• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstract orang PMI Formal dan orang PMI Non Formal, Untuk skala jenis kelamin,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstract orang PMI Formal dan orang PMI Non Formal, Untuk skala jenis kelamin,"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

Fakultas Hukum, Universitas Trunoyojo Madura rahayudevi78@yahoo.com

Noval Waladhi Islami

Fakultas Hukum, Universitas Trunoyojo Madura

Abstrak

Adanya pandemic membawa dampak pada sector ketenagakerjaan, termasuk bagi pekerja migran Indonesia. Adanya PMI yang dipulangkan serta kegagalan keberangkatan bagi calon PMI merupakan hal yang dialami PMI. Pengaturan mengenai PMI diatur dalam UU No 18 tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, namun UU ini tidak mengatur mengenai bagaimana perlindungan terhadap PMI di masa pandemic. Artikel ini terfokus pada bagaimana pengaturan perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia di masa pandemic. Metode yang digunakan adalah normatif dengan menggunakan pendekatan fakta dan pendekatan perundang-undangan. Adapun aturan yang ditetapkan pada PMI : Kepmenaker No. 151/2020 yang mengatur penghentian sementara penempatan PMI, Kepmenaker 294/2020 tentang Pelaksanaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

Kata Kunci : PMI, perlindungan, Pandemi

Abstract

The existence of a pandemic has an impact on the employment sector, including for Indonesian migrant workers. The existence of PMI who was repatriated as well as the failure of departure for PMI candidates are things experienced by PMI. Regulations regarding PMI are regulated in Law No. 18 of 2017 concerning the Protection of Indonesian Migrant Workers, but this Law does not regulate how to protect PMI during a pandemic. This article focuses on how to regulate the protection of Indonesian migrant workers during the pandemic. The method used is normative by using a fact approach and a statutory approach. The rules set out in PMI: Kepmenaker No. 151/2020 which regulates the temporary suspension of PMI placements, Kepmenaker 294/2020 concerning the Implementation of the Placement of Indonesian Migrant Workers during the Adaptation Period to New Habits.

Keywords : PMI, protection, pandemic

Latar Belakang

Pekerja Migran Indonesia1 pada tahun 2019 berjumlah 276.553 orang yang terdiri dari 133.993 orang PMI Formal dan 142.560 orang PMI Non Formal, Untuk skala jenis kelamin, PMI perempuan lebih banyak dibandingkan PMI Laki Laki dengan jumlah 19.993 orang dan

(2)

PMI Laki-laki sejumlah 85.316 orang. Jawa Timur Menjadi salah satu provinsi yang banyak mengirimkan PMI yaitu sejumlah 68.740 orang.2

Kondisi pada saat ini yang tidak menentu akibat adanya Covid-19 telah membuat beberapa pekerja kehilangan pekerjaannya, salah satu yang sangat terdampak yaitu PMI. Kondisi di negara negara yang dalam kondisi lockdown atau adanya pembatasan sosial ini membuat beberapa PMI harus rela pulang ke Indonesia. Kepulangan PMI ini memang ada yang di dasarkan kondisi sakit, kontrak kerja telah habis, cuti sementara bahkan adanya pemutusan hubungan kerja. Kepulangan para PMI ke Indonesia tentunya juga menjadi masalah baru karena jumlah PMI yang dipulangkan dalam jumlah yang besar dan karena di masa pandemic mereka kesulitan untuk dapat Kembali ke luar negeri untuk bekerja kembali.

Imbas ketenagakerjaan yang telah dijelaskan diatas akan berpengaruh terhadap bidang perekonomian, adanya pandemi ini berpotensi menaikkan angka kemiskinan yang berada di Indonesia. Angka kemiskinan di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik mencapai 26,42 juta rakyat Indonesia atau sekitar 9,78 persen per Juli 2019. Angka kemiskinan ini telah meningkat 0.56 persen dari september 2019 yang mencapai 24,79 juta atau sekitar 9,22 persen3 akan tetapi dengan adanya pandemi ini diperkirakan akan bertambah ribuan bahkan jutaan rakyat Indonesia.

