• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN E. Pengenalan Methodology for Participatory Assessments (MPA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAMPIRAN E. Pengenalan Methodology for Participatory Assessments (MPA)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN E

Pengenalan Methodology for

Participatory Assessments (MPA)

(2)

LAMPIRAN E

Pengenalan Methodology for Participatory

Assessments (MPA)

Membantu Masyarakat untuk Mendapatkan Kesempatan yang Lebih Besar

untuk Memperoleh Layanan Sarana Umum yang Berkesinambungan

Secara Lebih Merata

Methodology for Participatory Assessments∗ (MPA) yang dikembangkan untuk menjalankan penilaian terbukti merupakan alat yang berguna sehingga pembuat kebijakan, manajer program dan masyarakat setempat dapat memantau kesinambungan sarana mereka dan mengambil tindakan yang diperlukan agar menjadi semakin baik. Metodologi tersebut mengungkapkan bagaimana caranya kaum perempuan dan keluarga yang kurang mampu dapat ikut berpartisipasi, dan mengambil manfaat dari sarana, bersama-sama dengan kaum lelaki dan keluarga yang berada. Metodologi ini juga memperlihatkan kepada kita faktor-faktor kunci yang membawa kita menuju keberhasilan dalam proyek-proyek AMPL yang dikelola masyarakat, serta pada saat yang bersamaan juga memungkinkan kita untuk melakukan pengelompokan kuantitatif atas data monitoring tingkat masyarakat agar dapat digunakan pada tingkat program dan tingkat pembuat kebijakan.

Hal baru apakah yang disajikan MPA?

MPA merupakan pengembangan dari pendekatan-pendekatan partisipatif misalnya PRA1 dan SARAR2

yang merupakanperangkat peralatan dan metode yang selama bertahun-tahun telah terbukti efektif untuk membuat masyarakat berpartisipasi. MPA menambahkan ciri-ciri berikut:



MPA merupakan metode yang ditujukan baik kepada instansi pelaksana maupun kepada masyarakat untuk mencapai kondisi pengelolaan sarana yang berkesinambungan dan digunakan secara efektif. Dirancang sedemikian rupa untuk melibatkan pihak yang berkepentingan (stakeholder) utama dan menganalisis keberadaan masyarakat yang memiliki 4 komponen penting: lelaki miskin, perempuan miskin, lelaki kaya, perempuan kaya. Dengan demikian MPA mengoperasionalkan kerangka analisis gender dan kemiskinan untuk memperikirakan kesinambungan sarana AMPL.

Rekha Dayal, Christine van Wijk, and Nilanjana Mukherjee. Methodology for Participatory Assessments with

Communities, Institutions, and Policy Makers. Water and Sanitation Program, March 2000. MPA dikembangkan dan dicoba di 15 negara 88 kelompok masyarakat oleh Water and Sanitation Program bekerjasama dengan IRC International Water and Sanitation Center (Delft) pada kurun 1988-2000.

1

Participatory Rural Appraisal

(3)



MPA menggunakan satu set indikator yang “sector specific” untuk mengukur kesinambungan, kebutuhan, gender dan kepekaan akan kemiskinan. Masing-masing diukur dengan menggunakan urutan alat partisipatifi pada masyarakat, instansi pelaksana dan pembuat kebijakan. Hasil dari penilaian pada tingkat masyarakat dibawa oleh wakil-wakil masyarakat pengguna dan instansi pelaksana kedalam rapat pihak berkepentingan (stakeholder), dengan tujuan untuk secara bersama mengevaluasi faktor-faktor kelembagaan yang berpengaruh pada dampak proyek dan kesinambungan pada tingkat lapangan. Hasil dari penilaian kelembagaan digunakan untuk melakukan peninjauan ulang atas kebijakan pada tingkat program atau tingkat nasional.



MPA menghasilkan sejumlah data kualitatif tingkat desa, sebagiannya dapat dikuantitatifkan kedalam sistem ordinal oleh para warga desa itu sendiri. Data kuantitatif ini dapat dianalisis secara statistik.



Dengan cara ini kita dapat mengadakan analisis antar masyarakat, antar proyek dan antar waktu, serta pada tingkat program. Dengan demikian MPA dapat digunakan untuk menghasilkan informasi manajemen untuk proyek skala besar dan data yang sesuai untuk analisis program.

Siapa yang dapat menggunakan MPA? Untuk apa?

