• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE APLPLICATION OF 1-MCP AND CHITOSAN TO KEEP QUALITY AND EXTEND SHELF LIFE ON GUAVA “MUTIARA’ APLIKASI 1-MCP DAN KITOSAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU DAN MENINGKATKAN MASA SIMPAN BUAH JAMBU BIJI ‘MUTIARA’

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THE APLPLICATION OF 1-MCP AND CHITOSAN TO KEEP QUALITY AND EXTEND SHELF LIFE ON GUAVA “MUTIARA’ APLIKASI 1-MCP DAN KITOSAN UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU DAN MENINGKATKAN MASA SIMPAN BUAH JAMBU BIJI ‘MUTIARA’"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Yulinda Simatupang ii

ABSTRACT

THE APLPLICATION OF 1-MCP AND CHITOSAN TO KEEP QUALITY AND EXTEND SHELF LIFE ON GUAVA “MUTIARA’

By

YULINDA SIMATUPANG

Using chitosan and 1-MCP for guava ‘Mutiara’ is important to keep the quality of fruit and to reduce the respiration and transpiration rate post-harvest process. The

use of container is also important to keep the quality and extend the shelf life

guava ‘Mutiara’. The aims of this research were to study (1) the effect of 1-MCP

on the shelf life and quality guava ‘Mutiara’, and (2) the effect of combination 1-MCP and chitosan to shelf life and quality guava ‘Mutiara’.

This research was conducted in the Horticultur Postharvest Laboratory, Faculty of

Agriculture, Lampung University from September to Oktober 2013. Treatments

were arranged in a completely randomized block design with three replications,

with replications were treated as a blocks. Each treatment unit was repeated three

(2)

Yulinda Simatupang ii The results of this research showed that (1) 1-MCP as a sole application did not

significantly on the shelf life and quality guava ‘Mutiara’ compared to treatments of control and chitosan alone, (2) the combination of 1-MCP with a concentration

of 0,5 grams and 2,5% chitosan was able to extend shelf life and keep quality of

‘Mutiara’ guava up to 20 days of storage.

(3)

Yulinda Simatupang ii

ABSTRAK

APLIKASI 1-MCP DAN KITOSAN UNTUK

MEMPERTAHANKAN MUTU DAN MENINGKATKAN MASA

SIMPAN BUAH JAMBU BIJI ‘MUTIARA’

Oleh

YULINDA SIMATUPANG

Penggunaan pelapis kitosan dan 1-MCP pada buah jambu biji ‘Mutiara’ penting dilakukan untuk mempertahankan mutu buah dengan menekan laju respirasi dan

transpirasi buah setelah pascapanen. Penggunaan kemasan penting untuk

mempertahankan mutu dan meningkatkan masa simpan buah jambu biji

‘Mutiara’. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh aplikasi

1-MCP terhadap masa simpan dan mutu buah jambu biji ‘Mutiara’, (2) pengaruh kombinasi aplikasi 1-MCP dan pelapis kitosan terhadap masa simpan dan mutu

buah jambu biji ‘Mutiara’.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Hortikultura, Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan September

sampai dengan Oktober 2013. Penelitian ini menggunakan Rancangan

(4)

Yulinda Simatupang ii diperlakukan sebagai kelompok. Masing-masing unit perlakuan diulang tiga kali

dan masing-masing terdiri atas satu buah jambu biji.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Aplikasi tunggal 1-MCP tidak

berpengaruh nyata terhadap masa simpan dan mutu buah jambu biji ‘Mutiara’ jika

dibandingkan dengan aplikasi kontrol dan kitosan, (2) kombinasi aplikasi 1-MCP

dengan konsentrasi 0,5 gram dan kitosan 2,5 % mampu meningkatkan masa

simpan dan mempertahankan mutu buah jambu biji ‘Mutiara’ hingga 20 hari

penyimpanan.

(5)
(6)

APLIKASI 1-MCP DAN KITOSAN UNTUK

MEMPERTAHANKAN MUTU DAN MENINGKATKAN MASA

SIMPAN BUAH JAMBU BIJI ‘MUTIARA’

(Skripsi)

Oleh

YULINDA SIMATUPANG

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Martapura, Kabupaten Oku Timur, 19 Januari 1992. Penulis

adalah anak ketiga dari 4 bersaudara dari pasangan Herly Simatupang dan Darti

Tarihoran.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Terukis, Martapura, Oku Timur,

Sumatera Selatan pada tahun 2004. Pada tahun 2007, Penulis menyelesaikan

pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Martapura, sedangkan

pendidikan menengah atas diselesaikan di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta pada

tahun 2010. Pada tahun yang sama Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur UM (Ujian

Mandiri).

Selama menyelesaikan kuliah, Penulis pernah aktif di kegiatan kemahasiswaan

POMPERTA (Persekutuan Oikumene Mahasiswa Kristen Pertanian). Penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Karang Anyar, kecamatan

Wonosobo, kabupaten Tanggamus, Lampung pada Januari 2013. Pada Juli 2013,

Penulis mengikuti Praktik Umum di CV. Bima Jaya Farm, Kota Sepang, Bandar

(10)

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti,

hormat dan kasih sayang kepada: Mama dan Papa atas kasih

sayang dan doa yang tulus hingga menghantarkan Penulis ke

jenjang perguruan tinggi, dan saudara Penulis: Abang,

(11)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih

karunia-Nya sehingga Penulis dapat meyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi

ini. Skripsi dengan judul “Aplikasi 1-MCP dan Kitosan Untuk Mempertahankan

Mutu dan Meningkatkan Masa Simpan Buah Jambu Biji „Mutiara‟ ” adalah salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Soesiladi Esti Widodo, M.Sc., selaku Pembimbing

