• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MEDIA DOKUMEN PRIBADI SISWA KELAS V SDN PELEMSARI BOKOHARJO PRAMBANAN SLEMAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MEDIA DOKUMEN PRIBADI SISWA KELAS V SDN PELEMSARI BOKOHARJO PRAMBANAN SLEMAN."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bahasa mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran karena dengan bahasa akan membantu siswa untuk menemukan serta menggunakan keterampilan yang ada pada dirinya dalam mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan. Hal ini sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menurut Depdiknas (2006: 231) yang menyebutkan bahwa Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan keterampilan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan serta menumbuhkan apresiasi terhadap karya kesastraan manusia Indonesia.

(2)

2

penyampaian informasi tentang suatu peristiwa dan keterampilan memperluas wawasan.

Keterampilan berbahasa mencakupi empat aspek yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Henry Guntur Tarigan, 2008: 1). Kegiatan berbicara dan mendengarkan (menyimak) merupakan komunikasi secara langsung, sedangkan kegiatan menulis dan membaca merupakan komunikasi tidak langsung. Mendengar dan membaca merupakan penguasaan reseptif, sedangkan berbicara dan menulis merupakan penguasaan produktif. Keberhasilan dalam proses pembelajaran disekolah banyak ditentukan oleh keterampilan menulisnya. Oleh karena itu, pembelajaran menulis memiliki kedudukan yang tinggi dibanding keterampilan berbahasa lainnya, sehingga harus dikuasai oleh anak sedini mungkin dalam kehidupannya di sekolah.

Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Henry Guntur Tarigan, 2008: 3). Apabila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan menulis lebih sulit dikuasai oleh pembelajar bahasa karena keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai aspek lain di luar bahasa untuk menghasilkan paragraf atau wacana yang runtut atau padu.

(3)

3

persuasi. Karangan deskripsi merupakan ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Melalui pengalaman yang telah diperolehnya, penulis dapat menuliskan pengalaman tersebut dalam sebuah karangan deskripsi. Tujuannya agar pembaca memperoleh kesan yang sesuai dengan pengamatan dan pengalaman penulis, sehingga seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri objek tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.

Segala sesuatu yang didengar, dicium, dilihat, dan dirasa melalui alat-alat sensori, yang selanjutnya dengan media kata-kata, hal tersebut dilukiskan agar dapat dihayati oleh orang lain. Tujuan karangan ini adalah tercapainya penghayatan yang imajinatif terhadap sesuatu, sehingga pendengar atau pembaca merasakan seolah-olah mengalami dan mengetahui secara langsung. Oleh karena itu, untuk menulis deskripsi erat kaitannya dengan pengetahuan yang dimilki oleh siswa dan kondisi lingkungan belajar yang kondusif. Melalui keterampilan menulis/mengarang deskripsi, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan dapat mempergunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Akan tetapi, tidak semua orang mampu melaksanakan tugas menulis deskripsi dengan baik, termasuk pada siswa SD.

(4)

4

tingkat pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi untuk mencapai keterampilan-keterampilan berbicara, mebaca, menyimak, dan menulis. Dengan menulis siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan/pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siswa kelas V SDN Pelemsari, metode pembelajaran yang digunakan guru adalah metode ceramah. Guru juga tidak menggunakan media pembelajaran. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi kurang menarik bagi siswa. Selain itu, diperoleh hasil bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menulis karangan deskripsi. Beberapa hal tersebut menyebabkan nilai menulis karangan deskripsi yang diperoleh siswa belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu sebagian besar siswa atau 75% siswa masih mendapat nilai < 75.

(5)

5

tulis sesuai dengan pengalaman sehari-hari siswa. Untuk itu, diperlukan perbaikan dalam pembelajaran yang mampu menghubungkan antara kehidupan sehai-hari siswa dengan materi pelajaran.

Pada proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran (Azhar Arsyad, 2011: 15). Perbaikan proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya penggunaan media pembelajaran yang tepat. Menurut Heinich (Daryanto, 2010: 4), media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.

(6)

6

cetak-verbal, media cetak-grafis, dan media visual non-cetak. Dalam penelitian ini, media yang digunakan adalah media visual dengan jenis media cetak grafis. Media cetak grafis yang digunakan adalah dokumen pribadi yang berupa foto.

Menurut Hamalik (Azhar Arsyad, 2011: 15), pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media nyata dalam pembelajaran merupakan salah satu cara yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar agar siswa mampu menghubungkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata, sehingga diharapkan mampu meningkatkan keterampilan siswa menulis karangan deskriptif. Salah satu media nyata yang dapat digunakan adalah dokumen pribadi. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Berdasarkan Pengalaman Menggunakan Media Dokumen Pribadi Siswa Kelas V SDN Pelemsari Bokoharjo Prambanan Sleman”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka identifikasi masalah pada penelitian ini, adalah sebagai berikut.

1. Guru menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media pembelajaran sehingga pembelajaran kurang menarik.

(7)

7

3. Keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN Pelemsari Bokoharjo Prambanan Sleman masih rendah. Hal ini dibuktikan sebagian besar siswa atau 75% siswa masih mendapat nilai < 75 dalam menulis karangan deskripsi.

4. Dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi belum menggunakan media dokumen pribadi.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini dibatasi pada penggunaan media dokumen pribadi untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas V SDN Pelemsari Bokoharjo Prambanan Sleman.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah media dokumen pribadi dapat meningkatkan proses keterampilan menulis karangan deskripsi menggunakan pada siswa kelas V SDN Pelemsari Bokoharjo Prambanan Sleman?

(8)

8 E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) untuk Meningkatkan proses pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi menggunakan media dokumen pribadi pada siswa kelas V SDN Pelemsari Bokoharjo Prambanan Sleman, dan

2) untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi menggunakan media dokumen pribadi pada siswa kelas V SDN Pelemsari Bokoharjo Prambanan Sleman.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terutama dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi pada siswa sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru dalam menggunakan media pembelajaran secara tepat pada materi menulis karangan deskripsi.

b. Bagi siswa

(9)

9 c. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pengalaman bagi peneliti.

G.Definisi Istilah

Agar tidak terjadi kesalahan dalam memaknai beberapa kata yang menjadi pokok dalam pembahasan penelitian ini, maka peneliti berusaha menyamakan persepsi pembaca dengan mendefinisikan kata-kata sebagai berikut:

1. Keterampilan menulis karangan deskripsi merupakan kemahiran siswa dalam menggambarkan suatu objek secara tertulis berdasarkan pengalaman yang pernah dialami siswa. Adapun unsur-unsur menulis karangan deskripsi mencakup kesesuaian dengan gambar, ketepatan logika urutan cerita, ketepatan makna keseluruhan karangan, ketepatan kata, ketepatan kalimat, serta ejaan dan tata tulis. 2. Media dokumen pribadi pada penelitian ini merupakan salah satu jenis media

(10)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Keterampilan Menulis 1. Pengertian Keterampilan

Keterampilan berbahasa mencakupi empat aspek yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Henry Guntur Tarigan, 2008: 1). Kegiatan berbicara dan mendengarkan (menyimak) merupakan komunikasi secara langsung, sedangkan kegiatan menulis dan membaca merupakan komunikasi tidak langsung. Mendengar dan membaca merupakan penguasaan reseptif, sedangkan berbicara dan menulis merupakan penguasaan produktif. Keberhasilan dalam proses pembelajaran disekolah banyak ditentukan oleh keterampilan menulisnya. Oleh karena itu, pembelajaran menulis memiliki kedudukan yang tinggi dibanding keterampilan berbahasa lainnya, sehingga harus dikuasai oleh anak sedini mungkin dalam kehidupannya di sekolah.

