• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

DISUSUN OLEH TIM

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013

(2)

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... 2

Pendahuluan ... 3

Pelajaran 1. Asuhan Kebidanan Komunitas Berperspekti Gender ... 4

Pelajaran 2. Asuhan Kebidanan di Komunitas... 12

Pelajaran 3. Analisis Situasi dalam Asuhan Kebidanan Komunitas ... 25

Pelajaran 4. Pendekatan Analisis Sosial dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas ... 33

Pelajaran 5. Perangkat Analisis Gender untuk Asuhan Kebidanan Komunitas ... 41

Pelajaran 6. Perencanaan Partisipatif Berperspektif Gender ... 51

Pelajaran 7. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas ... 63

Pelajaran 8. Monitoring dan Evaluasi Asuhan Kebidanan Komunitas ... 68

Pelajaran 9. Pedoman Praktis Pelayanan Kebidanan Komunitas ... 82

(3)

Gambaran Isi Modul

Modul ini berisi ilustrasi umum mengenai Analisis Sosial yang digunakan

selama mengajarkan Perspektif Gender dan HAM dalam Asuhan

Kebidanan Komunitas, diintegrasikan pada mata ajaran Kebidanan

Komunitas.

Modul Mahasiswa ini terdiri dari 9 pelajaran. Pelajaran Pertama mengenai Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas yang Berperspektif Gender dan HAM; Pelajaran Kedua tentang Asuhan Kebidanan di Komunitas; Pelajaran Ketiga tentang Analisis Situasi dalam Asuhan Kebidanan Komunitas. Pelajaran Keempat membahas Pendekatan Analisis Sosial dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas; Pelajaran Kelima tentang Perangkat Analisis Gender untuk Asuhan Kebidanan Komunitas; Pelajaran Keenam menjelaskan mengenai Perencanaan Partisipatif Berperspektif Gender, Pelajaran Ketujuh tentang Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas. Pelajaran Kedelapan tentang Monitoring dan Evaluasi Asuhan Kebidanan Komunitas dan Pelajaran Kesembilan tentang Pedoman Praktis Pelayanan Kebidanan Komunitas yang merupakan penerapanan konsep, teori serta langkah dari keseluruhan

pembelajaran dalam bentuk praktik Kebidanan Komunitas.

Tujuan Umum

Mahasiswi diharapkan memahami konsep dan teori mengenai kebidanan komunitas, terutama keterkaitannya dengan isu hak asasi manusia dan

gender, sehingga mampu menerapkannya dalam menjalankan peranan kesehariannya di masyarakat.

Petunjuk Penggunaan Modul

1. Mahasiswi harus membaca modul ini sebelum kelas dimulai.

2. Mahasiswi ditugaskan untuk menjawab pertanyaan pada Uji

Kemampuan Diri dan menyelesaikan setiap aktivitas yang terdapat

(4)

Pelajaran 1

Konsep Asuhan Kebidanan

Komunitas Berperspekti

(5)

Pelajaran 1. Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas Berperspekti Gender

Perubahan peran menjadi ibu merupakan perubahan yang

menyeluruh baik bio-Psiko-Sosial bagi kehidupan seorang perempuan yang juga dipengaruhi oleh berbagai factor seperti budaya, lingkungan dan

sebagainya. Sehubungan dengan pelayanan klinis kebidanan di institusi pelayanan kesehatan belum dapat memenuhi kebutuhan akibat perubahan

social budaya lingkungan lainnya yang terjadi, maka pelayanan kebidanan

komunitas merupakan bentuk pelayanan kebidanan yang dapat mengatasi

aspek-aspek tersebut.

Kematian ibu/bayi merupakan kegagalan kesehatan dan kegagalan

social, oleh karena itu pola pelayanan ksesehatan ibu yang relevan dengan

kondisi geografis,status keluarga dan tingkat pendidikan, budaya

masyarakat sangat dibutuhkan. Pola pelayanan yang tepat adalah dengan mendekatkan pelayanan kebidanan ke masyarakat. Namun tugas bidan

disini bukan hanya mendekatkan pelayanan kebidanan tetapi juga menjadi penggerak atau pemimpin yang bias menggerakkan masyarakat untuk

(6)

Kerangka Konsep Penerapan Kacamata Gender pada Asuhan Kebidanan Komunitas

Lingkungan dalam:

Aktualisasi penghargaan hak-hak perempuan sebagai hak asasi perempuan dan memandang hak-hak reproduksi sebagai hak-hak

perempuan karena kita ingin menghasilkan bidan yang sensitif gender.

Lingkungan tengah:

Bidan dengan kacamata/sensitif gender

 Hak-hak perempuan adalah hak-hak manusia, dan hak-hak reproduksi

adalah hak-hak perempuan. Bidan yang sensitif gender melihat

pasiennya dari konteks kehidupan sosialnya di masyarakat.

