No. Daftar FIP : 324/Skripsi/Psi-FIP/UPI.06.2013
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL REMAJA
(Studi Korelasional Pada Siswa SMP Negeri 12 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Jurusan Psikologi
Oleh : Rischa Yullyana
0900748
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANG
TUA DENGAN KECERDASAN INTERPERSONAL REMAJA
(Studi Korelasional Pada Siswa SMP Negeri 12 Bandung)
Oleh
Rischa Yullyana
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Rischa Yullyana 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
i
ABSTRAK
Rischa Yullyana (0900748). Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja (Studi Korelasional pada Siswa SMP Negeri 12 Bandung). Skripsi Jurusan Psikologi FIP UPI, Bandung (2013).
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh gambaran persepsi remaja terhadap pola asuh orang tua, gambaran kecerdasan interpersonal remaja, serta hubungan persepsi terhadap pola asuh authoritative, authoritarian, indulgent, dan indifferent dengan kecerdasan interpersonal remaja. Sampel dalam penelitian ini adalah 298 siswa pada SMPN 12 Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Peneliti menyebarkan kuesioner tentang pola asuh orang tua dan kecerdasan interpersonal sebagai alat pengumpul data. Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Pengujian hipotesis menggunakan korelasi Pearson’s Product Moment. Tingkat signifikasi pada penelitian ini yaitu 0.000 (p<0,05). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini secara umum remaja memiliki persepsi pola asuh yang bervariasi, dan yang paling dominan yaitu pola asuh authoritative. Dan secara umum kecerdasan interpersonal remaja berada di kategori sedang. Terdapat hubungan yang positif antara pola asuh authoritative dengan kecerdasan interpersonal remaja dengan koefisien korelasi 0,332, tidak terdapat hubungan antara pola asuh authoritarian dengan kecerdasan interpersonal remaja dengan koefisien korelasi 0,040, terdapat hubungan yang negatif antara pola asuh indulgent dan pola asuh indifferent dengan kecerdasan interpersonal remaja dengan koefisien korelasi -0,128 dan -0,151. Dari penelitian ini diharapkan mampu untuk dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal remaja pada khususnya, dan dalam penigkatan ini yang sangat berperan penting yaitu orang tua, guru,dan juga sekolah.
ii
ABSTRACT
Rischa Yullyana (0900748). The Correlation between the Perception of Parenting and Adolescents’ Interpersonal Intelligence (Correlation Study of the Students of SMP Negeri 12 Bandung). A Research Paper in Psychology Department, Faculty of Education Science UPI, Bandung (2013).
This study aimed to obtain the description of adolescents’ perception of parenting, their interpersonal intelligence, and correlation of perception of authoritative, authoritarian, indulgent, and indifferent parenting and adolescents’ interpersonal intelligence. The sample in this study consisted of 298 students of SMPN 12 Bandung. The research method used was quantitative method in which the researcher distributed the questionnaires about parenting and interpersonal intelligence as the instrument for collecting the data. The sampling technique used in this study was Simple Random Sampling. The hypothesis was tested by using Pearson’s Product Moment and the significance level was 0.000 (p<0.05). The result of this study was that in general, adolescents have various perceptions of parenting and the dominant of them is authoritative parenting. Besides, adolescents’ interpersonal intelligence is generally in medium level. There is positive correlation between authoritative parenting and adolescents’ interpersonal intelligence with correlation coefficient 0.332; there is no correlation between authoritarian parenting and adolescents’ interpersonal intelligence with correlation coefficient 0.040; there is negative correlation between indulgent and indifferent parenting and adolescents’ interpersonal intelligence with correlation coefficient -0.128 and -0.151. From this research, it is hoped that adolescents’ interpersonal intelligence can be improved with parents, teachers, and schools as the central role in it.
