• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wayang Yang dan Tergerus Zaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Wayang Yang dan Tergerus Zaman"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

“MAKALAH KEBUDAYAAN INDONESIA”

ANGGOTA KELOMPOK 1 :

1. ADETYAS NUR S Y (16/396303/SV/10516)

2. HENDRA PRASTOWO (16/401105/SV/11609)

3. MEILIANA IKA FITRIANTI (16/396316/SV/10529) 4. NURUL LATIFAH FAJRIANI (16/401128/SV/11632)

KELAS KEARSIPAN (B)

PROGRAM STUDI KEARSIPAN

DEPARTEMEN BAHASA SENI DAN MANAJEMEN BUDAYA

SEKOLAH VOKASI

(2)

Abstrak

Wayang Kulit yang Tergerus Zaman

Kebudayaan Indonesia sangat beragam jenis dan bentuknya. Tak bisa dipungkiri bahwa banyak kebudayaan Indonesia yang telah terkenal hingga ke mancanegara. Dengan banyaknya kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia, kita patut merasa bangga. Kebudayaan Indonesia dari Sabang sampai Merauke sangat banyak dan memiliki cirri khas masing-masing. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaan.

Kebudayaan yang ada di Indonesia merupakan peninggalan nenek moyang, yang kemudian sekarang ini banyak dikembangkan oleh masyarakat Indonesia. Akan tetapi hal tersebut tidaklah mengurangi ciri khas asli dari kebudayaan tersebut. Kebudayaan Indonesia yang sudah ada sejak zaman kerajaan salah satunya adalah Wayang Kulit. Wayang Kulit merupakan kebudayaan peninggalan nenek moyang yang hingga kini masih ada dan harus tetap dijaga agar tetap lestari.

Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan penjelasan mengenai konsep kebudayaan, wayang, dan Wayang Kulit. Pada makalah ini, penulis akan memaparkan penjelasan mengenai Wayang Kulit mulai dari pengertian, fungsi, macam-macamnya, perkembangan Wayang Kulit di Indonesia, dan upaya meningkatkan minat masyarakat terhadap Wayang Kulit. Dalam makalah ini penulis juga akan memaparkan sejarah wayang dan Wayang Kulit di Indonesia.

Penulisan makalah ini dilakukan dengan metode kajian pustaka. Penulis mengharapkan agar masyarakat lebih mengetahui kebudayaan Indonesia, terutama Wayang Kulit. Karena Wayang Kulit merupakan salah satu kebudayaan Indonesia yang telah diakui dunia. Penulis berharap agar kebudayaan Wayang Kulit yang ada di Indonesia tidak semakin tergerus zaman. Mempelajari budaya asing bukanlah suatu larangan, akan tetapi lebih baik bila kita mengembangkan kebudayaan kita terlebih dahulu.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL

1

ABSTRAK

2

DAFTAR ISI

3

BAB I PENDAHULUAN

4

A.

Latar Belakang

4

B.

Rumusan Masalah

5

C.

Tujuan Penelitian dan Manfaat Penulisan

5

D.

Manfaat penulisan

5

BAB II PEMBAHASAN

6

A.

Pengertian Kebudayaan

6

B.Pengertian Kebudayaan Indonesia

7

C.

Pengertian Wayang

7

D.Fungsi Wayang

8

E.Pengertian Wayang Kulit

8

F.

Macam-macam Wayang Kulit

9

G.

Sejarah Wayang Kulit Purwa

10

H.

Perkembangan Wayang Kulit di Indonesia

11

BAB III KESIMPULAN

14

A.

Kesimpulan

14

B.

Saran

14

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan budaya dan tradisi. Indonesia dengan beraneka agam adat istiadat, tradisi, bahasa, dan kebudayaan. Pada zaman era globalisasi seperti saat ini, kebudayaan merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai segi kehidupan yang dilakukan oleh manusia. Dalam pengertian tentang kebudayaan menurut, Edward Burnett Tylor, mendefinisikan kebudayaan atau culture sebagai berikut :

“That complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other, capabilities and habits acquired by man as a member of society” (Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hokum, adat, dan setiap kemampuan dan kebiasaan lainya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyrakat).

