Plagiarism Checker X Originality Report
Similarity Found: 21%
Date: Wednesday, May 02, 2018
Statistics: 506 words Plagiarized / 2411 Total words
Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.
--- TRADISI RITUAL TUMPEK UYE SEBAGAI AKTUALISAI FILOSOFI TRI HITA KARANA DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN Dewa Nyoman Oka Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Saraswati Jalan Pahlawan 2 Tabanan, Bali, Indonesia E-mail: [email protected]
<mailto:[email protected]> Abstract: Environmental issues have always been attracting strong attention around the world.
Such issues as global warming, extinction of various species of flora and fauna, illegal logging, pollution of waters, ozone depletion and air pollution. Disruption of
environmental sustainability have direct impacts on humans on Earth. What is the form of the actualization the local wisdom Tri Hita Karana in preserving the enviroment? In the philosophy Tri Hita Karana there are three causes of prosperity and happiness. They come from balanced and harmonious relationship between; humans and God, humans and other humans, and humans and their environment.
The ritual of Tumpek Uye held on Saniscara (Saturday) Kliwon Wuku Uye, which is a day when Hindus worship the greatness of God in order for Him to always give protection and deliverance to all creatures especially livestock and pets because these animals have been playing commendable roles in sustaining human life on Earth. This is one form of local wisdom with which harmonious relationship between humans and environment can be maintained so that nature is preserved Keywords: Tri Hita Karana, Tumpek Uye, Environmental Preservation Abstrak: Isu-isu kerusakan lingkungan selalu menjadi pembicaraan hangat di seluruh dunia, seperti isu pemanasan global, kepunahan berbagai spesies flora dan fauna, penebangan hutan ilegal, pencemaran wilayah perairan, kerusakan ozon dan polusi udara.
Terganggunya kelestarian lingkungan berdampak langsung bagi manusia di
bumi.Bagaimanakah bentuk aktualisasi kearifan lokal Tri Hita Karana dalam melestarikan lingkungan? Filosofi Tri Hita Karana artinya tiga penyebab kesejahteraan dan
kebahagiaan yang bersumber dari keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan nya, manusia dengan sesamanya, manusia dengan alam lingkungannya.
Tradidisi Ritual Tumpek Uye, yang d iselenggarakan pada Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Uye, merupakan hari di mana umat Hindu memuja kebesaran Tuhan, agar selalu
memberikan anugrah perlindungan dan keselamatan bagi semua makhluk hidup, terutama binatang ternak dan hewan peliharaan, karena hewan-hewan tersebut telah berjasa dalam menompang kehidupan manusia di dunia.
Inilah salah satu bentuk kearifan lokal bagaimana menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan lingkungan sehingga lingkungan tetap lestari. Kata Kunci: Tri Hita Karana, Tumpek Uye, Pelestarian Lingkungan Dalam beberapa dekade terakhir, isu-isu lingkungan selalu menjadi pembicaraan hangat di seluruh dunia, seperti isu pemanasan global (global warming) yang berakibat pada perubahan iklim (climate change),
kepunahan berbagai spesies flora dan fauna, penebangan hutan ilegal, pencemaran wilayah perairan, kerusakan ozon dan polusi udara.
Semua permasalahan tersebut berdampak langsung bagi manusia Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya 52 di bumi. Pada tataran individu,
kesehatan manusia semakin terancam dengan meluasnya penyakit berbahaya. Kita merasakan bahwa cuaca semakin panas, terutama di perkotaan. Obesitas dan kelaparan, serta perpindahan penyakit dari hewan ke manusia menjadi isu hangat dalam dua
dekade belakangan.
Dampaknya pun bersifat global, sehingga memerlukan penanganan yang holistik dan menjadi tanggung jawab bersama. Periode 1940 hingga sekarang, tercatat lebih dari 60 perjanjian internasional yang terkait dengan lingkungan hidup. Terakhir, pada tahun 2007 diselenggarakan konferensi PBB tentang perubahan iklim di Bali, yang hasilnya disebut Bali Road Map.