Aktualisasi penghargaan hak-hak perempuan

sebagai hak asasi manusia: pandangan

hak-hak reproduksi sebagai hak perempuan

Budaya (Agama & Suku)

Ekonomi (Kelas) Sosial

(Kelas & Usia)

Politik Sisi Pandang

Gender

(7)

 Gender membantu mengungkap hubungan kekuasaan yang tidak adil

antara laki-laki dan perempuan. Paradigma bidan melihat perempuan

sebagai individu yang khusus. Kita harus menghormati setiap

perempuan.

 Bidan yang sensitif gender tidak hanya menangani masalah fisik

pasiennya saja.

 Seorang bidan harus menekankan di dalam benaknya bahwa isu

gender merupakan kunci dalam meningkatkan kualitas pelayanan

perempuan, dan secara tidak langsung memperbaiki kualitas

kesehatan laki-laki dan seluruh keluarga, termasuk masyarakat

 Ceramah sebagai metode pengajaran kognitif, harus tumbuh dari hati

dan tercermin dalam sikap. Seberapa jauh modul pengajaran

menekankan pada hati?

Lingkungan luar:

Dalam memberikan pelayanan kepada perempuan, pertimbangkan:

pluralitas, etnis, usia, dan sebagainya. Toleransi dan sifat sensitif terhadap elemen agama merupakan kunci keberhasilan sebuah program kesehatan.

Sejarah Kebidanan Komunitas Di Indonesia

Dulu peran bidan tidak di gambarkan seperti di atas. Sebab sejarah

pelayanan kebidanan komunitasndi indonesia diawali dari masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1849 seiring dengan dibukannya pendidikan dokter

jawa di Batavia (di rumah sakit militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto), pada tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di

Batavia oleh dokter belanda (dr. W. Rosch). Fokus peran bidan hanya

sebatas pelayanan di rumah sakit (bersifat klinis).

Pada tahun 1952, sekolah bidan 4 tahun menitikberatkan pendidikan

formal masih pada kualitas pertolongan persalinan di rumah sakit. Selain itu

(8)

poliklinik antenatal rumah sakit. Dalam peran tersebut, bidan sudah

memasukkan konsep pelayanan kebidanan komunitas.

Pada tahun 1953 di Yogyakarta diadakan kursus tambahan bagi

bidan (KTB), yang berfokus pada kesehatan masyarakat. Dengan demikian

pemerintah mengakui bahwa peran bidan tidak hanya terbatas pada pelayanan di rumah sakit tetapi juga meluas pada pelayanan masyarakat,

yang terbasis di balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) di tingkat kecamatan. Ruang lingkup pelayanan BKIA meliputi: pelayanan antenatal, (pemberian

pendidikan kesehatan, nasihat perkawinan, perencanaan keluarga, dll);

intranatal; postnatal (kunjungan rumah, termasuk pemeriksaan dan

imunisasi bayi, balita, san remaja); penyuluhan gizi, pemberdayaan

masyarakat; serta pemberian makanan tambahan. Pengakuan ini secara

formal dalam bentuk adanya bidan koordinator yang secara struktual

tercatat di jenjang inspektorat kesehatan, mulai daerah tingkat I (Propinsi)

sampai dengan II (Kabupaten).

Ketika konsep puskesmas dilaksanakan pada tahun 1967,

pelayanan BKIA menjadi bagian dari pelayanan puskesmas. Secara tidak langsung, hal ini menyebabkan penyusutan peran bidan di masyarakat.

Bidan di Puskesmas tetap memberikan pelayanan KIA dan KB di luar gedung maupun didalam gedung, namun hanya sebagai staf pelaksana

pelayanan KIA, KB, Posyandu, UKS dan bukan sebagai perencana dan

pengambil keputusan pelayanan di masyarakat. Tanpa disadari, bidan kehilangan keterampilan menggerakkan masyarakat, karena hanya

sebagai pelaksana.

Pada tahun 1990-1996 konsep bidan di desa dilaksanakan untuk

mengatasi tingginya angka kematian ibu. Pemerintah (BKKBN)

menjalankan program pendidikan bidan secara missal (SPK + 1 tahun) (

SPK :Sekolah Perawat Kesehatan, lulusan SMP + 3 tahun). Bidan di desa

(BDD) merupakan staf dari puskesmas di desa sebagai penanggung jawab

di polindes. Ruang lingkup tugas BDD mencakup peran sebagai penggerak

(9)

Sayangnya materi dan masa pendidikan BDD tidak memberikan bekal yang

cukup untuk bisa berperan maksimal.

Gerakan sayang ibu (GSI) saat Departemen Kesehatan merupakan

inisiatif safe motherhood malah diprakarsai oleh Kantor Mentri Pemberdayaan Perempuan tahun 1996 dengan tujuan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menurunkan AKI. Pada tahun yang sama

(1996), Ikatan Bidan Indonesia (IBI) melakukan advokasi pada pemerintah yang melahirkan program pendidikan Diploma III Kebidanan (singkat

akademi). Program baru ini memasukkan lebih banyak materi yang dapat

membekali bidan untuk bisa menjadi agen pembaharu di masyarakat, tidak

hanya di fasilitas klinis.

