• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI RONGGENG IBING DALAM UPACARA NGABUNGBANG DI DESA BATULAWANG KOTA BANJAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FUNGSI RONGGENG IBING DALAM UPACARA NGABUNGBANG DI DESA BATULAWANG KOTA BANJAR."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI RONGGENG IBING DALAM UPACARA NGABUNGBANG DI DESA BATULAWANG KOTA BANJAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Seni Tari

Oleh

GALIH NALURITA 0901750

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Fungsi Ronggeng Ibing Dalam

Upacara Ngabungbang Di Desa

Batulawang Kota Banjar

Oleh Galih Nalurita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sni

© Galih Nalurita 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

GALIH NALURITA

FUNGSI RONGGENG IBING DALAM UPACARA NGABUNGBANG DI DESA BATULAWANG KOTA BANJAR

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing 1

Prof.Dr.Hj.Tati Narawati, S.Sen.,M.Hum NIP. 195212051986112001

Pembimbing II

Agus Supriyatna, S.Sn.,M.Pd NIP. 196708192005011001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari

(4)

ABSTRAK

Upacara ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar merupakan upacara rutin yang dilkasanakan setiap satu tahun sekali pada hari Selasa terakhir di bulan Rewah. Ngabungbang adalah cicing di luar wangunan bari teu saré sapeuting jeput, utamana dina tempat anu aya karamatan nu dilaksanakeun dina malem Rebo pamungkas di bulan Rewah (dalam bahasa Indonesia artinya diam diluar bangunan dengan tidak tidur semalaman terutama di tempat yang dikeramatkan yang dilaksanakan pada malam Rabu terakhir di bulan Rewah). Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Fungsi Ronggeng Ibing Dalam Upacara Ngabungbang Di Desa Batulawang Kota Banjar”. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian, antaralain: 1) Bagaimana struktur penyajian upacara ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar?; 2) Bagaimana syarat menjadi ronggeng ibing dalam upacara ngabungbang di Desa Batulawag Kota Banjar?; 3) Bagaimana tata cara untuk menjadi ronggeng ibing dalam upacara ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar?. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur upacara ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar, untuk mengetahui syarat dan tata cara untuk menjadi ronggeng ibing dalam upacara ngabungbang. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan sinkronik. Teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan observasi, wawancara, studi dokumen dan studi pustaka. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori fungsi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh sebuah temuan bahwa upacara ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar telah mengalami beberapa pergeseran, baik dalam waktu pelaksanaan maupun susunan upacara ngabungbang. Upacara ngabungbang masih memberlakukan hari terpilih, tempat terpilih, pemain terpilih serta masih adanya sesaji. Namun waktu dalam pelaksanaan upacara ngabungbang pada saat ini lebih singkat. Pada awalnya untuk menjadi seorang ronggeng harus memenuhi beberapa syarat dan tahapan-tahapan tertentu. Berbeda dengan sekarang, untuk menjadi ronggeng tidak ada persyaratan dan tata cara khusus. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pada awalnya upacara ngabungbang merupakan upacara ritual penuh, saat ini telah mengalami pergeseran fungsi menjadi semi ritual. Dengan demikian fungsi ronggeng ibing saat ini sebagai penghibur masyarakat dalam upacara ngabungbang yang semi ritual.

(5)

DAFTAR ISI

3. Sebagai Presentasi Estetis ... 18

C. Struktur Penyajian ... 19

2. Pelaksanaan Penelitian ... 34

(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Sekilas Pandang Kota Banjar ... 36

B. Keadaan Desa Batulawang ... 39

C. Upacara Ngabungbang di Desa Batulawang ... 40

1. Tahapan-tahapan Upacara Ngabungbang Tahun 2000-2009 ... 41

2. Tahapan-tahapan Upacara Ngabungbang Tahun 2010-2013 ... 44

D. Kesenian Ronggeng Ibing ... 57

1. Koreografi Kesenian Ronggeng Ibing ... 58

2. Struktur Pertunjuka Kesenian Ronggeng Ibing ... 60

3. Tata Rias dan Busana Ronggeng Ibing ... 68

E. Perjalanan Menjadi Ronggeng Dulu dan Kini ... 70

1. Perjalanan Ronggeng Zaman Dulu ... 70

2. Perjalanan Ronggeng Masa Kini ... 72

F. Syarat dan Tata Cara Menjadi Ronggeng Dulu dan Kini ... 72

1. Syarat dan Tata Cara Menjadi Ronggeng Zaman Dulu ... 72

2. Syarat dan Tata Cara Menjadi Ronggeng Masa Kini ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

A. Kesimpulan ... ... 78

B. Saran ... ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... ... 80

LAMPIRAN Surat Keputusan ... ... 82

Surat Izin Penelitian ... ... 84

Pedoman Wawancara ... ... 85

Biodata Narasumber ... ... 87

Foto Penelitian ... ... 91

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan, dengan keanekaragaman budaya disetiap daerah dan wilayah yang dimiliki bangsa Indonesia. Adalah suatu kebanggan bagi bangsa Indonesia yang dengan keanekaragaman budaya tersebut masyarakatnya tetap bersatu tanpa memandang perbedaan antar budaya. Koentjaraningrat (2009: 144) mengemukakan bahwa

“kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan

belajar”.