(11)

11 a) Basic literacy skill

Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengar.

a) Technical skill

Keahlian teknik merukan keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara tepat, mengoperasikan computer.

b) Interpersonal skill

Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, se[erti pendengaran yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim

c) Problem solving

Menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas untuk menajamkan logika, berargumentasi dan penyelesaian masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternative dan menganalisis serta memilih penyelesaian yang baik.

(12)

12

keterampilan berbahasa lainnya, keterampilan memiliki empat aspek yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

2. Pengertian Menulis

Suparno (Rini Kristiantari, 2004: 99) mengungkapkan bahwa menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan atau komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat bantu medianya.Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tujuannya serta menuangkannya dalam formulais ragam bahasa tulis dan konversi penulisan lainnya.

(13)

13

dapat diartikan sebagai aktivitas pengekspresian ide, gagasan atau persaan kelambang-lambang kebahasaan (bahasa tulis).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang definisi menulis tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah salah satu cara manusia dalam berkomunikasi selainmendengar, membaca, dan berbicara. Pesan disampaikan dalam bentuk lambang-lambang atau simbol-simbol yang dapat dipahami orang yangmembacanya, sehingga pesan tersebut dapat tersampaikan. Pesan yangdisampaikan bisa berupa informasi, gagasan, pemikiran, dansebagainya.

3. Pengertian Keterampilan Menulis

Menurut Akhadiat (Ahmad Rofi’udin, 1999:262), menulis dapat diartikan

sebagai aktivitas pengekspresian ide, gagasan atau persaan kelambang-lambang kebahasaan (bahasa tulis). Menulis juga dapat diekspresikan sebagai proses penemuan dan penggalian ide-ide untuk diekspresikan, dan proses ini

dipengaruhioleh dasar yang dimilikinya, Murray (Ahmad Rofi’udin,

1999:263).

(14)

14

Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pengertian menulis adalah kegiatan mengungkapkan ide atau gagasan penulisan dengan menggunakan symbol bahasa tulis kepada pihak lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif.

a. Tujuan Menulis

Setiap penulis harus mempunyai tujuan yang jelas dari tulisan yang akan ditulisnya. Rini Kristiantari (2004: 101) mengungkapkan bahwa tujuan yang jelas akan membimbing seseorang dalam usahanya membuat tulisan yang baik. Menulis untuk sekedar menyelesaikan tugas atau memenuhi kewajiban tidak dapat dikatakan sebagai tujuan menulis yang nyata.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Reinking (Rini Kristiantari, 2004: 101) mengungkapkan bahwa tujuan menulis secara umum adalah menginformasikan, meyakinkan, mengekspresikan diri, dan menghibur. Lebih lanjut Suparno dan Mohamad Yunus (2009: 3.7), mengungkapkan bahwa tujuan yang ingin dicapai seorang penulis adalah menjadikan pembaca ikut berpikir dan bernalar, membuat pembaca tahu tentang hal yang diberitakan, menjadikan pembaca beropini, menjadikan pembaca mengerti, membuat pembaca terpersuasi oleh isi karangan, dan membuat pembaca senang dengan menghayati nilai-nilai yang dikemukakan seperti nilai kebenaran, nilai agama, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai moral, nilai kemanusiaan dan nilai estetika.

(15)

15

mengerti dan memahami nilai-nilai dalam sebuah tulisan sehingga pembaca ikut berpikir, berpendapat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan isi tulisan.

b. Manfaat Menulis

Fungsi utama tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Menulis juga dapat menolongsesorang berpikir kritis.

Menurut D’Angelo (Henry Guntur Tarigan, 2008: 23), situasi yang harus diperhatikan dalam menulis adalah maksud dan tujuan sang penulis, pembaca atau pemirsa, dan waktu atau kesempatan.

Lebih lanjut Mohamad Yunus dan Suparno (2009: 1.4) mengemukakan manfaat menulis adalah sebagai berikut.

1) Meningkatkan kecerdasan,

2) Mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, 3) Menumbuhkan keberanian, dan

4) Mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

(16)

16 c. Menulis sebagai proses

Bars (Mohamad Yunus dan Suparno, 2009: 1.14) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu proses yang kemampuan, pelaksanaan, dan hasilnya diperoleh secara bertahap. Artinya, untuk menghasilkan tulisan yang baik, umumnya orang melakukannya berkali-kali.Sejalan dengan pendapat tersebut, Mohamad Yunus dan Suparno (2009: 1.15-1.26) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu proses.Menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase, yaitu fase prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Berikut merupakan penjelasan mengenai fase-fase atau tahap-tahap dalam menulis.

1) Tahap prapenulisan

Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, menurut Proett (Mohamad Yunus dan Suparno, 2009: 1.16) pada tahap ini merupakan fase mencari, menemukan, dan mengingat kembali pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh dan dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam menulis, sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan baik. Pada fase pramenulis ini terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka-kerangka. 2) Tahap penulisan

(17)

17

Dengan menyelesaikan semua itu berarti proses menulis siap dilaksanakan dengan mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan dikumpulkan.

3) Tahap pascapenulisan

Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram (draf) karangan pertama yang dihasilkan. Kegiatan ini terdiri atas penyutingan dan perbaikan (revisi). Penyutingan di sini diartikan sebagai kegiatan membaca ulang suatu buram karangan dengan maksud untuk merasakan, menilai, dan memeriksa baik unsur mekanik ataupun isi karangan.Tujuannya adalah untuk menemukan atau memperoleh informasi tentang unsur-unsur karangan yang perlu disempurnakan. Kegiatan ini bisa dilakukan penulisnya sendiri. Berdasarkan hasil penyutingan itulah kegiatan rivisi atau perbaikan karangan dilakukan. Kegiatan revisi itu dapat berupa penambahan, penggantian, penghilangan, pengubahan, atau penyusunan kembali unsur-unsur karangan. Kadar revisi itu sendiri tergantung pada tingkat keperluannya.Bisa revisi berat, bisa juga sedang, atau ringan.

(18)

18

diikuti dengan penulisan kembali karangan (rewrite). Jika sutingan dan revisi sudah selesai dilakukan itu berarti karangan telah benar-benar jadi.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai proses menulis, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan sebuah proses yang terdiri dari beberapa tahapan. Tahap-tahap menulis meliputi tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Ketiga tahap tersebut tidak dipandang secara terpisah, namun merupakan komponen yang ada dan dilalui oleh seorang penulis dalam proses menulis.

B. Karakteristik Siswa Kelas V

Masa anak Sekolah Dasar berkisar antara umur 6 tahun dan berakhir pada kisaran usia 11 atau 12 tahun. Masa sekolah adalah dimana anak sudah menamatkan taman kanak-kanak (TK) dan melanjutkan ke sekolah. Pada masa ini diharapkan anak sudah matang untuk belajar maupun sekolah. Anak tidak hanya sebagai penonton saja tetapi ia ingin menjelajahi lingkungannya, tata kerjanya, dan menjadi bagian dari lingkungannya.

Suryobroto (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 124-125), membagi masa sekolah menjadi 2 fase, yaitu masa kelas-kelas rendah sekolah dasar dan masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Masa Kelas-kelas tinggi sekolah dasar meliputi kelas IV sampai dengan kelas VI. Pada masa ini kira-kira anak berumur 9 atau 10 tahun sampai 12 atau 13 tahun. Pada masa anak memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. Adanya minat terhadap kehidupan yang praktis sehari-hari yang konkret.

(19)

19

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.

4. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak masih belum bisa mandiri.

5. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada peraturan tradisional, tetapi mereka membuat peraturan sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masa sekolah dibagi dalam dua fase, yaitu masa kelas-kelas tinggi dan masa kelas-kelas rendah sekolah dasar. Karakteristik siswa kelas V Sekolah Dasar berada pada tahap operasional kongkrit.

