NERACA ENERGI DI REAKTOR KIMIA
Dr. Ir. Melia Laniwati Gunawan, M.Sc Dr. Ir. IGBN Makertihartha Dr. Jenny Rizkiana Dr. Haryo PW dan Fadhli, MT.
Program Studi Teknik Kimia FTI – ITB 2021
Contoh 1
Konversi Kesetimbangan
0 298
0 298
14130 / 75300 /
konstan
A R
A R
G J mol
H J mol
Cp Cp
⎯⎯→
⎯⎯
= −
= −
= =
Reaksi elementer fasa cair:
Tampilkan pengaruh temperatur pada konversi kesetimbangan.
jawab
2
1
2 1
T
r r p
T
H H C dT
= +
0
298
75300 /
H
rH J mol
= = −
Karena C
pkonstan, maka:
Evaluasi panas reaksi:
Evaluasi tetapan kesetimbangan:
( )( )
0 298 298
14130
exp exp 300
8,134 298 K G
RT
= − = =
Karena panas reaksi bukan merupakan fungsi T, maka persamaan tetapan
kesetimbangan sebagai fungsi T adalah:
298
298
+3
1 1
ln 8, 314 298
1 1
exp 8, 314 298 75300 1 1 300 exp
8, 314 298 9.0570x10
300 exp 30, 3927
r
r
K H
K T
K K H
T
K T
K
= − −
−
= −
= −
= −
Evaluasi konversi
kesetimbangan sebagai fungsi T
( ) (
0)
0
1
1
A Ae
R
A A Ae
Ae
C X K C
C C X
X K
K
= =
−
= +
Reaksi :
A R
0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Konversi Kesetimbangan
Kurva Konversi Kesetimbangan (XAe ) sebagai fungsi T
Contoh 2
Laju-Konversi-Temperatur dari Data Kinetika
⚫ Kondisi sama dengan Contoh 1.
⚫ Dimulai dari larutan bebas R. ( keadaan awal hanya ada reaktan A)
⚫ Percobaan kinetika pada reaktor Partaian:
⚫ Pada 65 oC : t = 1 menit, → X = 58,1%
⚫ Pada 25 oC : t = 10 menit, → X = 60%
⚫ Laju reaksi berorde pertama.
Buat gambar profil: Laju reaksi – Konversi - Temperatur
Hitung tetapan laju reaksi kimia :
( )
1
-1 1,338
o
-1
1 menit 0, 581
0,89 ln 1 0,89 0, 942 menit
dengan cara yang sama untuk 25 C:
0, 0909 menit k
k
k
= − −
=
=
T1 = 338 K & t= 1 mnt
→ X = 0,581
T2 = 298 K & t= 10 mnt
→ X = 0,60
Jawab :
Unjuk Kerja Reaktor Partaian :
0 0
1 2 1 0
1
1
1
ln 1
XA
A A A
A A
A A R A
Ae
A
Ae Ae
dX dX dX
t C C
r k C k C k X
X
k t X
X X
= = =
− − −
= − −
( )
( )
10 1,338
1,298
10
10
1 2
exp 338
0, 942 0, 0909
exp 298
34 6
48900 J/mol
A
A
A
k E k R
k E
k R
k E
E k k
K
−
= =
−
= +
=
=
Persamaan Laju Reaksi
−
=
−
=
−
=
−
=
k RT K RT
C k
C k C r
K C A A R
AE RE
48900 34
, 17 exp
7 , 75300 24
exp
1
2 1
A R
k1 k2
R = 8,134 J/mol
1
2 1 2
1
2
;
75300
exp 24, 30
48900 exp 17, 2
123800 exp 41, 9
k RE
A R A R
k AE
A R K C r r k C k C
C
K RT
k RT
k RT
⎯⎯→ = − = = −
⎯⎯
= −
= −
= −
Kurva Konversi – T pada berbagai -rA
Reaktor Adiabatik
⚫
RTIK atau RAS
⚫
Konversi = X
A.
