DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Pembatasan Masalah 7
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.4 Metode Penelitian 7
1.5 Organisasi Penulisan 10
BAB II SEMANGAT KAPITALISME 2.1 Semangat Kapitalisme Menurut Max Weber 12
2.2 Semangat Kapitalisme Menurut Karl Marx 22
2.3 Komparasi Pemikiran Max Weber dan Karl Marx 32
BAB III SEMANGAT KAPITALISME JEPANG 3.1 Pemikiran Ishida Baigan 36
3.2 Pemikiran Suzuk Shosan 49
3.3 Komparasi Semangat Kapitalisme dengan Semangat Kapitalisme Jepang 60
BAB IV KESIMPULAN 69
SINOPSIS v
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Kristen Maranatha
古
的
資本主義精神
日本
資本主義精神間
対照記述
0142014
マ
タキ
教大学
日本語文学部学科
ン
ン
序論
一般的 資本主義 ーロ 諸国 始 植民地 広
あ ーロ 諸国 植民地 ーロ 的
資本主義 発展し い あ
日本 ーロ 国 植民地 い 現在
ア ア 世界 経済大国 い 日本 自国 経済 成長
成 し あ
記 理 基 筆者 ーロ 資本主義 専門家 ー
ー マ ク 論述 ーロ 古 的 資本主義 日本特有 資本主
義 精神 対照比較 い 同異 あ 研究
日本 資本主義 精神 閑し 日本社会 世俗性 旺盛 し 社
会道徳 生 出し 仏教 教え 閑 新解釈 持 出し 鈴木正 日
本資本主義 第一者 考え及 日本人 人生 価 観 採究 石
梅岩 考え 採用
古 的 資本主義 精神 日本 資本主義 精神 対照比較
正 及 梅岩 考え 資本主義的 価 あ 日本 資本主義
本論
資本主義精神 単 ーロ 思想家 持 出
日本 思想家 独特的 あ あ 日本学者 山
本七平 日本 いう国家 江戸 いう時代 6 3-
868 最 重要 時代 あ 当時代 日本 社会 独特
社 会 制 度 築 い あ 当 時 代 社 会 現 代 日 本 社 会 芝 通 性
有し い 現代 日本社会 構築土台 い あ
時代 い 国民族 模 日本 思想家 自力
自 あ 資料 利用し 自国 建 う し い あ
現代 日本 江戸時代 重要人物 構想 建 発展
し あ 日本 資本主義 精神 土台 鈴木正 及
石 梅岩 考え あ
日本 資本主義 精神 土台 梅岩 考え 次 う あ
1.商 業 単 業 得 利 益 非 い
2.経済活動 い 商人 得 利益 妥当 あ
3. し 利益 正直 必要 あ 強調し い
4.経 済 的 豊 人 間 倹 約 あ 倹 約 正 直 現
5.国 家 家 族 あ し 親 対 忠 誠 忠 実 大 量 国
家 対 忠誠 忠実 あ
一方 日本 資本主義精 土台 正 考え 次 通 あ
1. 何 業 皆仏行 人々 所作 成仏し ふ し
仏行 外 作業有 一 所作皆 世界
し し 仏体 う 仏性 人間 意 心
得あし し 好 悪道 入
四民日用 い 正 次 う 述
2. 農業 関し :
“農 業 則 仏 行 意 得 悪 し 時 賎 業 信 心 堅 固 時
菩薩 行 暇 得 後世 わ 思 誤 成仏
思人 身心 責 楽欲 心有 後世 人 万劫 経
成仏 ”
3. 武士 業 関し :
“武 士 万 民 秩 序 守 任 務 持 人 あ 理 正 し 義
行 不動 心 義う身 捨 主君 え 武士 あ
4. 工(職人) 関し :
仏教 教え 測 全心全霊 工職人 世 豊富 利
益 あ 生 出
5. 商業 関し :
“売 買 人 得 利 益 心 修 行 し
心遺 いふ あ 身命 天道 擲 一筋 正直 道
学 し 正直 人 諸天 仏陀神 護有 災害
除 自然 福 し 蕩尽愛嬌麻 し 万 心 叶ふ し
私欲 専 し 自 隔 人 抜 利得 思人 天道
あ 過 し 万人 憎 眔人愛敬 し 万 心
叶ふ 私欲 念 売買 作業 国中 自 し
役人 天道 あ ふ所 思定 身 天道 任
得利 思ふ念 休 正直 旨 守 商 火
水 隋 天 福 相応し 万
結論
記 述 次 結論 引 出 資本主義
精神 プロテ タン派 源 ーロ 古 的
心学及 神派仏教 来 日本 独自 資本主義 精神 あ 両者
人類し 点 あ 日本 ーク あ 世界経済
面 い 日本 英国 フ ン イタ ア イ 肩 並
RIWAYAT HIDUP PENULIS
1. DATA PRIBADI
Nama : Julius Fitzgotlieb
Tempat/Tanggal Lahir :Jakarta,31 Agustus 1982
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen
Anak Ke : 1 dari 2 bersaudara
Alamat : Bandung
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Ayah : Wempie Kojongian (alm)
Nama Ibu : Joyce Florence
2. PENDIDIKAN
1988-1994 SD : Sekolah Dasar Mardi Yuana 2 Bogor
