orl
MENDORONG KOMITMEN BAWAHAN
MELALUI KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF
Oleh:
FX.Supriyono.
Abstract:
LEADERSHIP plays a
rentnl
part in every organization, because it&termines
the achievetrqntof
the gpanization'sgoals.
Butwhat
kindsof
leadersttip,weneed today'and for the
futire?
The changein
the socialenuinnmenttwvads
the c{vil society
at
this moment. need tobe
anticipated with the pafticipate'style,a,ther than
autocntic
style of leader.ship. By orienting thelea&rship
towatds the human aspecfs, ff rs possrb/eto
that leader applyingtle
social'Skills tltatenable him/her creating the
enntional
quotient (EQ) thatis
very.'important"ntodayi
leaciershipPendahuluan
Suatu penelitian yang dilakukan
oleh The
StanfordResarch
lnstitutemenyatakan bahwa faktor kunci efektivitas kepemimpinan adalah terletak pada
bagaimana seorang pemimpin
befiubungan
secara harmonis dengan orang lain. Penelitian tersebut sekaligus mengungkap misteri keberhasilan para,pe-mimpin, yang dalam
hal ini
adalah para manajer perusahaandi
Jepang jikadibandingkan
dengan
par:a pemimpindi
Amerika sendiri. Secara
ringkas,,penelitian tersebut menyatakan bahwa: 88o/o faktor keberhasilan seorang
pe-mimpin, terletak pada hubungan interpersonal, sedangkan sisanya, yaitu 12Yo adatah terfetak pada pengetahuan profesionalrya (prcfessional
knowldge).
llustrasi tersebut,
selanjutnya mengantarpada
pembahasanutama
dalamtulisan ini, yaitu bagaimana corak kepemimpinan yang idealdimasa yang akan
datang, atau future leadership.
Substansi Teori-teori
K,gpemimpinan
:,
,
Jika
kita
membaca berbagai literatur
Manajemen maupun . PerilakuOrganisasi
(organizational Behavior) disana akan banyak dijumpai berloagaiteori kepemimpinan yang pemah dicetuskan orang. Mulai darj teori yang yang
paling sederhana, seperti teori'Ciri'
nya
Ralph Stogdil(tnit-theoies)
hinggateori
situasional'nyaKenneth Blancard (Hersey
&
Blanchard's Situasional Theory) yang sampai saat ini masih sangat populerdi
kalangan para praktisimanajemen. Sesungguhnya, teori-teori tersebut hendak berusaha mendeskrip-$kan bagaimana seorang leader dapat bekerja secara efektif, sehingga tujuan
organisasi dapat' dicapainya dengan antusiasme yang tinggi.
' Dosen tetapjwusan ManajemerL Fakultas Ekonomi LINPAR.
Teori
ciri, yang oleh
sementaraorang
dikatakan sebagaiteori
yang paling'tidak ilmiah', mengasumsikan bahwa seorang pemimpin sesungguhnya'dai
sononya'lelah
memiliki
karalderi5tik-karalderistik.tertentu yang
tidakdimiliki oleh orang kebanyakan. Misalnya, kita mengenat Mdrgaret Tnatiher, si wanita besi
dari
Inggris; Mahatma Gandhidari
India:
Nelson Mandela dariAfrika Selatan; JF.Kennedy; sampai Cgnggn Soekamo dari Indonesia. Mereka
itu dipandang memiliki
'anugerah'lllehiybng
berupa serangkaian karakteristilc karakteristik,baik
fisik
maupun non-fisik
yang tidak
dimiliki
oleh
orang kebanyakan.Ole!
karenateori itu
memiliki banyak ketemahan (imitationsj, maka lalu sering dipandang sebagaiteoriyang 'tidak ilmiah".selanjutnya, muncul berloagai
teori
kepemimpinanyang
lain. Namunkali ini, teori-teori
yang
muncul
lebih banyak bertotakdari
riset-riset ilmiah,sehingga
dapat dirunut
kebenaran-ilmlahnya.