DAFTAR ISI
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II PERSEPSI, POLA ASUH ORANG TUA, KECERDASAN INTERPERSONAL DAN REMAJA ... 11
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua ... 18
4. Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua ... 19
C. Kecerdasan Interpesonal ... 19
1. Pengertian Kecerdasan Interpesonal ... 19
2. Aspek Kecerdasan Interpesonal ... 21
3. Dimensi Kecerdasan Interpesonal ... 22
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Interpesonal ... 25
5. Karakter Individu yang memiliki Kecerdasan Interpesonal ... 27
6. Peran Kecerdasan Interpesonal ... 28
D.Remaja ... 29
1. Pengertian Masa Remaja ... 29
2. Tugas Perkembangan Masa Remaja ... 30
3. Perkembangan Sosial Remaja ... 32
E. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 34
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
A.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 38
B. Metode Penelitian ... 39
C.Definisi Operasional ... 40
1. Pola Asuh Orang Tua ... 40
2. Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 42
D.Penggunaan Instrumen ... 43
1. Instrumen Pola Asuh Orang Tua ... 43
2. Instrumen Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 45
E. Norma Skala ... 48
1. Gambaran umum Pola Asuh Orang Tua yang Dipersepsi oleh Siswa SMPN12 Bandung Tahun ajaran 2012/2013 ... 57
2. Gambaran Umum Kecerdasan Interpersonal Siswa SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 58
3. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Authoritative dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 63
4. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Authoritarian dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 64
5. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Indulgent dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 65
6. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Indifferent dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung TahunAjaran 2012/2013 ... 66
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70
1. Pola Asuh yang dipersepsi oleh Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/201Bandung ... 70
2. Kecerdasan Interpersonal Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 71
3. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Authoritative dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 72
5. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Indulgent dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja pada Siswa
SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 75
6. Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Indifferent dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81
RIWAYAT HIDUP ... 84
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kelas Responden ... 39
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua ... 44
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 45
Tabel 3.4 Pola Penskoran Instrumen Pola Asuh Orang Tua ... 47
Tabel 3.5 Pola Penskoran Instrumen Kecerdasan Interpersonal ... 48
Tabel 3.6 Skor maksimal Tipe-tipe Pola Asuh Orang Tua ... 49
Tabel 3.7 Kategori kecerdasan interpersonal siswa ... 51
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Dimensi Pola Asuh Orang Tua ... 57
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Dimensi Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 59
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Dimensi Social insight ... 60
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Dimensi Social Sensivity ... 61
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Dimensi Social Communication ... 62
Tabel 4.6 Korelasi antara Pola Asuh Authoritative dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 63
Tabel 4.7 Korelasi antara Pola Asuh Authoritarian dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 64
Tabel 4.8 Korelasi antara Pola Asuh Indulgent dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 65
Tabel 4.9 Korelasi antara Pola Asuh Indifferent dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 66
Tabel 4.10 Kontingensi Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 67
DAFTAR GRAFIK
Gambar 3.1 Diagram Distribusi Frekuensi kelas Responden ... 39
Gambar 4.1 Dimensi Pola Asuh Orang Tua ... 57
Gambar 4.2 Dimensi Kecerdasan Interpersonal Remaja ... 59
Gambar 4.3 Dimensi Social insight ... 60
Gambar 4.4 Dimensi Social Sensivity ... 61
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Kecerdasan yang ada pada setiap individu merupakan suatu hal yang dapat
berkembang dan meningkat sampai pada titik tertinggi apabila kita senantiasa mau
untuk mengasahnya. Gardner menunjukkan bahwa manusia tidak hanya diberkahi
Tuhan satu jenis kecerdasan saja, karena kecerdasan merupakan kumpulan kepingan
kemampuan yang ada di beragam bagian otak (Rachmawati, 2010). Howard Gardner
seorang ahli psikologi perkembangan mengemukakan tentang teori kecerdasan ganda
yang biasa disebut dengan multiple intelligence yang terdiri dari delapan kecerdasan
(Gardner, 2003). Kedelapan kecerdasan tersebut adalah kecerdasan linguistik,
kecerdasan logis matematis, kecerdasan visual spasial, kecerdasan musik, kecerdasan
intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan kinestetik, dan kecerdasan
naturalis.
Salah satu kecerdasan yang dimiliki oleh manusia adalah kecerdasan
Interpersonal. Kecerdasan interpersonal terkait dengan kepandaian untuk melihat
sesuatu dari sudut pandang orang lain. Kecerdasan ini menuntun seseorang untuk
memahami, bekerja sama, dan berkomunikasi, serta memelihara hubungan baik
dengan orang lain.
Kecerdasan interpersonal menjadi penting karena dalam kehidupan manusia
tidak ada orang yang dapat hidup sendiri. Sesungguhnya orang memerlukan orang
lain agar mendapatkan kehidupan seimbang secara sosial, emosional dan fisik.
Kurangnya kecerdasan interpersonal adalah salah satu akar penyebab tingkah laku
yang tidak diterima secara sosial. Individu yang memiliki kecerdasan interpersonal
yang rendah nantinya cenderung tidak peka, tidak peduli, egois dan menyinggung
perasaan orang lain (Lwin,2008).
Masalah sosial sering terjadi pada siswa yang kecerdasan interpersonalnya
rendah, ini dibuktikan oleh penelitian yang terkait dengan hubungan sosial antar
siswa dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI (Pikiran Rakyat; 21 Desember 2008)
terhadap siswa di 18 provinsi, terdapat satu dari enam siswa mengalami kekerasan di
sekolah dengan cara dilukai, diberi ancaman, diberikan teror, dan diberikan sikap
permusuhan sehingga menimbulakan stres (76%), hilang konsentrasi (71%),
gangguan tidur (71%), paranoid (60%), sakit kepala (55%), dan obsesi (52%).
Sedikitnya 25% siswa yang diganggu memilih menghabisi nyawanya sendiri dengan
jalan bunuh diri. Tindakan kekerasan juga berdampak pada para pelaku; yaitu mereka
merasa menjadi jagoan sehingga senang berkelahi (54%), berbohong (87%), dan
tidak memperdulikan peraturan sekolah (33%).
Salah satu faktor penentu untuk mengajarkan serta meningkatkan kecerdasan
interpersonal adalah keluarga. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam
kehidupan, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam
keluarga, umumnya individu ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga
(Kartono,1992). Anggota keluarga yang paling berperan penting dalam pembentukan
serta peningkatan kecerdasan interpersonal yaitu orang tua. Orang tua merupakan
pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak
mula-mula menerima pendidikan. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari
merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan
pendidik utama karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar bagi perkembangan
dan kehidupan anak dikemudian hari.
