• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN KEAGAMAAN TERHADAP NARAPIDANA DEMI TERCAPAINYA PRIBADI YANG MANDIRI : Studi Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan I Cirebon.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINAAN KEAGAMAAN TERHADAP NARAPIDANA DEMI TERCAPAINYA PRIBADI YANG MANDIRI : Studi Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan I Cirebon."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN KEAGAMAAN TERHADAP NARAPIDANA DEMI TERCAPAINYA PRIBADI YANG MANDIRI

(Studi Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan f Cirebon)

T E S I S

Diajukan Kepada Panrtia Ujian Tesis Instftut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Pasca Sarjana Bidang Studi Pendidikan Umum

Oleh:

ABDUL LATIF NIM. 9596161

PROGRAM PASCASARJANA

BIDANG STUDI PENDIDIKAN UMUM

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

Disetujui dan Disyahkan oleh Pembimbing

Untuk Mengikuti Ujian Tahap II

PROF. DR. H. MAMAN ABDURAHMAN Pembimbing

PROF. H. NU'MAN SUMANTRI, M.

Pembimbing

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG

(3)

ABSTRAK

riai»«

Lem^ga

Pemasyarakatan (Lapas)

berperan

penting

mlir h,T

" ^epribad±an manusia

y*"S

seda^ menjalan?

S™,n

r3K

^na Pelan59^an yang

telah

dibuatnya.

rf™*

lemb*°a tersebut dipandang

strategis

berkenaan

e

JrhH"

-erebaknya kejahatan yang

sudah

barang

tentu menambah penghunx Lembaga Pemasyarakatan.

*n HPnnLtJtan te,Dritis men9enai kaitan pembinaan

keagama

an dengan kemandxnan, pertama-tama berangkat dari

aksio-ma teorx tungsional, bahwa segala hal yang tidak

berfung-sx akan lenyap dengan sendirinya. Karena agama sejak dulu

T^nnlt

5a!

ini,maSih ada' JelaS bahwa a9ama

mempunyai

rungsx, atau bahkan memerankan sejumlah fungsi. Tampak

bahwa

kaitan agama dengan masaiah moral

demikian

erat.

d.rfio

Pnu ^

moralitas «enjadikan indikasi masaiah

keman-dirxan. BBahwa manusia mandiri adalah manusia yana

memi-termoraTku'at*" dalSm kemampuan' berkepribadian sehat dan

Kemandirian seseorang pada hakekatnya erat

kaitan-linri.fr9aH "ilai-nilai religius atau agama yang

menjadi

landasan

dalam

perxlaku seseorang.

Dilihat

dari

seqi

rif?

' kemandirian P^fa hakekatnya sebagai

konsekwensi

darx

adanya keyakxnan atau iman dan takwa, hal ini

men-yangkut masaiah akidah.

flria, . Fenomena menarik yang timbul di lokasi

penelitian

adalah bahwa beberapa keterampilan yang ditunjukkan untuk

melatih

para

napi juga telah

lama

diselenggarakan

di

sana.

Dan keterampilan tersebut ada beberapa napi

yanq

cenderung dapat hidup mandiri. Mereka mampu untuk

memper-baikx

niesm

membuat konveksi, dan bercocok

tanam

yang

baxk dan berhasil. ' y

rian . Dari

dua visi aktivitas yakni kegiatan

keagamaan

dan kegiatan keterampilan yang sudah lama berlangsunq

di

Lembaga

Pemasyarakatan

I Cirebon

tersebut,

temyata

mendapat perhatian beragam dari para napi. Mereka ada

ri^LoSerpUS

dal3f men9ik"ti program

yang

dilaksanakan

Lembaga

Pemasyarakatan,

sehingga

mereka

itu

mendapat

penxngkatan kualitas individu baik dari pembekalan

nilai-nxlax agama maupun dalam hal kemampuan fraktis.

Sedangkan

napx

laxnnya

yang

kurang

responsif

terhadap

program

me'Teka cenderung kurang memperoleh peningkatan kualitas

individu dalam kedua visi nilai yang ada dalam program di

(4)

I X

proses "pendidikan1^: Pembinaan k«9a™ sebagai suatu

rll„ pendxdikan dan proses sosialisasi nilai-nila^

keagamaan mempersyaratkan suatu mekanisme dan proles yanq"

da,r;kterTs,tiP J

araktenstik nara pidana sebagai sasaran pembinaan

^

**"*

kond^ ^aitkan

eg

Hal

^n'ci^KnT Yan^ di^akan °leb L-ba9a

Pemasyarakl-x«n Lxrebon I. Vang menjadx permasalahan, bagaiamana ddIp

dan proses pembinaan tersebut secara parigdiSatik

serl*

secara konseptual

teoritis apakah hal

tersebut Llah

of"?"?", kSPada paradi9ma yang menekankan padf pane apa '

pendekatan pendxdikan. Sehingga hasil pembinaan 'tersebu

dapat memasyaraktkan kembali para nara pidana pad^

Tlno-kungan msyarakat secara alamiah. P "9

Berdasarkan fokus masaiah tersebut di atas

nene-tiin^v.-r dlktmban^-n kedalam tiga pertanyaan

'penllT-^- P ^ ^

^ssr;jtCir^? 2>- ^"-"ii- reidsiamLarb:gP;

^t

Prn?\

h" Pend°ron5 naPi "ntuk hidup mandiri

-?

oleh parafinapr?Rdirian ^

b*^™*™ Y™*

ditampilkan

riotif araT^t^H dilakukan ««lalui dengan metode

desk-ti? D,S ifi

' ?T°an pendekata" kualitatif

naturalis-ii ;.rJfa

t ^!laka" denQan teknik> wawancara,

observa-si partxsxpatxf dan stui dokumentaobserva-si.

Dxperoleh

temuan

penelitian:

1).

Pembinaan

di

tZtT

1PSr5>'arakatan I Cirebon dilakukan di Salam

tembok

lembaga

pemasyarakatan. Pembinaan

dimulai

dari

narapidana tersebut masuk, lalu di te-im, dT I»«h

Pema=»arfllffltan <-=>*- = ^ ^a-iu ui r.e. ima di Lembaga

remar/arakatan (atas dasar putusan hakim yanc tel^h

pastx)

sampai menjalani program release,

balk

beruoa

pemberxan bersyarat (pre release treatment maupun

p^mbe-rxan pelepasan

bersyarat. 2). Subjek pembinaan adalah

«arga

negara yang

karena sesuatu hal

dlputu^

pidana

hxlang kemerdekaan oleh hakim kemudian mereka Lnjatan

b n;i ;\?r;"?-- peia<~ k ^

of nL*embinaa" atau b^bingan yang diterapkan di

(5)

I l l

rakatan); b. Pembinaart bersifat persuatif, edukatif yaitu berusaha merubah tinc/kah lakunya melalui keteladanan dan memperlakukan adil daantara sesama mereka sehingga meng-gugah hatinya untuk melakukan hal-hal yang terpuji,

menempatkan warga/binaan pemasyarakatan sebagai manusia

yang memiliki potsnsi dan memiliki harga diri dengan

hak-hak dan kewaj ibanyiya yang sama dengan manusia lainnya; c.

Pembinaan berendana, terus menerus dan sistematis; d. Pemeliharaan dan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan dengan tingkat keadaan yang dihadapi pada saat itu; e. Pendekatan individual dan kelompok; f. Dalam rangka menumbuhkan rasa kesungguhan, keikhlasan dan tanggung jawab/dalam melaksanakan tugas serta menanamk^ kesetiaan, ketaatan, dan keteLddanan di dalam

pengabdian-nya terhadap negara, hukum dim masuyarakat, para/petugas

dalam jajaran fpemasyarakatanjperMli memiliki-\kode fr peri

dan

dirumuskan

dalam

bantfdan(eTOS KERJA/

5^

N$

mat

pembinaan, yaitu: a. Pembinaan Mental~, yaXtu: 1)

Memberi-kan pengertian untuk dapat menerima dan menanggapi rasa frustasi dengan wajar, 2) Memperlihatkan perhatian dan

keinginan membantu, 3} Merangsang dan menggugah semangat

narapidana untuk mengembangkan daya cipta, rasa dan

karsanya, 4) Memberikan kepercayaan kepada kesanggipan

narapidana dan menanamkan rasa percaya diri sendiri serta terhadap lingkungannya untuk menghilangkan rasa cemas dan

gelisah dengan menekankan pentingnya agama dalam mencapai kesenangan batin dengan melalui ceramah-ceramah agama,

beribadah sesuai dengan kepercayaannya, membaca dan

mempelajari tafsir Al-Qur'an, ibadah bersama. b.