Ambillah
contoh
teorikeperympinan Likert;
teori
lnnitiating structurcdari OHIO State
University;teon
Employee rentered and production centercd dari University of Mictrigan;teori
rrfie'ManageriaLGnds"
dari
Blake&
Jane s.Mouton, yahg semuanyaberorientasi pada segi perilaku (Behavior-approaches), serta berbagaiteori lagi
yang bersifat
kontingensi,mulai
dari temuan Fred Fiedler,
Vroom-yettonhingga Kenneth Blanchard. Sudah barang ter$u, teori-teori tersebut diatas,
tidak akan saya uraikan satu persatu disini, karena disamping akan memerlu-kan berlembar-lember halaman, juga akan sangat membdsankan dan kering. Untuk itu, tulisan ini hanya akan membahas substansidari teori-,teori tersebut.
Kalau diam-ati dengan cermat, berbagaiteori kepemimpinan yang ada, sesungguh.nya ha4yg membicarakan
2 hal
pokok, yaitu:teori
t<epehiri'pinanyang berorientasi pada
orang
(People entered), dan teori kepemimpinan-yang berorientasi peda pekerjaan (Jobltask oriented). Dua aspek'tersebutmaiing
masing mengandunq febgikan sekaligus kelemahan tersendiri.
Seorarigpimpinan
yang
berorientasipada jobgtasks,
cenderungakan
,bertele-tete;,pengh perhitungan serta pertimbangan; prosedural; curiga;tidak bijaksana dan Tnqg.rung akan mengawasi bawahannya secara ketatl Gaya kefremimpinan
lgmilian
hanya akan efektif dafamlangia
pendek, karenahimpirselalu'akan
diikuti dengan munculnya barisan
'sakil
hati' dariantara
para bawahannya. Dengan kata lain, meningkatnya produktivitas akan diikuti denganmen6gkk-nya'biaya sosial', yaitu berup_a runtuhnyra hubungan interpersoniatoengan-para
bawahan
atau
koleganya. sebariknya, seorang pimpinanyang
beLrientasi pada.hubungan manusiawi, atau istiEhnya peopte' ceitered
iLa,i
;;;d;g
bawahannya..sebagai
kofega, s€pagai
partn*
kerja yang
menyenangkan.Leader demikian cenderung rebih floksibel, memitiri
ioteiansi yang
tiliggi;fiendships; memitiki emphaty, sehingga para bawahan dapat
menlri,ia
r.F
mimpinannya (accepted).Dan,
untut<memacu prestasi
bawahan,ia
akanmenggunakan
bimbingan;
perhatian;
.motivasi
dan
pengukuhan (reinforcement).sebenamya tidak perlu jauh-jauh kita mencari teori kepemimpinan yang
ideal.
Ki ng{ja1
Dewantoro,telah
mengemukakancorak
perilaku'repemini-?lan
yang ideal untuk!q19sa
kita, yaitu-:tng
Ngarcosung'Tutadi;
ingM"dia
Mangun Karsa dan "Tut
wui
handayani'iylng
kurangdoin
artinya,ieora"ngorf
pemimpinakan
memberikan contohjika
ia
beradadi
depan;
memberikan dorongan atau motivasijika ia berada di tengah; dan mengarahkanlmendorong(perilaku) bawahannya
jika
ia
berada
dibelakang. PandanganKi
Hadjar tersebut,jika
kita terjemahkan dalam terminologi kepemimpinan saat ini, tidakberbecla halnya
dengan
kepemimpinan partisipatif. Dengan demikian, falsafah kepemimpinan ini, sesungguhnya memiliki nilai ilmiah yang tidak kalah dengan berbagaiteori
kepemimpinanyang
berasaldari
barat. Sayang sekali, parapemimpin, baik
di
institusi pemerintah maupun institusi swasta, kurang begitu tertarikuntuk
menerapkannyadalam
praktek kepemimpinannya sehari-hari,lantaran berbau kejawaan atau
pun
dipandangtidak ilmiah karena
f,dak terdapa dabm literatur barat.1:
Potret Pemimpin ldeal
Seperti diketahui bahwa
awal abad
21 ini
akan ditandai
Cengaiberbagai perubahan yang begitu mendasar sifetnya. Kehidupan .sosial'polilik masyarakat
yang
berubahi semakin besarnya partisipasi magyarakat dalam berbagai bidang kehidupan sosial-ekonomi; semakin meningkatnya kesadaran,: masyarakatakan
hak-haknyabaik
menyangkuthak
politik maupun
hakekonomi,
dan
sebagainya. Sebagai tangg.apandari
adanya dimmika,perrl-,',,.bahan
tersebul
berbagai organisasitelah
merubah orientasinyg.,$gri.,s€n=; tralisasi-ke
desentralisasi.(salah
satu
penrujudgn dari
desentralirsasi"tsbadalah otonomi daerah). Tentu
saja
perubahan ini tidak akan selalu be.rialan mulus,,melainkan
akan
berhadapan
dengan
bdrbagai kendala,
sepgrti.resrsfance
fo
change 'daii
para
anggota organisasi, maupun
kualitas" kepemimpinan.Pertanyahn
yang
selanjutnya muncul adalah, "seperti
apa
potretseorang pemimpin
yang
ideal?" Kiranya
pertanyaanini
pun tidak
akan,'menghasilkan
satu jawaban yang 'cespleng' alau dapat
memuaskan bagisemua
pihak.Oleh'sebab itu,
berbagai jawaban ya,ngdapat kita
temukandafam textbook; dalam jurnal atau pun dalam berba$ai forum diskusi hanya, akan bersifat normatif serta sangat erat kaitannya dengan dari sudut mana kita.
