• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Kelompok Syahadatain terhadap Nilai-nilai Toleransi di Banyumas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Persepsi Kelompok Syahadatain terhadap Nilai-nilai Toleransi di Banyumas"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

A

BSTRAK

Islam sebagai agama yang membawa rahmat sering tereduksi oleh dominannya penafsiran doktrin syari’ah oleh masing-masing kelompok ke-agamaan. Hanya karena mereka tidak saling komunikasi dan saling sila-turahmi, maka bila ada persoalan, sulit dicari jalan solusinya. Oleh karena itu ketika diajukan ide untuk membentuk forum silaturahmi intelektual dan sosial, secara umum mereka menyetujuinya.

Dalam pengembangan nilai-nilai toleransi, kelompok aliran Syaha-datain sangat toleran, baik dalam melakukan ibadah salat maupun dalam kehidupan sosial. Sebagaimana keberadaan kelompok aliran lainnya sep-erti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Al Irsyad, Islam, Salâfí maupun lainnya, mereka adalah saudara se-agama, karena mereka telah bersyaha-dat. Bahkan ketika jamaah Syahadatain melakukan tawasul dengan wirid membaca surat Al Fatihah, ditujukan kepada seluruh Shahabat, para ‘ula-ma, para guru mereka, dan semua orang yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat, dengan tanpa memandang mereka dari mana madzhabnya.

Kata kunci: Aliran, Syahadatain, Toleransi, Interpretasi, Forum Intelek-tual.

A

BSTRACT

The value of Islam as “rahmatan lil alamin” is often reduced by different interpretations on the doctrines of the shariah raised by various religious groups. However, when a problem arises among them, though they are

ac-WXDOO\ VR WROHUDQW PRGHUDWH GHPRFUDWLF DQG LQFOXVLYH LW LV TXLWH GLI¿FXOW

PERSEPSI KELOMPOK SYAHADATAIN

TERHADAP NILAI- NILAI TOLERANSI

DI KABUPATEN BANYUMAS

ABDUL ROHMAN

Dosen Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto e-mail: rohman_mudis@yahoo.com Naskah diterima tanggal: 13 Oktober 2011 Naskah disetujui tanggal: 24 Oktober 2011

(2)

for them to come up with solutions because of their lack of communication. Therefore, when an idea of establishing what is called as the “forum silatur-rahmi intelektual dan sosial” they generally agreed on such thought.

In terms of developing tolerance, the Syahadatain was so tolerant both in ritual and social domains. According to this group, other groups such as Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, al-Irsyad, Islam 6DOD¿ HWF DUH WKHLU

brothers because they have confessed as moslems. Even when this group re-cite al-Fatihah as a tawassul, they address the reward to the prophet’s com-panions, ulama’, their teachers and every people transferring knowledge to

WKHP LJQRULQJ DQ\ UHOLJLRXV JURXSV WKH\ DI¿OLDWH WR

Keywords: Cult, Syahadatain, Tolerance, Interpretation, Intellectual Fo-rum.

P

ENDAHULUAN

Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin pada dasarnya memiliki

ajar-DQ \ajar-DQJ XQLYHUVDO ÀHNVLEHO Gajar-DQ PDPSX GLWHUDSNajar-DQ SDGD VHWLDS ZDNWX Gajar-DQ

semua tempat. Ini artinya, ajaran Islam sebagai agama terakhir mampu men-embus ruang dan waktu. Namun pada kenyataannya, ajaran yang memiliki

QLODL NRVPRSROLW WHUVHEXW VHULQJ WHUHGXNVL ROHK GRPLQDQQ\D SHQDIVLUDQ GRN

-WULQ V\DUL¶DK ROHK XPDW ,VODP \DQJ ´WHUSHFDK´ GDODP EHUEDJDL DOLUDQ WHUX

-WDPD NHWLND GLKDGDSNDQ SDGD SHUEHGDDQ SHQDIVLUDQ SDGD NHKLGXSDQ VRVLDO

sehingga menjadikan sikap keagamaan para jamaah suatu kelompok tertentu sangat terbatas bila berinteraksi dengan kelompok aliran keagamaan lain. Sebaliknya, ketika mereka berinteraksi dengan kelompoknya sendiri, me-reka sangat akrab. Kondisi demikian dapat memicu tumbuhnya sikap-sikap

LQWROHUDQVL GDODP NHKLGXSDQ VRVLDO GDQ NHDJDPDDQ %DKNDQ EHEHUDSD NDVXV WHQWDQJ NRQÀLN VRVLDO \DQJ GLSLFX ROHK SHUEHGDDQ SHQDIVLUDQ VHULQJ WHUMDGL

dalam kehidupan masyarakat, sehingga dapat mengganggu persatuan warga dan bangsa. Oleh karena itu, upaya mewujudkan nilai-nilai toleransi, baik

se-FDUD LQVWLWXVLRQDO SHPLNLUDQ PDXSXQ DNWL¿WDV DPDOL\DK NROHNWLI DGDODK VD

ngat diperlukan.