Beberapa kebijakan pun banyak dikeluarkan pemerintah Indonesia untuk mengurangi dampak perekenomian akibat pandemi ini. Di bidang ketenagakerjaan yaitu padat kerja produktif dan padat kerja instuktur, terdapat pula jaminan social tenaga kerja seperti kartu Pra Kerja, yang pada hakikatnya program jaminan social tenaga kerja dimaksudkan untuk

2 BNP2TKI, Data Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran Indoneia (PMI) Tahun 2019,

https://bp2mi.go.id/uploads/statistik/images/data_19-02-2020_Laporan_Pengolahan_Data_BNP2TKI____2019(2).pdf, Diakses pada hari Jumat 14 Agustus 2020 pukul 06.02 WIB

3 BPS Indonesia, Berita Resmi Statistik,

(3)

menerikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang4 dan terdapat pula bantuan non tunai dari kementerian sosial. Namun kebijkan ini di tahun 2020 belum dapat dijangkau oleh PMI.

Sejatinya dalam pasal 27 ayat 2 konstitusi UUD 1945 telah mengatur hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Sempitnya lapangan pekerjaan dibandingkan tenaga pekerja di Indonesia telah membuat sebagian warga nya harus mencari nafkah ke negara lain baik itu sebagai pekerja rumah tangga maupun pekerja kasar. Perlindungan para PMI pun telah diberikan oleh negara dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang perlindungan pekerja Migran Indonesia.5 Sejatinya PMI membantu penghasilan APBN suatu negara dengan menghasilkan devisa negara yang sebanyaknya dan membantu roda perekonomian di suatu daerah berkembang0 dengan pesat dengan hal ini maka sewajarnya di dalam kondisi lockdown di beberapa negara ini dan tejadi banyak pemulangan seharusnya Pemerintah Negara Republik Indonesia harus melindungi kelangsungan hidup PMI dalam hal penyediaan lapangan kerja maupun peningkatan kualitas para PMI dengan pelatihan pelatihan kerja yang dibuat. Perlindungan terhadap para PMI pada proses pra, saat dan purna penempatan seperti yang diatur oleh pasal 7 UU No 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan PMI.

Pengaturan dalam UU PPMI tersebut belum mencakup bagaimana perlindungan terhadap PMI di masa Pandemi. Selain itu di masa pandemic pemerintah pada awal nya menetapkan kebijakan penghentian penempatan PMI dan selajutnya membuat kejikana penempatan PMI di masa pandemic. Bagaimana pengaturannya dan apa saja yang diatur dalam kebijakan tersebut alan dobajas dalam artikel ini.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka artikel ini terfokus pada

4 Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerrjaan pasca reformasi ( Surabaya:Sinar Grafika,2009) Hal 122 5 Untuk selanjutnya dalam tulisan ini akan disingkat menjadi UU No 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan PMI

(4)

Bagaimana pengaturan perlindungan pekerja migran Indonesia di masa pandemi ?

Metode Penelitian

Penelitian hukum ini menggunakan penelitian hukum normatif. Penelitian Hukum Normatif yaitu penelitian yang mengacu terhadap norma hukum yang ada dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.6 Disini disimpulkan bahwa penelitian hukum normatif ialah dimana dilakukan penelitian terhadap suatu permasalahan yang didasarkan pada ketentuan dalam perundang-undangan yang berkaitan dengan suatu permasalahan yang telah diteliti

Pendekatan dalam penelitian hukum ini adalah pendekatan dengan Perundang-undangan (Statue Approach). Pendekatan dengan peraturan perundang-undangan merupakan pendekatan penelitian yang menjadikan peraturan perundang-undangan sebagai acuan dalam melakukan penelitian. 7dapat disimpulkan bahwa pendekatan perundang-undangan (Statue Approach) ini dimana dilakukan penelitian dengan cara menganalisa berbagai undang-undang yang bersangkutan dengan suatu permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian hukum ini, bahan yang diperoleh kemudian dianalisa secara normatif kualitatif dengan cara menjabarkan dan menganalisa bahan-bahan hukum yang akan di susun , dikarenakan penelitian ini bertolak dari peraturan-peraturan yang ada sehingga penelitian ini dikatakan sebagai penelitian hukum normatif . Analisa data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu dengan cara menganalisa bahan yang kemudian disusun secara rinci dan dianalisa secara kualitatif untuk mencapai suatu permasalahan yang diteliti.8 Jadi maksud dari metode normatif kualitatif yaitu menjabarkan dan menganalisa bahan hasil dari penelitian yang didasarkan pada norma atau peraturan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti .

6 Soerjono Soekanto, Sri Mamuji, 2004,Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hlm. 14.

7 Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Prenada Media Group,Jakarta,hlm.93.

8 Soerjono Soekanto,2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo, Jakarta, hlm.12.

(5)

Hasil dan Pembahasan

Pengaturan Pekerja Migran Indonesia

Secara normative, Undnag-Undang Dasar 1945 menjamin hak setiap warga negara untuk memperoleh pekerjaan yang menyatakan bahwa “ tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan “.9 Hal ini kebali diperjelas dalam Bab XA tentang Hak asasi manusia khususnya pasal 28A-28J. pasal 28 D mengamanatkan bahwa “ setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”.10 Diperjelas pula dengan Undang-Undnag No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM), yang mengamanatkan “setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya dan berhak pula atas syarat-syarat ketenagakerjaan yang adil “.11

Dari penjelasan diatas cukuplah jelas bahwasanya keberadaan pemerintah sebagai pelaksana kebijakan negara haruslah menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup dan imbalan yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena sejatinya bekerja merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia baik yang diatur oleh Undang-Undang mauoun Hukum Internasional.

Tetapi pada faktanya lapangan pekerjaan di Indonesia sangatlah minim bnayanya tungkat pengangguran sehingga beresiko menambah angka kemiskinan di negara ini, seorang warga negara yang tidak mempunyai pekerjaan di daerhanya cenderung akan melakukan migrasi baik migrasi internal maupun migrasi Internasional. Pekerja migran internal adalah orang yang bermigrasi dari tempat asalnya untuk bekerja di tempat lain yang masih termasuk dalam

9 Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 10 Pasal 28 D Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

(6)

wilayah Indonesia.12 Sedangkan pekerja migran internasional sering disebut PMI ataupun TKI yang telah jelaskan diatas.

Pekerja migran yang cenderung untuk mengalami beberapa ketidak adilan dari segi perlakuan maupun keadilan dalam segi hukum ialah pekerja migran internasional atau yang sering disebut PMI, maka dari itu perlulah negara melalui peraturan yang dibuatnya untuk melindungi PMI, beberapa sumber hukum nasional untuk PMI seperti berikut :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagerjaan;

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengesahan International Convention on The Protection of The Rights of All Migrant Worker and member of their families

(Konvensi internasional mengenai perlindungan Hak-Hak seluruh Pekerja Migran dan anggota keluarganya;

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia;

5. Serta beberapa peraturan pelaksana perundang-undangan lainnya terkait dengan penempatan tenaga kerja Indonesia di Luar Negeri.

Didalam Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan tidak membahas secara rinci tentang Pekerja Migran Indonesi, hanya mengatur tentang apa yang disebut tenaga kerja, dimana pekerja migran Indonesia termasuk dalam tenaga kerja yang wajib dilindungi dengan jaminan sosial ataupun perlindungan lainnya dari negara.

Keberadaan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2017 tentang Perlindungan PMI telah mencabut Undang-Undang nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan

12Adnan Hamid, Kebijakan Ketenagakerjaan bagi pekerja migran Indonesia, (Jakarta:Fakultas Universitas Pancasila,2019) Hal 90

(7)

Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri karena dianggap sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan dan kebutuhan pekerja migran Indonesia. Untuk itu perlindungan dan penempatan yang dilakukan oleh pemerintah pusat haruslah dilakukan secara terpadu dengan daerah dan mampu mengikutsertakan masyarakat. Disamping instansi pusat maupun daerah yang berwenang serti Kementerian Tenaga Kerja dan Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi di Daerah, terdapat satu pula instansi lembaga pemerintah non departemen yaitu Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia atau yang sebelumnya bernama Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang memiliki fungsi dintaranya :

a. Pelaksanaan kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri;

b. Pelaksanaan pelayanan dan perlindungan pekerja migran Indonesia; c. Penerbitan dan pencabutan surat izin perekrutan pekerja migran Indonesia; d. Penyelenggara pelayanan penempatan;

e. Pengawasan pelaksanaan pelayanan jaminan sosial; f. Pemenuhan hak pekerja migran Indonesia;

g. Pelaksanaan verifikasi dokumen pekerja migran Indonesia;

h. Pelaksanaan penempatan pekerja migran Indonesia atas dasar perjanjian secara tertulis antara pemerintah negara pemberi kerja, pekerja migran Indonesia dan/atau pemberi kerja berbadan hukum di negara tujuan penempatan;

i. Pengusulan pencabutan dan perpanjangan surat izin perusahaan penempatan pekerja migran Indonesia kepada Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan terhadap perusahaan penempatan pekerja migran Indonesia; j. Pelaksanaan perlindungan selama bekerja dengan berkoordinasi dengan perwakilan