Individu lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga.
Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara, dan sebagai pendidik
terhadap anak-anaknya. Pola asuh pada dasarnya diciptakan oleh adanya interaksi
antara orang tua dan anak dalam hubungan sehari-hari yang berevolusi sepanjang
waktu, sehingga orang tua akan menghasilkan anak-anak sealiran, karena orang tua
tidak hanya mengajarkan dengan kata-kata tetapi juga dengan contoh-contoh
(Shochib, 1998). Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya menjadi manusia
yang pandai, cerdas dan berakhlakul karimah. Akan tetapi, banyak orang tua yang
tidak menyadari bahwa cara mereka mendidik membuat anak merasa tidak
diperhatikan, dibatasi kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak disayang oleh
orang tuanya. Perasaan-perasaan itulah yang banyak mempengaruhi sikap, perasaan,
cara berpikir, bahkan kecerdasan interpersonal mereka.
Penerapan pola asuh yang tepat menjadi sangat penting dalam pembentukan
kecerdasan individu, khususnya kecerdasan interpersonal. Dalam sebuah studi yang
McCall dan Michael Lombardo, diungkapkan bahwa factor yang paling penting
dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan seseorang eksekutif adalah
kemampuannya untuk berhubungan, memahami dan bekerjasama dengan orang lain.
Sebenarnya, 80% orang-orang yang gagal di tempat kerja, kegagalan itu karena
keterampilan bermasyarakat yang buruk (Lwin, 2008).
Penelitian ini dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP),
yaitu tepatnya pada SMPN 12 Bandung. SMP merupakan sekolah dalam bentuk
pendidikan dasar setelah SD (Sekolah Dasar). Dan pada umumnya siswa SMP
usianya berkisar dari 13-15 tahun. Dan pada usia ini termasuk kedalam kategori
remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju
kehidupan orang dewasa. Perubahan-perubahan sosio-emosional yang berlangsung di
masa remaja meliputi tuntutan untuk mencapai kemandirian, konflik dengan orang
tua, dan keinginan lebih banyak untuk meluangkan waktu bersama kawan-kawan
sebaya (Santrock, 2007).
Hasil penelitian oleh Rachmi (2000) mengenai kecenderungan perilaku sosial
yang ditelaah dari pola asuh orang tua. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa
kelas 2 SMKN 2 Sukabumi tahun ajaran 2004/2005 berjumlah kurang lebih 107
siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang merasakan pola asuh
cenderung demokratis (memberi kesempatan kepada remaja untuk berdialog dan
memberi pertimbangan) dan siswa yang merasakan pola asuh authoritarian sebagian
Selanjutnya, hasil penelitian oleh Rizki Desniwati (2008) menyebutkan bahwa
semakin authoritative pola asuh yang diterapkan orang tua, maka semakin rendah
tingkah laku agresi siswa kelas XI SMA BPI 1 Bandung. Semakin Indulgent pola
asuh yang diterapkan, maka semakin tinggi tingkah laku agresi siswa, dan semakin
siswa merasakan pola asuh indifferent, maka semakin tinggi tingkah laku agresi
siswa.
Berdasarkan hasil observasi pada SMPN 12 Bandung dan wawancara peneliti
dengan beberapa guru di SMPN 12 Bandung, diketahui bahwa (1) beberapa siswa
sering membolos sekolah, (2) beberapa siswa malas belajar di sekolah karena merasa
kurang diperhatikan oleh orang tua, (3) beberapa siswa terlibat perkelahian antar
pelajar karena terpengaruh oleh temannya, (4) beberapa siswa mendapatkan nilai
jelek di sekolah karena lebih mementingkan hubungannya dengan sang pacar,
daripada harus belajar, (5) beberapa siswa lebih suka mencari solusi atas masalah
yang dihadapinya kepada teman daripada harus bertanya kepada orang tua, (6)
beberapa siswa tidak betah di rumah dan tidak berani mengkomunikasikan
permasalahan dengan orang tua (7) beberapa siswa yang malas untuk bergabung
dengan teman sebayanya karena seringkali diejek oleh teman-temannya, nantinya
akan menjadi anak yang pemalu dan kurang percaya diri. Siswa- siswa tersebut akan
tertekan dengan keadaan yang dialaminya, mereka tidak bisa menghadapi situasi yang
menekan serta kurang mampu menghadapi konflik dengan teman-temannya karena
mereka tidak mempunyai keterampilan untuk menghadapi konflik tersebut. Oleh
Terhadap Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Interpersonal Remaja“ di SMP
Negeri 12 , Bandung.
B.Perumusan Masalah
Permasalahan utama dalam penelitian ini yaitu betapa pentingnya kecerdasan
interpersonal pada setiap individu, terutama pada usia remaja. Usia Remaja
merupakan masa transisi atau peralihan dari usia anak menjadi usia dewasa. Dimana
para remaja harus mampu meningkatkan kecerdasan interpersonalnya agar mampu
bersosialisasi dengan baik terhadap orang-orang di lingkungan sekitarnya. Akan
tetapi dalam perkembangan kecerdasan interpersonal ini juga tidak terlepas kaitannya
dengan pola asuh yang diterapkan oleh para orang tua remaja tersebut, khusunya pada
siswa di SMPN 12 Bandung.