Aliran keagamaan yang tumbuh di Indonesia demikian banyak. Ma-sing-masing aliran membawa ideologi keagamaan sendiri-sendiri yang meru-pakan hasil interpretasi dari pemahaman kelompoknya. Secara umum aliran kelompok keagamaan yang muncul dalam bingkai keagamaan Islam masih bernaung dalam ajaran Islam. Tetapi ketika dihadapkan pada kondisi-kondisi

ULLO GDODP NHKLGXSDQ VRVLDO NHDJDPDDQ \DQJ PHPEXWXKNDQ SHQDIVLUDQnãsh

DWDX D\DW PDND PXQFXO SHUEHGDDQ \DQJ VLJQL¿NDQ \DQJ GDSDW PHQJDNLEDW

-NDQ GDODP SHUMXDQJDQ PHODNVDQD-NDQ GRNWULQ GRNWULQ V\DUL¶DW PHQMDGL EHU -beda antara kelompok keagamaan yang satu dengan yang lainnya. Per-bedaan ini juga berpengaruh pada komitmen perjuangan dalam rangka menyebarkan kebenaran keyakinan ajaran Islam.

(3)

1DWD PHPHWDNDQ NHUDJDPDQ SHPLNLUDQ ,VODP GL ,QGRQHVLD NH

dalam 12 (dua belas) macam, masing-masing mempunyai ciri khas dan

karak-WHU VHQGLUL .HGXD EHODV PDFDP karak-WHUVHEXW DGDODK ,VODP )XQGDPHQWDOLV ,VODP 7HRORJLV 1RUPDWLI ,VODP (NVNOXVLI ,VODP 5DVLRQDO ,VODP 7UDQVIRUPDWLI ,VODP $NWXDO ,VODP .RQWHNVWXDO ,VODP (VRWHULV ,VODP 7UDGLVLRQDOLV ,VODP 0RGHUQLV ,VODP .XOWXUDO GDQ ,VODP ,QNOXVLI 3OXUDOLV 'DUL NHUDJDPDQ SH -mikiran tersebut dapat disimpulkan menjadi dua pe-mikiran yang berbeda atau bisa jadi berseberangan--yaitu antara corak pemikiran kaum tradisional-is dan corak pemikiran kaum moderntradisional-is. Setiap pemikiran dari semua aliran keagamaan memiliki nilai kelebihan dan kekurangan. Untuk itu tidak pada

WHPSDWQ\D GDQ WLGDN ELMDNVDQD MLND IDKDP SHPLNLUDQ \DQJ VDWX PHQJDQJJDS

paling unggul dan benar sedang pemikiran dari kelompok aliran keagamaan yang lainnya adalah keliru serta salah.

Persoalan yang muncul adalah ketika interpretasi setiap aliran keagamaan masing-masing mengaku paling benar, padahal hasil interpretasi tersebut sal-ing bertentangan dan kemudian tidak dapat dikompromikan. Apalagi hasil

SHQDIVLUDQ WHUVHEXW GLDNXLQ\D VHEDJDL GRNWULQ DJDPD \DQJ DSDELOD WLGDN GL

-ODNVDQDNDQ PHUHND PHUDVD EHUGRVD ,QLODK WLWLN UDZDQ GDUL VHEXDK SHQDIVLUDQ DJDPD \DQJ GDSDW PHQXPEXKNDQ NRQÀLN KRULVRQWDO GDODP NHKLGXSDQ PD -syarakat agama. Contoh-contoh riil antara lain adalah: pembakaran masjid milik kelompok aliran keagamaan tertentu, penyerangan terhadap kelompok aliran keagamaan yang dianggap sesat, provokasi untuk membenci kelompok aliran yang dianggap radikal, dan atau provokasi terhadap kelompok yang

di-DQJJDS VXND PHQ\HEDUNDQ DMDUDQ ELG¶DK

/HELK PHQJHULNDQ ODJL DGDODK EDKZD WLQGDNDQ SURYRNDVL XQWXN PHQXP -buhkan kebencian, penyerangan, dan atau pembakaran tempat ibadah itu dilakukan atas dasar doktrin agama, yakni jihad. Apabila semua aliran ke-agamaan meyakini apa yang dilakukannya adalah representasi dari jihad,

PDND NRQÀLN KRULVRQWDO WLGDN GDSDW GLKLQGDUNDQ ODJL .DUHQD VHPXD SHULODNX

tersebut telah merasa sesuai dengan missi Tuhan.

Maka benar apa yang dikatakan Jalaludin Rahmat yang dikutip oleh

0XKVLQ -DPLO EDKZD DJDPD DGDODK NHQ\DWDDQ WHUGHNDW GDQ VHNDOLJXV PLVWHUL WHUMDXK %HJLWX GHNDW LD VHQDQWLDVD KDGLU GDODP NHKLGXSDQ NLWD VH

-KDUL -KDUL EDLN GL UXPDK NDQWRU PHGLD SDVDU GDQ GL PDQD VDMD %HJLWX PLV -terius, ia sering menampakkan wajah-wajah yang tampak berlawanan, yakni memotivasi kekerasan tanpa belas kasih, pengabdian tanpa batas, mencip-takan gerakan massa paling kolosal dan memekikkan perang paling keji.