Sedangakan menurut Selo Soemardjan serta Soenardi, merumuskan definisi tentang kebudayaan sebagai hasil karya, cipta, serta rasa masyarakat. Karya masyarakat membuahkan teknologi serta kebudayaan yang dibutuhkan oleh manusia. Di samping pemahaman kebudayaan dalam pemhaman kehidupan masyarakat, paham-paham masyarakat yang mempengaruhi kebudayaan-kebudayaan tentang baik dan buruknya kebudayaan itu. Kebudayaan disuatu masyarakat selalu berubah mengikuti perkembangan zaman modern ini. Oleh ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat, sehingga kebudayaan terutama yang tradisional semakin lama mulai punah atau semakin tersingkir oleh perkembangan zaman.

(5)

wayang mulai pudar ditelan zaman. Karena permasalahan ini wayang harus dilestarikan supaya eksistensinya tetap ada dan tidak hilang oleh waktu. 6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah ini adalah sebagai berikut 1. Bagaimana perkembangan Wayang Kulit di Indonesia ?

2. Apa saja ragam Wayang Kulit yang ada di Indonesia ? 3. Bagaimana eksistensi atau Wayang Kulit di Indonesia ?

C.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian Laporan Makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui perkembangan Wayang Kulit di Indonesia 2. Untuk mengetahui ragam Wayang Kulit yang ada di Indonesia 3. Untuk mengetahui eksistensi Wayang Kulit di Indonesia

D. Manfaat penulisan Laporan Makalah ini adalah :

1. Memberikan pemahaman tentang kebudayaan wayang dalam perkembangan Wayang Kulit di Indonesia, ragam Wayang Kulit yang ada di Indonesia, dan eksistensi Wayang Kulit di Indonesia.

2. Penulisan laporan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman tentang kebudayaan wayang dan menambah ilmu pengetahuanya tentang buadaya khususnya wayang.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan

Sebelum membahas mengenai Wayang Kulit, kita terlebih dahulu akan membahas konsep kebudayaan. Pada tahun 1952, dua orang Ahli Antropologi Amerika Serikat, salah satunya adalah Tylor menyatakan bahwa ide pokok tentang kebudayaan adalah, bahwa “Kebudayaan terdiri dari pola-pola, yang tersurat dan tersirat, dari dan untuk kelakuan yang diperoleh dan diteruskan dengan simbol-simbol, yang terdiri dari unsur-unsur prestasi kelompok-kelompok manusia yang penting, termasuk perwujudannya berupa benda-benda; inti pokok kebudayaan terdiri dari ide-ide dan terutama nilai-nilai tradisonal di dalamnya (yaitu yang diperoleh dan diseleksi secara historis); sistem-sistem kebudayaan dapat, di satu pihak dianggap sebagai produk tingkah laku, dan di lain pihak sebagai unsur-unsur yang membentuk tingkah laku).”7

Mengenai bagaimana wujud kebudayaan, dalam pembahasan ini akan dijelaskan gagasan dari seorang Ahli Antropologi Indonesia, yaitu Koentjaraningrat. Koentjaraningrat2 menyetujui pendapat para ahli yang menyatakan bahwa ada tiga wujud

kebudayaan, yaitu : (1) sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, norma-norma, peraturan dan sebagainya; (2) sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan yang yang berpola dari manusia dalam masyarakat; dan (3) sebagai benda-benda hasil manusia. Secara ringkas, Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai “Keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya menusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”3

Menurut Zoetmulder dan Djojodigoeno, kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhi yang berarti “kesadaran, pengetahuan, maksud, akal, rasa, dan sifat”4, khususnya

tiga unsur dalam buddhi atau budi itu : karsa (kehendak), cipta (akal) rasa. Jadi apa yang terkadung dalam buddhi yaitu karsa, cipta, dan rasa yang apabila diwujudkan

71). A.L. Kroeber, Clyde Kluckhohn, hlm. 357, dalam Pandam Guritno. 1988. Wayang, Kebudayaan Indonesia dan Pancasila, hlm. 2-3. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

(7)

dengan karya atau daya akan menjadi sebuah budaya, dan kumpulan budaya tersebut dalam masyarakat dapat disebut kebudayaan, yang meliputi ketiga unsur diatas.