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS A. PENGERTIAN

1. Kebidanan Komunitas: (lihat definisi di Konsep Inti)

2. Peran dan Tanggung Jawab Bidan pada Pelayanan Kebidanan Komunitas

Meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan

individu, keluarga dan masyarakat. Untuk itu diperlukan kemampuan

untuk menilai mana tradisi yang baik dan membahayakan, budaya

yang sensitive gender dan tidak, nilai-nilai masyarakat yang adil

gender dan tidak dan hokum serta norma yang ternyata masih

melanggar hak asasi manusia. Disamping itu, bidan harus bertindak

professional dalam bentuk:

a. Mampu memisahkan antara nilai-nilai dan keyakinan pribadi

dengan tugas kemanusiaan sebagai bidan; dan

b. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi),

nondiscriminative (tidak membeda-bedakan)dan memenuhi standar produser kepada semua kliem (perempuan, laki-laki,

(10)

3. Ruang Lingkup Pelayanan Bidan di Komunitas

a. Peningkatan kesehatan (preventif).

b. Pencegahan (preventif)

c. Diagnose dini dan pertolongan tepat guna.

d. Peminimalan kecacatan.

e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi).

f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya

untuk mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan

masyarakat. Terutama pada kondisi dimana stigma masyarakat

perlu dikurangi (TB, kusta, AIDS, KTD, KDRT, korban perkosaan,

IDU).

B. TUJUAN PELAYANAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS Tujuan umum:

Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, khususnya kesehatan perempuan di wilayah kerjanya. Tujuan Khususnya:

 Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai

dengan tanggung jawab bidan (lihat uraian di atas).

 Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,

perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.

 Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko

kehamilan, persalinan, nifas dan perinatal.

 Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.  Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh

(11)

C. PRINSIP PELAYANAN / ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

1. Kebidanan Komunitas sifatnya multidisiplin meliputi ilmu kesehatan

masyarakat, social, psikologi, ilmu kebidanan dan lain-lain yang

mendukung peran bidan di komunitas.

2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan martabat kemanusiaan klien (lihat modul Etika Profesi dan

Hukum)

3. Cirri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai

unit analisis, populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah

perempuan, jumlah KK, jumlah laki-laki, jumlah neonates, jumlah

balita) dalam area yang bisa di tentukan sendiri oleh bidan. Contoh:

jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1 Kelurahan /

kawasan perumahan/perkotaan.

4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan,

tetapi hasil kerjasama dengan mitra-mitra seperti: PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja

sosial dll.

Kegiatan Pembelajaran

1. Bedakan peran bidan di masyarakat dengan bidan di praktik swasta dan

klinik

2. Telusuri sejaran bidan/kebidanan di kota asalmu.

Uji Kemampuan Diri

Instruksi : jawab pertanyaan berikut secara seksama!

1. Bagaimana anda mempersiapkan diri mengahadapi tantangan/kendala

dalam memberikan pelayanan di komunitas? Jelaskan dengan

menggunakan kerangka konsep diatas!

2. Buat ilustrasi kasus sesuai dengan pengalaman/observasi pribadi

(12)

Pelajaran 2

Asuhan Kebidanan di

(13)

Pelajaran 2. Asuhan Kebidanan di Komunitas

A. ASUHAN ANTENATAL DI RUMAH Yang Perlu Diperhatikan

1. Pada awal ibu perlu konsultasi dengan SpOG/dokter untuk mengidentifikasi apakah ibu ada kontraindikasi untuk bersalin di

rumah bersalin, pondok bersalin atau di rumah.

2. Bidan merujuk kepada SpOG/dokter bila ada komplikasi yang timbul.

3. Bidan menggunakan seluruh ketrampilannya bukan hanya untuk

memberi asuhan pada keadaan fisik normal tetapi juga membantu

ibu beradaptasi dengan perubahan karena kehamilan dan kesiapan

menjadi ibu.

4. Mendorong ibu untuk membicarakan tentang perasaan,

kecemasannya dengan suasana yang mendukung dan terjamin

kerahasiannya.

5. Jika memungkinkan selama kehamilannya ibu dapat bertemu

dengan semua bidan yang akan menolongnya di kamar bersalin dan postpartum.

Berbagai Penyebab Ibu Tidak ANC Di Poliknik atau Puskesmas 1. Ibu sakit.

2. Tidak ada transport.

3. Tidak ada yang menjaga anaknya yang masih kecil di rumah.

4. Kurang motivasi.

5. Takut/tidak mau ke RS/menghindar RS.

Upaya Mengatasi 1. Kunjungan rumah.

2. Berusaha memperoleh informasi : alasan tidak datang ke

Poliklinik.