Republik Indonesia di negata tujuan penempatan;

k. Pelaksanaan fasilitasi, rehabilitasi, dan reintegrasi purna pekerja migran Indonesia; l. Pelaksanaan pemeberdayaan sosial dan ekonomi purna pekerja migran Indonesia dan

keluarganya;

m. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BP2MI;

n. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substanstif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BP2mi; dan

(8)

o. Pengawasan internal atas pelaksanaan tugas BP2MI. 13

Selain memiliki fungsi diatas BP2MI juga memiliki tugas untuk menyusun dan menetapkan suatu peraturan perundang-undangan mengensi standar perjanjian kerja, penandatanganan dan verifikasi, biaya penempatan pekerja migran Indonesia dan proses yang dipersyaratkan sebelum bekerja. 14

Dari penjelasan diatas sebenarnya telah jelas baheasanya aturan hukum yang memberi perlindungan bagi PMI sangatlah lengkap hanya saja dibutuhkan suatu implementasi yang baik dan sinergitas baik dari pemerintah pusat, daerah maupun desa untuk sepenuhnya dapat menjalankan undang-undang terkait PMI ini.

Perlindungan Hukum Pekerja Migran Indonesia

Hukum berfungsi sebagai perlindungan bagi kepenbtingan manusia, agar kepentiungan tersebut tidak mudah untuk di rusak oleh orang lain dan terlindungi, hukum harus dilaksanakan secara professional, hukum juga harus dilaksanakan secara damai, dan tertib, adanya hukum seharusnya menjadi pedoman bagi setiap manusia untuk tidak melakukan kesewenang wenangan dan merugikan orang lain, maka dari itu diperlulah sebuh kepastian hukum, kepastian yang menjamin bahwa hak hak setiap manusia terlindungi baik oleh hak asasi maupun dari negara.

Kepastian hukum tersebut tercermin dengan adanya aturan hukum positif yang jelas baik berupa Undang-Undang maupun peraturan yang lain, aturan ini menjadi pedoman bagi individu ketika bertingkah laku dalam bidup masyarakat, adanya aturan yang berupa Undang-Undnag maupun peraturan dibawahnya tersebut menimbulkan kepastian hukum tersebut, tentunya kepastian inilah yang diharapkan banyak masyarakat demi terselenggaranya kehidupan yang tertib di negara ini.

13 Pasal 5 ayat 1 Peraturan Preseiden Nomer 90 Tahun 2019 tentang BP2MI 14 Pasal 5 ayat 2 Peraturan Preseiden Nomer 90 Tahun 2019 tentang BP2MI

(9)

Masyarakat mengharapkan adanya kepasrian hukum yang sepenuhnya melindungi kepentingan setiap manusia, dengan adanya kepastian hukum diharapkan mampu untuk membrikan perlindungan hukum yang nyata terhadap masyarakat, termasuk dalam hal ini pekerja migran Indonesia wajib dilindungi karena rentannya mereka untuk mendapat perlakuan yang tidak manusiawi baik dari pemberangkatan, saat bekerja maupun purna atau pemulangan dari tempat mereka bekerja.

Beberapa ahli mengartikan perlindungan hukum yang berbeda beda, setiap ahli mengemukakan pendapat dengan pandangan pribadinya tentang makna sebenarnya dari perlindungan hukum, menurut Kansil Perlindungan Hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja, perlindungan yang diberikan oleh hukum terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebegai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagau subyek hukum manusia memiliki hak dan kewaiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.15

Menurut Philipus M Hadjon dalam bukunya mengartikan perlindungan hukum adal;ah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewanangan atau sebagai kupulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.16

Dalam buku lain Setinono berpendapat bahwa perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang

15 CST.Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,1989) Hal 102 16 Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu), 1987 hal 25

(10)

tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.17

Sedangkan secara yuridis termaktud pada Undnag-Undnag Nomor 13 Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korbandisebutkan bahwa perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban yang wajib dilaksanakan oleh LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.18 Jika ditarik pada konsep PMI, negara melalui pemerintah atau dalam hal ini BP2MI dapoat melindungi atau memberikan rasa aman kepada PMI yang berengkat beserta keluarganya, serta peran dari peradilan yang dapat membantu dalam kasus yang dihadapi oleh para PMI, yang paling sering terjadi mereka yang dijadikan korban dalam kasus perdagangan orang, mereka yang bekerja bertahun tahun di negara penempatan tetapi malah hasil jerih payahnya tidak dinikmati dirinya atau keluarganya.