1994-1997 SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Mardi Yuana 2 Bogor
1997-2000 SMU : Sekolah Menengah Umum Regina Pacis Bogor
2001-2007 : Mahasiswa Universitas Kristen Maranatha Fakultas Sastra
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam kurun waktu yang relatif singkat bangsa Jepang berhasil membangun
ekonominya dari reruntuhan Perang Dunia Kedua, tahun 1945. Berbeda dengan
fenomena sebelumnya, bahwa kemajuan ekonomi dan teknologi hanya berkisar di
belahan bumi bagian Eropa, nampaknya Jepang berhasil menerobos fenomena ini
dan menghasilkan fakta baru bahwa ekonomi Jepang tidak hanya berjaya di
kawasan Asia tetapi merasuk ke seluruh dunia. Jepang untuk pertamakali dalam
sejarah pertumbuhannya dengan segala keterbatasan sumber daya alamnya dan
tradisi teknologi yang relatif muda, dapat mematahkan dominasi dan kekuatan
ekonomi negara-negara “tua dan klasik”, seperti Inggris, Perancis, Jerman maupun
Italia dalam percaturan ekonomi dunia.
Kalau pada tahun empat puluhan, dunia, terutama negara barat mencemooh
produk Jepang sebagai barang tiruan dan kelas murahan, maka pada saat ini barang
dan teknologi produk Jepang termasuk yang berkualitas tinggi, desain mutakhir.
Faktor apakah yang ada di balik sukses Jepang tersebut? Secara analisis
sederhana, sukses yang dihasilkan suatu sistem ditentukan oleh pengolahan sumber
daya alam dan manusia yang mengolah sumber daya alam tersebut. Jepang
memiliki sumber daya alam yang miskin. Tetapi dibalik kesulitan akan sumber
daya alam ini Jepang mempunyai sumber daya manusia yang berdisiplin dan
berkualitas tinggi.1
Bagi orang Jepang, bekerja adalah sesuatu yang lebih dari hanya sarana
mencari penghasilan. Bekerja selain sarana mencari penghasilan juga dianggap
sebagai tujuan hidup. Hal tersebut tentu saja didukung oleh semangat kerja mereka
yang tinggi. Semangat kerja yang tinggi yang dimiliki orang Jepang tersebut
berasal dari etos kerja yang dimiliki mereka yang juga membentuk kapitalisme
Jepang.
Menurut Clifford Geertz, seorang ahli antropologi, yang dimaksud Etos
adalah:
a people’s ethos is the tone, character , and quality of their life, its moral and aesthetic style and mood – and their world view is the picture they have of the way things in sheer actuality are, their most comprehensive ideas of order. 2
etos adalah nada, karakter, dan kualitas kehidupan manusia, moral dan gaya estetika serta suasana hati, sedangkan pandangan hidup adalah pandangan mereka mengenai hal-hal sebagaimana adanya, tatanan gagasan paling menyeluruh yang dimiliki manusia.