input = output + akumulasi + hilang energi akibat reaksi
( )
( ) ( ) ( )( )
' '
1 1 1
" ' " '
2 2 2 1 2 1
Entalpi masuk reaktor:
Entalpi keluar reaktor:
1 1
p
A A p A p A
H C T T
H X H X C T T X C T T X
= −
+ − = − + − −
T1
H1’ XA0
T2 H’2 H”2 XA
Dalam keadaan tunak
( ) ( )( )
" '
2 1 2 1
0 = C
pT − T X
A+ C
pT − T 1 − X
A+ H X
r A( )
( ) ( ) ( )
' '
2 1
" ' " '
1 2 1 1
'
2
p p
A
r p p r p p
p A
r
C T T C T
X H C C T T H C C T
C T
X H
−
= =
− − − − − − −
=
−
Hr2 =Hr1+(C”p-C’p)TAluran antara ∆T Vs X
AA
r
r
X Cp T
H slope Cp
H
=
−
= −
Endoterm Eksoterm
Jenis Reaktor Terbaik
⚫
Yang meminimalkan V/F
Aodiperoleh langsung dari grafik X
Avs T.
⚫
Jika laju reaksi berkurang secara progresif
dengan bertambahnya konversi, gunakan RAS.
⚫
Reaksi Endotermal
⚫
Isotermal
⚫
Untuk reaksi eksotermal:
⚫
Slope kecil: RTIK
⚫
Slope besar: RAS
Contoh 3
Unjuk Kerja Reaktor Pipa
Data dan kondisi seperti untuk kasus reaksi sebelumnya, namun diselenggarakan pada reaktor Pipa Ideal (reaksi eksoterm)
Hitung waktu ruang dan volume reaktor yang dibutuhkan
untuk konversi sebesar 80%, F
Ao= 1000 mol/menit, dan C
A0= 4 mol/liter.
Temperatur max = 95 °C.
Evaluasi Waktu Ruang Minimum
⚫ Gambar lokus konversi maksimum pada Kurva XA-T.
⚫ Gambarkan kurva XA-(1/rA).
⚫ Hitung waktu ruang
( )
0,8
0 0 0 garis optimum ABCDE
0, 405 liter/mol.menit 1, 62 menit
405 liter
A
A A A
V dX
C F r
V
= = =
−
=
=
FAo = 1000 mol/menit CA0 = 4 mol/liter.
Profil Temperatur di Sepanjang Reaktor
Contoh 4
Unjuk Kerja RTIK
Sistem reaksi yang sama:
CA0
= 4 mol/liter, F
A0= 1000 mol/menit Konversi = 80%
CpA
= 250 cal/mol.K
∆H
r= 18000 cal/mol
1. Volume reaktor?
2. Heat duty? Jika umpan yang tersedia pada temperatur 25
o
C
Volume reaktor:
Gambar X
A-T dapat digunakan dengan mengalikan seluruhharga laju alir dengan 4, karena
CA0,awal
= 1 mol/liter (yg digunakan untuk menggambar)
Dalam kasus ini, CA0= 4 mol/liter
Kondisi operasi:
Nilai optimum pada titik 80%
-r
A= 0,4
mol/menit.liter
(
0) (
1000)(
0,8)
(mol/menit)0, 4 (mol/menit.liter) 2000 liter
A A
A
V F X
r V
= =
−
=
Heat duty
250 1
18000 72
slope = =
Precooler:
(250)(20) 5000 kal/mol A
(5000)(1000) 5000000 kal/menit 348, 7 kW
Postcooler:
(250)(37) 9250 kal/mol A
AB AB AB
Q Q Q
Q
= =
= =
=
= =
1
2
A
Cp T Q
X Hr
= −
−
Neraca Energi :
slope Cp
= Hr
−
( T = 25-4.4 20 K)
( T = 62-25 37K)
Aspek Energi dan
Neraca Energi
Kelakuan Arrhenius
⚫
dimana m = 0, ½, 1
⚫
Jika m = 0, maka persamaan di atas berkorespondensi dengan teori Arrhenius klasik;
⚫
jika m = ½, persamaan di atas diturunkan dari teori tumbukan bimolekular fasa gas yang bereaksi satu sama lainnya;
⚫
jika m = 1 persamaan di atas berkorespondensi dengan teori kompleks teraktifkan.