F'embi-ep*

-ilaku7

m a c a m

n a = ikatan ) dan i- e m o i n a a n : e r a m

-pilar.. 6). Pola hidup mandiri narapidana kecenderungan mengacu kepada nilai-nilai ajaran Islam sebagai berikut; Tauhidullah (mengesakan Allah dalam beri'tikad ucapan dan perbuatan yakni menomorsatukan Allah diatas

segala-gala-nya), Amilussolihat (Melakukan amal soleh dalam kehidu-pannya), Musaawah (melakukan derajat manusia, ia

meman-dang bahwa manusia mempunyai derajat yang sama disisi Allah), Ukhuwah Islamiah (persaudaraan Islam, memandang/memperlakukan orang Islam lainnya seperti kepada saudara kandung sendiri), Ta'awun (sikap

kompeti-tif dalam kebaikan), Takafulul Ijtima (memiliki sikap

tanggung jawab sosial yang tinggi), Tasamuh (memiliki sikap tanggung jawab susila yang tinggi), Istiqomah (kuat mempertahankan prinsip-prinsip yang benar), Tawakal

(6)

X V

Jxhad (sungguh-sungguh dalam memperjuangkan dan

memperta-hankan ajaran Islam),

Ikhlas (tanpa pamrih dalam

melak-sanakan amal kecuali menharap ridho Allah). 7). Pola

SrebCr" r°9+ d±1fk"kan °leh Lemba9a Pemasyarakatan

Sar!b

?iT

pPUH1! a) remb±naan

Kepribadian, yang terdiri

da^ri.

Pembxnaan kesadaran beragama,

(2)

Pembinaan

kesadaran

berbangsa dan bernegara, (3) Pembinaan

kemam

puan

xntelektual,

(4) Pembinaan

kesadaran

hukum,

(5)

Pembxnaan sosial. b)

Pembinaan Kemandirian, yang terdiri

aar (1) keterampxlan untuk mendukung usaha-usaha

man-kin\l

^i"3" tan9an>> <2> keterampilan yang

dikembang-kan sesuax dengan bakatnya, (3) Keterampilan untuk

mendu-knnn "^^^a xndustri, (4) Keterampilan untuk

mendu

kung usaha-usaha xndustri atau pertanian yang menggunakan

teknologx madya atau tekhnologi tinggi

"

dalam k^f^" h^3" kepada:

*•> '

Departemen

Kehakiman

ttltr

T k

2

fa

"9an pene9mban9^n model dan

koordinasi

tin t

r

t

^mprehensif, 2). Untuk Lembaga Pemasyaraka

tan I Cirebon

mengenai teknis operasional program

pembi-Aha?' pyaH9H ^da5ari °leh kaJ±an ilffliah> 3>-

U"tuk

Para

secar. TChihikan'

U2tUk "^kaji

fenomena

pendidikan

l^Z

H

v

1Ua? P3da lapan9an

Y*»S

lain, selain sekolah

(pendidikan umum).

,»„-

Rekomendasi

Penelitian,

diajukan

dalam

upaya,

penmgkatan aspek metodologi dan fokus kajian atau

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR .

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masaiah

B. Fokus Penelitian !!!!!"

C. Tujuan Penelitian ]]]

D. Manfaat Penelitian ...!!!!!!!

E. Tinjauan Pustaka ]]

F. Definisi Operasional ""

BAB II BEBERAPA LANDASAN PENDIDIKAN UMUM, NILAI

KEAGAMAAN DAN KEMANDIRIAN DALAMM PEMBINA

AN NARAPIDANA

A. Konsep Pendidikan Umum

1. Definisi Pendidikan Umum

2. Landasan Filosofis Pendidikan Umum .. 3. Tujuan Pendidikan Umum dan Indikator

Pencapaiannya

B. Narapidana dan Manajemen Pembinaannya ..

1. Konsep Umum Pembinaan Narapidana 2. Tujuan Pembinaan Narapidana

3. Karakteristik Narapidana Pelaku Delik

(8)

C. Nilai-nilai Agama Dalam Pembentukan Ke

mandirian 55

1. Konsep Agama dan Agama Islam 55

2. Masaiah Keimanan Dalam Ajaran Islam 56 3. Nilai-nilai Kemandirian Dalam Islam 59

4. Keyakinan (Iman dan Takwa) Merupakan

Dasar Pembentukan Sikap dan Perilaku

Mandiri „ 52

5. Karakteistik Pola Hidup Mandiri 65

BAB III METODOLOGI, PROSEDUR, DAN TEKNIK PENE

LITIAN 72

A. Metode Penelitian 72

1. Pendekatan Terhadap Masaiah 7

2. Subjek Penelitian . 75

j

-B. Prosedur Penelitian go

1. Pembuatan rencana penelitian 81 2. Pelaksanaan Penelitian 81 3. Pembuatan laporan penelitian 82 C. Teknik Pengumpulan dan Analisa Data ... 82

1. Instrumen penelitian 82

2. Teknik pengumpulan data 83

3. Analisa data g-4

4. Akhir penelitian 84

D. Validitas Hasil Penelitian 85

1. Member check 85

2. Triangulasi 35

3. Audit trail 85

4. Kerahasiaan 86

(9)

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

DAN PEMBAHAS

AN ...

A. Proses dan Pola Pembinaan Keagamaan Nara

pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cirebon

v x x

89

91

1. Pola umum program pembinaan narapidana

91

^. Upaya Yang Dilakukan Oleh Petugas Lem

baga Pemasyarakatan I Cirebon Untuk

Menyusun dan Mengelola Program Pembi

^ naan Yang Cocok Untuk Narapidana no

3. Upaya yang Dilakukan oleh NAPI dan

Pembina dalam Kegiatan Pembinaan ... i-?5

B. Nilai-nilai keislaman yang mendorong Na

rapidana hidup mandiri

C. Profil Kemandirian Narapidana

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pembahasan Pola dan Proses Pembinaan

Narapidana

2. Pembahasan Nilai-nilai"ajaran"Agama

^ Islam D«alam Pembentukan Kemandirian 163 c=. Pembahasan Tentang Pola Hidup Mandiri 173

4. Faktor-Faktor Yang Menghambat Pelaksa

naan Pembxnaan di Dalam sistem Pema

-syarakatan

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMNDASI

A. Kesxmpulan

B. Saran—saran ...

137 145 149 149 181 185 185 192

1. Untuk Departemen Kehakiman

192

2. Untuk Lembaga Pemasyarakatan I Cirebon

193

^. Untuk Para Ahli Pendidikan

193

C Rekomendasi Penelitian

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

BAB I

PEHDAHULUAN

A. Latar Belakang Masaiah

Lembaga

Pemasyarakatan (Lapas)

berperan

penting

dalam

membina kepribadian manusia yang sedang

menjalani

masa

hukuman

karena pelanggaran yang

telah

dibuatnya.

Peranan

lembaga tersebut dipandang

strategis

berkenaan

dengan

semakin

merebaknya kejahatan yang

sudah

barang

tentu menambah penghuni Lembaga Pemasyarakatan.

Berdasarkan data yang telah dilansir oleh media masa, bahwa pada tahun 1991 saja tercatat 194.020 kasus

yang

tersebar di seluruh Indonesia, ini

artinya

setiap

dua menit terjadi sekali kejahatan atau setiap jam terja

di 8 kasus kejahatan.

Jumlah kasus kejahatan tersebut dilakukan oleh pengangguran (30%) para petani dan nelayan (16,23%), oleh

para

pengusaha (13,22%), oleh Para kaum buruh

(11,09%),

oleh para residivis (9,48%), oleh para pelajar dan

maha-siswa (5,22%), para pejabat (0,65%) dan oleh ABRI (0,43%)

dan sisanya dilakukan oleh propesi lain (13,19%).

Sebagian jumlah kasus tersebut, terdapat di Lemba

ga Pemasyarakatan Kelas I Cirebon. Berdasarkan data

yang

(11)

Tercatat pada tahun isq^-iQap

lyyo 1996

.

kasus

pembunuhan

(31%)

«„duduki peringkat pertama disusui dengan ^^ ^°_

kan (22%) dan narkotik (11,5%).

Faktor

penyebabnya

adalah faUr,^

cuaxan raKtor

-b

ekonomi (49%)

faktor ka„buhan

(3n)

dan faRtor e>os.onai (u%> <L8tif"

189V1988 :68> hal tersebut senada ^^ ^ ^ ^

ahU kri„onologi (Si^anjuntak, 1997 :U5) ya„g

menyata-kan bah„a :

-Allai keJahstan ^

^ ^ ^ ^ ^

>erdiri sendiri tetapi berkaitan ^

dengan ^^

***»*

lain, apaka„ bidang ekmomi_ nngkungan ^

Umn,.. Kondisi akono„i b*rPengaruh terhadap

^ ^

toa*a

terbaik untuk melaKan kejahatan

..^^

^^

dengan cara membuat makmur rakv*+axaur rahyat dan mempertinggi nilai-^=~

nilai kebudayaan umum.

Berdasarkan pengarcatan sementara dari 400 narapi

dana ya„g ada di Leabaga PeBasyarakata„ (Lapas) Keias I

Cirebon seban.ak 25, aktif menSiku„ kegiatan keaga.aan

dan Veritas dari .ereka relatif .Mpil hidup „andir.

baik dari segi pengaturan „aktu, disiplin ker;)a> jika

dibanding dengan 75* jarang nengikuti kegiatan

Kajian teoritis .engenai kaitan pembinaan keagaaa

an dengan ke.andirlan, perta„a-ta»a berangkat dari

(12)

fungsi, atau bahkan memerankan sejumlah fungsi. Thomas p<

0 dea, (1992:7-6).

Teori fungsional memandang sumbangan agama

terha-dap masyarakat dan kebudayaan berdasarkan atas karakter

istik pentingnya, yakni transendensi pengalaman

sehari-harinya dalam lingkungan alam (Taloott Parsons). Lebih

lanjut teori fungsional, meBandang agama sebagai pembantu

manusia untuk menyesuaikan diri dengan ketiga fakta,

yaitu; ketidakpastian, ketidakberdayaan. dan kelangkaan

(dana dengan kata lain harus pula menyesuaikan diri

dengan frustasi dan deprivasi). Menurut teori fungsional,

inilah karakteristik esensial kondisi manusia, karena itu

sampai tingkat tertentu tetap ada dise.ua masyarakat.