Dengan demikian, etos dapat dikatakan sebagai gaya hidup suatu bangsa pada
umumnya, cara melakukan sesuatu dan dianggap sebagai cara yang terbaik.
Sedangkan pandangan hidup adalah kumpulan pengertian yang dimiliki suatu
bangsa berdasarkan realita yang ada.
Etos kerja 職業エトス(shokugyoo etosu), yang dimiliki oleh bangsa Jepang
mencerminkan pandangan-pandangan terhadap pekerjaan dan hal ini tidak terlepas
1
B.N. Marbun, Manajemen Jepang, Jakarta,1984, hal. 3 2
Clifford Geertz, The Interpretation Of Cultures, London,1973, p. 89
dari semangat kapitalisme 資 本 主 義 の 精 神 (shihonshugi no seisin) yang
melandasinya. Menurut Max Webber, yang dimaksud dengan semangat kapitalisme
adalah :
The influence of certain religius ideas on the development of an economics spirit… that attitude which seeks profit rationally and systematically…3
Pengaruh dari gagasan religius tertentu terhadap perkembangan suatu semangat perekonomian…. Suatu sikap mencari keuntungan secara rasional dan sistematis.
Dalam membicarakan kapitalisme Jepang kita tidak dapat lepas dari ajaran
Suzuki Shosan ( (鈴 木 正 三) 1579-1655) yang bersumber pada ajaran agama
Budha sekte Zen. Karena menurut Budi Saronto, Shosan yang dianggap sebagai
tokoh pembaharuan agama dan tradisi Jepang, banyak disebut sebagai pencetus
“kapitalisme Jepang.” Karena penafsiran barunya terhadap ajaran Budha
melahirkan suatu etika sosial yang menyuburkan sekularisme pada masyarakat
Jepang4. Menurut Shosan, bekerja merupakan praktek Budhisme. Dengan bekerja
manusia menjalankan ibadahnya dan menjadi Budha. Iman yang murni ditunjukkan
dengan cara menghanyutkan diri dalam pekerjaan. 5 Dalam kapitalisme Jepang
tidak ada tujuan akhir bekerja sebagaimana yang terdapat dalam kapitalisme Eropa,
yaitu pengejaran kekayaan. Menurutnya, pekerjaan duniawi adalah asketisme
religius dan jika manusia mau berusaha sungguh-sungguh menghayati panggilan
3
Max Weber, The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism, terj. Talcott Parsons. London,1930 p. 27, 64.
4
Budi Saronto, Gaya Manajemen Jepang, Jakarta,2005, hal. 191 5
B.N. Marbun, Manajemen dan Kewirausahaan Jepang, Jakarta,1985, hal. 5
hidupnya dengan mempersembahkan diri secara tulus dan ikhlas terhadap
pekerjaannya, ia menjadi Budha.
Kata asketisme atau asceticism dalam bahasa Inggris berasal dari kata bahasa
Yunani, yaitu “askesis” yang dalam bahasa Inggris berarti “exercise, practice,
training” dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti “latihan, praktek,
pendidikan”. Dalam konteks keagamaan, asketisme didefinisikan sebagai berikut:
A voluntary, sustained, and at least partially systematic program of self-discipline and self denial in which immediate, sensual, or profane gratifications are renounced in order to attain a higher spiritual state or a more through absorption in the sacred.6
Suatu program yang sistematis, yang dilakukan secara sukarela dan terus menerus mengenai disiplin diri dan penolakan diri dimana kepuasan-kepuasan yang bersifat sementara, kepuasan hawa nafsu atau kepuasan duniawi dilepaskan untuk mencapai tingkat spiritual yang lebih tinggi atau kekhusyukkan yang lebih mendalam dalam beragama.
Asketisme yang dimaksud Shosan adalah suatu cara hidup yang dipraktekkan
oleh Budha, yaitu hidup sederhana apa adanya, hemat, rajin dan selalu bekerja keras
serta jujur. Dengan demikian, untuk mencapai kesempurnaan Budha, setiap orang
harus bekerja keras dengan jujur dan benar.
