• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Latar Belakang

Pada tahun 2003 terdapat satu milyar pengguna telepon seluler di dunia (Krisna, 2001). Menurut riset PT Telkom, pengguna telepon seluler di Indonesia tahun 2000 sudah 3.198.649 pelanggan atau meningkat 76,62 persen dibanding tahun 1999 yang tercatat 1.821.358 pelanggan. Jumlah pengguna telepon seluler tahun 2004, seiring dengan pemulihan ekonomi nasional, diprediksi bisa mencapai 11 juta orang, melampaui pengguna telepon tetap (fixed line) yang kini baru mencapai 6,3 pelanggan (Lysthano, 2005)

Akan arti pentingnya telepon seluler, perlu disimak hasil penelitian yang dilakukan oleh Siemens Mobile Phone Indonesia. Dalam sebuah survei yang berjudul Survey Siemens Mobile Lifestyle itu didapatkan informasi menarik bagaimana telepon seluler telah menjadi bagian hidup dan napas manusia sehari-hari. Sekitar 79 persen penduduk Indonesia merasa sangat kehilangan ketika telepon seluler mereka tidak ada di sekitarnya, sementara 62 persen merasa selalu dengan tidak sengaja memeriksa telepon seluler mereka ketika mendengar nada bunyi pengiriman SMS (Nurudin, 2004).

Pada masa awal kemunculannya, telepon seluler (ponsel) masih dipandang oleh sebagian besar orang sebagai simbol status sosial dari masyarakat kelas atas. Suatu kelas sosial yang secara stereotip biasa memperbaharui hidupnya melalui “artefak” produksi industri. Di sini terlihat bagaimana sebuah teknologi baru yang didesain sedemikian rupa dapat menjadi simbol status sosial bagi penggunanya. Sejauh ini produk-produk yang menggunakan teknologi canggih (seperti telepon seluler) seringkali memiliki korelasi yang kuat dengan derajat kemampuan ekonomi penggunanya yang terbilang cukup mapan. Selama ini yang umum diketahui menjamurnya telepon seluler merupakan warna gejala fenomena masyarakat perkotaan baik remaja maupun orang dewasa, namun sekarang penggunaan telepon seluler sudah merambah ke wilayah kabupaten maupun kecamatan.

Kabupaten Mukomuko merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Bengkulu yang terbentuk pada tahun 2003, yang dimekarkan dari kabupaten induknya, Bengkulu Utara. Sebagai salah satu kabupaten baru, tentu banyak perubahan yang terjadi secara cepat dalam jangka waktu yang relatif pendek.

Perubahan yang terjadi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu perubahan fisik

(2)

dan non-fisik. Beberapa perubahan fisik yang dapat diamati terdiri dari pembangunan jalan, jembatan, gedung perkantoran dan perumahan rakyat.

Perubahan non-fisik meliputi perubahan jumlah penduduk yang semakin meningkat, dan pergeseran nilai masyarakat lokal sebagai akibat semakin berbaurnya budaya dari pendatang. Perubahan non-fisik ini sangat dipacu oleh kemajemukan masyarakat yang berasal dari berbagai ras dan membaurkan nilai- nilai.

Pada sisi lain, pembentukan Kabupaten Mukomuko pada sebagian orang atau kelompok masyarakat dipandang sebagai peluang bisnis baru yang potensial. Potensi ini sangat dipahami dengan baik oleh operator selular yang ada di Indonesia. Pada tahun 2004 telah berdiri tower TELKOMSEL dan INDOSAT. Apalagi pada tahun 2006 telah berdiri pula tower Pro XL. Dengan fasilitas ini, banyak remaja yang memiliki telepon seluler, sebagai alat baru untuk berkomunikasi. Padahal, Kabupaten Mukomuko masih relatif kecil, dengan kata lain, kehadiran telepon seluler disana belum menjadi suatu kebutuhan yang mendasar untuk berkomunikasi apalagi bagi remaja yang notabene belum memiliki penghasilan untuk membeli alat itu sendiri maupun mengisi pulsanya.

Kenyataannya, kelompok inilah yang banyak memakai telepon seluler di Kabupaten Mukomuko. Dari kondisi ini, dapat dikatakan bahwa menggunakan telepon seluler di Kabupaten Mukomuko menjadi trend baru bagi remaja.

Sekarang ini, telepon seluler seolah-olah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat bahkan remaja ataupun pelajar. Fungsinya saat ini bukan hanya sebagai alat berkomunikasi yang efektif, akan tetapi juga sebagai alat meningkatkan prestise atau nilai diri di komunitasnya, dengan tujuan agar tidak dianggap ketinggalan zaman.

