• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh PTK SD Lengkap Semua Kelas dan Mata Pelajaran | Dokumen Sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Contoh PTK SD Lengkap Semua Kelas dan Mata Pelajaran | Dokumen Sekolah"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERKALIAN CARA SUSUN PADA SISWA KELAS IV SDN SUKAMULYA II

DENGAN METODE DEMONTRASI DAN

UPAYA MEMOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN KEPAHLAWANAN DAN PATRIOTISME

TOKOH-TOKOH DI LINGKUNGAN ANAK MELALUI PEMBERIAN PENGUATAN VERBAL

DAN NON VERBAL

Diajukan untuk memenuhi salah sarat sertifikasi guru dalam jabatan

Disusun Oleh :

Nama :

NIM :

Pokjar :

UNIVERSITAS TERBUKA

UPBJJ BANDUNG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Meningkatkan Kemampuan Memahami Perkalian

Cara Susun Pada Siswa Kelas IV SDN Sukamulya II Dengan Metode Demontrasi

dan

Upaya Memotivasi Siswa Dalam Pembelajaran Kepahlawanan dan Patriotisme Tokoh - Tokoh di Lingkungan Anak Melalui Pemberian Penguatan Verbal dan Non Verbal

Nama Mahasiswa : Suryani

NIM : 814886923

Program Studi : PGSD S1

Pokjar : Garut

Tempat Penelitian : SDN Sukamulya II Kab. Garut

Garut, Agustus 2009 Menyetujui,

Kepala Sekolah

Drs. H. Kaerudin Kurniawan, M.Pd. NIP. 1966 0108 1990 021001

Peneliti

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah S.W.T karena berkat rakhmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan perbaikan pembelajaran ini.

Dengan rasa penuh tanggung jawab maka maka penulis menyusun laporan ini berdasarkan observasi di Sekolah Dasar Negeri Sukamulya II UPTD Pendidikan Kab. Garut. Penulisan laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501).

Dalam penulisan laporan ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan dimasa yang akan datang. selanjutnya dalam penulisan laporan ini penulis banyak diberi bantuan oleh berbagai pihak. Oleh karana itu penulis ingin mengucapkan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. H. Khaerudin Kurniawan, M.Pd. selaku tutor Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501), yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan terhadap penulis dalam penyusunan laporan ini.

2. Bapak Unang Kuswara, S.Ag. selaku kepala sekolah SDN Sukamulya II yang telah memberikan izin dan bantuan terhadap penulis pada saat menulis laporan ini.

3. Kepada seluh pengawas TK/SD yang telah memberikan dukungan pada saat penulis menyelesaikan laporan ini.

(4)

5. Rekan-rekan yang telah memberi dorongan dan berbagi pengalaman pada proses penyusunan laporan ini.

Teriring doa semoga segala bantuan yang telah diberikan, sebagai amal shaleh senantiasa mendapat Ridha Alloh Swt. Sehingga pada akhirnya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembangunan pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu serta kemampuan professional tenaga kependidikan guru sekolah dasar pada khususnya.

Garut, Agustus 2009

(5)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ……….. 2

C. Tujuan Penelitian ………... 2

D. Manfaat Penelitian ………. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia ……… 4

B. Konsep Belajar ………...…… 7

C. Strategi Belajar Mengajar ……….. 8

D. Penelitian Tindakan Kelas ……….……… 9

BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN A. Subjek Penelitian ………... 11

B. Deskripsi Per Siklus ………... 11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……….. 19

B. Temuan dan Refleksi ……….……… 22

C. Pembahasan ……….……….. 24

BAB V KESIMPULAN , SARAN DAN TINDAK LANJUT A. Kesimpulan ………. 28

B. Saran ………... 28

C. Tindak Lanjut ……….. 28

DAFTAR PUSTAKA ………... 28

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran ………...… 12 Tabel 3.2 Lembar Observasi Siklu I Mata Pelajaran IPA ………... 16 Tabel 3.3 Lembar Observasi Siklu II Mata Pelajaran IPA ……… 17 Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran IPA Siklus I ………. 19 Tabel 4.2 Analisi Kategori Evaluasi Siklus I Pada Mata Pelajaran IPA …... 20 Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran IPA Siklus II ……… 21 Tabel 4.4 Analisi Kategori Evaluasi Siklus I Pada Mata Pelajaran IPA …... 22 Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran IPA Siklus I dan II

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Mata Pelajaran Matematika

Masalah rendahnya mutu sekolah sudah sangat sering dikeluhkan masyarakat. Hal ini peranan guru merupakan salah satu unsur yang dianggap sangat menentukan. Dengan kata lain, rendahnya mutu sekolah dipandang mempunyai kaitan langsung dengan rendahnya mutu guru. Orangtua melihat sekolah, terutama dilihat mutu gurunya. Sebab mutu guru yang rendah menyebabkan mutu sekolah yang rendah pula. Sebagian besar guru dianggap mutunya rendah.

(8)

Serikat (AS) membelanjakan sekitar separuh dari pendapatannya untuk pendidikan, tetapi mutu pendidikannya kalah dari Jepang dan Jerman yang mengeluarkan biaya pendidikan tidak sebanyak AS. Dalam penyelenggaraan pendidikan, AS cenderung untuk membelanjakan sebagian besar uang untuk sarana dan administrasi, sementara untuk gaji guru relatif kecil. Sebaliknya Jepang dan Jerman, mengeluarkan sebagian besar biaya untuk gaji guru, sementara bangunan/sarana dan administrasi dibuat lebih sederhana tidak sementereng AS.

Berdasarkan pengalaman-pengalaman di negara-negara maju itu, di mana kebutuhan minimal sarana dan fasilitas pendidikan telah relatif terpenuhi, nampak bahwa investasi biaya pendidikan melalui peningkatan kesejahteraan (gaji) guru lebih mampu meningkatkan mutu daripada melalui penyediaan sarana. Di negara kita memang agak lain persoalannya, banyak sekolah yang kebutuhan minimal sarana pendidikan saja juga belum terpenuhi.

