• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

฀F฀K MOD฀L P฀MB฀LAJARAN ฀NQU฀RY TRA฀N฀NG

DAN K฀MAMPUAN B฀RPIKIR KRITIS

T฀RHADAP HASIL B฀LAJAR

FISIKA SISWA SMA

T฀SIS

฀iajukan untuk uemenuhi Persyaratan

dalam uemperoleh Gelar uagister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

RUM฀NTAULI R฀GINALDA SIMALANGO

NIM : 8136176035

PROGRAM PASCASARJANA

UNIV฀RSITAS N฀G฀RI M฀DAN

(2)
(3)
(4)
(5)

฀BSTR฀ST

Rumentauli Reginalda Simalange (NIM: 8136176035) “Effect of ฀nquiry Training Learning Model and Critical Thinking Ability On Students Learning Physics Outcomes”.

This research aims: (฀) to analyze the better models of learning to improve students learning physics outcomes between the ฀nquiry Trainig model with conventional learning, (2) to analyze the effect of critical thinking ability on students learning physics outcomes, and (3) to analyze the interaction between the ฀nquiry Training Learning model and conventional learning with critical thinking ability in influencing students learning outcomes. This research was a quasi-experimental. The population in this research were all students of class XI IPA SMA Negeri 2 Sibolga second half of A.Y. 20฀4/20฀5. The sample consisted of two classes with number 57 peoples were determined by cluster random sampling. The students which is class XI IA-3 as many as 28 peoples as experiment class learned with ฀nquiry Training model and the students which is class XI IA-4 as many as 29 peoples as control class learned with conventional learning. Hypotheses were analyzed with the GLM at significant level of 0.05 using SPSS ฀6.0 for windows. Based on data analysis and hypothesis testing conducted found that: (฀) ฀nquiry Training model is better to improve the students learning physics outcomes than conventional learning, (2) the students learning physics outcomes by the students who have high critical thinking ability is better than the students learning physics outcomes by the students who have low critical thinking ability, (3) there is an interaction between ฀nquiry Training learning model with critical thinking ability in influences students learning physics outcomes. The students who have high critical thinking ability and learned with ฀nquiry Training model get the better learning physics outcomes.

(6)

฀BSTR฀K

Rumentauli Reginalda Simalange (NIM: 8136176035) “Efek Model Pembelajaran ฀nquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kritis terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA”.

Penelitian ini bertujuan untuk: (฀) menganalisis model pembelajaran yang lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa antara model pembelajaran ฀nquiry Training dengan pembelajaran konvensional, (2) menganalisis pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar fisika siswa, dan (3) menganalisis interaksi antara model pembelajaran ฀nquiry Training dan pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar fisika siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sibolga semester genap T.P. 20฀4/20฀5. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas dengan jumlah 57 orang yang ditentukan dengan cara cluster random sampling. Siswa kelas XI IPA-3 sebanyak 28 orang sebagai kelas eksperimen dibelajarkan dengan model pembelajaran ฀nquiry Training, sedangkan siswa kelas XI IPA-4 sebanyak 29 orang sebagai kelas kontrol dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hipotesis dianalisis menggunakan GLM pada taraf signifikan 0,05 dengan bantuan SPSS ฀6.0. Berdasarkan analisis data dan uji hipotesis, diperoleh bahwa: (฀) model pembelajaran ฀nquiry Training lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa daripada pembelajaran konvensional, (2) hasil belajar fisika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi lebih baik daripada hasil belajar fisika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah, (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran ฀nquiry Training dengan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar fisika siswa. Siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan dibelajarkan dengan model pembelajaran ฀nquiry Training memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

(7)

฀ATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul ”Efek Model Pembelajaran ฀nquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kritis terhadap Hasil Belajar Fisika SisTa SMA”. Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika.

Tesis ini dapat selesai karena adanya bimbingan, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan penghargaan seting-tingginya kepada:

1. Dosen pembimbing I, Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S.,M.M. dan dosen pembimbing II, Ibu Dr. Derlina, M.Si. yang selalu setia memberi bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis sejak aTal penulisan hingga selesainya tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si., Ibu Dr. Eva Ginting, M.Si., dan Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si. selaku narasumber yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kebaikan penulisan tesis ini.