Dari masing-masing kebudayaan daerah yang dimiliki Bangsa Indonesia memiliki karakteristik yang unik dan berbeda beda antar daerah. Masyarakat Indonesia yang berkembang diantara banyaknya kebudayaan tentu saja harus melestarikan keanekaragaman budaya tersebut, seperti halnya yang dilakukan oleh pemerintah Kota Banjar. Pada awalnya Banjar merupakan salah satu kota administratif yang termasuk dalam wilayah kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat, berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Namun pada tahun 2003 Banjar memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis dan menjadi Kota Banjar. Dengan keterbatasan aset wisata alamnya, maka pemerintah Kota Banjar melihat potensi budaya untuk dikembangkan menjadi ikon Kota Banjar. Salah satunya adalah upacara ngabungbang yang masih tetap dilestarikan oleh masyarakat Desa Batulawang.

Upacara adat merupakan serangkaian kegiatan yang terikat pada adat

istiadat, agama dan kepercayaan masyarakat setempat. Upacara tersebut antara lain upacara kematian, upacara pernikahan, ataupun upacara mensucikan benda-benda yang dianggap keramat. Upacara ngabungbang merupakan ritual nyaring sapeupeuting (dalam bahasa Indonesia tidak tidur semalaman) yang biasanya

(8)

ngabungbang di Kota banjar dilaksanakan setiap hari Selasa pada akhir bulan

Rewah. Awalnya tujuan dari upacara ngabungbang adalah untuk meningkatkan kesaktian, memohon kesuksesan dan ucapan rasa syukur masyarakat. Seiring perubahan zaman upacara ngabungbang telah mengalami banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh tokoh-tokoh adat yang memimpin upacara ngabungang yaitu Ki Demang Wangsafyudin, Bapak Ani Sumarna dan Bapak Kusnadi (Alm). Ki Demang Wangsafyudin menginginkan perubahan selain sebagai ritual, ngabungbang dijadikan sebagai sarana pelestarian budaya. Karena beliau

mempunyai dedikasi tinggi terhadap kebudayaan khususnya kebudayaan di wilayah Priangan Timur. Menurut Bapak Ani Sumarna yang merupakan ahli seni dan dalang memfokuskan pada perubahan kesenian khas daerah Desa Batulawang. Untuk melestarikan kesenian daerah dihadirkanlah kesenian pencak silat, gondang buhun, dan ronggeng ibing. Bapak Kusnadi (Alm) yang berkecimpung dalam displin ilmu dakwah menekankan perubahan dari segi makna ritual untuk melindungi masyarakat dari ajaran-ajaran musyrik. Diperbolehkan tradisi itu untuk dilestarikan dengan mengunakan syarat-syarat seperti sesaji asalkan tidak menentang ketauhidan terhadap Allah SWT.

Penyajian upacara ngabungbang pada awalnya hanya berupa tawassul di tempat dan benda-benda yang dianggap keramat. Tawassul yang dimaksud adalah salah satu cara berdoa dan salah satu pintu menghadap Allah SWT dengan tujuan bersih bumi. Pada tahun 2010 struktur upacara ngabungbang telah mengalami perubahan. Upacara ngabungbang lebih cenderung pada pementasan seni warga Batulawang dengan tujuan yang sama. Seni yang selalu ditampilkan dalam upacara ngabungbang adalah ronggeng ibing. Kesenian ronggeng ibing merupakan kesenian rakyat yang menampilkan penari perempuan (ronggeng) yang dikelilingi oleh penari laki-laki.

Ronggeng ibing sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng

(9)

para penari perempuan atau ronggeng biasanya dilengkapi dengan selendang yang berfungsi untuk menggaet lawan (biasanya laki-laki) untuk menari bersama dengan cara mengalungkan selendang ke lehernya.

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat Desa Batulawang (Narasumber Ki Demang), kesenian ronggeng ibing ini berawal dari kisah Dewi Samboja yang membalas dendam atas kematian kekasihnya. Kemudian Dewi Samboja berkelana dan menyamar sebagai penari ronggeng untuk melawan sekelompok bajo (perampok). Akhirnya para bajo bisa dikalahkan oleh Dewi Samboja.

Sebagai seni pertunjukan, kesenian ronggeng ibing tentu mempunyai fungsi tersendiri. Sebagaimana diungkapkan oleh Soedarsono (Narawati, 2005: 16-18) mengungkapkan bahwa „secara garis besar seni pertunjukan mempunyai tiga fungsi primer yaitu (1) sebagai sarana ritual, (2) sebagai ungkapan pribadi yang pada umumnya berupa hiburan pribadi, dan (3) sebagai presentasi estetis‟.