B. Pengertian Kebudayaan Indonesia

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 32, dijelaskan bahwa “Pemerintah memajukan kebudayaan Nasional Indonesia” dengan penjelasan resmi : “Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli terdapata sebagai puncak-puncak kebudayaan-kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju kepada kemajuan adab, buday, dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.”5 Karena Indonesia

termasuk salah satu negara atau bangsa yang kaya akan kebudayaan, terutama di bidang kesenian dan pertunjukan, maka dalam makalah ini kami akan membahas salah satu kesenian yang sudah tidak asing lagi, yaitu Wayang Kulit.

C. Pengertian Wayang

Secara harfiah, wayang berarti bayangan, akan tetapi seiring berjalannya waktu, pengertian wayang pun berubah. Saat ini wayang dapat berarti panggung pertunjukan atau teater atau dapat pula berarti actor atau aktris. Wayang sebagai seni teater berarti pertunjukan panggung, dimana sutradara ikut bermain. Jadi wayang berbeda dengan sandiwara atau film, dimana sutradara tidak muncul sebagai pemain. Sutradara dalam wayang disebut dalang, yang peranannya dapat mendominasi pertunjukan seperti dalam wayang purwa di Jawa, wayang parwa atau wayang Ramayana di Bali dan wayang banjar di Kalimantan Selatan dan Timur. Dalam wayang, peranan dalang tidak terlalu menonjol.8

D. Fungsi wayang

Wayang adalah seni dekoratif yang merupakan ekspresi kebudayaan nasional. Selain itu wayang juga merupakan media pendidikan, informasi, dan hiburan.

84). S. Wojowasito, Kamus Kawi-Indonesia (CV. Pengarang) cetakan ke- 10, hlm.51, dalam Pandam Guritno. 1988. Wayang, Kebudayaan Indonesia dan Pancasila, hlm. 3. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

5). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 32.

(8)

Wayangmerupakan media pendidikan karena ditinjau dari segi isinya yang banyak memberikan pengajaran bagi manusia. Baik manusia sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi, wayang dalam media pendidikan khususnya pendidikan budi pekerti memiliki manfaat yang sangat besar.

Wayang sebagai media informasi, karena ditinjau dari segi penyampaiannya yang sangat komunikatif terhadap masyarakat. Wayang dapat digunakan untuk memahami suatu tradisi, sebagai alat untuk mengadakan pendekatan kepada masyarakat, memberikan informasi mengenai masalah-masalah kehidupan. Selain itu wayang juga digunakan untuk mengetahui asal dari permasalahan yang ada dalam kehidupan manusia. Yang terakhir adalah wayang sebagai media hiburan. Wayang sebagai media hiburan, karena wayang dipakai untuk pertunjukan di dalam berbagai macam keperluan yang berfungsi sebagai hiburan. Selain untuk menghibur para penonton, wayang juga berfungsi untuk mengembangkan dan memperkaya spiritual seseorang.7

E. Pengertian Wayang Kulit

Wayang Kulit merupakan salah dari kelima golongan wayang yang ada di Indonesia. Pelaku yang muncul dalam pementasan Wayang Kulit adalah boneka-boneka dua dimensi yang terbuat dari kulit binatang atau tulang-belulang binatang. Wayang Kulit juga merupakan salah satu jenis wayang yang paling popular di Indonesia. Pelaku atau sutradara dalam sebuah pentas Wayang Kulit adalah Seorang dalang. Seorang dalang biasanya akan memulai pentas dengan mendongeng atau bercerita tentang kisah-kisah pewayangan, yaitu seperti : Kisah Mahabarata dan Ramayana.9

F. Macam-macam Wayang Kulit

Ada banyak jenis Wayang Kulit dari seluruh daerah di Indonesia. Yang termasuk Wayang Kulit adalah Wayang Gedog dan Wayang Purwa di Jawa, Wayang Parwa di Bali, Wayang sasak di Lombok, Wayang Banjar di Kalimantan, dan Wayang Palembang di Palembang.9 selain itu juga ada Wayang Kulit Cengkok Kedu, Wayang Kulit Gagrag

Yogyakarta, Wayang Kulit Gagrag Surakarta, Wayang Kulit Gagrag Banyumasan, Wayang Kulit Gagrag Jawa Timuran, Wayang Betawi, Wayang Kulit Cirebon (jawa Barat), Wayang Madura (sudah punah), dan Wayang Siam. Dari semua jenis wayang

97). Dalam buku Mengenal Wayang Kulit Purwo

(9)

yang ada di Indonesia, wayang yang paling terkenal dan tersebar luas serta diketahui sejarah perkembangannya adalah Wayang Purwa.