Bagi bangsa Jepang, kerja tidak hanya mengejar manfaat ekonomi tetapi juga
sebagai sarana mencari kepuasan batin. Karena menurut Shosan, “Pekerjaan adalah
sesuatu yang luhur dan kegiatan produktif adalah sesuatu yang suci”.7
Sejalan dengan konsep kerja yang dikemukakan oleh Suzuki Shosan di atas,
seorang tokoh pemikir perubahan lainnya, yakni Ishida Baigan (石田梅岩
6
The Encyclopedia of Religion jilid I Aaro-aust , New York,1987, p. 441 7
B.N. Marbun, op.cit., hal. 75
1744)) mencetuskan dan mengembangkan filsafat ari bekakari, yaitu pemikiran
yang mengajarkan dan mengajak orang Jepang untuk menyadari serta
mengharuskan dirinya untuk berbuat serta bertingkah-laku sesuai kodrat
masing-masing (apa adanya), dengan bertumpu pada tiga faktor penting dalam kehidupan,
yakni rajin
勤勉
(kinben), jujur正直
(shoojiki), hemat 倹約 (kenyaku). PemikiranIshida Baigan sebenarnya merupakan upaya pencarian terhadap “etos“ dan
pandangan hidup dari orang Jepang.8
Kapitalisme tidak hanya terdapat di Jepang, semangat tersebut juga ditemui di
tempat-tempat lain seperti di Eropa, yang merupakan tempat asal dari sistem
kapitalisme. Dalam membicarakan kapitalisme Eropa, kita tidak dapat lepas dari
tokoh-tokoh kapitalisme barat, diantaranya yang akan dibicarakan selanjutnya
dalam karya tulis ini, yaitu Max Weber dan Karl Marx.
Max Weber adalah seorang tokoh kapitalisme barat. Dalam bukunya yang
berjudul The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism mengemukakan bahwa
dalam kapitalisme, kekayaan digunakan kembali untuk meraih keuntungan dalam
perdagangan.9 Weber menggunakan etika Protestan untuk menerangkan semangat
atau jiwa yang melandasi kapitalisme Eropa, dengan alasan bahwa pada
kenyataannya para pemimpin bisnis dan pemilik modal di masa Eropa moderen,
juga tenaga kerja ahli dan para pelaku bisnis lainnya adalah penganut agama
Protestan.
8
Budi Saronto, op.cit., hal. 192 9
The Encyclopedia of Sociology,(Vol.1),1992, p. 162
Sedangkan tokoh kapitalisme Eropa lainnya yaitu, Karl Marx adalah ahli
sosiologi dan ekonomi yang sangat besar pengaruhnya bila dibandingkan dengan
para ahli lainnya. Dalam bidang sosiologi Marx mengeluarkan pendapatnya yang
dikenal sebagai materialisme historis, yaitu suatu pandangan yang mengakui bahwa
sejarah perkembangan manusia terjadi atas dasar kebutuhan-kebutuhan manusia
yang bersifat material.
Mengenai semangat kapitalisme, menurut Marx, hakekat manusia sebagai
suatu spesies makhluk hidup adalah mengolah alam melalui kerja yang disebutnya
dengan produksi, yaitu suatu proses pengolahan alam untuk memenuhi kebutuhan
material manusia. Tugas mengolah alam melalui kerja ini hanya dimiliki oleh
manusia karena memang hanya manusialah yang mampu melakukannya. Dengan
produksi yang diwujudkan melalui kerja ini manusia dapat mengekspresikan
dirinya. Tanpa produksi, manusia dapat dikatakan kehilangan jati dirinya sebagai
suatu spesies dan hal ini menimbulkan keterasingan dari dirinya sendiri.10
Karena berada di dua tempat yang berbeda, dalam hal ini Jepang di Asia,
yaitu di belahan dunia bagian Timur dan Eropa yang berada di belahan dunia
bagian Barat, kapitalisme yang akan dibicarakan pun mempunyai
perbedaan-perbedaan yang kemudian menjadi ciri-ciri keduanya.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
tentang hal-hal apakah yang menjadi latar belakang dari etos kerja dan semangat
10
Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Moderen, suatu analisis karya tulis Marx, Durkheim dan Max Weber, terj. Soeheba Kramadibrata, Jakarta,1985, hal..27
kapitalisme Jepang, dan apakah kapitalisme Jepang mempunyai semangat yang
sama dengan kapitalisme di Eropa.