Pertama yang telah memberikan fasilitas, arahan, saran, dan semangat belajar

bagi Penulis selama penelitian dan penulisan skripsi;

2. Ibu Ir. Zulferiyenni, M.T.A., selaku Pembimbing II, atas nasihat, saran, dan

bimbingan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini;

3. Bapak Dr. Ir. Darwin H. Pangaribuan, M.Sc., selaku Penguji atas saran,

motivasi, dan bimbingan yang diberikan selama penelitian hingga penulisan

skripsi ini selesai;

4. Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S., selaku Pembimbing Akademik yang

telah memberikan saran dan nasihat yang bermanfaat kepada Penulis;

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian

(12)

7. Papa, Mama, Abang, Kakak dan Adik Penulis (Fauzi Simatupang, Septaria

Simatupang, dan Delfiana Simatupang) atas dukungan moral, material, dan

doa yang selalu diberikan kepada Penulis;

8. Sahabat penelitian: Dian Saputra, Arisha Azima, dan Ferdaner Humairah,

Agnia Pradipta, dan M. Hibatur Rahman, atas kerjasama dan bantuan selama

penelitian;

9. Teman-teman Agroteknologi 2010: Dian Oktaviani, Desi Anggraeni, Mustika

A. Lestari, Rahmah C. Putri, Intan Desmania, Dwi Rosalia, Safira Maulidina,

Gorendva R. Warganegara, Candra Susianti, Vetty O. Pratiwi, Iqbal L.

Astama, Jefri Zulkarnaen, Messa Suberta, dan Intan A. Belapama atas

persahabatan, kerjasama, motivasi, dorongan, dan perhatian selama Penulis

melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini;

10. Teman-teman POMPERTA atas doa dan dukungan;

11. Gimtar P. Aritonang atas bantuan, motivasi, dan saran kepada Penulis;

12. Teman-teman Agroteknologi 2009, 2011, 2012, dan 2013;

13. Mas Sigit, pak Tikno serta semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan

satu per satu atas bantuan selama penelitian dan penyelesain skripsi.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati mereka. Akhirnya, semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Juni 2014

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... x

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 3

1.3 Kerangka Pemikiran... 3

1.4 Hipotesis... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Panen dan Pascapanen Jambu Biji... 6

2.2 Kitosan... 8

2.3 1-Methylcyclopropene (1-MCP)... 9

III. BAHAN DAN METODE... 12

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 12

3.2 Bahan dan Alat... 12

3.3 Metode Penelitian... 12

(14)

3.5 Pengamatan... 15

3.5.1 Susut bobot buah... 16

3.5.2 Pengukuran tingkat kekerasan buah... 16

3.5.3 Pengukuran kandungan oBrix dan asam bebas... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 18

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 27

5.1 Kesimpulan... 27

5.2 Saran... 27

DAFTAR PUSTAKA... 28

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perubahan susut bobot buah jambu biji ‘Mutiara’ pada berbagai perlakuan kombinasi kitosan dan 1-MCP selama penyimpanan kelompok 1. ...

2. Perubahan susut bobot buah jambu biji ‘Mutiara’ pada berbagai perlakuan kombinasi kitosan dan 1-MCP selama penyimpanan kelompok 2. ...

3. Perubahan susut bobot buah jambu biji ‘Mutiara’ pada berbagai perlakuan kombinasi kitosan dan 1-MCP selama penyimpanan kelompok 3. ...

4. Perubahan tingkat kekerasan (kg/cm2) buah jambu biji ‘Mutiara’ pada berbagai kombinasi kitosan dan 1-MCP selama penyimpanan kelompok 1. ...

5. Perubahan tingkat kekerasan (kg/cm2) buah jambu biji ‘Mutiara’ pada berbagai kombinasi kitosan dan 1-MCP selama penyimpanan kelompok 2. ...

6. Perubahan tingkat kekerasan (kg/cm2) buah jambu biji ‘Mutiara’ pada berbagai kombinasi kitosan dan 1-MCP selama penyimpanan kelompok 3. ...

7. Perubahan kandungan padatan terlarut (0Brix) buah jambu biji

‘Mutiara’ pada berbagai kombinasi kitosan dan 1-MCP selama penyimpanan kelompok 1. ...

8. Perubahan kandungan padatan terlarut (0Brix) buah jambu biji

(16)

9. Perubahan kandungan padatan terlarut (0Brix) buah jambu biji

‘Mutiara’ pada berbagai kombinasi kitosan dan 1-MCP selama penyimpanan kelompok 3. ...

10. Perubahan asam bebas (g/100g) buah jambu biji ‘Mutiara’ pada berbagai kombinasi kitosan dan 1-MCP selama penyimpanan kelompok 1. ...

11. Perubahan asam bebas (g/100g) buah jambu biji ‘Mutiara’ pada berbagai kombinasi kitosan dan 1-MCP selama penyimpanan kelompok 2. ...

12. Perubahan asam bebas (g/100g) buah jambu biji ‘Mutiara’ pada berbagai kombinasi kitosan dan 1-MCP selama penyimpanan kelompok 3. ...

13. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah susut bobot pengamatan pertama. ...

14. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah susut bobot pengamatan kedua. ...

15. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah susut bobot pengamatan ketiga. ...

16. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah susut bobot

pengamatan keempat. ...

17. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah susut bobot pengamatan kelima. ...

18. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah susut bobot

pengamatan keenam. ...

19. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah susut bobot

pengamatan ketujuh. ...

20. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah susut bobot

(17)

21. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah susut bobot

pengamatan kesembilan. ... 22. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah susut bobot

pengamatan ke-10. ...

23. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah tingkat kekerasan pengamatan pertama. ...

24. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah tingkat kekerasan pengamatan kedua. ...

25. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah tingkat kekerasan pengamatan ketiga. ...

26. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah tingkat kekerasan pengamatan keempat. ...

27. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah tingkat kekerasan pengamatan kelima. ...

28. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah tingkat kekerasan pengamatan keenam. ...

29. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah tingkat kekerasan pengamatan ketujuh. ...

30. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah tingkat kekerasan pengamatan kedelapan. ...

31. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah tingkat kekerasan pengamatan kesembilan. ...

32. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah tingkat kekerasan pengamatan ke-10. ...

33. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah kandungan padatan terlarut pengamatan pertama. ...

34. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah kandungan padatan terlarut pengamatan kedua. ...

35. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah kandungan padatan

(18)

terlarut pengamatan ketiga. ...

36. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah kandungan padatan terlarut pengamatan keempat. ...

37. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah kandungan padatan terlarut pengamatan kelima. ...

38. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah kandungan padatan terlarut pengamatan keenam. ...

39. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah kandungan padatan terlarut pengamatan ketujuh. ...

40. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah kandungan padatan terlarut pengamatan kedelapan. ...

41. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah kandungan padatan terlarut pengamatan kesembilan. ...

42. Data editor dan hasil analisis Statistik 8 peubah kandungan padatan terlarut pengamatan ke-10. ...

56

56

57

57

58

58

59

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Susunan buah di dalam kontainer (A) dan kontainer yang telah

ditutup dan diberi plastik wrap dan selotip (B)... 14

2. Bercak coklat (brown spot) pada permukaan kulit buah...

3. Perubahan susut bobot jambu biji ‘Mutiara’ pada berbagai kombinasi perlakuan kitosan dan 1-MCP selama penyimpanan...

4. Penurunan tingkat kekerasan buah jambu biji ‘Mutiara’ pada berbagai kombinasi perlakuan kitosan dan 1-MCP selama penyimpanan...

5. Perubahan kandungan padatan terlarut (0Brix) buah jambu biji

‘Mutiara’ pada berbagai kombinasi perlakuan kitosan dan 1-MCP selama

penyimpanan...

6. Perubahan kandungan asam bebas buah jambu bijii ‘Mutiara’ pada berbagai kombinasi perlakuan kitosan dan 1-MCP selama penyimpanan...

15

19

21

23

(20)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman tropis yang banyak

dibudidayakan di Indonesia. Ada beberapa macam kultivar unggul jambu biji,

salah satunya ‘Mutiara’. Jambu biji ‘Mutiara’ memiliki keunggulan seperti ukuran buah besar, daging buah tebal, dan rasa buah segar, manis, dan renyah.

Selain itu, biji jambu biji ‘Mutiara’ relatif sedikit.

Jambu biji juga memiliki kulit yang tipis dengan daging buah yang menempel

langsung. Menurut Widodo et al. (2001), mutu buah dapat turun akibat pengaruh

kehilangan air dari kulit buah yang tipis dan langsung menempel dengan daging

buah. Kehilangan air tersebut akan menurunkan harga jual produk segar, karena

sebagian besar produk hortikultura dikonsumsi dalam bentuk segar.

Jambu biji ‘Mutiara’ tergolong ke dalam buah klimaterik yang menunjukkan peningkatan respirasi mendadak mendahului atau menyertai pemasakan buah.

Laju respirasi erat kaitan dengan laju kerusakan buah, sehingga menyebabkan

masa simpan buah jambu biji ‘Mutiara’ menurun. Respirasi buah dapat dihambat dengan menurunkan konsentrasi O2 dan meningkatkan CO2 dalam kemasan.

(21)

2

Kitosan merupakan pelapis buah alami yang aman bagi kesehatan bila

dikonsumsi. Kitosan merupakan hasil proses deasetilasi lapisan kitin yang

terdapat pada cangkang udang, lobster, dan kepiting. Beberapa penelitian seperti

pada buah kiwi (Du et al., 1997), dan buah apel merah (Worakeeratikul et al.,

2007) menyimpulkan bahwa kitosan dapat menurunkan respirasi dan

transpirasi yang terjadi di dalam buah, sehingga mampu meningkatkan masa

simpan buah hingga beberapa hari. Penelitian yang dilakukan oleh Widodo dan

Zulferiyenni (2008) menyimpulkan bahwa teknologi pelapisan buah dengan

kitosan 2,5% sudah dapat digunakan.

Jambu biji ‘Mutiara’ juga menghasilkan etilen dalam jumlah besar. Hormon

etilen yang ada pada buah menyebabkan proses pemasakan menjadi lebih cepat,

sehingga masa simpan buah menurun. Etilen dapat dihambat dengan dua cara,

yaitu dengan menghambat produksi dan responnya. Dalam penelitian yang akan

dilaksanakan, respon etilen akan dihambat untuk memperlambat proses

pemasakan buah. Respon etilen dapat dihambat dengan menggunakan inhibitor

etilen, yaitu 1-methylchyclopropane (1-MCP). 1-MCP sebagai anti-etilen, dapat

menghambat etilen masuk ke dalam reseptor etilen, sehingga pemasakan

terhambat. 1-MCP yang diterapkan pada buah kiwi dapat meningkatkan masa

simpan dengan mempertahankan mutu buah karena buah bebas dari etilen (Cantin

(22)

3

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam

pertanyaan sebagai berikut.

1. Apakah aplikasi 1-MCP dapat meningkatkan masa simpan dan

mempertahankan mutu buah jambu biji ‘Mutiara’ ?