Dengan demikian berdasarkan uraian diatas kesenian ronggeng ibing tentu mempunyai fungsi tersendiri dalam upacara ngabungbang, namun hingga saat ini belum diketahui secara pasti fungsi dari kesenian ronggeng ibing. Hal ini yang menjadi daya tarik tersendiri bagi peneliti, oleh sebab itu peneliti akan mencoba memaparkan tentang kesenian ronggeng ibing dalam bentuk skripsi yang berjudul

“Fungsi Ronggeng Ibing Dalam Upacara Ngabungbang Di Desa Batulawang Kota

Banjar”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah dan judul yang telah dipaparkan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana struktur penyajian upacara ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar?

2. Bagaimana syarat menjadi ronggeng ibing dalam upacara ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar?

(10)

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukan adanya sesuatu hal yang ingin diperoleh setelah penelitian selesai. Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai salah satu upaya untuk melestarikan kebudayaan daerah, salah satunya adalah upacara ngabungbang dan kesenian ronggeng ibing yang ada di Kota Banjar. 2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan struktur penyajian upacara ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar.

b. Mendeskripsikan syarat untuk menjadi ronggeng ibing dalam upacara ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar.

c. Mendeskripsikan tata cara untuk menjadi ronggeng ibing dalam upacara ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi semua pihak, diantaranya :

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini memberikan informasi mengenai struktur penyajian upacara ngabungbang dan fungsi kesenian ronggeng ibing dalam upacara

ngabungbang. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan acuan atau

referensi bagi peneliti lain pada waktu yang akan datang. 2. Bagi Praktisi

a) Bagi peneliti, menambah ilmu pengetahuan dalam bidang kesenian daerah. b) Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis

(11)

E. METODE PENELITIAN

Pada dasarnya metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2011: 2). Secara umum data yang diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Setiap penelitian mempuyai tujuan dan kegunaan tertentu, yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian adalah data yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh digunakan untuk membuktikan keraguan terhadap informasi, dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah diperoleh. Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan sinkronik. Penulis berusaha untuk menyelidiki peristiwa yang terjadi kemudian memaparkan atau menjelaskan hasil penelitiannya secara jelas dan terperinci sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

1. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini yaitu Desa Batulawang, Kecamatan Pataruman Kota Banjar. Alasan pemilihan lokasi di Kota Banjar karena di Desa Batulawang merupakan satu-satunya Desa yang mengadakan upacara ngabungbang dengan menampilkan kesenian ronggeng ibing. Subjek dalam penelitian ini adalah penari ronggeng ibing dan tokoh adat Desa Batulawang (pemimpin upacara

ngabungbang)

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

a. Observasi

(12)

Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan adalah participant observation (observasi berperan serta). Dalam observasi berperan serta peneliti

terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebaagai sumber data penelitian. Dengan observasi ini maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

b. Wawancara

Wawancara merupakan sebuah dialog antara pewawancara dengan narasumber untuk mendapatkan informasi tentang objek penelitian yang tak bisa diamati oleh indera penglihatan. Adapun wawancara yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematik dan lengkap. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan dalam pengumpulan datanya dengan narasumber Ki Demang Wangsafyudin sebagai sesepuh dalam upacara ngabungbang, dan penari rongeng ibing yaitu Epon dan Nia.

c. Studi dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen tersebut bisa berupa gambar, tulisan, patung, dan lain-lain. Studi dokumetasi merupakan bagian dari metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel atau lebih dipercaya apabila didukung oleh dokumen-dokumen pada masa lalu. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumentasi berupa foto-foto dan video kesenian ronggeng ibing dalam upacara ngabungbang.

d. Studi Pustaka

(13)

3. Instumen Penelitian

Pada penelitian ini pedoman yang digunakan adalah pedoman observasi, pedoman wawancara dan studi dokumentasi.

a. Pedoman observasi

Observasi dilakukan peneliti dengan mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian serta mencatat segala data mengenai cara penyajian ronggeng ibing dalam upacara ngabungbang.

b. Pedoman wawancara

Wawancara merupakan dialog yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang objek penelitian. Peneliti melakukan wawancara kepada Ki Demang Wangsafyudin sebagai salah satu sesepuh dalam upacara ngabungbang dan penari ronggeng ibing yaitu Epon dan Nia. Peneliti bertanya mengenai syarat menjadi ronggeng, tata cara menjadi ronggeng dan struktur penyajian upacara ngabungbang,

c. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi membantu dalam pelengkapan penelitian. Alat yang digunakan yaitu :

1).Handphone, digunakan untuk merekam suara ketika melakukan wawancara dengan narasumber.

2).Video atau camera digital, digunakan untuk dokumentasi penelitian dimana peneliti mengambil rekaman gambar dan foto kesenian ronggeng ibing.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Adapun proses analisis data yang digunakan yaitu :

a. Analisis sebelum di lapangan

(14)

upacara ngabungbang di Desa Batulawang. Kemudian melakukan wawancara kepada sesepuh upacara ngabungbang mengenai ronggeng ibing.

b. Analisis di lapangan

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus. Aktivitas dalam analisis data yaitu peneliti melakukan reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Hal pokok yang diambil dalam penelitian yaitu mengenai struktur penyajian upacara ngabungbang, serta fungsi kesenian ronggeeng ibing dalam upacara ngabungbang

itu sendiri.