1.2 PEMBATASAN MASALAH
Untuk mendapatkan jawaban dari kedua pertanyaan pada latar belakang
masalah, penulis akan membahas mengenai:
1. Semangat kapitalisme menurut Karl Marx dan Max Weber sebagai kedua
tokoh kapitalisme moderen.
2. Semangat kapitalisme Jepang berdasarkan pemikiran Suzuki Shosan dan
Ishida Baigan.
3. Mengkomparasikan semangat kapitalisme menurut Karl Marx dan Max
Weber dengan semangat kapitalisme Jepang berdasarkan pemikiran Suzuki
Shosan dan Ishida Baigan.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui semangat kapitalisme Jepang
berdasarkan pemikiran Shosan dan Baigan.
1.4 METODE PENELITIAN
Untuk melakukan penelitian komparasi semangat kapitalisme di Jepang dan
Eropa, maka penulis mengunakan metode deskriptif komparatif. Metode deskriptif
komparatif merupakan metode penelitian yang umum dilakukan untuk dapat
membandingkan dua jenis masalah lalu memaparkannya sedemikian rupa untuk
dapat diambil sebuah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Metode deskriptif
komparatif adalah metode dengan cara menguraikan dan memaparkan.11
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia12, deskriptif adalah pemaparan atau
penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terinci serta menguraikannya
untuk mencapai tujuan penelitian.
Metode deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata
cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang
hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta
proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena13.
Dalam penelitian deskriptif, data diambil dari setiap naskah sesuai dengan
ciri-ciri data secara alami dari setiap naskah. Dengan penelitian deskriptif, peneliti
dapat memeriksa ciri-ciri, sifat-sifat, serta gambaran data melalui pemilahan data14.
Menurut Winarno Surakhmad, metode deskriptif adalah metode yang
bertujuan untuk menggambarkan secara tepat dan sistematis tentang fenomena yang
diteliti, lalu dianalisis dan diinterprestasikan. Penyelidikan deskriptif berusaha
mencari pemecahan melalui analisa tentang perhubungan sebab akibat, yakni
11
Prof. DR. Nyoman Kutha Ratna. S.U, 2004, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra Jogyakarta, Penerbit Pustaka Pelajar.hal. 53,
12
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, P.T. Balai Pustaka.hal. 201,
13
Moh. Nazir, Ph, D, 1983, Metode Penelitian, Jakarta, Balai Pustaka, hal. 63 14
DR. T. Fatimah Djajasudarma, 1993, Metode Linguistik, Bandung, PT. Eresco, hal. 17
meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena
yang diselidiki, dan yang membandingkan satu faktor dengan yang lain adalah
penyelidikan yang bersifat komparatif15.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, komparatif adalah berkenaan atau
berdasarkan perbandingan. 16 Penelitian komparatif merupakan
pernyataan-pernyataan yang menggambarkan suatu hubungan antara dua variabel, berkaitan
dengan suatu kasus tertentu.17
Menurut Moh. Nazir, Ph.D metode komparatif adalah metode penelitian yang
mencari jawaban dasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisa sebab-sebab
terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Metode komparatif adalah
metode yang bersifat ex post facto, yaitu data dikumpulkan setelah semua kejadian
telah berlangsung.18
Menurut Sumadi Suryabrata (BA.,Drs.,MA.,Ed.s.,Ph.D) salah satu jenis
metode komparatif adalah penelitian komparatif yang bersifat korelasional
(Correlational Research) yang tujuannya untuk mendeteksi sejauh mana
variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi-variasi-variasi pada satu atau lebih faktor
lain. Hasil penelitian ini hanya mengidentifikasikan apa sejalan dengan apa, tanpa
15
Winarno Surakhmad, 1980, hal. 139 dan 143 16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, P.T. Balai Pustaka.hal. 453
17
Donald R. Cooper & C. William Emory, 1995, Metode Penelitian Bisnis, Jakarta, Penerbit Erlangga, hal. 43
18
Moh. Nazir, Ph.D, op. cit., hal. 67
harus menunjukan hubungan yang bersifat kausal. Pola hubungan itu kadang tidak
menentu dan kabur.19
Di dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis akan mendeskripsikan semangat
kapitalisme menurut Karl Marx dan Max Weber dan semangat kapitalisme di
Jepang menurut Suzuki Shosan dan Ishida Baigan. Lalu akan menganalisisnya
dengan mengunakan studi komparatif yang bersifat korelasional.