Agama dalam artian ini dipandang sebagai "mekanisme"

Penyesuaian yang paling dasar terhadap unsur-unsur yang

mengecewakan dan menjatuhkan.

Teori fungsional. menegaskan bahwa agama

mengiden-tifikasikan individu dengan kelompok, menolong individu

dalam ketidakpastian, menghibur ketika dilanda keoewa,

mengaitkannya dengan tujuan-tujuan masyarakat, memperkuat

moral, dan menyediakan unsur-unsur identitas.

Dari uraian di atas, tampak bahwa kaitan agama

denga„ masaiah moral demikian erat. Dilain pihak

morali-tas menjadikan indikasi masaiah kemandirian. Hal senada

(13)

(1993),

bahwa

manusia mandiri

adalah manusia yang me„ilikl

keunggulan dalam kemampuan, berkepribadian sehat dan

bermoral kuat

Masih dalam kaitan dengan arti penting agama dalam

kehidupan, seoara konseptual Zakiah Darajat (1992 : 57)

"enyatakan

"»»»« ^yakinan terhadap agama yang

-enjadi bagian dari unsur-unsur kepribadian itu, akan

-engatur sikap dan tingkah laku bahwa agama merupakan

unsur penting kepribadian yang mengatur sikap dan tingkah

laku seseorang seoara otomatis dari dalam, fungsi dan

Peran agama tersebut dapat memberikan kontribusi yang

oukup besar untuk menghindari sifat-sifat negatif yang

dialami oleh para napi seperti kehilangan kemerdekaan

(Loss of Liberty), kehilangan hubungan seksual (Loss of

Hitero Sexual Relationship), kehilangan rasa aman (Loss

°f Seourity), kehilangan barang dan pelayanan sebagai

-anusia (Loss of Goods and Servioes),

kehilangan untuk

bertindak sendiri (Loss of Outhonomy) (Zarkasi

dkk,

1978:73).

Kemandirian seseorang pada hakekatnya erat

kaitan-nya dengan nilai-nilai religius atau agama yang menjadi

landasan dalam perilaku seseorang. Dilihat dari segi

hasil, kemandirian pada hakekatnya sebagai konsekwensi

dari adanya keyakinan atau iman dan takwa, hal ini

(14)

Aqidah berarti ikatan, kepercayaan atau keyakinan.

Rata ini sering pula digunakan dalam ungkapan-ungkapah

seperti "akad nikah atau akad jual beli", yang berarti

sebagai suatu upacara untuk menjalin ikatan antara dua

pihak dengan ikatan pernikahan atau jual beli. Dengan

demikian, aqidah disini bisa diartikan sebagai "ikatan

antara manusia dengan Tuhan".

Secara fitrah manusia terikat ke luar dirinya, ia

adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup menyendiri, ia

harus berkomunikasi dengan luar dirinya. Diantara ikatan

yang harus melandasi komunikasi ini adalah bahwa ia harus

mempunyai rasa percaya kepada pihak lain. Tanpa ada rasa

percaya ini manusia tidak akan mampu atau berani berbuat

apa-apa.

Kepercayaan bagi manusia merupakan sesuatu yang

sangat esensial, karena dari situ lahirnya ketentraman,

optimisme dan semangat hidup. Tidak mungkin seseorang

dapat bekerja, jika tidak ada kepercayaan pada dirinya

bahwa pekerjaan itu dapat membawanya kepada tujuan yang

ingin dicapanya.

Kepercayaan adalah anggapan bahwa sesuatu itu

benar atau sesuatu yang diakui sebagai benar. Sesuatu

yang dianggap benar itu dapat diperoleh melalui tiga

institusi kebenaran, yaitu melalui ilmu pengetahuan,

(15)

Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang

ber-asal dari pengamatan sab pengalaman empirik yang disusun

secara sistematik untuk mengetahui prinsip-prinsip

ten-tang sesuatu yang dipelajari. Ilmu adalah hasil dari

proses akal untuk memahami kenyataan dan hukum-hukum yang

berlaku dalam alam semesta. Kebenaran ilmu pengetahuan

bersifat nisbi, yaitu sepanjang bisa dibuktikan secara

ilmiah. Dan ini sangat tergantung kepada metode yang

digunakan.

Filsafat mencoba memberikan gambaran tentang

kebenaran. Filsafat adalah usaha manusia dalam kekuatan

akal budinya untuk memahami sesuatu secara mendalam.

Dalam mencari kebenaran, filsafat berpegang kepada

landasan dan pandangan dasar yang digunakannya, yang

masing-masing ahli filsafat memiliki pandangan-pandangan

sendiri. Misalnya materialisme menganggap bahwa sesuatu

yang ada itu adalah materi, lebih jauh lagi menyebutkan

bahwa kebenaran itu bersifat material. Mencari kebenaran

filsafat sangat tergantung kepada para penganjurnya. Oleh

karena itu kebenarannya bersifat nisbi pula.

Suatu kepercayaan yang merupakan implikasi dari

kebenaran yang tinggi adalah agama. Dan aqidah merupakan

dasar-dasar kepercayaan dalam agama yang mengikat sese

orang dengan persoalan-persoalan yang prinsipil dari

(16)

tauhid, yaitu keyakinan bahwa Allah itu esa. Tauhid merupakn aqidah Islam yang menopang seluruh bangunan

ke-Islaman seseorang. Hal itu tidak hanya sebatas keper

cayaan, melainkan keyakinan yang mempengaruhi corak

kehidupannya. Keyakinan mendorong seseorang untuk

konsisten dan berpegang teguh, bahkan sanggup menyerahkan

seganap hidupnya bagi keyakinannya itu.

Kepercayaan tertinggi dalam Islam adalah tauhid

dimana segenap hidup seorang muslim diserahkan kepada

Allah. Penyerahan ini melahirkan ketentraman dan ketenang

an baginya.

Lebih jauh mengenai aqidah ini Hasan Albanna

merumuskan pengertiannya sebagai sesuatu yang mengharus-kan hati membenarmengharus-kannya, membuat jiwa tenang dan tentram

kepada atau bersamanya, dan menjadikan sandaran yang

bersih dari kebimbangan atau keraguan (Al-Banna, 1983).

Dengan memperhatikan arti estimologisnya, Hamka

menjelas-kari, bahwa aqidah berarti mengikatkan hati dan perasan

dengan suatu kepercayaan dan tidak bisa ditukar lagi

dengan yang lain, sehingga jiwa dan raga, fikiran dan

pandangan hidup terikat kuat kepadanya.

Atas dasar pertimbangan yang telah dikemukakan

dalam latar belakang tersebut di atas, dirasakan peran

untuk mengungkap secara detail tentang da»feW^,feg£i^

/,' .;v .-/• ••!,,• -c- a

pembinaan

keagamaan

bagi pembentukan

p*^4^aki^ Wnd^TS>i

(17)

para napi. Itulah sebabnya penelitian ini berkisar pada

masaiah "Pembinaan Keagamaan Terhadap Narapidana Demi

Tercapainya Insan Yang Mandiri" (Studi Kasus di Lembaga

Pemasyarakatan I Cirebon).

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan fenomena yang muncul di LP I Cirebon,

pembinaan keagamaan telah dilakukan dengan cara

menda-tangkan penceramah, peringatan hari besar Islam,

melaksa-nakan sholat Jum'at, bimbingan baca tulis Al-Qur'an, dan

kegiatan keagamaan lainnya.

Mengingat nara pidana merupakan pribadi

bermasa-lah, di lain pihak LP merupakan lembaga yang berupaya

mengembalikan kepada potensi dan kodrat manusiawi yang hakiki, yaitu manusia yang benar sesuai dengan norma

kemasyarakatan maupun norma agama. Hal ini memberi

im-plikasi bahwa berbagai upaya layanan yang telah dirancang

oleh LP merupakan layanan terhadap individu yang

bermasa-lah. Dengan demikian, dilihat dari sisi individu yang

bermasalah pada awalnya berbagai program LP, termasuk pembinaan keagamaan merupakan sesuatu yang diwajibkan

(keharusan) bagi setiap penghuni LP. Namun yang paling

penting, bagaimana upaya tersebut berubah menjadi suatu

kebutuhan bagi para nara pidana, hal ini menyangkut

(18)

Fenomena menarik yang timbul di LP, bahwa beberapa

layanan latihan keterampilan yang diperuntukan bagi para

napi telah lama diselenggarakan. Dengan mengikuti latihan

keterampilan, hasil pengamatan sementara beberapa napi

oenderung dapat hidup mandiri.

Indikasinya

terlihat

mereka mampu memperbaiki mesin, menjahit pakaian,

dan

bercocok tanam dengan balk dan penuh ketekunan.

Kemandirian di sini mengacu kepada konsep yang

dikemukakan Nana Shaodih Sukmadinata, (1993:8-9), bahwa

seorang yang mandiri memiliki kebebasan (freedom)

dalam

berfikir dan berbuat, tetapl ia juga memiliki rasa

tang-gungjawab

(responsibility) atas segala hasil pemikiran

dan perbuatannya.