Setelah data di reduksi, langkah selanjutnya adalah memaparkannya data dalam bentuk uraian singkat. Hal ini akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan upaya yang dipahami. Langkah terakhir yaitu kesimpulan atau conclusion drawing. Kesimpulan dalam penelitian adalah pemaparan fungsi pelaksanaan ronggeng ibing dalam upacara ngabungbang yang didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten.

F. STRUKTUR ORGANISASI

Adapun struktur organisasi dalam skripsi ini adalah sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Manfaat Penelitian D. Metode Penelitian E. Struktur Organisasi BAB II KAJIAN TEORETIS

A. Penelitian Terdahulu B. Teori Fungsi

(15)

C. Struktur Penyajian

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

B. Lokasi dan Subjek Penelitian C. Definisi Operasional

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Observasi

2. Wawancara 3 Studi Dokumen 4. Studi Pustaka

E. INSTRUMEN PENELITIAN 1. Pedoman Observasi

2. Pedoman Wawancara 3. Studi Dokumen

F. TEKNIK ANALISIS DATA 1. Analisis Sebelum di Lapangan 2. Analisis Selama di Lapangan G. TAHAP-TAHAP PENELITIAN

1. Persiapan Penelitian 2. Pelaksanaan Penelitian 3. Penulisan Laporan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Pandang Kota Banjar B. Keadaan Desa Batulawang

C. Upacara Ngabungbang Di Desa Batulawang

1. Tahapan-tahapan Upacara Ngabungbang Tahun 2000-2009 2. Tahapan-tahapan Upacara Ngabungbang Tahun 2010-2013 D. Kesenian Ronggeng Ibing

1. Koreografi Kesenian Ronggeng Ibing

(16)

E. Perjalanan Menjadi Ronggeng Dulu dan Kini 1. Perjalanan Ronggeng Zaman Dulu

2. Perjalanan Ronggeng Masa Kini

F. Syarat dan Tata Cara Menjadi Seorang Ronggeng Dulu dan Kini 1. Syarat dan Tata Cara Menjadi Ronggeng Zaman Dulu

2. Syarat dan Tata Cara Menjadi Ronggeng Masa Kini BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Metode penelitian secara umum dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Keberhasilan suatu penelitian tidak terlepas dari metode yang digunakan, oleh sebab itu diperlukan ketelitian dalam memilih metode yang tepat untuk permasalahan yang akan diteliti. Sebagimana dikemukakan Arikunto (2010: 203) bahwa “metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data

penelitiannya”. Pendapat lain diungkapkan oleh Surakhman (Yayu, 2009: 40)

bahwa “metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu

tujuan”. Berdasarkan paparan tersebut, maksud dari metode penelitian yaitu suatu alat atau cara untuk membantu peneliti agar mendapatkan hasil dari objek yang diteliti.

Metode yang digunakan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain penggunaan metode penelitian harus dilihat sejauh mana efektifitas, efisien dan relevannya. Suatu metode penelitian dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan metode tersebut terlihat adanya perubahan positif menuju perubahan yang diharapkan. Dikatakan efisien apabila penggunaan fasilitas, waktu, tenaga dan biaya digunakan sehemat mungkin tetapi tetap mencapai hasil yang maksimal. Relevan atau tidaknya suatu metode biasanya dilihat dari manfaat metode tersebut. Apabila antara pengolahan data, hasil pengolahan data dan tujuan yang ingin dicapai tidak ada penyimpangan, maka metode tersebut dikatakan relevan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini dianggap paling tepat untuk membedah berbagai persoalan yang sedang diteliti yaitu fungsi ronggeng ibing dalam upacara ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar. Sebagaimana diungkapkan Sukmadinata (Yayu, 2009: 40) menjelaskan bahwa:

(18)

perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lainnya.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk mendeskripsikan sesuatu baik kondisi yang sedang berlangsung, proses, akibat atau efek yang yang terjadi. Lebih lanjut diungkapkan Sanafiah Faisal (Nopi, 2010: 35) bahwa:

Deskriptif analisis berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada. Ia bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang ada yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang. Metode deskriptif analisis berkenaan dengan masa kini dan masa lampau serta pengaruhnya terhadap masa kini.

Paparan di atas mengungkapkan bahwa di dalam metode deskriptif analisis adalah metode yang memaparkan berbagai kondisi yang terjadi di lapangan. Jadi dalam penelitian ini, peneliti berusaha memaparkan kejadian-kejadian yang terjadi yaitu perubahan struktur upcara ngabungbang, syarat dan tata cara untuk menjadi ronggeng.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan sinkronik. Diungkapkan Hadi (Yayu, 2009: 41) bahwa “Sinkronik yaitu

mengidentifikasi sesuatu pada saat itu saja (peristiwa itu terjadi, ditemukan)”.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti berusaha memaparkan struktur upacara ngabungbang, syarat dan tahapan untuk menjadi ronggeng pada masa sekarang. Adapun peneliti memaparkan struktur upacara ngabungbang, syarat serta tahapan untuk menjadi ronggeng pada zaman dahulu hanya untuk melihat perkembangan yang terjadi.