Telepon seluler yang sekarang telah mengalami pertambahan perannya dari alat komunikasi berkembang menjadi sarana pelengkap pergaulan dan simbol status sosial. Berbagai fasilitas dan kemudahan penggunaannya yang familiar dengan remaja, mendorong remaja, dan kelompok remaja, menggunakannya sebagai sarana untuk menunjukkan identitas diri, siapa dirinya dengan menggunakan telepon seluler merek tertentu yang dianggap bisa mewakili kepribadiannya. Pengaruh dari kelompok remaja sebagai kelompok referensi bagi remaja akan sangat mempengaruhi keputusan remaja dalam memilih dan menggunakan suatu produk, khususnya dalam usaha remaja agar diterima kelompoknya. Bagaimana tidak, dahulu ponsel digunakan oleh kalangan

(3)

tertentu seperti orang kaya atau para pengusaha, namun sekarang sudah menjadi barang biasa sehingga penggunaannya tidak lagi kalangan menengah ke atas.

Sebastian (2004) menyatakan ada dua golongan pemilih telepon seluler.

Golongan pertama, adalah orang-orang yang memilih telepon seluler karena telepon seluler tersebut sungguh-sungguh diciptakan memang memenuhi selera

“gaya.” Biasanya bentuk telepon seluler yang memegang peranan, umumnya ukurannya kecil, tipis, dan bentuknya sering disebut orang, manis. Golongan kedua, adalah orang-orang yang memilih telepon seluler memang karena kualitas dan kekayaan fiturnya, bentuk tidak lagi terlalu memegang peranan.

Dari kelompok masyarakat yang menggunakan telepon seluler, kelompok remaja tentu menjadi kelompok pengguna yang menarik perhatian. Meskipun belum ada angka pasti, tetapi diduga dari kelompok inilah pengguna telepon seluler terbanyak. Menurut Hurlock (1973) umumnya remaja jauh lebih tertarik pada pola status hidup kelas atas daripada kelas bawah dan mereka juga terkesan oleh segala sesuatu yang berkualitas lebih baik. Salah satu ciri khas remaja dalam perkembangan sosial, remaja akan mengalami dua macam pergerakan yaitu pergerakan pemisahan diri dari orang tua dan ketergantungan emosi yang menyertainya, serta pergerakan menuju ke arah teman sebaya.

Kelompok remaja merupakan kelompok masyarakat yang sangat mudah dipengaruhi atau terpengaruh oleh perkembangan zaman, yang mencakup perkembangan teknologi informasi. Masa remaja merupakan masa mencari identitas diri (realitas emosional), sehingga realitas area ekspresi diri anak muda atau remaja merupakan lapangan gembala yang hijau segar bagi pengusaha komersial. Ciri lain yaitu remaja merasa belum punya pegangan dan mereka cenderung lebih loyal kepada kelompoknya. Remaja berusaha mencari simbol- simbol budaya populer yang dimiliki oleh kelompoknya. Kelompok remaja menggunakan telepon seluler menjadi menarik karena mereka umumnya masih dalam usia sekolah, sehingga belum memiliki penghasilan untuk membeli telepon seluler maupun membeli pulsa.

Gaya hidup baru ini akhirnya membentuk pola-pola perilaku remaja yang seragam (homogen), yang biasa mereka lakukan dalam pergaulan sehari-hari sehingga membentuk budaya tersendiri. Budaya tersebut terlihat dari sikap, tindakan dan sarana yang digunakan.

(4)

Dengan kata lain semua pendapat, pikiran, perasaan maupun aksi-aksi yang diarahkan hanya kepada yang disukai dan yang banyak orang sukai. Gejala inilah yang disebut masyarakat yang memiliki budaya massa (menurut Fishwick dan Wilson seperti dikutip Liliweri, 1991). Budaya massa dapat muncul dalam bentuk mengikuti selera masyarakat secara beramai-ramai memakai atau memilih jenis produk tertentu akibat dari pengaruh media massa yang terkadang kurang dibutuhkan namun dilakukan.

Berangkat dari fenomena itu, kiranya sangat menarik dilakukan suatu kajian secara ilmiah tentang bagaimana pola sikap dan pola tindak penggunaan telepon seluler oleh remaja di Kabupaten Mukomuko Propinsi Bengkulu.

Rumusan Masalah

Kehadiran telepon seluler sebagai alat komunikasi yang membanjiri kota- kota dan daerah-daerah di Indonesia telah membentuk aktivitas komunikasi sendiri. Dengan kata lain, revolusi dalam berkomunikasi di Indonesia sudah memasuki tahap baru dengan kehadiran telepon seluler sebagai trend baru.

Trend yang baru ini tentu saja secara tidak langsung berakibat menurunnya intensitas komunikasi antar pribadi yang selama ini dilakukan. Dari segi waktu, kehadiran telepon seluler sangat membantu dalam melakukan komunikasi melalui media misalnya dengan SMS (Short Message Service), tetapi karena Kabupaten Mukomuko merupakan daerah kecil, maka penggunaan telepon seluler masih dipandang belum efektif untuk digunakan seperti halnya yang terjadi di kota besar, dimana media komunikasi dapat menembus ruang, jarak dan waktu untuk berkomunikasi. Sehingga pengunaan telepon seluler menjadi gaya hidup baru bagi penggunanya.