−
= RT
T E k
k
o mexp
⚫
Laju reaksi yang diturunkan dari teori tumbukan bimolekular dapat digambarkan oleh persamaan:
−
+
= RT
E M
M
M RT M
C C
r
B A
B A
AB B
A
8 exp
12
2
dimana MA, MB adalah berat molekul A dan B, sedangkan
AB adalah diameter tumbukan.⚫
Laju reaksi kimia yang diturunkan dari teori kompleks teraktifkan dapat digambarkan oleh persamaan
:
−
= k T G
C C
r b A B
#
exp
Kelakuan Arrhenius
⚫
Pada umumnya, plot ln(k) versus T
-1adalah linear.
Gambar 6.1
Kelakuan Normal plot Arrhenius dari Reaksi Sangat Endotermal (J.P. Monat et.al., “Seventeenth Sympo-sium (International) on Combus-tion”, The Combustion Intitute, Pittsburgh, 1979,
Kelakuan Arrhenius
⚫
Tidak seluruh reaksi akan memperlihatkan kelakuan Arrhenius normal.
⚫
Reaksi kompleks akan memiliki harga E yang berbeda pada setiap tahap elementernya.
Sebagian besar reaksi elementer menunjukkan kelakuan yang sesuai dengan hukum Arrhenius.
Namun reaksi bimolekular fasa gas pada tekanan
rendah memperlihatkan penyimpangan dari
Gambar 6.2
Reaksi Elementer yang
Menyimpang dari Kelakuan Arrhenius (A, Fontijn dan W.
Felder, J. Chem. Phys., 67,
Gambar 6.3
Reaksi Elementer yang Memiliki Energi Pengaktifan Mendekati Nol.
Energi Aktivasi = 0
Energi Aktivasi Berubah +/-
Gambar 6.4
Energi Pengaktifan dari Sebuah Reaksi Elementer yang Berubah Dari Positif Menjadi Negatif pada Temperatur Tertentu (E. Wurzburg dan P.L. Houston, J. Chem. Phys., 72, 1, 1980)
Energi Aktivasi = f(T) ?
⚫
Menurut teori kompleks teraktifkan, G
#dapat dianggap sebagai energi pengaktifan yang bergantung secara
langsung pada temperatur:
#
#
#
H T S
G
E = −
−
= S H
T k
k
#
#
exp
Temperatur Optimal pd Reaktor Isothermal
⚫
Pada reaksi kompleks, temperatur optimal selalu dihubungkan dengan perolehan maksimal dari
produk reaksi yang diinginkan.
⚫
Sering kali pertimbangan konsumsi energi untuk
reaksi tidak begitu diperhatikan, namun menentukan kondisi isotermal terbaik bagi operasi sebuah reaktor tetap menjadi sebuah kegiatan pokok yang sering
dilakukan oleh seorang insinyur teknik kimia.
Contoh
⚫
Reaksi ini diselenggarakan dalam sebuah reaktor tangki ideal berdensitas tetap.
⚫
Untuk mengetahui temperatur reaksi yang
menghasilkan perolehan produk P yang maksimal, diperlukan beberapa observasi.
f
r
k
A ⎯⎯ ⎯⎯→
kP
⚫
E
f>E
r⚫ maka biasanya reaksi tersebut adalah reaksi endotermik.
⚫ Temperatur reaksi terbaik adalah temperatur yang setinggi mungkin.
⚫
E
f<E
r⚫ maka reaksi tersebut eksotermik
⚫ Kesetimbangan reaksi akan bergeser ke kanan jika
temperatur reaksi diturunkan, namun juga menurunkan laju reaksi ke arah kanan.
⚫ T rendah mungkin akan memaksimalkan jumlah mol P yang terbentuk per mol jumlah A yang bereaksi, CP,out/(CA,in –
CA,out).
⚫ Temperatur rendah tidak memaksimalkan jumlah P yang dapat dihasilkan.