2. Apakah kombinasi aplikasi 1-MCP dan pelapis kitosan dapat lebih

meningkatkan masa simpan dan mempertahankan mutu buah jambu biji

‘Mutiara’ ?

1.2Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui:

1. Pengaruh aplikasi 1-MCP terhadap masa simpan dan mutu buah jambu biji

‘Mutiara’;

2. Pengaruh kombinasi aplikasi 1-MCP dan pelapis kitosan terhadap masa simpan

dan mutu buah jambu biji ‘Mutiara’.

1.3 Kerangka Pemikiran

Jambu biji merupakan buah klimaterik yang mempunyai ciri tertentu, seperti

adanya laju respirasi yang tiba-tiba (respiration burst) yang menyertai atau

mendahului pemasakan buah, dan tanggap terhadap etilen. Ketahanan masa

simpan jambu biji relatif pendek. Untuk itu, diperlukan teknologi penanganan

pascapanen yang dapat meningkatkan masa simpan dan tetap mempertahankan

(23)

4

Buah jambu biji ‘Mutiara’ juga memiliki kulit buah yang tipis dan menempel

langsung pada daging buah. Ketebalan kulit pada buah memegang peranan

penting dalam menahan laju transpirasi. Kehilangan air pada buah jambu biji

‘Mutiara’ dapat menurunkan bobot dan penampilan buah.

Buah yang tergolong ke dalam klimaterik, seperti jambu biji ‘Mutiara’, memiliki laju produksi etilen yang tinggi. Hormon etilen tersebut akan mempercepat

penuaan dan pembusukan pada buah. Etilen dapat dihambat melalui dua cara,

yaitu dengan cara menghambat produksi dan responnya. Respon etilen dapat

dihambat dengan menggunakan inhibitor etilen 1-methylcyclopropane (1-MCP)

yang akan memblokir masuknya etilen ke dalam reseptor etilen.

1-MCP diharapkan dapat meningkatkan masa simpan buah jambu biji ‘Mutiara’. Dengan adanya 1-MCP, etilen tidak dapat masuk ke dalam reseptor etilen,

sehingga pemasakan buah akan terhambat dan menyebabkan masa simpan buah

jambu biji ‘Mutiara’ menjadi lebih lama. Telah diketahui bahwa penambahan 1-MCP pada buah apel dapat menunda pemasakan buah (Watkins et al., 2005).

Peningkatan masa simpan akan meningkatkan resiko kerusakan buah melalui

peningkatan transpirasi, sehingga terjadi penurunan penampilan buah jambu biji

‘Mutiara’. Penurunan penampilan pada buah dapat diatasi dengan menggunakan

pelapis kitosan. Oleh karena itu, diharapkan dengan aplikasi kombinasi 1-MCP

dan kitosan akan lebih dapat meningkatkan masa simpan dan mempertahankan

(24)

5

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, disusun hipotesis sebagai berikut.

1. Aplikasi 1-MCP mampu meningkatkan masa simpan dan mempertahankan

mutu buah jambu biji ‘Mutiara’;

2. Aplikasi kombinasi 1-MCP dan kitosan akan lebih mampu untuk

meningkatkan masa simpan dan mempertahankan mutu buah jambu biji

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Panen dan Pascapanen Jambu Biji

Jambu biji (Psidium guajava L.) memiliki bentuk buah yang oval atau bulat yang

tidak sempurna. Buah jambu biji dapat dipanen dengan melihat perubahan warna

kulit, ukuran, dan bentuk buah. Setelah buah mengalami perubahan warna

menjadi hijau pucat dan ukurannya sudah lebih besar, buah diberi perlakuan

pre-cooling pada ruangan dengan suhu 10 oC. Penundaan pemasakan buah yang ditunjukkan dengan adanya bercak coklat pada kulit buah jambu biji (browning)

dapat diatasi dengan melakukan pelapisan lilin (McGuire dan Hallman, 1995).

Pemanenan jambu biji di PT. Nusantara Tropical Farm, Way Jepara, Lampung

Timur, dimulai dengan melakukan pemetikan buah jambu biji yang telah berumur

8-9 minggu setelah bagging (pembungkusan buah) di musim kemarau atau 9-10

setelah bagging di musim hujan dengan menggunakan gunting tanaman dan

dipotong tangkainya. Setelah itu, buah diletakkan secara hati-hati pada ember

plastik dan diletakkan pada krat plastik di bawah pohon. Krat plastik yang sudah

penuh (tidak terkena krat di atasnya) diangkut menggunakan kendaraan roda tiga

(26)

7

Buah yang sampai di packing house dikeluarkan dari plastik dan kertas bagging,

lalu buah disortir sesuai kriteria jual. Buah yang telah disortir diletakkan di tray

(bobot buah ≥ 200 g) untuk dilakukan pengamatan mutu. Pemasangan net foam,

wrapping, dan pelabelan dilakukan dengan rapih oleh tenaga kerja. Setelah itu, buah dimasukkan ke dalam box dan ditimbang (12 kg/box), lalu buah jambu biji

siap dipasarkan.

Buah jambu biji tergolong dalam buah klimaterik berkulit tipis, sehingga

kerusakan akan mudah terjadi. Buah jambu biji memiliki masa simpan yang

relatif pendek, yaitu 6-7 hari di suhu ruangan (Wang et al., 2009). Buah jambu

yang disimpan lebih dari 6-7 hari akan mengalami penurunan mutu yang ditandai

dengan adanya bercak coklat (brown spot). Oleh karena itu, diperlukan

penanganan pascapanen yang tepat untuk memperpanjang masa simpan dan

mempertahankan mutu buah.