(19)

B. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Desa Batulawang, Kecamatan Pataruman Kota Banjar. Adapun alasan pemilihan lokasi di Kota Banjar yaitu karena Desa Batulawang merupakan satu-satunya Desa yang mengadakan upacara ngabungbang dengan menampilkan kesenian ronggengg ibing.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para penari ronggeng ibing, yaitu Epon dan Nia. Ki Demang Wangsafyudin sebagai tokoh adat Desa Batulawang Kota Banjar.

C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional diperlukan untuk memudahkan peneliti sendiri dalam mengolah dan menganalisis data penelitiannya. Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian yaitu sebagai berikut.

Fungsi menurut M.E. Spiro (Koentjaraningrat, 2009: 173) adalah hubungan antara suatu hal dengan suatu tujuan tertentu, kaitan antara satu hal dengan hal yang lain, hubungan yang terjadi antara satu hal dengan hal-hal lain dalam suatu sistem yang terintegrasi.

Ronggeng dan ibing menurut Danadibrata (2006: 584), ronggeng ialah

awéwé tukang ngigel bari tandak, sedangkan ibing ialah igel.

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (422), upacara merupakan perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa penting.

Ngabungbang menurut Danadibrata (2006: 115) adalah ulin ngalantung,

jarah ka makam karamat, ngadon mandi di pamandian nu aya karamatna dina

waktu keur caang bulan ngebrak dina tanggal 14 bulan Komariah biasana dina

bulan nu diagungkeun ku Islam dina bulan Mulud supaya meunang berkah.

Ronggeng ibing adalah pertunjukan hiburan yang menghadirkan penari

(20)

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa ronggeng ibing merupakan pertunjukan hiburan yang tedapat dalam upacara ngabungbang yang menampilkan dua atau lebih penari perempuan, dimana dalam pertunjukannya ronggeng menari bersama masyarakat Desa Batulawang yang hadir dalam upacara

ngabungbang.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Tujuan utama melaksanakan penelitian adalah mendapatkan data, oleh sebab itu teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam sebuah penelitian. Tanpa mengetahui bagaimana teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu sebagai

berikut.

1. Observasi

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam. Arikunto berpendapat bahwa “observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan

data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang terstandar”. Lebih lanjut dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2011: 145) bahwa „observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologis‟.

Dilihat dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, Sugiyono (2011: 145) membedakan observasi menjadi dua bagian, yaitu: a. observasi berperan serta (participant observation); b. observasi non partisipan (non participant observation). Observasi berperan serta adalah observasi yang melibatkan peneliti

(21)

mendapat data yang mendalam dan tidak sampai pada tingkat makna, yaitu nilai-nilai dibalik perilaku yang tampak, yang terucap dan yang tertulis.

Tujuan observasi ini adalah untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan fungsi ronggeng ibing dalam upacara ngabungbang di Desa Batulawang, maka diperlukan pengamatan secara menyeluruh mengenai berbagai aspek yang akan diteliti. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi berperan serta (participant observation). Peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

Kegiatan observasi ini pertama kali dilakukan peneliti pada tanggal 26 Maret 2012. Pada kegiatan ini peneliti melihat langsung keberadaan upacara ngabungbang dengan melakukan wawancara kepada Ki Demang Wangsafyudin

yang merupakan sesepuh dalam upacara ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar. Setelah melakukan observasi, peneliti menemukan suatu permasalahan mengenai fungsi ronggeng ibing dalam upacara ngabungbang yang menurut peneliti perlu dicari dengan jelas.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang akan diteliti dan peneliti ingin mengetahui lebih dalam hal-hal dari responden. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi. Arikunto

mengungkapkan (2010: 198) “wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer).

Ungkapan di atas menyatakan bahwa wawancara dilakukan untuk menilai keadaan seseorang sehingga peneliti akan mendapatkan data yang diinginkan dengan melakukan tanyajawab dengan narasumber.

(22)

informasi apa yang akan diperoleh. Oleh sebab itu diperlukan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang tertulis. Wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun sistematis dan lengkap untuk mendapatkan data.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan dalam pengumpulan data kepada nasarumber. Adapun tokoh-tokoh yang diwawancara oleh peneliti diantaranya:

a. Bapak Anda dari Dinas Kebudayaan kota Banjar, dari sini peneliti mendapatkan informasi tentang keberadaan upacara ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar.

b. Ki Demang Wangsafyudin selaku sesepuh dari upacara ngabungbang, dari sini peneliti mendapatkan data mengenai upacara ngabungbang dan ronggeng ibing.

c. Epon dan Nia selaku ronggeng, dari sini peneliti mendapatkan informasi mengenai syarat dan tahapan untuk menjadi ronggeng ibing.

3. Studi Dokumen

Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih dapat dipercaya apabila didukung oleh data dari dokumen-dokumen. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu baik berbentuk tulisan, gambar, dan karya-karya lain seseorang. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen berupa foto, video ronggeng ibing dan upacara ngabungbang.