menganalisisnya; serta dalam konteks organisasi seperti apa.
Jawaban dari pertanyaan diatas, sesungguhnya tidak terlalu sulit untuk ditemukan. Kepemimpinan yang ideal adalah jikalau kepemimpinan tersebut dapat diterima (acceptable) dengan baik oleh bawahan. Permasalahannya se-karang adalah, bagaimana si pimpinan tsb dapat berperilaku tertentu sehingga
ia
dapat diterima denganbaik oleh
bavvahannya.Jika,Gus Dur'dapat
rhe-nampilkanperilaku
yang, akomodatif sebagaimanayang
diharapkeh oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, niscay,a permasalahannyertidAk akanmenjadi semakin ruwet sepedi saat ini. Dengan demikian, salah satu fondasi bagilkeefektilan kepemimpinan adalah fleksibilitas gaya kepemimpinan,
seperti
' halnya denganapa yang
dikemukakanoleh
Kenneth Blancharddan
Paul Hersey, dalam teori kepemimpinannya.Namun demikian, dalam realitanya, untuk menjadi seoreng pemimpin yang akomodatif, tidaklah sesederhana
itu.
Mengapa?Karena
hal tersebutbudaya;'dan semacamnya. Meskipun mereka mengetahui (kognisi)
4a
yengsebaiknya,dilakukan, tetapi belum tentu mereka.rnau melaksanakannya karena adanya 'nilai-nilai individu' tertentu yang yang'mendorong untuk tidak
melaku-kannya. Dan pengaruh ini demikian kuatnya, sehingga mewamai hampir setiap penlaku kepemimpinannya. Celakanya,
iika
pimpinan terEebuttittak
mampumemahami aspirasi,yang berkembeng
dibarah,
sefta tetap bersikukuh dengan nilai-nilainya,sendiri, dengan mengntakan'Saya yang benar,.dan kamu yangsalaff
maka
dapet,dipastikan kepamimptnanitu tidak akan dapat
diterimabarahan,
meskipun secara yuridisformal
ia
adalah pimpinannya(He
is
a
manager, but nota
teader)fndikator lain yang dapat dipakai untuk menilai
'acceptabilitf
seorangpimpinan,
adalah
muncuUtidaknyaantusiasme
para
bawahan
dalammelaksanakan
fungsinya
masing-masing.Antusiasme
ini
sangat
pentingkarena
menyangkut kesukarelaanberkurban
diri
untuk mencapai
tujuan bersama. Untuk menimbulkan antusiasme yang tinggi, bukan faktor uang sajayang
menentukan. Ambillahcontoh,
mdskipun perusahaantelah
menggajianda diatas rata-rata, tetapianda diperlakukan tidak adil, maukah anda bekeria dengan antusias?. Anda mungkin tetap bekerja, tetapi dengan disertai
keiler-paksaan. Seorang manajbr
yang
memilikijiwa
leadership, mampu memhtpln serta mengarahkan bawahm rnencapaitujuan dengan tanpa adanya perasaan terpaksa. Inilah yang sulii.Faktor kepercayaan atasan terhadap bawahan, juga merupakan aspek
yang
menentukan diterimaatau
dilolaknya kepemimpinan seseorang.'Adapepdah
ltuno
yang
menyatakbn,"Kalau
anda ingin dihargai orang
lain,hargailah orang
lain'.