Kemudian ketika melihat laporan dari United Nation Support Facility to

,QGRQHVLDQ 5HFRYHU\ 816),5 \DQJ EHUMXGXO 3DWWHUQV RI &ROOHFWLYH 9LROHQFH LQ ,QGRQHVLD PHQXQMXNNDQ EDKZD WLQJNDW WLQJJLQ\D NHNHUDVDQ NR

-PXQDO GL ,QGRQHVLD \DNQL PHQFDSDL DQJND 'DODP SHULVWLZD NHNHUDVDQ

itu, kekerasan antar agama maupun di dalam agama yang sama, dengan aliran atau kelompok yang berbeda merupakan jenis kekerasan yang paling banyak

(4)

Kondisi seperti tersebut adalah suatu kenyataan yang terjadi di bumi

SHUWLZL WHUPDVXN GL ZLOD\DK ZLOD\DK NDEXSDWHQ VHSHUWL %DQ\XPDV *HVHNDQ NHWHUVLQJJXQJDQ NHWHJDQJDQ NHNHUDVDQ GDQ NRQÀLN \DQJ GLSLFX ROHK NHORP -pok aliran keagamaan merupakan pemandangan yang sering terjadi. Islam

\DQJ XQLYHUVDO LQNOXVLI WROHUDQ GHPRNUDWLV GDQ PHQMXQMXQJ WLQJJL QLODL QLODL NHDGLODQ WHODK GLIDKDPL ROHK NHORPSRN NHORPSRN DOLUDQ NHDJDPDDQ PHQMDGL

Islam yang lokal, sempit, kaku dan keras. Dengan demikian Islam sebagai

DJDPD \DQJ UDKPDWDQ OLO ¶DODPLQ NDVLK VD\DQJ EDJL VHOXUXK LVL DODP VHPHVWD

belum memberikan keberdayaannya dalam ranah yang lebih nyata.

Potret seperti itulah menjadi urgen untuk mengkaji dan mengembangkan nilai-nilai toleransi yang ada dalam kelompok aliran keagamaan Islam yang

GLGDVDUNDQ SDGD GDWD DNXUDW \DQJ GLDZDOL GHQJDQ PHQ\XVXQ SUR¿O DOLUDQ NHDJDPDDQ VHSHUWL VHMDUDK EHUGLULQ\D WXMXDQQ\D DNWL¿WDVQ\D GDQ MDULQJDQ

yang dimilikinya serta karakteristik dan komitmen aliran keagamaan, seperti

PRGHUDVL GHPRNUDVL WROHUDQVL MLKDG GDQ NRPLWPHQ V\DUL¶DKQ\D

I

SLAMDAN

N

ILAI

-

NILAI

T

OLERANSI

+LODQJQ\D VLNDS WROHUDQVL SDGD NHORPSRN DOLUDQ NHDJDPDDQ GDODP NH -hidupan sosial dapat melahirkan ketegangan, pertentangan, kekakuan,

dis-KDUPRQL GDQ NRQÀLN EDLN WHUKDGDS NHORPSRN DOLUDQ VHDJDPD PDXSXQ OLQWDV DJDPD 0HQXUXW &OLIIRUG *HHUW] IDNWRU \DQJ GDSDW PHPSHUWDMDP SHUWHQWDQ

-JDQ NRQÀLN DGDODK DGDQ\D SHUEHGDDQ LGHRORJL \DQJ PHQGDVDU NDUHQD UDVD

tidak senang terhadap nilai-nilai kelompok-kelompok lain, adanya perbedaan dan makin meningkatnya mobilitas status yang cenderung memaksakan kon-tak di antara individu-individu dan atau kelompok-kelompok, dan makin

in-WHQVLIQ\D SHUMXDQJDQ SROLWLN \DQJ FHQGHUXQJ PHQ\XEXUNDQ SHUEHGDDQ DJDPD GHQJDQ NHSHQWLQJDQ SROLWLN -DPLO

.HPXGLDQ 5XVPLQ 7XPDQJJRU PHQ\DWDNDQ EDKZD WHUMDGLQ\D NRQÀLN GDODP NHKLGXSDQ PDV\DUDNDW GL ,QGRQHVLD EXNDQ VDMD GLVHEDENDQ

oleh kerapuhan persatuan dan kesatuan warga masyarakat, tetapi juga dise-babkan oleh heterogenitas dalam satuan kebudayaan dengan kepentingan konspirasi kelompok-kelompok tertentu (termasuk agama) di dalam negeri dan di luar negeri.

0DKHQGUDGDWD WRNRK 3HPEHOD 0XVOLP NHWLND PHQDQJJDSDL NRQÀLN KR ULVRQWDO \DQJ WHUMDGL GL &LNHXVLN 3DQGHJODQJ %DQWHQ PHQ\DWDNDQ EDKZD NH -jadian tersebut disebabkan kelompok Ahmadiyah tidak mau mematuhi Surat

.HSXWXVDQ %HUVDPD 6.% 7LJD 0HQWHUL \DQJ PHPHULQWDKNDQ DJDU VHPXD

penganut dan pengurus Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) menghentikan

VHPXD NHJLDWDQ \DQJ WLGDN VHVXDL GHQJDQ SHQDIVLUDQ DJDPD ,VODP SDGD XP

-XPQ\D 6XDUD 0HUGHND

Dengan demikian, munculnya ketegangan, disharmoni, dan atau

kon-ÀLN EHUDQJNDW GDUL EHUEJDL IDNWRU EDLN GDUL DJDPD VRVLDO HNRQRPL EXGD\D

politik, maupun hegemoni penguasa. Salah satu cara untuk menanggulangi persoalan-persoalan tersebut adalah upaya memunculkan pemikiran, sikap,

(5)

tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai toleransi.