฀. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

4. Segenap dosen Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan beserta seluruh pegaTai yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.

5. Rekan-rekan mahasisTa Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan, atas kerja sama, dukungan, dan rasa kekeluargaan yang penulis alami selama menjalani masa pendidikan.

6. Bapak Ali Sutan Lubis, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Sibolga yang telah memberikan motivasi dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMA Negeri 2 Sibolga.

7. Suster Provinsial SCMM, Sr. Petronella Lie, SCMM bersama seluruh DeTan Pimpinan Provinsi dan seluruh anggota kongregasi SCMM yang memberi kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Program Pascasarjana Program Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan, dan yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.

8. Suster pimpinan komunitas St. Katarina Sei Sikambing dan Hati Kudus Sibolga bersama seluruh anggota komunitas yang senantiasa memberikan dukungan sepenuhnya kepada penulis.

9. Ibunda tercinta, Tiara Hutajulu bersama segenap keluarga yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahTa tesis ini jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, sebagai masukan bagi penulis untuk penelitian dan karya ilmiah di masa yang akan datang. Semoga tesis ini memberi manfaat bagi semua pembaca.

Medan, Agustus 2015 Penulis

(8)

฀AFTAR ISI

2.1.3. Model Pembelajaran ฀nquiry Training... 22

2.1.4. Pembelajaran Konvensional ... 30

2.1.฀. Teori Belajar yang Melandasi ฀nquiry Training... 32

2.1.6. Berpikir Kritis ... 38

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian... ฀8

(9)

6 Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

฀.1. Kesimpulan ... 101

฀.2. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(10)

฀AFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dampak Model Pembelajaran ฀nquiry Training... 29 Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian ... 73 Gambar 4.1 Hubungan Model Pembelajaran dengan Hasil Belajar ... 8฀ Gambar 4.2 Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Hasil Belajar ... 87 Gambar 4.3 Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kemampuan

(11)

฀AFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran ฀nquiry Training... 24

Tabel 2.2 Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget... 33

Tabel 2.3 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 43

Tabel 2.4 Dimensi Proses Kognitif ... 48

Tabel 2.฀ Penelitian yang Relevan ... ฀1

Tabel 3.1 Desain Penelitian... ฀9

Tabel 3.2 Desain ANAVA Dua Jalur... ฀9

Tabel 3.3 Spesifikasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis... 62

Tabel 3.4 Spesifikasi Tes Hasil Belajar... 63

Tabel 3.฀ Kriteria Koefisien Korelasi Validitas ... 6฀

Tabel 3.6 Hasil Analisis Validitas Tes Hasil Belajar ... 66

Tabel 3.7 Hasil Analisis Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 66

Tabel 3.8 Interpretasi Derajat Reliabilitas Tes... 67

Tabel 3.9 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen... 68

Tabel 3.10 Kriteria Interpretasi Tingkat Kesukaran... 69

Tabel 3.11 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar... 69

Tabel 3.12 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Berpikir Kritis... 69

Tabel 3.13 Kriteria Interpretasi Daya Pembeda Tes... 70

Tabel 3.14 Analisis Daya Pembeda Tes Hasil Belajar ... 70

Tabel 3.1฀ Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 71

Tabel 4.1 Data Kemampuan Berpikir Kritis... 76

Tabel 4.2 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis 77

Tabel 4.3 Data Pretes Hasil Belajar... 78

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Hasil Belajar ... 79

Tabel 4.฀ Hasil Uji Beda Data Pretes Hasil Belajar... 80

Tabel 4.6 Data Postes Hasil Belajar ... 81

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Postes... 82

Tabel 4.8 Data Postes Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis.... 84

Tabel 4.9 Hasil Uji ANAVA... 89

(12)

฀฀DAFTAR฀LAMPIRAN฀

Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran...107

Lampiran 2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis...1฀3 Lampiran 3. Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...1฀6 Lampiran 4. Tes Hasil Belajar...1฀7 Lampiran ฀. Lembar Validasi Tes Hasil Belajar...167