4. Sudi Pustaka

(23)

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Sebuah penelitian pada prinsipnya adalah melakukan pengukuran, tentu saja dalam hal ini harus ada alat ukur yang baik untuk mendapatkan data yang valid. Sebagaimana dinyatakan oleh Sugiyono (2011: 102) bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial

yang diamati”. Lebih lanjut Arikunto (2010:203) mengungkapkan instrumen penelitian adalah:

alat atau fasilitas yang digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Variasi jenis instrumen penelitian adalah: angket, ceklis (check-list) atau daftar centang, pedoman wawancara. Ceklis sendiri memiliki wujud yang bermacam-macam.

Menurut Sugiyono (2011: 222) mengungkapkan bahwa “Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data”. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Nasution (Sugiyono, 2011: 223) berikut ini.

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu dilaksanakan. .Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa, dalam penelitian kualitatif pada awalnya permasalahannya belum jelas dan pasti. Oleh karena itu, yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Akan tetapi setelah masalah yang akan diteliti jelas, maka dapat dikembangkan instrumen penelitian yang diharapkan dapat melengkapi data dan memnadingkan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

(24)

1. Pedoman Observasi

Observasi dalam pengertian psikologik disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.

Arikunto (2010: 200) mengungkapkan observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu:

a. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi non-sistematis, sehingga peneliti tidak memerlukan pedoman observasi. Observasi

dilakukan peneliti dengan mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian serta mencatat segala data mengenai struktur upacara ngaungbang dan cara penyajian ronggeng ibing.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan dialog yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang objek penelitian, maka dalam pelaksanaan wawancara tentu saja memerlukan alat bantu. Alat bantu tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan, dan alat tulis untuk menuliskan jawaban yang akan diterima. Sebagaiman diungkapkan Arikunto (2010: 192) bahwa “penelitian menggunakan

metode wawancara, instrumennya adalah pedoman wawancara”. Hal ini sejalan dengan ungkapan Basrowi dan Suwandi (Yayu Yuniawati, 2009: 53) sebagai berikut.

Pedoman wawancara ini digunakan peneliti sebagai pemandu, dengan demikian (1). Proses wawancara berjalan di atas rel yang telah ditentukan; (2). Informan dapat memberikan jawaban seperti yang dikehendaki peneliti; (3). Peneliti tidak terlalu sulit membedakan antara data yang digunakan dan tidak; dan (4). Peneliti dapat lebih berkonsentrasi dengan lingkup penelitian yang dilakukan.

(25)

penari ronggeng, dan Ki Demang Wangsyafyudin sebagai salah satu sesepuh dalam upacara ngabungbang. Dalam wawancara peneliti menanyakan tentang struktur penyajian upacara ngabungbang, syarat-syarat dan tahapan untuk menjadi seorang ronggeng.

3. Studi Dokumen

Informasi yang didapat dalam sebuah penelitian tentu saja tidak hanya benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, catatan harian, tetapi bisa berupa gambar ataupun suara. Studi dokumentasi ini membantu dalam pelengkap penelitian. Oleh sebab itu diperlukan alat-alat yang dapat membantu studi dokumentasi ini, alat yang digunakan yaitu:

a. Handphone, digunakan untuk merekam suara ketika melakukan wawancara dengan narasumber.

b. Video atau camera digital, digunakan untuk dokumentasi penelitian dimana peneliti mengambil rekaman gambar dan foto kesenian ronggeng ibing.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, selanjutnya yang harus dilakukan adalah menganalisis data. Sugiyono (2011: 244) mengemukakan bahwa:

analisis data adalah proses mencari, menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dn yng akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama proses penelitian di lapangan, dan setelah selesai penelitian di lapangan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Nasution (Sugiyono 2011: 245) bahwa “analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil

penelitian”. Akan tetapi dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan

(26)

Adapun proses analisis data yang digunakan yaitu sebagai berikut. 1. Analisis Sebelum di Lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan, yaitu analisis terhadap studi pendahuluan atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah penelitian masuk di lapangan.

Penelitian yang dilakukan adalah melihat dan mengamati keberadaan ronggeng ibing dalam upacara ngabungbang di Desa Batulawang. Selanjutnya

melakukan tanya jawab terhadap sesepuh upacara ngabungbang mengenai pelaksanaan upacara ngabungbang. Kemudian dari berbagai jawaban, terdapat beberapa hal menarik untuk diteliti lebih lanjut yaitu mengenai fungsi ronggeng ibing di dalam upacara ngabungbang.

2. Analisis Selama di Lapangan

Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011: 246) mengemukakan bahwa

“aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung seara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data (data reducation), penyajian data (data display), dan kesimpulan (conclution drawing/verification).