Agenda utama Bali Road Map berfokus pada aksiaksi untuk melakukan kegiatan adaptasi terhadap dampak negatif perubahan iklim (misalnya banjir dan kekeringan), cara mengurangi emisi GRK (Gas Rumah Kaca), cara mengembangkan dan
memanfaatkan teknologi yang bersahabat dengan iklim serta pendanaan untuk mitigasi dan adaptasi. Isu-isu kerusakan lingkunan itu merupakan fenomena global yang
disebabkan oleh kegiatan manusia.Untuk itu kita perlu mengkaji filosofi Tri Hita Karana
yang merupakan warisan adi luhung dari leluhur kita. Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan.
Tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara Manusia dengan Tuhan nya, Manusia dengan sesamanya dan Manusia dengan alam lingkungannya. Dalam hal hubungan manusia dengan lingkungannya manusia harus menyadari bahwa hidupnya sangat tergantung kepada lingkungannya. Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan individualisme dan materialisme.
Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan gejolak. Dari uraian di atas timbul pertanyaan
bagaimanakah bentuk aktualisasi kearifan lokal Tri Hita Karana (indigenous wisdom) dalam melestarikan lingkungan? PEMBAHASAN Isu-isu lingkungan selalu menjadi pembicaraan hangat di seluruh dunia, seperti isu pemanasan global (global warming) yang berakibat pada perubahan iklim (climate change), kepunahan berbagai spesies flora dan fauna, penebangan hutan ilegal, pencemaran wilayah perairan, kerusakan Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya 53 ozon dan polusi udara.
Pada tahun 2006, PBB mengeluarkan laporan berjudul Livestock's Long Shadow, dilanjutkan pada tahun 2008 dengan judul laporan Kick the Habit, pada kedua laporan itu tersaji fakta perusakan lingkungan besar-besaran yang dilakukan oleh industri
peternakan di dunia. Dalam berbagai penelitian, diperkirakan kegiatan peternakan skala besar untuk konsumsi manusia berpotensi sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca yang melebihi emisi kendaraan bermotor di dunia, setidaknya mencapai 51 persen.
Hal ini diperburuk dengan pola hujan yang tidak menentu, menyebabkan sistem persediaan air (water supply) terganggu. Semua permasalahan tersebut berdampak langsung bagi manusia di bumi. Pada tataran individu, kesehatan manusia semakin terancam dengan meluasnya penyakit berbahaya. Kita merasakan bahwa cuaca semakin panas, terutama di perkotaan.
Obesitas dan kelaparan, serta perpindahan penyakit dari hewan ke manusia menjadi isu hangat dalam dua dekade belakangan. Lebih dari 65 persen penyakit menular manusia diketahui ditularkan melalui hewan, antara lain flu burung dan flu babi. Perubahan iklim merupakan fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia.
Dampaknya pun bersifat global, sehingga memerlukan penanganan yang holistik dan menjadi tanggung jawab bersama. Periode 1940 hingga sekarang, tercatat lebih dari 60
perjanjian internasional yang terkait dengan lingkungan hidup. Terakhir, pada tahun2007 diselenggarakan konferensi PBB tentang perubahan iklim di Bali, yang hasilnya disebut Bali Road Map.
Agenda utama Bali Road Map berfokus pada aksiaksi untuk melakukan kegiatan adaptasi terhadap dampak negatif perubahan iklim (misalnya banjir dan kekeringan), cara mengurangi emisi GRK (Gas Rumah Kaca), cara mengembangkan dan
memanfaatkan teknologi yang bersahabat dengan iklim serta pendanaan untuk mitigasi dan adaptasi. ? 1. Filosofi Tri Hita Karana Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan.
manusia harus menyadari bahwa hidupnya sangat tergantung kepada lingkungannya.
Oleh karena itu manusia harus selalu memperhatikan situasi dan kondisi lingkungannya.
Lingkungan harus selalu dijaga dan dipelihara serta tidak dirusak.