Permasalahan tersebut diuraikan kedalam bentuk rincian pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi terhadap pola asuh orang tua pada siswa di SMPN
12 Bandung?
2. Bagaimana kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMPN 12
Bandung?
3. Bagaimana hubungan antara persepsi terhadap pola asuh authoritative
dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMPN 12
4. Bagaimana hubungan antara persepsi terhadap pola asuh authoritarian
dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP 12 Bandung?
5. Bagaimana hubungan antara persepsi terhadap pola asuh indulgent
dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP 12 Bandung?
6. Bagaimana hubungan antara persepsi terhadap pola asuh indifferent
dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP 12 Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran persepsi terhadap pola asuh orang tua pada
siswa SMPN 12 Bandung.
2. Untuk mengetahui gambaran kecerdasan interpersonal remaja pada siswa
SMPN 12 Bandung.
3. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap pola asuh
authoritative dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP
12 Bandung
4. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap pola asuh
authoritarian dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP
12 Bandung
5. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap pola asuh indulgent
6. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap pola asuh
indifferent dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMP 12
Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis dan
aplikatif bagi pengembangan keilmuan, diantaranya :
a. Bagi keilmuan psikologi
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan penambahan khazanah
keilmuan psikologi, khususnya teori tentang hubungan antara persepsi
terhadap pola asuh orang tua dengan kecerdasan interpersonal remaja.
b. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini akan menjadi pemberian informasi bagi pihak sekolah
mengenai gambaran tingkat kecerdasan interpersonal remaja dan gambaran
pola asuh orang tua siswa di SMPN 12 Bandung.
c Bagi orang tua
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi penting bagi orang tua
remaja dalam menerapkan pola asuh yang dapat meningkatkan kecerdasan
interpersonal anak-anak mereka.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal
remaja sehingga dapat bersosialisasi dengan baik.
e. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi peneliti selanjutnya
untuk mengkaji kecerdasan interpersonal yang dapat dihubungkan dengan
variabel yang lainnya.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur Organisasi Skripsi dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab, setiap bab
dirinci dalam beberapa sub bab sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi.
BAB II : Landasan teoritis, meliputi : pengertian persepsi, jenis persepsi, proses
terjadinya persepsi, pengertian pola asuh orang tua, dimensi pola asuh
orang tua, macam-macam pola asuh orang tua, faktor yang
mempengaruhi pola asuh orang tua, pengertian kecerdasan majemuk,
pengertian kecerdasan interpersonal, aspek kecerdasan interpersonal,
dimensi kecerdasan interpersonal, faktor-faktor yang mempengaruhi
kecerdasan interpersonal, karakter individu yang memiliki kecerdasan
interpersonal, peran kecerdasan interpersonal, karakteristik remaja,
hubungan pola asuh orang tua dengan kecerdasan interpersonal remaja,
BAB III : Metode penelitian, meliputi : lokasi dan subjek penelitian, metode
penelitian, definisi operasional, penggunaan instrumen, norma skala,
teknik analisis data, prosedur dan tahapan penelitian.
BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan, meliputi : deskripsi data dan analisis
data, hubungan antara persepsi terhadap pola asuh orang tua dengan
kecerdasan interpersonal remaja, serta interpretasi data.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 12 Bandung yang beralamatkan di
Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 195, kelurahan Gegerkalong, kecamatan Sukasari, kota
Bandung, Jawa Barat.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMPN
12 Bandung yang berjumlah 1156 orang.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
(Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik simple random
sampling yang dilakukan dengan cara diundi oleh peneliti. Teknik pengambilan
sampel dengan menggunakan rumus dari Slovin sebagai berikut :
n = �
1+� 2
(Ridwan, 2004)
Keterangan :
n = Ukuran sampel keseluruhan
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan (5 %)
Dari hasil perhitungan sampel tersebut didapatkan sampel sebanyak 298 orang
yang terinci sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kelas Responden
No Kelas Frekuensi Persentase
1 VII 110 36.91%
2 VIII 108 36.24%
3 IX 80 26.85%
Total 298 100%
Gambar 3.1 Diagram Distribusi Frekuensi kelas Responden
Tabel 3.1 menunjukkan banyaknya responden berdasarkan kelas responden.
Mayoritas responden sebanyak 110 orang atau 36,91% adalah responden kelas “VII”
dan yang paling sedikit adalah responden kelas “IX” sebanyak 80 orang atau 26,85%.
B. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif
merupakan metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, VII
VIII
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel, jika ada seberapa eratkah serta
berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2006). Penelitian bertujuan untuk
mengetahui tingkat hubungan antara variabel pola asuh orang tua dengan variabel
kecerdasan interpersonal remaja pada siswa SMPN 12 Bandung tahun ajaran
2012/2013.
C. Definisi Operasional
1. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sekumpulan sikap
yang diterapkan oleh orang tua terhadap remaja dirumah termasuk bagaimana sikap
mereka dalam proses mendidik, membimbing, mendisiplinkan, dan melindungi
remaja dalam mencapai kedewasaan yang sesuai dengan norma-norma yang ada pada
masyarakat.