Wayang Purwa merupakan salah satu jenis pertunjukan wayang kulit dengan lakon-lakon yang awalnya bersumber pada cerita-cerita kepahlawanan India, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Pertunjukan Wayang Purwa berasal dari Jawa dan telah terkenal di Jawa Timur pada masa pemerintahan Raja Airlangga dalam abad ke-11. Wayang Purwa menyebar ke Bali, Kalimantan dan Palembang, serta dipentaskan dengan bahasa-bahasa setempat.

Ada beberapa jenis-jenis Wayang Kulit dan Klasifikasinya, antara lain sebagai berikut :10

No

. Pelaku Sumber Cerita Bahasa Nama

1. Boneka Kulit Ramayana-Mahabarata Jawa-Sunda Wayang Purwa

2. Boneka Kulit Kisah-kisah Panji Jawa Wayang Gedog

3. Boneka Kulit Kisah Amir Hamzah Jawa Wayang Kulit Menak

4. Boneka Kulit Mahabarata Bali Wayang Parwa

5. Boneka Kulit Kisah Amir Hamzah Sasak Wayang Sasak

6. Boneka Kulit Ramayana-Mahabarata Banjar Wayang Banjar

7. Boneka Kulit Ramayana-Mahabarata Palembang Wayang Palembang

9). Pandam Guritno, 1988, op. cit .,hlm. 12. 10). Ibid., hlm. 14.

G. Sejarah Wayang Kulit Purwa 1. Pada Masa Kerajaan Demak

(10)

membuat kreasi baru berupa wayang kulit. Perubahan ini mengenai bentuknya, gambarnya, model pertunjukanya, alat perlengkapan dan sarana lainya diselaraskan dengan syari’at Islam (dimasukkan unsur Islam).

2. Pada Masa Kerajaan Pajang

Pada tahun 1546, Jaka Tingkir diangkat sebagai Sultan di Pajang. Kerajaan Demak yang sudah rapuh itu ditaklukan. Jaka Tingkir berkuasa di Pajang tahun 1546-1586. Pada tahun 1556 bersama-sama dengan para ahli kesenian, Sultan Pajang membuat wayang yang ukurannya lebih kecil dari wayang yang ada. Wayang itu diberi nama Wayang Kidang Kencana.

3. Pada Zaman Mataram

Pada tahun 1582-1586 terjadi peperangan antara Adipati Sutawijaya di Mataram dengan Sultan Pajang. Kemudian dimenangkan oleh Sutawijaya. Sutawijaya yang kemudian bernama Panembahan Senopati menjadi raja di Mataram tahun 1586-1601. Wayang dikembangkan dengan menambah binatang seperti gajah, garuda, kuda dan lain-lain. Rambut ditata halus dengan gempuran seritan.

4. Pada Masa Kemerdekaan

Pada masa kemerdekaan, wayang kulit purwa diakui sebagai wayang hasil budaya Nasional. Wayang kulit purwa wajib dilestarikan dalam bentuk tetap dan dipertahankan sampai sekarang. Pengindonesiaan wayang kulit purwa perlu diusahakan dan dihayati oleh masyarakat Indonesia.

H. Perkembangan Wayang Kulit di Indonesia 1. Periode Prasejarah

(11)

menggunakan media perantara yaitu seorang yang dianggap sakti. Selain itu mereka juga menggunakan tempat dan waktu yang khusus untuk mempermudah proses pemujaan.11

2. Periode Hindu Budha

Perupaan wayang dalam budaya tradisional selalu berkaitan dengan perlambangan. Hal ini sesuai dengan pandangan dalam batas-batas kepercayaan dan agama yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Tradisi penciptaan wayang dari budaya prasejarah muncul kembali dalam perwujudan wayang batu pada pahatan relief candi dan patung pada zaman Hindu. Hal ini merupakan hasil peleburan antara pandangan terhadap nenek moyang dengan pemujaan dewa-dewa agama Hindu. Cerita wayang yang semula menggambarkan tokoh para leluhur, legenda kepala suku, atau nenek moyang lambat laun hilang dengan citra dewa-dewa Hindu dari daratan India yaitu cerita tentang Ramayana dan Mahabharata.