.LPEDOO <RXQJ W W PHQ\DWDNDQ NHWLND EHUELFDUD PHQJHQDL LQWHUDNVL VR -sial sebagai bentuk akomodasi, maka toleransi merupakan suatu bentuk

ako-PRGDVL WDQSD PHQJJXQDNDQ SHUVHWXMXDQ \DQJ IRUPDO %HUEHGD GHQJDQ .XU

-VLI \DQJ SURVHVQ\D GLODNVDQDNDQ ROHK NDUHQD DGDQ\D SDNVDDQ GDQ ELDVDQ\D

salah satu pihak berada dalam posisi yang lemah, atau Kompromi, di mana pihak yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.

Melihat persoalan sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat demikian kompleks, maka pengembangan nilai-nilai toleransi dalam rangka memuncul-kan kehidupan yang damai, nyaman, harmonis, setara dan adil lebih memung-kinkan dari pada pengembangan melalui cara lainnya. Soerjono Soekanto,

PHQ\DWDNDQ EDKZD WROHUDQVL PHUXSDNDQ VDODK VDWX IDNWRU \DQJ PHPSHUPX

-GDK WHUMDGLQ\D DVLPLODVL GDODP NHKLGXSDQ VRVLDO 6RHNDQWR

7ROHUDQVL VHEDJDL VLNDS PDQXVLD VHPHVWLQ\D PXQFXO EXNDQ NDUHQD IDN -tor keterpaksaan, tetapi benar-benar muncul dari kesadaran hati yang paling dalam. Sikap inilah yang menjadi landasan utama bagi terciptanya wadah ber-sama bagi kelompok aliran agama. Sebab perbedaan interpretasi dari kelom-pok aliran keagamaan yang masing-masing mengakui memiliki kebenaran

±EDKNDQ PHQJDNXLQ\D VHEDJDL SDOLQJ EHQDU± NHPXGLDQ VDOLQJ EHUWDEUDNDQ PDND EXNDQ MDODQ IRUPDO VHSHUWL SHQJDGLODQ KHJHPRQL SHQJXDVD XQWXN

menghanguskan eksistensinya, tetapi jalan negosiasi, melalui pendekatan hati, pengembangan nilai-nilai toleransi jauh lebih elegan. Karena

perten-WDQJDQ LQWHUSUHWDVL \DQJ GDSDW PHPXQFXONDQ NRQÀLN SDGD KDNLNDWQ\D SHUEH

-GDDQ SHQDIVLUDQnãsh yang suci, sehingga cara-cara penyelesaianpun hendak-nya dilakukan dengan cara-cara yang suci pula.

Islam sebagai ajaran yang universal, dan banyak nãsh\DQJ VLIDWQ\D XPXP

serta tidak applicatedSDGD SHUVRDODQ VRVLDO \DQJ VLIDWQ\D VDQJDW RSHUDVLRQDO

memunculkan problem tersendiri. Masalah inilah yang sering memunculkan

NHWHJDQJDQ GDQ NRQÀLN GDODP NHKLGXSDQ GDQ SHUJDXODQ VRVLDO

Menghadapi persoalan-persoalan tersebut, kiranya diperlukan suatu

NHJLDWDQ \DQJ VLIDWQ\D UDVLRQDO QDPXQ PHPLOLNL VHQWXKDQ NHFHUGDVDQ KDWL

dalam mengambangkan nilai-nilai toleransi, moderasi, demokrasi, kesetara-an dkesetara-an keadilkesetara-an di kesetara-antara kelompok alirkesetara-an keagamakesetara-an ykesetara-ang didasarkkesetara-an pada interpretasi nash agama. Kepentingan bersama lebih diagungkan dan didahu-lukan. Silaturahim intelektual, baik melalui seminar, diskusi, tukar pendapat yang dilakukan dengan hikam dan nasihat yang baik merupakan sisi yang dapat dijadikan langkah aplikasi dalam mewujudkan nilai-nilai tasamuh demi

NHSHQWLQJDQ XPDW OLKDW 4 6 $Q 1DKO 'DODP SURVHV PHQGDKXOXNDQ NH -pentingan bersama ini ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pedoman.

Pertama, bahwa setiap manusia memiliki hak untuk melaksanakan

aja-ran Islam secara total. Kedua, kebenaran interpretasi manusia terhadap nãsh

(6)

perbedaan interpretasi merupakan wacana intelektual yang menakjubkan.

0XQFXOQ\D NLWDE 0DG]DKLEXO $UED¶DK LQWHUSUHWDVL DJDPD PHQXUXW PDG

-]KDE \DNQL ,PDP +DQD¿ 0DOLNL 6\D¿¶L GDQ +DPEDOL NDU\D $EGXUUDKPDQ

al-Jujairi, merupakan bukti tentang adanya perbedaan interpretasi dalam

SHUVRDODQ DJDPD GDQ VRVLDO +DO LQL QDPSDN MHODV NHWLND SDUD ,PDP WHUVHEXW PHQ\DPSDLNDQ DNDQ UHODWLIQ\D SHQGDSDW \DQJ GLNHPXNDNDQQ\D ,PDP $EX +DQLIDK EHUNDWD ´6D\D WDKX LQL VXDWX SHQGDSDW GDQ DGDODK SHQGDSDW \DQJ

terbaik yang saya dapati. Siapa yang menemukan pendapat lain, terserahlah ia punya pendapatnya sendiri dan saya juga punya pendapat sendiri