(14)

4. Jelaskan pentingnya ANC.

5. Bantu ibu untuk merencanakan upaya – upaya pemecahan

selanjutnya (misalnya bila ada masalah atau cara kontak dengan

bidan).

Pelaksanaan ANC Di Rumah

1. Bidan hanya mmpunyai data keberadaan ibu hamil di wilayah kerjanya.

2. Bidan mengidentifikasi apakah ibu hamil memeriksakan

kehamilannya dengan baik atau tidak.

3. Bagi Ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya, bidan harus

melakukan ANC di rumah.

4. Sebelum ke rumah klien, bidan menentukan dulu kapan bisa

berkunjung (kontrak waktu : tanggal, hari dan jam), diusahakan tidak

mengganggu aktivitas ibu hamil dan keluarga.

5. Saat kunjungan rumah lakukakan pemeriksaan sesuai standar,

kemudian mengidentifikasi lingkungan rumah bila ibu mempunyai rencana untuk melahirkan di rumah.

Perlengkapan Kerja Bidan

Mengacu pada standar yang berlaku dengan mempertimbangkan

kebutuhan klien.

Pemilihan Tempat Persalinan Yang Perlu Diperhatikan

1. Pengambilan keputusan untuk menentukan tempat persalinan di

tentukan oleh ibu sendiri atas hasil konsultasi dengan bidan dan

dokter.

2. Selama proses persalinan ibu memerlukan rasa tentram dan

(15)

3. Pilihan dipengaruhi oleh :

a. Riwayat kesehatan dan kebidanan yang lalu.

b. Keadaan kehamilan saat ini.

c. Pengalaman melahirkan sebelumnya.

d. Ketersediaan tempat tidur, kondisi rumah dsb.

Persiapan Persalinan

Pada hakikatnya, antenatal care yang dilakukan seorang bidan adalah

agar bersama – sama dengan semua ibu hamil dan suami/keluarganya

membuat perencanaan dan persiapan persalinan untuk menjamin

terlaksananya persalinan yang bersih dan aman. Dalam perencanaan

tersebut perlu juga disertakan perencanaan menggunakan alat

kontrasepsi pasca persalinan.

Ada 5 (lima) hal yang penting yang perlu didiskusikan dengan ibu dan

keluarganya, yaitu :

1. Membuat perencanaan persalinan yang perlu di tetapkan :  Tempat persalinan

 Tenaga penolong persalinan terlatih

 Bagaimana menjangkau tempat persalinan.

 Siapa yang akan menjadi pendamping persalinan.

 Besarnya biaya persalinan yang di butuhkan dan cara

memperolehnya.

 Siapa yang akan mengurus keluarga saat ibu tidak di rumah.  Apakah rencana metode kontrasepsi pasca persalinan. 2. Membuat rencana pengambilan keputusan penanganan kasus

gawat darurat, jika pengambilan keputusan utama dalam keluarga tidak ada di tempat.

Yang perlu dibicarakan :

(16)

 Siapa pengambil keputusan utama dalam keluarga.

 Siapakah yang boleh mengambil keputusan jika pengambil keputusan utama dalam keluarga tidak ada di tempat saat terjadi

kasus gawat darurat.

3. Mengatur system transportasi jika terjadi kasus gawat darurat

 Perencanaan ini perlu dipersiapkan lebih awal selama kehamilan,

meliputi :

 Dimanakah ibu akan melahirkan ( desa, fasilitas kesehatan, rumah sakit )

 Bagaimana caranya menjangkau tingkat layanan yang lebih lengkap jika terjadi gawat darurat

 Ke fasilitas kesehatan manakah sang ibu harus ibu harus di rujuk  Bagaimana caranya memperoleh donor darah yang potensial

4. Membuat rencana tabungan

Pihak keluarga harus didorong untuk menabung sehingga dana yang

di butuhkan dapat tersedia untuk perawatan rutin selama kehamilan dan kasus gawat darurat. Pengalaman menunjukkan bahwa banyak

ibu-ibu yang tidak mau mencari pertolongan lanjutan atau di rujuk

karena tidak memiliki dana yang cukup.

Bidan perlu mengupayakan dibentuknya suatu system untuk

mendukung uapaya menyelamatkan ibu hamil atau melalui

seseorang di lingkungan tersebut yang bisa mengorganisir

pengadaan dukungan financial untuk ibu jika diperlukan, misalnya

dalam bentuk “ tabungan ibu bersalin “ (tabulin).