1.5 ORGANISASI PENULISAN
Untuk mendapatkan karya tulis yang baik, maka penulis membagi karya tulis
ini menjadi empat bab dan setiap bab terdiri dari beberapa sub bab:
Bab I berisi pendahuluan, yang berisikan latar belakang masalah, pembatasan
masalah , maksud dan tujuan penulis menjadikan komparasi semangat kapitalisme
Jepang dan Eropa sebagai obyek penelitian, metode penulisan dan akan diakhiri
dengan organisasi penulisan.
Bab II berisi semangat kapitalisme secara umum. Bab ini akan dibagi menjadi
tiga sub bab, yaitu: semangat kapitalisme menurut Max Weber, semangat
kapitalisme menurut Karl Marx, dan komparasi semangat kapitalisme menurut Max
Weber dan Karl Marx.
Bab III berisi semangat kapitalisme di Jepang, dibagi menjadi tiga sub bab,
yaitu: pemikiran-pemikiran Ishida Baigan, pemikiran-pemikiran Suzuki Shosan,
19
Sumadi Suryabrata (BA.,Drs.,MA.,Ed.s.,Ph.D), Metodologi Penelitian, Universitas Gadjah Mada, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 25
Serta berisi analisis tentang persamaan dan perbedaan antara semangat kapitalisme
di Eropa dengan semangat kapitalisme Jepang yang berlandaskan ajaran Shosan
dan Baigan.
Bab IV berisi kesimpulan dari bab-bab sebelumnya.
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan penelitian untuk mengetahui semangat kapitalisme
Jepang berdasarkan pemikiran Shosan dan Baigan, dengan cara membandingkan
pemikiran-pemikiran mereka yang melandasi lahirnya semangat kapitalisme Jepang
dengan semangat kapitalisme yang selama ini kita kenal, yaitu semangat kapitalisme
menurut Karl Marx dan Max Weber, atau dikenal juga sebagai semangat kapitalisme
klasik. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif komparatif. Metode
deskriptif komparatif adalah sebuah metode penelitian yang memaparkan suatu
masalah dan membandingkannya untuk ditarik suatu kesimpulan. Dalam tulisan ini,
penulis memaparkan semangat kapitalisme menurut Karl Marx dan Max Weber,
memaparkan semangat kapitalisme Jepang berdasarkan pemikiran Ishida Baigan dan
Suzuki Shosan, kemudian memperbandingkannya dengan studi komparatif yang
bersifat korelasional.
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa
walaupun Shosan dan Baigan bukanlah orang yang berkecimpung di bidang
perekonomian, tetapi pendapat-pendapat dan ajaran-ajaran mereka, mempunyai
nilai-nilai yang mengandung semangat kapitalisme, dan mempunyai kemiripan
dengan semangat kapitalisme menurut Karl Marx dan Max Weber.
Universitas Kristen Maranatha
Persamaan-persamaan itu diantaranya adalah, adanya motivasi keagamaan
dalam tindakan mereka, yaitu bekerja untuk mencari keselamatan mereka di hari
akhir, walaupun agama bukanlah dasar dari kapitalisme, mengenal sifat hemat dan
tidak menghambur-hamburkan hasil jerih payah dalam bekerja, mempunyai
semangat bekerja keras dan rajin.