Penanganan pascapanen yang kurang tepat dan tidak hati-hati dapat mempercepat

proses kerusakan. Sifat dari buah jambu biji yang memilki kulit tipis dan

menempel langsung dengan daging buah membuat jambu biji cepat rusak.

Penurunan mutu daging buah berkulit tipis dipengaruhi transpirasi pada kulit buah

yang langsung menempel dengan daging buah (Widodo et al., 2001).

2.2 Kitosan

Kitosan telah banyak dimanfaatkan dalam beragam industri, antara lain sebagai

penstabil rasa dalam industri makanan, pembuatan kosmetik, bahan antibakteri,

(27)

8

kemampuannya dalam mengimobilisasi bakteri menjadikan kitosan dapat

digunakan sebagai pengawet makanan dan sebagai bahan pelapis buah.

Di bidang pertanian, kitosan dapat digunakan sebagai pelapis buah. Sebagai

pelapis buah, kitosan dapat menunda pemasakan buah dan mengurangi timbulnya

kebusukan sehingga dapat memperpanjang masa simpan (El Ghaouth et al.,

1992). Selain itu, penelitian Widodo et al. (2013) menunjukkan bahwa aplikasi

kitosan 2,5% dapat memperpanjang masa simpan buah jambu biji ‘Mutiara’

selama 7-8 hari lebih lama dibandingkan buah tanpa kitosan. Selain itu juga,

kitosan dilaporkan dapat memperpanjang masa simpan buah pir dan kiwi (Du et

al., 1997) dan buah duku (Widodo et al., 2007).

Di bidang pertanian khususnya penanganan pascapanen, kitosan sudah mulai

digunakan. Menurut Pumchai et al. (2005), kitosan dapat menunda pemasakan,

mengurangi respirasi, produksi etilen, penurunan bobot buah, kadar asam

askorbat, dan kadar keasaman hasil titrasi, tetapi tidak dapat mempertahankan

kekerasaan mangga. Perlakuan buah mangga dengan 2% kitosan efektif dalam

menunda pemasakan dan memperpanjang buah mangga selama 35 hari (Wang et

al., 2007). Penggunaan kitosan sebagai pelapis buah juga dapat membuat penampilan buah menjadi lebih menarik, sehingga memberikan nilai tambah

untuk buah tersebut.

Selain itu, kitosan juga bermanfaat untuk mencegah penyakit pascapanen dan

menghambat perkembangan cendawan. Kitosan dapat menghambat pertumbuhan

(28)

9

pisang (Rogis et al., 2007). Menurut Zhang dan Quantik (1998), kitosan dapat

mengendalikan busuk buah strawberi oleh jamur Botrytis cinerea.

Du et al. (1997) menyimpulkan bahwa pelapisan buah pir dan kiwi dengan kitosan

1% yang dilarutkan ke dalam asam asetat 0,5% dapat menunda pemasakan dengan

cara menurunkan laju respirasi dan menghambat perkembangan jamur di

permukaan kulit buah, sehingga masa simpan buah lebih panjang. Kitosan asal

tulang cumi-cumi juga diketahui dapat menghambat perkembangan jamur karena

mengandung kalsium dan besi yang lebih tinggi dibandingkan kitosan lainnya

(Rogis et al., 2007).

2.3 1-Methylcyclopropene (1-MCP)

Pemasakan buah tidak lepas dari peranan gas etilen, yaitu gas pemasak yang

dihasilkan hampir semua jaringan tanaman yang berpengaruh terhadap laju

pemasakan. Penghambatan etilen dapat dilakukan dengan menggunakan 1-MCP

yang merupakan pemblokir reseptor etilen dan mencegah efek etilen dalam

jaringan tanaman dalam waktu yang lama. Perlakuan 1-MCP hanya menghambat

efek fisiologis dari produk (Sisler et al., 1996). 1-MCP bersifat tidak beracun,

tidak berbau, tidak menimbulkan residu, dan efektif untuk memperpanjang umur

penyimpanan produk hortikultura.

Aplikasi 1-MCP pada sayur-sayuran juga efektif dalam menunda efek etilen.

Aplikasi 1-MCP pada sayur brokoli segar dapat menunda penguningan dan

(29)

10

bahwa 1-MCP dapat menghambat etilen dan menurunkan gangguan fisiologis

pada wortel dan selada.

Pada tanaman hias kaktus yang diberi perlakuan dengan konsentrasi 100 nL/L

1-MCP, bunga lebih banyak muncul dibandingkan dengan konsentrasi lainnya.

Hal ini menunjukan bahwa 1-MCP dapat mempertahankan kesegaran bunga dan

sebagai zat pengatur tumbuh (Reid et al., 2008). Pada tanaman hias anggrek,

perlakuan 1-MCP dapat memperpanjang kesegaran buah hingga 10 hari

(Raffeiner, 2009). Pada bunga mawar, 1-MCP dengan konsentrasi 100 nL/L dapat

meningkatkan senyawa glutathion yang melindungi bunga dari perubahan warna

sehingga masa simpan bunga di dalam vas menjadi lebih panjang (Kongsuwan et

al., 2012).

Basseto et al. (2005) menyimpulkan bahwa perlakuan 1-MCP dapat menunda

pemasakan buah jambu biji pada konsentrasi 900 nL/L dengan suhu 10-25 oC.

Perlakuan 1-MCP 0,5 nL/L pada buah pisang ‘Ambon’ mampu menunda

pemasakan hingga 35 hari dengan mutu yang tetap (Suprayatmi et al., 2005).