⚫
Evaluasi konsentrasi keluaran reaktor dilakukan dengan menyusun neraca massa komponen A dalam RTIK berikut:
(
, ,) 0
,
,in
−
out A out+
r P out−
f A out=
A
in
C Q C V k C k C
Q
⚫
Jika densitas media reaksi tetap, maka Q
in= Q
out= Q, sehingga waktu tinggal dapat dihitung sebagai V/Q. Konsentrasi A keluaran reaktor dapat dihitung
dari: − =
( )
, , , ,
0
P out r P out f A in P out
C + k C − k C − C =
f r
in A f
out
P k k
C C k
+
= + 1
, ,
−
+
− +
−
=
RT k E
RT k E
RT k E
C C
f f
o r
r o
f f
o in A out
P
exp exp
1
exp
, ,
, ,
,
Jika Er > Ef, maka temperatur optimal yang menyebabkan konsentrasi P
maksimal dievaluasi dengan
mengevaluasi dCP,out/dT = 0, sehingga
diperoleh:
(
−)
= −
f r opt
k E
E R E
T E
ln
Strategi Penyelesaian
⚫ Pendekatan yang sama juga dilakukan dalam
mengevaluasi temperatur reaksi optimal pada reaktor partaian atau RAS.
⚫ Namun, sering kali penentuan temperatur optimal harus dilakukan secara numerik, karena kompleksitas
persamaan neraca massa yang dihasilkan ketika variabel temperatur harus dipertimbangkan.
Contoh
⚫ Jika reaksi ini diselenggarakan pada reaktor partaian, dan diketahui kf = 108e-5000/T detik-1 dan kr = 1016e-10000/T detik-1,
dimana T dalam K, hitung temperatur optimal yang menyebabkan perolehan maksimal produk P pada waktu reaksi 1 detik.
f
r
k
A ⎯⎯ ⎯⎯→
kP
⚫ Neraca massa P dalam reaktor partaian:
( )
(
f r)
P f AoP
P r
P Ao
f P
r A
f P
C k
C k
dt k dC
C k
C C
k C
k C
dt k dC
= +
+
−
−
=
−
=
⚫ Penyelesaian persamaan ini adalah:
( ( ) )
r f
t k k
f Ao
P
k k
e k
C C
r f
+
= −
+
1
−Untuk mencari harga temperatur optimal yang menyebabkan perolehan P yang maksimal digunakan metoda optimasi. Dengan menggunakan rutin optimasi yang ada pada perangkat lunak MATLAB®, temperatur optimal yang diinginkan dapat dievaluasi.
Contoh
⚫
Sebuah reaksi kompleks yang diselenggarakan pada sebuah reaktor tangki ideal dapat ditulis sebagai:
⚫
Tentukan temperatur optimum yang menyebabkan produk B maksimal pada waktu tinggal 1 jam, jika diketahui
k
1= 10
15e
-12000/Tjam
-1dan k
2= 10
16e
-15000/Tjam
-1.
Anggap densitas media reaksi tidak berubah selama reaksi berlangsung.
C B
A ⎯ ⎯→
k1⎯ ⎯→
k 2⚫
Neraca massa komponen A :
, , 1 ,
, ,
1
0
1
A in A out A out
A in A out
QC QC Vk C C C
k
− − =
= +
⚫
Neraca massa komponen B :
( )( )
, , 1 , 2 ,
1 ,
,
1 2
0
1 1
B out B in A out B out
A in B out
QC QC Vk C Vk C
C k C
k k
− + − =
= + +
k1 = 1015 exp (- 12000/T) jam-1
Persoalan optimasi:
⚫
Fungsi obyektif yang akan dimaksimalkan adalah C
B,out/C
A,inatau meminimalkan harga C
A,in/C
B,out. Dengan perangkat lunak MATLAB
®, temperatur
optimum dapat dihitung dengan menggunakan rutin optimasi yang ada.