Lebih lanjut Rini Kristiantari (2004: 106-107) mengungkapkan bahwa pengajaran menulis di sekolah dasar dibedakan atas dua tingkatan yakni menulis permulaan dan menulis lanjut. Pada tingkat permulaan, kegiatan dan latihan menulis bersifat mekanistis, maksudnya lebih mengutamakan segi teknis daripada isi tulusan. Sasaran pembelajaran menulis pada tahap permulaan ini adalah siswa sekolah dasar rendah, yakni kelas I dan II.

(20)

20

tahap kedua di kelas VI-III SMP. Keterampilan menulis pada tahap ini merupakan keterampilan menulis yang sangat mendasar.

Berdasarkan hal tersebut, guru harus dapat menerapkan prinsip yang dapat dijadikan pedoman bagi guru Bahasa Indonesia di sekolah dasar agar keterampilan siswa dalam menulis dapat berjalan dengan efektif. Sejalan dengan hal tersebut, Goodman (Rini Kristiantari, 2004: 107), mengungkapkan tentang prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pedoman bagi guru Bahasa Indonesia Sekolah Dasar agar pembelajaran menulis menjadi efektif sebagai berikut ini.

1. Tulisan siswa hendaknya didasarkan pada topik-topik personal yang bermakna. Pada prinsip ini terdapat gagasan bahwa topik tulisan hendaknya dikaitkan dengan sesuatu yang diketahui, disenangi siswa, sesuai dengan kemampuan siswa, serta bermanfaat dalam kehidupannya.

2. Hendaknya kegiatan menulis diawali dengan kegiatan komunikasi. Komunikasi dalam bentuk percakapan merupakan kegiatan yang dapat membangkitkan semangat siswa. Melalui berkomunikasi akan diketahui topik yang diminatinya. Kegiatan menulis mustahil terjadi jika topik-topik yang akan ditulis tidak diketahui atau asing bagi siswa. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis juga adalah sebuah pengalaman yang menyenangkan.

(21)

21

4. Pengoreksian kesalahan menulis pada awal atau sebelum siswa lancar menulis hendaknya dihindari. Kesalahan tata bahasa, frasa, kesulitan secara mekanikal sebagai akibat dari keterbatasan penguasaan bahasa hendaknya bukan menjadi perhatian utama. Pengoreksian kesalahan tata bahasa dapat dilakukan ketika siswa telah mulai lancar menulis dalam arti menuangkan gagasan dan pikirannya.

5. Hendaknya selalu berusaha untuk menghubungkan kegiatan menulis dengan kegiatan berbahasa yang lain seperti membaca dan berbicara. Kegiatan menulis akan bertambah lancar bila selalu dihubungkan dnegan pengalamannya dalam membaca buku cerita atau mendengarkan cerita yang menarik dan berkesan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai karakteristik pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar, dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan pembagian masa sekolah. Pembelajaran menulis di sekolah dasar juga dapat dibedakan menjadi dua tingkatan. Oleh sebab itu, guru perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar agar pembelajaran menjadi lebih efektif, termasuk dalam pembelajaran menulis karangan.

C. Karangan

1. Pengertian Karangan

(22)

22

gagasan dengan bahasa tulis. Kemampuan mengarang adalah kemampuan untuk menuangkan gagasannya dalam dan dengan karangan. Lebih lanjut Mohamad Yunus dan Suparno (2009: 1.11) menyatakan bahwa suatu tulisan atau karangan secara umum mengandung dua hal, yaitu isi dan cara pengungkapan atau penyajian.

Keduanya saling mempengaruhi. Karangan merupakan hasil akhir dari pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan atau mengulas topic dan tema tertentu (Finoza 2004:192). Karangan adalah mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau ide kepada pembaca melalui bahasa tulis. Suparno (2008:3.1)

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa karangan adalah hasil kegiatan seseorang dalam merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk mengungkapkan suatu gagasan melalui bahasa tulis.

2. Jenis-jenis karangan

(23)

23 a. Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan penulisnya.

b. Karangan Persuasi

Karangan persuasi adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan untuk membujuk atau mempengaruhi pembaca.

c. Karangan Narasi

Karangan narasi adalah suatu bentuk karangan yang serangkaian kejadian menurut urutan kejadiannya (kronologis).

d. Karangan Ekposisi

Karangan eksposisi adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu.

e. Karangan Argumentasi

Karangan argumentasi adalah suatu bentuk karangan yang memaparkan alasan untuk membangun suatu kesimpulan.

Dari berbagai ragam karangan di atas, yang akan diteliti oleh peneliti adalah karangan deskripsi. Lebih lanjut Semi (Rini Kristiantari, 2004: 121) mengemukakan bahwa karangan deskripsi memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

1. berupaya memperlihatkan rincian tentang objek,

2. bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca,

(24)

24

4. memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, sehingga objek tulisan pada umumya berupa benda, alam, warna, dan manusia, dan

5. organisasi penyampaian yang digunakan lebih banyak menggunakan susunan ruang (spartial order).

Untuk mempermudah dalam menulis karangan deskripsi, perlu diperhatikan beberapa langkah dalam menulis karangan deskripsi. Mohamad Yunus dan Suparno (2009: 4.22-4.23) mengemukakan bahwa untuk mempermudah pendeskripsian, perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menentukan apa yang akan dideskripsikan: Apakah akan mendeskripsikan orang atau tempat.

b. Merumuskan tujuan pendeskripsian: Apakah deskripsi dilakukan sebagai alat bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, atau persuasi.

c. Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan: Kalau yang dideskripsikan orang, apakah yang akan dideskripsikan itu ciri-ciri fisik, watak, gagasannya, atau benda-benda disekitar tokoh? Kalau yang dideskripsikan tempat, apakah yang dideskripsikan keseluruhan tempat atau hanya bagian-bagian tertentu saja yang menarik?

d. Merinci dan menyistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan. Hal-hal apa saja yang akan ditampilkan untuk membantu memunculkan kesan dan gambaran kuat mengenai sesuatu yang dideskripsikan? Pendekatan apa yang akan digunakan penulis?

(25)

25 Karngan Deskripsi

1. Pengertian Karangan Deskripsi

Menurut Tompkins (Rini Kristiantari, 2004: 119), tulisan deskripsi adalah bentuk tulisan yang menggambarkan suatu objek. Penggambaran objek dapat dilakukan dengan mengungkapkan rincian khusus dan kesan yang ditimbulkan oleh tanggapan pancaindera, sedangkan untuk menggambarkannya, diperlukan pengamatan yang tajam dan perhatian yang penuh terhadap objek. Mohamad Yunus dan Suparno (2009: 1.11) Karangan deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan penulisnya. Karangan persuasi adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan untuk membujuk atau mempengaruhi pembaca. Karangan narasi adalah suatu bentuk karangan yang serangkaian kejadian menurut urutan kejadiannya (kronologis). Karangan eksposisi adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu. Karangan argumentasi adalah suatu bentuk karangan yang memaparkan alasan untuk membangun suatu kesimpulan.

(26)

26

Lebih lanjut Semi (Rini Kristiantari, 2004: 121) mengemukakan bahwa karangan deskripsi memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

a) berupaya memperlihatkan rincian tentang objek,

b) bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca,

c) disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah,

d) memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, sehingga objek tulisan pada umumya berupa benda, alam, warna, dan manusia, dan

e) organisasi penyampaian yang digunakan lebih banyak menggunakan susunan ruang (spartial order).