Masalah pengelolaan dan administrasi biaya pendidikan kita terletak pada masih rumitnya prosedur pembiayaan, mulai dari perencanaan sampai pada proses pengelolaannya. Kerumitan itu menyangkut mata rantai birokrasi atas-bawah (vertikal) maupun hubungan antarinstansi satu dengan lainnya (horizontal).

Walaupun otonomi sekolah sudah mulai menampak, namun masih terasa ganjalan-ganjalan dalam proses perencanaan, prosedur pengelolaan, dan distribusi anggaran pendidikan mulai dari pusat sampai ke daerah. Namun demikian, dengan berjalannya otonomi daerah, maka pengelolaan pendidikan mulai beralih ke Kabupaten atau Kota.

(9)

Adapun yang termasuk kesejahteraan material adalah gaji, tunjangan, dan insentif lainnya. Aspek material, khususnya gaji inilah yang harus secara jujur diakui masih minim. Kenaikan gaji cenderung hanya upaya mengimbangi laju inflasi. Akibatnya secara riil daya beli para guru umumnya tidak banyak meningkat.

Walaupun secara langsung tidak berpengaruh terhadap kualitas guru, tetapi gaji guru dan mutu pendidikan memang tak terpisahkan. Di negara-negara lain yang mutu pendidikannya telah lebih tinggi, misalnya seperti tetangga kita di Malaysia, mengajarkan kepada kita bahwa memang prestasi kerja merupakan fungsi dari imbalan. Makin tinggi imbalan, makin tinggi kesungguhan, komitmen, dan produktivitas kerja, serta semakin kecil tindakan indisipliner.

Belajar dari negara-negara yang mutu pendidikannya lebih tinggi itu pula, mereka berani menyediakan sekitar seperempat lebih anggarannya untuk sektor pendidikan. Dan dari jumlah itu, sebagian besar adalah untuk kesejahteraan guru. Jika gaji guru meningkat, maka akan meningkat pula status guru, sehingga mampu menarik calon-calon guru yang berkualitas. Bukan hanya calon kelas dua atau tiga seperti yang masuk ke pendidikan guru sampai saat ini.

Lembaga pendidikan guru (misalnya FKIP), bukanlah idola calon mahasiswa atau orangtua. Sebab, dalam masyarakat yang cenderung melihat kemampuan ekonomi sebagai ukuran status sosial, status guru dipandang "kurang baik" karena pendapatannya rendah. Karena itu jabatan guru tidak menarik minat banyak orang dan juga tidak menarik bagi putra-putri terbaik bangsa.

(10)

yang justru mengangkat lulusan fakultas murni untuk menjadi tenaga guru lantaran kemampuannya dianggap lebih.

Semakin sempitnya kesempatan untuk diangkat menjadi guru, menyebabkan kualitas dan kuantitas yang masuk lembaga pendidikan guru juga merosot. Konsekuensinya mutu lulusan atau calon guru yang dihasilkan merosot pula. Akibatnya mutu pendidikan di negeri ini akan terus merosot pula.

Melihat kondisi pendidikan kita saat ini, tidak banyak yang dilakukan dalam usaha menarik minat calon bermutu memasuki lembaga pendidikan guru selama faktor status guru tidak dapat diubah atau diperbaiki. Menaikkan pandangan terhadap profesi guru amat terkait dengan kemampuan keuangan pemerintah, mengingat pada waktu ini sekolah terutama dikelola pemerintah.

Barangkali anggapan-anggapan yang kurang menguntungkan bagi pendidikan guru seperti di atas yang menyebabkan calon guru kurang memiliki motivasi yang kuat. Lebih parah lagi sebagian yang dididik sebagai calon guru sekarang sebenarnya tidak ingin menjadi guru. Oleh karena mereka tahu bahwa profesi guru tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk menjadi pemimpin, memperoleh harta kekayaan yang banyak, kekuasaan yang cukup, atau pengaruh yang luas. Oleh karena itu sampai saat ini profesi guru dirasa sebagai kerja paksa, artinya terpaksa jadi guru karena bidang lain tidak bisa menampungnya. Tetapi kerja paksa juga bisa diartikan, kerja keras tetapi gajinya kecil. Di masyarakat yang gandrung pada pemenuhan kebutuhan materi, kedudukan atau pekerjaan guru kurang memperoleh nilai tinggi. Sebab, walaupun tugas guru itu mulia, namun tidak memberi keuntungan materi.

(11)

perguruan tinggi tersebut pada akhirnya beralamatkan kepada pemerintah juga.

Sampai sekarang jawaban yang memuaskan terhadap permasalahan guru dan mutu pendidikan masih dicari dan diupayakan. Mungkin bisa dicoba untuk membatasi jumlah masukan ke pendidikan guru sebatas jumlah minimal program studi masih bisa memenuhi syarat. Jika masukan sudah amat terbatas, maka lulusan juga amat terbatas, sehingga jumlah pencari kerja di bidang pendidikan makin berkurang, sampai pada suatu titik di mana terdapat kekurangan guru lagi. Sedangkan yang ada sekarang mudah-mudahan dalam jangka waktu tertentu bisa diangkat, walaupun sebagai guru bantu.

Sampai saat ini memang sudah banyak kebijakan dan strategi untuk memperbaiki mutu sekolah, namun hasilnya belum optimal. Sejauh gaji guru masih relatif rendah, tampaknya tidak mudah meningkatkan mutu pendidikan. Di situlah titik kelemahan pendidikan kita, sehingga mutu sekolah sulit ditingkatkan. Oleh sebab itu, jika kita benar-benar mau meningkatkan mutu sekolah, maka system penggajian guru secepatnya diperbaiki.

Dengan demikian untuk menciptakan potensi guru yang baik, maka harus diadakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme keguruan, karana hal ini sangat menunjang bagi pelaksanaan proses pebbelajaran yang baik. Maka dari itu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan

(12)

sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu dengan perolehan hamper 60 % siswa mendapatkan hasil belajar yang masih kurang. Dengan demikian, penulis mencoba melakukan penelitian terhadap siswa terhadap mekanisme belajar mengajar yaitu dengan menggunakan kajian meningkatkan kemampuan memahami perkalian cara susun pada siswa kelas IV SDN Sukamulya II dengan metode demontrasi .

2. Mata Pelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan denganisu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi social masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

Adapun tujuan mata pelajaran IPS yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

(13)

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu bidang studi yang rumit, karena ruang lingkupnya sangat luas dan merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial, seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, dan antropologi. IPS memfokuskan perhatiannya pada peranan manusia dalam masyarakat terutama dalam situasi global saat ini.

Dalam implimentasi pembelajaran guru sebagai praktisi melaksanakan kegiatan, yaitu dengan cara menggunakan srategi pengajaran konsep untuk membantu kelancaran pada setiap tindakan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses pada pembelajaran. Dari setiap pengamatan selanjutnya dilakukan refleksi dan analisis setiap tindakan untuk kemudian melakuakan perbaikan-perbaikan.

Dalam rangka mencapai harapan seperti itulah dalam kegiatan belajar ini dikemukakan salah satu alternatif dari segi perencanaan, yaitu dengan upaya memotivasi siswa dalam pembelajaran kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungan anak melalui penguatan verbal dan non verbal. Dengan menggunakan metode ini diharapkan siswa dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik dengan tujuan meningkatkan volume pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran diharapkan sesuai dengan apa yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah

(14)

1. Mata Pelajaran Matematika

1). Bagaimana cara meningkatkan kemampuan memahami perkalian pada siswa ?

2). Bagaimana cara meningkatkan proses pembelajaran matematika ? 3). Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika? 2. Mata Pelajaran IPS

1). Bagaimana cara memotivasi siswa dalam pembelajaran kepahlawanan agar pembelajaran bisa dipahami secara merata ?

2). Bagaimana cara meningkatkan proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS ?

3) Apakah pemberian penguatan verbal dan non verbal dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPS ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mata Pelajaran Matematika

a. Meningkatkan penguasaan perkalian pada siswa.

b. Meningkatkan proses pembelajaran Mata Pelajaran Matematika. c. Meningkatkan hasil pembelajaran siswa.

2. Mata Pelajaran IPS

a. Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran kepahlawanan agar pembelajaran bisa dipahami secara merata.

b. Meningkatkan proses belajar mengajar pada Mata Pelajaran IPS.

c. Meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar dengan metode pemberian penguatan verbal dan non verbal.

D. Manfaat Penelitian

(15)

a. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat memberikan pengalaman baru bagi penulis, serta dapat meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah pembelajaran khususnya Matematika, sehingga pengalaman ini dapat didesain sedemikian rupa sehingga dapat diterapkan pada Mata Pelajaran lain.

b. Bagi Kepala Sekolah dan Guru, dapat dijadikan media motivasi untuk dapat dilaksanakan di sekolah di tempat bekerja yaitu di Sukamulya II, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Bagi siswa, dapat memberikan kesan bahwa belajar IPS itu mudah dan menyenangkan serta dapat memberikan wawasan materi pembelajaran. d. Bagi pembaca, dapat dijadikan rujukan atau bahan pembelajaran dalam

upaya melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika

Mengajarkan matematika tidaklah mudah, oleh karena itu tidak dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Maka dari itu perlu adanya desain khusus untuk mningkatkan kualitas belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran matematika.

(16)

sendiri, serta (5) sebagai alat (a tool) yang dipergunakan oleh setiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Sedangkan mengenai pengertian matematika sekolah.” (Reyt.,et al, 1998 :4 )

“Matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.” (Soedjadi 199 : 1).

Berdasarkan paparan tersebut di atas jelas terlihat bahwa konsep pembelajaran matematika harus diberikan sesuai dengan tingkat itelektual siswa. Hal ini didasarkan pada pemberian konsep harus tahap demi tahap guna untuk menyesuaikan taraf kemampuan intelektual siswa. Maka dari itu guru dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang sesuai dengan acuan yang berlaku sehingga proses pembelajaran khususnya pemblajaram matematika dijadikan suatu mata pelajaran yang tidak dianggap sulit oleh siswa. Dengan kata lain guru harus membangun konsep yang dapat menggugah siswa agar bisa menguatkan metode penerapan pembelajaran guna untuk menciptakan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang menyenangkan dan tidak sulit untuk dipelajari.

“Dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus terlibat dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan CBSA guru harus berusaha mencari metode mengajar yang dapat menyebabkan siswa aktif belajar. Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran-kebnaran terdahulu yang telah diterima, atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi. (Bonwell dan Eison, 1991:1).

(17)

pembelajaran harus didesain sedemikian rupa agar supaya proses pembelajaran dapat diterima dengan cepat oleh siswa.

Adapun tujuan pembelajaran matematika disebutkan bahwa tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran matematika sekolah adalah: Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, dan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

.

B. Konsep Pembelajaran Mata Pelajaran IPS

Pembelajaran suatu pelajaran akan bermakna bagi siswa apabila guru mengetahui tentang objek yang diajarkannya sehingga dapat mengajarkan materi tersebut dengan penuh dinamika dan inovasi dalam proses pembelajarannya.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.

(18)

pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkritkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya IPS SD bergerak dari yang kongkrit ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas (expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang jauh, dan seterusnya.

C. Srtategi Belajar Mengajar

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Menurut Newman dan Logan, dalam bukunya yang berjudul Strategy Policy and Central Management(1971 : 8), strategi dasar dari setiap usaha akan mencakup keempat hal sbb :

a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil seperti apa yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha itu yang sesuai dengan aspirasi dan selera masyarakat.

b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama manakah yang dipandang paling efektif guna mencapai sasaran tersebut.

c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut.

d. Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria dan patokan ukuran yang harus dipergunakan untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha tersebut.

(19)

dan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu memberikan suatu metode yang cepat dan tepat sehingga dengan cepat siswa akan menangkap hasil pembelajaran yang disampaikan.

D. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas [PTK] dibentuk dari 3 kata, yang memiliki pengertian sebagai berikut :

1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dari ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.

(20)

1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah

2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas

3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan

4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :

1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin

Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin, karena jika penelitian dilakukan dalam kondisi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu, penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.

2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja

(21)

sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul menyusul. Penelitian tindakan sifatnya bukan menyangkut hal-hal statis, tetapi dinamis, yaitu adanya perubahan. Penelitian tindakan bukan menyangkut materi atau topik bahasan itu sendiri, tetapi menyangkut penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu strategi, pendekatan, metode, atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba atau eksperimen.

3. SWOT sebagai dasar pijakan

PTK harus dimulai dengan analisis SWOT, sehingga dalam memilih sebuah tindakan peneliti harus mempertimbangkan apakah ada sesuatu di luar diri dan subyek tindakan yang kiranya dapat dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir tentang “bahaya” di luar diri dan subyeknya sehingga dapat mendatangkan resiko. Hal ini terkait dengan prinsip pertama, bahwa penelitian tindakan tidak boleh mengubah situasi asli, yang biasanya tidak mengudang resiko.

4. Upaya empiris dan sistemik

Merupakan penerapan prinsip ketiga. Dengan telah dilaksanakannya analisis SWOT, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait.

5. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan

(22)

diterima lingkungan, dapat dicapai, dijangkau), Realistic (operasional, tidak di luar jangkauan), dan Time bound (diikat oleh waktu, terencana).

Diantara unsur dalam SMART, unsur ketiga acceptable adalah yang paling terkait dengan subyek yang akan dikenai tindakan. Oleh karena itu, sebelum guru menentukan lebih lanjut tindakan yang akan diberikan, mereka harus diajak bicara. Tindakan yang akan diberikan oleh guru dan akan mereka lakukan harus disepakati dengan suka rela. Dengan demikian, guru dapat mengharapkan tindakan yang dilakukan oleh siswa dilandasi atas kesadaran dan kemauan penuh. Dampaknya adalah akan menghasilkan semangat atau kegairahan yang tinggi.

Secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui :

1. Menyusun rancangan tindakan (planning/perencanaan), dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakn dan pihak yang mengamati proses yang dijalankan.

2. Pelaksanaan Tindakan (acting), tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3. Pengamatan (observing), yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Dalam tahap ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

(23)

Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain. Adapun persyaratan PTK itu sendiri adalah sebagai berikut :

1. Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan sistematis. Hasil pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang harus diambil segera oleh peneliti

3. Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan.

4. Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.

5. Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.

6. Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.

(24)

mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, dan lain-lain.

Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian tindakan kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek apabila seorang guru melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan yang kedua, adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru. Dengan catatan, bila penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik dan benar. PTK akan berhasil baik dan signifikan apabila sebelum melaksanakannya seorang guru harus sudah mengetahui konsep dasar tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai dari pengertian PTK, tujuan, prinsip, model, persayaratan, dan sasaran/objek yang bisa dikenai tindakan.

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Adapun kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas IV SDN Sukamulya II Kec. Pangatikan Kab, Garut, mulai tanggal 3 Agustus sampai dengan tanggal 15 Agustus 2009. Jadwal pelaksanaan perbaikan untuk setiap pelajaran adalah sebagai berikut :

a. Mata Pelajaran Matematika (Eksak) 1. Siklus I, Tanggal 3 Agustus 2009 2. Siklus II, Tanggal 6 Agustus 2009

(25)

2. Siklus II, Tanggal 15 Agustus 2009

Adapun karakteristik siswa kelas IV SDN Sukamulya II Kec. Pangatikan Kab. Garut diantaranya adalah jumlah siswa 24 orang yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 8 orang perempuan usia siswa rata-rata 9 – 10 tahun dengan keadaan ekonomi siswa sebagian besar tergolong ekonomi menengah kebawah dengan pekerjaan orang tuanya kebanyakan petani dan tempat tinggal tidak jauh dari sekolah.

B. Deskripsi Per Siklus 1. Rencana Penelitian

Berdassarkan hasil kegiatan identifikasi dan analisis masalah bekerjasama dengan teman sejawat dan supervisor, kemudian diadakan rancangan perbaikan pembelajaran sesuai dengan tujuan perbaikan yang telah ditetapkan. Dengan demikian penulis akan melaksanakan perbaikan pembelajaran Matematika dengan kompetensi dasar penggunaan perkalian cara susun untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami perkalian dalam mata pelajaran matematika.

Untuk melaksanakan penelitian, maka disusunlah penelitian secara umum yaitu :

a. Menetapkan perencanaan, menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan pembelajaran.

b. Merancang lembar observasi dan menyampaikan materi tindak lanjut. c. Menyusun kegiatan yang terdiri dari :

a). Memilih bahan yang relevan untuk perbaikan

b). Menentukan langkah pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir).

c). Memilih metode pembelajaran

d). Memilih alat peraga atau media yang sesuai dengan materi pembelajaran.

(26)

Adapun jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian Mata Pelajaran Matematika

No. Hari/ Tanggal Mata Pelajaran Siklus Materi 1. Senin, 3 Agustus

No. Hari/ Tanggal Mata Pelajaran Siklus Materi 1. Selasa, 11

(27)

1). Pelajaran Matematika (Eksak)

- Mengkondisikan siswa untuk melakukan apresiasi - Menjelaskan materi pembelajaran melalui tanya jawab - Memberi kesempatan untuk bertanya

(28)

- Mengadakan diskusi kelompok - Memberi kesempatan untuk bertanya - Memberi penguatan

- Melaksanakan evaluasi - Memberikan tindak lanjut

2. Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan Penelitian ini masing-masing dilaksanakan sebanyak dua siklus, dimana sekenario pembelajaran antara siklus I dan II terdapat kesinambungan yang baik. Adapun sekenario perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :

1). Mata Pelajaran Matematika (Eksak) a. Siklus I

- Mengkondisikan siswa : Guru mengucapkan salam,

mengabsen siswa dan

mengkondisikan siswa agar mengikuti proses pembelajaran yang aktif.

- Melaksanakan apresiasi : Guru memberikan pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi pembelajaran yang dilaksanakan. - Menjelaskan materi : Guru menjelaskan materi

pembelajaran dengan memberi penjelasan tentang metode perkalian dengan cara susun.

(29)

- Memeriksa hasil evaluasi : Guru memeriksa hasil evaluasi setiap siswa dan diberi nilai.

- Tindak lanjut : Sebelum pelajaran selesai guru menyimpulkan materi dan memberikan soal untuk pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut.

b. Siklus II

- Pengkondisian siswa : Mata pelajaran Matematika dilaksanakan pada jam ke tiga, guru mengucapkan salam dan dijawab oleh siswa. Sebelum pelajaran dimulai, guru mengabsen siswa selanjutnya guru langsung menarik perhatian siswa agar mengikuti proses pembelajaran yang aktif. - Melaksanakan apresiasi : Guru mengajukan pertanyaan secara

klasikal dengan hal-hal yang ada hubungannya dengan materi yang disampaikan.

- Menjelaskan materi : Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang cara dan teknik perkalian susun dengan cara menggunakan korek api yang kemudian dijadikan sebagai pecahan jumlahan berulang sebagai operasi perkalian.

(30)

evaluasi secara individu sebanyak 5 soal berbentuik isian.

- Hasil evaluasi : Guru memeriksa hasil evaluasi setiap siswa dan ditemukan nilai dan hasilnya dan selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah terhadap siswa sebagai tindak lanjut..

2). Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan IPS (Non Eksak) a. Siklus I

- Mengkondisikan siswa : Guru mengucapkan salam,

mengabsen siswa dan

mengkondisikan siswa agar mengikuti proses pembelajaran yang aktif.

- Melaksanakan apresiasi : Guru memberikan pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi pembelajaran yang dilaksanakan. - Menjelaskan materi : Guru menjelaskan materi

pembelajaran dengan memberi penjelasan tentang karakteristik seorang pahlawan.

- Melaksanakan evaluasi : Guru memberikan lembar evaluasi kepada siswa secara individu sebanyak 5 soal berbentuk isian. - Memeriksa hasil evaluasi : Guru memeriksa hasil evaluasi setiap

siswa dan diberi nilai.

(31)

b. Siklus II

- Pengkondisian siswa : Mata pelajaran IPS dilaksanakan pada jam ke dua, guru mengucapkan salam dan dijawab oleh siswa. Sebelum pelajaran dimulai, guru mengabsen siswa selanjutnya guru langsung menarik perhatian siswa agar mengikuti proses pembelajaran yang aktif.

- Melaksanakan apresiasi : Guru mengajukan pertanyaan secara klasikal dengan hal-hal yang ada hubungannya dengan materi yang disampaikan.

- Menjelaskan materi : Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan teknik verbal dan non verbal terhadap karakteristik pahlawan dan pengertian pahlawan, serta menyebutkan siapa saja pahlawan yang berada di lingkungan sekitar. - Memberikan evaluasi : Setelah penjelasan materi dan siswa

dianggap sudah memahami materi, guru guru memberikan lembar evaluasi secara individu sebanyak 5 soal berbentuik isian.

(32)

memberikan pekerjaan rumah terhadap siswa sebagai tindak lanjut.

3). Pengamatan dan Pengumpulan Data a) Mata Pelajaran Matematika

Dalam pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran siklus I pada Mata Pelajaran Matematika dilakukan pengamatan oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi sebagai berikut :

Tabel 3.3

Lembar Observasi Siklus I Mata Pelajaran Matematika

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan

Ya Tidak

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kurang

2. Guru melaksanakan apresiasi

Baik

3. Guru menjelaskan materi dengan memberi contoh pengerjaan soal

Kurang

4. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa

Baik

5. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya

Baik

(33)

untuk berpikir

Adapun saran yang diberikan adalah harus mampu menguasai materi serta memberikan penjelasan yang simple terhadap siswa siswa agar supaya proses pembelajaran berjalan dengan kondusif.

Selanjutnya lembar observasi yang digunakan teman sejawat untuk mengamati proses perbaikan pembelajaran pada siklus II pada mata pelajaran Matematika adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Lembar Observasi Siklus II Mata Pelajaran Matematika

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan

Ya Tidak

(34)

b) Mata Pelajaran IPS

Dalam pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran siklus I pada Mata Pelajaran Matematika dilakukan pengamatan oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi sebagai berikut :

Tabel 3.5

Lembar Observasi Siklus I Mata Pelajaran IPS

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan

(35)

Adapun saran yang diberikan adalah harus mampu menguasai materi serta memberikan penjelasan yang simple terhadap siswa siswa agar supaya proses pembelajaran berjalan dengan kondusif.

Selanjutnya lembar observasi yang digunakan teman sejawat untuk mengamati proses perbaikan pembelajaran pada siklus II pada mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6

Lembar Observasi Siklus II Mata Pelajaran IPS

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan

Ya Tidak

(36)

3. Refleksi

a. Mata Pelajaran Matematika

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat setelah proses perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran Matematika selesai. Sesuai dengan hasil yang diperoleh siswa ternyata masih ada sebagian siswa yang belum mampu mamahami materi sehingga dalam menjawab soal masih ada yang salah dengan kualifikasi dibawah rata-rata, hal ini disebabkan oleh penyampaian materi guru yang terlalu cepat dan kurangnya situasi tanya jawab yang diberikan guru. Dengan demikian pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran akan dilakukan pada siklus II.

Pada siklus II guru memberikan materi yang efisien serta pemberian diskusi tanya jawab antara siswa dengan guru sehingga terjadi komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Guru juga memberikan media sederhana yaitu media korak api yang dapat membantui siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian pada siklus II terdapat hasil yang konsisten yaitu dilihat dari hasil evaluasi tidak terdapat nilai yang kurang. Dengan demikian siklus ke II dinyatakan berhasil membangkitkan semangat siswa sehingga tidak diperlukan tahapan siklus selanjutnya.

b. Mata Pelajaran IPS

(37)

menjawab soal masih ada yang salah dengan kualifikasi dibawah rata-rata, hal ini disebabkan oleh penyampaian materi guru yang terlalu cepat dan kurangnya situasi tanya jawab yang diberikan guru. Dengan demikian pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran akan dilakukan pada siklus II.

(38)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Mata Pelajaran Matematika

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN Sukamulya II, maka diperoleh data yang menunjukan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain dari itu terdapat beberapa hasil pembelajaran yang diperoleh setelah penulis melakukan penelitian. Adapun hasil dari penelitian mata pelajaran matematika di SDN Sukamulya II dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 4.1

Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Siklus I Matematika

No. Nama Siswa Nilai Sesudah Perbaikan

(39)

18. 8

Analisi Kategori Evaluasi Siklus I Pada Mata Pelajaran Matematika

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )

1. Baik 3 orang 3/24 x 100 = 12,5 2. Sedang 8 orang 8/24 x 100 = 33,33 3. Kurang 13 orang 13/24 x 100 = 54,17

Tampak pada ananalisis kategori di atas bahwa nilai yang berkategori baik baru mencapai 12,5 %. Itu artinya sebagian kecil pada siklus ke I sudah lebih meningkat dari pada sebelum adanya perbaikan pembelajaran.

Meskipun demikian, siswa yang berkategori kurang masih dalam poses terbanyak yaitu sebesar 54,17 % dan yang berkategori sedang sebanyak 33,33%. Itu akhirnya pada siklus ke II jumlah siswa yang berkategori sedang dan kurang harus mengalami penurunan.

Setelah permasalahan utama yang menjadi focus perbaikan dalam mata pelajaran Matematika, penulis mencoba memperbaiki terhadap proses pembelajaran serta meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengidentifikasi factor penyebab rendahnya tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Dan akhirnya dari hasil refleksi dan diskusi dengan teman sejawat ditemukan beberapa penyebab, antara lain adalah sebagai berikut :

(40)

5. Tidak adanya diskusi antara siswa dan guru.

Tabel 4.3

Rekapitulasi Nilai Perbaikan PembelajaranMatematika Siklus II

No. Nama Siswa Nilai Sesudah Perbaikan

1. 8

(41)

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % ) 1. Baik 20 orang 20/24 x 100 = 83,33

2. Sedang 4 orang 4/24 x 100 = 16,67

3. Kurang -

-Tampak pada analisis kategori diatas bahwa nilai yang berkategori baik jauh lebih banyak dan mengalami kenaikan prestasi yang cukup signifikanyaitu mencapai 83,33%. Itu artinya pada siklus ke II sudah menunjukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran dengan hal ini maka cukup hanya sampai siklus II karena sampai tahap ini tingkat keberhasilan belajar sudah tercapai. Selanjutnya siswa yang mendapatkan kategori sedang terdapat 16,67%. Hal ini jel;as terliha bahwa prestasi siswa sedang mengalami penurunan yang signifikan.

(42)

2. Mata Pelajaran IPS

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN Sukamulya II, maka diperoleh data yang menunjukan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain dari itu terdapat beberapa hasil pembelajaran yang diperoleh setelah penulis melakukan penelitian. Adapun hasil dari penelitian mata pelajaran IPS di SDN Sukamulya II dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 4.5

Rekapitulasi Nilai Perbaikan Siklus I Pada Mata Pelajaran IPS

No. Nama Siswa Nilai Sesudah Perbaikan

(43)

23. 6

24. 5

Jumlah 130

Rata-rata 5,42

Tabel 4.6

Analisi Kategori Evaluasi Siklus I Pada Mata Pelajaran IPS

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )

1. Baik 4 orang 4/24 x 100 = 16,67 2. Sedang 2 orang 2/24 x 100 = 8,33 3. Kurang 18 orang 18/24 x 100 = 75

Tampak pada ananalisis kategori di atas bahwa nilai yang berkategori baik baru mencapai 16,67 %. Itu artinya sebagian kecil pada siklus ke I sudah lebih meningkat dari pada sebelum adanya perbaikan pembelajaran.

Meskipun demikian, siswa yang berkategori kurang masih dalam poses terbanyak yaitu sebesar 75 % dan yang berkategori sedang sebanyak 8,33 %. Itu akhirnya pada siklus ke II jumlah siswa yang berkategori sedang dan kurang harus mengalami penurunan.

Setelah permasalahan utama yang menjadi fokus perbaikan dalam mata pelajaran IPS, penulis mencoba memperbaiki terhadap proses pembelajaran serta meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengidentifikasi faktor penyebab rendahnya tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Dan akhirnya dari hasil refleksi dan diskusi dengan teman sejawat ditemukan beberapa penyebab, antara lain adalah sebagai berikut :

(44)

4. Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa. 5. Tidak adanya diskusi antara siswa dan guru.

Tabel 4.7

Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Siklus II Mata Pelajaran IPS

No. Nama Siswa Nilai Sesudah Perbaikan

1. 9

(45)

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % ) 1. Baik 22 orang 22/24 x 100 = 91,67

2. Sedang 2 orang 2/24 x 100 = 8,33

3. Kurang -

-Tampak jelas pada analisis kategori diatas bahwa nilai yang berkategori baik jauh sangat lebih banyak dan mengalami kenaikan prestasi yang san rat signifikan yaitu mencapai 91,67%. Itu artinya pada siklus ke II sudah menunjukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan hal ini maka cukup hanya sampai siklus II karena sampai tahap ini tingkat keberhasilan belajar sudah tercapai. Selanjutnya siswa yang mendapatkan kategori sedang terdapat 8,33%, dengan tidak terdapatnya siswa yang termasuk dalam klasifikasi nilai yang kurang. Hal ini jelas terliha bahwa prestasi siswa mengalami kenaikan yang cukup pesat.

Setelah permasalahan utama pada perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II dilaksanakan, penulis merasa puas dengan meningkatnya nilai siswa pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus ke II dilihat dari kategori sedang yang mengalami penurunan serta tidak terdapatnya siswa yang mendapat nilai kurang.

B. Temuan dan Refleksi

Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, pembelajaran yang sudah dilaksanakan sudah ada kemajuan. Adapun temuan dan refleksi dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :

a. Mata Pelajaran Matematika (Eksak) 1). Siklus I

Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar dari evaluasi sebelumnya, hal ini terbukti dengan hasil evaluasi dengan rincian sebagai berikut :

- Nilai 10 : Tidak ada

(46)

- Nilai 8 : 2 orang siswa

- Nilai 7 : 1 orang siswa

- Nilai 6 : 8 orang siswa

- Nilai 5 : 13 orang siswa

Dengan demikian bisa terlihat pada tahapan siklus I yang menunjukan bahwa kenaikan hasil evaluasi siswa belum terlalu terlihat signifikan, tetapi apabila dibandingkan pada sebelum ada perbaikan masih dapat dikategorikan lebih baik dari sebelumnya karena pada siklus I tidak terdapat nilai dibawah 4 ke bawah. Dengan demikian menunjukan bahwa perbaikan pembelajaran belum signifikan tetapi sudah menunjukan sedikit perubahan kearah yang lebih baik dengan kualifikasi baik 12,5 %, sedang 33,33 % dan kurang 54,17 %. Dengan demikian penulis mencoba pada tahapan selanjutnya yaitu di tahap siklus II.

2). Siklus II

Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar, hal ini terbukti dengan hasil evaluasi dengan rincian sebagai berikut :

- Nilai 10 : Tidak ada

- Nilai 9 : 9 orang siswa

- Nilai 8 : 11 orang siswa

- Nilai 7 : 4 orang siswa

- Nilai 6 Ke bawah : Tidak ada

(47)

b. Mata Pelajaran IPS (Non Eksak) 1). Siklus I

Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar dari evaluasi sebelumnya, hal ini terbukti dengan hasil evaluasi dengan rincian sebagai berikut :

- Nilai 10 : Tidak ada

- Nilai 9 : Tidak ada

- Nilai 8 : Tidak ada

- Nilai 7 : 4 orang siswa

- Nilai 6 : 2 orang siswa

- Nilai 5 : 18 orang siswa

Dengan demikian bisa terlihat pada tahapan siklus I yang menunjukan bahwa kenaikan hasil evaluasi siswa belum terlalu terlihat signifikan, tetapi apabila dibandingkan pada sebelum ada perbaikan masih dapat dikategorikan lebih baik dari sebelumnya karena pada siklus I tidak terdapat nilai dibawah 4 ke bawah. Dengan demikian menunjukan bahwa perbaikan pembelajaran belum signifikan tetapi sudah menunjukan sedikit perubahan kearah yang lebih baik dengan kualifikasi baik 16,67 %, sedang 8,33 % dan kurang 75 %. Dengan demikian penulis mencoba pada tahapan selanjutnya yaitu di tahap siklus II.

2). Siklus II

Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar, hal ini terbukti dengan hasil evaluasi dengan rincian sebagai berikut :

- Nilai 10 : Tidak ada

(48)

- Nilai 8 : 13 orang siswa

- Nilai 7 : 2 orang siswa

- Nilai 6 Ke bawah : Tidak ada

Dengan demikian terjadi perubahan yang sangat signifikan antara hasil dari penelitian siklus II, dimana pada siklus II terdapat hasil evaluasi yang dapat dikategorikan baik. Dengan demikian penelitian sudah dapat dikatakan berhasil pada siklus II serta tidak ada tahapan siklus selanjutnya karena pada siklus II sudah dapat dikategorikan baik dengan hasil evaluasi 91,67 % siswa dengan hasil kategori baik dan 8,33 % siswa dengan kategori hasil evaluasi sedang. Dengan demikian prestasi siswa menjadi meningkat dengan baik, walaupun klasifikasi sedang mengalami kesamaan dengan artian tidak mengalami penurunan, tapi penulis dapat memberi kesimpulan bahwa prestasi siswa dengan kategoro baik sangat meningkat dengan klasifikasi sangat baik. Dengan demikian penelitian ini sudah dapat dikatakan berhasik pada siklus II dengan perolehan rata-rata 91,67 % terdapat siswa dengan kategori hasil belajar yang baik.

C. Pembahasan

1. Mata Pelajaran Matematika

Berdasarkan temuan data yang diperoleh dari proses perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan terbukti menunjukan ada perubahan belajar siswa yang signifikan dari perkembangan siswa dengan adanya upaya dan desain serta metode pembelajaran yang diupayakan pada setiap siklusnya.

(49)

Tabel 4.9

Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Matematika Siklus I dan II SDN Sukamul;ya II Kec. Pangatikan Kab. Garut

(50)

api yang dijadikan alat Bantu untuk proses penjumlahan bilangan dalam teknik perkalian cara susun.

Pada tahapan pertama terdapat sedikit kenaikan hasil pembelajaran, hal ini didasarkan oleh penyampaian guru yang terlalu cepat dan kurang adanya system diskusi antara siswa dengan guru. Oleh sebab itu tahapan pertama yaitu pada siklus I hanya sedikit mengalami kenaikan serta belum begitui signifikan.

Setelah melakukan berbagai diskusi dengan teman sejawat, maka penulis mencoba mendesain pola pembelajaran yang lebih kreatif yaitu disamping menggunakan media teknik cara susun dalam penyampaian materi perkalian dalam proses pembelajaran, penulis juga menggunakan system diskusi tanya jawab dengan mencoba uji keberanian terhadap siswa. Dengan demikian penulis mendapatkan hasil temuan yaitu meningkatnya tingkat hasil belajar siswa, maka dari itu proses penelitian penulis cukupkan pada siklus II karena pada siklus ini hasil belajar siswa sudah didapatkan dengan hasil yang baik.

2. Mata Pelajaran IPS

Berdasarkan temuan data yang diperoleh dari proses perbaikan pembelajaran pada mata pelajara IPS terhadap siswa kelas IV SDN Sukamilya II Kec, Pangatikan Kab. Garut yang sudah dilaksanakan, terbukti menunjukan ada perubahan belajar siswa yang signifikan dari perkembangan siswa dengan adanya upaya dan desain serta metode pembelajaran yang diupayakan pada setiap siklusnya.

(51)

Tabel 4.10

Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran IPS Siklus I dan II SDN Sukamul;ya II Kec. Pangatikan Kab. Garut

(52)

meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap penguasaan materi kepahlawanan dan patriotisme di lingkungan sekitar.

Pada tahapan pertama terdapat sedikit kenaikan hasil pembelajaran, hal ini didasarkan oleh penyampaian guru yang terlalu cepat dan kurang adanya system diskusi antara siswa dengan guru. Oleh sebab itu tahapan pertama yaitu pada siklus I hanya sedikit mengalami kenaikan serta belum begitui signifikan.

(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengolahan dan analisis data, maka dari hasil perbaikan pembelajaran telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :

a. Pada program Matematika

Proses penyamapain pembelajaran matematika harus didasarkan pada penguasaan konsep serta pemberian alat Bantu bagi siswa. Dengan demikian alat Bantu tersebut bisa digunakan pada saat proses belajar mengajar sehingga dapat menjadikan bahan untuk meningkatkan frekuensi hasil belajar. Maka dari itu guru harus mampu menciptakan desain pembelajaran yang dapat diterima oleh siswa.

b. Pada program IPS

Pada proses belajar mengajar seorang guru harus bisa menyampaikan pebbelajaran dengan menarik. Hal ini didasarkan pada siswa yang cenderung malas dan bosan terhadap mata pelajaran IPS. dengan demikian pola diskusi dan penyampaian dengan pola penguatan verbal dan non verbal dapat disampaikan dengan baik, sehingga hasil pembelajaran yang diperoleh akan menjadi lebih baik.

B. Saran

Dengan mengacu terhadap kesimpulan, maka dari itu penulis dapat memberikan saran yaitu sebagai berikut :

(54)

Dalam menyampaikan proses pembelajaran guru sebaiknya tidak terlalu cepat dalam menjelaskan materi pembelajaran. Selanjutnya harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Dengan demikian siswa bisa lebih berani dan mampu untuk menerima materi yang disajikan.

b. Pada program perbaikan IPS

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. (2009). Pemantapan Kemampuan Propesional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Bruner, J. (1978). The Process of Educational Technology. Cambridge : Harvard University.

Farris, P.J. and Cooper, S.M. (1994). Elementary Social Studies. Dubuque, USA : Brown Communications, Inc.

Sumantri, Mulyani. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tim TAP FKIP. (2009). Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wahyudin, dinn. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Gambar

Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengajaran ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya sampai kepadatarafpenilaian, baiksecaralogis maupunetis.Pendidikanketerampilan yang secara sempit diartikan

Alasan pemilihan pendekatan DBR, sebagai acuan untuk membuat mo- difikasi prosedur penelitian pengembang- an, adalah (1) Langkah-langkah peneli- tian pengembangannya adalah

Objek penelitian dari penelitian ini adalah anggota situs Manjam yang berada di Malang sedangkan sample dari penelitian ini berjumlah 55 orang responden dan kemudian teknik

Terpilihnya Barrack Obama sebagai presiden dan pengaruh perubahan kebijakan sosial Barrack Obama, membawa masyarakat Amerika Serikat yang lebih menghormati nilai-nilai Hak

Secara umum masyarakat perilaku wirausaha, mampu dan giat dalam produksi, baik dalam usaha kerajinan, makanan, layanan jasa dan lain-lain namun tidak mempunyai kekuatan dan metode

[r]

Dokumen yang dibutuhkan Permendikanas nomor 27 tahun 2010 tentang Program Iduksi Guru Pemula dan Lampirannya 12 Panduan Kerja Bku Pedoman Pelaksanaan PIGP yang disusun

Kepada para peserta yang berkeberatan atas penetapan pemenang tersebut, diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara elektronik melalui aplikasi SPSE kepada POKJA