⚫
Temperatur optimum yang menyebabkan perolehan B maksimal pada waktu tinggal, = 1 jam adalah
⚫ Topt = 377.00 K
Neraca Panas pada Reaktor
⚫ Secara umum neraca panas dalam keadaan tunak pada sebuah reaktor dapat ditulis
sebagai berikut: Panas yang dihasilkan akibat reaksi kimia
Entalpi masuk
Entalpi keluar
Panas yang dikeluarkan melalui proses perpindahan panas
0 panas
n perpindaha
proses melalui
n dikeluarka yg
Panas
kimia reaksi
dari terbentuk
yg Panas
keluar Entalpi masuk
Entalpi
=
−
+
−
Neraca Panas
⚫
Sering kali entalpi masuk ke dalam reaktor maupun entalpi keluar reaktor dinyatakan dalam:
(
ext)
ext out
out out
R in
in
in
H H r V Q H U A T T
Q − ˆ = + ˆ ˆ −
( )
=
Reaksi
ˆ
ˆ
R i iR
r H r
H
out out
in in
pT C
H
pT C
H
=
=
Reaktor Tangki Non-isothermal
⚫
Neraca massa komponen A:
⚫
Neraca energi reaktor:
out A
out A
in A
in
C r V Q C
Q
,+ =
,(
out ext)
ext out
out out
R in
in
in
H H r V Q H UA T T
Q − ˆ = + −
Some points to be thought
⚫
Penyelesaian persamaan aljabar ini harus diselesaikan secara bersama-sama karena seluruh persamaan yang ada dihubungkan satu dengan lainnya oleh parameter konsentrasi dan temperatur.
⚫
Variabel signifikan yang dipengaruhi oleh konsentrasi dan temperatur adalah laju reaksi kimia.
⚫
Walaupun sifat-sifat fisik media reaksi juga dipengaruhi
oleh konsentrasi dan temperatur, namun laju reaksi kimia merupakan variabel proses utama yang harus
diperhatikan dalam mengevaluasi kinerja reaktor.
Contoh
⚫ Evaluasi kondisi keadaan tunak dari sebuah reaksi polimerisasi styrene yang diselenggarakan pada sebuah RTIK dengan waktu tinggal 2 jam. Densitas media reaksi dianggap tetap selama
reaksi berlangsung. Monomer yang diumpankan ke dalam RTIK memiliki temperatur 300 K, dan reaksi dilangsungkan pada
kondisi adiabatik (UAext = 0), serta reaksi mengikuti pseudo orde pertama dengan harga tetapan laju reaksi sebagai fungsi temperatur dapat digambarkan dengan persamaan Arrhenius
:
1 - 10
10000 jam
exp
10
−
=
k
Jawab:
⚫ Neraca massa (a) : ⚫ Neraca energi (b):
0 10000
exp 10
2 1
1 atau
10000 exp
10
, 10 ,
, 10
, ,
=
− +
−
=
−
−
out in
A out A
out A out
out A in
A
x T C
C
T QC VC
QC out
out R
out A
in Q CpT
V T H C
CpT
Q =
−
− 10000
exp 1010
,
, , 10
,
10000
2 10 exp 0
A in R A out
in out
A in out
C H C
T x T
Cp C T
−
+ − − =
−
=
Cp
H Tadiabatis CA in R
Jika didefinisikan: ,
⚫
dan diketahui bahwa T
adiabatisuntuk polimerisasi
styrene ini adalah 400 K, maka neraca energi dapat ditulis :
, 12
,
10000
8 10 exp 0
A out
in out
A in out
T C x T
C T
+ − − =
⚫ Dengan menyelesaikan sistem persamaan aljabar (a / Neraca massa) dan (b / dari neraca energi), parameter (CA,out/CA,in) dan Tout dapat dihitung.
in A
out A
C C
,
Kondisi ,
T
out[K]
1 0,9999 300,03
2 0,7406 403,74
Jawab
⚫ Keberadaan kondisi meta-stabil ini sangat umum terjadi pada sebuah reaksi yang sangat eksotermik yang diselenggarakan pada reaktor
tangki.
⚫ Namun, umumnya hanya terdapat satu kondisi tunak yang terjadi pada sistem reaksi jenis ini. Pada proses polimerisasi styrene,
keberadaan tiga kondisi tunak ini hanya terbatas pada rentang T
in A
out A
C C
,
Kondisi ,
T
out[K]
1 0,9999 300,03
2 0,7406 403,74
3 0,0001 699,97
Titik stabil di mana tidak terjadi konversi A
Titik meta-stabil
Titik stabil di mana terjadi konversi total
Catatan tentang kondisi Stabil
⚫
Lokasi dan jumlah kondisi stabil ini juga akan berubah
dengan memvariasikan harga panas yang dipindahkan ke luar,
UAext(Tout – Text).