(27)

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan tentu dalam jumlah banyak, maka dari itu perlu dicatat secara rinci, teliti dan segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Hal pokok yang diambil dalam penelitian yaitu mengenai syarat-syarat apa saja yang harus di penuhi untuk bisa menjadi seorang ronggeng, bagaimana tata cara untuk menjadi ronggeng, serta struktur penyajian upacara ngabungbang. Dengan demikian data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data atau memaparkan data dalam bentuk uraian singkat ataupun bagan. Hal ini akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.

c. Conclution Drawing/verification

Langkah terakhir dalam analisis data yaitu membuat kesimpulan atau conclution drawing. Kesimpulan akan dianggap kredibel apabila didukung oleh

bukti-bukti yang valid dan konsisten. Kesimpulan yang dicapai merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan berupa deskripsi atau gambaran mengenai fungsi pelaksanaan ronggeng ibing dalam upacara ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar.

G. TAHAP-TAHAP PENELITIAN

Sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2010: 61) bahwa “ langkah-langkah penelitian yang lain yang lebih menitik beratkan pada kegiatan administrative, yaitu pembuatan rancangan penelitian, pelaksanaan penelitian,

pembuatan laporan penelitian”.

(28)

1. Persiapan Penelitian a. Survei

Langkah pertama yang peneliti lakukan adalah survei secara langsung ke tempat pelaksanaan ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar. Survei dilakukan pada tanggal 26 Maret 2012.

b. Pengajuan judul

Pada tahap ini peneliti mengajukan judul yang akan diteliti kepada dewan skripsi yang dilakukan pada bulan Oktober 2012.

c. Penyusunan Proposal

Setelah melakukan seleksi judul dan topik penelitian, selanjutnya adalah penyusunan proposal penelitian. Penyusunan proposal dikonsultasikan kepada pembimbing akademik. Peneliti menyusun proposal penelitian pada bulan Oktober 2012.

d. Sidang Proposal

Sidang proposal dilaksanakan pada bulan Oktober 2012. Pada saat pelaksanaan sidang proposal terdapat beberapa orang penguji. Setiap penguji memberikan masukan-masukan tentang penelitian yang akan dilakukan.

e. Revisi proposal

Setelah sidang proposal dilaksanakan, selanjutna peneliti melakukan revisi sesuai masukan yang diberikan penguji yang selanjutnya dikonsultasikan dengan pembingbing I dan pembimbing II.

f. Pengajuan ijin penelitian

Persiapan lainnya sebelum penelitian di lapangan adalah pengajuan ijin penelitian. Proposal disahkan oleh pembimbing I dan pembimbing II serta diketahui Ketua Jurusan.

g. Penetapan Instrumen Penelitian

(29)

2. Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti melakukan beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut.

a. Konsultasi dengan pembimbing

Proses bimbingan dengan pembimbing I dan pembimbing II dilaksanakan dari persiapan penelitian sampai sidang skripsi. Konsultasi yang dilakukan yaitu menyangkut keseluruhan BAB yang terdapat di dalam skripsi. Proses peneltitian dilakukan dengan mengkonsultasikan hal apa saja yang harus dipersiapkan sebelum observasi ke lapangan. Konsultasi tersebut diantaranya membahas tentang wawancara yang akan dilakukan dilapangan agar informasi yang diperoleh dari narasumber bisa dianggap kompeten. Selain itu, dibahas pula mengenai proses pendukumentasian yang sebaiknya dilakukan dilapangan.

b. Pengumpulan data

Data yang diperoleh dari penelitian ini menggunakan beberapa cara, yaitu observasi, wawancara, studi dokumntasi, dan studi pustaka.

c. Pengolahan data

Data yang diperoleh kemudian dirangkum, dipaparkan dalam bentuk uraian singkat kemudian kemudian ditarik kesimpulan.

d. Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisi kemudian ditafsirkan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Adapun tahap-tahap analisis yaitu:

1) Mengamati struktur penyajian upacara ngabungbang

2) Memaparkan mengenai syarat-syarat untuk menjadi ronggeng ibing 3) Memaparkan proses tata cara menjadi ronggeng ibing

4). Menganalisis fungsi kesenian ronggeng ibing dalam upacara ngabungbang 3. Penulisan Laporan

Langkah-langkah penulisan laporan yaitu sebagai berikut.

(30)

b. Pedoman buku yang penulis gunakan adalah pedoman karya tulis ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

c. Penyusunan penulisan laporan tidak lepas dari proses bimbingan, baik dengan pembimbing I maupun pembimbing II. Proses bimbingan ini dilakukan untuk mendapatkan hasil tulisan yang sempurna dengan perbaikan karena kurang lengkapnya data dan sistematika penulisan.

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pengolahan dan analisis data tentang fungsi ronggeng ibing dalam upacara ngabungbang di Desa Batulawang Kota Banjar, maka diperoleh kesimpulan bahwa upacara ngabungbang telah mengalami beberapa pergeseran, baik dalam waktu pelaksanaan maupun susunan upacara ngabungbang. Upacara ngabungbang masih memberlakukan hari terpilih, tempat yang terpilih, pemain

terpilih serta masih adanya sesaji. Namun waktu dalam pelaksanaan upacara ngabungbang pada saat ini lebih singkat yaitu hanya sampai dengan pukul 24.30

WIB.