5. Menyiapkan peralatan untuk melahirkan

Seorang ibu dan keluarganya dapat menyiapkan persalinannya

(17)

baju, sabun dan pakaian mandi yang bersih, kain untuk bayi dan

disimpan sebagai persiapan untuk persalinan. B. PERTOLONGAN PERSALINAN

1. Domino ( Domiciliary In And Out )

 Pelayanan kombinasi antara rumah pasien dan unit kebidanan  Bidan dipanggil saat ada/mulai tanda persalinan

 Pertolongan persalinan dilakukan di rumah sakit  Bila ada penyimpangan segera dapat ditangani

 Bila persalinan tanpa komplikasi, ibu boleh pulang dalam 2-6 jam postpartum

2. BPS/Praktik Perseorangan atau Rumah Bersalin (RB)

KEUNGGULAN KELEMAHAN

1. Suasana rileks, bersahabat 2. Pelayanan berkesinambungan 3. Lebih di terima ibu dan

pengunjung

4. Mudah memperoleh fasilitas emergency

1. Keterbatasan alat-alat untuk mengatasi komplikasi

2. Lebih mahal

KEUNGGULAN KELEMAHAN

1. Pelayanan berkesinambungan 2. Kurang kontak dengan kegiatan

rutin RS

3. Gangguan kehidupan keluarga minimal

4. Mudah memperoleh fasilitas untuk pertolongan emergency 5. Pilihan alternative untuk ibu

(18)

3. Persalinan Di Rumah Pertimbangan :

 Setiap ibu mempunyai hak kepuasan atas dirinya

 Ada beberapa kondisi ibu yang mengharuskan bersalin di RS  Mengharapkan kualitas yang lebih tinggi

 Anak lebih mendapatkan kasih saying, ayah lebih bebas

mengekspresikan perasaanya

 Bidan harus mengembangkan hubungan antar keluarga, saling

percaya

Keunggulan Persalinan di Rumah

1. Kepuasan yang unik bagi ibu, keluarga dan bidan

2. Setiap ibu mempunyai hak untuk mempertimbangkan

pendapatnya

3. Meningkatkan control

4. Meminimalkan penggunaan obat dan intervensi pada ibu maupun bayi

5. Anak tetap mendapatkan perhatian dan kasih saying 6. Suami dapat mengekspresikan perasaan sayangnya

C. PERSALINAN DI RUMAH 1. Persiapan

a. Keluarga

1) Keluarga bersedia pertolongan persalinan dilakukan di

rumah, memberikan ide untuk persalinan di rumah dan bersedia serta mampu memberikan dukungan yang

diperlukan

2) Keluarga menginginkan pertolongan persalinan dilakukan di

rumah

3) Kegiatan rumah tangga secara detail perlu dibahas

(19)

yang lain, anak-anak harus dipersiapkan sesuai dengan

umur dan tingkat pemahaman

b. Rumah dan Tempat Pertolongan Persalinan

Situasi dan kondisi yang perlu diketahui  Apakah cukup aman, hangat

 Apakah tersedia ruangan yang akan digunakan untuk menolong persalinan

 Apakah tersedia air mengalir  Apakah kebersihan cukup terjamin  Apakah tersedia telepon

c. Rumah

 Sejak awal kehamilan, rencana persalinan di rumah sudah di

rencanakan lebih rinci pada akhir kehamilan

 Bidan mengecek rumah sebelum kehamilan 37 minggu

Jika ada pilihan, persyaratan yang harus dipenuhi adalah :

Ruangan sebaiknya cukup jelas, jika ada karpet, di alasi dengan

kertas tebal supaya tidak tembus, lampu dengan cahaya terang,

tempat nyaman, tidak terganggu. Tempat tidur dapat dicapai dari dua sisi kasur yang melengkung dapat diluruskan dengan

meletakkan papan dibawahnya.

2. Perlengkapan

a. Untuk pertolongan persalinan seperti: Waskom, sabun cuci,

handuk, gayung, selimut, pakaian ganti, pembalut, kain pel,

lampu

b. Untuk bayi: handuk lembut, tempat tidur untuk bayi, botol air panas untuk menghangatkan alas, handuk dan pakaian

3. Tata Cara Pelaksanaan Pertolongan Persalinan di Rumah

(20)

 Adanya indikasi dan kontraindikasi pertolongan persalinan di

rumah

 Riwayat antenatalcare

 Rencana rujukan dan kolaborasi

b. Bidan harus tetap memberikan asuhan dan berkonsultasi segera

dan membuat catatan dengan tepat, pada kondisi berikut  Apabila bidan menganggap bahwa persalinan tidak boleh

dilakukan dirumah dan ibu menolak saran – saran untuk melahirkan di RS

 Apabila bidan atau suami menolak untuk menghadiri dokter c. Tugas bidan (koordinator) memastikan adanya kebijakan lokal,

tentang :