(Mah-PDVVDQL

.HPXGLDQ ,PDP 6\D¿¶L EHUNDWD ´3HQGDSDWNX EHQDU WHWDSL PHQJDQGXQJ

kemungkinan salah, sedangkan pendapat orang lain salah tetapi mengandung

NHPXQJNLQDQ EHQDU 4DUGKDZL 'HQJDQ GHPLNLDQ VDQJDW WLGDN ELMDN ±EDKNDQ DKLVWRULV± DSDELOD VHVHRUDQJ PHQJNXOWXVNDQ DWDX PHPXWODNNDQ VXDWX PDG]KDE WHUWHQWX SDGDKDO SHQGLULQ\D VHQGLUL PHUHODWLINDQQ\D DSDODJL

kemudian ia membelanya secara membabi buta.

0HQXUXW *XV 'XU KWWS ZZZ JXVGXU QHW NHWLND ,VODP GLIDKDPL GDODP

konteks pribadi, baik religius maupun sosial, itu sebagai kebenaran yang di-peroleh atas dasar keyakinan bukan pengalaman. Kadar penghormatan ter-hadap Islam seperti ini ditentukan oleh banyaknya orang yang melakukan-nya sebagai keharusan dan kebenaran. Adamelakukan-nya kesadaran untuk menghargai penghayatan Islam sesama yang lain, yang berbeda dari penghayatan Islam pribadinya. Inilah yang menumbuhkan sikap toleransi dan pengakuan akan pluralitas Islam itu sendiri.

Agama secara utuh memang sebagai petunjuk bagi manusia, hudan lin

nãs. Abdurrahman dengan mengambil pendapat Weber, menyatakan bahwa

GDODP VRVLRORJL DJDPD VHODLQ EHUIXQJVL VHEDJDL DODW OHJLWLPLDVL MXJD EHUIXQJ -si kontrol secara kritis, apabila mampu independen dari struktur yang mung-kin menjeratnya. Sebab dalam setiap perkembangan sosial, kemungmung-kinan la-hirnya struktur yang menjebak agama itu tetap ada, kendati mulanya agama menjadi pemrakarsa perubahan itu sendiri (Abdurrahman, 1995).

Kemudian Abdurrahman menambahkan, bahwa Islam yang kita peluk di-yakini sebagai agama yang mengajarkan kebenaran yang absolut, seolah-olah hanya kita sendiri pemilik kebenaran. Seharusnya, tatkala meyakini kebenar-an mutlak hkebenar-anya ada di tkebenar-angkebenar-an Tuhkebenar-an, maka secara implisit harus mengakui tentang kenisbian diri kita dalam menangkap kebenaran Tuhan. Karena

me-PDQJ NDSDVLWDVQ\D VHEDJDL PDQXVLD \DQJ UHODWLI EXNDQ 7XKDQ VHKLQJJD NLWD KDUXV WROHUDQ GDODP PHOLKDW VHWLDS SHUEHGDDQ \DQJ UHODWLI LWX 2OHK NDUHQD

itu, tak sepantasnya jika dalam kehidupan masyarakat ada sekelompok aliran agama yang merasa memonopoli kebenaran dan kemudian memaksakan ke-pada orang lain atas nama Tuhan (Abdurrahman, 1995).

.HORPSRN DOLUDQ NHDJDPDDQ ,VODP GL .DEXSDWHQ %DQ\XPDV PHPEHULNDQ

pandangan bahwa toleransi itu perlu diaplikasikan dalam kehidupan nyata, bukan hanya sekedar teori. Saling menghormati dalam beribadah,

(7)

menghor-mati peribadatan dilakukan di masjid-masjid yang dibangun oleh kelompok masing-masing, memperbolehkan kelompok lain untuk melakukan periba-datan (salat) di masjid kelompok lain. Dalam kerangka menjaga nilai-nilai toleransi antarkelompok keagamaan Islam inilah diperlukan suatu wadah

\DQJ GDSDW GLMDGLNDQ PHGLD VLODWXUDKPL LQWHOHNWXDO %DKNDQ NHPXGLDQ PHU -eka menyetujui wadah tersebut yang diberi nama ”Forum Silaturrahmi In-telektual dan Sosial”. Dalam hal ini, aliran Syahadatain termasuk yang ikut

PHQ\HSDNDWL NHEHUDGDDQ IRUXP WHUVHEXW

'HQJDQ SHPDKDPDQ ,VODP \DQJ OHELK NRVPRSROLW NRPSUHKHQVLI GDQ

universal, kiranya Islam tetap dapat memberikan peluang besar dan dapat menjadi pembimbing dalam menginternalisasikan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai toleransi yang dikemas dan kemudian dis-osialisasikan melalui wadah Forum Silaturahmi Intelektual tersebut menjadi nilai dasar yang menjadi acuan bagi munculnya kehidupan yang harmonis, demokratis, moderat, adil dan setara. Sebab Forum Silaturahmi Intelektual ini menjadi media bagi pengembangan nilai-nila toleransi antarkelompok ali-ran keagamaan.