Dari dua sisi aktivitas yakni kegiatan keagamaan

dan keterampilan yang sudah lama berlangsung di LP I

Cirebon, ternyata mendapat perhatian berbeda dari napi

yang satu dengan yang lainnya. Ada yang serius dalam

mengikuti program yang dilaksanakan LP, sehingga mereka

mengalami peningkatan kualitas individu baik dari

pembe-kalan nilai-nilai agama maupun dalam hal kemampuan

prak-tek keterampilan. Sedangkan napi lainnya yang kurang

responsif terhadap program mereka cenderung tidak mengala

mi peningkatan kualitas individu dalam kedua visi nilai

(19)

m

Oleh karenanya, diajukan hipotesis bahwa para napi

yang antusias dalam mengikuti program pembinaan ada

kecenderungan

hidupnya

lebih mandiri dari

pada

mereka

yang

acuh

tak

acuh terhadap kegiatan.

Dan

napi

yang

mandiri dalam hal bekerja atau berlatih kemampuan-kemam-puan keterampilan adalah mereka yang telaten dan serius

dalam mengikuti kegiatan keagamaan.

Namun demikian, pembinaan keagamaan sebagai suatu proses pendidikan dan proses sosialisasi nilai keagamaan

memerlukan

mekanisme dan proses yang

dapat

menciptakan

iklim kondusif dikaitkan dengan karakteristik nara pidana

sebagai

sasaran

pembinaan.

Hal

ini,

tampaknya

telah

diupayakan oleh LP Cirebon I. Yang menjadi

permasalahan,

bagaimana pola dan proses pembinaan tersebut secara

paradigmatik, dan teoritis mengacu kepada paradigma

yang

menekankan

penerapan

pendekatan

pendidikan.

Sehingga

hasil pembinaan dapat mengembalikan para nara pidana pada

lingkungan msyarakat secara alamiah.

Dari rumusan permasalahan, diidentifikasi pokok

permasalahan berikut: Terdapat kesenjangan proses dan

hasil pembinaan yang diselenggarakan LP Cirebon I,

dili-hat dari keterlibatan nara pidana dalam program pembinaan

keagamaan

cenderung

rendah, sedangkan napi

yang

raj in

mengikuti

pembinaan

keagamaan

ini

relatif

dapat

(20)

11

Berdasarkan fokus masaiah di atas, penelitian ini dikembangkan kedalam tiga pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimanakah pola dan proses pembinaan keagamaan yang

dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan I Cirebon ?

2. Nilai-nilai keislaman apakah yang menjadi faktor

pendorong napi untuk hidup mandiri ?

3. Profil kemandirian yang bagaimanakah yang ditampilkan

oleh para nara pidana dalam berfikir, bekerja maupun

berusaha mengikuti berbagai kegiatan atau program

pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan I Cirebon ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pola dan proses sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai agama yang melandasi perilaku mandiri para napi, oleh karena itu aspek yang diungkap, meliputi; keberadaan

aktivitas pembinaan, nilai-nilai agama yang potensial

menjadi faktor pendorong dan profil kemandirian pada para

napi di Lembaga Pemasyarakatan I Cirebon.

Tujuan di atas mengandung makna bahwa konteks atau

setting penelitian di lembaga pemasyarakatan memiliki

dimensi kontekstual yang kompleks. Lingkungan sosial atau kehidupan para napi yang memiliki karakteristik hetero-gen, dan lingkungan lembaga yang kecenderungan memiliki

(21)

12

Hal ini memberi pengaruh terhadap proses

sosialis-asi dan internalisasi nilai-nilai agama dalam membentuk

perilaku mandiri para narapidana. Di samping

aspek-aspek

internal dari pembina dan narapidana itu sendiri.

Keter-kaitan berbagai aspek tersebut secara paradigmatis

dapat

[image:21.595.52.530.64.731.2]

dilihat pada fishbone diagram di bawah ini.

GAMBAR 1

FISH BONE DIAGRAM

PEMBINA J

i mtcraksi

Psmbina &Napl'

2 Ptnguasaan Mat«rlN

dan Mtthodologl

1 TataT«rOb Napl

s«eara tertulls

(ESka P«rgaulan) 2 Tan Tartib Napi

sscara Konv«n-slonal ATURAN KELEMBAGAAN LP 1 Psngetahuan Ajaran Islam

2 Sikap terhadap

Ajaran Islam

3 ParUaku dalam

menja-lenkan AjaranIslam

1 Cera P»nataan Gedung

2 Pariangkepan Prektek

3 Sarana Membaca/

bacaan dan sarana Ibadah

PENATAAN SITUASI

FISIK LP

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan dari penelitian ini memberikan manfaat,

bagi

pola

dan proses pembinaan keagamaan para

napi

di

Lembaga Pemasyarakatan. Secara teoritis dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berharga bagi

pen-gembangan kerangka teori pola pembinaan keagamaan di

Lumbatfu Pumuuyui-ukulun I Cirebon, artinya teori apa

saja

(22)

13

diharapkan dapat ditemukan kerangka operasional yang

dapat menjadi rujukan dalam penyelenggaraan pembinaan

keagamaan di lembaga tersebut yang lebih bermakna.

Disamping itu penelitian ini diharapkan mampu

memberikan masukan bagi pengayaan hasil-hasil penelitian

terdahulu yang dilaksanakan di lingkungan LP (Lembaga Pemasyarakatan) serta memberikan peluang kepada peneliti yang lainnya untuk semakin memperdalam persoalan yang

sama dalam visi kajian yang berbeda.

E. Tinjauan Pustaka

Pembinaan keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan I

Cirebon, hakekatnya merupakan bagian dari pembinaan

kemasyarakatan, oleh karenanya tidak dapat dipisahkan

dari masyarakat, karena napi selain sebagai anggota

individu juga sebagai anggota masyarakat, dimana hak dan

kewajibannya sama dengan masyarakat biasanya. (Syafii :

1995:35). Pembinaan keagamaan merupakan salah satu faktor

terpenting dalam proses pembinaan narapidana, karena

setiap narapidana apabila telah meresap rasa keagamaannya

tidak akan melakukan lagi kejahatan.

Permasalahan ini timbul karena tidak terlepas dari

hakekat manusia itu sendiri, manusia merupakan mahluk

biologis, psikologis dan sebagai mahluk sosiologis dis

(23)

14

Manusia yang sehat mentalnya dapat diartikan

sebagai suatu keadaan sejahtera baik fisik maupun mental

sosialnya,

juga bebas dari penyakit dan kelemahan.

Bagi

seorang muslim istilah sehat adalah mencakup kehidupan di

dunia dan di akhirat.

Manusia di ciptakan oleh Allah sebagai mahluk yang

lemah, sebab diliputi perasaan cemas, gelisah dan

keti-dakpuasan, kecemasan, kegelisahan serta ketidakpuasan

seseorang adalah penghambat dalam mewujudkan kehidupannya

yang dinamis dan sejahtera, semua itu dapat menimbulkan

berbagai penyakit yang sukar diobati secara medis, karena

telah mengkristal di dalam dadanya. Potensi ini sesuai

dengan firman Allah SWT, dalam Surat Al- Ma'arif ayat 19 - 23 yang berbunyi : "Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah dan kikir, dan apabila ditimpa

musibah ia mengeluh dan apabila mendapat kesenangan ia

lupa (kikir), kecuali orang-orang yang mengerjakan

sho-lat, yang mereka tetap mengerjakan sholatnya.

Apabila manusia beriman dan bertaqwa yang

diama-natkan GBHN dan USPN, direalisasikan dengan baik, maka

sejalan dengan moralitas dan intelektualitas yang diduga

menjadi gejala dalam pembangunan nasional akan dapat

terealisasi kearah yang lebih baik, sebab keimanan dan

ketaqwaan seseorang dapat mengayomi dan menjadi perisai

(24)

Agama islam berfungsi sebagai pandangan hidup (Way

of Life), bersifat dinamis serta mencakup segala aspek kehidupan> Kriteria manusia yang memiliki iman dan taqwa

adalah manusia yang mampu memandang segala sesuatu dengan

penuh kebijakan, baik berperilaku sebagai individu,

sebagai anggota suatu komunitas masyarakat, atau sebagai

khalifah fil ardhi. Manusia yang beriman dan bertaqwapun

akan mampu menjadi sosok manusia yang sadar akan kenya

taan dalam hidupnya serta mampu melakukan hubungan baik

secara vertikal dengan Allah SWT, mampu secara horizontal

dengan sesama manusia (Mardiatmadja, 1990 : 19).