Lampiran 6. Analisis Butir Tes Kemampuan Berpikir Kritis...169

Lampiran 7. Analisis Butir Tes Hasil Belajar ...170

Lampiran 8. Data Hasil Penelitian...173

(13)

฀A฀ I

PENDAHULUAN

1.1. Latar ฀elakang

Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian dari alam

dan interaksi yang ada di dalamnya. Fisika sebagai cabang Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) pada dasarnya bertujuan untuk menganalisis gejala atau proses alam, serta sifat

zat dan penerapannya (Murtiani, dkk., 20฀2:฀). Gejala-gejala ini pada mulanya adalah apa yang dialami oleh indra manusia. Misalnya, penglihatan menemukan optika atau ilmu tentang cahaya, pendengaran menemukan pelajaran tentang bunyi, dan indra peraba yang dapat merasakan panas menemukan ilmu tentang panas. Pada zaman modern sekarang ini, ilmu fisika sangat mendukung perkembangan teknologi, industri, komunikasi, termasuk rekayasa (engineering), kimia, biologi, kedokteran, dan lain-lain.

Ilmu Fisika membantu manusia untuk menguak dan memahami tabir misteri

alam semesta ini (Surya, ฀997:฀), karena ilmu ini dapat menjawab berbagai

(14)

mendarat di bulan?, dan seterusnya”. Jawaban untuk semua pertanyaan tersebut dapat diperoleh dengan mempelajari berbagai bidang ilmu fisika.

(15)

3

keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Meskipun fisika mempelajari fenomena-fenomena yang menarik dan memberi kontribusi besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi serta kesejahteraan manusia, namun pada kenyataannya sebagian besar peserta didik kurang berminat untuk belajar fisika. Pelajaran fisika dianggap sebagai pelajaran yang sulit, berat dan membosankan (Amalia, 20฀2:2), sehingga hanya mungkin dipelajari oleh siswa-siswa yang memiliki kemampuan istimewa. Anggapan bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit seolah-olah dibenarkan oleh rendahnya hasil belajar fisika yang diperoleh siswa baik dalam evaluasi sehari-hari dan maupun pada ujian akhir.

Isu pendidikan yang selalu hangat diperbincangkan adalah rendahnya kualitas pendidikan, yang tercermin pada rendahnya hasil belajar siswa, ketidakmampuan Indonesia berkompetisi dengan negara lain, dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang jauh dari harapan. Rendahnya hasil belajar siswa untuk mata pelajaran fisika dapat terjadi karena berbagai faktor. Kurangnya motivasi belajar, minimnya aktivitas atau keterlibatan siswa, serta minimnya jumlah siswa yang aktif selama proses pembelajaran termasuk faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.

(16)

Berdasarkan hasil interpretasi survei TIMSS terhadap kemampuan siswa ditinjau dari aspek kognitif (knowing,฀applying,฀reasoning), Indonesia masih berada pada kemampuan knowing. Selanjutnya hasil survei TIMSS tahun 20฀฀ menunjukkan bahwa rata-rata skor pretsasi sains siswa Indonesia adalah sebesar 406, mengalami penurunan dari tahun 2007. Indonesia berada di bawah skor rata-rata sains Internasional yaitu 500, dan hanya mencapai Low฀International฀Benchmark฀

(Darmayanti, dkk., 20฀3:3). Perolehan tersebut menggambarkan bahwa siswa Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah fakta dasar tetapi belum mampu mengomunikasikan dan mengaitkan berbagai topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak. Hasil tersebut juga mengindikasikan bahwa keterampilan proses sains dan pemahaman konsep siswa masih rendah, yang bermuara pada rendahnya hasil belajar siswa.

Rendahnya keterampilan proses sains dan pemahaman siswa terhadap konsep fisika yang turut menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa, tidak lepas dari pengaruh sistem pembelajaran yang dialami oleh siswa di sekolah. Setyowati, dkk. (20฀฀:฀) mengatakan bahwa pembelajaran di sekolah masih cenderung bersifat ”Teacher฀ Center” yang menekankan aspek penerimaan informasi secara penuh oleh siswa dari guru. Pembelajaran model ini dengan sendirinya menempatkan peserta didik menjadi penerima pelajaran yang pasif, karena pembelajaran lebih didominasi oleh guru.

