan Kamiswari et al (2013) bahwa ikan memiliki kandungan lemak pada setiap bagian tubuhnya khususnya pada bagian insang. Bagian insang yang terkena oleh deterjen akan rusak dan tidak akan berfungsi karena telah menyerap deterjen yang bersifat lisis pada semua jenis lemak (Minggawati 2012). Deterjen digolongkan ke dalam 2 jenis yaitu yang bersifat cair dan padat. Deterjen berupa padatan mempunyai tingakt pencemaran yang lebih rendah dibandingkan dengan deterjen yang bersifat cair. Deterjen yang bersifat cair akan mudah terakumulasi dan tercampur dengan baik pada suatu perairan

yang menyebabkan ikan dengan mudah menyerap kandungan deterjen (Ndome 2008).

Menurut Ndome (2008) bahwa deterjen memiliki pengaruh terhadap ikan yaitu dapat memperlambat pertumbuhan dan membatasi ruang gerak ikan. Selain itu juga dampak yang ditimbulkan adalah pendarahan pada organ dalam ikan salah satu nya yaitu bagian insang. Hal tersebut kemungkinan disebabkan ketidakmampuan insang dalam mentolerir kandungan deterjen yang terhisap di insang, sehingga terjadi penggumpalan dan akhirnya pecah menimbulkan pendarahan. Akibat terganggunya salah satu fungsi organ tubuh.

Berikut dibawah ini tabel pengaruh perlakuan kekeruhan dengan pertambahan bobot.

Tabel 4. Tabel perlakuan kekeruhan Kel 6 Kel

7

Kel 8

Kel 9

Kel 10 Kontrol 3.35 2.42 0.24 1.23 0.12

5 2.62 0.93 1.77 0.16 1.3

10 3.06 0.84 0.19 0.85 2.27 15 3.79 4.33 0.81 1.38 3.01 Gradual 0.85 4.55 0.86 0.54 3.95

Berdasarkan tabel diatas, perlakuan kekeruhan berpengaruh terhadap bobot ikan yang mengalami penurunan bobot secara signifikan. Hal ini sesuai dengan Adinna (2013) bahwa ikan yang lingkungannya memiliki kadar kekeruhan yang tinggi akan sulit untuk bernafas dan bergerak yang akhirnya stres dan bobot tubuh ikan akan berkurang secara bertahap.

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan yang terlarut. Kekeruhan yang tinggi dapat menyebabkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air (Olayinka 2013).

(5)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, kekeruhan dan tingkat deterjen di air mempengaruhi bobot ikan dan tingkat kematiannya. Kedua perlakuan ini menyebabkan metabolisme ikan terganggu dan menyebabkan berkurangnya bobot pada ikan. Tingkat kematian pada perlakuan deterjen lebih banyak dibandingkan dengan kekeruhan hal ini disebabkan detejen memiliki zat kimia yang beracun bagi organisme akuatik.

SARAN

Praktikan menyarankan agar ikan yang digunakan lebih bervariasi lagi agar praktikan mengetahui tingkat toleransi pada berbagai jenis ikan.

DAFTAR PUSTAKA

Adinna EN. 2013. Water Quality Study Of Ontamiri River In Owerri, Nigeria.

Universal Journal Of

Environmental Research And Technology. 3(6):641-649

Chandanshive N. 2014. Effects of different Concentrations of Detergents on Dissolved Oxygen Consumption in fresh water fish Mystus montanus.

International Research Journal of Environment Sciences. 3(8):1-5.

Iswanto B, Silalahi MD. 2009.

Pengolahan Air Limbah Emulsi Minyak-Deterjen Dengan Proses Elektrokoagulasi Menggunakan Elektroda Aluminium Untuk Akuakultur. Jurnal Teknologi

Lingkungan. 5(2): 55-61.

Kamiswari R, Hidayat MT, Rahayu YS.

2013. Pengaruh pemberian deterjen terhadap mortalitas ikan Platy sp.

LenteraBio. 2(1) : 139-142.

Minggawati I. 2012. Parameter kualitas air untuk budidaya ikan patin (Pangasius pangasius) di karamba sungai kahayan, kota palangka raya. Jurnal Ilmu Hewani Tropika.

1(1) : 27-30.

Ndome C. 2008. Comparative Acute Toxicity Of Local Detergents (Omo

And Ariel) On Fingerlings Of The Clarias Gariepinus. International Journal Of The Bioflux Society.

3(2):34-40.

Olayinka S.2013. Seasonal Assessment Of Impact Of Industrial Effluent Discharges On The Water Quality Of Asa River, Ilorin Nigeria.

International Journal Of Research In Environmental Science And Technology. 1(3):

123-130.

(6)

LAMPIRAN

(7)

Table 5. Tingkah laku ikan komet pada perlakuan kekeruhan.

Menit Ke-

Kontrol 25 gram 50 gram 75 gram Gradual 10 Bergerak

Lincah

Ikan bergerak aktif

Ikan bergerak aktif

Ikan bergerak aktif .

Bergerak Lincah 20 Bergerak

Lincah

Ikan bergerak aktif

Ikan bergerak aktif .

Ikan bergerak aktif

Ikan bergerak aktif

30 Bergerak Lincah

Ikan bergerak aktif.

Ikan bergerak aktif

Ikan bergerak aktif

Ikan bergerak aktif

40 Bergerak Lincah

Ikan bergerak aktif

Ikan bergerak aktif

Ikan bergerak aktif

Ikan bergerak aktif

50 Bergerak Lincah

Ikan bergerak aktif

Ikan bergerak aktif

Ikan Mati Ikan bergerak aktif

60 Bergerak Lincah

Ikan bergerak aktif

Ikan bergerak aktif

Ikan bergerak aktif

Ikan bergerak aktif

Gambar

Grafik  2.  Hubungan  Bobot  dengan  Kekeruhan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan pada tanah regosol menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan analisis ragam yang dilanjutkan uji jarak berganda Duncan (DMRT)

Hasil penelitian berdasarkan analisis rancangan acak lengkap (RAL) dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata jarak (BNJD), menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), dimana terdapat kelompok perlakuan dan kontrol dengan faktor lingkungan yang

Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial. Analisis yang dilakukan adalah rendemen, kadar air, kadar abu dan viskositas. Kata kunci: HCl, rumput

Penelitian ini dilakukan pada lima klon tanaman rami dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang dilakukan pada setiap klon secara terpisah dan dilanjutkan

Hasil penelitian berdasarkan analisis rancangan acak lengkap (RAL) dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata jarak (BNJD), menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol Teripang pasir

Rancangan acak lengkap dalam waktu (RAL in time) dengan satu faktor, yaitu penambahan Spirulina. Rancangan ini digunakan pada analisis statistik total mikroba dan

Sesuai rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 4 perlakuan da 3 ulangan model linear sebagai berikut : Yij=µ+i+ij, i=1,2,3,4 j=1,2,3 Keterangan: Yij = Nilai