 Kemudahan / dukungan untuk semua bidan yang praktik menolong persalinan di rumah

 Dukungan dalam situasi tertentu yang berhubungan dengan persalinan darah

 Mampu membuat rencana terbaik untuk memberikan asuhan kepada ibu dan baayinya

4. Tindakan yang perlu dilakukan dalam menghadapi kasus

emergency

a. Hindari tertundanya rujukan

b. Mengenal masalah dan memberikan instruksi dengan tepat

c. Ketika menunggu kedatangan dokter / rujukan, bidan selalu berada dekat pasien dan memberikan pertolongan emergency

yang tepat

d. Jika mungkin menulis riwayat kasus dengan singkat

e. Pemantauan denyut nadi setiap 5 menit dan TD setiap 15 menit

(21)

f. Beri tahu dokter saat bersalin, jika tidak ada, beri tahu dokter

lain.

g. Rujuk segera ke RS bila terjadi fatal distres atau persalinan

macet

5. Harus diperhatikan dalam penatalaksanaan pertolongan persalinan

di rumah

a. Keluarga harus tahu dengan tepat kapan dan bagaimana

menghubungi bidan

b. Bidan sebaiknya pernah bertemu dengan keluarganya dan

mengetahui rumah pasien dan cara mencapainya.

c. Bidan sebaiknya melakukan kunjungan untuk mengkaji situasi

untuk mengantisipasi bila bidan dipanggil oleh klien secara

mendadak

d. Jika tanda persalinan belum ada dan tidak perlu ditunggu, maka beritahukan kepada ibu dan keluarga dan cara menghubungi

bidan dengan tepat dan mudah

e. Sebaiknya bidan mendampingi ibu mulai permulaan kala II

sampai placenta dan selaputnya lahir, tinggal di rumah ibu selama 2 – 6 jam sampai kondisi baik, ibu dan bayi aman untuk

ditinggal.

f. Prinsip asuhan persalinan dirumah sama seperti asuhan persalinaan di tempat lain

g. Selalu memberikan dukungan emosional dan fisik termasuk mengatasai nyeri persalinan, suaami pasien dapat dilibatkan

untuk melakukan masage punggung ibu ataau membantu

merubah posisi, memberikan kompres air hangat/dingin dsb

h. Observasi kondisi ibu dan bayi untuk melihat kemajuan

persalinan dan kondisi abnormal agar persalinan berlangsung

(22)

i. Perencanaan persalinan dan kelahiran dibicarakan secara rinci

sebelum persalinan, banyak ibu memilih bersalin dirumah

karena cemas, ingin menghindari penggunaan obat – obatan,

ingin ditunggu selama mungkin dengan tenang, supportif dan

rileks dalam pengawasan.

j. Bila ada hal yang mungkin dapat menimbulkan konflik selama

persalinan normal, sebaiknya dibicarakan dulu, terutama dalam menghadapi kasus emergency.

k. Setelah lahir, bayi diperiksa, ditimbang dan diberi pakaian

l. Ibu dibersihkan agar merasa nyaman

m. Ruangan dan alat dibersihkan

n. Bidan melakukan pencatatan persalinan secara terinci, lengkap

dan tepat

o. Bidan memberikan petunjuk tentang cara mengetahuinya, jika

diperlukan

p. Kunjungan pertama postpartum sekitar 6 jam sesudah

persalinan (bagi ibu dan bayi)

q. Bidan sebaiknya selalu siap untuk dipanggil secara mendadak

untuk menolong persalinan dan situasi emergency.

r. Alat – alat dab obat harus selalu di cek tanggal kadaluarsa

D. ASUHAN POSTPARTUM Ibu yang baru pulang dari RS

1. Keputusan diambil oleh ibu, berdasarkan hasil konsultasi dengan RS dan bidan

2. Bidan memberikan informasi rinci tentang ringkasan proses

persalinan hasil dan informasi lain relawan

3. Jika perlu mengunjungi pada sore hari atau esok harinya

Kunjungan Postpartum

(23)

2. Ibu, suami/keluarganya diajarkan untuk mendemonstrasikan : cara

menyusui bayi, cara memandikan, cara mencuci tangan, cara

membuat susu, cara mensterilkan botol

3. Jika ibu mengeluh sakit perineum dapat dianjurkan untuk

mengompres/cebok dengan air hangat

4. Saran yang diberikan harus realistis dan sesuai dengan keadaan.

5. Berbicara dengan bayi dan bereaksi dengan sabar ketika bayi menangis

6. Waktu kunjungan tidak terlalu lama sehingga perlu melibatkan

keluarga untuk : memberikan perhatian penuh baik verbal maupun

non verbal, siap siaga dan memberikan dukungan dalam

beradaptasi dengan situasi baru

7. Bidan memantau status mental ibu dan sikap mental terhadap

bayinya, suami dan anak anaknya

8. Memberitahukan cara mengenal taanda bahaya / masalah yang mungkin dihadapi

9. Bidan juga perlu mengobservasi reaksi anggota keluarga lainya 10. Siapakah waktu agar ibu dapat mengekspresikan perasaanya

kecemasan terhadap bayinnya, anak – anak lainnya dan hubungan antar mereka

11. Bidan mendengarkan, memberikan dukungan dan dorongan terus

menerus dan memberikan dukungan ekstra kepada ibu yang kurang mendapat dukungan dari keluarga