Faktor lain yang biasa ditemukan di sekolah-sekolah, yang juga menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah kekurangmampuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang menantang (Afrizon, dkk., 20฀2:2).

(17)

5

sama pada setiap pembelajaran. Kekurangsiapan guru untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran yang lebih baik dan lebih menarik dengan menerapkan model, strategi, metode, dan media yang sesuai dan tepat, dapat berupa kekurangmampuan guru dari aspek kompetensi, juga dapat berupa kekurangsediaan guru untuk melakukannya, karena pekerjaan tersebut tentu membutuhkan waktu dan keterampilan yang cukup. Banyak guru merasa mapan dengan cara mengajarnya dan enggan memulai pembaharuan.

Kecenderungan kurikulum pendidikan Indonesia yang lebih mengutamakan pencapaian target yang dengan sendirinya kurang memberi peluang bagi siswa bahkan guru untuk mengembangkan pemahaman konsep, termasuk juga faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Namun bagaimana pun, guru adalah pemeran penting dalam usaha peningkatan kualitas pembelajaran. Karena itu, guru harus benar-benar memperhatikan, memikirkan, merencakan, dan melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan bagi siswa.

Berkaitan dengan peningkatan kualitas proses dan hasil belajar, ada masalah krusial yang dihadapi dunia pendidikan hingga saat ini, yaitu bagaimana mengupayakan “membangun pemahaman (Brooks & Brooks, ฀993) dan memberdayakan keterampilan berpikir kritis siswa (Krulik & Rudnick, ฀995)”. Siswa dikatakan telah memahami (understand)฀bila memiliki kemampuan berpikir

untuk mengonstruksi makna dari materi pembelajaran baik berupa lisan, tulisan dan

komunikasi grafik, atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau

mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam

(18)

pembelajaran jauh lebih penting daripada prestasi belajar yang diukur dengan skor

tes yang hanya menekankan aspek menghafal pengetahuan.

Ndraka (Purwanto, 20฀2:2) mengatakan bahwa pembelajaran Fisika di sekolah hendaknya menyiapkan siswa untuk: (฀) mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep-konsep sains yang telah dipelajari, (2) mampu mengambil keputusan yang tepat dengan menggunakan konsep-konsep ilmiah, dan (3) mempunyai sikap ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga memungkinkan mereka untuk berpikir dan bertindak secara ilmiah.

Untuk membantu siswa memahami konsep, mengambil keputusan yang

tepat, mengonstruksi pengetahuan melalui pemecahan masalah, serta membangun

sikap ilmiah, dibutuhkan berbagai keterampilan intelektual, diantaranya

keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis merupakan potensi yang

dimiliki oleh setiap orang, tetapi perkembangannya bergantung pada pengalaman

dan kematangan individu. Keterampilan berpikir kritis sangat dibutuhkan, bahkan

merupakan keharusan dalam usaha pemecahan masalah, pembuatan keputusan, sebagai pendekatan, menganalisis asumsi-asumsi dan penemuan-penemuan keilmuan. Siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi akan lebih mudah memahami konsep dan mengonstruksi pengetahuannya dibandingkan dengan siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah.

(19)

7

keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa dalam tugasnya sebagai pebelajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menjawab persoalan rendahnya pemahaman konsep siswa, rendahnya hasil belajar, dan untuk memenuhi tujuan mata pelajaran fisika SMA yang dicanangkan oleh pemerintah adalah model pembelajaran Inquiry฀ Training yang dikembangkan oleh Richard Suchman (Joyce, 20฀฀:200). Model ini memiliki tujuan utama membuat siswa menjalani suatu proses bagaimana pengetahuan diciptakan, dengan kata lain memberikan siswa pengalaman dalam membangun pengetahuan baru. Model pembelajaran Inquiry฀Training dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawaban berdasarkan rasa ingin tahunya. Model pembelajaran Inquiry฀ Training

meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu, dengan demikian setiap individu memiliki motivasi alamiah untuk melakukan penelitian.