Dari kedua pengertian ahli dan yang terdapat pada Undang-Undang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perlindungan hukum merupakan suatu tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat terkait dengan hak dan kewajiban negrara kepada manusia sebagai subyek hukum untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman masyarakat.

Tentunya ketentraman yang ingin dirasakan oleh segenap PMI beserta keluarganya, lebih ke keamanan dari PMI tersebut. Mulai dari mereka pemberangkatan hingga pada mereka kembali ke lekuarganya masing masing serta dari segi peningkatan kualitas hidup para keluarganya. Ibarat pahlawan yang harus dihargai, mereka adalah pahlawan devisa negara yang menjadikan roda perekonomian di daerahnya maupun dipusat berjalan, maka dari haruslah dilindungi.

17 Setiono, Rule of Law, (Surakarta:Magister ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret,2004) Hal 3

(11)

Pengaturan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia di Masa Pandemi

Hukum ada untuk memberikan perlindungan bagi seluruh masyarakat Indonesia, maka dari itu salah satu tujuan hukum ialah untuk memberikan perlindungan terhadap warga negara. Hukum positif ada di suatu negara untuk memberikan suatu kepastian akan adanya hukum itu sendiri.

Dalam kondisi sulit seperti saat ini, seharusnya hukum ada untuk memberikan perlindungan bagi rakyatnya. Di kondisi yang saat ini pandemic Covid-19 perlulah adanya perlindungan terhadap rakyat itu sendiri termasuk kepada para PMI.

Di kondisi sulit akibat pandemi Covid-19 ini para PMI diharuskan menjalani masa yang berat. Dimana beberapa negara dalam posisi lockdown para calon PMI pun masih belum bisa untuk berangkat ke negara Penempatan, sedangkan para PMI beberapa masih ada di negara penempatan menghadapi kesulitan baik kesulitan pekerjaan maupun kesulitan untuk kembali ke Indonesia, sedangkan PMI yang sudah berada di Indonesia kesulitan untuk kembali bekerja.

Pemerintah sebenarnya hadir dalam kesulitan rakyatnya dengan adanya program kartu Pra Kerja akan tetapi pra kerja ini masih belum terjangkau ke desa desa termasuk para PMI, para PMI yang cenderung tidak memiliki Kartu Keluarga akhirnya tidak menerima bantuan pra kerja tersebut.

Terdapat beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah khusunya Menteri tenaga kerja terhadap PMI untuk menghadapi masa pandemic yaitu :

1. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 151 Tahun 2020 tentang Penghentian Sementara Penempatan Pekerja Migran Indonesia

2. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 294 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

(12)

3. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Jangka Waktu Mandaat Pelindungan Jaminan Sosial, sebelum Bekerja Bagi Calon Pekerja Migran Indonesia selama bencama nonalam Penyebaran Corona Virus Diseases 2019

4. Surat Edaran Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Nomor 14 Tahun 2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Penempatan Pekerja Migran Indonesia pada masa adaptasi kebiasaan baru.

Peraturan pertama dari keputusan Menteri Tenaga Kerja ini membahas Penghentian sementara penempatan yang dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia, tetapi peraturan ini tidak berlaku lagi dengan keluarnya Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 294 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

Ketiga peraturan yang lain tersebut ada ketika Indonesia berada di masa yang sangat sulit khususnya PMI, tetapi peraturan yang sangat detail mengatur mulai dari pra penempatan, masa penempatan ataupun pasca penemapatan yaitu terdapat di Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 294 Tahun 2020. Sayangnya aturan tentang perlindungan hukum kepada PMI pasca pemulangan di Indonesia sedikit diatur. Tidak ada petunjuk pelayanan yang mengatur bantuan tunai ataupun non tunai kepada para PMI, hanya berkutat dan terfokus untuk meminimalisir penyebaran Covid-19.

