163 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014
PENGAMATAN KERUSAKAN JALAN DARI NILAI
SURFACE DISTRESS INDEX (SDI) DAN NILAI
INTERNATIONAL ROUGHNESS INDEX (IRI)
(Studi Kasus : Jalan Nasional Ruas Calang - Teunom Km.150 s/d Km.157)
Eka Minarti1, Sofyan M. Saleh 2, Renni Anggraini 3
1) Mahasiswa Magister Teknik Sipil Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala 2,3) Dosen Program Studi Magister Teknik Sipil Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk.Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111.
Email: Eka.minarti@gmail.com
Abstrack: The road that has been existed in Calang- Teunom is one of the roads that is located
in the Aceh west area which is has 5-6 metres in its wide. While the standard of the national roads’ wide is 7 metres. Regarding this issue, the ministry of public works has an integrated software system that is called IIRMS (Indonesian Integrated Road Management). The software is able to support the planning in collecting the data and the program planning on the road construction. In addition, the software also beneficial in the national and province roads’ maintenance. Moreover, IIRMS have Road Condition survey (RCS). However, this research only focused on the use of the RCS application to get the SDI (Surface Distress Index) value and to count the International Rougness Index (IRI) value based on its’ formula to detect the levels and kinds of the road damage in order to handle every kinds of road damages and roadwork based. The survey was done in one of the national road at the Km. 150- Km. 157 (7 m in length) in Calang- Teunom and measured the extent of damages based on the survey and then I import the data from the form into RCS application. Based on the analysis, I got Sta. 25+200 up to Sta. 25+600, Sta. 25+800 up to 30+100 and 30+600 up to 32+000 were counted as the routine maintenances’ handling. While Sta. 25+000 up to Sta. 25+200, 25+600 up to 25+700, Sta.30+300 up to 30+400 as the periodic maintenances’ handling. Finally, Sta. 25+700 up to 25+800 which were counted as the reconstructions’ handling. Meanwhile, the other roads are still in a proper condition and there are no damages were found.
Key words: SDI, IRI, the extent of the road damages, improvements’ proposal
Abstrak: Ruas jalan Calang – Teunom adalah salah satu ruas jalan Nasional wilayah barat Aceh yang
masih mempunyai lebar badan jalan sekitar 5 - 6 meter dimana masih dibawah Standar jalan nasional (7 m). Kementerian Pekerjaan Umum mempunyai suatu sistem perangkat lunak terpadu yang digunakan untuk membantu perencanaan jalan dalam menghimpun data dan merencanakan program pemeliharaan jalan Nasional dan Provinsi yaitu IIRMS (Indonesian Integrated Road Management System). Salah satu aplikasi IIRMS yaitu Road Condition survey (RCS). Penelitian ini menggunakan aplikasi RCS untuk mendapatkan nilai SDI (surface distress index) dan menghitung nilai International Roughness Index (IRI) berdasarkan rumus untuk mengetahui tingkat dan jenis kerusakan jalan dalam menentukan penanganan tiap jenis kerusakan jalan dan menentukan upaya perbaikan yang akan dilakukan. Survei pada penelitian ini dilakukan di salah satu ruas jalan nasional yaitu ruas Calang – Teunom tepatnya pada Km.150 sampai dengan Km.157 sepanjang 7 kilometer dan memasukkan data dari hasil survei tersebut ke aplikasi RCS. Berdasarkan analisis dihasilkan Sta.25+200 s/d Sta. 25+600, Sta. 25+800 s/d 30+100 dan 30+600 s/d 32+000 termasuk ke dalam jenis penanganan pemeliharaan rutin. Sta. 25+000 s/d STA 25+200, 25+600 s/d 25+700, Sta.30+300 s/d 30+400 termasuk ke dalam jenis penanganan pemeliharaan berkala. Sta. 25+700 s/d 25+800 termasuk ke dalam jenis penanganan rekonstruksi, sedangkan yang lainnya masih dalam kondisi baik dan tidak terjadi kerusakan.
Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 164 PENDAHULUAN
Panjang jalan nasional di Provinsi Aceh mencapai 1803,36 KM berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 631/KPTS/M/2009, yang terbagi atas tiga wilayah yaitu wilayah Barat, Tengah dan Timur. Ruas jalan Calang – Teunom adalah salah satu ruas jalan wilayah Barat Aceh berada di daerah kabupaten Aceh Jaya.