Lingkungan harus selalu bersih dan rapi. Hutan tidak boleh ditebang semuanya, binatang-binatang tidak boleh diburu seenaknya, karena dapat menganggu
keseimbangan alam. Lingkungan justru harus dijaga kerapiannya, keserasiannya dan kelestariannya. Lingkungan yang ditata dengan rapi dan bersih akan menciptakan keindahan.
Keindahan lingkungan dapat menimbulkan rasa tenang dan tenteram dalam diri
manusia. Gambar 1. Tri Hita Karana 2. Aktualisai Filosofi Tri Hita Karana dalam Penataan Pekarangan di Bali Nilai-nilai filosofi tri hita karana ini ditrerapkan oleh masyarakat Bali dalam penataan pekarangan rumahnya. Pola penataan pekarangan tradisional Bali secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian (Tri Mandala) yaitu utama, madya dan nista mandala.
Utama mandala merupakan bagian kepala/hulu dari pekarangan yang . Prosiding
Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya 54 disucikan oleh orang Bali. Disini dibangun bangunan yang benilai utama seperti pemrajan/pura keluarga. Kalau dikaitkan dengan alam semesta dan lintasan matahari, utama mandala letaknya di arah
Gunung/matahari terbit.
Madya Mandala merupakan bagian badan/tengah dari pekarangan disini ditempatkan bangunan yang bernilai madya seperti tempat tinggal penghuni. Nista Mandala
merupakan bagian kaki/hilir dari pekarangan pada bagian ini ditempatkan bangunan yang bernilai nista misalnya kandang ternak. Kalau dikaitkan dengan alam semesta danlintasan matahari, nista mandala letaknya di arah laut/matahari terbenam.
Jika penentuan nilai Tri Angga yang berdasarkan pada gunung-laut dan
terbit-tenggelamnya matahari digabungkan maka untuk Bali selatan akan terdapat sembilan tata nilai yang disebut dengan istilah Sanga Mandala, yang memiliki sembilan nilai, yaitu nilai utamaning-utama sampai dengan nistaning nista (Adhika, 2004).
Penjabaran konsep tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut 3.
Tradisi Ritual Tumpek Uye sebagai Aktualisasi filosofi Tri Hita Karna dalam Pelestarian Alam Alam semesta dan semua isinya merupakan perwujudan Ida Sang Hyang Widhi.
Umat Hindu secara turun temurun sudah diajarkan nilai-nilai untuk menjaga
keharmonisan dan keselarasan lingkungan serta alam semesta, antara lain dinyatakan dalam bait Puja Tri Sandya: Sarvaprani hitankarah (hendaknya semua makhluk hidup sejahtera), yang mendoakan kesejahteraan dan keseimbangan jagat raya dan semua isinya.
Upaya-upaya untuk melestarikan lingkungan di Bali sudah dilaksanakan sejak lama, melalui kearifan lokal yang dimiliki masyarakatnya. Salah satu kearifan lokal tersebut adalah tradidisi ritual Tumpek Uye, sering juga disebut Tumpek kandang, tradisi ritual diselenggarakan pada Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Uye yang jatuh setiap 210 hari sekali. Gambar 2. Konsep Sanga Mandala (Adhika, 2004). Gambar 3. Bangunan di Utama dan Madia Mandala Gambar 4.
Bangunan di Nista Mandala Selain tradisi ritual Tumpek Kandang, dalam hari-hari raya Hindu di Bali terdapat juga lima jenis Tumpek yang lain, yaitu Tumpek Bubuh atau Tumpek Wariga, yakni upacara selamatan untuk tumbuh-tumbuhan; Tumpek Landep, selamatan untuk senjata; Tumpek Kuningan, selamatan untuk gamelan; Tumpek Wayang, selamatan untuk wayang; dan Tumpek Krulut, selamatan untuk unggas.
Umumnya tradisi ritual selamatan untuk unggas ini digabungkan pada hari Tumpak Kandang/Uye ini.
Pada tradisi ritual Tumpek Kandang, umat Hindu memuja kebesaran Tuhan sebagai Siva atau Pasupati, terutama dalam manifestasi beliau sebagai Rare Angon Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya 55 (Sang Hyang Rudra), agar selalu
memberikan anugrah perlindungan dan keselamatan bagi semua makhluk hidup, terutama binatang ternak dan hewan peliharaan, karena hewan-hewan tersebut telah berjasa dalam menompang kehidupan manusia di dunia.