Telah diketahui pada penelitian Manenoi et al. (2007) bahwa perlakuan 1-MCP

dapat mempertahankan kekerasan atau menunda pemasakan buah pepaya. Pada

buah alpukat yang telah diberi perlakuan 1-MCP dengan konsetrasi 0,45 nL/L

selama 24 jam pada suhu 20 oC, kematangan buahnya mampu ditunda hingga 4

hari lamanya dan warna hijau buahnya dapat tetap dipertahankan (Jeong et al.,

(30)

11

fisik dan mempertahankan kandungan vitamin C dan padatan terlarut serta

menghambat efek etilen, sehingga masa simpan buah menjadi lebih panjang

(31)

12

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Hortikultura, Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan September

sampai dengan Oktober 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan penelitian yang digunakan adalah buah jambu biji ‘Mutiara’ (stadium hijau pucat) yang diperoleh dari PT. Nusantara Tropical Fruit (PT. NTF) di Way Jepara,

Kabupaten Lampung Timur, kitosan 2,5%, asam asetat 0,5%, 0,5 gram 1-MCP,

aquades, fenolftalein, dan NaOH 0,1 N. Alat yang digunakan adalah

refractometer, penetrometer, blender, sentrifius ‘Heraus Sepatech’, Erlenmeyer,

labu ukur, lemari es, pipet tetes, tissue, piring styrofoam, kontainer kedap udara

130 L, dan timbangan.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS)

dengan tiga ulangan, dengan ulangan diperlakukan sebagai kelompok. Hal ini

(32)

13

sampel tambahan pada panen berikutnya. Masing-masing unit perlakuan diulang

tiga kali dan masing-masing terdiri atas satu buah jambu biji. Buah yang telah

diperlakukan tersebut kemudian disimpan pada suhu ruang (28 ± 1 0C). Sebagai

pembanding, tiga buah jambu biji diamati pada awal penelitian.

Rancangan perlakuan disusun secara faktorial 2 x 2 dengan faktor pertama adalah

senyawa 1-MCP: kontrol (tanpa 1-MCP; M0) dan dengan 1-MCP (M1 0,5 gram

1-MCP dalam 30 mL air di dalam kontainer plastik 130 L), sedangkan faktor

kedua adalah kontrol (tanpa kitosan 2,5%; K0) dan dengan kitosan 2,5% (K1).

Perlakuan 1-MCP diterapkan ke buah selama 24 jam. Data dianalisis dengan

ANOVA (Statistika versi 8) dan ditampilkan dalam bentuk grafik.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan memilih jambu biji ‘Mutiara’ yang bentuk dan ukuran yang seragam. Selanjutnya proses gassing dengan 1-MCP dilakukan

dengan melarutkan 0,5 g 1-MCP dalam 30 mL air, yang diletakkan di dalam

gelas piala 50 mL di dalam kontainer plastik 130 L. Secara hati-hati, buah

dimasukkan ke dalam kontainer yang telah diberi meja rotan. Buah yang

diletakkan di pinggir bagian dalam kontainer diberi pelapis styrofoam agar tidak

terjadi benturan yang dapat merusak buah (Gambar 1 A). Setelah itu, kontainer

ditutup dan diberi plastik wrap di sekitar tutup kontainer dan diberi selotip agar

(33)

14

(A)

(B)

Gambar 1. Susunan buah di dalam kontainer (A) dan kontainer yang telah ditutup dan diberi plastik wrap dan selotip (B)

Menurut rekomendasi penggunaan 1-MCP oleh Nano Life Queast, Malaysia,

konsentrasi gas 1-MCP yang dihasilkan dari 1 gram MCP dalam 30 mL air

mampu menggassing 15-20 m3 buah kiwi. Berdasarkan rekomendasi tersebut,

pada penelitian yang dilaksanakan, penggunaan 1-MCP dengan konsentrasi 0,5

gram/30 mL air pada kontainer kedap udara 130 L dianggap cukup untuk

(34)

15

Setelah 24 jam gassing dengan 1-MCP, buah segera dilapisi dengan kitosan 2,5%.

Selanjutnya, buah dikering-anginkan dan diletakkan di atas piring styrofoam di

dalam ruangan.

Larutan kitosan 2,5% (25 g/L) dibuat dengan cara melarutkan 5 mL asam asetat

0,5% pekat ke dalam 1.000 mL akuades. Selanjutnya, ke dalam larutan asam

asetat yang telah dibuat dimasukkan 25 g kitosan, diaduk kembali hingga kitosan

larut dengan sempurna (tidak terdapat gumpalan kitosan).

Buah yang telah diberi perlakuan 1-MCP dan kitosan 2,5% dikering-anginkan di

atas piring styrofoam. Sampling dilakukan setiap dua hari, sebanyak 10 kali

sampling.

3.5 Pengamatan

Pengamatan dilakukan sebelum penerapan perlakuan dan setiap dua hari hingga

akhir penelitian, yaitu sampai dengan 10 kali sampling. Jika telah terdapat bercak

coklat (brown spot) atau mulai busuk yang timbul pada kulit buah yang

menandakan menurunnya mutu buah (Gambar 2), maka pengamatan harus segera

dihentikan. Peubah bobot buah, kekerasan buah, kandungan padatan terlarut

(35)

16

Gambar 2. Bercak coklat (brown spot) pada permukaan kulit buah

3.5.1 Susut bobot buah

Penyusutan bobot (%) buah diperoleh dengan cara menghitung bobot buah awal

sebelum diberi perlakuan dan dikurangi bobot akhir setelah diberi perlakuan

setiap kali sampling, dibagi bobot awal buah dan dikalikan 100%.

3.5.2 Pengukuran tingkat kekerasan buah

Kekerasan buah (dalam kg/cm2) diukur dengan alat penetrometer (type FHM-5,

ujung berbentuk silinder diameter 5 mm; Takemura Electric Work, Ltd., Jepang).