(20)

masalah-masalah yang masih menjadi teka-teki. Guru dapat menggunakan kesempatan ini untuk mengajarkan prosedur pengkajian sesuai langkah-langkah model pembelajaran Inquiry฀Training.

Inquiry฀ Training menjadi sangat penting untuk mengatasi permasalahan

belajar siswa (Azizah 20฀2:2)฀ Model pembelajaran Inquiry Training฀memiliki keunggulan karena siswa akan melakukan penyelidikan secara berulang-ulang dengan bimbingan yang berkelanjutan. Rasa ingin tahu siswa akan terpenuhi

karena model Inquiry Training฀dapat memperkuat dorongan alami siswa untuk melakukan eksplorasi sehingga kegiatan dapat dilakukan dengan semangat besar

dan penuh kesungguhan. Model ini juga diyakini dapat melatih kemandirian belajar siswa. Siswa diharapkan dapat mengumpulkan data dari suatu peristiwa yang terjadi, dan menelitinya dengan cara mengumpulkan dan mengolah data

secara logis.

Model pembelajaran Inquiry฀ Training merupakan pendekatan inovatif,

yang berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal

seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,

analitis dan logis sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan

percaya diri. Inquiry sebagai suatu proses untuk memperoleh informasi dengan

melakukan observasi atau eksperimen, guna mencari jawaban atas pertanyaan atau

rumusan masalah maupun untuk memecahkan masalah, dilakukan dengan

menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Putra, 20฀3:85). Model

pembelajaran Inquiry mengandalkan kesiapan berpikir, di antaranya keterampilan

berpikir kritis, sehingga siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi

(21)

9

Training dan dapat mengikuti setiap tahap pembelajaran dengan memberdayakan

keterampilan berpikir kritis yang dimilikinya.

Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak positif dari implementasi

Inquiry฀ Training฀฀ dalam pembelajaran, antara lain: (฀) Vaishnav (20฀3) menyimpulkan bahwa model pembelajaran Inquiry฀Training฀ berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik siswa dibandingkan dengan metode pengajaran tradisional, (2) Vandana (20฀3) menyimpulkan bahwa model Inquiry฀ Training berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kognitif dan afektif siswa, (3) Azizah & Parmin (20฀2) menyimpulkan bahwa keterampilan meneliti mahasiswa dapat ditingkatkan melalui model Inquiry฀ Training,฀ (4) Septiani (20฀2) menyimpulkan bahwa model pembelajaran Reasoning dan Problem฀ Solcing berbantuan Inquiry฀ Training berkontribusi terhadap hasil belajar kimia siswa, dan(5) Akpullukcu (20฀฀) menyimpulkan bahwa Inquiry฀Based฀Learning

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam program sains dan teknologi.

Hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 2 Sibolga melalui wawancara dengan guru mata pelajaran fisika, diperoleh informasi bahwa pembelajaran cenderung dilakukan dengan pembelajaran konvensional, dengan metode ceramah, demonstrasi, latihan, penugasan, dan diskusi. Hasil belajar fisika siswa pada ujian formatif dan sumatif cenderung rendah, dan siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran. Siswa mengharapkan jawaban akhir dari guru atau sesama siswa yang menonjol kemampuan belajarnya.

(22)

1.2. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang teridentifikasi dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut:

฀. Banyak siswa kurang berminat belajar fisika karena fisika dianggap pelajaran yang sulit dan berat, sehingga hanya dapat dipelajari oleh orang-orang tertentu yang sungguh-sungguh memiliki potensi dan bakat istimewa.

2. Kualitas pembelajaran masih tergolong rendah. Guru cenderung mengajar dengan gaya, motode, dan kebiasaan yang sama pada setiap pembelajaran. Kurang kesiapan pendidik untuk merancang pembelajaran yang lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

3. Sistem pembelajaran cenderung bersifat “Teacher฀ Center” sehingga kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengasah keterampilan kognitif, psikomotor dan afektifnya. Aktivitas dan keterlibatan siswa dalam belajar masih rendah.