Kiranya, pepatahitu
masihtetap
relevan, kapan pun juga. Akan tetapi, kenyataannya tidak mudah untuk melakukan hal tersebut,-seOaO
kepercayaan yang diberikan sembarangan, seringkalijustru dapat
mem-bahayakan oryanisasi. Dengan
begitu,
perilaku mempercayai
bavvahanmerupakan ketrampilan tersendid bagi setiap manajer, yang perlu dipelajari.
Apa implikasinya atas kepercayaan ataseft terhadap bawehan ini? Jika atasan menaruh kepercayaan kepada bawahan (tentunya dengan tr.dus hati), maka
respons bawahan
ikan
sangat posilif, sebaliknyajika
atasan penuh
kecu-dgaan,. maka respons yang terjadi akan sangat negatif. Respons yang positif
dari
bawahan, gelanjutnyaakan
diikuti dengan perilaku yang loyal terhadap atasan, dan pada gilirannya akan menimbulkan komitmen banaahan terhadaptuj uan organisasi, yan g perwuj udan nya adalah pen ingkatan prod u ktiWas.
Antara
lQ
dan
EQ
Te*adang, ddam
organisasi tertentu, faktorlQ
(intelegeae
quo$ent) menjadifaktor y€ng
dominanddam
proseo penentuan seorang pemimpin.Dengan begitu, seseor€rng yang dipandarg rnemiliki tingkat
intehgen$a
yang tinggi mempunyai peluang yang besar unluk menjadi pemimpin, baikditingkd
kelompok maupun ditingkat organisasi. Namun demikian, apakah haltersebut dapat diprtanggungjawabkan reliabilitasnya?
451
Suatu riset kepemimpinan menyatakan bahwa justru faktor EQ atau Emotionat Quotient, kiranya
lebih
dipandang penting dibandingkan dengan faktor lQ (intelegence guotienf). Hal ini karena faktor EQ bersentuhan langsungdengan kemampuan pemimpin
dalam
menciptakan pengaruh
terhadap bawahan. Dengan kata lain, seorang yang ber EQ tinggi, lebih mudah diterimabawahan karena sikapnya yapg cenderung lebih dulu 'menerima' bawahan.
Sebafiknya, seorang
yang ber lQ
tinggi, memiliki kecenderungan (meskipunada
pengecualiannya) merasa dirinya 'lebihpinta/ atau
lebih baik daripadapara bawahan mereka, sehingga sikap yang demikian akan diikutidengan
peri-laku yang, istilafr populernya adalah kesombongan. Sudah barang tentu, yqpg pa-ling diharapkan oleh semua orang adalah, memilikiseorang pemimpin yang,
disamping memilikiEQ yang tinggi, ia memiliki lQ yang tinggipula. Iniidealnya. Adapun komponen-komponen yang membentuk tinggi/rendahnya faktor
EQ seseorang, meliputi: Mawas diri; Pengendalian diri; Motivasi; Emphaty;
ser-ta
Ketrampilan. sosial.,Sernakin tinggi seseorang memiliki ke-S komponen EQtersebut, semakin tinggi pula peluang baginya untuk dapat mudah diterima oleh para bawahannya.
Mawas diri, menyangkut suatu pemahaman yang mendalam mengenai
,dirinya;i6ndiri,
seperti ernosinya; kekuatan serta kelemahannya; kebr{uhan (needs); serta dorongan diri sendiri. Seseorang yang dikatakan.'mawa$.difi', dapat diidentifikasikan misalnya melalui sikapnya yang selalu berterus terang iisertasargat
realistis dalam;'rnenilai didnya sendiri. Disamping itu;',baik,sikap{neupun';perilakunya
akan
merrcerminkansuatu
kepercayaandiri
terhadapsesuatu hal tertentu.
lni
semata-mata dikarenakania
selalu mengukur seilamenempatakan dirinya secara apa adanya.