Dalam aturan tersebut mengatu mulai dari pra penempatan yang terdiri dari Pelayanan Verifikasi dan legalisasi surat permintaan pekerja migran Indonesia, pelayanan penerbitan surat izin perekrutan PMI (SIP2MI), pemberi Informasi Permintaan PMI dan literasi Calon PMI, pelatihan, Uji Kompetensi, Pendaftaran Calon PMI, Seleksi Calon PMI dan penandatanganan perjanjian penempatan, pembuatan paspor, pemeriksaan kesehatatan dan psikologis, pengurusan visa kerja, penyelenggaran orientasi Pra Pemberangkatan serta keberangkatan.

(13)

Aturan selama bekerja atau masa penempatan terdapat masa kedatangan, masa bekerja dan persiapan kepulangan. Aturan pasca penempatan terdiri dari tiba di debarkasi, dan tiba di daerah asal.

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 10 tahun 2010 mengatur tentang penyesuaian jangka waktu manfaat perlindungan jaminan sosial sebelum bekerja bagu para PMI, artinya peraturan ini membahas tentang bantuan kepada calon PMI yang tertunda keberangkatannya, tujuan adanya peraturan ini untuk memberikan perlindungan bagi Calon PMI yang tertunda keberangkatannya ke negara penempatan diakibatkan adanya kebijakan penghentian sementara penempatan PMI selama bencana nonalam penyebaran Covid-19. 19

Surat Edaran BP2MI Nomor 14 Tahun 2020 mengatur tentang petunjuk pelaksanaan pelayanan penempatan PMI pada masa adaptasi Kebiasaan baru, sama halnya dengan 2 peraturan diatas peraturan yang dibuat oleh BP2MI ini mengatur penempatan bagi Calon PMI selama masa adaptasi kebiasaan baru di Indonesia dan di beberapa negara penempatan.

Kedua peraturan diatas hanya mengatur tentang para Calon PMI yang tertunda keberangkatannya atau pra penempatan, seharusnya mereka PMI yang baru pulang yang harus mendapatkan perhatian lebih karena mereka masih tidak memiliki pekerjaan dan beberapa pemulangan deportasi yang sedikit membawa penghasilannya ke Indonesia. Dan pemberian perlindungan yang diatur oleh ketiga aturan ini hanya terfokus kepada PMI resmi sedangkan untuk non procedural dan illegal tidak akan mendapat manfaat dari program ini.

Peraturan diatas yang dilakukan oleh pemerintah pusat tidak sampai kepada rakyat daerah seutuhnya maka peran pemerintah daerah disini sangat dibutuhkan untuk membuat suatu regulasi atau perundang-undnagan untuk kepentingan rakyat di daerahnya.

19 Pasal 2 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 10 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Jangka Waktu Manfaat perlindungan jaminan sosial sbelum bekerja bagi Calon Pekerja Migran Indonesia selama bencana nonalam penyebaran Corona Virus Disease 2019

(14)

Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undnagan didapati arti perundnag-undangan yang bermakna peraturan tertulis yang memuat secara hukum norma-norma yang mengikat dan diterapkan atau ditetapkan oleh negara, lembaga atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.20 sedangkan Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan Tugas Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas luasnya dalam sistem dari prinsip negara kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. 21 dengan adanya pemerintahan daerah disini maka setiap daerah berhak untuk mengatur daerahnya sendiri asal tidak bertentangan dengan Undang-Undang yang lain. Adanya otonomi daerah dari pemerintah pusat sangat membantu untuk daerah membuat regulasi tersendiri.

Pemberian otonomi kepada daerah dan kewenangan dalam menetapkan peraturan daerah adalah dimaksudkan sebagai upaya memberikan keluasaan kepada daerah sesuai dengan kondisi lokalnya, selain itu juga dimaksudkan untuk menutup jarak antara pembuat Peraturan Daerah (pejabat daerah) dan orang orang di daerahnya sehingga intensif dan suasana komunikasi yang harmonis dibangun diantara keduanya. 22

Selama ini beberapa daerah telah memiliki peraturan daerah tersendiri mengenai perlindungan PMI beberapa faktor suatu daerah memiliki peraturan daerah sendiri tentang PMI ialah karena jumlah kasus pelanggaran yang sangat banyak, karena beberapa kasus diakibatkan tidak adanya perlindungan di daerah dan karena pemerintah kabupaten perlu berperan untuk