Penetrometer ditusukkan pada tiga tempat yang tersebar acak di sekitar

pertengahan atau sisi terlebar buah, dengan pengelupasan kulit terlebih dahulu dan

pengulangan sampai tiga kali.

(36)

17

3.5.3 Pengukuran kandungan Brix dan asam bebas

Sampel sari buah dipersiapkan sebagai berikut: 50 g daging buah di haluskan

menggunakan blender dengan 100 ml air destilata, lalu disentrifius pada 2500

rpm selama 20 menit. Cairannya dimasukkan ke labu ukur 250 L, lalu

ditambahkan air destilata ke dalamnya hingga tera. Sekitar 100 ml sampel sari

buah tersebut kemudian dibekukan sambil menunggu analisis selanjutnya.

Brix diukur dengan refraktometer tangan ‘Atago’ pada suhu ruang. Untuk

menghindari pengaruh pengenceran, Brix jambu biji diukur langsung pada sari

buah tanpa pengenceran. Pengukuran kandungan asam bebas dilakukan dengan

titrasi dengan 0,1 N NaOH dan fenolftalein sebagai indikator (Widodo et al.,

(37)

18

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Aplikasi tunggal 1-MCP tidak berpengaruh nyata terhadap masa simpan dan

mutu buah jambu biji ‘Mutiara’ jika dibandingkan dengan aplikasi kontrol

dan kitosan;

2. Kombinasi aplikasi 1-MCP dengan konsentrasi 0,5 gram dan kitosan 2,5 %

mampu meningkatkan masa simpan dan mempertahankan mutu buah jambu

biji ‘Mutiara’ hingga 20 hari penyimpanan.

5.2 Saran

Penulis menyarankan perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan

(38)

PUSTAKA ACUAN

Argenta, C. L., X. Fan, dan J. P. Mattheis. 2003. Influence of

1-methylcyclopropene on ripening, storage life, and volatile production by

d’Anjou cv. pear fruit. J. Agric. Food Chem. 51: 3858-3864.

Basseto, E., A. P. Jacomino, A. L. Pinheiro, dan R. A. Kluge. 2005. Delay of

ripening of ‘Pedro Sato’ guava with 1-methylcyclopropene. Postharvest Biology and Technology 35: 303–308.

Cantin, C. M., D. Holcroft dan C. H. Crisosto. 2011. Postharvest application of 1-methylcyclopropene (1-MCP) extends shelf life of kiwifruit. Acta Hort. 913: 621-626.

Du, J., H. Gemma, dan S. Iwahori. 1997. Effects of chitosan coating on the storage of peace, Japanese pear, and kiwi fruit. J. Japan. Soc. Hort. Sci. 66 (1) : 15-22.

El Ghaouth, A., R. Ponnampalam, F. Castaigne, dan J. Arul. 1992. Chitosan coating to extend the storage life of tomatoes. Hort Science 27 (9): 1016-1018.

Fan, X. dan J. P. Mattheis. 2000. Reduction of ethylene-induced physiological disorders of carrots and iceberg lettuce by 1-methylcyclopropene.

HortScience 35 (7): 1312–1314.

Forney, C. F., J. Song, L. Fan, P. D. Hildebrand, dan M. A. Jordan. 2003. Ozone and 1-methycyclopropene alter the postharvest quality of broccoli. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 128(3): 403-408.

Green, D. W., dan J. R. Schupp. 2004. Effects of amoniethoxyvinylglycine (AVG) on preharvest fruit drop, fruit quality, and maturation of

‘McIntosh’ apples. Hortscience 39 (5): 1030-1035

Guo, Q., L. Cheng, J. Wang, F. Che, P. Zhang, dan B. Wu. 2011. Quality characteristics of fresh-cut ‘Hami’ melon treated with 1

-methylcyclopropene. African J. Biotech. 10 (79): 18200-18209. Kongsuwan, A., S. Setha, P. Fuggate, dan M. Naradisorn. 2012. Effect of

(39)

during storage and its antioxidant system. 1st Mae Fah Luang Univ. Int. Conf. Pp: 1-7.

Jeong, J., D. J. Huber, dan S. A. Sargent. 2002. Influence of

1-methylcyclopropene (1-MCP) on ripening and cell-wall matrix

polysaccharides of avocado (Persea americana) fruit. Postharvest Biology and Technology 25: 241–256.

Manenoi, A., E. R. V. Bayogan, S. Thumdee, dan R. E. Paull. 2007. Utility of 1-methylcyclopropene as a papaya postharvest treatment. Postharvest Biology and Technology 44: 55–62.

Moretti, C. L., A. L. Araujo, dan W. A. Marouelli, W. L. C. Silva. 2002. 1-Methylcyclopropene delays tomato fruit ripening. Horticultura Brasileira. 20(4): 659-663.

McGuire, R. G dan G. J Hallman. 1995. Coating guavas with cellulose-or

carnaba-based emulsions interferes with postharvest ripening. HortScience 30 (2): 294-295.

Phebe, D., dan P. T. Ong. 2010. Extending ‘kampuchea’ guava shelf-life at 27oc uSingh 1-methylcyclopropene. International Food Research Journal 17: 63-69.

Porat, R., B. Weiss, I. Zipori, dan A. Dag. 2009. Postharvest longevity and responsiveness of guava varieties with distinctive climateric behaviors to 1-methylcyclopropene. HortTechnology 19: 580-585.

Pumchai S., P. Jitareerat, S. Kanlayanara, dan S. Sangchote. 2005. Effect of chitosan on controlling of anthracnose disease in mangoes cv. Nam Dok Mai. The Second Asian Conference on Plant Pathology. Integrated Meetings Specialist Pte Ltd, Singhapore. 113 p.