Pembinaan keagamaan menekankan pendidikan keimanan

dan ketaqwaan, merupakan "sentral" dalam pendidikan

nilai. Dengan demikian pendidikan nilai keimanan dan

ketaqwaan merupakan dimensi yang sangat penting dari

pendidikan secara umum. Yang mencakup pada pelestarian

pengembangan nilai-nilai. Sebagaimana Kosasih Djahiri,

(1992:2) berpendapat bahwa: nilai logik, etik dan estetik

3alah satunya bersumber dari agama, disamping ilmu penge

tahuan dan ipoleksosbudhankam. Selain itu dalam pandangan

dunia makna yang dikemukakan oleh PH.Phenix (1957:7)

konteks nilai yang lahir dari agama termasuk pada dunia

ilmu sinoptik. Phenix berpendapat, agama berkenaan dengan

makna-makna yang mutlak (ultimate meaning) yang

(25)

16

F. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pembinaan; merupakan salah satu fungsi manajemen,

yaitu upaya pengendalian profesional terhadap semua

unsur organisasi/program agar unsur tersebut berfungsi

sebagaimana mestinya, sehingga rencana untuk mencapai

tujuan dapat terlaksana atau tercapai secara efektif

dan efisien. (Hersey dan Blanchard, 1982:3). Secara

operasional, Djudju Sudjana (1992:38) menyatakan;

pembinaan memiliki dua sub-fungsi, yaitu pengawasan

dan supervisi. Prinsip dasar supervisi ini bimbingan

dan kerjasama maka pembinaan ini cenderung memiliki

makna upaya pembelajaran dalam makna yang luas. Dapat ditegaskan bahwa pembinaan dalam penelitian ini,

dilihat dari segi proses yang bermakna pembelajaran.

2. Pendidikan umum; membekali individu dengan pengeta

huan, keterampilan, kemampuan, dan sikap secara

inte-gratif agar dapat dipergunakan untuk menjalani hidup

yang utuh, baik selaku individu, anggota keluarga,

anggota masyarakat, maupun selaku warga negara.

4. Narapidana; adalah orang yang secara resmi telah

dinyatakan bersalah oleh hakim karena telah melanggar

ketentuan pidana sebagaimana dalam undang-undang.

(26)

mengikat seseorang dengan persoalan yang prinsipil

dari agama itu. Kepercayaan tertinggi dalam Islam

adalah tauhid dimana segenap hidup seorang muslim

diserahkan kepada Allah. Penyerahan ini melahirkan

ketentraman dan ketenangan baginya.

6. Kemandirian; merupakan salah satu ciri dari

kedewa-saan. Orang yang mandiri memiliki kemauan dan kemam

puan usaha untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya

secara sah, wajar dan bertanggung jawab. Namun ini

tidak berarti bahwa orang mandiri lepas dari bantuan

orang lain, tidak identik dengan orang yang memiliki

sikap individualistik. Orang yang mandiri adalah orang yang hidup ditengah-tengah masyarakat sekitarnya,

namun memiliki tanggung jawab untuk memenuhi tuntutan

kebutuhan hidupnya secara wajar. Karena itu mandiri

mempunyai makna tanggung jawab, tidak menyita hak-hak

orang lain, mampu mememnuhi tuntutan kebutuhan pokok

(27)

BAB III

METODOLOGI, PROSEDUR, DAN TEKNIK PENELITIAN

Metodologi penelitian pada hakekatnya pembahasan metode yang diterapkan dalam proses penelitian. Secara teknis operasional, metodologi menunjukkan prosedur dan teknik. Prosedur berkenaan dengan tahapan-tahapan peneli tian, sedangkan teknik menitik beratkan pada cara-cara pengumpulan data, pemilihan kasus, dan analisa data. Dapat ditegaskan metodologi, prosedur, dan teknik peneli tian merupakan suatu kesatuan dan menjadi persyaratan penting untuk dapat memberikan arahan yang cermat dan teliti dalam keseluruhan pelaksanaan penelitian.

A. Metode Penelitian

1. Pendekatan terhadap Masaiah

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pola

dan proses sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai

agama yang melandasi perilaku mandiri para napi, oleh karena itu permasalahan pokok yang akan diungkap sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan pada sub pokok bahasan terdahulu yang berkenaan dengan kebera-daan aktivitas pembinaan, nilai-nilai agama yang

poten-sial menjadi faktor pendorong dan profil kemandirian pada

para napi di Lembaga Pemasyarakatan I Cirebon.

(28)

75

Dengan demikian, penelitian menyentuh kealamiahan sumber data yang bersifat menyeluruh dari kehidupan nara pidana di LP. Sekaitan dengan ini, Lexy J. Moleong (1991:91) mengingatkan, penelitian dalam pandangan fenomenologis

berusaha untuk memahami arti peristiwa dan kaitannya

terhadap orang-orang dalam situasi tertentu.

Mencermati kondisi permasalahan tersebut dan untuk mencapai tujuan penelitian, maka pendekatan yang dipan-dang relevan adalah pendekatan kualitatif. Alasannya

adalah berdasarkan pertimbangan berikut.

a. Berkenaan dengan sifat masaiah yang ditelititi

Penelitian ini bertitiktolak dari suatu gejala

sosialisasi dan transformasi nilai-nilai keagamaan di

lembaga pemasyarakat. Permasalahan pokok berangkat dari asumsi dan realitas bahwa perilaku mandiri atau kemandi rian para narapidana merupakan kunci keberhasilan para lembaga pemasyarakat. Dilain pihak karakteristik narapi dana sangat beragam, dengan latar belakang kasus kejaha tan dan kondisi kesehatan jiwa yang rusak, hal ini memp ersyaratkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku para narapidana yang mengacu kepada perilaku kemandirian, untuk bisa hidup dan diterima oleh masyarakat kelak.

Mengingat perubahan sikap dan perilaku merupakan masaiah

pendidikan, maka proses pembinaan diasumsikan menjadi

(29)

Untuk memahami perilaku seperti digambarkan di atas, peneliti bermaksud melakukan kajian secara mendalam mengenai profil perilaku mandiri dan pola pembinaannya.

Dengan

demikian,

perilaku mandiri narapidana

dan

pola

pembinaan

pada lembaga pemasyarakatan I Cirebon,

dapat

ditangkap

dari

berbagai

sisi

yang

menjadikan

kajian

semakin luas, dalam, dan menyeluruh.

Pendekatan kualitatif diasumsikan membantu peneli

ti

dalam

mencari dan menemukan

konsep

atau

proposisi

bahkan

teori

berdasarkan pada data

(grounded

theory).

Pendekatan grounded yang induktif mengandung pembaharuan

dan terstruktur lebih longgar dalam menjaring data, yaitu

penyusunan teori substantif yang berakar pada data (Abdul

Syukur Ibrahim dan Machrus Syamsuddin, 1985:15).

b. Pengetahuan Mengenai Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di lapangan kehi

dupan

narapidana

di

lembaga

pemasyarakatan,

sebagai

tempat belajar (sosialisasi) dan tempat tinggal. sumber

informasi atau responden adalah; para narapidana dengan kriteria dipandang telah menunjukan kondisi perilaku

mandiri.

Dalam rangka menguji validasi data sumber infor

masi diklasifikasi menjadi; narapidana, pengelola atau

Pimpinan dan staf lembaga pemasyarakatan, dan nara sumber

(30)

narapi-dana.

Dalam

hal ini, peneliti

akan

berhadapan

dengan

beberapa

aspek perilaku mandiri narapidana yang

diamati

dan

diwawancarai

dari aspek sifat-sifatnya

dan

proses

pembinaannya.

2. Subjek Penelitian

Di dalam suatu penelitian, subjek peneliti merupa

kan sesuatu yang kedudukannya sangat sentral karena

pada

subjek itulah terdapat variabel penelitian (dalam peneli

tian kualitatif disebut sistem pola yang diamati).

Kete-patan

memilih subjek penelitian menentukan

hasil

karya

yang mengandung kebenaran ilmiah dan secara konsepsional

dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga, hasil penelitian dapat terhindar dari error bila subjek penelitian diambil

secara cermat yang didasari pemikiran ilmiah.

Dalam penelitian ini subjeknya ialah narapidana

di

lingkungan

lembaga

pemasyarakatan.

Sedangkan

yang

menjadi objek ialah peristiwanya (event) yang dalam hal

ini ialah perilaku mandiri narapidana dan pola dan proses

pembinaannya. Subjek penelitian dibagi menjadi dua

kate-gori, yakni sumber informasi dan informan.

Narapidana sebagai sumber informasi atau responden

adalah orang yang menjadi kasus penelitian yang memberi

kan

data utama tentang diri sendiri dan

latar

belakang

kehidupannya. Sumber informasi ialah orang yang

(31)

Informan adalah pimpinan dan staf lembaga serta

narapidana lainnya. Informan inilah yang memberikan data

pelengkap tentang identitas kehidupan kasus, yaitu orang

yang menceritakan orang lain (menceritakan kehidupan kasus). Lexy J. Moleong (1991 : 90) menyebutkan bahwa :

"informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang

penelitian". Di samping itu ditegaskan juga bahwa

"pe-manfaatan informan bagi peneliti adalah agar dalam waktu

yang relatif singkat, banyak informasi yang terjangkau,

jadi sebagai internal sampling, karena informan diman

faatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau

memband-ingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek

lainnya".

Menyadari pentingnya kedudukan subjek penelitian

untuk memberikan jaminan terhadap hasil penelitian ini,

maka dalam uraian berikut disajikan proses penelusuran

sumber informasi dan kriteria persyaratannya.

a. Su»ber informasi

Sebagaimana dikemukakan, sumber informasi atau

responden ialah orang yang menjadi kasus penelitian, yaitu orang yang menceritakan tentang dirinya sendiri sehingga diperoleh data utama tentang diri dan latar

(32)

Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1990 : 374)

peneliti dari San Fransisco State University, menyatakan

bahwa sampling dalam studi-studi observasi pada Qualita

tive Research, memungkinkan bagi para peneliti untuk

menyeleksi sample purposif. Sampel yang dicari sudah

jelas dan dipilih yang itu saja. Sehingga, perihal yang

diobservasi sudah terarah dan itulah yang dipilih.