P

PROFIL

K

ELOMPOK

K

EAGAMAAN

S

YAHADATAINDI

B

ANYUMAS

'DODP PHQJXQJNDS SUR¿O NHORPSRN DOLUDQ NHDJDPDDQ 6\DKDGDWDLQ LQL

tidak secara detail ke akar-akarnya. Namun hanya berkisar pada sisi sejarah

EHUGLULQ\D DWDX PDVXNQ\D NH ZLOD\DK .DEXSDWHQ %DQ\XPDV NHSHQJXUXVDQ -nya, jaringan-nya, tujuan pendirian-nya, karakteristiknya dan konsep toleran-sinya. Dengan demikian, pengungkapan aliran tersebut hanya secara global, tetapi tidak mengurangi kejelasan mengenai eksistensi aliran tersebut di

ZLOD\DK .DEXSDWHQ %DQ\XPDV

Sejarah Berdirinya

Kelompok Syahadatain adalah suatu aliran keagamaan Islam yang ap-likasi peribadatannya lebih mengarah pada tareqat. Para jamaahnya masih kental dengan model-model perilaku keagamaan yang dilakukan kelompok Nahdlatul Ulama. Kelompok ini mempunyai anggota jamaah seperti kelom-pok-kelompok aliran agama Islam lainnya. Dalam kaitan dengan keberadaan-nya, maka dapat diungkapkan sebagai berikut:

Organisasi ini berdiri sudah sejak lama. “Pendirinya biasa kami sebut dengan Abah Umar,” ungkap Ahmadi (Sekretaris organisasi wilayah

Kabu-SDWHQ %DQ\XPDV 2UJDQLVDVL LQL EHUSXVDW GL GDHUDK &LUHERQ GHQJDQ VHRUDQJ NHWXD XPXP \DQJ EHUQDPD 'U $EGXUUDKPDQ 'L ZLOD\DK .DEXSDWHQ %DQ\X -mas Syahadatain mempunyai basis anggota di wilayah Kecamatan Purbadana, suatu daerah yang beradada di pinggiran timur-utara (tenggara) dari pusat

NRWD 3XUZRNHUWR .HORPSRN DOLUDQ LQL PHPLOLNL DQJJRWD VHNLWDU RUDQJ

lebih.

(8)

sebagai berikut:

Ketua : Imam Nadi

Sekretaris : Drs. Ahmadi

Dalam pemilihan kepengurusan organisasi ini mempunyai mekanisme yang sangat unik, yakni mereka tidak menggunakan sistem pemilihan dalam memilih ketua umum, namun menekankan pada garis keturunan dari pendiri.

Ada nuansa semacam kerajaan. Tetapi bukan karena unsur nasabiyah yang

ditekankan, hanya karena organisasi ini masih baru, sehingga orang yang

merasa lebih memiliki (sense of belonging) dalam kaitan tanggung jawab

un-tuk mengembangkannya, baik secara institusional maupun dari sisi kuanti-tas anggotanya, maka kepengurusan dilakukan oleh keturunan dari pendiri. Walaupun kemudian diakui bahwa berkembangnya aliran ini juga tergantung pada masing-masing individu jamaah Syahadatain di tiap-tiap daerah dan ti-dak ada mandat secara resmi dalam menyebarkan aliran ini. Sementara itu agenda tingkat nasional biasa mereka lakukan 2 (dua) tahun sekali, terutama untuk menyambung tali silaturahmi di tiap-tiap daerah yang ada.

Karakteristik Anggota Syahadatain

Aliran Syahadatain mempunyai ciri khas dan karakter tersendiri jika dibandingkan dengan aliran-aliran kegamaan Islam lainnya, terutama dalam berpakaian ketika akan melaksanakan ibadah salat di masjid. Adapun ciri-ciri khas tersebut adalah:

1. Dalam kehidupan sehari-hari mereka seperti pada umumnya orang Islam. Tetapi ketika mereka melakukan salat wajib berupaya untuk memakai gaun yang serba putih.

2. Kelompok ini lebih berorientasi kepada pendalaman ibadah, sehingga setelah melaksanaan ibadah wajib, mereka membaca surat Al-Fatihah

yang dijadikan sebagai washilah kepada para Nabi. Para sahabat (yang 4),

para tabiin, para ulama yang telah memberikan ilmu kepada mereka, dari tingkat terdahulu sampai sekarang.

3. Para jamaah biasanya mengadakan tawasul sebulan sekali. Tawasul adalah suatu kegiatan membaca surat Al-Fatihah yang dipersembahkan kepada para malaikat, para Nabi, para ulama, dan para guru mereka. Dalam arti

DNWL¿WDV WDZDVXO LQL MXJD GDSDW EHUDUWL VHEXDK EHQWXN SHQJDMLDQ \DQJ GL -lakukan di rumah-rumah anggota. Pada saat bulan suci Ramadhan,

mer-eka melakukan kegiatan kumpul bersama, tahajud, membaca asma’ul

husna di masjid.