Pada umumnya ruas jalan Calang – Teunom sudah hampir mencapai kondisi mantap, hanya beberapa segmen ruas jalan yang masih dibawah standar jalan nasional. Ruas jalan yang ditijau yaitu ruas jalan Nasional Calang – Teunom tepatnya pada Km. 150 s/d Km. 157 (Sta.25+000 s/d 32+000). Km. 150 dinyatakan dalam bentuk Sta. 25+000 dan Km.157 adalah Sta.32+000. Km.150 disebut juga Sta. 25 + 000 karena Km. 150 sudah 25 kilometer dari batas Calang – Teunom yaitu dari Km.125 – Km.180 dan kondisi jalannya banyak ditemui kerusakan-kerusakan yang dapat menggangu pengguna jalan.
Untuk menjaga agar tidak terjadi penurunan kondisi pada segmen ruas jalan Calang – Teunom perlu dilakukan penanganan jalan sesuai dengan kondisi jalan seperti pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkaladan peningkatan/ rekonstruksi. Kementerian Pekerjaan Umum mempunyai suatu sistem perangkat lunak terpadu yang digunakan untuk membantu perencanaan jalan dalam menghimpun data dan merencanakan program pemeliharaan jalan Nasional dan Provinsi yaitu IIRMS (Indonesian Integrated Road Management System). Salah satu aplikasi dari
perangkat lunak IIRMS adalah Road Condition
Survey (RCS) yang dapat menghasilkan nilai
Surface Distress Index (SDI).
Aplikasi RCS tidak menghitung ketidakrataanpermukaan oleh karena itu nilai IRI (Inernatioal Roughness Index) dihitung dengan menggunakan rumus. Tingkat dan jenis kerusakan jalan yang diketahui dapat menentukan upaya perbaikan yang harus dilakukan, baik pemeliharaan rutin, berkala ataupun rekonstruksi. seperti yang sudah direncanakan..
Tujuan dari penelitian adalah Untuk mengetahui tingkat dan jenis kerusakan jalan pada ruas jalan Calang – Teunom khususnya pada segmen Km. 150 s/d Km.157 dan Untuk menentukan usulan perbaikan yang akan dilakukan berdasarkan hasil nilai SDI dan nilai IRI yang diperoleh
KAJIAN KEPUSTAKAAN Volume Lalu Lintas
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu pada ruas jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan per jam atau satuan mobil penumpang per jam (PP No.32 tahun 2011).
Sebagai syarat pertama dari ketentuan perencanaan jalan adalah volume lalu lintas, yang harus mencakup keterangan pada saat masa lalu dan untuk pada masa sekarang pada tahun rencana dan akan diketahui pertumbuhan lalu lintas yang merupakan salah satu faktor pendukung dalam merencanakan jalan. Pradana (2011) menghitung pertumbuhan lalu lintas rata-rata menggunakan Rumus 1 berikut :
165 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014 % 100 1 1 x LHR LHR LHR i n n n …………(1)
Karakteristik lalu lintas
Berdasarkan MKJI (1997), penggolongan kenderaan dapat kita lihat pada Tabel 1:
Tabel 1. Penggolongan kenderaan berdasarkan MKJI
N
o Tipe kenderaan Golongan 1 Sepeda motor, skuter dan
kenderaan roda 3 1 2 Sedan, jeep dan station wagon 2 3 Pick-up, combi, oplet dan mini
bus 3
4 Truk 2 as (L), micro truck, mobil
hantaran 4 5 Bus kecil 5a 6 Bus besar 5b 7 Truck 2 as (4 roda) 6a 8 Truck 2 as (6 roda)1 6b 9 Truck 3 as 7a 10 Trailer 4 as, truck gandengan 7b 11 Truck semi trailer 7c
Sumber : MKJI, 1997
Survei Kerusakan Jalan Aspal
Identifikasi kondisi jalan baik secara struktural maupun fungsional merupakan langkah pertama dalam perencanaan program pemeliharaan dan rekonstruksi pada jalan. Survey kondisi permukaan jalan dilakukan untuk mendapatkan nilai Surface Distress Index (SDI), dimana nilai ini menggambarkan kondisi jalan secara struktural dan sebagai salah satu dasar untuk penentuan jenis penanganan jalan.