12. Pada akhir setiap kunjungan, bidan melengkapi catatan termasuk saran – saran yang diberikan, untuk mempermudah asuhan

postpartum selanjutnya

13. Perencanaan : skrining test untuk mengetahui penyakit

metabolisme, yang muncul pada hari ke 6 – 14

14. Sebelum hari ke 10 bidan mulai membicarakan tentang KB

a. Mendorong ibu untuk berpikir positif tentang rencana kehamilan

(24)

b. Jika ingin menggunakan pil anjurkan ibu untuk datang pada 2 – 3

minggu PP dan jika ingin menggunakan IUD anjurkan untuk

datang pada 6 minggu PP

c. Dengan rileks mendorong suami untuk membicarakan awal

seksual intercourse

d. Jelaskan lamanya pengeluaran iochea, kembalinya menstruasi,

kesuburan, cara meminimalkan nyeri perineum, perubahan fisik dan psikologi

e. Jika ada kelainan/penyimpanan bagi bayi maupun ibunya,

anjurkan untuk segera ke RS misalnya peradarahan Postpartum,

gangguan mental, kejang, hipotermi. Bila mungkin ibu dan bayi

(25)

Pelajaran 3

Analisis Situasi dalam Asuhan

(26)

Pelajaran 3. Analisis Situasi dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Sumber Air Bersih Desa untuk Rumah Tangga

Tempat Buang Air Besar

Tempat pembuagan air besar juga menjadi masalah ketika tempat yang

digunakan tidak memenuhi kesehatan. Jamban merupakan bentuk umum

dari standar pembuangan air besar yang sehat. Bidan perlu mengetahui, sarana yang digunakan untuk buang air besar di masing-masing KK.

Sarana Buang Air Besar

Lantai Rumah

Lantai rumah berupa tanah merupakan indikator kurang sehat, sebab lantai

rumah dari tanah memiliki resiko terkena penyakit ISPA dan diare. Data

tentang lantai rumah menjadi penting untuk menberi gambran kondisi

kemiskinan warga. Namun demikian da beberapa masyaraka memandang Sumber Air Bersih Jumlah Persen PDAM 50 10 Pompa 100 20 Sumur 300 60 Telaga 10 2 Mata Air 25 5 Air Tadah Hujan 10 2 Air dalam kemasan 5 1

(27)

lantai rumah merupakan bentuk budaya, yang mereka anggap cocok

dengan kondisi lingkungan setempat.

Lantai Rumah masing-masing Rumah Tangga

Sampah

Sampah merupakan produk sisa dari suatu proses produksi yang setiap hari di hasilkan baik di rumah tangga, pambrik, pasar, kandang dan lain-lain.

Jenis sampah ini yang perlu diketahui, apa yang diakibatkannya jika

sampah tidak dikelola dengan baik. Jika pegelolaan tidak baik akan

berpengaruh pada penyakit ISPA dan juga diare. Dengan megenali jenis

sampah, jumlah yang di hasilkan maka akan memudahkan melakukan

penyelesaian berkait dengan sampah.

Sarana Pembuangan Sampah masing-masing Rumah Tangga Lantai Rumah Jumlah Persen

Organ Rumah tangga,Kandang

(28)

Contoh : Matrik Analisa Hubungan Masalah Kesehatan

PROGRAM DAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN

Program dan Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada sekarang ini

merupakan fasilitas atau akses yang diberikan pemerintah kepada masyarakat. Sebuah Desa yang jauh dari tampat layanan kesehatan seperti

Puskesmas atau Polindes, Maka akan kesulitan ketika harus minta

pertolongan persalinan yang resiko karena perdarahan, ibu tersebut

mungkin bisa bisa tertolong jiwanya.

Puskesmas dan polindes (Bidan di Desa ) memiliki program untuk

meningkatkan derajat kesehatan pada kelangsungan hidup anak. Tantu

saja ini merupakan program yang baik, tetapi untuk melihat naik atau

tidaknya diperlukan suatu analisis, bagimana kinerja program dan dampak apa yang ditimbulkannya. Maka untuk melihat program dan sarana

pelayanan kesehatan perlu diketahui hal-hal dibawah ini yaitu : 1. Proses dan hasil (output) dari kinerja program dan pelayanan

2. Tenaga kesehatan, sarana dan biaya yang disediakan untuk program

(29)

3. Keberadaan tenaga, sarana dan biaya merupakan input yang harus

kelola dengan baik, agar input tersebut dapat dipakai untuk kelancaran

program. Sedangkan prosesdan output merupakan rangkaian cara

untuk mencapai tujuan program dan layanan kesehatan. Misal,

bagaimana untuk menikatkan cakupan layanan pemeriksaan.ibu hamil,maka disini perlu ditentukan target tujuan yang dicapai,misal 90%

ibu hamil terlayani,lalu program apa saja yang akan dilaksanakan untuk mencapainya.