3. Periode Islam

Wayang kulit pada periode Islam mengalami perubahan dan perkembangan mendasar hingga sampai puncak klasiknya dan dibakukan dalam beberapa bentuk seperti sekarang ini. Hasil karya para wali dalam menyempurnakan antara lain pada bentuk muka yang semula wajah tampak dari depan dirubah menjadi tampak dari samping. Warna wayang yang semula hanya putih dari bubuk bakaran tulang dan hitam dari jelaga dikembangkan menjadi berbagai warna. Tangan-tangan raksasa yang semula menyatu dengan tubuhnya dibuat lengan tangan sambungan atau sendi sehingga dapat digerakkan, selain itu juga menambah ragam wayang.10

4. Periode Kolonial

Wayang sebagai seni pertunjukan masih berkembang pada zaman kolonial. Ketika pemerintahan Mataram II di bawah Raja Amangkurat II (1680) dengan bantuan Belanda memindahkan ibukotanya dari Pleret ke Kartasura. Pada saat yang bersamaan bentuk-bentuk wayang mulai disempurnakan. Pada zaman ini, pertunjukan wayang kulit telah menggunakan iringan gamelan dan tembang yang dibawakan oleh seorang sinden. Namun pertunjukan wayang pada saat itu tidak lagi berfungsi sebagai upacara agama,

1011). Koentjaraningrat. 1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : Dian Rakyat. Hlm. 253

(12)

tetapi telah menjadi bentuk kesenian klasik tradisional. Hanya sebagian kecil masyarakat yang sesekali masih mempergelarkan untuk upacara ritual.

5. Periode Pasca Kemerdekaan

Selama masa penjajahan Jepang (1942-1945) tidak terjadi perkembangan bentuk wayang maupun penciptaan wayang-wayang baru. Sesudah melewati masa kemerdekaan Indonesia, bermunculan bentuk-bentuk wayang kreasi baru termasuk jenis cerita dan tujuan pementasannya. Pada periode ini pertunjukan wayang juga merupakan suatu bentuk kesenian bukan lagi sebagai sebuah upacara keagamaan atau acara ritual. Dalam hal ini wayang menjadi suatu seni teater total dari seorang dalang ketika mengisahkan lakon yang memiliki fungsi tidak hanya sebagai hiburan tetapi juga sebagai sarana pendidikan dan komunikasi massa, pendidikan kesenian, pendidikan sastra, filsafat, dan agama. Pada periode ini salah satu jenis wayang yang muncul adalah wayang suluh pancasila yang diciptakan pada tahun 1947 di Madiun.

Wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November tahun 2003 sebagai karya kebudayaa yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Wayang kulit telah terbukti mampu menjawab tantangan budaya. Hal ini terbukti dengan diadakanya pagelaran-pagelaran wayang kulit diberbagai tempat. Contohnya pada pagelaran wayang kulit di gelar di Balai Sidang Senayan pada tahun 1979 dalam rangka peringatan satu Syuro yang dianggap super sukses. Pada pagelaran itu dipentaskan oleh Ki Narto Sabdho dalam lakon Dewa Ruci dan disambung Bima Suci. Pagelaran tersebut mampu menyerap penonton sebanyak 60.000 orang.

Hal ini adalah suatu bukti bahwa wayang mampu bersaing dengan kesenian-kesenian lainnya. Bahkan siap berkompetisi dengan kesenian-kesenian manca negara yang masuk ke Indonesia. Tidak sedikit orang manca negara yang ingin belajar wayang kulit. Banyak dari mereka yang telah menjadi dalang, niaga, dan pesindennya.

(13)

sejak awal zaman Kerajaan Majapahit memperkenalkan cerita Wayang Kulit lain yang tidak hanya bersumber pada Kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak saat itu cerita-cerita Panji, yaitu cerita tantang leluhur raja-raja Majapahit mulai diperkenalkan sebagai salah satu bentuk wayang yang lain.