Pada awalnya untuk menjadi seorang ronggeng harus memenuhi beberapa syarat dan tahapan, yaitu berpuasa, menghafalkan jampe-jampe (jampe pemikat dan jampe keselamatan), mengunjungi tepat keramat Batu Ranggon, dan melaksanakan latihan di tujuh buruan (halaman rumah). Berbeda dengan sekarang, untuk menjadi ronggeng tidak ada persyaratan dan tahapan khusus, keahlian menari di dapatkan dari berlatih di sanggar.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pada awalnya upacara ngabungbang merupakan upacara ritual penuh, saat ini telah mengalami

pergeseran fungsi menjadi semi ritual. Dengan demikian fungsi ronggeng ibing pun kini bergeser sebagai penghibur masyarakat dalam upacara ngabungbang yang semi ritual.

B. SARAN

(32)

1. Bagi pelaku kesenian ronggeng ibing

Peneliti menyarankan kepada para tokoh dan pelaku kesenian ronggeng ibing untuk tetap menjaga kelestarian kesenian ini agar tetap bisa dinikmati oleh

anak cucu kita. Selain itu juga diharapkan adanya pembinaan terhadap generasi muda agar kesenian ronggeng ibing ini tetap ada dan berkembang.

2. Dinas Kebudayaan dan Pemerintah Kota Banjar

Keberadaan kesenian ronggeng ibing dan upacara ngabungbang ini merupakan aset kebudayaan yang sangat berharga. Peneliti mengharapkan adanya pembinaan, pengembangan, dan peningkatan kebudayaan yaitu dengan pendataan maupun pendokumentasian kesenian ronggeng ibing dan upacara ngabungbang oleh Dinas Kebudayaan dan Pemerintah Kota Banjar lebih ditingkatkan lagi. Selain itu upacara ngabungbang di Desa Batulawang bisa dijadikan sebagai salah satu pariwisata di Kota Banjar yang dilaksanakan satu tahun sekali.

3. Kepada Masyarakat umum

Peneliti berharap agar masyarkat umum lebih apresiatif terhadap kesenian tradisional yang merupakan aset kebudayaan bangsa.

4. Dunia Pendidikan

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Caturwati, Endang. (2006). Perempuan dan Ronggeng di Tatar Sunda Telaah Sejarah Budaya. Bandung: Pusat Kajian Lintas Budaya dan Pembangunan Berkelanjutan.

Danadibrata, R.A.(2006). Kamus Basa Sunda. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama.

Farida, Rizki. (2009). Upacara Ngabungbang Di Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar. Yogyakarta: Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Hermansyah, A. Hendra. (2007). Ritual Ngabungbang Di Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar. Yogyakarta : Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Tidak di terbitkan.

Kunaedi, Cece (2010). Pertunjukan Ajeng Dalam Upacara Guar Bumi di Desa Ujungjaya Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang. Bandung: Skripsi Universitas Indonesia. Diterbitkan.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Mahardika, Suciati. (2009). Pertunjukan Topeng Beling Di Sanggar Sekar Pandan Komplek Keraton Kacirebonan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Diterbitkan.

Maulana, R & Putri Amelia. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Lima Bintang.

Narawati dan Soedarsono. (2005). Tari Sunda Dulu, Kini, dan Esok. Bandung: P4ST.

Narawati. (2003). Wajah Tari Sunda Dari Masa Ke Masa. Bandung: P4ST

Nopiani, Nopi. (2010). Pergeseran Fungsi Penyajian Kesenian Ronggeng Gunung Di Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis. Bandung: Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. Diterbitkan.

Sedyawati, Edi. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.

(34)

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumardjo, dkk. (2001). Seni Pertunjukan Indonesia. Bandung: STSI Press.

Tohari, Ahmad. (2011). Ronggeng Dukuh Paruk. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama.

Gambar

Gambar 3.1 Komponen Dalam Analisis Data Sumber: Sugiyono (2011: 247)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya keadilan distributif yang berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial dengan komitmen afektif sebagai variabel intervening

Dalam membuat desain kemasan suatu produk, keindahan tata letak huruf harus memberikan kesan dan informasi yang kuat, sehingga menjadi daya tarik utama dan

Rain Sensor Module Sensitive Sensor digunakan untuk mendeteksi banjir, keluaran dari sensor akan diolah pada Arduino Uno.. Data h asil pembacaan pada Arduino

KECAMATAN BABAKAN CIPARAY DALAM ANGKA TAHUN Nomor Katalog: 1102001.3273210 Nomor Publikasi BPS: 3273.1512 Ukuran Buku: 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman: xxii + 104 Halaman

Pada penelitian ini diimplementasikan sistem keamanan alarm CCTV network atau biasa disebut dengan Kamera IP dengan menggunakan PIR (Passive Infrared Receiver)

kemungkinan yang terjadi jika suatu perusahaan memiliki struktur modal yang terdiri atas saham biasa dan utang jangka panjang adalah: pada tingkat laba sebelum

Segala puja dan puji penulis haturkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah memberikan anugrahnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penelitian

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dalam penelitian tentang penggunaan media konkret pada pembelajaran Matematika tentang materi pengurangan untuk