4. Motivasi belajar siswa rendah. Siswa cenderung menunggu instruksi dari guru, kurang kemauan untuk belajar mandiri apalagi mengkritisi suatu masalah. Kebanyakan siswa cenderung menunggu hasil akhir.

5. Pembelajaran kurang memanfaatkan laboratorium dan media yang relevan. 6. Dalam belajar fisika, siswa cenderung menghafal, kurang mengembangkan

pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis.

(23)

฀฀

mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan ide terhadap permasalahan yang diajukan guru.

8. Kurikulum cenderung memaksakan pencapaian target sehingga kurang memberi peluang bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, pemahaman konsep, dan kemampuan pemecahan masalah yang seharusnya terjadi selama proses pembelajaran.

9. Hasil belajar fisika siswa rendah

1.3. ฀atasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini masalah dibatasi pada:

฀. Model pembelajaran di yang digunakan adalah model pembelajaran Inquiry฀ Training.

2. Aspek yang diteliti adalah hasil belajar siswa yang sesuai dengan dampak instruksional model pembelajaran Inquiry฀ Training, yaitu kemampuan siswa untuk melakukan observasi, mengumpulkan dan mengolah data, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan menguji hipotesis, merumuskan penjelasan dan menggambarkan kesimpulan.

3. Pembelajaran dilakukan dengan melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(24)

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran Inquiry฀ Training฀dan pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar fisika siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

฀. Menganalisis model pembelajaran yang lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa antara model pembelajaran Inquiry฀ Training dengan pembelajaran konvensional.

2. Menganalisis pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar fisika siswa.

3. Menganalisis interaksi antara model pembelajaran Inquiry฀ Training dan pembelajaran konvensional dengan kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar fisika siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

฀. Sebagai masukan bagi guru fisika untuk dapat melatih dan membiasakan siswa mengembangkan rasa ingin tahu alamiah dan menguasai konsep melalui proses ilmiah dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry฀Training.

2. Sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran bagi para penyelenggara

(25)

฀3

optimal kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah dan

menemukan konsep sebagai proses mengonstruksi pengetahuan.

3. Sebagai sumbangan inovatitif dan motivatif bagi siswa di sekolah yang diteliti untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan melatih serta mengembangkan rasa ingin tahu yang telah dimiliki siswa secara alamiah.

1.7. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian yang

dikehendaki pada penelitian ini, maka diberikan batasan istilah sebagai berikut:

฀. Model pembelajaran Inquiry฀ Training adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektual, keterampilan mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berasal dari keingintahuan siswa. Model pembelajaran Inquiry฀Training

terdiri dari lima fase, yaitu: (฀) menghadapkan siswa pada masalah, (2) pengumpulan data-verifikasi, (3) pengumpulan data-eksperimentasi, (4) mengolah, memformulasikan suatu penjelasan, dan (5) analisis proses penelitian (Joyce, 2009).

(26)

3. Berpikir kritis adalah berpikir jernih, rasional, reflektif, dan independen dalam menganalisis fakta dan menentukan pilihan atau keputusan, bersikap hari-hati, teliti, mengusahakan kebenaran, memahami dan menyajikan informasi secara jujur ​​dan jelas, untuk dapat menentukan sikap, tindakan, atau keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kemampuan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi, yang dikemukakan oleh Angelo (Haryani, 20฀2).

4. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang merupakan dampak instruksional dari model pembelajaran Inquiry฀Training,฀

(27)

฀0฀ ฀A฀ V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

฀. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan dengan

model pembelajaran ฀nquiry Training dengan siswa yang dibelajaran dengan

pembelajaran konvensional. Model pembelajaran ฀nquiry Training lebih baik

dalam meningkatkan hasil belajar siswa daripada pembelajaran konvensional.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan

berpikir kritis rendah. Hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan berpikir

kritis tinggi lebih baik daripada hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan

berpikir kritis rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran ฀nquiry Training dengan

kemampuan berpikir kritis dalam mempengaruhi hasil belajar fisika siswa.