Adapun dimensi dari pola asuh orang tua tersebut yaitu :
a. Pola Asuh Authoritative
Pola Asuh Authoritative, yang secara operasional ditandai dengan indikator :
1. Menunjukkan kehangatan dan upaya pengasuhan.
3. Membuat standar perilaku yang jelas atau tegas bagi remaja.
4. Orang tua menuntut tanggung jawab dan kemandirian remaja.
5. Partisipasi remaja dalam aktivitas keluarga.
6. Melibatkan remaja dalam diskusi keluarga.
b. Pola asuh Authoritarian
Pola asuh Authoritarian, yang secara operasional ditandai dengan indikator :
1. Menuntut nilai kepatuhan yang tinggi dari remaja.
2. Mengontrol dan membuat pembatasan-pembatasan atau peraturan-peraturan
untuk mengontrol perilaku.
3. Berusaha membentuk dan menilai sikap atau perilaku remaja dengan standar
absolut yang telah ditetapkan.
4. Cenderung menggunakan hukuman dalam menerapkan disiplin terhadap
remaja.
5. Tidak memberikan kesempatan pada remaja untuk menyelesaikan
masalahnya.
c. Pola asuh Indulgent
Pola asuh Indulgent, yang secara operasional ditandai dengan indikator :
1. Menunjukkan kehangatan yang tinggi.
2. Membiarkan remaja untuk mengatur dirinya sendiri.
4. Membiarkan remaja berkuasa di rumah.
5. Tidak ada tuntutan atau standar perilaku yang jelas.
6. Tidak ada sanksi bagi remaja.
d. Pola asuh Indifferent
Pola asuh Indifferent, yang secara operasional ditandai dengan indikator :
1. Menjauh dari anak secara fisik dan psikis.
2. Tidak peduli terhadap kebutuhan, aktivitas, kegiatan belajar, maupun
pertemanan anaknya.
3. Hampir tidak pernah berbincang-bincang atau berkomunikasi dengan anak.
2. Kecerdasan Interpersonal Remaja
Kecerdasan interpersonal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan remaja dalam memahami diri sendiri, etika/aturan bergaul, perasaan
orang lain, dan cara berkomunikasi serta menemukan pemecahan masalah/konflik
sosial yang efektif untuk menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan
relasi sosialnya.
Adapun dimensi dari kecerdasan interpersonal tersebut yaitu :
1. Social insight, yaitu kemampuan untuk memahami diri, situasi/etika sosial, dan
menemukan pemecahan masalah/konflik sosial yang efektif dalam satu interaksi
sosial. Indikator social insight adalah:
a. Kemampuan mengembangkan kesadaran diri
c. Kemampuan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam situasi interaksi
sosial
2. Social sensitivity, yaitu kemampuan untuk merasakan dan mengamati
reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkan baik secara verbal maupun
non-verbal. Indikator social sensitivity adalah:
a. Kemampuan memiliki sikap prososial yang baik terhadap orang lain
b. Kemampuan memiliki sikap empati terhadap orang lain
3. Social communication, yaitu kemampuan menyampaikan dan menerima pesan
secara efektif dalam menjalin dan membangun interpersonal yang sehat. Indikator
social communication adalah:
a. Kemampuan berkomunikasi yang baik dengan orang lain.
D. Penggunaan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket atau
kuesioner dengan menggunakan skala likert yang mengukur pola asuh orang tua dan
kecerdasan interpersonal remaja pada siswa di SMPN 12 Bandung.
Terdapat dua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen
pola asuh orang tua dan instrumen kecerdasan interpersonal siswa.
1. Instrumen Pola Asuh Orang Tua
Instrumen pola asuh orang tua yang digunakan pada penelitian ini merupakan
instrumen yang dibuat oleh Damayanti (2010). Alasan peneliti memakai instrumen
dalam mengukur variabelnya dari setiap dimensi pola asuh orang tua. Pola asuh
authoritative dengan tingkat realibilitas sebesar 0,893, pola asuh authoritarian
dengan tingkat realibilitas 0,860, pola asuh indulgent dengan tingkat realibilitas
0,884, dan pola asuh indifferent dengan tingkat realibilitas sebesar 0,850. Dan juga
item-item pada instrumen ini cukup valid sehingga dapat digunakan dalam penelitian
ini. Instrumen tersebut dikembangkan dari konsep pola asuh Diana Baumrind
(Steinberg, 1993). Dalam instrumen ini terdapat item-item berdasarkan tipe pola asuh
orang tua yaitu authoritative, authoritarian, indulgent, dan indifferent.