Selain itu, makna lain yang terkandung dalam upacara ini adalah upaya untuk menyucikan jiwa (roh) dari hewan-hewan peliharaan/ternak. Diharapkan, di
kehidupanselanjutnya, para binatang tersebut dapat naik ke derajat yang lebih tinggi, dan bisa terlahir sebagai manusia. Bebanten selamatan bagi binatang tersebut
berbeda-beda menurut macam / golongan binatang-binatang itu antara lain: (1) bebanten selamatan bagi sapi, kerbau, gajah, kuda, dan yang semacamnya adalah
tumpeng tetebasan, panyeneng, sesayut dan canang raka; (2) untuk selamatan bagi babi dan sejenisnya dibuatkan bebanten tumpeng-canang raka, penyeneng, ketipat dan belayag; (3) bebanten sebangsa unggas, seperti ayarn, itik, burung, angsa dan lainlainnya berupa bermacam-macarn ketupat sesuai dengan nama atau unggas dilengkapi dengan penyeneng, tetebus dan kembang payas.
Di sanggah/merajan dilakukan pemujaan, pengastawa Sang Rare Angon yaitu dewanya ternak dengan persembahan berupa suci, peras, daksina, penyeneng, canang lenga wangi, burat wangi dan pesucian. Hubungan manusia dan binatang dianggap sebagai wujud harmoni dalam pelaksaaan yadnya. Manusia melakukan pelayanan dengan proses domestikasi hewan liar menjadi hewan peliharaan, agar mudah dimanfaatkan untuk manusia.
Sesungguhnya adalah untuk beryadnya, sisa dari yadnya adalah untuk keperluan diri manusia. Itulah makna sederhana yang selalu muncul dalam kebanyakan aktivitas tradisi ritual agama Hindu. Korban suci untuk buta yadnya, misalnya, dilakukan penangkaran dan proses domestikasi yang sepenuhnya belum dihayati dengan nafas yadnya, sehingga banyak yadnya membutuhkan hewan-hewan yang unik dan kerap langka.
Tujuan sejatinya adalah ada pada aspek pelestarian, dan budidaya, bukan pada aspek penggunaan semata.
Kesan muncul konsepsi bahwa yadnya, tawur dan mecaru prosesi yang ikut
memusnahkan, namun alpa pada aspek pelestarian semakin menguat. Di dimensi itu, maka pelestarian lebih dahulu dilakukan untuk tujuan yadnya. Di bingkai inilah kerap dilupakan orang, selama ini. Orang memburu penyu, kidang, buron tukang, badak, untuk bahan upacara, namun alpa untuk ikut melestarikannya.
Ketika ada aspek pelestarian, maka upacara akan bersifat Sattwanurupa, dan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan karakter manusia. Setiap yadnya yang dilakukan harus memunculkan unsur Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya 56 pelestarian muncul dari semua unsur pelaksana upacara yadnya, mulai dari pemimpin sampai ke tingkat bawah.
Sraddha bhawati otomatis akan bergelora dalam relung hati, sehingga membuncahkan keyakinan umat beragama, sehingga yadnya yang dihaturkan bersifat satwika, maka akan berakibat pada Yajante sattwika dewa, pemujaan dengan yadnya satwika
akanmencapai Hyang Widhi. Inilah unsur pelestarian yaitu proses domestikasi/budidaya untuk yadnya.
Berbeda dengan model pelestarian selama ini yang didengungkan oleh pemerintah, memang kerap terkikis sedikitdemi sedikit, karena belum diangun dengan semangat yadnya. Namun kental unsur proyeknya, seperti kawasan cagar alam, suaka marga
satwa, yang terus menerus dicaplok oleh manusia, karena alasan ekonomi. ? Umat Hindu belum sepenuhnya mengambil peran untuk ikut mempromosikan konsep ini, kita bisa mengusulkan untuk penghormatan kepada Hyang Widhi, untuk kebun binatang, saat tumpek Uye ini. ??Di terminal itu, kita dapat mencontoh monument yang dibuat oleh leluhur Hindu dengan pelestariannya dengan membuat pura di setiap lokasi tertentu.