Di Kabupaten Mukomuko banyak sekali remaja yang memiliki telepon seluler. Komunitas remaja pengguna telepon seluler ini umumnya masih sekolah atau pelajar SMU dan SMP, berusia rata-rata 13 sampai19 tahun, ada yang berasal dari keluarga yang mapan, namun ada juga dari keluarga yang tingkat ekonomi menengah ke bawah. Khususnya di SMU Negeri I Mukomuko, banyak siswa yang memiliki telepon seluler dan menggunakan perangkat ini dalam pergaulan sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-harinya baik di rumah, di tempat perbelanjaan, di tempat hiburan, bahkan di sekolah, umumnya remaja tampil dengan berbagai jenis telepon seluler nya. Penggunaan telepon seluler oleh remaja di Mukomuko

(5)

seakan-akan lebih digunakan untuk gaya hidup selain untuk kebutuhan berkomunikasi. Banyak para remaja yang membawa telepon seluler dengan dipegang atau dikalungkan di leher. Sebenarnya, bisa saja disimpan di kantong baju atau celana dan tas saja. Mungkin dengan cara seperti ini remaja tampil lebih percaya diri di lingkungannya.

Gaya hidup baru remaja ini tentu saja didasari berbagai motif penggunaan telepon seluler itu sendiri yang mungkin saja berbeda dari tiap individu. Ikut-ikutan teman, gaya, kebutuhan media komunikasi, prestise atau gengsi, serta merek merupakan alasan-alasan yang paling mungkin dan masuk akal kenapa para remaja di Kabupaten Mukomuko menggunakan telepon seluler.

Kebiasaan demikian pada akhirnya membentuk pola-pola perilaku remaja yang seragam, yang biasa mereka lakukan dalam pergaulan sehari-hari sehingga membentuk budaya tersendiri. Budaya tersebut terlihat dari sikap, tindakan dan sarana yang digunakan. Dengan kata lain, remaja ingin tampil berbeda untuk menunjukkan identitas diri, simbol status sosial, sehingga remaja memiliki gaya hidup tersendiri misalnya dengan menggunakan telepon seluler sebagai benda yang dapat menaikkan status di dalam komunitasnya. Kehadiran telepon seluler telah menjadi fenomena baru dalam sistem komunikasi remaja di Mukomuko. Kepemilikian telepon seluler tersebut seolah-olah sebagai simbol identitas mereka.

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini yaitu : ”Apakah penggunaan telepon seluler oleh remaja di Kabupaten Mukomuko merupakan budaya massa?” Secara rinci masalah dirumuskan menjadi:

1. Bagaimana pola sikap dan pola tindak remaja di Kabupaten Mukomuko dalam menggunakan telepon seluler?

2. Bagaimana pengaruh faktor individu dan keluarga terhadap pola sikap dan pola tindak penggunaan telepon seluler oleh remaja di Kabupaten Mukomuko?

3. Sumber informasi darimana saja yang mempengaruhi remaja di Kabupaten Mukomuko dalam menggunakan telepon seluler?

(6)

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan telepon seluler oleh remaja di kabupaten sebagai budaya massa. Dengan demikian, dapat dijabarkan tujuan khusus berikut ini:

1. Mengkaji pola sikap dan pola tindak remaja di Kabupaten Mukomuko yang menggunakan telepon seluler.

2. Mengetahui pengaruh faktor individu dan keluarga terhadap pola sikap dan pola tindak penggunaan telepon seluler oleh remaja di kabupaten Mukomuko 3. Mengetahui sumber informasi yang mempengaruhi remaja di Kabupaten

Mukomuko dalam menggunakan telepon seluler.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :

1. Pengembangan dan pengkayaan kajian dalam Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.

2. Referensi untuk penelitian lanjutan yang berhubungan dengan budaya massa, telepon seluler maupun tentang perilaku remaja. Mengingat penelitian tentang topik ini masih jarang dilakukan penelitian secara ilmiah/akademis.

Referensi

Dokumen terkait

Mental mempunyai pengertian yang sama dengan jiwa, nyawa, sukma, roh, dan semangat. Ilmu kesehatan mental merupakan ilmu kesehatan jiwa yang memasalahkan

Ucapan terima yang tidak terhingga kepada penyelia ala iaitu Puan N razlina Khamis di atas tunjuk ajar, komen membina , pandangan dan na s ihat yan r dibcrikan

Formulir ini digunakan oleh Pemotong Pajak PPh Pasal 21 untuk menghitung besarnya penghasilan dan PPh Pasal 21 yang terutang untuk tahun takwim yang bersangkutan dari setiap

Kalau nilai merupakan pandangan tentang baik-buruknya sesuatu, maka norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat apakah tindakan yang dilakukan oleh

Cara ini dikenal dengan “prosedur purposif sebagai satu strategi menentukan informan paling umum di dalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta

Khas pada bangunan periode ini adalah bangunan berlantai banyak (Vertikalisme) dengan bentangan-bentang lebar, dan banyak menggunakan kaca pada eksteriornya,

Faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak usia toddler di wilayah puskesmas Kenjeran Surabaya adalah usia ibu saat melahirkan, tinggi badan ibu, BMI ibu

Produk-produk BMT Harum Tulungagung adalah produk yang sah di koperasi syariah yang memiliki ketentuan dan aturan yang mengacu pada prinsip syariah dan diatur secara jelas