Adapun kisi-kisi instrumen pola asuh orang tua yang diambil dari item-item
yang valid dari instrumen sebelumnya dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua
DIMENSI INDIKATOR ITEM Σ
Membuat standar perilaku yang jelas atau tegas bagi remaja
3, 23, 41 3
Orang tua menuntut tanggung jawab dan kemandirian remaja
4, 24, 42 3
Partisipasi remaja dalam aktivitas keluarga
5, 25, 43 3
Melibatkan remaja dalam diskusi keluarga 6, 26, 44 3 Pola Asuh
Authoritarian
Menuntut nilai kepatuhan yang tinggi dari remaja
Berusaha membentuk dan menilai sikap atau perilaku remaja dengan standar absolut yang telah ditetapkan
Cenderung menggunakan hukuman dalam
Menunjukkan kehangatan yang tinggi 12, 50 2 Membiarkan remaja untuk mengatur
dirinya sendiri
13 1
Membiarkan remaja tanpa kontrol orang tua
14, 32, 51 3
Membiarkan remaja berkuasa di rumah 15, 33, 52 3 Tidak ada tuntutan atau standar perilaku
yang jelas
16, 34, 53 3
Tidak ada sanksi bagi remaja 17, 35, 54 3 Pola Asuh
Indifferent
Menjauh dari anak secara fisik dan psikis 18, 36, 55 3 Tidak peduli terhadap kebutuhan,
Cara pengisian instrumen ini adalah meminta kesediaan subjek atau responden
untuk menjawab semua item pernyataan yang diajukan dengan cara memilih atau
menentukan salah satu dari empat kotak jawaban yang tersedia di setiap item
pernyataan sesuai dengan apa yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan.
Penentuan jawaban dilakukan dengan mengisi salah satu kolom yang tersedia dengan
memberi tanda checklist (√) sesuai dengan jawaban yang menjadi pilihannya. Setiap
item mempunyai empat pilihan jawaban yaitu : Selalu (SL), Sering (SR),
Kadang-kadang (K), dan Tidak Pernah (TP).
Teknik pemberian skor pada instrumen ini dilakukan dengan memberikan skor pada
Tabel 3.4
Pola Penskoran Instrumen Pola Asuh Orang Tua
PILIHAN SKOR
Selalu (SL) 4
Sering (SR) 3
Kadang-Kadang (K) 2
Tidak Pernah (TP) 1
2. Instrumen Kecerdasan Interpersonal Remaja
Instrumen kecerdasan interpersonal yang digunakan pada penelitian ini
merupakan instrumen yang dibuat oleh Bisni Berlina (2010). Instrumen tersebut
dikembangkan dari konsep kecerdasan interpersonal Andesron (Safaria, 2005).
Instrumen ini digunakan oleh peneliti karena memiliki sekumpulan item pertanyaan
reliabel atau konsisten dalam mengukur variabelnya dan nilai koefisien reliabilitasnya
lebih besar dari 0,6 yaitu sebesar 0,902 dan cukup valid sehingga instrumen tersebut
dapat digunakan pada penelitian ini.
Adapun kisi-kisi instrumen kecerdasan interpersonal remaja yang diambil dari
item-item yang valid dari instrument sebelumnya dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Interpersonal Remaja
Memiliki
Cara pengisian instrumen ini adalah meminta kesediaan subjek atau responden
untuk menjawab semua item pernyataan yang diajukan dengan cara memilih atau
menentukan salah satu dari lima kotak jawaban yang tersedia di setiap item
pernyataan sesuai dengan apa yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan.
Penentuan jawaban dilakukan dengan mengisi salah satu kolom yang tersedia dengan
item mempunyai lima pilihan jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang
Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Teknik pemberian skor pada instrumen ini dilakukan dengan memberikan
skor pada masing-masing item pernyataan. Pola penskoran item yaitu favorable dan
unfavorable yang dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 3.5
Pola Penskoran Instrumen Kecerdasan Interpersonal
PILIHAN FAVORABLE UNFAVORABLE
Sangat Sesuai (SS) 5 5
Sesuai (S) 4 4
Kurang Sesuai (KS) 3 3
Tidak Sesuai (TS) 2 2
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 1
E.Norma Skala
1. Pola Asuh Orang Tua
Untuk menentukan pola asuh mana yang disarankan oleh masing-masing
siswa dilakukan dengan cara menghitung jumlah skor yang diperoleh siswa untuk
masing tipe pola asuh yanga dirasakan. Setelah jumlah skor untuk masing-masing
tipe pola asuh diperoleh lalu dilihat tipe pola asuh mana yang jumlah skornya paing
besar, maka itulah pola asuh yang dirasakan oleh siswa tersebut.
Berikut ini adalah perhitungan proporsi untuk setiap tipe pola asuh:
�roporsi skor � � =Skor � � �捲 yang diperolah responden
� � � � �
Proporsi skor � =Skor � yang diperolah responden
Proporsi skor � =Skor � yang diperolah responden
Skor maksimal �
Proporsi skor � � � =Skor � � � yang diperolah responden
Skor maksimal � � �
Skor maksimal untuk setiap pola asuh orang tua adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6
Skor maksimal Tipe-tipe Pola Asuh Orang Tua Tipe-tipe Pola Asuh Jumlah
Item
Skor maksimal Item
Skor maksimal
Authoritative 18 3 54
Authoritarian 15 3 45
Indulgent 15 3 45
Indifferent 9 3 27
2. Kecerdasan Interpersonal
Teknik pengolahan data untuk mengolah data kuantitatif menggunakan
rumus skor ideal berdasarkan perhitungan dari pembuat instrument sebelumnya yaitu
Bisni Berlina sebagai berikut.