Dalam pertunjukan Wayang Kulit (Wayang Purwa) bagian yang paling penting adalah dalang. Dalam terminology Bahasa Jawa, dalang (halang) berasal dari singkatan kata “Ngudal” dan “Piwulang” . ngudal artinya membongkar atau menyebarluaskan dan piwulang artinya ajaran, pendidikan, ilmu, dan informasi. Jadi keberaadaan dalang dalam pertunjukan Wayang Kulit bukan hanya sebagai aspek tontonan, tetapi juga sebagai aspek tuntunan. Oleh karena itu, disamping menguasai teknik pendalangan sebagai aspek hiburan, dalang haruslah seseorang dengan pengetahuan yang luas dan mampu memberikan pengaruh. Kronologis atau tahapan pertunjuka Wayang Kulit ada 3, yaitu : 1. Pathet Nem, 2. Pathaet Nyanga, dan 3. Pathet Manyuro.

Dahulu pada tahun 1950-an, wayang kulit masih rutin dipentaskan di panggung Taman Hiburan Rakyat Sriwedari Solo. Saat itu, masih banyak masyarakat yang berbondong-bondong menonton wayang kulit sampai pagi. Mereka sangat menikmati salah satu kesenian khas Jawa tersebut. bahkan tidak sedikit masyarakat yang hafal cerita wayang, baik cerita Bharatayuda, maupun cerita Ramayana. Tokoh-tokoh Punakawan menjadi bintang hiburan pada masa tersebut.

Pada masa lalu, Wayang Kulit digunakan oleh masyarakat Jawa untuk keperluan Ruwatan. Ruwatan merupakan upacara yang diadakan untuk menolak bala atau kesialan yang dialami seseorang karena secara alami seseorang dilahirkan dengan kondisi membawa malapetaka, seperti anak tunggal, anak kembar, anak laki-laki yang diapit oleh dua anak perempuan, dan sebagainya. Upacara lainnya yaitu, untuk keperluan keselamatan desa yang setiap Bulan Suro (awal bulan Jawa atau Bulan Muharam atau Tahun Baru Islam) diadakan setahun sekali pagelaran Wayang Kulit selamam semalam suntuk dengan cerita “Bharatayuda” agar dalam tahun yang akan berjalan desa tersebut akan diberi panen yang banyak dan keselamatan bagi seluruh warga desa.

(14)

Akan tetapi di era modernisasi dan era digital yang semakin canggih, kesenian Wayang Kulit mulai tergerus kepopulerannya. Seni pertunjukan Wayang Kulit yang kental dengan tradisi Jawa dan biasanya disajikan dengan Bahasa Jawa seringkali membuat Wayang Kulit terkalahkan dengan adanya media hiburan lain yang lebih menarik. survey di lapangan yang dilakukan beberapa ahli menunjukkan bahwa popularitas Wayang Kulit, khususnya di kalangan remaja semakin berkurang.

Ada beberapa kendala yang menjadi faktor utama Wayang Kulit menjadi tidak populer, yaitu :

1) Generasi muda tidak paham dengan cerita yang dibawakan oleh dalang, 2) Generasi muda tidak paham dengan bahasa yang digunakan dalang,

3) Generasi muda merasa jenuh atau bosan dikarenakan Wayang Kulit yang kurang terpadu dengan kebudayaan modern,

4) Waktu pertunjukan Wayang Kulit yang lama,

5) Generasi muda beranggapan bahwa Wayang Kulit merupakan kebudayaan kuno, 6) Generasi muda kurang mengena dan mengerti tentang Wayang Kulit.

Selain itu, dalam dunia pendidikan pun, muatan lokal seringkali dikesampingkan dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

BAB III

KESIMPULAN

(15)

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan kebudayaan. Hal tersebut tentu merupakan wujud bahwa Indonesia adalah negara yang kreatif. Kekayaan budya yang Indonesia miliki harus selalu dijaga dan dilestarikan agar tidak terjadi pengakuan kebudayaan Indonesia oleh negara asing dan agar kebudayaan yang Indonesia miliki tidak tergerus oleh zaman yang dari tahun ke tahun semakin cepat berkembang dan berubah. Kebudayaan peninggalan nenek moyang seperti Wayang Kulit ini merupakan kebudayaan yang sangat berharga.