Misal Pura Pulaki, Sangeh, Alas kedaton dan lain-lain. Dalam pura itu ada kera, yang jumlahnya cukup banyak, tetap terjaga karena mereka sudah dikonotasikan milik bhatara, duwe, ancangan, dan lain sebagainya, dengan label-label itu manusia dapat mengerem diri untuk memangsa kera, dan binatang lainnya, sehaingga tetap lestari.
Namun tindakan itu belum sepenuhnya ikut membantu melestarikan, karena
sumbangan umat Hindu bukan tidak memangsanya, namun harus juga merawatnya.
Bagaimana caranya? Kita melihat kera-kera yang sangat liar dan juga ganas, karna mereka lapar perlu makanan. Oleh karena itu kera-kera ini perlu diberikan makanan terlebih dahulu. Caranya adalah dengan memberikan dana punia.
Panitia pura harus menyiapkan kotak khusus untuk dana punia itu, sehingga ada
digunakan untuk membeli makanan kera, seperti ketela, jagung, dan lain-lain. Sebelum sembahyang. Pagi hari kera-kera ini diberikan makanan terlebih dahulu, sehingga tidak mengganggu para pemedek yang akan sembahyang. Di Objek Wisata Pura Alas
Kedaton Tabanan, kera-kera diberi berkarung-karung ketela rambat sehingga dia tidak menganggu petani sekitarnya.
Inilah bentuk lain dari kepedulian kita memandang tradisi ritual Tumpek Uye, sebagai inisiasi untuk melakukan kegiatan harmonisasi lingkungan.? SIMPULAN 1. Tri Hita Karana artinya tiga penyebab kesejahteraan dan kebahagiaan yang bersumber dari keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara: (1) manusia dengan Tuhan (parhyangan); (2) manusia dengan sesamanya (pawongan); (3) manusia dengan alam lingkungannya (palemahan).
Harmonis berarti melakukan hal-hal yang mengandung kebaikan, kesucian yang dimulai dari pikiran, terucap dalam perkataan dan terlihat dalam tindakan/perbuatan 2. Tradidisi Ritual Tumpek Uye, yang diselenggarakan pada Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Uyeyang jatuh setiap 210 hari sekali, merupakan hari di mana umat Hindu memuja kebesaran Tuhan, agar selalu memberikan anugrah Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan
Pembelajarannya 57 perlindungan dan keselamatan bagi semua makhluk hidup, terutama binatang ternak dan hewan peliharaan, karena hewan-hewan tersebut telah berjasa dalam menompang kehidupan manusia di dunia.
Inilah salah satu bentuk bagaimana leluhur kita menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan lingkungan sehingga alam tetap lestari. DAFTAR RUJUKAN Adhika, I M.
2004. Pola Penataan Ruang Unit Pekarangan di Desa Bongli Tabanan. Jurnal Pemukiman Natah, 2 (1): 1 - 55 Equtari, K. E., Suhirman. 2016. Pola Berkelanjutan Prisip Tri Hita Karana dalam penglolaan sumber Daya air untuk Pertanian Berbasis Subak di Kawasan Perkotaan (Studi Kasus: Subak ayung, Sbak gaji, Subak Seminyak, Kabupaten Badung, Provinsi Bali). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota BSAPPK, 2 (1): 142 - 148 Narottama, N. 2013.
