• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL REMAJA : Studi Korelasional pada Siswa SMP Negeri 12 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL REMAJA : Studi Korelasional pada Siswa SMP Negeri 12 Bandung."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FIP : 324/Skripsi/Psi-FIP/UPI.06.2013

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL REMAJA

(Studi Korelasional Pada Siswa SMP Negeri 12 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Jurusan Psikologi

Oleh : Rischa Yullyana

0900748

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG

TUA DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL REMAJA

(Studi Korelasional Pada Siswa SMP Negeri 12 Bandung)

Oleh

Rischa Yullyana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Rischa Yullyana 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Rischa Yullyana (0900748). Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja (Studi Korelasional pada Siswa SMP Negeri 12 Bandung). Skripsi Jurusan Psikologi FIP UPI, Bandung (2013).

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh gambaran persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua, gambaran kecerdasan interpersonal remaja, serta hubungan persepsi terhadap pola asuh authoritative, authoritarian, indulgent, dan indifferent dengan kecerdasan interpersonal remaja. Sampel dalam penelitian ini adalah 298 siswa pada SMPN 12 Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Peneliti menyebarkan kuesioner tentang pola asuh orang tua dan kecerdasan interpersonal sebagai alat pengumpul data. Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Pengujian hipotesis menggunakan korelasi Pearson’s Product Moment. Tingkat signifikasi pada penelitian ini yaitu 0.000 (p<0,05). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini secara umum remaja memiliki persepsi pola asuh yang bervariasi, dan yang paling dominan yaitu pola asuh authoritative. Dan secara umum kecerdasan interpersonal remaja berada di kategori sedang. Terdapat hubungan yang positif antara pola asuh authoritative dengan kecerdasan interpersonal remaja dengan koefisien korelasi 0,332, tidak terdapat hubungan antara pola asuh authoritarian dengan kecerdasan interpersonal remaja dengan koefisien korelasi 0,040, terdapat hubungan yang negatif antara pola asuh indulgent dan pola asuh indifferent dengan kecerdasan interpersonal remaja dengan koefisien korelasi -0,128 dan -0,151. Dari penelitian ini diharapkan mampu untuk dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal remaja pada khususnya, dan dalam penigkatan ini yang sangat berperan penting yaitu orang tua, guru,dan juga sekolah.

(6)

ii

ABSTRACT

Rischa Yullyana (0900748). The Correlation between the Perception of Parenting and Adolescents’ Interpersonal Intelligence (Correlation Study of the Students of SMP Negeri 12 Bandung). A Research Paper in Psychology Department, Faculty of Education Science UPI, Bandung (2013).

This study aimed to obtain the description of adolescents’ perception of parenting, their interpersonal intelligence, and correlation of perception of authoritative, authoritarian, indulgent, and indifferent parenting and adolescents’ interpersonal intelligence. The sample in this study consisted of 298 students of SMPN 12 Bandung. The research method used was quantitative method in which the researcher distributed the questionnaires about parenting and interpersonal intelligence as the instrument for collecting the data. The sampling technique used in this study was Simple Random Sampling. The hypothesis was tested by using Pearson’s Product Moment and the significance level was 0.000 (p<0.05). The result of this study was that in general, adolescents have various perceptions of parenting and the dominant of them is authoritative parenting. Besides, adolescents’ interpersonal intelligence is generally in medium level. There is positive correlation between authoritative parenting and adolescents’ interpersonal intelligence with correlation coefficient 0.332; there is no correlation between authoritarian parenting and adolescents’ interpersonal intelligence with correlation coefficient 0.040; there is negative correlation between indulgent and indifferent parenting and adolescents’ interpersonal intelligence with correlation coefficient -0.128 and -0.151. From this research, it is hoped that adolescents’ interpersonal intelligence can be improved with parents, teachers, and schools as the central role in it.

(7)

DAFTAR ISI

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II PERSEPSI, POLA ASUH ORANG TUA, KECERDASAN INTERPERSONAL DAN REMAJA ... 11

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua ... 18

4. Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua ... 19

C. Kecerdasan Interpesonal ... 19

1. Pengertian Kecerdasan Interpesonal ... 19

2. Aspek Kecerdasan Interpesonal ... 21

3. Dimensi Kecerdasan Interpesonal ... 22

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Interpesonal ... 25

5. Karakter Individu yang memiliki Kecerdasan Interpesonal ... 27

6. Peran Kecerdasan Interpesonal ... 28

D.Remaja ... 29

1. Pengertian Masa Remaja ... 29

2. Tugas Perkembangan Masa Remaja ... 30

3. Perkembangan Sosial Remaja ... 32

E. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 34

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 36

(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 38

B. Metode Penelitian ... 39

C.Definisi Operasional ... 40

1. Pola Asuh Orang Tua ... 40

2. Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 42

D.Penggunaan Instrumen ... 43

1. Instrumen Pola Asuh Orang Tua ... 43

2. Instrumen Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 45

E. Norma Skala ... 48

1. Gambaran umum Pola Asuh Orang Tua yang Dipersepsi oleh Siswa SMPN12 Bandung Tahun ajaran 2012/2013 ... 57

2. Gambaran Umum Kecerdasan Interpersonal Siswa SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 58

3. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Authoritative dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 63

4. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Authoritarian dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 64

5. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Indulgent dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 65

6. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Indifferent dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung TahunAjaran 2012/2013 ... 66