Subjek penelitian ini ialah manusia, sedangkan objeknya adalah event atau peristiwanya, yaitu perilaku

mandiri narapidana dan proses pembinaannya.

Menurut Earl Babbie, ada dua tingkatan sampling studi observer dalam penelitian kualitatif. Pertama,

apakah sampel yang dapat diambil memiliki situasi yang

serupa itu. Misalnya, apabila satu buah kelas observasi, maka kelas yang lain sudah diwakili. Kedua, apakah obser

vasi yang dilakukan oleh peneliti itu mewakili seluruh

kemungkinan observasi dapat dilakukan. Maksudnya, dari

sebagian komponen yang diobservasi itu dapat mengerti

seluruh komponen yang ada.

Pemilihan sumber informasi dilakukan secara purpo

sif, yaitu penetapan sampel berdasarkan tujuan tertentu.

Tegasnya sampel-sampel penelitian kualitatif cenderung

menjadi lebih purposif dari pada acak (Miles dan

(33)

Lincoln

dan

Guba (dalam Sanafiah Faisal)

menye

butkan bahwa dalam proses pengumpulan data tentang suatu

topik, bila variasi informasi tak muncul atau ditemukan

lagi, maka peneliti tak perlu lagi melanjutkannya dengan mencari informasi atau sampel baru, artinya jumlah sampel atau sumber informasi bisa sangat sedikit atau beberapa

orang saja, tetapi bisa juga sangat banyak. Hal ini

sangat tergantung dari pemilihan sumber informasi dan

keragaman fenomena yang diteliti.

Dalam pemilihan kasus yang diteliti, Miles dan

Huberman (1992 : 30) menegaskan bahwa istilah kasus

dengan kata situs, sebagai berikut.

Perlu dicatat kami menggunakan kata "situs" dalam

pengertian yang sama dengan kata "kasus". Kedua-duanya

mengacu pada fenomena yang sama; yaitu suatu konteks

terbatas, dimana seseorang mengkaji

peristiwa-peristi-wa, proses dan hasilnya. Perlu ditegaskan pula bahwa

suatu "kasus" dapat mencakup lingkup latar yang luas,

sebuah sekolah, sebuah program, sebuah proyek

khusus',

suatu jaringan, suatu komunitas, dan bahkan perilaku seseorang individu sepanjang waktu dalam suatu ling kungan yang khusus. Kata "situs" dipilih disini karena

hal itu mengingatkan pada kami bahwa suatu "kasus"

senantiasa terjadi dalam latar yang khusus, sementara kita tidak dapat mengkaji "kasus-kasus" individual

tanpa sama sekali mengaitkannya dengan cara memandang

yang sering dilakukan oleh peneliti kualitatif.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dalam pemi

lihan kasus penelitian ini yang menjadi kasusnya ialah narapidana, sedangkan yang merupakan lingkup latarnya

(34)

proses pembinaan narapidana. b. Kriteria kasus penelitian

Dalam rangka memilih kasus penelitian, maka seper

ti

yang

telah digariskan

terdahulu

bahwa

penelusuran

kasus

dilakukan

melalui wawancara kepada

informan

dan

kemudian

dilanjutkan

dengan wawancara

terhadap

setiap

calon kasus sehingga ditemukan kasus atau sumber informa si yang memenuhi kriteria persyaratan, sebagai berikut :

1) Memiliki data identitas warga yang tercatat di lembaga

pemasyarakatan I Cirebon.

2) Tercatat

sebagai narapidana dengan kondite baik,

dan

mengacu kepada pola hidup mandiri.

3) Usaha warga tidak terbatas pada golongan usia

produk-tif kerja, tetapi semua golongan masih dapat berusaha (Diadaftasikan dari Malcolm S. Knowles, 1980 : 24).

Kasus-kasus penelitian yang berindikasi seperti

dipersyaratkan

tersebut merupakan sumber informasi

atau

responden yang diwawancarai secara mendalam untuk member! kan jawaban terhadap fokus masaiah penelitian J.

Vreden-bregt (1978 : 38) menegaskan bahwa :

Sifat khas dari :case study" adalah suatu pendeka

tan yang bertujuan untuk memepertahankan keutuhan

(wholeness) dari objek, artinya data yang

dikumpulkan

dalam rangka "studi kasus", dipelajari sebagai suatu

keseluruhan yang terintegrasi. Tujuannya adalah

untuk

memperkembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai

objek yang bersangkutan, yang berarti bahwa studi

kasus

harus disifatkan sebagai suatu penelitian

yang

(35)

Mendasari pemikiran di atas, maka wawancara dan

pengamatan serta teknik lainnya adalah untuk mendalami

keutuhan objek penelitian ini yaitu perilaku mandiri

narapidana dan pola pembinaannya.

B. Prosedur Penelitian

Sebagaimana dijelaskan pada bagian awal penulisan

bab III ini, bahwa prosedur penelitian merupakan unsur penting dari metodologi yang membahas langkah-langkah di dalam suatu proses penelitian. Suharsimi Arikunto (1992 : 14-15) mengisyaratkan sebelas langkah prosedur penelitian yang harus dilalui, adalah :

(1) meroilih masaiah, (2) Studi pendahuluan, (3)

Merumuskan masaiah, (4) Merumuskan anggaran dasar

(4a) Merumuskan hipotesis, (5) Memilih pendekatan, (6)

Menentukan variabel dan sumber data, (7) Menentukan

dan

menyusun

instrumen, (8) Mengumpulkan

data,

(9)

Analisa data, (10) Menarik kesimpulan dan (11) Menulis laporan.

Menyimak prosedur penelitian tersebut, ternyata menunjukkan unsur yang utuh dan sistematis dalam proses

penelitian. Modifikasi prosedur penelitian dari

kuantita-tif menjadi kualitakuantita-tif, sepuluh langkah yang telah

dimo-dofikasi,

diklasifikasikan menjadi tiga

langkah

pokok,

yaitu : 1) Pembuatan rancangan penelitian, 2) Pelaksanaan

penelitian, dan 3) Pembuatan laporan penelitian.

Adapun ketiga prosedur pokok dan komponennya dalam

(36)

B.v

1. Penbuatan rencana penelitian

'Pada tahap ini, peneliti melakukan

persiapan-persiapan yang meliputi : memilih masaiah, studi

pendahu-luan, merumuskan fokus masaiah, memilihpendekatan, menen

tukan sistem pola yang diamati dan sumber data. Sebagai

mana layaknya suatu penelitian ilmiah, pada tahap ini

peneliti menyusun desain penelitian untuk kemudian

dikon-sultasikan kepada para pakar di bidang pendidikan,

teru-tama mengenai penting dan aktualnya masaiah yang dipilih

yang dalam hal ini menyoroti perilaku mandiri narapidana

dan proses pembinaannya.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pada langkah ini, peneliti melakukan kegiatan yang

meliputi: menentukan dan menyusun kembali instrumen,

mengumpulkan data, analisa data, dan membuat kesimpulan

temuan peneliti. Dalam konteks penelitian kualitatif

beberapa aspek kegiatan dalam pelaksanaan dikerjakan

sebelum dan selama penelitian berlangsung. Misalnya,

pembuatan instrumen baik berupa pedoman observasi, wawan

cara maupun pedoman untuk studi dokumen.

Tetapi yang prinsip dalam penelitian ini bahwa

instrumen penelitian ialah peneliti sendiri (human in

strument), sedangkan pedoman observasi dan wawancara

hanya memuat pertanyaan kunci untuk membuka masaiah

(37)

karak-84

teristik narapidana, perilaku mandiri narapidana dan

pembinaannya, serta penelusuran nilai-nilai agama islam

yang disosialisasikan.

3. Pembuatan laporan penelitian

Langkah ini merupakan puncak kegiatan penelitian

yaitu dilakukan setelah penelitian lapangan berakhir, sekalipun laporan ini telah dimulai dalam proses peneli

tian berlangsung, seperti pembuatan analisa data. Penuli

san laporan dalam penelitian ini menjurus kepada penuli

san tesis sebagai suatu karya ilmiah.

Pengorganisasian penulisan laporan penelitian ini

dituangkan ke dalam lima bab, yaitu bab pendahuluan,

tinjauan kepustakaan, metodologi, hasil penelitian,

pembahasan hasil penelitian, kesimpulan dan saran.

C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Pada bagian ini disajikan pemikiran teknis peneli tian mengenai instrumen, teknik pengumpulan data, analisa

data, dan batas akhir penelitian.

1. Instrumen penelitian

Dalam upaya menemukan fakta dan data secara

alami-ah peneliti langsung berperan sebagai intsrument peneli tian. Artinya, peneliti secara langsung berinteraksi

(38)

65

mengamati situasi sosial serta informasi yang tersedia

dalam dokumen.

Dalam kaitannya dengan fokus penelitian, peneliti

membekali diri dengan pedoman wawancara yaitu profil

perilaku manidir dan pola pembinaannya, serta nilai-nilai

mandiri. Pedoman wawancara dimaksud merupakan

pertanyaan-pertanyaan kunci untuk membuka pemikiran kasus dalam

mengungkapkan pengalaman hidup dan belajar. Hal ini

berarti, bahwa selain pedoman wawancara (terlampir)

masih terbuka kesempatan peneliti untuk meminta

penjela-san sekitar mendalami ungkapan-ungkapan kasus atau sumber

informasi.