Konsep Toleransi

Kelompok Syahadatain mempunyai pandangan yang identik dengan alir-an agama Islam pada umumnya, meskipun dengalir-an persepsi yalir-ang agak ber-beda. Ada beberapa interpretasi mereka dalam konsep toleransi, yaitu: 1. Makna toleransi menurut Syahadatain adalah lebih kepada “tujuan sama

(9)

namun kendaraan berbeda,” ucap Imam (Ketua). Syahadatain

menghar-JDL DOLUDQ ,VODP \DQJ ODLQ %DJL PHUHND EDWDVDQ WROHUDQVL DQWDU XPDW EH -ragama terletak pada syahadat. Siapapun yang telah bersyahadat adalah saudara se agama. Mereka adalah saudara seagama yang apabila melaku-kan ibadah salat berjamaah, kelompok Islam Syahadatian diperbolehmelaku-kan makmum di belakangnya.

2. Sikap mereka terhadap Ahmadiyah, ialah memandang akan lebih baik

PHQJHPEDOLNDQ SHUPDVDODKDQ LWX SDGD $O 4XU¶DQ GDQ $O +DGLVW $UWL -nya, segala sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan umat dan keadaan aliran-aliran umat beragama yang ada, tidak dengan kekerasan apalagi melakukan hal-hal yang anarkis. Namun rincian pandangan

men-JHQDL GHWDLOLWDV $O 4XU¶DQ PDXSXQ $O +DGLWV GDODP PHQFDUL VROXVL SHUVR

alan Ahmadiyah mereka tidak menerangkan secara jelas.

0HQXUXW 3URI 'U 0XVWD¿G VHEDJDL .HWXD 6\DKDGDWDLQ -DZD 7HQJDK WROH

ransi yang perlu dijaga adalah toleransi yang dilakukan secara internal ter-lebih dahulu. Interpretasi di antara jamaah harus sama. Jangan sampai di

DQWDUD MDPDDK VHQGLUL PDVLK EHUEHGD +DO LQL VHSHUWL NHWLND MDPDDK 6\D -hadatain melakukan ibadah salat hendaklah memakai pakaian berwarna putih. Ini kita melaksanakan sunnah. Siapapun yang melaksanakan salat dengan warna putih, sudah barang tentu semua kelompok agama itu akan menyatakan sunnah. Kemudian bentuk toleransinya adalah ketika orang lain memakai warna lain. Kita tidak boleh menyatakan bahwa mereka salatnya tidak sah. Dalam hal ini, yang penting adalah memenuhi syarat

GDQ UXNXQQ\D VHSHUWL PHQXWXS DXUDW %LOD VHVHRUDQJ GDODP PHODNXNDQ

ibadah salat belum memakai pakaian warna putih, jangan dipandang bah-wa mereka itu berbeda, apalagi keliru, tetapi mereka hendaklah dipandang

WHODK PHPHQXKL V\DUDW UXNXQ VXDWX V\DUL¶DW ,QLODK VHEDJDL EHQWXN WROHUDQVL

yang dijalankan aliran Syahadatain.

4. Ketika bergaul dengan orang lain, kita harus bersikap toleran. Sebab dalam kaitan hidupn dan bergaul dengan kelompok lain, maka hal ini dipersep-sikan sebagai perwujudan sisi hidup kemasyarakatan. Dalam berinteraksi sosial tidak ada batasan untuk berhubungan, sebab setiap manusia adalah makhluk Allah. Mereka telah dimuliakan oleh Penciptanya.

Melihat persepsi kelompok aliran Syahadatain terhadap nilai-nilai tole-ransi yang dikemukakan menunjukkan bahwa pandangan mereka pada um-umnya identik dengan pandangan aliran-aliran Islam yang sudah mapan, se-perti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Tetapi bukan berarti keberadaan

PHUHND WLGDN PHPSXQ\DL SHUVRDODQ +DO LQL OHELK GLVHEDENDQ ROHK VLPERO

simbol yang dikenakan para jamaahnya ketika akan melakukan ibadah salat dengan baju gamis yang serba berwarna putih. Wirid yang berupa tawasul dengan membaca surat Al-Fatihah dan dikhidmatkan kepada para guru atau ulama, tetapi juga kepada para nabi maupun para malaikat.

Kegiatan-kegiatan tersebut meski tidak menggangu orang lain, karena mereka melakukannya bersama para anggotanya, tetapi orang Islam lainnya

(10)

yang tidak sejamaah memandangnya sebagai suatu kegiatan ibadah “yang

DQHK´ +DO LQL SHUQDK GLXQJNDSNDQ ROHK VHRUDQJ ZDUJD \DQJ KLGXS GL VHNL -tar masjid, yang menjadi tempat ibadah aliran Syahadatain. Ia menyatakan bahwa aliran Syahadatain dalam beribadah itu aneh, apakah orang beribadah

KDUXV PHPHNDL JDPLV VHUED ZDUQD SXWLK" .HPXGLDQ VHKDELV VDODW MDPDDK

(terutama salat magrib) mereka tidak mau pulang, tetapi tetap di masjid dan wirid dengan membaca Al-Fatihah yang lama sekali, sampai waktu salat isya

WLED 0HVNLSXQ SDQGDQJDQ LQL WLGDN EHUGDPSDN QHJDWLI WHUKDGDS NHEHUDGDDQ

jamaah kelompok Syahadatain, tetapi setidak-tidaknya pandangan tersebut

menjadi sinyal adanya orang dari kelompok lain yang tidak legawa (Jawa)

atau tidak ikhlas menerima adanya kelompok Syahadatin.