Xi + SDi
(Cece Rakhmat & M. Solehuddin,1988)
Keterangan:
Xi : rata-rata ideal yaitu skor minimal + skor maksimal/2
Dengan menggunakan rumus skor ideal, data dapat dikelompokkan dalam tiga
kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
a. Kelompok Atas
Semua peserta didik yang memiliki skor sebanyak skor rata-rata + 1 standar
deviasi keatas
b. Kelompok Sedang
Semua peserta didik yang memiliki skor antara -1 standart deviasi dan +1
standart deviasi
c. Kelompok Bawah
Semua kelompok didik yang memiliki skor antara -1 standart deviasi dan
yang kurang dari itu.
Untuk menetukan kedudukan subjek dalam tingkatan kecerdasan interpersonal
dilakukan teknik pengolahan data dengan menggunakan rumus skor ideal sebagai
berikut:
Skor ideal = jumlah soal valid X skor terbesar
= 56 x 5
= 280
Skor terendah = jumlah soal valid X skor terkecil
= 56 x 1
= 56
1 2 ideal
Perhitungan Aspek
Gambaran umum kecerdasan interpersonal
GU → X.ideal = 1
Gambaran aspek social insight
= 1
2 (130) =(26)
= 1
2 (156)
= 78
S.ideal = 1 3(78)
= 26
Tinggi = 78+26 = 104
Rendah = 78-26 = 52
Sedang = antara 53 s/d 103
Gambaran aspek social sensitivity
x ideal = ½ (x.max + x.min)
= ½ (5x8) + (1x18)
= ½ (90) + (18)
= ½ x108
= 54
S ideal = 1/3.54 = 18
Tinggi = 54 + 12 = 72
Rendah = 54 – 12 = 36
Gambaran aspek social communication
x ideal = ½ (x.max + x.min)
= ½ (5x12) + (1x12)
= ½ x72
= 36
S ideal = 1/3.36 = 12
Tinggi = 36 + 12 = 48
Rendah = 36 – 12 = 24
F. Teknik Analisis Data : Korelasi Pearson’s Product Moment
Uji korelasi digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara dua
variabel. Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus pearson’s product
moment, yaitu sebagai berikut :
2
r = koefisien korelasi pearson’s product moment
n = jumlah responden
∑X = jumlah skor pola asuh orang tua
∑Y = jumlah skor kecerdasan interpersonal
∑XY = jumlah hasil kali skor poala asuh orang tua dan kecerdasan interpersonal
∑X2 = kuadrat jumlah skor pola asuh orang tua
Setelah diketahui koefisien korelasi dari masing-masing hubungan, maka
digunakan tabel Guilford untuk mengetahui kekuatan hubungan antar dua varaibel,
yaitu sebagai berikut :
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00 - 0.199 Sangat Lemah
0.20 - 0.399 Lemah
0.40 - 0.599 Sedang
0.60 - 0.799 Kuat
0.80 - 1.000 Sangat Kuat
(Sugiyono : 2009)
G. Prosedur dan Tahapan Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu persiapan,
pelaksanaan dan pelaporan. Penjelasan mengenai tahapan-tahapan penelitian sebagai
berikut :
1. Persiapan
a Menyusun proposal penelitian serta melaksanakan seminar proposal penelitian
pada mata kuliah seminar psikologi perkembangan.
b. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada
tingkat fakultas.
c. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi yang
memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat fakultas. Surat izin
penelitian yang telah disahkan kemudian disampaikan kepada Kepala Sekolah
2. Pelaksanaan
a. Penggunaan instrumen penelitian.
b. Mengolah dan menganalisis data yang telah terkumpul.
3. Pelaporan
Tahapan pelaporan merupakan tahap akhir dari tahapan penelitian. Pada tahap
pelaporan seluruh kegiatan dan hasil penelitian dianalisis dan dilaporkan dalam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Remaja pada Siswa SMPN 12 Bandung tahun ajaran 2012/2013 secara umum
memiliki persepsi pola asuh yang bervariasi, yaitu authoritative, authoritarian,
indulgent, dan indifferent. Tipe pola asuh authoritative yang paling banyak
dipersepsi oleh remaja pada siswa SMPN 12 Bandung tahun ajaran 2012/2013
jika dibandingkan dengan tipe pola asuh yang lain.
2. Secara umum remaja pada siswa SMPN 12 Bandung tahun ajaran 2012/2013
memiliki kecerdaan interpersonal pada kategori sedang. Artinya remaja pada
siswa SMPN 12 Bandung telah memiliki kemampuan dalam menjalin
hubungan sosial yang baik dengan orang lain, tetapi kemampuan kecerdasan
interpersonal yang ada belum maksimal dan masih perlu dikembangkan.
3. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi terhadap pola asuh
authoritative dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa SMPN 12
Bandung tahun ajaran 2012/2013.
4. Tidak terdapat hubungan antara persepsi terhadap pola asuh authoritarian
dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa SMPN 12 Bandung tahun
5. Terdapat hubungan yang negatif antara persepsi terhadap pola asuh indulgent
dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa SMPN 12 Bandung tahun
ajaran 2012/2013.