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah wawancara yang mendalam (indepth interview) dengan

responden dan melakukan pengamatan langsung (participant

observation) terhadap situasi sosial di lapangan baik di

rumah, ditempat kerja, maupun di berbagai tempat kegiatan

lainnya, dan melakukan kajian dokumen. Selama pengamatan,

peneliti sepenuhnya melebur dalam kegiatan-kegiatan

tersebut, dan bertindak sebagai pembinaan atau da'i tetap

di lembaga pemasyarakatan I Cirebon.

Alat yang dipergunakan dalam wawancara, pengamatan

dan kajian dokumen adalah lembar isian, pedoman wawan

(39)

86

3. Analisis data

Data yang dikumpulkan pada setiap pertemuan lang

sung di analisa. Miles dan Huberman (1992 : 16)

berpan-dangan bahwa analisa terdiri dari tiga alur kegiatan yang

terjadi secara bersama yaitu : reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Meliputi

pembuatan pedoman analisis data dan analisis yang berkai

tan dengan konsep dan teori dalam pembahasan.

Dari hasil analisis inilah peneliti pada akhirnya

dapat memberikan jawaban pertanyaan penelitian yang

diajukan, sehingga menjadi suatu kesimpulan penelitian.

4. Akhir penelitian

Penelitian ini dilakukan 8 bulan, mengingat penelu

suran kasus amat beragam karakteristiknya serta cakupan

wilayah usaha yang luas. Walaupun demikian penelitian ini

dibatasi sesuai dengan tujuan penelitian berikut:

a) Menemukan kasus dengan berbagai karakteristiknya.

b) Menemukan gambaran profil perilaku mandiri narapidana

dalam mengikuti berbagai kegiatan di lembaga pemasya

rakatan.

c) Memperoleh kejelasan tentang pola pembinnaan nilai

kemandirian narapidana dengan berbagai permasalahan

dan potensinya.

d) Memperoleh gambaran tentang niali-nilai islam yang

(40)

87

D. Validitas Hasil Penelitian

Untuk

mempertahankan

kebenaran

informasi

yang

diperoleh

selama

penelitian berlangsung,

ada

beberapa

kegiatan yang peneliti lakukan, kegiatan itu meliputi :

1. Member check

Hasil laporan yang dituangkan dalam bentuk laporan

lapangan

diperlihatkan

kepada sumber

informasi

untuk

dibaca

dan diperiksa kebenarannya, apakah sesuai

dengan

yang dikatakannya ketika peneliti mengadakan wawancara.

2. Triangulasi

Untuk membuktikan kebenaran informasi yang dipero

leh,

cara yang ditempuh melalui

triangulasi,

maksudnya

data yang diberikan oleh seorang responden diperiksa lagi

kebenarannya

kepada responden lainnya

sampai

diperoleh

informasi

tentang

data yang

diberikan

oleh

responden

sebelumnya, agar dapat memverifikasi atau

mengkonformasi

informasi.

Ini dilakukan terhadap 3 pihak

sumber

data,

yaitu napi, pembina dan petugas LP.

3. Audit trail

Untuk membuktikan kebenaran data yang dilaporkan

dalam penelitian ini, maka setiap informasi yang

dipero

leh

dicantumkan

dalam

suatu

bentuk

laporan

lapangan

(41)

4. Kerahasiaan

Guna menjamin kerahasiaan, maka semua informasi

yang diberikan oleh responden, diupayakan hanya. diketahui oleh peneliti. Data/informasi yang diberikan responden yang satu tidak diperlihatkan kepada responden lainnya.

Kerahasiaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini lebih bersifat pribadi. Artinya hal yang menyangkut masaiah pribadi responden dan terungkapkan melalui pene

litian ini, hanya diketahui oleh peneliti. Sedangkan kerahasiaan sosial dan perusahaan tidak dipersoalkan, artinyaaspke-aspek sosial kemasyarakat yang berkaitan

dengan responden maupun perusahaan dapat dan bahkan biasa

(42)

BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMNDASI

A. Kesimpulan

1. Pendidikan umum merupakan program pendidikan yang

berupaya membekali individu dengan pengetahuan, keter

ampilan, kemampuan, dan sikap secara integratif agar

dapat dipergunakan oleh individu untuk menjalani hidup

yang utuh, baik selaku individu, anggota keluarga,

anggota masyarakat, maupun selaku warga negara.

2. Landasan filosofis pada kurikulum pendidikan umum

jangkauan dan isinya amat luas (integral), yang

uru-tannya disesuaikan berdasarkan pertimbangan yang

fundamental pada human nature dan pengetahuan ini

mensyaratkan pemetaan bidang-bidang makna.

3. Materi pokok yang dijadikan sebagai bahan untuk melak sanakan pendidikan umum adalah materi yang berasal

dari bidang-bidang ilmu luas cakupannya, yakni yang

mengarah pada pengembangan keterampilan, kemampuan,

sikap dan nilai-nilai yang dapat dipergunakannya

secara lebih efektif untuk mengatasi persoalan pribadi

dan persoalan sosial yang terdapat dalam kehidupannya.

(43)

1.7B

4. Pendekatan yang dipergunakan dalam pendidikan umum

bertumpu pada pendekatan bidang pengetahuan dasar, pendekatan disiplin 'mental, pendekatan minat dan

kebutuhan mahasiswa, serta pendekatan seni yang bebas

(1iberal art).

5. Objek pendidikan umum menjurus pada pemenuhan kehidu

pan manusia melalui perluasan, penajaman, dan

pendala-man makna. Tujuannya adalah untuk mengembangkan manu

sia seutuhnya, yang terindikasikan dari kompetensi

dasar pendidikan umum yang harus dikembangkan pada

diri setiap manusia. Manusia yang utuh berdasarkan

enam bidang makna yang diketengahkan oleh Phenix,

haruslah memiliki keterampilan dalam menggunakan

simbol-simbol, ujaran, dan isyarat, dapat menciptakan

dan mengapresiasi objek-objek estetik yang bermakna,

diberkahi dengan kekayaan dan disiplin kehidupan dalam

kaitannya dengan dirinya serta orang lain, dapat

mengambil keputusan secara bijaksana dan

mempertim-bangkan kebenaran serta kesalahan dan memiliki suatu

pandangan yang integral (Phenix, 1964 : 8).

6. Tujuan utama dari pendidikan umum dapat diarahkan untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan dan

(44)

1/9

tidak dapat diabaikan adalah mempertebal keimanan dan

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, . memberikan

bekal pengetahuan yang luas dan menyeluruh,

membang-kitkan kesadaran nasional yang tinggi, membina moral

yang berazaskan Panacasila, memupuk tanggung jawab

selaku individu, anggota keluarga, warga masyarakat,

dan warga negara.

7. Indikator pencapaian tujuan pendidikan umum yang

merujuk pada pembentukan manusia utuh. Dalam konteks

pendidikan secara luas, tujuan pendidikan umum dapat

dikatakan tercapai apabila output yang dihasi1kannya

memiliki indikator karakteristik yang dijabarkan dari

dimensi manusia utuh yang dimaksudkan dalam tujuan

pendidikan nasional.

8. Penelitian ini, tidak semua indikator tersebut dijadi

kan sebagai tolok ukur untuk menentukan kaitan antara

upaya pembinaan nilai keagamaan dengan pencapaian

tujuan pendidikan umum. Hanya aspek tertentu yang

diapandang erat hubungannya , yang diajdikan indikator

terbatas, yaitu indikator budi pekerti, kemandirian

dan tanggung jawab sosial.

9. Penyusunan program pembinaan meliputi aspek-aspek

sebagai berikut: Tujuan kegiatan, target kegiatan,

Pelaksanaan kegiatan (petugas), Peserta kegiatan

(45)

dan biaya, Jangka waktu dan skedul kegiatan, Monito

ring dan Evaluasi.

10. Faktor yang menyangkut warga binaan pemasyarakatan yang perlu diperhatikan: Jenis perkara, jenis pidana,

Lamanya masa pidana, Jenis kelamin, Usia, Agama, Suku

bangsa, Kondisi fisik dan Psikologis, Residivis atau

bukan, Latar belakang pribadi; Pendidikan, Status

keluarga, Tingkat sosial, Status sosial.

11. Metode pembinaan atau bimbingan yang diterapkan di lembaga pemasyarakatan I Cirebon, meliputi: a. pembi

naan berupa interaksi langsung yang sifatnya

kekeluar-gaan antara pembina dengan yang dibina (warga binaan

pemasyarakatan); b. Pembinaan bersifat persuatif,

edukatif yaitu berusaha merubah tingkah lakunya mela

lui keteladanan dan memperlakukan adil diantara sesama

mereka sehingga menggugah hatinya untuk melakukan

hal-hal yang terpuji, menempatkan warga binaan pemasyaraka

tan sebagai manusia yang memiliki potensi dan memiliki

harga diri dengan hak-hak dan kewajibannya yang sama

dengan manusia lainnya; c. Pembinaan berencana, terus

menerus dan sistematis; d. Pemeliharaan dan peningka

(46)

1 81

jawab dalam melaksanakan tugas serta menanamkan

kese-tiaan, ketaatan, dan keteladanan di dalam

pengabdian-nya terhadap negara, hukum dan masuyarakat, para

petugas dalam jajaran pemasyarakatanper1u memiliki

kode perilaku dan dirumuskan dalam bantuan ETOS KERJA.