Nyoman (2011) menyatakan bahwa jenis-jenis kerusakan perkerasan jalan aspal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Permukaan perkerasan (tambalan, penurunan, susunan permukaan); - Retak (Crack);
- Kerusakan di pinggir perkerasan; - Bekas roda;
- Lubang (Potholes);
Indonesian Integrated Road Management System (IIRMS)
IIRMS terdiri dari sistem pangkalan data, sistem perencanaan pemeliharaan jalan, sistem pemograman pemeliharaan jalan, dan sistem penganggaran pemeliharaan jalan. IIRMS memilki 4 aplikasi survei kondisi jalan yaitu
Road Network Inventory (RNI), Road
Condition Survey (RCS), International
Roughness Index (IRI) dan Road Inventory. Dan
satu aplikasi untuk lalu lintas yaitu Traffic
Survey. Pada penelitian ini khusus
menggunakan aplikasi RCS untuk menghasilkan nilai SDI dan untuk memperoleh nilai IRI dihitung menggunakan Rumus 2 :
RIt =0,98 e m t { RI0 + 135(SNCK) -5 NEt]+0,143 RDSt +0,0068 CRXt +0,056PATt}... (2)
Nilai SNC merupakan modifikasi nilai SN dari AASHTO (Paterson, 1987), seperti Rumus 3 berikut ini :
SNC = {0.04 x ∑ (ai x hi)} + SNsg …….(3)
Nilai ESAL (Cummulative Standart Axle) dihitung besarnya nilai menggunakan Rumus 4:
Mopen Trailer Traktor xAExCxN mx CESAL , 365 …(4)Dimana Nilai AE dihitung dengan Rumus 5 & 6 berikut :
Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 166 Sumbu tunggal = 4 8160 [kg] sumbu beban …(5) Sumbu ganda=0,08 4 8160 [kg] sumbu beban (6)
Sedangkan Nilai SNsg dihitung menggunakan
Rumus. 7
SNsg = -0,85(log CBR)^2 + 3,51 (log CBR) –
1,43………...(7)
Menurut Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2010, tanah dasar pada setiap tempat haruslah mempunyai daya dukung minimum sebagaimana yang diberikan dalam Gambar, atau sekurang-kurannya mempunyai CBR minimum 6 % jika tidak disebutkan. Terdapat tiga kelas yang berbeda dari lapis pondasi agregat yaitu kelas A, kelas B dan kelas S.
Tabel 2. Sifat – Sifat Pondasi Lapisan Agregat
Sifat – sifat Kelas A Kelas B Kelas S Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 2417:2008) 0 - 40 % 0 - 40 % 0 -40 % Indek Plastisitas (SNI 1966:2008) 0 - 6 0 - 10 4 –15 Hasil kali Indek Plastisitas dng. % Lolos Ayakan No.200 maks. 25 - - Batas Cair (SNI 1967:2008) 0 - 25 0 - 35 0 – 35 Bagian Yang Lunak (SNI 03-4141-1996) 0 - 5 % 0 - 5 % 0 - 5 % CBR (SNI 03-1744-1989) min.90 % min.60 % min.50 %
Sumber : Bina Marga (2010)
Kelas A adalah mutu lapis pondasi atas untuk lapisan di bawah lapisan beraspal, dan kelas B adalah untuk lapis pondasi bawah, kelas S digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup aspal. Dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 2 dan nilai SDI yang didapat dari pemasukan data
seperti:
a. Input data
RCS digunakan untuk memperbaharui dan memasukkan data kondisi jalan terkecuali data ketidakrataan jalan. Pada tampilan pemasukan data Gambar 2.
Gambar 2. Tampilan pemasukan data pada tabel RCS
167 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014 Langkah pengisian kemudian dilanjutkan dengan memasukkan data sesuai dengan urutan yang akan di isi yaitu dimulai dengan kondisi permukaan perkerasan dan seterusnya.
Setelah data terisi dengan benar dapat dilakukan perubahan ataupun perbaikan dengan cara seperti berikut:
1. Klik Data Delete Data untuk menghapus data lama
2. Klik Data Refresh Data untuk melihat tampilan baru
3. Klik Data Save Data untuk menyimpan data baru
4. Klik Data Find Link untuk
mencari data ruas jalan
5. Gunakan fasilitas Audit untuk mengetahui tingkat kesalahan agar dapat diperbaiki.
b. Output data
Hasil yang dikeluarkan dari aplikasi RCS ini adalah dalam bentuk SDI (Surface Distress
Index). Menu ini dimaksudkan untuk
memperlihatkan laporan tersebut baik pada layar maupun mencetak ke printer. Seluruh jenis masukan data yang ada dalam SMD dapat di cetak melalui menu report,
Gambar 3. Tampilan hasil dari pengisian data RCS
Sumber : Bina Marga (2010)
Hasil dari input data hanya dapat di print langsung dari menu report tersebut. Tampilan hasil dari pengisian data dapat dilihat pada tampilan gambar 3. Dari gambar 2 dan 3 dapat kita lihat cara memasukkan data ke aplikasi RCS yang menghasilkan nilai SDI.
Penanganan Kerusakan pada Jalan
Penentuan jenis penanganan jalan
ditentukan sesuai dengan kondisi jalan, jenis dan tingkat kerusakan dinilai dari masing-masing kerusakan. Penilaian kondisi segmen jalan diperoleh dari hasil masing-masing jenis kerusakan dengan melihat besaran nilai SDI dan nilai IRI.
Berdasarkan Bina Marga (2011b), hasil penilaian kondisi kerusakan jalan yang diperoleh untuk menentukan jenis penanganan
Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 168 jalan. Penentuan jenis penanganan jalan dari
hasil penilaian kondisi kerusakan jalan dan
penilaian kondisi permukaan jalan dapat dilihat dalam Tabel 3 dan Tabel 4 berikut ini.
Tabel 3. Penilaian kondisi jalan berdasarkan Nilai IRI dan SDI IRI (m/km)
SDI
< 50 50 – 100 100 – 150 > 150
< 4 Baik Sedang Sedang Rusak Ringan
4 – 8 Sedang Sedang Rusak Ringan Rusak Ringan
8 – 12 Rusak Ringan Rusak Ringan Rusak Berat Rusak Berat
> 12 Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Sumber : Bina Marga (2011b)
Tabel 4. Kriteria Jenis Penanganan
IRI (m/km)
SDI
< 50 50 – 100 100 – 150 > 150
< 4 Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Berkala Rekonstruksi
4 – 8 Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Berkala Rekonstruksi
8 – 12 Pemeliharaan Berkala Pemeliharaan Berkala Pemeliharaan Berkala Rekonstruksi
> 12 Rekonstruksi Rekonstruksi Rekonstruksi Rekonstruksi
Sumber : Bina Marga (2011b)
METODE PENELITIAN
Konsep perancangan pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
169 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014
Gambar 1.2. Bagan alir penelitian (lanjutan)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan permasalahan dan metode penelitian yang dikemukakan pada bab sebelumnya, maka diperoleh hasil dari data survei visual yang selanjutnya dilakukan pembahasan data sehingga dapat diidentifikasikan jenis dan tingkat kerusakan sesuai dengan kondisi jalan.
Pertumbuhan lalu lintas
Ruas jalan Calang – Teunom merupakan ruas jalan yang lalu lintas kendaraannya dilewati oleh berbagai golongan kenderaan yaitu dari golongan 1 sampai golongan 7. Data volume lalu lintas tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 merupakan data sekunder. Nilai
International Roughness Index berhubungan
dengan lalu lintas harian jumah masing-masing lalu lintas menurut jenis kendaraan, dan dari data volume lalu lintas juga didapat nilai
pertumbuhan lalu lintas (i). Pertumbuhan lalu lintas ruas jalan Calang – Teunom yang dihitung dengan Rumus 1, diperoleh besaran nilai pertumbuhan lalu lintas selama tiga (3) tahun terakhir rata- rata adalah 125,02%.
Data survei kondisi jalan
Data survei kondisi jalan dapat menghasilkan nilai SDI berasal dari pemasukan data ke aplikasi RCS dan nilai IRI.
a. Nilai Surface Distress Index (SDI) Langkah – langkah pemasukan data dari form ke aplikasi dapat dilihat pada Bab II penelitian ini. Hasil dari pemasukan data ke aplikasi RCS tersebut dapat dilihat rekapitulasinya dapat dilihat pada Tabel 6.
Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 170
Tabel 6. Rekapitulasi Nilai SDI
STA NILAI SDI KONDISI JALAN
25+000 s/d 25+100 20 Baik 25+100 s/d 25+200 75 Sedang 25+200 s/d 25+400 15 Baik 25+400 s/d 25+500 75 Sedang 25+500 s/d 27+400 0 Baik 27+400 s/d 27+500 5 Baik 27+500 s/d 27+600 0 Baik 27+600 s/d 27+800 5 Baik 27+800 s/d 28+200 0 Baik 28+200 s/d 28+400 5 Baik 28+400 s/d 28+600 0 Baik 28+600 s/d 28+700 40 Baik 28+700 s/d 29+500 0 Baik 29+500 s/d 29+600 20 Baik
Dari Tabel 6 didapat data bahwa dari sepanjang 7 kilometer yang diteliti ada beberapa STA yang nilai SDI > 50 yang masuk dalam kategori berkondisi sedang yaitu STA 25+100 s/d 25+200 dan 25+400 s/d 25+500, sedangkan yang lainnya memiliki STA < 50 masuk dalam kategori berkondisi baik.
b. Nilai International Roughness Index (IRI)
Perhitungan nilai IRI menggunakan rumus yang lebih jelas dapat dilihat pada tinjauan pustaka pada penelitian ini. Hasil rekapitulasi nilai International Roughness Index (IRI) dapat dilihat pada Tabel 7 :
Tabel 7. Rekapitulasi penilaian nilai IRI
STA Interval Nilai RI Kategori
25+000 s/d 25+200 8 - 12 Rusak ringan 25+200 s/d 25+600 4 - 8 Sedang 25+600 s/d 25+700 8 - 12 Rusak ringan 25+700 s/d 25+800 > 12 Rusak berat 25+800 s/d 30+200 4 - 8 Sedang
Sta. 25+700 s/d 25+800 mengalami rusak berat, dan hanya 100 meter dari 7000 meter yang dikategorikan rusak berat. Nilai IRI diatas diperoleh setelah diketahui nilai ESAL.
c. Kombinasi Nilai SDI dan IRI
Dengan mengkombinasikan nilai IRI dan
SDI dapat diperoleh nilai kondisi perkerasan jalan yang ditinjau dari sisi fungsional dan struktural, kombinasi nilai SDI dan nilai RI dapat dilihat pada Tabel 8.
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa yang mengalami rusak ringan ada beberapa Sta. yaitu Sta. 25+000 s/d 25+100, Sta. 25+100 s/d
171 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014 25+200, dan Sta. 25+600 s/d 25+700. Rusak berat hanya seratus meter yaitu Sta. 25+700 s/d 25+800. Dan yang dikategorikan sedang yaitu Sta. 25+000 s/d 25+600 dan Sta. 25+800 s/d
32+000. Sedangkan Sta. lain adalah dalam kondisi baik. Tabel. 8 menerakan rekapitulasi penilaian kombinasi nilai SDI dan IRI.
Tabel 8. Rekapitulasi penilaian kombinasi nilai SDI dan IRI STA Interval Nilai SDI Interval Nilai RI Kategori
25+000 s/d 25+100 < 50 8 - 12 Rusak ringan 25+100 s/d 25+200 50 - 100 8 - 12 Rusak ringan 25+200 s/d 25+300 < 50 4 - 8 Sedang 25+400 s/d 25+500 50 - 100 4 - 8 Sedang 25+500 s/d 25+600 < 50 8 - 12 Rusak ringan 25+600 s/d 25+700 < 50 > 12 Rusak berat 25+700 s/d 25+800 < 50 4 - 8 Sedang 25+800 s/d 32+000 < 50 8 - 12 Rusak ringan Analisis penanganan
Setelah nilai masing-masing kriteria diperoleh berdasarkan hasil penilaian dari survei kondisi perkerasan jalan, maka selanjutnya dilakukan analisis dengan menentukan jenis penanganan untuk dapat mengetahui usulan perbaikan yang akan dilakukan. Pada Tabel ini akan diperoleh jenis penanganan, dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 dijelaskan bahwa pada ruas jalan Calang – Teunom bukan hanya pemeliharaan rutin saja yang dilakukan tetapi juga ada pemeliharaan berkala dan rekonstruksi. Pada Sta. 25+700 s/d 25+800 sepanjang 100 meter mengalami rusak berat dan perlu di rekonstruksi. Sedangkan yang harus dilakukan pemeliharaan berkala yaitu sta. 25+000 s/d 25+200, 25+600 s/d 25+700 dan sta.30+300 s/d 30+400, sedangkan Sta. yang lainnya mengalami pemeliharaan rutin.
Tabel 9. Rekapitulasi jenis penanganan
STA Kategori Jenis
Penanganan 25+000 s/d 25+100 Rusak ringan Pemeliharaan Berkala 25+100 s/d 25+200 Rusak ringan Pemeliharaan Berkala 25+200 s/d 25+400 Sedang Pemeliharaan Rutin 25+400 s/d 25+600 Sedang Pemeliharaan Rutin 25+600 s/d 25+700 Rusak ringan Pemeliharaan Berkala 25+700 s/d
25+800 Rusak berat Rekonstruksi 25+800 s/d 30+100 Sedang Pemeliharaan Rutin 30+300 s/d 30+400 Rusak ringan Pemeliharaan Berkala 30+600 s/d 32+000 Sedang Pemeliharaan Rutin
Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 172 Metode perbaikan kerusakan jalan
Perbaikan yang dilaksanakan secara tepat dan cepat dapat mengurangi resiko kerusakan akan semakin berat lagi. Metode perbaikan sesuai dengan jenis dan tingkat kerusakan sepanjang segmen jalan yang ditinjau. Adapun metode yang diusulkan harus sesuai dengan ketentuan Bina Marga yang telah dijelaskan pada tinjauan pustaka.
Pembahasan
Hal - hal yang dibahas adalah mengenai hasil dari penelitian ini yaitu jenis penanganan dan usulan perbaikannya.
a. Sta. 25+000 s/d sta. 25+100 yang dikategorikan rusak ringan harus dilakukan pemeliharaan berkala.
b. Sta. 25+100 s/d sta. 25+200 yang dikategorikan rusak ringan harus dilakukan pemeliharaan berkala.
c. Sta. 25+600 s/d sta. 25+700 yang dikategorikan rusak ringan harus dilakukan pemeliharaan berkala.
d. Sta. 25+700 s/d sta. 25+800 yang dikategorikan rusak berat harus dilakukan rekonstruksi.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari 7 (kilometer) yang ditinjau hanya
beberapa Sta. yang dikategorikan tingkat kerusakan sedang yaitu dari Sta. 25+200 s/d 25+600, Sta. 25+800 s/d Sta. 32+000
dengan jenis penanganan pemeliharaan rutin. Sta. 25+000 s/d 25+100, Sta. 25+100 s/d 25+200 dan Sta. 25+600 s/d 25+700 dikategorikan tingkat kerusakan rusak ringan dengan jenis penanganan pemeliharaan berkala, Sta. 25+700 s/d Sta. 25+800 dikategorikan tingkat kerusakan rusak berat dengan jenis penanganan rekonstruksi.
2. Hanya seratus meter (100 m) yang dengan jenis penanganan rekonstruksi. 3. Nilai SDI yang menunjukkan dalam
kondisi baik belum tentu menunjukkan kondisi baik pula untuk nilai IRI, karena nilai SDI didapat dari kondisi permukaan jalan dan nilai IRI lebih mengarah pada kekasaran permukaan jalan.
Saran
1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih detail dalam penentuan skala prioritas penanganan ruas jalan perlu adanya penambahan kriteria-kriteria yang berhubungan dengan penanganan ruas jalan.
2. Diperlukan kebijaksanaan dan kearifan dari pemerintah dalam hal ini Balai Besar Pelaksananaan Jalan Nasional I dalam penanganan ruas jalan agar benar-benar memilih melaksanakan pemeliharaan pada jalan agar jalan tersebut mencapai umur rencana yang sudah direncanakan.
173 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014 DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonim, 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 34
Tahun 2006 tentang Jalan, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4655, Jakarta.
Anonim, 2011. Manajemen dan Rekayasa, Analisis
Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas. Peraturan Pemerintah RI No. 32
Tahun 2011.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997. Manual
Kapasitas Jalan Indonesia No.
3850\BM70225, Direktorat Bina Jalan Kota, Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2010. IRMS User
Manual, Integrated Road Management System, Buku 1, Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga. Direktorat Jenderal Bina Marga, 2011a. Manual
konstruksi dan Bangunan, No.001-02/M/BM/2011, Perbaikan Standar untuk Pemeliharaan Rutin unuk Jalan, Kementerian Pekerjaan Umum., Direktorat Jenderal Bina Marga.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2011b. Pedoman
Konstruksi dan Bangunan. No. 001-04/P/BM/2011, Survei Kondisi Jalan, Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga.
Paterson, W.D.O. dan Attoh-Okine, B. 1992.
Summary Model of Paved Road
Deterioration Based on HDM-III,
Transportation Research Record 1344, pp 99-105, TRB, National Research Council, Washington DC.
Pradana, 2011. Analisis Tebal Perkerasan Lentur Menggunakan Metode AASHTO 1993 dan Program Elmod 6. Jurnal Magister Teknik
Sipil. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Saleh, S. M., 2009. Kebijakan Sistem Transportasi Barang Multimoda untuk Mengurangi Kerusakan Jalan Akibat Beban Berlebih.
Disertasi. Teknik sipil, Institut Teknologi