Tumpek Kandang antara Harapan dan Realita. Denpasar: Raditya Tika, I N. 2013. Suaka Marga Satwa Model Hindu. Denpasar: Raditya
INTERNET SOURCES:
--- 0% - http://studylibid.com/doc/856358/segara-
0% - Empty
0% - https://www.scribd.com/document/3102388/
0% - https://worldoceanreview.com/en/wor-1/fi 0% - http://gc-tale2017.undiksha.ac.id/kfz/pa 0% - https://157125953.r.bat.bing.com/?ld=d3s 0% - https://www.scribd.com/document/90442647 0% - https://wuicace.teknikunwar.ac.id/procee 7% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
0% - http://bayu-jaellani.blogspot.com/2013/0 0% - http://studylib.net/doc/12708958/pendidi 6% - https://id.wikipedia.org/wiki/Tri_Hita_K 1% - http://gudanginfountukmu.blogspot.co.id/
0% - https://34003507.r.bat.bing.com/?ld=d3Qt 0% - http://werdiati.blogspot.com/2014/09/kea 0% - https://www.scribd.com/document/35812596 7% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
0% - http://www.kangatepafia.com/2013/10/penc 0% - https://www.noexperiencenecessarybook.co 1% - http://setonc.blogspot.com/2013/09/makal 7% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
7% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
1% - http://chigreen.blogspot.com/
0% - http://nicofergiyono.blogspot.com/2014/0 0% - http://balisustain.blogspot.com/feeds/po 6% - https://id.wikipedia.org/wiki/Tri_Hita_K 1% - http://bagusizza.blogspot.com/2013/04/hu 6% - https://id.wikipedia.org/wiki/Tri_Hita_K 6% - https://id.wikipedia.org/wiki/Tri_Hita_K 0% - http://balisustain.blogspot.com/feeds/po 7% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
0% - https://www.scribd.com/doc/288423815/Pro 0% - http://geoenviron.blogspot.co.id/2011/12 1% - https://otomotif.kompas.com/read/2015/06 7% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
24% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
0% - http://belajarelektronika.net/cara-membu 1% - https://faisalhp.wordpress.com/2012/02/0 24% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
1% - http://setonc.blogspot.com/2013/09/makal 7% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
7% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
6% - https://id.wikipedia.org/wiki/Tri_Hita_K 6% - https://id.wikipedia.org/wiki/Tri_Hita_K 1% - http://bagusizza.blogspot.com/2013/04/hu 6% - https://id.wikipedia.org/wiki/Tri_Hita_K 6% - https://id.wikipedia.org/wiki/Tri_Hita_K 6% - https://id.wikipedia.org/wiki/Tri_Hita_K 1% - http://www.senaya.web.id/ketikan/rpk5.do 1% - https://www.scribd.com/document/34975235 1% - https://bliexperience.wordpress.com/2016 0% - https://nurul071644249.wordpress.com/201 0% - http://asosiasitradisilisan.blogspot.com 0% - https://34003493.r.bat.bing.com/?ld=d3m_
0% - https://www.scribd.com/doc/254041941/Bhu 0% - http://jpbond19.blogspot.com/2008/11/keb 1% - https://bliexperience.wordpress.com/2016 0% - https://andrigundar.wordpress.com/2011/0 0% - https://es.scribd.com/document/325347203 0% - https://jukutbuangit.blogspot.com/feeds/
1% - http://ferrycute87.blogspot.com/2012/10/
1% - http://ferrycute87.blogspot.com/2012/10/
24% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
0% - http://www.ikippgribali.ac.id/wp-content 24% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
1% - http://gudanginfountukmu.blogspot.com/20 24% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
1% - http://ekaputra1965.blogspot.com/2016/08 1% - http://www.guliangkangin.or.id/memahami- 1% - https://balibudayacenter.blogspot.com/
1% - http://balirage.blogspot.com/2009/01/har 1% - http://kb.alitmd.com/tumpek-kandang-kasi 0% - https://www.scribd.com/doc/254041941/Bhu 24% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
0% - http://zozoco.blogspot.com/
0% - https://dieena.wordpress.com/2012/04/24/
24% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
0% - http://studylibid.com/doc/710160/prosidi 1% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
24% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
1% - https://34003470.r.bat.bing.com/?ld=d3ym 24% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
24% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
1% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
1% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
1% - http://staff.uny.ac.id/sites/default/fil
0% - http://qurrotul379.blogspot.com/feeds/po 7% - http://majalahhinduraditya.blogspot.com/
0% - http://pustaka-makalah.blogspot.com/feed