12. Paradigma

kurikulum pendidikan umum,

dengan

merujuk

pada

Pancasila

dan

Undang-undang

dasar

1945

yang

secara lebih khusus dituangkan dalam UUSPN 1989,

setidaknya perlu mempertimbangkan keterkaitan antara

tujuan, aspek-aspek yang hendak diprioritaskan untuk

dicapai

melalui pendidikan umum, metode yang

diguna

kan, peserta didik, dan evaluasinya.

13. 4 macam pembinaan, yaitu:

a. Pembinaan Mental,

yaitu:

1) Memberikan pengertian untuk dapat menerima dan

menanggapi rasa frustasi dengan wajar, 2)

Memperlihat-kan

perhatian dan keinginan membantu,

3)

Merangsang

dan

menggugah semangat narapidana untuk

mengembangkan

daya

cipta, rasa dan karsanya, 4)

Memberikan

keper

cayaan kepada kesanggipan narapidana dan menanamkan

rasa percaya diri sendiri serta terhadap 1ingkungannya

untuk menghilangkan rasa cemas dan gelisah dengan

menekankan pentingnya agama dalam mencapai

kesenangan

batin dengan melalui ceramah-ceramah agama, beribadah sesuai dengan kepercayaannya, membaca dan mempelajari

(47)

(Kemasyarakatan), dan c. Pembinaan Keterampilan.

14. Hambatan dalam pelaksanaan pemasyarakatan.

Hambatan-hambatan tersebut secara garis besarnya adalah: a.

Peraturan Perundang-undangan, b. Person!1, c.

Adminis-trasi Keuangan, d. Sarana Fisik.

15. Pola

hidup mandiri narapidana

kecenderungan

mengacu

kepada

nilai-nilai

ajaran

Islam

sebagai

berikut;

Tauhidullah (mengesakan Allah dalam beri'tikad

ucapan

dan perbuatan yakni menomorsatukan Allah diatas

sega-la-galanya), Amilussolihat (Melakukan amal soleh dalam

kehidupannya), Musaawah (melakukan derajat manusia, ia

memandang bahwa manusia mempunyai derajat yang sama

disisi

Allah), Ukhuwah Islamiah (persaudaraan

Islam,

memandang/memperlakukan orang Islam lainnya seperti

kepada saudara kandung sendiri), Ta'awun (sikap

kompe-titif dalam kebaikan), Takafulul Ijtima (memiliki

sikap tanggung jawab sosial yang tinggi), Tasamuh (memiliki sikap tanggung jawab susila yang tinggi),

Istiqomah

(kuat mempertahankan

prinsip-prinsip

yang

benar), Tawakal (sikap menerima terhadap hasil usaha

yang maksimal), Ijtihad (sungguh-sungguh dalam mengga

li ajaran Islam), Jihad (sungguh-sungguh dalam

mem-perjuangkan dan mempertahankan ajaran Islam), Ikhlas

(tanpa pamrih dalam melaksanakan amal kecuali menharap

(48)

16. Adanya kecenderungan bahwa kasus (KN:1,2,3,4, dan 5),

menunjukkan profil sikap dan perilaku atau pola hidup

mandiri yang mengacu kepada unsur-unsur sikap dan

perilaku: bertanggung jawab, hak dan kewenangan orang

lain tidak dijadikan fasilitas dirinya, mampu memenuhi

kebutuhan pokok minimal, mempunyai etos kerja yang

baik, berdisipiin dan berani mengambil resiko atas

segala perbuatan yang di1akukannya.

17. Profil sikap perilaku atau pola hidup mandiri ini

terungkap dalam aktivitas yang menyangkut kegiatan

dalam hubungannya dengan; pelaksanaan tugas dari

lembaga pemasyarakatan, dalam berhubungan dengan pimpinan, staf, maupun pembina, dalam pergaulan dengan

sesama narapidana, dalam mengerjakan tugas-tugas

pribadi, serta dalam melaksanakan ibadah.

18. Pola Pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyara katan Cirebon, meliputi: a. Pembinaan Kepribadian,

yanq terdiri dari; 1) Pembinaan kesadaran beragama, 2) Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara, 3) Pembi

naan kemampuan intelektual, 4) Pembinaan kesadaran

hukum, 5) Pembinaan sosial. b. Pembinaan Kemandirian,

yang terdiri dari; 1) Keterampilan untuk mendukung

usaha-usaha mandiri (kerajinan tangan), 2) Keterampil

an yang dikembangkan sesuai dengan bakatnya, 3) Keter

(49)

Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri atau

pertanian yang menggunakan teknologi madya atau tekh

nologi tinggi.

19. Agama Islam adalah risalah (pesan-pesan) yang diturun-kan Tuhan kepada para nabi dan rasul sebagai petunjuk

dan pedoman yang mengandung hukum-hukum sempurna untuk

dipergunakan dalam menyelenggarakan tata cara kehidu

pan manusia, yaitu mengatur hubungan manusia dengan

manusia lainnya, hubungan manusia dengan alam dan

hubungan manusia dengan Khaliknya. Sebagai sumber

nilai, Agama Islam memberikan petunjuk, pedoman dan

pendorong bagi manusia dalam menciptakan dan mengem

bangkan

budaya

serta memberikan

pemecahan

terhadap

segala persoalan hidup dan kehidupan. Di dalamnya

mengandung ketentuan-ketentuan keimanan, ibadah,

mu'a-malah, dan pola tingkah laku dalam berhubungan dengan

sesama mahluk yang menentukan proses berpikir, merasa

dan pembentukan kata hati.

20. Agama Islam itu membawa peraturan-peraturan Allah bagi

manusia, bukan hanya sebatas melaksanakan kebajikan

dan menjauhi kemungkaran dalam arti tekstual, akan

tetapi harus mengajak orang lain untuk berbuat kebaji

kan dan menjauhi kemungkaran.

21. Dengan memegang teguh ajaran Islam manusia akan memi

(50)

keislamannya dan dapat terlihat dari perilaku

sehari-hari baik dalam hubungannya dengan sesama ummat Islam

maupun dalam hubungannya denqan orang-orang nonmuslim.

22. Manusia mandiri adalah manusia yang memiliki keunggu

lan dalam kemampuan, berkepribudian sehat dan bermoral

kuat. Manusia unggul sclalah manusia yang memiliki

kemampuan tertentu, yang dapat dimanfaatkan dalam

kehidapannyu, baik dalam kehidupan pribadi, sosial,

maupun dalam karir atau pekerjaan. Keunngulan tidak

berarti harus unggul dalam segala hal, dan mengungguli

semua orang, tetapi unggul (excellent) dalan satu

biuang tertentu dan pada tingkat tertentu.

Kemandirian merupakan salah satu ciri dari kedewasaan.

Orang yang mandiri memiliki kemauan dan kemampuan

usaha untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya secara

sah, wajar dan bertanggung jawab. Namun ini tidak

berarti bahwa orang yang mandiri itu lepas dari

ban-tuan orang lain. Orang yang mandiripun tidak identik

dengan orang yang memiliki sikap individualistik.

Orang yang mandiri adalah orang yang hidup

ditengah-tengah masyarakat sekitarnya, namun memiliki tanggung

jawab untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya

secara wajar. Karena itu mandiri mempunyai makna

tanggung jawab, tidak menyita hak-hak orang lain,

(51)

punya keberanian mengambil resiko.

24. Yang

menjadi rintangan bagi kami

untuk

melaksanakan

sistem

kepenjaraan ini ialah warisan yang kami

dapat

dari jaman lampau, yang merupakan mirus besar.

Rumah-rumah

penjara yang keadaannya menyedihkan yang

sulit

untuk

disesuaikan

dengan tugas

pemasyarakatan

yang

letaknya ditengah-tengah kota.

B. Saran-saran

1- Untuk Departemen Kehakiman

a. Pembinaan

narapidana

di

lembaga

pemasyarakatan

merupakan masaiah kompleks yang memerlukan penangan

an

secara

Gambar

GAMBAR 1FISH BONE DIAGRAM
WinarnoGrafika Surachmad,

Referensi

Dokumen terkait

Pengimpakan dilakukan pada arah depan helm dengan beban yang masukkan pada Load – Elemental – Pressure = 10.19 MPa arah face = 3, di elemen 4839 maka distribusi tegangan

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Palembang 47.. Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Palembang / Manajemen Pemasaran. Rumusan masalah yang diangkal dalam

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan melakukan kajian library Research (studi kepustakaan) dengan mengumpulkan buku-buku atau referensi yang membahas tentang

Selain itu, pendidikan Islam yang didasari konsep manusia menurut al- Qr’an harus mencerminkan visi obyektif mengenai realitas kekinian dan visi definitif tentang realitas

Di dalam menunjang sasaran strategis meningkatnya penataan pegawai yang sesuai kompetensi dan kebutuhan organisasi, dengan indikator kinerja utama yaitu persentase

Salah satu cerita atau mitos yang masih sangat diyakini oleh masyarakat jawa dan diketahui oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, yaitu mitos tentang Nyi

dengan penelitian ini, data di Sleman menunjukkan ada hubungan signifikan antara asupan makan dengan status gizi (p&lt;0,05) (23), namun berbeda dengan hasil penelitian lain

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari