• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Perubahan Aktivitas Seksual Wanita Menopause di Dusun Sumogawe Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 462009045 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Perubahan Aktivitas Seksual Wanita Menopause di Dusun Sumogawe Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 462009045 BAB IV"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

51 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Dusun Sumogawe merupakan salah satu dusun dari 11

dusun yang ada di desa Sumogawe. Warga menyebut dusun

ini dengan sebutan Gondang. Dusun Sumogawe terletak 7 km

dari Salatiga ke arah Kopeng atau Magelang, di dusun ini

dilalui jalan raya utama jalur Salatiga-Magelang, sehingga

transportasi umum di dusun ini tergolong mudah.

Dusun Sumogawe dibagi menjadi 6 RT (Rukun Tetangga),

dengan jumlah penduduk pada bulan Juli 2013 kurang lebih

1167 jiwa, jumlah penduduk laki-laki 615 jiwa, dan penduduk

perempuan sekitar 552 jiwa. Mayoritas penduduk dusun

Sumogawe merupakan penduduk asli daerah setempat dengan

latar budaya Jawa, mata pencaharian mayoritas penduduk

adalah petani, dan tingkat pendidikan mayoritas penduduk

adalah SD. Jumlah penduduk perempuan yang memiliki status

menikah, tinggal dengan suami, dan berusia antara 40 sampai

dengan 60 tahun kurang lebih 112 orang, dengan tingkat

pendidikan SD sekitar 77 orang, SMP 12 orang, SMA 7 orang,

(2)

Pelayanan kesehatan yang ada di desa Sumogawe antara

lain Pos Kesehatan Desa (PKD) yang terletak di dusun Piji,

dokter praktek swasta di dusun Pendingan, perawat praktik

(mantri) yang terletak di dusun Piji, Posyandu ibu dan anak di

setiap dusun, dan beberapa dukun pijat yang sudah

mendapatkan beberapa kali pelatihan dari dinas kesehatan

kabupaten Semarang. Di dusun Sumogawe hanya terdapat

posyandu yang melayani kesehatan balita, ibu hamil dan

program KB, dan 2 dukun pijat. Kegiatan promosi kesehatan

yang pernah diadakan di dusun Sumogawe lebih kepada

kesehatan ibu hamil dan balita, serta pelayanan akseptor KB.

Untuk program promosi kesehatan bagi anak usia sekolah

diadakan di setiap sekolah oleh puskesmas sesuai dengan

agenda kegiatan puskesmas. Program Kesehatan bagi remaja,

kesehatan seksual pasangan usia produktif, dan kesehatan

lansia masih kurang, sehingga pengetahuan penduduk

(3)
[image:3.729.97.630.64.450.2]

4.2. Karakteristik Partisipan

Tabel 4.1 Tabel Karakteristik Partisipan

Kode Usia

(tahun) Pekerjaan Pendidikan

Usia suami (tahun)

Pekerjaan suami

Lama menikah

(tahun)

Jumlah anak (orang)

Lama menopause

(tahun)

P1 48 IRT SMP 56 PNS 24 2 1

P2 57 Petani Tidak

Sekolah 68 Petani 36 2 7

P3 53 IRT SMA 53 Wiraswasta 33 6 3

P4 55 PNS Perguruan

Tinggi 58

Pensiunan

PNS 26 3 3

P5 58 IRT SD 68 Petani 41 3 8

P6 57 IRT SD 63 Pensiunan

PNS 40 4 6

P7 54 Petani SD 59 Wiraswasta 37 3 1

(4)

4.3. Hasil Penelitian

Hasil penelitian merupakan hasil analisis data yang

mencakup deskripsi hasil wawancara mendalam kepada

partisipan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,

diperoleh 3 tema utama dengan beberapa sub tema yang pada

setiap tema yang menjawab tujuan khusus terkait gambaran

perubahan aktivitas seksual wanita menopause di Dusun

Sumogawe, Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan,

Kabupaten Semarang.

Tujuan khusus 1 : Mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi aktivitas seksual wanita menopause di Dusun

Sumogawe, Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan,

Kabupaten Semarang

Beberapa hal seperti faktor fisik, faktor hubungan, faktor

gaya hidup, faktor gaya hidup, dan lain-lain dapat menjadi

faktor yang mempengaruhi kehidupan seksualitas seseorang,

dan pada setiap individu dapat berbeda satu sama lain.

Faktor-faktor tersebut dapat menjadi salah satu hal yang dapat

mengakibatkan perubahan aktivitas seksual seseorang, yang

juga dapat berbeda satu sama lain, terlebih setelah memasuki

usia menopause. Dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang

(5)

melalui wawancara mendalam, dapat diperoleh gambaran

perubahan aktivitas seksual wanita menopause.

Tujuan khusus 2 : Mengidentifikasi hambatan aktivitas seksual

wanita menopause di Dusun Sumogawe, Desa Sumogawe,

Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang

Dengan mengidentifikasi hambatan aktivitas seksual

wanita menopause baik berupa hambatan internal maupun

hambatan eksternal, tujuan umum penelitian ini akan terjawab

lebih kuat, selain mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi aktivitas seksual. Hambatan aktivitas seksual

seseorang dapat mempengaruhi bagaimana perubahan

aktivitas seksual orang tersebut.

Berikut skema yang menjelaskan proses analisis data hasil

wawancara mendalam sehingga diperoleh tema yang tersusun

dari kata kunci yang berasal dari pernyataan-pernyataan

bermakna, dikelompokkan menjadi kategori, kemudian

dikelompokkan kembali menjadi sub tema, dan diperoleh tema.

(6)

Skema Tema 1. Gambaran Diri Wanita Menopause

Kata kunci kategori sub tema tema

Sub tema 1.1. Pengetahuan tentang menopause

Pada penelitian ini, delapan partisipan terdiri dari empat

wanita yang memiliki tingkat pendidikan SD, satu orang tidak

pernah bersekolah,satu orang dengan tingkat pendidikan SMP,

satu orang memiliki tingkat pendidikan SMA, dan satu orang

perguruan tinggi. Dengan perbedaan tingkat pendidikan

tersebut juga tidak memberikan pemahaman yang jauh

berbeda. Partisipan mengatakan bahwa tidak mengetahui

Tidak tahu Pengetahuan

sebelum mengalami

menopause Pengetahuan tentang menopause Wanita berhenti

haid pada usia lanjut

Pengetahuan setelah mengalami menopause Wanita yang tidak

subur lagi

Gambaran diri wanita menopause Wanita yang sudah

(7)

secara jelas dan lengkap tentang menopause, tetapi menjadi

lebih memahami ketika sudah mengalaminya sendiri.

Berikut jawaban yang diberikan salah satu partisipan

mengenai pengetahuan sebelum mengalami menopause:

Apa ya, mbak.. Soalnya dulu juga ga pernah mikir bakal ngalami gini. Ga mudeng apa itu. … Ya, kalau yang saya tau, dari yang saya alami ya…. berhenti haid itu wanita yang sudah usia tua, yang sudah habis masa suburnya.” (P6)

Saya pernah denger mbak, tapi ya cuma pernah denger, kalau, apa itu menopause ga ngerti. …” (P3)

Berikut jawaban partisipan yang menunjukkan

pemahamannya sebelum dan setelah mengalami menopause:

ya dulu ga terpikir mbak. Tapi ya tau kalo sudah tua nanti pasti akan mengalaminya, tapi ga tau kapan itu.” (tersenyum), hmm… Orang yang berhenti haid itu orang yang sudah lanjut usia mbak. … ya ternyata orang yang berhenti haid itu belum tentu kalo sudah lanjut usia, setua yang saya kira. Ya, nyatanya saya umur 46an kemarin sudah mulai ga haid lagi..” (P1)

Salah satu partisipan juga mengungkapkan

pengetahuannya setelah mengalami menopause seperti di

bawah ini:

(8)

Sub tema 1.2. Tujuan Hubungan Seksual setelah Menopause

Partisipan pada penelitian ini mengungkapkan tujuan

pasangan suami-istri melakukan hubungan seksual setelah

mengalami menopause adalah untuk menyenangkan suami,

sebagai kewajiban, memenuhi kebutuhan, dan sebagai bentuk

ungkapan sayang. Berikut jawaban yang diungkapkan

partisipan:

“… Buat nyenengin suami, kalau yang suaminya masih seger, masih mampu campur sering-sering. Juga melakukan kewajiban suami-istri, mbak….” (P5)

Melakukan hubungan tu kewajiban mbak, tapi juga kebutuhan, kan kadang karena pengen..hehehehe..” (P6)

(9)

Skema Tema 2. Perubahan yang dialami setelah Menopause

Kata kunci kategori sub tema tema

Sub tema 2.1. Perubahan Fisik Wanita Menopause

Partisipan mengungkapkan hal-hal yang hampir sama

mengenai perubahan fisik yang dirasakan. Ungkapan tersebut

seperti yang dikatakan salah satu partisipan berikut ini:

“Yaaa…Sekarang tu mudah capek, mbak. Kaya gampang mau masuk angin gitu, mbak. ngapa-ngapa jadi males karena gampang lesu. Dulu kan enggak.”(P8)

Perubahan fisik wanita menopause Perubahan fisik yang dirasakan Badan mudah lelah

Lesu, tidak fit

Tidak perlu memikirkan kontrol KB Perubahan yang dialami setelah menopause Perubahan psikologi wanita menopause Bebas beraktivitas dan

beribadah Perubahan sikap

(10)

Salah satu partisipan juga mengungkapkan bahwa

partisipan merasa lebih nyaman setelah mengalami

menopause, berikut ungkapannya:

Kalo saya sih nyaman sekarang, dulu pas menstruasi pegel-pegel terus, tiap bulan mules, sekarang uda ga pernah haid ya malah uda ga pernah mules-mules, jadi bebas.” (P3)

Sub tema 2.2. Perubahan Psikologi Wanita Menopause

Perubahan psikologi wanita menopause ditunjukkan

dengan sikap partisipan dalam menghadapi menopause.

Beberapa partisipan mengungkapkan bahwa sudah semakin

tua, tetapi masing-masing dapat menyikapinya secara positif,

karena sudah menyadari bahwa sudah waktunya mengalami

menopause, dan bahkan menjadi lebih senang karena sudah

tidak perlu kontrol KB secara rutin, serta dapat melakukan

ibadah sholat lima waktu tanpa halangan. Berikut jawaban

salah satu partisipan:

“Lebih bebas mbak, ya kalau merasa lebih tua itu emang udah umurnya, ya tetep merasa mbak.. tapi jadi bebas, mau sholat ga ada halangan.. Terus hemat juga mbak, ga KB ke bu bidan,…” (P6)

(11)

Sub tema 2.3. Hubungan dengan Keluarga

Hubungan antara partisipan dengan keluarga sangat

dekat, dan menurut semua partisipan kondisi menopause tidak

mempengaruhi kedekatan, dan perhatian dalam keluarga.

Berikut ungkapan salah satu partisipan:

Keluarga tahu, tetapi juga tidak menjadi masalah, keluarga menerima, yaa.. berjalan kaya biasa saja.” (P4)

Bagi P8, hubungan dengan keluarga sangat erat, bahkan

ketika memutuskan untuk melepas KB karena ingin

mengetahui apakah sudah menopause atau belum, P8

membicarakan dan mengambil keputusan bersama dengan

keluarga. Berikut ungkapannya:

(12)

Skema Tema 3. Perubahan aktivitas seksual setelah menopause

Kata kunci kategori sub tema tema

Ungkapan cinta melalui tindakan Bercanda, bermesraan Mulai enggan Perubahan fisik ketika berhubungan seksual Terkadang sakit Kemaluan kering dan lama basahnya Mudah lelah Tidak berubah Frekuensi hubungan seksual Penurunan frekuensi hubungan seksual Tidak pernah melakukan Jarang melakukan Mulai berkurang Ungkapan cinta melalui perhatian Mengingatkan makan dan mengingatkan istirahat Bentuk ungkapan cinta kepada pasangan Respon pasangan Perubahan aktivitas seksual setelah menopause Perubahan ketika berhubungan seksual Perubahan psikologi ketika berhubungan seksual

(13)

Sub tema 3.1. Bentuk Ungkapan Cinta kepada Pasangan

Pada saat wawancara dilakukan, partisipan

mengekspresikan jawaban dengan malu-malu, saat menjawab

pertanyaan yang berkaitan dengan bentuk ungkapan cinta

kepada pasangan. Beberapa partisipan mengungkapkan

bahwa partisipan dan suami masih mengungkapkan cinta dan

kasih sayang dengan cara bercanda, bermesraan dan

bergurau. Seperti jawaban berikut:

Masih, mbak. Mesra-mesraan masih..ahaha, bercanda-bercanda masih.” (P6)

Salah satu partisipan juga menungkapkan bahwa

perhatian merupakan bentuk ungkapan rasa cinta dan sayang

pada suami, seperti ungkapan berikut:

“… Paling kaya buatin minum, nyiapin makan, ngerokin waktu sakit. Apa lagi ya nduk, yang pasti saya sering mengingatkan bapak jangan sampai kecapekan kalo kerja, namanya uda tua, gampang capek, gampang sakit.” (P2)

Satu dari partisipan juga memberikan jawaban bahwa tidak

pernah lagi mengungkapkan rasa sayang dan cinta kepada

suami, partisipan lebih memilih untuk mengungkapkan sayang

kepada anak-cucu, seperti pernyataan berikut:

(14)

Sub tema 3.2. Frekuensi Hubungan Seksual

Salah satu perubahan aktivitas seksual yang dialami

partisipan adalah penurunan frekuensi dalam berhubungan

seksual. Beberapa partisipan mengatakan bahwa frekuensi

berhubungan seksual sudah berkurang dibandingkan pada

saat sebelum mengalami menopause. Berikut ungkapan salah

satu partisipan;

Ya pasti mbak, uda makin tua, ya uda ga kaya dulu, uda berkurang.” (P3)

Salah satu partisipan memberikan jawaban bahwa sudah

tidak pernah melakukan hubungan seksual bahkan sejak masih

usia produktif, berikut jawabannya:

“… saya tu uda ga pernah campur sama sekali sejak anakku laki-laki habis sunat, kalo saya karena uda ga ingin punya anak lagi jadi uda ga minat berhubungan, kalo bapak bilang uda ga pantes, anaknya uda besar-besar, tidur berdua aja jarang-jarang nduk.” (P2)

Sub tema 3.3. Perubahan ketika berhubungan seksual

Perubahan aktivitas seksual pada partisipan juga terlihat

pada ungkapan partisipan tentang perubahan yang dialami

ketika melakukan hubungan seksual. Tiga partisipan

menyatakan masih nyaman dan tidak ada perubahan ketika

melakukan hubungan seksual, seperti ungkapan salah satu

(15)

Tidak ada, dik, masih nyaman, masih seperti dulu.” (P4)

Salah satu partisipan juga menyatakan bahwa terdapat

perubahan, tetapi tidak menjadi masalah, seperti berikut:

”Ada perubahan, mbak. tapi, saya pikir memang itu yang pasti akan dialami seseorang ketika makin tua. itu loh, kayak kering gitu kalo buat hubungan, lama basahnya.” (P8)

“… Kan, kalo berhubungan jadi kaya gampang capek, gitu mbak. Ga tau kenapa mbak, karena uda mulai tua itu mungkin ya, mbak. Tapi ya masih baik-baik mbak, ga jadi masalah.

(P6)

Lima partisipan lainnya mengatakan terdapat perubahan

yang dialami ketika melakukan hubungan seksual tetapi tidak

menjadi masalah atau hal yang mengkawatirkan dan tetap

melakukan hubungan seksual. Berikut jawaban salah satu

partisipan:

“ga gimana-gimana, mbak, rasanya juga ga berubah. (sambil tersenyum), ya cuma saya sebenarnya mulai enggan, la uda capek sama aktivitas, tapi ga ta bikin masalah, tetep berhubungan.” (P1)

Sub tema 3.4. Respon pasangan

Perubahan yang dialami dalam aktivitas seksual terutama

ketika melakukan hubungan seksual, biasanya mendapatkan

tanggapan dari suami. Seluruh partisipan mengatakan bahwa

(16)

perubahan yang dialami ketika berhubungan seksual. Para

partisipan mengatakan bahwa suami tidak mengeluhkan

adanya perubahan, seperti yang diungkapkan salah satu

partisipan berikut ini:

“… Ga pernah ngobrolin kaya itu mbak. Bapak juga udah tua, udah menyadari kalau sudah ga mampu mungkin, udah ga pernah mengeluh juga, mbak. hehehe..” (P5)

Meskipun suami tidak pernah mengeluh, dua dari delapan

partisipan mengatakan bahwa pernah membicarakan dengan

suami tentang perubahan yang dialami ketika melakukan

hubungan seksual, tetapi hal itu tidak merubah kebiasaan, dan

justru memperoleh dukungan dari suami. Berikut

pernyataannya:

“… Ya kalo saya pas sakit, ya saya bilang biar pelan-pelan, gitu.” (P7)

“… bapak juga selalu kasih dukungan, katanya ga usah dipikir, wong emang udah tua, gitu mbak.” (P8)

4.4. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan dalam

penelitian ini berusia antara 48 tahun sampai dengan 58 tahun

dan telah mengalami berhenti haid antara 1 tahun sampai

dengan 8 tahun. Hal tersebut sesuai dengan teori dari

(17)

masa berakhirnya siklus menstruasi yang terdiagnosis setelah

12 bulan tanpa periode menstruasi. Secara umum dapat terjadi

pada usia 40 sampai 58 tahun.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh tiga tema

dengan sub tema masing-masing yang bersangkutan.

Tema-tema tersebut teridentifikasi berdasarkan tujuan khusus

penelitian. Berikut pembahasan mengenai masing-masing

tema yang dihasilkan dari penelitian ini.

a. Gambaran Diri Wanita Menopause

Pada penelitian ini, tema gambaran diri wanita

menopause tersusun dari 2 sub tema, yang

menggambarkan antara lain mengenai bagaimana

pengetahuan wanita menopause, dan bagaimana tujuan

hubungan seksual setelah menopause. Tema ini menjawab

tujuan khusus yang pertama, yakni faktor-faktor yang

mempengaruhi aktivitas seksual wanita menopause.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai kesehatan

reproduksi terutama tentang menopause, dan bagaimana

persepsi mengenai tujuan hubungan seksual setelah

menopause termasuk dalam faktor-faktor yang

mempengaruhi aktivitas seksual berkaitan dengan konsep

(18)

bukunya yang berjudul “Psikoseksual dalam Pendekatan

Konsep dan Proses Keperawatan”. Andarmoyo

menyebutkan salah satu faktor yang mempengaruhi

seksualitas adalah konsep diri. Pandangan individu terhadap

dirinya mempunyai dampak langsung terhadap seksualitas.

Seseorang yang merasa tidak berdaya, tidak berguna,

merasa harga dirinya rendah, dan kurang percaya diri akan

berdampak negatif terhadap fungsi seksualitasnya.

Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan wanita

sebelum dan sesudah mengalami menopause tidak jauh

berbeda, baik bagi wanita dengan pendidikan rendah atau

berpendidikan tinggi. Sebelum mengalami menopause

wanita kurang memahami tentang istilah ini, tetapi mereka

mengerti bahwa setelah tua haid akan berhenti. Setelah

mengalami menopause, baru menyadari bahwa wanita yang

berhenti haid mengalami beberapa perubahan.

Hasil penelitian tersebut berbanding terbalik dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Kiaonarni (2010), yang

menyatakan bahwa jika tingkat pendidikan kurang maka

tingkat pemahaman tentang menopause pun juga

(19)

Namun, hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Nurwahyuni (2012), dalam hasil

penelitian yang telah dilakukannya disebutkan bahwa

pemahaman yang kurang mengenai menopause, serta

kurangnya informasi, dan penyuluhan atau kegiatan

mengenai menopause bagi wanita, dianggap menjadi hal

yang lumrah dan wajar.

Tujuan melakukan hubungan seksual bagi wanita

menopause dalam penelitian ini diantaranya menjadi

kewajiban, keinginan menyenangkan suami, memenuhi

kebutuhan dan sebagai ungkapan kasih sayang. Pada

dasarnya pemikiran wanita tentang hubungan seksual lebih

berpegang pada norma agama yang menyatakan bahwa

wanita memiliki kewajiban untuk melayani suami, sehingga

wanita menopause cenderung melakukan hubungan seksual

bukan atas keinginan sendiri.

Hal ini sesuai dengan salah satu dimensi seksual

menurut Andarmoyo (2012), yaitu dimensi agama dan etik.

Seksualitas berkaitan dengan standar pelaksanaan agama

dan etik. Ide pelaksanaan seksual etik dan emosi yang

berhubungan dengan seksualitas membentuk dasar untuk

(20)

ditunjukkan pada seksualitas di rentang dari pandangan

tradisional tentang hubungan seks hanya dalam perkawinan

sampai sikap yang memperbolehkan individu menentukan

apa yang benar bagi dirinya. Keputusan seksual yang

melewati batas kode etik individu dapat mengakibatkan

konflik internal.

b. Perubahan yang Dialami Wanita Menopause

Tema kedua dalam penelitian ini, menjawab tujuan

khusus pertama, yakni mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi aktivitas seksual wanita menopause.

Perubahan yang dialami wanita menopause yang telah

dikelompokkan berdasarkan sub tema seperti perubahan

fisik, perubahan psikologi dan perubahan hubungan dengan

keluarga, secara umum dapat menjadi faktor-faktor yang

mempengaruhi aktivitas seksual seseorang.

Dalam penelitian ini perubahan fisik yang dialami wanita

setelah menopause berupa mudah lelah, badan menjadi

lesu, tidak fit lagi, tidak segar lagi seperti sebelum

mengalami menopause.

Perubahan fisik yang dialami wanita dalam penelitian ini

sejalan dengan yang dikemukakan oleh Nurwahyuni pada

(21)

perubahan dari haid menjadi tidak haid lagi, otomatis terjadi

perubahan organ reproduksi wanita. Perubahan fungsi

indung telur akan mempengaruhi hormon dalam yang

kemudian memberikan pengaruh pada organ tubuh wanita

pada umumnya. Tidak heran apabila kemudian muncul

berbagai keluhan fisik, baik yang berhubungan dengan

organ reproduksinya maupun organ tubuh pada umumnya.

Pada penelitian ini, perubahan psikologi yang dialami

wanita setelah menopause diketahui berdasarkan pada

perubahan sikap yang telah diungkapkan oleh wanita

menopause. Perubahan sikap tersebut meliputi pandangan

diri setelah mengalami menopause menjadi tua, tetapi pada

umumnya dapat menyikapi dengan menerima secara positif

terhadap kondisi bahwa sudah mengalami menopause.

Wanita menopause juga tidak merasakan kecemasan

karena bagi mereka berhenti haid adalah hal yang wajar

dialami oleh setiap manusia, mereka berpandangan dengan

berhenti haid berarti mereka akan terbebas dari beban untuk

selalu menggunakan alat kontrasepsi setiap bulannya.

Selain itu, wanita menopause menjadi lebih nyaman karena

dapat lebih bebas melaksanakan ibadah tanpa ada

gangguan dan bisa beraktivitas dengan bebas di

(22)

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan menurut

Lestary (2010) dalam bukunya “Seluk Beluk Menopause”,

tidak semua wanita akan mengalami gangguan psikologis

dalam menghadapi menopause, seperti kecemasan dan

ketakutan. Jadi, ada juga wanita yang tidak merasakan

adanya gangguan pada kondisi psikisnya. Berat ringannya

stres yang dialami wanita dalam menghadapi dan mengatasi

menopause sangat dipengaruhi oleh bagaimana

penilaiannya terhadap menopause.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

wanita tidak merasakan adanya pengaruh kondisi

menopause dengan kedekatan keluarga, kedekatan dengan

anak dan suami tetap terjaga dan selalu ada komunikasi

yang baik. Hal ini sangat membantu wanita menopause

untuk beradaptasi terhadap perubahan yang dialami. Hal ini

sesuai dengan yang diungkapkan oleh Wulandari (2009)

dalam penelitiannya, yang mengungkapkan bahwa

hubungan suami istri yang harmonis akan memberikan

ketenangan dan mengurangi beban yang dirasakan karena

pada saat istri menghadapi tekanan dan kesulitan hidup

maka istri membutuhkan suami untuk berbagi,

(23)

c. Perubahan Aktivitas Seksual setelah Menopause

Tema ketiga dalam penelitian ini menjawab tujuan khusus

penelitian yang kedua yakni mengidentifikasi

hambatan-hambatan aktivitas seksual wanita menopause. Hambatan

aktivitas seksual teridentifikasi dari sub tema yang

menyusun tema ini, diantaranya bentuk ungkapan cinta

wanita menopause kepada pasangan, frekuensi hubungan

seksual, perubahan ketika berhubungan seksual, dan

respon pasangan. Keempat sub tema tersebut dapat

menjadi hambatan aktivitas seksual baik secara internal

maupun eksternal.

Bentuk ungkapan kasih sayang wanita menopause

kepada pasangan jarang dilakukan dengan ucapan, tetapi

lebih kepada adanya perhatian dan canda gurau dengan

keluarga. Hal ini disebabkan karena wanita menopause

merasa sudah tua dan tidak pantas lagi mengumbar

kemesraan dengan ucapan-ucapan mesra.

Pada hasil penelitian ini, merasa sudah tua menjadi

hambatan aktivitas seksual yang berasal dari diri sendiri

atau hambatan internal psikologi. Dalam teori yang

disebutkan oleh Varney (2004), menyebutkan bahwa

(24)

sudah merasa tidak bisa dan tidak pantas berpenampilan

untuk bisa menarik lawan jenisnya. Hambatan internal

psikologik di usia menopause disebabkan karena kurangnya

informasi dan pengetahuan tentang dampak penurunan

fungsi reproduksi terhadap penurunan respon seksual masa

menopause, yang sebenarnya dapat diperoleh melalui

program pelayanan kesehatan reproduksi di fasilitas

kesehatan, sehingga mengakibatkan terjadinya kecemasan,

depresi, dan stres saat menghadapi usia menopause.

Perasaan tidak pantas lagi mengumbar kemesraan

dengan ucapan-ucapan mesra, juga menjadi bagian dari

hambatan aktivitas seksual eksternal seperti yang

dikemukakan oleh Azizah (2011), yang menyatakan bahwa

hambatan eksternal merupakan hambatan aktivitas seksual

yang datang dari lingkungan, biasanya berupa pandangan

sosial (mitos negatif), yang menganggap bahwa aktivitas

seksual tidak layak lagi dilakukan setelah mengalami

menopause. Dalam hal ini, aktivitas seksual yang dimaksud

adalah ucapan-ucapan mesra.

Wanita menopause dalam penelitian ini mengungkapkan

bahwa terjadi penurunan frekuensi hubungan seksual.

(25)

adanya penurunan kemampuan baik dari diri sendiri maupun

pasangan. Penurunan frekuensi hubungan seksual yang

terjadi disertai dengan perubahan ketika berhubungan

seksual. Perubahan tersebut berupa perubahan fisik ketika

berhubungan seksual, seperti sakit dan nyeri saat

berhubungan, dan vagina kering. Perubahan psikologi

seperti sudah mulai enggan untuk melakukan hubungan

seksual juga terjadi. Hal ini karena kemampuan yang sudah

mulai menurun, keadaan fisik yang sudah mulai mudah

lelah, dan perasaan malu karena sudah tua.

Penurunan kemampuan baik diri sendiri maupun

pasangan tentunya menjadi hambatan dalam aktivitas

seksual sehingga mengalami penurunan frekuensi

melakukan hubungan seksual. Penurunan kemampuan ini

juga menimbulkan perubahan ketika berhubungan seksual,

perubahan fisik dan psikologi yang diungkapkan oleh wanita

menopause dalam penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Mahayuni (2007), bahwa

perubahan fisik merupakan variabel yang mempengaruhi

aktivitas seksual wanita.

Aktivitas seksual di usia menopause bagi sebagian

wanita mengalami perubahan berupa penurunan aktivitas

(26)

yang berupa kekeringan vagina, dyspareuni (sakit/nyeri

saat bersenggama), berkurangnya elastisitas vagina,

berkurangnya lubrikasi (perlendiran) saat bersenggama.

Penurunan fungsi tersebut akan menimbulkan penolakan

untuk melakukan aktivitas seksual yang pada umumnya

timbul oleh rasa nyeri saat berhubungan seksual,

ketidaknyamanan saat berhubungan seksual yang timbul

karena ketakutan oleh rasa sakit saat bersenggama dan

menurunnya dorongan/hasrat seksual (Northrup, 2006).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Qomariyati

(2013) dalam penelitiannya, yakni bahwa penurunan fungsi

organ reproduksi pada wanita menopause menimbulkan

gejala-gejala yang berpengaruh pada kesehatan reproduksi

khususnya dalam melakukan aktivitas seksual. Perubahan

fisiologis akibat menopause kadang-kadang mengganggu

aktivitas dan gairah seksual pada sejumlah wanita, karena

perubahan-perubahan tersebut mengakibatkan kegiatan

seksual menjadi kurang menyenangkan.

Wanita menopause dalam penelitian ini cenderung

enggan membicarakan dengan pasangan mengenai

perubahan ketika berhubungan seksual, karena tidak ada

keluhan dari pasangan tentang perubahan hubungan

(27)

dukungan yang baik kepada wanita menopause. Tidak

adanya keluhan dari suami mengakibatkan wanita tidak

melakukan upaya apapun untuk meningkatkan gairah

seksual.

Menurut Spencer, dalam penelitian yang dilakukan

Wulandari (2009), dukungan yang diberikan oleh suami

sebagai orang terdekat dengan istri seperti dukungan

emosional, instrumental, informasi dan penilaian dapat

mengurangi rasa cemas yang dihadapi istri saat memasuki

masa menopause. Menurut Matt & Dean dalam penelitian

yang sama, hubungan pasangan suami istri yang harmonis

akan memberikan ketenangan dan mengurangi beban yang

dirasakan karena pada saat istri menghadapi tekanan dan

kesulitan hidup maka istri membutuhkan suami untuk

berbagi, mendengarkan atau memberikan solusi yang

relevan.

Penelitian yang dilakukan Rohmah (2012) juga

menyimpulkan bahwa konseling pasangan suami-istri

berpengaruh terhadap aktifitas seksual pada wanita

menopause yang meliputi pengetahuan, sikap positif dan

peningkatan tindakan dalam mengatasi perubahan aktifitas

(28)

Intan tersebut, alangkah baiknya jika pasangan suami-istri

dalam penelitian ini juga melakukan konseling untuk

meningkatkan kualitas kehidupan seksualitas pasangan

menopause.

Berdasarkan teori yang dikemukakan Andarmoyo

(2012), salah satu dimensi seksual adalah dimensi

sosiokultural. Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan

peraturan kultural yang berada dalam lingkungan

masyarakat. Norma dan peraturan ini akan menjadi batasan

apakah perilaku yang dijalankan bisa diterima di dalam

komunitas kultur tersebut ataupun tidak.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hubungan seksual

adalah budaya, nilai dan keyakinan. Jika budaya di wilayah

tempat tinggal wanita menopause membentuk suatu

keyakinan bahwa wanita setelah menopause sudah

sewajarnya mengalami penurunan gairah seksual maka

wanita akan berkeyakinan yang sama. Faktor budaya,

termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas, dapat

mempengaruhi individu. Tiap budaya mempunyai

norma-norma tertentu tentang identitas dan perilaku seksual.

Budaya juga turut berkontribusi dalam menentukan lamanya

berhubungan seksual, cara stimulasi seksual, dan hal lain

(29)

4.5. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan proses pelaksanaan penelitian, didapatkan

beberapa keterbatasan. Keterbatasan penelitian ini sebagai

berikut:

1. Penentuan partisipan pada wanita menopause yang

memiliki tingkat pendidikan tidak pernah sekolah, SD, SMP,

SMA, dan Perguruan Tinggi terbatas, karena wanita usia

menopause di dusun setempat lebih banyak memiliki

tingkat pendidikan SD dan tidak pernah sekolah.

2. Penentuan partisipan dengan kriteria sudah tidak menjadi

akseptor KB terbatas, karena wanita usia lebih dai 50 tahun

masih banyak yang menjadi akseptor KB, dan kader

posyandu tidak memiliki data nama akseptor KB yang

lengkap dan terbaru.

3. Pengetahuan partisipan tentang menopause masih kurang,

sehingga peneliti harus mendalami dan mengajukan

pertanyaan berulang dengan penjelasan.

4. Latar belakang budaya bahwa pembicaraan mengenai

seksualitas adalah hal yang tabu mempengaruhi partisipan

enggan menjawab pertanyaan secara lebih detail, sehingga

penelitian ini kurang mendapat jawaban yang lebih

Gambar

Tabel 4.1  Tabel Karakteristik Partisipan

Referensi

Dokumen terkait

Namun pada umumnya peternak memberi ransum dengan kandungan protein dan kalsium yang rendah maka akan berdampak pada pertumbuhan dan produksi telur yang tidak

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis selama melakukan penelitian di lapangan, upaya pebaikan yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota

- pendapat yang mempersamakan antara bunga bank dengan riba, hukumnya haram.. - Pendapat yang tidak mempersamakn bunga bank dengan riba, sehingga

Berdasarkan Penetapan Pemenang Pelelangan Umum nomon 6O2.U379.263/rPBJ-PPK/2011 tanggal 13 Oktober 2011, maka dengan ini diumumkan pemenang pelelangan uffi-o'r ;r'i;k

Mendiskusikan dan melakukan teknik analisis kelebihan dan kekurangan masing-masing metode perhitungan risiko.. 3 jam

Oktober 2011, maka dengan ini diumumkan pemenang pelelangan umum untuk pekerjaan sebagaimana berikut:. Nomor Paket

Adalah kondisi seseorang yang memperbesar kemungkinan terjadinya peril, yang bersumber pada sikap mental, pandangan hidup, kebiasaan dari orang yang bersangkutan. •

- Mohon menghadirkan semua Tenaga Ahli dan memaparkan usulan teknis sesuai dengan penawaran.. Demikian untuk menjadikan perhatian dan atas perhatiannya diucapkan