Hasil belajar maksimal diperoleh pada kelompok siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis tinggi dan dibelajarkan dengan model

pembelajaran ฀nquiry Training, sedangkan pada pembelajaran konvensional,

(28)

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, penulis memberikan saran sebagai berikut:

฀. Model pembelajaran ฀nquiry Training memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap peningkatan hasil belajar siswa, sehingga model pembelajaran ini

dapat menjadi salah satu alternatif pilihan model pembelajaran yang

digunakan oleh guru. Model ini sangat cocok untuk pembelajaran fisika pada

semua tingkat satuan pendidikan. Latihan penemuan akan membangun sikap

ilmiah dalam diri siswa sejak dini dan memotivasi siswa menjadi

penemu-penemu, didorong oleh rasa ingin tahu alamiah yang dimiliki oleh siswa.

2. Model pembelajaran ฀nquiry Training memberi pengaruh yang lebih baik pada

kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi. Sehingga

untuk memperoleh hasil belajar maksimal pada pembelajaran ฀nquiry

Training, akan sangat mendukung jika kemampuan berpikir kritis siswa diasah

terlebih dahulu.

3. Dalam menerapkan model ini dibutuhkan ruang dan peralatan praktikum

fisika yang memadai, karena itu sangat diharapkan kreatifitas guru dan siswa

(29)

฀03

฀AFTAR PUSTAKA

Afrizon, R., Ratnawulan & Fauzi, A. 20฀2. ฀eningkatan ฀erilaku Berkarakter dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTSN ฀adang ฀ada Mata ฀elajaran I฀A-Fisika Menggunakan Model ฀roblem Based Instruction. JPPF, ฀ (฀).

Amalia, R., Astutik, S., Yushardi. 20฀2. ฀enerapan Model Kooperatif Tipe TTW (Think, Talk, Write) Menggunakan Multimedia Video ฀embelajaran dalam ฀embelajaran Fisika di SMA, JPF. ฀ (2).

Anderson LW, Krathwohl D, eds. (200฀). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New York:Longman

Andriyani, W. & Soeprodjo. 20฀3. ฀eningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dengan ฀enerapan Model ฀embelajaran ARIAS. Chemistry in Education, Unnes. 2 (2): ฀-7.

Arends, R. I. 2008. Learning To Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 20฀0. ฀rosedur ฀enelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. 20฀3. Dasar-dasar Evaluasi ฀endidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Akpullukcu, S., Gunay, Y. 20฀฀. The Effect of Inquiry Based Learning Environment in Science and Technology Course on The Students’s Academic Achievements. Western Anatolia Journal of Educaional Science, ISSN ฀308 – 897฀.

Azizah, A., Parmin. 20฀2. Inquiry Training untuk mengembangkan kemampuan meneliti mahasiswa. USEJ. ฀ (฀).

Brooks, J. G. and Brooks, M. G. (฀993). In Search of Understanding: the Case for Constructivist Classrooms. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development.

Cronbach, L. J. (฀963). Educational Psychology. New York: Harcourt, Brace & World, Inc.

Dahar, R.W. ฀99฀. Teori-teori Belajar. Erlangga: Jakarta.

(30)

Dewi, A., Sumarni, W. & Santosa, N. B. ฀enerapan Model ฀embelajaran BOICOTS untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Kognitif Siswa. Chem in Edu 2 (฀).

Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan ฀embelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, S. B., Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Fachrurazi. 20฀฀. ฀enerapan ฀embelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf. diakses 9 Pebruari 20฀5.

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah ฀engantar. Jakarta: Erlangga.

Haryani, D. 20฀2. Membentuk siswa Berpikir kritis Melalui ฀embelajaran Matematika. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan ฀endidikan Matematika. Universitas Palangkaraya, ISBN:978-979-฀6353-8-7

Hosnan, M. 20฀4. ฀endekatan Saintifik dan Kontekstual dalam ฀embelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Jihad, A., Haris, A. 20฀2. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E. 20฀฀. Models Of Teching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kowiyah. 20฀2. Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Dasar. UHAMKA, 3 (5).

Krulik, S. & Rudnick, J. A. ฀996. The New Sourcebook for Teaching Reasoning

and ฀roblem Solving in Yunior and High School. Boston: Allyn and

Bacon.