MPA membuka kemungkinan untuk digunakan untuk bermacam-macam keperluan. Informasi kualitatif yang dihasilkan secara visual dapat dengan mudah dikonversikan kedalam proses numerik atau presentasi grafis. Hasil yang berupa grafik tingkat masyarakat akan diperoleh segera setelah diterapkannya perangkat partisipatori terhadap kelompok - kelompok dalam masyarakat, lelaki perempuan, kaya dan miskin, yang lalu dapat dipresentasikan di hadapan dan diverifikasikan kepada warga masyarakat secara keseluruhannya. Data sejenis dari waktu atau masyarakat yang berlainan setelah dikonsolidasikan dapat digunakan untuk membantu para manajer atau personil proyek melihat kecenderungan yang terjadi dan menganalisis sebab-sebabnya. Hasil penilaian atas beberapa proyek setelah dikonsolidasikan pada tingkat program atau tingkat nasional dapat dipakai untuk keperluan analisis kebijakan.

Siapa?

Untuk apa?

Warga Masyarakat dan Organisasi Masyarakat

-

Untuk mendapatkan dan mengungkapkan kebutuhan sarana dari semua lapisan masyarakat yang ada.

-

Untuk mengidentifikasikan tindakan-tindakan yang mendorong terjadinya kesinambungan.

-

Untuk mengurangi kesenjangan gender dan kemiskinan.

-

Untuk pembuatan perencanaan, monitoring dan penilaian.

-

Untuk mengumpulkan data dasar dari sarana yang ada, keberadaan sosio-ekonomi suatu masyarakat tertentu dan indikasi atas adanya kebutuhan akan sarana pelayanan.

-

Untuk membuat taksiran atas perkembangan proyek dilihat dari kaca mata si pengguna.

(4)

Siapa? Untuk

apa?

Manajer Proyek dan Staf Proyek

-

Untuk membandingkan berbagai masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan kesinambungan dan pemerataan.

-

Untuk memperkirakan perkembangan pekerjaan pembangunan, khususnya mengenai aspek kualitatif (misalnya, pembinaan kemampuan) yang merupakan sesuatu yang sulit untuk diukur.

-

Untuk mengidentifikasikan dan memperkirakan faktor-faktor kelembagaan yang berpengaruh pada kesinambungan proyek. Perencana pada Instansi

Pemerintah, Lembaga-lembaga Bantuan Luar Perancang Proyek

-

Untuk merencanakan kesinambungan* .

-

Untuk merancang* proyek yang berdasarkan pemerataan (peka atas gender dan kemiskinan).

-

Untuk memonitor kesinambungan sarana beserta dampaknya. * Penggunaan ini kini sedang dikembangkan melalui kerjasama antara pemerintah dan donor yang tertarik untuk itu dalam proyek yang sekarang berada dalam tahap rancangan.

Apa persyaratan dalam menggunakan MPA?

MPA dirancang sebagai bagian integral dari suatu proyek, bukan sekedar tambahan atau sesuatu yang berdiri sendiri. Dengan demikian, MPA memerlukan sebuah lembaga penyandang dana yang merasa terpanggil untuk merancang sebuah proyek baru atau sebuah proyek partisipasi masyarakat yang sedang berjalan yang ingin menerapkan penilaian partisipatif.

Walaupun di banyak negara ada sejumlah besar fasilitator yang berpengalaman dalam menggunakan metode partisipatif, namun masih diperlukan pelatihan khusus dalam MPA karena MPA bukan hanya sekedar seperangkat peralatan partisipatif. Pertama, MPA menambahkan sebuah kerangka analitis yang mendorong ke arah kesinambungan dan memberi kemungkinan merubah data partisipatif menjadi kode kuantitatif untuk dipakai dalam analisis kesinambungan. Kedua, karena watak keseluruhannya adalah partisipatif, MPA mendorong proses pembelajaran para peserta. Fasilitator yang telah terampil dan peka akan masalah gender dan kemiskinan merupakan kunci untuk mendorong daur pembelajaran dan tindakan pada semua tingkat: masyarakat, rapat pihak yang berkepentingan (stakeholder), dan pengendali kebijakan.

Berapa besar biaya untuk memakai MPA?

Biasanya, menggunakan MPA untuk penilaian kesinambungan memerlukan 2 orang tenaga fasilitator untuk tinggal bersama di desa sekurang-kurangnya selama 5 hari ditambah paling tidak satu hari pada rapat pihak yang berkepentimgan (stakeholder) di kabupaten atau propinsi. Ini belum termasuk perencanaan, analisis data dan penyiapan laporan, yang lamanya bervariasi tergantung dari besar kecilnya proyek, sasaran penilaian dan dengan demikian juga besarnya jumlah sampel yang diperlukan.

(5)

Umumnya, penilaian MPA untuk keperluan rancangan proyek memerlukan sampel yang terdiri dari sejumlah komponen masyarakat yang secara keseluruhannya mewakili variabel utama yang berpengaruh dalam pembuatan rancangan proyek baru, misalnya kondisi geohidrologis atau kemiskinan nisbi dan tingkat kesakitan diare. Jika MPA digunakan untuk pembuatan perencanaan mikro mengenai bantuan proyek kepada masyarakat berarti diperlukan penilaian atas seluruh masyarakat yang dilayani oleh proyek, maka pembiayaannya harus dimasukkan kedalam prosedur pelaksanaan proyek. Kegiatan monitoring dan evaluasi biasanya memerlukan pengambilan sampel “stratified atau purposive” sebanyak 5 – 10% dari jumlah masyarakat pada titik-titik yang hampir bersamaan, selama masa proyek.