B. Saran

Dari kajian pustaka yang kita lakukan terhadap beberapa hal mengenai Wayang Kulit, kami memberikan saran agar generasi muda lebih sadar akan pentingnya melestarikan kebudayaan daerah dan negara sendiri. Untuk seni pertunjukan Wayang Kulit seharusnya lebih dikembangkan bahasa dalam penyampaian ceritanya, agar generasi muda dapat memahami maksud atau alur cerita dari pertunjukan Wayang Kulit tersebut. penambahan materi dalam muatan lokal mata pelajaran juga diperlukan untuk lebih mengenalkan generasi muda terhadap kebudayaan daerah yang dimiliki Indonesia, khususnya terhadap Wayang Kulit.

DAFTAR PUSTAKA

Kroeber, A.L, Kluckhohn, Clyde. hlm. 357, dalam Pandam Guritno. 1988. Wayang,

(16)

---. Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Aksara Baru, 1980).hlm.193.

---. 1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : Dian Rakyat. Hlm. 253

Mulyono, Sri. 1975. Wayang, Asal-usul, Filsafat, dan Masa Depannya. Jakarta : Haji Masagung.

Hlm. 87

Pandam Guritno. 1988. Wayang, Kebudayaan Indonesia dan Pancasila, hlm. 11, 12, 14. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Soekatno. 1992. Wayang Kulit Purwa. Semarang : Aneka Ilmu

Sunarto. 1989. Wayang Kulit Purwa Gaya Yogyakarta. Jakarta : Balai Pustaka

Sutrisno, R. 1983. Sekilas Dunia Wayang dan Sejarahnya. Surakarta : ASKI. Hlm. 40

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 32.

Wojowasito, S. Kamus Kawi-Indonesia (CV. Pengarang) cetakan ke- 10, hlm.51, dalam Pandam

Guritno. 1988. Wayang, Kebudayaan Indonesia dan Pancasila, hlm. 3. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Alfaqi, Mifdal Zusron. 2011. Problematika Pelestarian Wayang Kulit di Kalangan Generasi Muda (Studi Kasus di Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Fathoni, Rifai Shodiq. 2016. Pertunjukkan Wayang di Era Modern. (Online). (http://wawasansejarah.com/pertunjukan-wayang-di-era-modern/. Diakses pada tanggal 4 Desember 2016)

Kisah Asal Usul. 2015. Asal Usul Wayang dan Sejarah Perkembangannya. (Online),

(http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-wayang-dan-sejarah.html, diakses 22 November 2016).

Negara, Andhika Yudha. 2011. Lunturnya Budaya Wayang Bagi Kalangan Remaja. Makalah

Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Online),

(17)

Supriady. 2011. Kedatangan dan Perkembangan Wayang Kulit di Kota Medan. (Online), (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24987/5/Chapter%20I.pdf. Diakses pada tanggal 4 Desember 2016).

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan ini pada hirarki

tersebut dapat menjadi sebuah karakter yang membedakannya dengan tempat lain. Fasade sekelompok bangunan dapat dinilai kualitasnya berdasarkan

Pemberiaan informasi dari penderita gagal ginjal yang sama-sama menjalani hemodialisa, tim medis hemodialisa mengenai hal apa saja yang harus dilakukan oleh penderita ketika

Segmentasi muscular ekor tokek asli, bila dilihat membujur, menunjukkan adanya segmen yang terbentang dari satu processus menuju ke kulit dan bila dilihat dari

neki nacrti i ambijenti nisu imali indikacija. Nije bio sasvim jasan ni projekt Et Ultra 13, u kojem takoðer nisu bili specificirani svi pro- stori. Rad je bio skroman i

Hasil pengujian terhadap rendemen produk sayuran kering dari berbagai alat pengering menunjukkan bahwa pada alat pengering Hybrid Surya memberikan rendemen wortel

GAME ONLINE DAN KONSTRUKSI IDENTITAS (Studi Konstruksi Identitas Pemain dalam Komunitas Game Online Melalui Interaksi Simbolik yang Digunakan dalam Bermain Game

1.) Keramahan Dan Kesopanan Pegawai Kesopanan dan keramahan merupakan faktor penting dalam penyelenggaraan pelayanan publik, karena dapat membuat masyarakat merasa