20 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan-undangan

21 Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

22 Devi Rahayu, State Responsibility in fulfilling the Rights of Indonesian Migrant Workers During Pandemic Era, Jurnal Advance in Social, Education and Humanities Reseach Volume 473 hal 721

(15)

melindungi rakyatnya terutama bagi para PMI. Terlebih di masa pandemi ini saat sebagian besar PMI dikirim kembali ke negaranya, kebijakan daerah sangat diperlukan untuk menanggapi fenomena yang terjadi pada saat ini yang tentunya berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan PMI.

Penutup Kesimpulan

Pengaturan perlindungan Pekerja Migran Indonesia di masa pandemi didasarkan pada Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 151 Tahun 2020 tentang Penghentian Sementara Penempatan Pekerja Migran Indonesia, Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 294 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Jangka Waktu Mandaat Pelindungan Jaminan Sosial, sebelum Bekerja Bagi Calon Pekerja Migran Indonesia selama bencama nonalam Penyebaran Corona Virus Diseases 2019 dan Surat Edaran Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Nomor 14 Tahun 2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Penempatan Pekerja Migran Indonesia pada masa adaptasi kebiasaan baru.

Saran

Diperlukan peran aktif daerah dalam pembuatan kebijkan yang mampu memberikan perlindungan bagi PMI di masa pandemi. Hal ini karena keberadaan PMI yang berada di daerah-daerah serta sebagai amanat perlindungan UU PPMI.

Daftar Pustaka

Hamid, Adnan, 2019, Kebijakan Ketenagakerjaan bagi pekerja migran Indonesia, Jakarta, Universitas Pancasila.

Kansil, CST, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. Marzuki, Peter Mahmud, 2011, Penelitian Hukum, Jakarta, Prenada Media Group.

(16)

M.Hadjon, Philipus, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya, Bina Ilmu. Rahayu, Devi, 2020, State Responsibility in fulfilling the Rights of Indonesian Migrant Workers During Pandemic Era, Jurnal Advance in Social, Education and Humanities Reseach Volume 473 hal 721

Soekanto, Soerjono, 2004, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Setiono, 2004, Rule of Law, Surakarta, Magister ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Wijayanti, Asri, 2009, Hukum Ketenagakerrjaan pasca reformasi, Surabaya, Sinar Grafika. BNP2TKI, Data Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran Indoneia (PMI) Tahun

2019,

https://bp2mi.go.id/uploads/statistik/images/data_19-02-2020_Laporan_Pengolahan_Data_BNP2TKI____2019(2).pdf, Diakses pada hari Jumat

14 Agustus 2020 pukul 06.02 WIB

BPS Indonesia, Berita Resmi Statistik,

https://www.bps.go.id/website/materi_ind/materiBrsInd-20200715120937.pdf diakses

Referensi

Dokumen terkait

Kepala UPT Keluarga Berencana Kecamatan Kedungkandang Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Malang Eselon : IV.a 82 Drs.. I

Remote Control ini menggunakan Arduino Uno sebagai sistem pengendali atau mikrokontroller, modul Bluetooth HC-05 digunakan sebagai penerimaan perintah yang

Nilai ini menunjukan bahwa sebesar 85,5% variabilitas Kinerja guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kecamatan Biluhu Kabupaten Gorontalo dapat dijelaskan oleh

Data publikasi ini terdiri dari rekapitulasi data penempatan dan pelindungan PMI berdasarkan beberapa kategori antara lain : trend penempatan PMI per bulan, sektor pekerjaan,

Berdasarkan data tersebut maka dalam penelitian ini dilakukan optimasi konsentrasi arabinosa sebagai ko-substrat dan fermentasi menggunakan media campuran gula

(5) Pelaporan terhadap pelaksanaan pengendalian penyembelihan sapi dan kerbau betina produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c untuk tingkat

Oleh karena itu, untuk mendapatkan keturunan yang baik, maka islam menganjurkan agar anak yang sedang dalam kandungan (janin) senantiasa mendapatkan asuhan,

parsial terhadap kepuasan keluarga pasien rawatjalan. 2) Untuk dapat meningkatkan kualitas layanan dari Rumah Sakit Jiwa Menur, agar. dapat meningkatkan kepuasan