⚫
Pada keadaan tunak, jumlah panas yang dihasilkan oleh reaksi kimia harus tepat sama dengan jumlah panas yang diabsorb dan dipindahkan ke lingkungan.
=
lingkungan ke
n dipindahka
dan entalpi
perubahan akibat
diserap yang
Panas
kimia reaksi
oleh dihasilkan
yang Panas
Kondisi Stabil
Panas yang dipindahkan ke
lingkungan
Panas yang dihasilkan oleh
reaksi kimia
Kondisi tunak “atas Kondisi meta-stabil
Kondisi tunak “bawah”
Panas yang dihasilkan atau panas yang dipindahkan ke lingkungan
Catatan ttg Kondisi Stabil
⚫
Gradien arah dan intercept dari garis hilang panas ke lingkungan dapat diubah-ubah dengan
memanipuasi variabel operasi seperti Q, T
indan T
extatau variabel perancangan seperti UA
ext/Q Cp.
⚫
Besarnya eksoterm reaksi dapat dimanipulasi
dengan mengubah-ubah konsentrasi reaktan.
Contoh
⚫
Untuk mencapai berat molekul yang diinginkan pada polimerisasi styrene, reaksi polimerisasi harus
dilakukan pada temperatur 413 K. Untuk menjaga agar temperatur reaksi tetap berada pada
temperatur ini, digunakan pendingin dengan temperatur air pendingin T
ext.
⚫
Perlihatkan hubungan antara variabel perancangan UA
ext/ QCp dengan temperatur T
ext(variabel
operasi).
Jawab
⚫ UAext/QCp disebut sebagai variabel perancangan.
⚫ Text disebut sebagai variabel operasi yang harus dimanipulasi agar Tout = 413 K.
⚫ Persamaan aljabar yang harus dievaluasi adalah:
⚫ Neraca massa
⚫ Neraca energi
Neraca massa dan energi
⚫
Neraca massa:
⚫
Neraca energi:
0 10000
exp 10
2 1
1 atau
10000 exp
10
, 10 ,
, 10
, ,
=
− +
−
=
−
−
out in
A out A
out A out
out A in
A
x T C
C
T QC VC
QC
( out ext )
ext out
out R
out A
in Q CpT UA T T
V T H C
CpT
Q = + −
−
−
, 1010 exp 10000
( )
, , 10
,
10000
2 10 exp 0
A in R A out ext
in out out ext
A in out
C H C UA
T x T T T
Cp C T QCp
−
+ − − − − =
Variabel Perancangan (UA
ext/ QCp) vs T
ext406 407 408 409 410 411 412 413
Variabel Perancangan vs Temperatur Pendingin
Temperatur Pendingin [K]
Catatan ttg Variabel Perancangan
⚫ Harga variabel perancangan UAext/QCp cenderung menurun dengan semakin besarnya volum reaktor.
⚫ Densitas , kapasitas Cp serta koefisien pindah panas U dapat dianggap tidak bergantung pada skala reaktor. Namun luas
permukaan pindah panas Aext serta laju alir volumetrik Q sangat dipengaruhi oleh skala reaktor.
⚫ Jika L adalah dimensi dari salah satu skala dimensi reaktor, misalnya diameter reaktor, maka Aext akan bertambah besar sebanding
dengan L2; sedangkan Q akan bertambah besar sebanding dengan L3 karena biasanya waktu ruang dibuat tetap.
⚫ Dengan demikian, variabel perancangan UAext/QCp akan bervariasi sebanding dengan L-1 dan perpindahan panas eksternal akan jauh lebih kompleks dengan bertambahnya volum reaktor.
Catatan ttg Perancangan
⚫
Untuk merancang tangki berukuran besar, seorang
insinyur perancangan memiliki tiga pilihan yang harus dilakukan :
⚫ Menganggap operasi diselenggarakan secara adiabatis.
⚫ Rancang peralatan perpindahan panas internal atau peralatan perpindahan panas eksternal sedemikian rupa sehingga Aext
bertambah besar sebanding dengan L3.
⚫ Menggunakan mekanisme auto-refrigerasi (misalnya pendinginan dengan penguapan) sehingga peristiwa
Reaktor Aliran Sumbat (Reaktor Pipa) Non-isotermal
qin = QH qout = QH + d( QH) z / dz qlost = UA(T - Text) z
qreaksi = -HRrAc z
z z+z
Neraca Energi pada Volum Tilik Acz
⚫
= uH atau fluks panas dalam satuan Jm
-2detik
-1.
( )
z UA(
T T)
zdz QH QH d
z rA
H
QH − R c = + + ext' − ext
( ) ( ) (
ext)
c ext R
c c
c c
T A T
r UA dz H
A d
A dz
H u A
d
A = − − −
= 1 '
1
Evaluasi Reaktor
⚫ Persamaan neraca energi ini diselesaikan bersama-sama
dengan neraca massa komponen untuk mendapatkan distribusi konsentrasi di sepanjang reaktor.
⚫ Distribusi:
⚫ C
⚫ T
⚫ P atau laju alir
Evaluasi Reaktor
⚫
Neraca Massa
⚫
Neraca Energi
( ) ( ) ( )
A A
C C
A C
A r
dz C u A d A dz
QC d
A dV
QC
d = 1 = 1 =
( C A ) A C A ( C A )o
C
A A
z dz r
A d
A = = =
; 0 pada
1
( ) ( ) (
ext)
c ext R
c c
c c
T A T
r UA dz H
A d A
dz
H u A
d
A = − − −
= 1 '
1
( )
r U
dT − H − −
= 2
Contoh
⚫ Reaksi perengkahan hidrokarbon adalah reaksi endotermik.
Temperatur masukan reaktor memiliki batas maksimal
tergantung pada material reaktor dan reaksi samping yang mungkin terjadi seperti misalnya peristiwa coking. Misalkan
temperatur masukan reaktor ditetapkan sebesar Tin, sehingga temperatur media reaksi di sepanjang reaktor Tz < Tin dan
temperatur ini akan secara gradual turun seiring dengan terjadinya reaksi kimia di sepanjang reaktor. Penurunan
temperatur ini, yang dapat mengakibatkan turunnya laju reaksi
kimia, dapat diminimalkan dengan cara penambahan inert dalam jumlah yang besar.
⚫ Laju reaksi perengkahan suatu hidrokarbon dapat dinyatakan dalam persamaan:
CA
r T
−
= 24000
exp
1014 gram m-3detik-1
⚫ Diketahui bahwa reaksi diselenggarakan pada sebuah reaktor pipa adiabatis dan memiliki waktu tinggal sebesar 3 detik. Beberapa
besaran proses berikut telah diketahui, seperti misalnya komponen reaktan memiliki kapasitas panas rata-rata 0,4 kalori.gram-1.K-1, dan komponen inert memiliki kapasitas panas rata-rata sebesar 0,5
kalori.gram-1.K-1, konsentrasi komponen reaktan pada masukan
reaktor sebesar 132 gram.m-3, konsentrasi inert sebesar 270 gram.m-3, temperatur masukan reaktor 525 °C, panas reaksi H = 203
⚫ Contoh ini adalah contoh sederhana, dimana seluruh sifat-sifat fisik media reaksi dianggap bukan sebagai fungsi temperatur dan konsentrasi. Dalam contoh ini, waktu reaksi dapat
digunakan sebagai substitusi dari operator diferensial z, posisi aksial.
A A
A r
dt dC dz
u dC = =
Cp r H
dt
dT R
= −
dimana CA dalam gram.m-3.
Perhatikan bahwa dan Cp adalah sifat-sifat fisik dari media reaksi,
= 132 + 270 = 402 gram.m-3;
Cp = [0,4(132) + 0,5(270)]/402 = 0,467 kalori.gram-1.K-1.
Hasil Simulasi
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
720 730 740 750 760 770 780 790 800
Distribusi Temperatur
Waktu reaksi [detik]
Temperatur reaksi [K]