Menindak lanjuti penilaian yang dilakukan di seluruh dunia, MPA diterapkan dalam skala yang lebih besar. Di Indonesia anggaran yang dipersiapkan untuk perencanaan dan monitoring pada sebuah proyek berskala besar sebanding dengan besarnya biaya yang disediakan buat proyek yang menerapkan pendekatan masyarakat dimana MPA diintegrasikan kedalam pelaksanaannya. MPA sangat cocok buat proyek-proyek yang dikendalikan oleh masyarakat, yang pada umumnya mengalokasikan dana sebesar 20 – 30 % dari keseluruhan anggaran pembangunannya untuk keperluan pembinaan perangkat lunak.

Kerangka untuk mencapai sarana yang berkesinambungan secara merata

Penemuan dari penilaian atas 88 sarana masyarakat memperlihatkan secara jelas bahwa pendekatan-pendekatan tanggap kebutuhan yang mengintegrasikan gender dan kemiskinan merupakan lintasan menuju ke kesinambungan sarana AMPL yang dikelola masyarakat. Demikian pula, penggunaannya secara efektif, yang merupakan sesuatu yang penting demi tercapainya perbaikan mutu kesehatan masyarakat, terkait secara signifikan pada sarana berkesinambungan yang digunakan secara efektif. MPA, yang lebih mendahulukan kepentingan kaum yang kurang beruntung-terutama kaum perempuan dan kaum kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan, merupakan peralatan yang sangat baik yang dapat digunakan oleh baik masyarakat sendiri maupun oleh lembaga-lembaga pemberi bantuan dengan tujuan untuk memperbesar kemungkinan pemerataan dan perbaikan mutu hidup semua orang.

Karateristik Utama dari Sebuah Kursus Pelatihan MPA Tingkat Proyek

Peserta pelatihan Staf proyek yang ada, atau mereka yang direkrut untuk suatu proyek yang akan dilaksanakan.

Tipe peserta Jumlah seimbang antara staf teknis dengan staf berkeahlian sosial (termasuk higiene dan sanitasi), kalau bisa seimbang juga jumlah antara lelaki dengan perempuan; mereka yang menunjukkan minat untuk belajar atau mereka yang telah berpengalaman menerapkan metoda partisipatif. Jumlah peserta per angkatan tidak lebih dari 16 orang.

Jenis dan lamanya 1) 14 hari gabungan antara lokakarya dan latihan di tingkat pelatihan masyarakat.

2) 5 hari melakukan penilaian MPA yang sebenarnya, dua hari rapat pihak yang berkepentingan (stakeholder), kesemuanya dibawah pengawasan pelatih.

(6)

Karateristik Utama dari Sebuah Kursus Pelatihan MPA Tingkat Proyek

Pelatih Pelatih MPA tingkat nasional, dibantu oleh tim inti tingkat internasional. Tindak lanjut Secara berkala diberi dukungan pelatihan dari pelatih MPA tingkat

nasional, agar mutu tetap terjamin dan proses belajar berlanjut terus. Biaya Biaya hari kerja para pelatih/staf, ongkos perjalanan dan uang harian, dan

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Titin, Aris dan Setiajid (2012: 39), Meski seharusnya seorang warga negara harus selalu aktif berperan dalam kegiaran bernegara, namun kenyataan

SNI 7416:2010 tentang “Unjuk kerja dan cara uji traktor pertanian roda empat” menyatakan bahwa bajak singkal merupakan alat pengolah tanah pertama (pembajakan)

Raya Btulicin RT 01 Kel Kp Baru Kec Simpang Empat Kab.. Yos

Berdasarkan analisis kandungan klorofil-a dengan data kualitas perairan, nilai kandungan klorofil di daerah muara sungai (Gambar 1,2,3) lebih besar dibandingkan

Pada penelitian ini tidak ditemukan penurunan kadar hemoglobin pada penderita filariasis dan belum bisa diketahui pasti bahwa mikrofilaria yang berada di dalam

Dari Gambar 1, dapat diketahui bahwa dengan adanya kitosan dapat meningkatkan kemapuan adsorpsi silika dari 11% menjadi 64%, dan terus meningkat menjadi 96%,

Menurut Wahyuni (1994) dalam penelitiannya yang berjudul “Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Penimbangan di Posyandu Desa

Timbul dua pandangan yang berbeda mengenai pengaruh pemberian jasa akuntansi terhadap independensi akuntan publik. Pandangan pertama berpendapat bahwa pemberian jasa