Untuk mempermudah dalam menulis karangan deskripsi, perlu diperhatikan beberapa langkah dalam menulis karangan deskripsi. Mohamad Yunus dan Suparno (2009: 4.22-4.23) mengemukakan bahwa untuk mempermudah pendeskripsian, perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut.

a) Menentukan apa yang akan dideskripsikan: Apakah akan mendeskripsikan orang atau tempat.

b) Merumuskan tujuan pendeskripsian: Apakah deskripsi dilakukan sebagai alat bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, atau persuasi.

c) Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan: kalau yang dideskripsikan orang, apakah yang akan dideskripsikan itu ciri-ciri fisik, watak, gagasannya, atau benda-benda disekitar tokoh? Kalau yang dideskripsikan tempat, apakah yang dideskripsikan keseluruhan tempat atau hanya bagian-bagian tertentu saja yang menarik?

d) Merinci dan menyistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan. Hal-hal apa saja yang akan ditampilkan untuk membantu memunculkan kesan dan gambaran kuat mengenai sesuatu yang dideskripsikan? Pendekatan apa yang akan digunakan penulis? Sejalan dengan hal tersebut, Chaedar Alwasilah (2011: 49) juga mengungkapkan mengenai proses penulisan deskripsi yang mencakup: a) perencanaan, b) penulisan draft awal, dan c) revisi.

a. Perencanaan

(27)

27

sebagainya. Setelah itu, bersandar pada fungsi sosial genre deskriptif, penulis kemudian menegaskan alasan mengapa mendeskripsikan objek ini penting.

b. Penulisan Draft Awal

Penulis mulai mendeskripsikan objek. Penulis dapat memulai dari wujud fisik objek yang dapat diinderai oleh mata, seperti bentuk, warna, ukuran, jumlah, dan sebagainya, kemudian dilanjutkan ke sensory detail yang lain. Pastikan setiap deskripsi tidak berulang, jelas, keseluruhan, dan sistematis. Penulis perlu memberikan sentuhan psikologis kepada pembaca dengan menggunakan kosakata deskriptif yang memiliki makna mental dari objek.

c. Revisi

Pada tahap revisi, penulis sepertinya membutuhkan pertanyaan-pertanyaan panduan.

2. Jenis-jenis karangan Deskripsi

Menurut pendapat Mohamad Yunus dan Suparno (2010: 4.14) mengungkapkan ada dua jenis karangan deskripsi yaitu: a) deskripsi orang dan b) deskripsi waktu. Berikut penjelasan jenis karangan deskripsi.

a. Deskripsi orang

Deskripsi orang adalah karangan yang menggambarkan tentang orang atau mendeskripsikan orang. Ada empat aspek yang digunakan sebagai pegangan dalam mendeskripsikan orang, empat aspek tersebut sebagai berikut.

1) Deskripsi keadaan fisik.

(28)

28 2) Deskripsi keadaan sekitar.

Yaitu penggambaran keadaan yang mengelilingi sang tokoh. Misalnya, penggambaran tentang aktivitas-aktivitas yang dilakukan, pekerjaan, pakaian, dan lainnya yang ikut menggambarkan watak seseorang.

3) Deskripsi watak.

Pengarang harus mampu mendeskripsikan watak seorang tokoh dengan cermat dan teliti. Kemudian, menuliskan dengan jelas unsur-unsur dan kepribadian seorang tokoh. Lalu, menampilkan dengan jelas unsur-unsur yang dapat memperlihatkan karakter yang digambarkan.

4) Deskripsi gagasan-gagasan tokoh.

Hal ini menggambarkan tentang perasaan dan unsur fisik mempunyai hubungan yang erat. Pancaran wajah, pandangan mata, gerak bibir, dan gerak tubuh merupakan petunjuk tentang keadaan perasaan seseorang pada waktu itu.

b. Deskripsi tempat

Tempat memegang peranan yang sangat penting dalam setiap peristiwa. Tidak ada peristiwa yang terlepas dari lingkungan dan tempat. Dalam penelitian ini, peneliti membahas mengenai karangan deskripsi tempat. Dimana siswa akan menulis karangan deskripsi mengenai tempat yang nantinya berdasarkan petunjuk guru.

(29)

29

yang menggambarkan suatu objek. Karangan deskripsi memiliki karakteristik yang berbeda dengan karangan lain. Objek tersebut dapat berupa objek orang maupun tempat. Dalam menulis karangan deskripsi perlu memperhatikan langkah-langkah penulisan untuk mempermudah pendeskripsian. Proses penulisan karangan deskripsi meliputi tahap perencanaan, tahap penulisan, dan tahap revisi.

3. Ciri-ciri Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi mempunyai ciri-ciri/karakteristik. Adapun ciri- cirinya adalah sebagai berikut.

a. Melukiskan atau menggambarkan suatu objek tertentu,

b. Bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca agar seolah-olah mereka melihat, merasakan, mengalami, atau mendengar, sendiri suatu objek yang dideskripsikan,

c. Sifat penulisannya objektif karena selalu mengambil objek tertentu, yang dapat berupa tempat, manusia, dan hal yang dipersonifikasikan, dan d. Penulisannya dapat menggunakan cara atau metode realistis (objektif),

impresionistis (subjektif), atau sikap penulis. Suparno (2010:4.5-4.6)

E. Media

1. Pengertian Media

(30)

30

Secara khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Sejalan dengan pendapat tersebut, Media berasal dari bahasa latinmediusyang

secara harfiah berarti “tengah, perantara, dan pengantar”. Arsyad Azhar

(2011:3)

Sejalan dengan pendapat Arsyad Azhar, Munadi (Sufanti, 2010:61) berpendapat bahwa media berasal dari bahasa latin mediusyang secara harfiah berarti tengah, perantara, dan pengantar. Kata tengah berarti berada diantara dua sisi, maka dapat disebut sebagai perantara antar kedua sisi.

Maman Suryaman (2012: 123) juga mengemukakan bahwa media pembelajaran dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar, sedangkan secara terminologis, media pembelajaran dapat diartikan sebagai seluruh perantara (dalam hal ini bahan atau alat) yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian media pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan perantara atau pengantar yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(31)

31 2. Manfaat Media

Menurut Kemp dan Dayton (yamin, 2012:151-154), ada delapan manfaat media dalam pembelajaran, yaitu: a) penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan, b) proses pembelajaran menjadi lebih menarik, c) proses pembelajaran siswa menjadi lebih interaktif, d) jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, e) kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan, f) proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, g) sikap positif siswa pada bahan pelajaran maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan, dan h) peran guru akan berubah kearah yang lebih positif dan produktif.

a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan

Setiap siswa yang melihat atau mendengar uraian tentangsuatu ilmu melalui media yang sama akan menerima informasi yang persis sama seperti yang diterima teman-temannya.

b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik

Media dapat membantu guru meng hidupkan suasana kelasnya dan menghindar suasana yang monoton dan membosankan.

c. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif

(32)

32

d. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi

Seringkali guru menghabiskan waktu yang cukup banyak untuk menjelaskan materi padahal waktu yang dihabis tidak terlalu banyak jika guru memanfaatkan media pendidikan dengan baik.

e. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan

Penggunaan media akan membuat proses belajar mengajar berjalan dengan efisien dan membantu siswa menyerap materi pelajaran secara lebih mendalam dan utuh.

f. Proses belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja

Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja semau mereka tanpa tergatung pada keberadaan guru.

g. Sikap positif siswa pada bahan pelajaran maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan

Dengan media proses belajar mengajar akan lebih menarik. Hal ini akan menumbuhkan kecintaan siswa terhadap mata pelajaran itu sendiri.

h. Peran guru akan berubah ke arah yang lebih positif dan produktif

Guru tidak perlu mengulang-ulang penjelasan mereka bila media digunakan dalam pembelajaran.

3. Jenis Media

(33)

33

berdasarkan sifatnya meliputi media visual, media audio, dan media audio visual. Media visualhanya dapat dilihat, tanpa ada suara. Contoh dari media ini adalah foto dan gambar. Media audio digunakan jika pembelajaran bahasa Indonesia hanya memerlukan perantara berupa suara. Media audio visualmenghasilkan suara dan gambar, karakteristik media ini ditunjang dengan gambaran kehidupan yang lebih nyata dan atraktif. Contoh media audiovisual adalah televisi, film, dan rekaman video.

Media berdasarkan jangkauannya meliputi media dalam jangkauan luas dan dalam jangkauan sempit. Di dalam belajar berbahasa dan bersastra, siswa memerlukan berita-berita yang aktual, baik secara audio maupun secara audio-visual. Media yang memungkinkan untuk digunakan adalah radio atau televisi. Kedua jenis media ini memiliki daya jangkau yang luas. Pada saat yang berbeda, pembelajaran berbahasa dan bersastra memerlukan daya dukung media yang jangkauannya lebih sempit. Dalam hal yang demikian, kompetensi pembelajaran tidak berhubungan dengan sesuatu yang aktual, seperti berita, melainkan untuk kompetensi yang mengarah pada peningkatan daya pikir dan daya imajinasi siswa.

Misalnya, di dalam pembelajaran berkenaan dengan kompetensi “menanggapi

unsur pementasan drama”, guru dapat menggunakan media video rekaman suatu

pementasan drama. Contoh lain adalah pembelajaran mendengarkan dengan

kompetensi “menjelaskan alur cerita, tokoh, dan latar suatu novel” dapat

(34)

34

Ditinjau dari segi pemakainya, semua jenis media pembelajaran berbahasa dan bersastra harus dipahami oleh guru serta guru dapat mengoperasikannya. Terdapat media pembelajaran yang mudah dioperasikan oleh guru dan yang memerlukan pelatihan singkat agar guru dapat mengoperasikannya. Media-media seperti televisi, radio, tape recorder, video, gambar, grafik, bagan, foto, dan lukisan, mudah dioperasikan. Akan tetapi, media seperti film, film strip, transparasi, dan slide lebih sulit pengoperasiannya. Oleh karena itu, guru perlu mengikuti pelatihan singkat dengan ahlinya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran dapat digolongkan berdasarkan sifatnya, jangkauannya, dan pemakaiannya. Klasifikasi media berdasarkan sifatnya meliputi media audio, media visual, dan media audio visual. Klasifikasi media berdasarkan jangkauannya meliputi media jangkauan sempit dan media jangkauan luas. Klasifikasi media berdasarkan pemakaiannya meliputi media yang mudah dipakai dan media yang memerlukan pelatihan untuk memakainya.

F. Media Visual/Dokumen Pribadi 1. Pengertian Media Visual

(35)

35 a. Media visual yang tidak diproyeksikan

Yaitu media yang paling banyak digunakan oleh guru dalam pembelajaran karena paling praktis.Media ini mudah didapat, mudah dibuat,dan mudah dimanfaatkan.misalnya : bagan, grafik, gambar, poster, dan sebagainya. b. Media visual yang diproyeksikan

Yaitu media yang membutuhkan alat untuk memproyeksikan yaitu layar dan pesawat proyektor.Media ini terdiri dari dua unsur yang tidak dapat dipisahkan yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat lunak adalah media yang akan diproyeksikan, bisa berupa gambar, bagan, tulisan, atau yang lain, sedangkan perangkat kerasnya berupa pesawat proyektor.Anitah (dalam Yamin, 2012:82) menyebutkan jenis media visual yangdiproyeksikan meliputi : (a) OHP, (b) Slide Proyektor, (c) filmstrip proyektor, dan (d) Opaque Projector.

Daryanto (1993:27), Media Visual artinya semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat panca-indera mata.Media visual ( image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan.Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materipelajaran dengan dunia nyata.

(36)

36

Berdasarkan pendapat di atas, media visual merupakan media yang bisa dilihat atau dipandang oleh mata dengan bantuan alat proyektor. Media ini dapat digunakan seorang guru untuk menyampaikan materi secara optimal siswa mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru dan siswa cenderung tidak merasa bosan pada pembelajaran.

2. Fungsi Media Visual

Maman Suryaman (2012: 138) mengemukakan beberapa fungsi media di dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu a) pengalaman yang terbatas, b) menembus batas ruang kelas, c) meningkatkan interaksi langsung dengan cara tidak langsung, d) menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat, e) membangkitkan motivasi, f) membangkitkan minat baru, g) mengontrol kecepatan belajar, dan h) memberikan pengalaman menyeluruh.

a. Pengalaman yang Terbatas

Di dalam pengembangan kompetensi berbahasa dan bersastra seringkali siswa dihadapkan pada pengalaman yang terbatas. Mereka harus berbahasa mengenai sesuatu yang sangat abstrak.

b. Menembus Batas Ruang Kelas

Konteks-konteks berbahasa dan bersastra seringkali tidak mungkin dihadirkan secara langsung ke dalam kelas.

(37)

37

Peningkatan beroleh pengalaman mengenai kompetensi “menjelaskan alur

cerita, pelaku, dan latar novel” dapat digunakan media film yang diangkat dari

novel

d. Menanamkan Konsep Dasar yang Benar, Nyata, dan Tepat

Media pembelajaran juga dapat membantu di dalam menjelaskan suatu konsep dasar secara benar, nyata, dan tepat.

e. Membangkitkan Motivasi

Seringkali siswa tidak tertarik dengan suatu kompetensi yang disebabkan oleh kejenuhan, keabstrakan, dan ketidak bermaknaan. Problematika yang dihadapi siswa adalah sesuatu yang biasa. Semakin suatu kompetensi itu disajikan secara verbal, tingkat pengalaman yang diperoleh siswa semakin abstrak. Untuk mengatasi masalah ini, guru perlu menghadirkan media pembelajaran. Biasanya, sebuah gambar, foto, atau tayangan audio-visual dapat membangkitkan motivasi belajar mereka. Akhirnya, keengganan siswa belajar dapat diatasi dengan baik.Siswa senang, kompetensi tercapai.

f. Membangkitkan Minat Baru

Pengalaman-pengalaman belajar berbahasa dan bersastra yang dikembangkan secara konkret akan memudahkan tumbuhnya minat baru. Di dalam konteks ini, medialah yang memperantarai pengalaman konkret tersebut.

g. Mengontrol Kecepatan Belajar

(38)

38 h. Memberikan Pengalaman Menyeluruh

Sesuai dengan kerucut pengalaman Edgar Dale, pengalaman belajar berbahasa dan bersastra siswa dari yang konkret kepada yang paling abstrak, dapat diperoleh melalui penyediaan media. Tanpa media, pengalaman berbahasa dan bersastra hanya akan terjebak pada hal-hal yang bersifat verbalistis. Padahal, kegiatan berbahasa dan bersastra tidak hanya menyangkut kegiatan menggunakan bahasa dan berapresiasi sastra, tetapi harus sampai pada kegiatan berbuat dengan bahasa dan berekspresi serta berapresiasi sastra di dalam konteks-konteks tertentu. Melalui media pembelajaran, kegiatan menggunakan dan berbuat dengan bahasa serta berapresiasi, berekspresi, dan berkreasi sastra secara menyeluruh dapat diperoleh siswa.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai fungsi media, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran memiliki fungsi penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Media pembelajaran memiliki fungsi untuk semua mata pelajaran, termasuk dalam mata pelajaran bahasa indonesia.

3. Jenis Media Visual

(39)

39

bahasa Indonesia hanya memerlukan perantara berupa suara. Media audio visualmenghasilkan suara dan gambar, karakteristik media ini ditunjang dengan gambaran kehidupan yang lebih nyata dan atraktif. Contoh media audio visual adalah televisi, film, dan rekaman video.

Media berdasarkan jangkauannya meliputi media dalam jangkauan luas dan dalam jangkauan sempit. Di dalam belajar berbahasa dan bersastra, siswa memerlukan berita-berita yang aktual, baik secara audio maupun secara audio-visual. Media yang memungkinkan untuk digunakan adalah radio atau televisi.Kedua jenis media ini memiliki daya jangkau yang luas. Pada saat yang berbeda, pembelajaran berbahasa dan bersastra memerlukan daya dukung media yang jangkauannya lebih sempit. Dalam hal yang demikian, kompetensi pembelajaran tidak berhubungan dengan sesuatu yang aktual, seperti berita, melainkan untuk kompetensi yang mengarah pada peningkatan daya pikir dan daya imajinasi siswa. Misalnya, di dalam pembelajaran

berkenaan dengan kompetensi “menanggapi unsur pementasan drama”, guru

dapat menggunakan media video rekaman suatu pementasan drama. Contoh

lain adalah pembelajaran mendengarkan dengan kompetensi “menjelaskan

alur cerita, tokoh, dan latar suatu novel” dapat memanfaatkan media film

yang diangkat dari suatu novel. Selain video dan film, media yang dapat digunakan di dalam pembelajaran berbahasa dan bersastra yang memiliki daya jangkau sempit adalah tape recorder dan film slide.

(40)

40

mengoperasikannya. Terdapat media pembelajaran yang mudah dioperasikan oleh guru dan yang memerlukan pelatihan singkat agar guru dapat mengoperasikannya. Media-media seperti televisi, radio, tape recorder, video, gambar, grafik, bagan, foto, dan lukisan, mudah dioperasikan.Akan tetapi, media seperti film, film strip, transparasi, dan slide lebih sulit pengoperasiannya. Oleh karena itu, guru perlu mengikuti pelatihan singkat dengan ahlinya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran dapat digolongkan berdasarkan sifatnya, jangkauannya, dan pemakaiannya. Klasifikasi media berdasarkan sifatnya meliputi media audio, media visual, dan media audio visual. Klasifikasi media berdasarkan jangkauannya meliputi media jangkauan sempit dan media jangkauan luas. Klasifikasi media berdasarkan pemakaiannya meliputi media yang mudah dipakai dan media yang memerlukan pelatihan untuk memakainya.

4. Penggunaan Media Visual dalam karangan

Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Maman Suryaman (2012: 145) mengemukakan bahwa dalam pemilihan media pembelajaran harus memperhatikan prinsip sebagai berikut.

(41)

41

semata-mata untuk mempermudah guru, tetapi siswa dipermudah di dalam belajarnya jika media tersebut digunakan.

b. Media yang digunakan haruslah sesuai dengan kompetensi-kompetensi berbahasa dan bersastra. Setiap mata pelajaran dan setiap kompetensi di dalam mata pelajaran berbahasa dan bersastra terdapat kekhasan dan keunikan tersendiri.

c. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, keperluan, dan kondisi siswa. d. Media yang akan digunakan haruslah diperhatikan dari segi efektivitas dan

efisiensinya. Media tidak harus mahal atau sulit didapat. Bahkan, efektivitas dan efisiensi dapat diperoleh manakala kita dapat menciptakan media sendiri. e. Media yang akan digunakan juga harus diperhatikan dari segi kepraktisannya. f. Media yang akan digunakan haruslah diperhatikan dari segi kemenarikannya. Artinya, media pembelajaran yang anda gunakan dalam pembelajaran adalah media yang menarik bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk terlibat dalam proses pembelajaran secara lebih intensif.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam memilih media pembelajaran perlu memperhatikan beberapa prinsip. Pemilihan media yang tepat akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, pemilihan media pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran.

(42)

42

aktivitas ataupun kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Menurut Wida Widianti dan Ratih Hurriyati (2009: 3), contoh media dokumen pribadi adalah foto pribadi, Akta Kelahiran, Kartu Tanda Penduduk, Buku Rapor, Ijazah, Surat Izin Mengemudi, Kartu Keluarga, dan sertifikat rumah.

G Penelitian yang Relevan

Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini telah mengkaji masalah peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi. Alasan diuraikan penelitian terdahulu adalah untuk originalitas/keaslian penelitian dan penelitian ini diharapkan dapat melengkapi hasil penelitian terdahulu.

Beberapa penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini antara lain adalah.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rifa’atus Sa’adah (2011) dengan judul

“Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Sugestif dengan

Menggunakan Media Karikatur Pada Siswa Kelas XI A1 SMK

Muhammadiyah 2 Moyudan Sleman Yogyakarta”. Hasil penelitian ini

(43)

43

keterampilan menulis karangan deskripsi. Perbedaannya adalah subjek penelitian, waktu dan tempat penelitian, serta teknik pengumpulan data. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayat (2011) dengan judul

“Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi dengan

Penggunaan Media Gambar (Penelitian Tindakan Kelas XI SMA YAPISA

Nagrak Gunung Putri Bogor)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh dalam siklus I dengan penggunaan media gambar menunjukkan kenaikan nilai rata-rata. Pada pretest, nilai 64,6. Setelah postest meningkat menjadi 75 (> nilai KKM 65). Secara kualitatif, penilaian angket menunjukkan bahwa hasil tingkat antusiasme siswa bertambah dan siswa mampu lebih fokus dalam pembelajaran karena adanya tahapan menulis karangan yang tepat untuk mereka. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode penelitian, yaitu PTK dan pokok kajian penelitian, yaitu peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi. Perbedaannya adalah subjek penelitian, waktu dan tempat penelitian, serta teknik pengumpulan data.

H. Kerangka Pikir

(44)

44

yang tepat akan membantu mempermudah siswa dalam menuangkan gagasan-gagasanya dalam menulis karangan, sehingga siswa memiliki keterampilan menulis yang baik.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling akhir diajarkan setelah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca sehingga perlu mendapatkan penekanan yang lebih besar karena dalam menulis siswa dituntut untuk berpikir kreatif mengungkapkan pikiran, ide dan gagasan. Dalam kegiatan menulis, ide dituangkan dalam bentuk kata-kata yang harus disusun menjadi suatu kalimat, kalimat demi kalimat disusun lagi dalam sebuah paragraf, kemudian paragraf demi paragraf disusun menjadi sebuah tulisan yang utuh. Tulisan yang utuh tersebut dapat dikenal dengan karangan.

(45)

45

membantu siswa dalam pemilihan kata-kata yang akan digunakan dan meminimalisir pengulangan ide yang siswa tulis pada tiap paragraf.

Selama ini terdapat kecenderungan dalam kegiatan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi guru menggunakan metode ceramah. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah tidak banyak melibatkan siswa secara aktif karena waktu tersita dengan penyajian materi yang serius, penggunaan metode pembelajaran yang kurang menarik menyebabkan siswa tidak termotivasi dan tidak terdapat suatu interaksi dalam pembelajaran. Pembelajaran di kelas seharusnya mengacu pada peningkatan aktivitas dan partisipasi belajar siswa sehingga siswa mendapat hasil belajar yang memuaskan. Guru tidak hanya melakukan kegiatan menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan sikap akan tetapi guru harus mampu membawa siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan berbagai bentuk belajar. Dengan begitu, guru mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimiliki siswa secara penuh.

(46)

46

Gambar 1. Kerangka pikir Keterampilan menulis karangan deskripsi

1. Menulis karangan deskripsi kurang menarik bagi siswa 2. Dalam pembelajaran tidak Menggunakan Media

3. Guru menggunakan metode ceramah

4. Siswa mengalami kesulitan dalam menulis karangan deskripsi

Siswa menulis karangan deskripsi pada pertemuan I dengan menggunkan media dari guru, pertemuan II dengan tema yang sama yang sama tapi siswa membawa media sendiri, pertemuan III siswa membawa media sendiri tetapi tema berbeda. Pada siklus II pertemuan I siswa menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media dari guru, peretemuan II siswa membawa media dokumen pribadi dengan tema yang sama, dsan pertemuan III siswa membawa media sendiru dengan tema yang berbeda.

Peningkatan Proses

(47)

47 I. Hipotesis Penelitian

(48)

48 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Class Room Action Research). Menurut Pardjono, dkk. (2007: 13), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya, sedangkan menurut E. Mulyasa (2010: 11) penelitian tindakan kelas adalah suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberi informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi menggunakan media dokumen pribadi. Penelitian ini difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai upaya keterampilan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas V SD N Pelemsari Bokoharo Prambanan Sleman menggunakan media dokumen pribadi.

(49)

49 B.Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD N Pelemsari. Sekolah ini beralamat di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan Juli-Oktober 2013. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V SD N Pelemsari Bokoharjo Prambanan Sleman tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 siswa, dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 16 orang dan siswa perempuan sebanyak 14 orang.

C.Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 38), objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Objek pada penelitian ini adalah keterampilan menulis karangan deskripsi.

D.Desain Penelitian

(50)

50

Gambar 2. Model PTK Kemmis & Mc Taggart (dalam Pardjono, dkk. 2007: 22)

Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis & Mc Taggart memuat empat tahapan penelitian dalam setiap langkah yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, (Pardjono, dkk. 2007: 22). Dalam langkah pertama, kedua dan seterusnya, sistem spiral tersebut saling terkait. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa tahapan tindakan dan observasi menjadi satu tahapan karena kedua kegiatan tersebut dilakukan secara simultan. Artinya, observasi dan tindakan dilakukan dalam satu waktu karena aspek yang diobservasi adalah proses pelaksanaan tindakan di kelas. Berikut adalah keterangan dari setiap tahapan pada model PTK tersebut:

1. Plan (perencanan),

Dalam perencanaan ini, dimulai dari penemuan masalah, dan kemudian merancang tindakan yang dilakukan. Peneliti melakukan langkah-langkah berikut.

Keterangan: Siklus I 1. Plan

2. Act&observe 3. Reflect Siklus II 1. Plan

(51)

51 a. Menentukan maslah di lapangan.

Pada tahap ini, penliti serta observasi. melakukan diskusi dengan guru kelas maupun melalui observasi didalam kelas. Dengan mencatat hal-hal serta permasalahan yang ada di SDN Pelemsari Bokoharjo, Prambanan, Sleman berdasarkan hasil diskusi serta observasi.

b. Merencanakan langkah pembelajaran menulis karangan deskripsi pada siklus I. Namun perencanaan yang dibuat masih bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dan pelaksanaan.

c. Merancang instrumen sebagi pedoman observasi dalam pelaksanaan pembelajaran menulis menggunbakan media dokumen pribadi.

2. Pelaksanaan (acting)

(52)

52

a. Siswa mendengarkan penjelasan tentang media dokumen pribadi

b. Siswa memperhatikan kata kunci berdasarkan media dokumen pribadi yang ditunjukkan guru

c. Siswa mengaitkan media dokumen pribadi dengan pengalaman nyata d. Siswa dapat menentukan kata kunci berdasarkan media dokumen pribadi e. Siswa dapat mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan 3. Observasi (Observing)

Observasi atau pengamatan merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi terhadap proses tindakan yang sedang dilaksanakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang dilaksanaka, berorientasi ke masa yang akan datang dan memberikan dasar bagi kegiatan refleksi yang kritis. Proses tindakan, pengaruh tindakan yang disengaja dan tidak disengaja, situasi, tempat tinadakan dilakukan dan kendala semuanya dicatat dalam kegiatan observasi yang terencanakan secara fleksibel dan terbuka.

4. Refleksi

(53)

53

siklus selanjutnya. Apabila hasil yang diperoleh sudah meningkat,kan pada siklus berikutnya, maka penelitian dapat dikatakan berhasil.

E.Metode Pengumpulan Data

Penelitian tindakan kelas ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa data perilaku siswa selama dalam proses penulisan karangan deskripsi dengan menggunakan media dokumen pribadi. Data kuantitatif berupa tingkat keterampilan siswa yang ditunjukkan dengan nilai tes menulis karangan deskripsi. Sumber data diambil pada saat dan sesudah proses belajar mengajar Bahasa Indonesia. Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa cara sebagai berikut.

1. Tes

(54)

54 2. Observasi

Teknik observasi merupakan teknik monitoring dengan melakukan observasi terhadap sasaran pengukuran dengan menggunakan lembar pengamatan atau lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Teknik observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengamati proses pembelajaran menulis karangan deskripsi menggunakan media dokumen pribadi dan untuk mengamati peningkatan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi.

3. Wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik memperoleh data lisan dari sumber data atau subjek penelitian secara langsung (E. Mulyasa, 2010: 69). Teknik wawancara pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai proses pembelajaran bahasa indonesia di kelas. Wawancara dilakukan terhadap guru mata pelajaran bahasa indonesia kelas V SD N Pelemsari Bokoharjo, Prambanan, Sleman.

4. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang peristiwa atau kejadian-kejadian masa lalu yang telah didokumentasikan. Dokumentasi pada penelitian ini berupa foto-foto kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan dari awal sampai akhir yang berguna untuk merekam peristiwa penting dalam aspek kegiatan kelas.

F. Instrumen Penelitian

(55)

55

wawancara, lembar observasi dan catatan lapangan, dan dokumen penilaian tugas siswa. Selain itu, dokumentasi yang berupa foto pelaksanaan penelitian juga diikutsertakan agar data yang diperoleh lebih akurat.

Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Penilaian Karangan Deskripsi Siswa Menggunakan Media Dokumen Pribadi

No Aspek yang Dinilai Skor Maksimal

1 Kesesuaian isi gagasan dengan tema 30

2 Organisasi Isi 25

Tabel 2. Klasifikasi Nilai Menulis Karangan Deskripsi

Angka Keterangan penilaian karangan deskripsi pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Rubrik Penilaian Karangan Deskripsi Siswa Menggunakan Media Dokumen Pribadi

1) pada informasi, substansi pengembangan tensis sesuai dengan tema dan tuntas

2) informasi cukup, substansi cukup, pengembangan terbatas, relevan dengan tema. Tetapi tidak lengkap 3) informasi terbatas, substansi kurang,

pengembangan trensis tidak cukup, tidak relevan dengan tema

4) tidak berisi tidak ada kata subtansi, tidak ada pengembangan tesisi, tidak

(56)

56 ada tema

2 organisasi isi

1) ekspresi lancar, gagsan diungkapkan dengan jelas, padat, terorganisir dengan baik, urutan logis,kohesif 2) kurang lancar, kurang terorganisir

dengan baik, tetapi ide utama terlihat, beban pendukung terbatas, urutan logis, tetapi tidak lengkap. 3) Tidak lancar gagasan kacau kurang

terorganisir, terpotong-potong, urutan dan pengembangan tidak logis.

4) Tidak komunikatif, tidak terorganisir, tidak layak nilai

1) Konstruksi struktur tata bahasa pada kalimat kompleks, tetapi efektif hanya terjadi sedikit kesalahan pengguna bentuk kebahasaan

2) Konstruksi struktur tata bahasa pada kalimat sederhana tetapi efektif, ada keslahan pada konstruksi tetapi kecildan makna tidak kabur.

3) Terjadi kesalahan serius, dalam konstruksi kalimat, makna mengembangkan atau kabur

4) Sangat kurang menguasai aturan sintaksis, tidak komunikatif, tidak layak nilai

1) Pemanfaatan potensi kata canggih, pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata

2) Pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan kata dan ungkapan kurang tepat, tetapi tidak mengganggu

3) Pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna 4) Pemanfaatan potensi kata

asal-asalan, pengetahuan tentang kosa kata rendah, tidak layak nilai. 2) Kadang-kadang terjadi kesalahan

(57)

57

3) Sering terjadi kesalahn ejaan, makna membingungkan

4) Tidak menguasai aturan penulisan terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tidak terbaca, tidak layak

Dalam analisis data peneliti membandingkan isi catatan yang dilakukan peneliti sendiri dengan catatan kolaborator. Dengan perbandingan tersebut unsur kesubjektifan dapat dikurangi. Hasil analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan teknik statistik deskriptif. Teknik analisis statistik deskriptif yaitu teknik statistik yang memberikan informasi hanya mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis. Statistik deskriptif hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data agar lebih bermakna dan komunikatif disertai perhitungan-perhitungan sederhana. Data kuantitatif dikumpulkan melalui tes. Data yang berupa skor tes menulis karangan deskripsi dianalisis dengan mencari rata-rata (mean) dan persentase, kemudian dibuat tabel dan grafik sehingga dapat diketahui peningkatan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi.

(58)

58

∑ Siswa : jumlah Seluruh siswa kelas V SD N Pelemsari

Zainal Aqib, dkk. (2009: 40 – 41).

H. Kriteria Keberhasilan

Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Setelah pembelajaran dilakukan, nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan.

(59)

59 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian 1. Kondisi Awal

Penelitian ini diawali dengan kegiatan observasi peneliti pada siswa kelas V SDN Pelemsari Bokoharjo Prambanan Sleman pada proses pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya keterampilan menulis karangan deskripsi. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui hasil keterampilan menulis karangan deskripsi sebelum dan sesudah menggunakan media dokumen pribadi. Hasil observasi terhadap kondisi awal pembelajaran menjadi acuan perencanaan tindakan.

(60)

60

Tabel 4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru pada Kondisi Awal

No Aspek Keterangan

1 Guru menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk belajar

dengan cara memberitahu siswa mengenai dokumen pribadi Cukup 2 Guru menghadirkan pengalaman umum yang dapat

dimengerti dan dipahami oleh semua siswa melalui media

dokumen pribadi yang ditunjukkan guru Kurang

3 Guru membimbing siswa untuk mengaitkan media dokumen

pribadi dengan pengalaman nyata Kurang

4 Guru membimbing siswa untuk menuliskan kerangka karangan sesuai dengan media dokumen pribadi yang

ditunjukkan guru Kurang

5 Guru membimbing siswa untuk mendemonstrasikan karangan

deskripsinya di depan kelas Kurang

6 Guru membimbing siswa agar mengulangi apa yang

diketahuinya Kurang

7 Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan mengenai

materi yang sudah dipelajari Cukup

8 Guru memberikan pujian kepada siswa yang sudah

menyelesaikan karangan deskripsinya Cukup

Tabel 5. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal

No Aspek Pengamatan Jumlah

Siswa

1 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru 9

2 Siswa mengetahui media dokumen pribadi dalam pelajaran 9 3 Siswa memperhatikan dokumen pribadi yang ditunjukkan oleh

guru 8

4 Siswa dapat mengaitkan media dokumen pribadi dengan

pengalaman nyata 5

5 Siswa dapat menentukan kata kunci berdasarkan media

dokumen pribadi 8

6 Siswa dapat mengembangkan kata kunci menjadi kerangka

karangan 6

7 Siswa mampu mengembangkan kerangka karangan menjadi

karangan deskripsi 8

8 Siswa berani membacakan karangan deskripsinya di depan

kelas 6

9 Siswa membacakan karangan deskripsinya dengan baik 8 10 Siswa mengetahui manfaat kerangka karangan 7 11 Siswa dapat menyimpulkan materi yang sudah dipelajari 9 12 Siswa memberikan tepuk tangan pada siswa lain yang sudah

(61)

61

Berdasarkan Tabel 4. dapat dikatahui bahwa aktivitas guru masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas guru yang menunjukkan bahwa ktivitas guru masih pada kategori kurang untuk lima aspek pengamatan. Selain itu, berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang aktif sesuai dengan aspek pengamatan juga masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya jumlah siswa yang aktif selama proses pembelajaran. Penggunaan metode ceramah yang menjadikan rendahnya aktivitas siswa menyebabkan nilai menulis karangan deskripsi yang diperoleh siswa belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu sebagian besar siswa atau 75% siswa masih mendapat nilai < 75. Di bawah ini adalah salah satu contoh karangan deskripsi siswa pada kondisi awal.

(62)

62

Berdasarkan Gambar 3. diketahui bahwa karangan deskripsi tersebut masih banyak kesalahan. Ditinjau dari segi tata tulis, ejaan yang digunakan pada karangan deskripsi tersebut masih kurang tepat. Selain itu, kalimat yang digunakan juga belum efektif. Dalam penulisan karangan deskripsi tersebut, siswa tidak memberikan gambaran mengenai deskripsi objek yang dikunjungi, melainkan lebih menceritakan perjalanannya. Tata tulis karangan deskripsi tersebut juga masih banyak mengalami kesalahan, diantaranya adalah penggunaan tanda titik, tanda koma, dan penggunaan huruf kapital. Penulisan kata hubung juga masih tidak sesuai dengan kaidah penulisan kata hubung. Hasil keterampilan menulis karangan deskripsi pada kondisi awal dapat dilihat pada Lampiran 8.

Berdasarkan data nilai hasil keterampilan menulis karangan deskripsi siswa yang terdapat dalam Lampiran 8, rentang nilai siswa sebelum pelaksanaan tindakan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 6 Kriteria Nilai Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa

No. Angka Kriteria Jumlah Siswa

1 86-100 Sangat Baik 0

2 70 – 85 Cukup Baik 2

3 55-69 Sedang 17

4 40-54 Kurang 11

Gambar

Gambar 1. Kerangka pikir
Gambar 2. Model PTK Kemmis & Mc Taggart (dalam Pardjono, dkk.
Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Penilaian Karangan Deskripsi Siswa Menggunakan Media Dokumen Pribadi
Tabel 4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru pada Kondisi Awal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan Big Book menurut (Yuliana, 2014: 35) merupakan “Buku cerita yang berukuran besar yang disertai gambar berwarna sehingga dapat menar ik minat

Menurut Suparno &amp; Mohammad Yunus (2010: 4.22), terdapat beberapa langkah untuk mempermudah pendeskripsian, langkah tersebut diantaranya: menentukan apa yang akan

memperoleh informasi dan data-data yang diperlukan dalam penelitian, data yang dihimpun dari tes belajar siswa, studi dokumentasi guru maupun observasi mengajar

Menurut Maman Suryaman (2012: 138), fungsi media pembelajaran di dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah dapat membantu siswa dalam menghadapi pengalaman yang

Dengan permasalahan tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan cara penggunaan media pembelajaran yang menarik minat siswa yaitu penggunaan media video (audio visual)

Tidak mungkin (mustahil) orang bisa menulis dengan benar tanpa mengetahui sebelumnya apa yang ditulisnya itu. Dengan menggunakan media nyata, minat dan motivasi siswa untuk

Pelaksanaan tindakan siklus I memperoleh hasil observasi aktivitas siswa dan hasil observasi guru/peneliti pada saat proses belajar mengajar menunjukan

vii PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKANGUIDED WRITINGSISWA KELAS V SD NEGERI MINOMARTANI 6 NGAGLIK, SLEMAN TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh Oktavia Evi