Pengendalian diri, dapat diidentifikasikan dari kemampuannya
memb+
baskan dirinya darifaktor-faktor yang slfatnya'emosional. Saya berikan contoh
yang konkrit, jikalau para mahasiswa di.klas gaduh, dan tidak memperhatikan
dosen
yang
sedang
mengajar,
maka
,aeorang
dosen
yang
mgmi[ki pengendalian diri yang kuat tidak akan langsung memarahi mahasiswa tsb.,melainkan ia akan bertanya pada diri sendiri, apakah yang ia bicarakan dapat
dimengerti
oleh para
mahasiswa.Jika
seorangdosen dapat
menjelaskan materi kuliah dengan baik, niscaya para mahasicil,ya akan memperhatikan.Motivasi, merupakan dorongan yang dimiliki seseorang untuk berbuat "sesuatu.Dalam konteks kepemimpinan, motivasi disini lebih
dbrahkan
padabagaimana ia mampu mendorcng bawahannya serta mendorong dirinya sendiri
untuk
mencapaitujuan.
Dalamhal ini
kiranya perlu digaris bawahi, bahwasumber motivasinya lebih banyak berasal darifaktor intemalnya dibandingkan
dengan faktor ekstemalnya seperti
gaji
yang
besar serta fasilitas
yangmemadai.
Indikatoryang dapat dilihat
dari
pemimpin seperti
ilu,
adalahkecintaannya terhadap pekerjaannya. Dengan kata
lain,
ia memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaannya.Faktor
yang
seringkali
kurang
mendapat perhatian
di
banyak organisasi, adalah emphaty. Ini menyangkut kemampuan serta kemauanpim-pinan untuk memahami orang lain, yang dalam hal ini adalah para bawahan.
Tidak
sedikit pemimpin organisasiyang
memandang emphaty sebagai hal146
yang membuang{uang waktu dan tidak
menguntungkan. Sesungguhnya,pemimpin yang demikian tidak akan memperolch respect penuh daribawahan. Faktor
yang
tak
kalah
perrtingnyaadalah
ketrairipilansosial
lociat
shills). Dan faktorinijustru
merupakan dasardari
dimensidimensi EQ yanglain. Ketrampihn sosial, -msnyangk$.kemampuan seorang pemimpin
oilam
y1eryd9ta hubungan baik dengan
oibng Ein
birtuk mencapai tujuan tertentu.Untuk
itu,
segeorangyang
memiliki ketrampilan sosial yangtinggi,
mem1iki pemahama! y?ng baik terhadap'
individual differencesi yang oleh -karenanyaia,dapat
dilerima
oleh
berbagai _kalangan.Dan
aspir
innanyang akin
memungkinkan
ke-empatfahor
EQ
di
atas dapat
berfungsi sebagiimana mestinya.Penutup
Tidak dapat dpungkiri
lagi,
bahwa .keberhasilanorganisasi
dalam rygncapai tqiuannya, tidak dapat terlepas. dari peran kepemimplnan. Terlebihdalam situasi dimana terjadi perubahan-perubahan, baik
di
dalam lingkunganekstemal rnaupun lingkungan intemalnya.
coraugaya kepemimpinin
ying
otodter sudah harus. ditinggalkan
dan
berganti dengangaya
kepemimpinanyang lebih bergfientasi pada manusia.
.Meskipun
diakui
tidak
ada
deftnisi
yang pasti
menyangkut corak kepemimpinan yang paling ideal untult semua eiluasi, namuniecaia
normatifkita dapat menggambarkan bagaimana sosok pemimpin yang efektif tersebut.
Pengerlian efel<tif {igini hgndaknya tidak saja diukur Aari plncapaian hasit keda
an
sich,milainkan harus
puladikaitkan
dengan nilai-nilai manusiawiyari!
berupa perlingkatan harkat atau martabat manueia,.
untuk
ilq,
dipefukan seorang pemimpin
yang
disamprng memilikilgm3mp.uan .qlelegensia .yang tingE,
juga
memitiki ketrampitan sosiat yanglqqg
pula. Akhimya,penjadipemirnpii
yangdkenang
ua,vitran, alcansliatu
lebih,baik
dadpada gemjmpin.yang dikecarn bawahan, ketika
tidak
fagibercokol dikursi kepemimpinan**
tleftar
pustaka
Robbins,'s.
P.,
mo1.
oryanisational
Behavior,gn
ed.,
prentice
Flall Intemational,lnc. 2001.steers,
.
RM..et af,
1gg6. Motivafronand
Leadershipat work,6h
ed.McGrar
Hill lrrtemalionaleditions.'
Tyson,
s.
and
Jackson,T.,
1992.rDe
Essenceof
oryanisational Behavior,Prantice
llallsenes