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

1. Pola Asuh yang dipersepsi oleh Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/201Bandung ... 70

2. Kecerdasan Interpersonal Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 71

3. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Authoritative dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 72

(9)

5. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Indulgent dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja pada Siswa

SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 75

6. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Indifferent dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

RIWAYAT HIDUP ... 84

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kelas Responden ... 39

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua ... 44

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 45

Tabel 3.4 Pola Penskoran Instrumen Pola Asuh Orang Tua ... 47

Tabel 3.5 Pola Penskoran Instrumen Kecerdasan Interpersonal ... 48

Tabel 3.6 Skor maksimal Tipe-tipe Pola Asuh Orang Tua ... 49

Tabel 3.7 Kategori kecerdasan interpersonal siswa ... 51

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Dimensi Pola Asuh Orang Tua ... 57

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Dimensi Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 59

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Dimensi Social insight ... 60

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Dimensi Social Sensivity ... 61

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Dimensi Social Communication ... 62

Tabel 4.6 Korelasi antara Pola Asuh Authoritative dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 63

Tabel 4.7 Korelasi antara Pola Asuh Authoritarian dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 64

Tabel 4.8 Korelasi antara Pola Asuh Indulgent dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 65

Tabel 4.9 Korelasi antara Pola Asuh Indifferent dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 66

Tabel 4.10 Kontingensi Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 67

(11)

DAFTAR GRAFIK

Gambar 3.1 Diagram Distribusi Frekuensi kelas Responden ... 39

Gambar 4.1 Dimensi Pola Asuh Orang Tua ... 57

Gambar 4.2 Dimensi Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 59

Gambar 4.3 Dimensi Social insight ... 60

Gambar 4.4 Dimensi Social Sensivity ... 61

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Kecerdasan yang ada pada setiap individu merupakan suatu hal yang dapat

berkembang dan meningkat sampai pada titik tertinggi apabila kita senantiasa mau

untuk mengasahnya. Gardner menunjukkan bahwa manusia tidak hanya diberkahi

Tuhan satu jenis kecerdasan saja, karena kecerdasan merupakan kumpulan kepingan

kemampuan yang ada di beragam bagian otak (Rachmawati, 2010). Howard Gardner

seorang ahli psikologi perkembangan mengemukakan tentang teori kecerdasan ganda

yang biasa disebut dengan multiple intelligence yang terdiri dari delapan kecerdasan

(Gardner, 2003). Kedelapan kecerdasan tersebut adalah kecerdasan linguistik,

kecerdasan logis matematis, kecerdasan visual spasial, kecerdasan musik, kecerdasan

intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan kinestetik, dan kecerdasan

naturalis.

Salah satu kecerdasan yang dimiliki oleh manusia adalah kecerdasan

Interpersonal. Kecerdasan interpersonal terkait dengan kepandaian untuk melihat

sesuatu dari sudut pandang orang lain. Kecerdasan ini menuntun seseorang untuk

memahami, bekerja sama, dan berkomunikasi, serta memelihara hubungan baik

dengan orang lain.

Kecerdasan interpersonal menjadi penting karena dalam kehidupan manusia

(13)

tidak ada orang yang dapat hidup sendiri. Sesungguhnya orang memerlukan orang

lain agar mendapatkan kehidupan seimbang secara sosial, emosional dan fisik.

Kurangnya kecerdasan interpersonal adalah salah satu akar penyebab tingkah laku

yang tidak diterima secara sosial. Individu yang memiliki kecerdasan interpersonal

yang rendah nantinya cenderung tidak peka, tidak peduli, egois dan menyinggung

perasaan orang lain (Lwin,2008).

Masalah sosial sering terjadi pada siswa yang kecerdasan interpersonalnya

rendah, ini dibuktikan oleh penelitian yang terkait dengan hubungan sosial antar

siswa dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI (Pikiran Rakyat; 21 Desember 2008)

terhadap siswa di 18 provinsi, terdapat satu dari enam siswa mengalami kekerasan di

sekolah dengan cara dilukai, diberi ancaman, diberikan teror, dan diberikan sikap

permusuhan sehingga menimbulakan stres (76%), hilang konsentrasi (71%),

gangguan tidur (71%), paranoid (60%), sakit kepala (55%), dan obsesi (52%).

Sedikitnya 25% siswa yang diganggu memilih menghabisi nyawanya sendiri dengan

jalan bunuh diri. Tindakan kekerasan juga berdampak pada para pelaku; yaitu mereka

merasa menjadi jagoan sehingga senang berkelahi (54%), berbohong (87%), dan

tidak memperdulikan peraturan sekolah (33%).

Salah satu faktor penentu untuk mengajarkan serta meningkatkan kecerdasan

interpersonal adalah keluarga. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam

kehidupan, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam

keluarga, umumnya individu ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga

(14)

(Kartono,1992). Anggota keluarga yang paling berperan penting dalam pembentukan

serta peningkatan kecerdasan interpersonal yaitu orang tua. Orang tua merupakan

pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak

mula-mula menerima pendidikan. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari

merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan

pendidik utama karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar bagi perkembangan

dan kehidupan anak dikemudian hari.

Individu lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga.

Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara, dan sebagai pendidik

terhadap anak-anaknya. Pola asuh pada dasarnya diciptakan oleh adanya interaksi

antara orang tua dan anak dalam hubungan sehari-hari yang berevolusi sepanjang

waktu, sehingga orang tua akan menghasilkan anak-anak sealiran, karena orang tua

tidak hanya mengajarkan dengan kata-kata tetapi juga dengan contoh-contoh

(Shochib, 1998). Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya menjadi manusia

yang pandai, cerdas dan berakhlakul karimah. Akan tetapi, banyak orang tua yang

tidak menyadari bahwa cara mereka mendidik membuat anak merasa tidak

diperhatikan, dibatasi kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak disayang oleh

orang tuanya. Perasaan-perasaan itulah yang banyak mempengaruhi sikap, perasaan,

cara berpikir, bahkan kecerdasan interpersonal mereka.

Penerapan pola asuh yang tepat menjadi sangat penting dalam pembentukan

kecerdasan individu, khususnya kecerdasan interpersonal. Dalam sebuah studi yang

(15)

McCall dan Michael Lombardo, diungkapkan bahwa factor yang paling penting

dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan seseorang eksekutif adalah

kemampuannya untuk berhubungan, memahami dan bekerjasama dengan orang lain.

Sebenarnya, 80% orang-orang yang gagal di tempat kerja, kegagalan itu karena

keterampilan bermasyarakat yang buruk (Lwin, 2008).

Penelitian ini dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP),

yaitu tepatnya pada SMPN 12 Bandung. SMP merupakan sekolah dalam bentuk

pendidikan dasar setelah SD (Sekolah Dasar). Dan pada umumnya siswa SMP

usianya berkisar dari 13-15 tahun. Dan pada usia ini termasuk kedalam kategori

remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

kehidupan orang dewasa. Perubahan-perubahan sosio-emosional yang berlangsung di

masa remaja meliputi tuntutan untuk mencapai kemandirian, konflik dengan orang

tua, dan keinginan lebih banyak untuk meluangkan waktu bersama kawan-kawan

sebaya (Santrock, 2007).

Hasil penelitian oleh Rachmi (2000) mengenai kecenderungan perilaku sosial

yang ditelaah dari pola asuh orang tua. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa

kelas 2 SMKN 2 Sukabumi tahun ajaran 2004/2005 berjumlah kurang lebih 107

siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang merasakan pola asuh

cenderung demokratis (memberi kesempatan kepada remaja untuk berdialog dan

memberi pertimbangan) dan siswa yang merasakan pola asuh authoritarian sebagian

(16)

Selanjutnya, hasil penelitian oleh Rizki Desniwati (2008) menyebutkan bahwa

semakin authoritative pola asuh yang diterapkan orang tua, maka semakin rendah

tingkah laku agresi siswa kelas XI SMA BPI 1 Bandung. Semakin Indulgent pola

asuh yang diterapkan, maka semakin tinggi tingkah laku agresi siswa, dan semakin

siswa merasakan pola asuh indifferent, maka semakin tinggi tingkah laku agresi

siswa.

Berdasarkan hasil observasi pada SMPN 12 Bandung dan wawancara peneliti

dengan beberapa guru di SMPN 12 Bandung, diketahui bahwa (1) beberapa siswa

sering membolos sekolah, (2) beberapa siswa malas belajar di sekolah karena merasa

kurang diperhatikan oleh orang tua, (3) beberapa siswa terlibat perkelahian antar

pelajar karena terpengaruh oleh temannya, (4) beberapa siswa mendapatkan nilai

jelek di sekolah karena lebih mementingkan hubungannya dengan sang pacar,

daripada harus belajar, (5) beberapa siswa lebih suka mencari solusi atas masalah

yang dihadapinya kepada teman daripada harus bertanya kepada orang tua, (6)

beberapa siswa tidak betah di rumah dan tidak berani mengkomunikasikan

permasalahan dengan orang tua (7) beberapa siswa yang malas untuk bergabung

dengan teman sebayanya karena seringkali diejek oleh teman-temannya, nantinya

akan menjadi anak yang pemalu dan kurang percaya diri. Siswa- siswa tersebut akan

tertekan dengan keadaan yang dialaminya, mereka tidak bisa menghadapi situasi yang

menekan serta kurang mampu menghadapi konflik dengan teman-temannya karena

mereka tidak mempunyai keterampilan untuk menghadapi konflik tersebut. Oleh

(17)

Terhadap Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja“ di SMP

Negeri 12 , Bandung.

B.Perumusan Masalah

Permasalahan utama dalam penelitian ini yaitu betapa pentingnya kecerdasan

interpersonal pada setiap individu, terutama pada usia remaja. Usia Remaja

merupakan masa transisi atau peralihan dari usia anak menjadi usia dewasa. Dimana

para remaja harus mampu meningkatkan kecerdasan interpersonalnya agar mampu

bersosialisasi dengan baik terhadap orang-orang di lingkungan sekitarnya. Akan

tetapi dalam perkembangan kecerdasan interpersonal ini juga tidak terlepas kaitannya

dengan pola asuh yang diterapkan oleh para orang tua remaja tersebut, khusunya pada

siswa di SMPN 12 Bandung.

Permasalahan tersebut diuraikan kedalam bentuk rincian pertanyaan penelitian

sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi terhadap pola asuh orang tua pada siswa di SMPN

12 Bandung?

2. Bagaimana kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMPN 12

Bandung?

3. Bagaimana hubungan antara persepsi terhadap pola asuh authoritative

dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMPN 12

(18)

4. Bagaimana hubungan antara persepsi terhadap pola asuh authoritarian

dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP 12 Bandung?

5. Bagaimana hubungan antara persepsi terhadap pola asuh indulgent

dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP 12 Bandung?

6. Bagaimana hubungan antara persepsi terhadap pola asuh indifferent

dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP 12 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran persepsi terhadap pola asuh orang tua pada

siswa SMPN 12 Bandung.

2. Untuk mengetahui gambaran kecerdasan interpersonal remaja pada siswa

SMPN 12 Bandung.

3. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap pola asuh

authoritative dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP

12 Bandung

4. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap pola asuh

authoritarian dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP

12 Bandung

5. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap pola asuh indulgent

(19)

6. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap pola asuh

indifferent dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP 12

Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis dan

aplikatif bagi pengembangan keilmuan, diantaranya :

a. Bagi keilmuan psikologi

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan penambahan khazanah

keilmuan psikologi, khususnya teori tentang hubungan antara persepsi

terhadap pola asuh orang tua dengan kecerdasan interpersonal remaja.

b. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini akan menjadi pemberian informasi bagi pihak sekolah

mengenai gambaran tingkat kecerdasan interpersonal remaja dan gambaran

pola asuh orang tua siswa di SMPN 12 Bandung.

c Bagi orang tua

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi penting bagi orang tua

remaja dalam menerapkan pola asuh yang dapat meningkatkan kecerdasan

interpersonal anak-anak mereka.

(20)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal

remaja sehingga dapat bersosialisasi dengan baik.

e. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi peneliti selanjutnya

untuk mengkaji kecerdasan interpersonal yang dapat dihubungkan dengan

variabel yang lainnya.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur Organisasi Skripsi dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab, setiap bab

dirinci dalam beberapa sub bab sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi.

BAB II : Landasan teoritis, meliputi : pengertian persepsi, jenis persepsi, proses

terjadinya persepsi, pengertian pola asuh orang tua, dimensi pola asuh

orang tua, macam-macam pola asuh orang tua, faktor yang

mempengaruhi pola asuh orang tua, pengertian kecerdasan majemuk,

pengertian kecerdasan interpersonal, aspek kecerdasan interpersonal,

dimensi kecerdasan interpersonal, faktor-faktor yang mempengaruhi

kecerdasan interpersonal, karakter individu yang memiliki kecerdasan

interpersonal, peran kecerdasan interpersonal, karakteristik remaja,

hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan interpersonal remaja,

(21)

BAB III : Metode penelitian, meliputi : lokasi dan subjek penelitian, metode

penelitian, definisi operasional, penggunaan instrumen, norma skala,

teknik analisis data, prosedur dan tahapan penelitian.

BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan, meliputi : deskripsi data dan analisis

data, hubungan antara persepsi terhadap pola asuh orang tua dengan

kecerdasan interpersonal remaja, serta interpretasi data.

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 12 Bandung yang beralamatkan di

Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 195, kelurahan Gegerkalong, kecamatan Sukasari, kota

Bandung, Jawa Barat.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMPN

12 Bandung yang berjumlah 1156 orang.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi

(Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik simple random

sampling yang dilakukan dengan cara diundi oleh peneliti. Teknik pengambilan

sampel dengan menggunakan rumus dari Slovin sebagai berikut :

n =

1+� 2

(Ridwan, 2004)

Keterangan :

n = Ukuran sampel keseluruhan

(23)

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan (5 %)

Dari hasil perhitungan sampel tersebut didapatkan sampel sebanyak 298 orang

yang terinci sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kelas Responden

No Kelas Frekuensi Persentase

1 VII 110 36.91%

2 VIII 108 36.24%

3 IX 80 26.85%

Total 298 100%

Gambar 3.1 Diagram Distribusi Frekuensi kelas Responden

Tabel 3.1 menunjukkan banyaknya responden berdasarkan kelas responden.

Mayoritas responden sebanyak 110 orang atau 36,91% adalah responden kelas “VII”

dan yang paling sedikit adalah responden kelas “IX” sebanyak 80 orang atau 26,85%.

B. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif

merupakan metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, VII

VIII

(24)

pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat statistik

dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel, jika ada seberapa eratkah serta

berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2006). Penelitian bertujuan untuk

mengetahui tingkat hubungan antara variabel pola asuh orang tua dengan variabel

kecerdasan interpersonal remaja pada siswa SMPN 12 Bandung tahun ajaran

2012/2013.

C. Definisi Operasional

1. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sekumpulan sikap

yang diterapkan oleh orang tua terhadap remaja dirumah termasuk bagaimana sikap

mereka dalam proses mendidik, membimbing, mendisiplinkan, dan melindungi

remaja dalam mencapai kedewasaan yang sesuai dengan norma-norma yang ada pada

masyarakat.

Adapun dimensi dari pola asuh orang tua tersebut yaitu :

a. Pola Asuh Authoritative

Pola Asuh Authoritative, yang secara operasional ditandai dengan indikator :

1. Menunjukkan kehangatan dan upaya pengasuhan.

(25)

3. Membuat standar perilaku yang jelas atau tegas bagi remaja.

4. Orang tua menuntut tanggung jawab dan kemandirian remaja.

5. Partisipasi remaja dalam aktivitas keluarga.

6. Melibatkan remaja dalam diskusi keluarga.

b. Pola asuh Authoritarian

Pola asuh Authoritarian, yang secara operasional ditandai dengan indikator :

1. Menuntut nilai kepatuhan yang tinggi dari remaja.

2. Mengontrol dan membuat pembatasan-pembatasan atau peraturan-peraturan

untuk mengontrol perilaku.

3. Berusaha membentuk dan menilai sikap atau perilaku remaja dengan standar

absolut yang telah ditetapkan.

4. Cenderung menggunakan hukuman dalam menerapkan disiplin terhadap

remaja.

5. Tidak memberikan kesempatan pada remaja untuk menyelesaikan

masalahnya.

c. Pola asuh Indulgent

Pola asuh Indulgent, yang secara operasional ditandai dengan indikator :

1. Menunjukkan kehangatan yang tinggi.

2. Membiarkan remaja untuk mengatur dirinya sendiri.

(26)

4. Membiarkan remaja berkuasa di rumah.

5. Tidak ada tuntutan atau standar perilaku yang jelas.

6. Tidak ada sanksi bagi remaja.

d. Pola asuh Indifferent

Pola asuh Indifferent, yang secara operasional ditandai dengan indikator :

1. Menjauh dari anak secara fisik dan psikis.

2. Tidak peduli terhadap kebutuhan, aktivitas, kegiatan belajar, maupun

pertemanan anaknya.

3. Hampir tidak pernah berbincang-bincang atau berkomunikasi dengan anak.

2. Kecerdasan Interpersonal Remaja

Kecerdasan interpersonal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan remaja dalam memahami diri sendiri, etika/aturan bergaul, perasaan

orang lain, dan cara berkomunikasi serta menemukan pemecahan masalah/konflik

sosial yang efektif untuk menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan

relasi sosialnya.

Adapun dimensi dari kecerdasan interpersonal tersebut yaitu :

1. Social insight, yaitu kemampuan untuk memahami diri, situasi/etika sosial, dan

menemukan pemecahan masalah/konflik sosial yang efektif dalam satu interaksi

sosial. Indikator social insight adalah:

a. Kemampuan mengembangkan kesadaran diri

(27)

c. Kemampuan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam situasi interaksi

sosial

2. Social sensitivity, yaitu kemampuan untuk merasakan dan mengamati

reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkan baik secara verbal maupun

non-verbal. Indikator social sensitivity adalah:

a. Kemampuan memiliki sikap prososial yang baik terhadap orang lain

b. Kemampuan memiliki sikap empati terhadap orang lain

3. Social communication, yaitu kemampuan menyampaikan dan menerima pesan

secara efektif dalam menjalin dan membangun interpersonal yang sehat. Indikator

social communication adalah:

a. Kemampuan berkomunikasi yang baik dengan orang lain.

D. Penggunaan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket atau

kuesioner dengan menggunakan skala likert yang mengukur pola asuh orang tua dan

kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMPN 12 Bandung.

Terdapat dua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen

pola asuh orang tua dan instrumen kecerdasan interpersonal siswa.

1. Instrumen Pola Asuh Orang Tua

Instrumen pola asuh orang tua yang digunakan pada penelitian ini merupakan

instrumen yang dibuat oleh Damayanti (2010). Alasan peneliti memakai instrumen

(28)

dalam mengukur variabelnya dari setiap dimensi pola asuh orang tua. Pola asuh

authoritative dengan tingkat realibilitas sebesar 0,893, pola asuh authoritarian

dengan tingkat realibilitas 0,860, pola asuh indulgent dengan tingkat realibilitas

0,884, dan pola asuh indifferent dengan tingkat realibilitas sebesar 0,850. Dan juga

item-item pada instrumen ini cukup valid sehingga dapat digunakan dalam penelitian

ini. Instrumen tersebut dikembangkan dari konsep pola asuh Diana Baumrind

(Steinberg, 1993). Dalam instrumen ini terdapat item-item berdasarkan tipe pola asuh

orang tua yaitu authoritative, authoritarian, indulgent, dan indifferent.

Adapun kisi-kisi instrumen pola asuh orang tua yang diambil dari item-item

yang valid dari instrumen sebelumnya dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua

DIMENSI INDIKATOR ITEM Σ

Membuat standar perilaku yang jelas atau tegas bagi remaja

3, 23, 41 3

Orang tua menuntut tanggung jawab dan kemandirian remaja

4, 24, 42 3

Partisipasi remaja dalam aktivitas keluarga

5, 25, 43 3

Melibatkan remaja dalam diskusi keluarga 6, 26, 44 3 Pola Asuh

Authoritarian

Menuntut nilai kepatuhan yang tinggi dari remaja

Berusaha membentuk dan menilai sikap atau perilaku remaja dengan standar absolut yang telah ditetapkan

(29)

Cenderung menggunakan hukuman dalam

Menunjukkan kehangatan yang tinggi 12, 50 2 Membiarkan remaja untuk mengatur

dirinya sendiri

13 1

Membiarkan remaja tanpa kontrol orang tua

14, 32, 51 3

Membiarkan remaja berkuasa di rumah 15, 33, 52 3 Tidak ada tuntutan atau standar perilaku

yang jelas

16, 34, 53 3

Tidak ada sanksi bagi remaja 17, 35, 54 3 Pola Asuh

Indifferent

Menjauh dari anak secara fisik dan psikis 18, 36, 55 3 Tidak peduli terhadap kebutuhan,

Cara pengisian instrumen ini adalah meminta kesediaan subjek atau responden

untuk menjawab semua item pernyataan yang diajukan dengan cara memilih atau

menentukan salah satu dari empat kotak jawaban yang tersedia di setiap item

pernyataan sesuai dengan apa yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan.

Penentuan jawaban dilakukan dengan mengisi salah satu kolom yang tersedia dengan

memberi tanda checklist (√) sesuai dengan jawaban yang menjadi pilihannya. Setiap

item mempunyai empat pilihan jawaban yaitu : Selalu (SL), Sering (SR),

Kadang-kadang (K), dan Tidak Pernah (TP).

Teknik pemberian skor pada instrumen ini dilakukan dengan memberikan skor pada

(30)

Tabel 3.4

Pola Penskoran Instrumen Pola Asuh Orang Tua

PILIHAN SKOR

Selalu (SL) 4

Sering (SR) 3

Kadang-Kadang (K) 2

Tidak Pernah (TP) 1

2. Instrumen Kecerdasan Interpersonal Remaja

Instrumen kecerdasan interpersonal yang digunakan pada penelitian ini

merupakan instrumen yang dibuat oleh Bisni Berlina (2010). Instrumen tersebut

dikembangkan dari konsep kecerdasan interpersonal Andesron (Safaria, 2005).

Instrumen ini digunakan oleh peneliti karena memiliki sekumpulan item pertanyaan

reliabel atau konsisten dalam mengukur variabelnya dan nilai koefisien reliabilitasnya

lebih besar dari 0,6 yaitu sebesar 0,902 dan cukup valid sehingga instrumen tersebut

dapat digunakan pada penelitian ini.

Adapun kisi-kisi instrumen kecerdasan interpersonal remaja yang diambil dari

item-item yang valid dari instrument sebelumnya dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Interpersonal Remaja

(31)

Memiliki

Cara pengisian instrumen ini adalah meminta kesediaan subjek atau responden

untuk menjawab semua item pernyataan yang diajukan dengan cara memilih atau

menentukan salah satu dari lima kotak jawaban yang tersedia di setiap item

pernyataan sesuai dengan apa yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan.

Penentuan jawaban dilakukan dengan mengisi salah satu kolom yang tersedia dengan

(32)

item mempunyai lima pilihan jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang

Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

Teknik pemberian skor pada instrumen ini dilakukan dengan memberikan

skor pada masing-masing item pernyataan. Pola penskoran item yaitu favorable dan

unfavorable yang dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3.5

Pola Penskoran Instrumen Kecerdasan Interpersonal

PILIHAN FAVORABLE UNFAVORABLE

Sangat Sesuai (SS) 5 5

Sesuai (S) 4 4

Kurang Sesuai (KS) 3 3

Tidak Sesuai (TS) 2 2

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 1

E.Norma Skala

1. Pola Asuh Orang Tua

Untuk menentukan pola asuh mana yang disarankan oleh masing-masing

siswa dilakukan dengan cara menghitung jumlah skor yang diperoleh siswa untuk

masing tipe pola asuh yanga dirasakan. Setelah jumlah skor untuk masing-masing

tipe pola asuh diperoleh lalu dilihat tipe pola asuh mana yang jumlah skornya paing

besar, maka itulah pola asuh yang dirasakan oleh siswa tersebut.

Berikut ini adalah perhitungan proporsi untuk setiap tipe pola asuh:

�roporsi skor � � =Skor � � �捲 yang diperolah responden

� � � � �

Proporsi skor � =Skor � yang diperolah responden

(33)

Proporsi skor � =Skor � yang diperolah responden

Skor maksimal �

Proporsi skor � � � =Skor � � � yang diperolah responden

Skor maksimal � � �

Skor maksimal untuk setiap pola asuh orang tua adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6

Skor maksimal Tipe-tipe Pola Asuh Orang Tua Tipe-tipe Pola Asuh Jumlah

Item

Skor maksimal Item

Skor maksimal

Authoritative 18 3 54

Authoritarian 15 3 45

Indulgent 15 3 45

Indifferent 9 3 27

2. Kecerdasan Interpersonal

Teknik pengolahan data untuk mengolah data kuantitatif menggunakan

rumus skor ideal berdasarkan perhitungan dari pembuat instrument sebelumnya yaitu

Bisni Berlina sebagai berikut.

Xi + SDi

(Cece Rakhmat & M. Solehuddin,1988)

Keterangan:

Xi : rata-rata ideal yaitu skor minimal + skor maksimal/2

(34)

Dengan menggunakan rumus skor ideal, data dapat dikelompokkan dalam tiga

kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

a. Kelompok Atas

Semua peserta didik yang memiliki skor sebanyak skor rata-rata + 1 standar

deviasi keatas

b. Kelompok Sedang

Semua peserta didik yang memiliki skor antara -1 standart deviasi dan +1

standart deviasi

c. Kelompok Bawah

Semua kelompok didik yang memiliki skor antara -1 standart deviasi dan

yang kurang dari itu.

Untuk menetukan kedudukan subjek dalam tingkatan kecerdasan interpersonal

dilakukan teknik pengolahan data dengan menggunakan rumus skor ideal sebagai

berikut:

Skor ideal = jumlah soal valid X skor terbesar

= 56 x 5

= 280

Skor terendah = jumlah soal valid X skor terkecil

= 56 x 1

= 56

1 2 ideal

(35)
(36)

Perhitungan Aspek

Gambaran umum kecerdasan interpersonal

GU → X.ideal = 1

Gambaran aspek social insight

(37)

= 1

2 (130) =(26)

= 1

2 (156)

= 78

S.ideal = 1 3(78)

= 26

Tinggi = 78+26 = 104

Rendah = 78-26 = 52

Sedang = antara 53 s/d 103

Gambaran aspek social sensitivity

x ideal = ½ (x.max + x.min)

= ½ (5x8) + (1x18)

= ½ (90) + (18)

= ½ x108

= 54

S ideal = 1/3.54 = 18

Tinggi = 54 + 12 = 72

Rendah = 54 – 12 = 36

Gambaran aspek social communication

x ideal = ½ (x.max + x.min)

= ½ (5x12) + (1x12)

(38)

= ½ x72

= 36

S ideal = 1/3.36 = 12

Tinggi = 36 + 12 = 48

Rendah = 36 – 12 = 24

F. Teknik Analisis Data : Korelasi Pearson’s Product Moment

Uji korelasi digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara dua

variabel. Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus pearson’s product

moment, yaitu sebagai berikut :

2

r = koefisien korelasi pearson’s product moment

n = jumlah responden

∑X = jumlah skor pola asuh orang tua

∑Y = jumlah skor kecerdasan interpersonal

∑XY = jumlah hasil kali skor poala asuh orang tua dan kecerdasan interpersonal

∑X2 = kuadrat jumlah skor pola asuh orang tua

(39)

Setelah diketahui koefisien korelasi dari masing-masing hubungan, maka

digunakan tabel Guilford untuk mengetahui kekuatan hubungan antar dua varaibel,

yaitu sebagai berikut :

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.00 - 0.199 Sangat Lemah

0.20 - 0.399 Lemah

0.40 - 0.599 Sedang

0.60 - 0.799 Kuat

0.80 - 1.000 Sangat Kuat

(Sugiyono : 2009)

G. Prosedur dan Tahapan Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu persiapan,

pelaksanaan dan pelaporan. Penjelasan mengenai tahapan-tahapan penelitian sebagai

berikut :

1. Persiapan

a Menyusun proposal penelitian serta melaksanakan seminar proposal penelitian

pada mata kuliah seminar psikologi perkembangan.

b. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada

tingkat fakultas.

c. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi yang

memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat fakultas. Surat izin

penelitian yang telah disahkan kemudian disampaikan kepada Kepala Sekolah

(40)

2. Pelaksanaan

a. Penggunaan instrumen penelitian.

b. Mengolah dan menganalisis data yang telah terkumpul.

3. Pelaporan

Tahapan pelaporan merupakan tahap akhir dari tahapan penelitian. Pada tahap

pelaporan seluruh kegiatan dan hasil penelitian dianalisis dan dilaporkan dalam

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung tahun ajaran 2012/2013 secara umum

memiliki persepsi pola asuh yang bervariasi, yaitu authoritative, authoritarian,

indulgent, dan indifferent. Tipe pola asuh authoritative yang paling banyak

dipersepsi oleh remaja pada siswa SMPN 12 Bandung tahun ajaran 2012/2013

jika dibandingkan dengan tipe pola asuh yang lain.

2. Secara umum remaja pada siswa SMPN 12 Bandung tahun ajaran 2012/2013

memiliki kecerdaan interpersonal pada kategori sedang. Artinya remaja pada

siswa SMPN 12 Bandung telah memiliki kemampuan dalam menjalin

hubungan sosial yang baik dengan orang lain, tetapi kemampuan kecerdasan

interpersonal yang ada belum maksimal dan masih perlu dikembangkan.

3. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi terhadap pola asuh

authoritative dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa SMPN 12

Bandung tahun ajaran 2012/2013.

4. Tidak terdapat hubungan antara persepsi terhadap pola asuh authoritarian

dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa SMPN 12 Bandung tahun

(42)

5. Terdapat hubungan yang negatif antara persepsi terhadap pola asuh indulgent

dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa SMPN 12 Bandung tahun

ajaran 2012/2013.

6. Terdapat hubungan yang negatif antara persepsi terhadap pola asuh indifferent

dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa SMPN 12 Bandung tahun

ajaran 2012/2013.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diajukan beberapa

saran sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah

a. Sekolah dapat melakukan penyediaan sarana dan prasarana seperti adanya

kegiatan-kegiatan di sekolah yang mengacu pada kegiatan yang bersifat

pengembangan kecerdasan interpersonal remaja.

b. Untuk remaja yang kecerdasan interpersonalnya termasuk kedalam kategori

rendah, sekolah dapat memberikan bimbingan konseling untuk

meningkatkan kualias kecerdasan interpersonal remaja.

2. Bagi Guru

a. Guru dapat mengembangkan metode pembelajran untuk meningkatkan

(43)

sering berdialog dengan siswa dan senantiasa memberikan pengarahan dan

semangat kepada para siswanya.

b. Guru dapat menciptakan suasana di kelas yang lebih interaktif agar siswa

terdorong berani untuk bertanya atau mengeluarkan pendapat sehingga

tercipta suasana sosial yang lebih hidup.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Penelitian yang telah dilakukan menggunakan sampel remaja yaitu dalam

kategori siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Alangkah lebih baiknya

penelitian ini dapat dilakukan pada remaja di tingkat jenjang pendidikan

lainnya, seperti Sekolah Menengah Atas (SMA), dan lain-lain.

b. Memperbanyak referensi mengenai pola asuh orang tua dan kecerdasan

imterpersonal sehingga dapat memperkaya pengetahuan mengenai pola asuh

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Berlina, B. (2010). ”Profil Kecerdasan Interpersonal siswa RSBI dan implikasinya

bagi bimbingan dan konseling”. Skripsi. Bandung : PPB FIP UPI

Boyd, D & Bee, H. (2005). Life Span Development. New York: Allyn & Bacon.

Damayanti. (2010) “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dangan Kontrol Diri Remaja”. Skripsi. Bandung : Psikologi FIP UPI

Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Davidoff. (1998). Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Kesehatan RI. (2008) “Survey Hubungan Sosial Antar Siswa di

Indonesia”. Pikiran Rakyat (21 Desember 2008).

Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Desniwati. R. (2008). Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkah Laku Agresif pada Remaja Madya. Skripsi pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Gardner, H. (2003). Multiple Intelligences. Batam Centre : Interaksara.

Goleman, Daniel. (2007). Sosial Intelligence. Terjemahan. Jakarta : Gramedia.

Gunawan, A. W. (2004). Genius Learning Strategy. Jakarta : Gramedia.

Gustria, S.H. (2006). Hubungan antar Pola Komunikasi Orang Tua-Anak dengan Stabilitas Emosi Remaja. Skripsi PPB FIP UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Handayani. (2001). Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua dengan Penyesuaian Sosial pada Siswa di SMU 1 Cimahi. Skripsi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung. Tidak Diterbitkan.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

(45)

PHRONESIS, Vol. 3. No. 5.

Irwanto, dkk. (1997). Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kartono Kartini. (1992). Peran Keluarga Memandu Anak, Jakarta : Rajawali Press.

Lwin, M. Dkk. (2008). How To Multiply Your Child’s Intelligence Yogyakarta:Indeks.

Maccoby, E.E. (1980). Social Development : Psychological Growth and The Parent Child Relationship. New York : Harcout Brace Jovanovich.

Mussen, P.H., et, al (1994) . Perkembangan dan Kepribadian anak. Jakarta: Penerbit Arcan.

Rachmawati, Y. (2010). Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana.

Rachmi. S (2000). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motif Berprestasi Siswa. Skripsi Publikasi Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi UNISBA. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Rakhmat, C dan Solehudin, M (2006) . Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar, Bandung: CV. Andira.

Rakhmat, J. (2001). Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Ridwan, (2004). Dasar-Dasar Statistik. Bandung: Alfabeta.

Safaria, T. (2005). Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. Yogyakarta: Amara Books.

Shochib. (1998). Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: Rineka Cipta.

Santrock, J.W. (2003). Adolesence Perkembangan Remaja Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

_____________(2003). Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup.

Jakarta : Erlangga.

_____________(2007). Remaja. Jakarta : Erlangga.

(46)

Shochib, M. (1998). Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Kecakapan Hidup. Jakrta: Rieneka Cipta.

Steinberg, L.,(1993). Adolescence, Third Edition, New York: Mc Graw-Hill, Inc.

___________(2002). Adolescences. San Fransisco: Mc Graw-Hill Inc.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

_________(2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Susilawati, N. (2003). Hubungan Antara Perlakuan Orang Tua dengan Perilaku Asertif Siswa. Skripsi. Bandung: PPB FIP UPI

Turmudji, T. (2003). Pola Asuh Orang Tua dengan Agresivitas Remaja. Jurnal Penelitian. Tersedia : http// www.depdiknas.go.id.

Walgito, B. (1997). Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Yessy. (2003). Gaya Pola Asuh Orang Tua. Tersedia http://image.Ratihst. Multiplycontent.com [ 20 Mei 2013 ]

Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Distribusi Frekuensi kelas Responden  .............................
Tabel 3.1 Kelas Responden
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua
Tabel 3.4  Pola Penskoran Instrumen Pola Asuh Orang Tua
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan gambar 7 dan 8, pengguna hanya perlu melakukan satu kali login di portal yang sebelumnya mengalami beberapa kali otentikasi di SP dan Idp dan kemudian

Hingga saat ini belum diperoleh data yang akurat dan lengkap mengenai tema-tema skripsi yang sudah ditulis mahasiswa Prodi Ilmu Perpustakaan FAH-UIN Jakarta, sehingga

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG UNIT IAYANAN PENGADAAN (UtP). POKJA BARANG DAN JASA

92 bahwa nilai kappa tertinggi (Kappa = 0,77) ditunjukkan antara kelompok analisis B ( kelompok yang diwakili oleh kelompok umur anggota rumahtangga) dan kelompok D

Belajar Mahasiswa Program Studi Ners dalam Proses Pembelajaran Kurikulum. Berbasis Kompetensi di Fakultas

Potong Kain katun sesuai pola diatas, potong juga untuk sisi kiri kanan zipper yang panjang sebagai bukaan atas/sisi atas 2 lembar kain katun persegi panjang 8cm x 75cm, dan

Faktor Penghambat Pelaksanaan Implementasi Ajaran Agama Islam Dalam Kerangka Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten. Pertama, terkait dengan

[r]