Lombard, K., Grosser, M. 2008. Critical Thinking: Are The Ideals of OBE Failing Us or Are We Failing The Ideals of OBE. South African Journal of Education, EASA Vol. 28 (56฀-589)

Mohaidat, M. 20฀2. The Effect of an Instructional ฀rogram based on Authentic Assessment on the Achievement of EFL Secondary Stage Jordanian Students Reading. Jordan Journal of Educational Sciences, ฀(฀฀฀-฀฀8)

(31)

฀05

Neufeldt, Victoria. ฀993. Webster’s New World Dictionary. New York: Webster’s New World Dictionary.

Pandey, A., Nanda, G. K., Ranjan, V. 20฀฀. Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Science Student in India. Jurnal of Innovative Research in Education ฀(฀) March 20฀฀: India

Purwanto, C. E., Nughoro, S. E. & Wiyanto. 20฀2. ฀enerapan Model ฀embelajaran Guided Discovery pada Materi ฀emantulan Cahaya Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis. UPEJ ฀ (฀).

Purwanto, M. N. 20฀3. ฀rinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi ฀engajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Putra, S. R. 20฀3. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: Diva Press.

Sani, R. A. 20฀3. Inovasi ฀embelajaran. Bumi Aksara: Jakarta.

Sani, R. A. 20฀4. ฀embelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Bumi Aksara: Jakarta.

Santoso, E. 20฀฀. Model-model ฀embelajaran. Tidak dipublikasikan.

Septiani, R. N., Saptorini, Saputro, S. H. 20฀2. Model ฀embelajaran Reasoning Berbantuan Inquiry Training And ฀roblem Solving. Chem in Edu 2 (฀)

Setyowati, A., Subali, B. & Mosik. 20฀฀. Implementasi ฀endekatan Konflik Kognitif dalam ฀embelajaran Fisika untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SM฀ Kelas VIII. JPFI. 7: 89-96.

Siregar, S. 20฀3. Metode ฀enelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Slameto. 20฀0. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sochibin, A., Dwijananti, P., Marwoto, P. 2009. ฀enerapan Model ฀embelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk ฀eningkatan ฀emahaman dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa. JPFI 5, ISSN: ฀693-฀246

Sudjana. 20฀0. Metode dan Teknik ฀embelajaran ฀artisipatif. Bandung: Falah Production.

Suprijono, A. 20฀2. Cooperative Learning Teory & Aplikasi ฀AIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(32)

Tanjung, Y. 20฀4. Efek model pembelajaran Inquiry Training berbasis Just In Time Teaching dan sikap ilmiah terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa. Tesis Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Unimed.

Vaishnav, R.S. 20฀3. Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching Science. Scholarly Research Journal for Interdisciplinary Studies. Nagpur: India. Vol. ฀ Issue 5, ISSN 2278-8808.

Gambar

Gambar 2.1 Dampak Model Pembelajaran ฀nquiry Training..........................     29

Referensi

Dokumen terkait

Diantara model pembelajaran kooperatif yang diterapkan di satuan pendidikan yang menjadi situs penelitian ini juga menerapkan model kooperatif yang didalamnya mengandung

 Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan

Aplikasi pembantu penentuan prioritas pemberian dana pinjaman ini merupakan pengembangan dari aplikasi simpan pinjam yang telah diselesaikan pada saat kuliah

fermentasi adalah bakteri, khamir (ragi/yeast) dan kapang (jamur). Amati gambar di bawah ini, apa nama produk fermentasi di bawah ini, dan jenis mikroba apa yang berperan dalam

Apabila Nilai kod rantaian bagi aksara tambahan dan juga nilai kod bagi aksara tambahan telah asas telah dikenalpasti, proses pemadanan gabungan kcd aksara tambahan

Rumus - rumus yang dipakai dalam pembuatan program GT-6 mengacu pada buku. “Perpindahan Tanah Mekanik” oleh

Gambarlah hewan yang kamu lihat saat ke sekolah.. Kuda

Setiap terjemahan Al-qur’an memiliki makna yang berbeda-beda, dalam terjemahan surat Luqman terdapat kalimat majemuk yang di dalamnya terdapat relasi makna antar klausa, pada