Selain mempunyai persamaan-persamaan dengan semangat kapitalisme
berdasarkan pendapat Marx dan Weber ada juga perbedaan-perbedaannya, yang
membuat semangat kapitalisme Jepang berbeda dengan semangat kapitalisme
klasik. Perbedaan-perbedaan itu diantaranya adalah, semangat kapitalisme klasik
bercikal bakal dari ajaran etika Protestan, sedangkan semangat kapitalisme Jepang
bercikal bakal dari ajaran Budha aliran Zen dan Shingaku, cikal bakal semangat
kapitalisme klasik adalah gerakan reformasi keagamaan yang sangat radikal, yang
ingin melepaskan diri dari agama yang sebelumnya, sedangkan semangat
kapitalisme Jepang berasal dari gerakan keagamaan yang tidak radikal, yaitu
Budha aliran Zen dan Shingaku, selain itu dalam semangat kapitalisme klasik,
masyarakat harus hidup hemat karena hidup boros dan menghambur-hamburkan
hasil pekerjaan adalah dosa besar dalam agama Protestan sedangkan dalam
semangat kapitalisme Jepang, manusia harus hidup hemat dan sederhana karena
dalam ajaran Budha manusia adalah bagian dari alam, sehingga harus hidup selaras
dengan alam, yang diwujudkan dengan cara hidup sederhana, hemat dan tidak
menghambur-hamburkan hasil jerih payah bekerja.
Universitas Kristen Maranatha
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa semangat kapitalisme tidak
hanya berasal dari kapitalisme klasik yang berasal dari Eropa dan bercikal bakal dari
agama Protestan. Tetapi Jepang mempunyai semangat kapitalismenya sendiri yaitu
semangat kapitalisme bercikal bakal dari aliran kepercayaan Shingaku dan Budha
aliran Zen. Sehingga selain mempunyai persamaan dengan kapitalisme klasik juga
mempunyai keunikannya sendiri. Sehingga walaupun sekarang Jepang mampu
menyamai negara-negara “tua dan klasik”, seperti Inggris, Perancis, Jerman maupun
Italia dalam percaturan ekonomi dunia tetapi tidak bersumber dari semangat
kapitalisme yang sama.
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Akiko, Shimada, Nihonjin no Shokugyou Rinri, Kumon Shunpei, Tokyo, 1990
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta,1998
Bellah, Robert N, Religi Tokugawa, Akar-akar Budaya Jepang, Jakarta, PT. Gramedia Utama, 1992
Cooper, Donald R. & C. William Emory, Metode Penelitian Bisnis, Jakarta, Balai Pustaka, 1995
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1990
Djajasudarma, T. Fatimah: Metode Linguistik, Eresco, Bandung, 1993
Geertz, Clifford: The Interpretation Of Cultures, Collins Publisher, London, 1973
Giddens, Anthony: Kapitalisme dan Teori Sosial Moderen, suatu analisis karya
tulis Marx, Durkheim dan Max Weber, terj. Soeheba Kramadibrata, Universitas
Indonesia Press, Jakarta,1985
Koujiten, Iwanami Shoten, jilid II, 1992
Marbun, B.N: Manajemen Jepang, PT Gramedia, Jakarta,1984
Marbun, B.N: Manajemen dan Kewirausahaan Jepang, PT Gramedia, Jakarta,1985
Narbuko, Cholid & Abu Acmadi, Metode Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, 2001
Nazir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta, Balai Pustaka, 1983
Ratna, Nyoman Kutha, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, Jogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004
Redding, S. Gordon, Jiwa Kapitalisme Cina, terj. Suharsono, Jakarta, 1993
Rius, Marx Untuk Pemula, Resist Book, Yogyakarta, 2005
Rosidi, Ajip, Orang Dan Bambu Jepang (Catatan Seorang Gaijin), PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, 1983
Saronto, Budi, Gaya Manajemen Jepang, PT Hecca Mitra Utama, Jakarta, 2005
Shichihei, Yamamoto, The Spirit of Japanese Capitalism and selected essays, terj Lynne E riggs and Takahashi Samabu, New York,1992
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Universitas Gadjah Mada, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Tatsuro, Watsuji, Nihon Hinri Shisoo Shi, University of Tokyo Press, Tokyo,1964
The Encyclopedia of Religion jilid I Aaro-aust , The MacMillan Company, New
York,1987
The Encyclopedia of Sociology,(Vol.1), Happer-Collins Publisher, New York1992
Weber, Max, The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism, terj. Talcott Parsons, Scribner’s, London,1930
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Puritan&action=edit
http://www.asahi-net.or.jp/~vb7y-td