Raffeiner, B., M. Serek dan T. Winkelmann. 2009. 1-methylcyclopropene inhibits ethylene effects in cut inflorescences and potted plants of Oncidium and Odontoglossum orchid species. Europ.J.Hort.Sci. 74 (1): 10–15.

Reid, M. S. dan G. L. Staby. 2008. A brief history of 1-methylcyclopropene. HortScience 43(1): 83-85.

Rogis, A., T. Pamekas, dan Mucharromah. 2007. Karakteristik dan uji efikasi bahan senyawa alami kitosan terhadap patogen pasca panen antraknosa Colletotrichum musae. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia 9(1): 58-63. Sjaifullah, Setyadjit, dan R. Syarief. 1993. Studi cara pengemasan dan

(40)

Sisler, E. C., E. Dupille, dan M. Serek. 1996. Effect of 1-MCP and

methylenecyclopropane on ethylene binding and ethylene action on cut carnations. Plant Growth Regul 18: 79-86.

Singh, H, S., dan R. K. Pal. 2008. Response of climacteric-type guava (Psidium guajava L.) to postharvest treatment with 1-MCP. Postharvest Biology and Technology 47: 307-314.

Suprayatmi, M., P. Hariyadi, R. Hasbullah, N. Andarwulan, dan B. Kusbiantoro. 2005. Aplikasi 1-Methylcyclopropene (1-MCP) dan etilen untuk

pengendalian kematangan pisang Ambon di suhu ruang. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 7─8 September 2005. Hlm. 253─263.

Wang, J., B. Wang , B. Jiang, dan Y. Zhao. 2007. Quality and shelf life of mango (Mangifera indica L. cv. `Tainong') coated by uSingh chitosan and

polyphenols. SAGE Publications. Food. Sci. Tech. Int. 13 (4):317-322.

Wang, Z. W., H. W. Duan, dan C. Y. Hu. 2009. Modelling the inspiration rate of guava (Psidium guajava L.) fruit uSingh enzyme kinetics, chemical kinetics and artificial neural network. Europe Food Research Technology 229:495-503.

Watkins, C. B. dan J. F. Nock. 2005. Effect of delays between harvest and 1-methylcyclopropane treatment, and temperature during treatment, on

ripening of air-stored and controlled-atmosphere-stored apples. HortScience 40(7): 2096-2101.

Widodo, S. E., M. Shiraishi, dan S. Shiraishi. 1996. On the interpretation of Brix value for the juice of acid citrus. J. Sci. Food Agric. 71:537-540.

Widodo, S. E. dan Zulferiyenni. 2008. Aplikasi chitosan dalam teknologi pengemasan beratmosfir-termodifikasi buah duku. Prosiding Seminar Nasional Pangan 2008: Peningkatan Keamanan Pangan Menuju Pasar Global. Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia dan Jurusan

Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian UGM Yogyakarta, 17 Januari 2008. Hlm. TP278—TP287.

(41)

Widodo, S. E., N. Sanjaya, Zulferiyenni, M. S. Hadi. 2001. Perubahan kualitas buah manggis (Garcinia mangostana L.) selama pertumbuhan dan

pemasakan buah. Jurnal Agrotropika 6(1): 7—11.

Widodo, S.E., Zulferiyenni, dan R. Arista. 2013. Coating effect of chitosan and plastic wrapping on the shelf life and qualities of guava cv. ‘Mutiara’ and

‘Crystal’. J.ISSAAS 19 (1): 1-7

Worakeeratikul, W., V. Srilaong, A. Uthairatanakij, dan P. Jitareerat. 2007. Effect of hydrocooling and chitosan coating on browning and physiological

changes in fresh-cut rose apple. Acta Hort 746: 427-434.

Yildiz, K., B. Ozturk, dan Y. Ozkan. 2012. Effects of aminoethoxyvinylglycine

(AVG) on preharvest fruit drop, fruit maturity, and quality of ‘Red Chief’

apple. Scientia Horticulture 144: 121-124

Zhang, D. dan P. C. Quantik. 1998. Antifungal effect of chitosan coating on fresh strawberries and raspberries during storage. J. HortSci. 73(6): 763-767.

Zhang, M-J., Y-M. Jiang, W-B. Jiang, dan X-J. Liu. 2006. Regulation of ethylene synthesis of harvested banana fruit by 1-methylcyclopropene.

Gambar

Gambar 1. Susunan buah di dalam kontainer (A) dan kontainer yang telah ditutup dan diberi plastik wrap dan selotip (B)
Gambar 2. Bercak coklat (brown spot) pada permukaan kulit buah

Referensi

Dokumen terkait

: Pengaw asan Peningkatan Jalan Tumbang (Kontrak Tahun Jamak 2015 - 2018). Acara Hasil Evaluasi Prakualifikasi, t anggal 07 dan berdasarkan Dokumen

[r]

Perangkat Daerah dan Peraturan Kepala BKPM Nomor 7 Tahun 2016 tentang Penetapan Hasil Pemetaan Urusan Pemerintahan Daerah Di Bidang Penanaman Modal serta Peraturan Menteri Dalam

“Jika seorang yang belum dewasa dituntut karena perbuatan yang dikerjakannya ketika umurnya belum enam belas tahun, hakim boleh: memerintahkan, supaya sitersalah itu

Sedangakan menurut Selo Soemardjan serta Soenardi, merumuskan definisi tentang kebudayaan sebagai hasil karya, cipta, serta rasa masyarakat. Karya masyarakat

Fenelitian ini menggurakan model Research and De*rlopmear (R&D) yang diadaptasi menjadi tiga tahap utarna yaitu: li tahap pendahuluan; 2) tahap Pengembangan; dan

Alhamdul lilah hirobbil’alamin, puji s yukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

[r]