P

ENUTUP

Keberadaan kelompok keagamaan dalam Islam seperti Nahdlatul Ulama,

0XKDPPDGL\DK $O ,UV\DG ,VODP -DPDDK -DPDDK 6DOkIt EDJL DOLUDQ 6\DKD -datain tidak ada masalah. Mereka adalah saudara seagama, karena mereka

WHODK EHUV\DKDGDW %DKNDQ NHWLND PHUHND PHODNXNDQ WDZDVXO GHQJDQ ZLULG

membaca surat Al Fatihah, dan ditujukan kepada seluruh Shahabat, para ‘ula-ma, para guru mereka, dan semua orang yang telah memberikan ilmu yang

EHUPDQIDDW PDND MDPDDK NHORPSRN 6\DKDGDWDLQ WLGDN PHPDQGDQJ PHUHND GDUL PDQD PDG]KDEQ\D \DQJ SHQWLQJ PDVLK EHUDGD GDODP IUDPH ,VODP

6LNDS SRVLWLI NHORPSRN 6\DKDGDWDLQ WHUKDGDS NHORPSRN NHDJDPDDQ ODLQ -nya dalam toleransi juga ditunjukan dalam pengembangan nilai-nilai toler-ansi kelompok keagamaan Islam lainnya terhadap kelompok Syahadatain, baik dalam melakukan ibadah salat dan peribadatan lainnya maupun dalam interaksi kehidupan sosial. Namun demikian, karena kelompok Syahadatain

memiliki simbol-simbol tertentu dalam melakukan ibadah mahdhah

teruta-ma dalam shalat dengan berpakain gamis putih berseorban, teruta-maka sering di-anggap aneh oleh warga masyarakat yang bukan anggotanya.

Melihat perkembangan aliran kelompok keagamaan yang semakin ban-yak dan pada beberapa wilayah terjadi gesekan yang mengarah pada rapuh-nya nilai-nilai solidaritas dan pudarrapuh-nya bentuk-bentuk toleransi, maka

mun-FXOQ\D IRUXP VLODWXUDKLP LQWHOHNWXDO \DQJ GLJDJDV ROHK LQWHOHNWXDO PXVOLP GDQ WRNRK DJDPD PHQMDGL SHQWLQJ +DO LQL EXNDQ VDMD VHEDJDL PHGLD VLODWXUD -him, memadu kasih sayang antarsesama, namun juga sebagai media untuk

PHQMHODVNDQ WHQWDQJ NHEHUDGDDQ GDQ VHOXN EHOXN GDUL VXDWX NHORPSRN DOLU

an keagamaan yang ada di tengah kehidupan masyarakat, sehingga masing-masing kelompok saling memahami tentang pandangan, ideologi dan atau perilaku keagamaan yang menjadi bingkai eksistensi perjalanan hidupnya.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Moeslim. 1995. Islam Transformatif. Jakarta: Pustaka

Fir-daus.

-DPLO 0XNKVLQ Agama-agama Baru di Indonesia <RJ\DNDUWD 3XVWD -ka Pelajar.

0DKPDVVDQL 6KREL )LOVDIDW +XNXP ,VODP 'LWHUMHPDKNDQ ROHK 6XGMR QR $KPDG %DQGXQJ 37 $O 0D¶DULI

1DWD $EXGLQ Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia. Jakarta:

37 5DMD *UD¿QGR 3HUVDGD

4DUGKRZL <XVXI *HUDNDQ ,VODP $QWDUD 3HUEHGDDQ \DQJ 'LEROHKNDQ GDQ 3HUSHFDKDQ \DQJ 'LODUDQJ 'LWHUMHPDKNDQ ROHK 5D¿T $XQXU -DNDU -ta: Robbani Press.

6RHNDQWR 6RHUMRQR Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Ra-jawali.

<RXQJ .LPEDO WW Social Cultural Process. Dalam Sumarjan, Selo Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Media cetak:

+DULDQSuara Merdeka )HEUXDUL

Website:

KWWS ZZZ JXVGXU QHW 2SLQL 'HWDLO "LG KO LG /$.80B',18.80B :$B /,<$B',1,

Referensi

Dokumen terkait

Disertasi dengan judul PERGESERAN PEMAHAMAN DARI MISI KEUMMATAN DAN KEMUSLIMATAN KE POLITIK PRAKTIS (Studi pada Warga Muslimat Nahdlatul Ulama [NU] di Kabupaten

yang didominasi oleh kelas pendek yang diduga dimanfaatkan spesies tersebut untuk memperoleh mangsa yang berada di tajuk dari permukaan tanah (terestrial) maupun dari

Walaupun pada Gambar 9, ikatan serat ijuk dengan matriks poliester sangat kurang, tetapi bila dibandingkan dengan serat pisang, serat ijuk lebih memiliki kekuatan yang lebih

Perbedaan yang jelas antara ketentuan yang ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik dengan Buku ke III Kompilasi Hukum

Dengan menggunakan tingkat kemiskinan sebagai target intervensi dan angka partisipasi murni (APM) sebagai salah satu indikator utama dibidang pendidikan pada jenjang

Model topologi yang digunakan pada pengujian kali ini adalah dengan satu buah laptop yang berfungsi sebagai server,ponsel sebagaia klien, Model ADSL yang dikonfigurasi agar

[r]

Salah satu faktor yang mempengaruhi behavior intention yaitu Service quality dianggap sebagai alat yang penting dalam dunia pendidikan dimana service quality yang baik dalam