6. Terdapat hubungan yang negatif antara persepsi terhadap pola asuh indifferent
dengan kecerdasan interpersonal remaja pada siswa SMPN 12 Bandung tahun
ajaran 2012/2013.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diajukan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
a. Sekolah dapat melakukan penyediaan sarana dan prasarana seperti adanya
kegiatan-kegiatan di sekolah yang mengacu pada kegiatan yang bersifat
pengembangan kecerdasan interpersonal remaja.
b. Untuk remaja yang kecerdasan interpersonalnya termasuk kedalam kategori
rendah, sekolah dapat memberikan bimbingan konseling untuk
meningkatkan kualias kecerdasan interpersonal remaja.
2. Bagi Guru
a. Guru dapat mengembangkan metode pembelajran untuk meningkatkan
sering berdialog dengan siswa dan senantiasa memberikan pengarahan dan
semangat kepada para siswanya.
b. Guru dapat menciptakan suasana di kelas yang lebih interaktif agar siswa
terdorong berani untuk bertanya atau mengeluarkan pendapat sehingga
tercipta suasana sosial yang lebih hidup.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Penelitian yang telah dilakukan menggunakan sampel remaja yaitu dalam
kategori siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Alangkah lebih baiknya
penelitian ini dapat dilakukan pada remaja di tingkat jenjang pendidikan
lainnya, seperti Sekolah Menengah Atas (SMA), dan lain-lain.
b. Memperbanyak referensi mengenai pola asuh orang tua dan kecerdasan
imterpersonal sehingga dapat memperkaya pengetahuan mengenai pola asuh
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Berlina, B. (2010). ”Profil Kecerdasan Interpersonal siswa RSBI dan implikasinya
bagi bimbingan dan konseling”. Skripsi. Bandung : PPB FIP UPI
Boyd, D & Bee, H. (2005). Life Span Development. New York: Allyn & Bacon.
Damayanti. (2010) “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dangan Kontrol Diri Remaja”. Skripsi. Bandung : Psikologi FIP UPI
Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Davidoff. (1998). Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Kesehatan RI. (2008) “Survey Hubungan Sosial Antar Siswa di
Indonesia”. Pikiran Rakyat (21 Desember 2008).
Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Desniwati. R. (2008). Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkah Laku Agresif pada Remaja Madya. Skripsi pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung : Tidak Diterbitkan.
Gardner, H. (2003). Multiple Intelligences. Batam Centre : Interaksara.
Goleman, Daniel. (2007). Sosial Intelligence. Terjemahan. Jakarta : Gramedia.
Gunawan, A. W. (2004). Genius Learning Strategy. Jakarta : Gramedia.
Gustria, S.H. (2006). Hubungan antar Pola Komunikasi Orang Tua-Anak dengan Stabilitas Emosi Remaja. Skripsi PPB FIP UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Handayani. (2001). Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua dengan Penyesuaian Sosial pada Siswa di SMU 1 Cimahi. Skripsi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung. Tidak Diterbitkan.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
PHRONESIS, Vol. 3. No. 5.
Irwanto, dkk. (1997). Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kartono Kartini. (1992). Peran Keluarga Memandu Anak, Jakarta : Rajawali Press.
Lwin, M. Dkk. (2008). How To Multiply Your Child’s Intelligence Yogyakarta:Indeks.
Maccoby, E.E. (1980). Social Development : Psychological Growth and The Parent Child Relationship. New York : Harcout Brace Jovanovich.
Mussen, P.H., et, al (1994) . Perkembangan dan Kepribadian anak. Jakarta: Penerbit Arcan.
Rachmawati, Y. (2010). Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana.
Rachmi. S (2000). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motif Berprestasi Siswa. Skripsi Publikasi Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi UNISBA. Bandung : Tidak Diterbitkan.
Rakhmat, C dan Solehudin, M (2006) . Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar, Bandung: CV. Andira.
Rakhmat, J. (2001). Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Ridwan, (2004). Dasar-Dasar Statistik. Bandung: Alfabeta.
Safaria, T. (2005). Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. Yogyakarta: Amara Books.
Shochib. (1998). Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: Rineka Cipta.
Santrock, J.W. (2003). Adolesence Perkembangan Remaja Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
_____________(2003). Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta : Erlangga.
_____________(2007). Remaja. Jakarta : Erlangga.
Shochib, M. (1998). Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Kecakapan Hidup. Jakrta: Rieneka Cipta.
Steinberg, L.,(1993). Adolescence, Third Edition, New York: Mc Graw-Hill, Inc.
___________(2002). Adolescences. San Fransisco: Mc Graw-Hill Inc.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
_________(2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Susilawati, N. (2003). Hubungan Antara Perlakuan Orang Tua dengan Perilaku Asertif Siswa. Skripsi. Bandung: PPB FIP UPI
Turmudji, T. (2003). Pola Asuh Orang Tua dengan Agresivitas Remaja. Jurnal Penelitian. Tersedia : http// www.depdiknas.go.id.
Walgito, B. (1997). Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Yessy. (2003). Gaya Pola Asuh Orang Tua. Tersedia http://image.Ratihst. Multiplycontent.com [ 20 Mei 2013 ]
Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.