Disinilah pentingnya proses yang didukung oleh metode atau cara dan

juga input untuk menghasilkan capaian pemeriksaan ibu hamil yang

benar ( output ).

Contoh Program dan Indikator Nama

Program

Kegiatan Cakupan

KIA Pemeriksaan ibu hamil ( ANC )

Persentase Kujungan Nifas ( KN1 )

Gizi Pemberian Fe ibu hamil

Immunisasi Pemberian Imunisasi TT,DPTdll

Persen Bayi yang diimunisasi lengkap tepat waktu

Keluarga Berencana

(30)

Penyebab rendahnya pemakaian

Kotrasepsi

(31)

Analisis Data dan Prioritas Pemecahan Masalah kesehatan Reproduksi

Membuat rencana aksi dan membuat rencana tindak lanjut

Contoh:

Penyebab rendahnya pemakaian kontrasepsi

(32)

Kegiatan Pembelajaran

1. Dengan menggunakan analisis situasi, jelaskan kondisi

kesehatan reproduksi di desa asalmu?

2. sejauh mana pembagian peran gender bisa mempengaruhi

kondisi kesehatan reproduksi seseorang?

Uji Kemampuan diri

Instruksi: Jawab pertanyaan berikut secara seksama!

1. Sebukan faktor-faktor yang bisa mempengaruhi status

kesehatan reproduksi seseoran?

2. Di wilayah didekat anda tinggal ditemukan seseorang ibu

(33)

Pelajaran 4

Pendekatan Analisis Sosial

dalam Pelayanan Kebidanan

(34)

Pelajaran 4. Pendekatan Analisis Sosial dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas

Analisis Sosial

Definisi Analisis Sosial

Usaha memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang sebuah

situasi sosial dengan menggali hubungan-hubungan historis dan strukturalnya. Serangkaian kegiatan membedah sesuatu masalah dari

berbagai sudut pandang, memetakan situasi yang berhubungan dengan

masalah dan selanjutnya mengidentifikasi dasar-dasar penyelesaian

masalah

Fungsi Analisis Sosial

Sebelum masuk pada konsep analisis sosial, perlu dijelaskan di sini

karena sebelumnya sudah ada analisis situasi. Dalam pendekatan analisis situasi sebenarnya sudah menyinggung permasalahan-permasalahan

sosial, terutama pada perilaku sebagai faktor determinan derajat kesehatan. Seperti konsep sehat (health believe) ini sangat di pengaruhi oleh pengetahuan atau budaya yang berkembang di masyarakat. Seorang ibu akan memutuskan melahirkan anaknya di Puskesmas ini memerlukan

prosesyang panjang tapi bisa juga pendek. Ada faktor kebiasaan, sehingga

dengan mudah di putuskan, tetapi ada faktor lain yang sering berpengaruh yang menjadikan lama untuk membuat keputusan.

Membedakan antara analisis sosial dengan analisis situasi tidak perlu, yang penting adalah saling melengkapi. Dalam analisis situasi ada

semacam tradisi dalam ilmu kesehatan, dimana analisis ini berkait dengan

relasi antara independan dengan (antara faktor detrminan dengan derajat

kesehatan). Ada ukuran-ukuran kuantitatif yang jelas, akurat, seperti

tertuang dalam indikator, target, relasi statistik.

Sedangkan pada analisis sosial lebih kepada memberikan gambaran

(35)

Tidak menggunakan ukuran kuantitatif, yang penting fakta soaia diungkap,

dijelaskan sehingga oleh setiap orang dapat di pakai gambaran dan

selanjutnya dapat digunakan sebagai rujukan untuk melengkapi lebih lanjut.

Dalam analisis social, relasi antara fakta menjadi penting, karena setiap

fakta seringkali tidak berdiri sendiri, missal, kebiasaan merawat tali pusat bayi dengan di popok pakai daun sirih, tidaklah berdiri sendiri, kebiasaan itu

didapat dari moyang mereka dan keyakinan itu yang, menjadikan perilaku semakin mendapat pengesahan.

Dalam kasus ini, relasi yang lain bahwa adalah kenyataan ini bisa

juga dilihat banyaknya tanaman Sirih, yang mungkin dihasilkan oleh adanya

keputusan bersama untuk melestarikan tanaman-tanaman yang dapat

digunakan untuk obat, dan sangat mungkin keputusan bersama ini menjadi

peraturan desa. Analisis situasi merupakan proses upaya untuk

mendapatkan permasalahan yang berkaitan dengan derajat kesehatan,

melalui survey atau pencatatan maka diperoleh masalah kesehatan, kemudian melakukan pelacakan pada faktor-faktor yang berpengaruh pada

munculnya angka kesakitan atau kematian.

Sedangkan dalam analisis social, target untuk menemukan masalah

tidak ada, disini merupakan penjelajahan (explorasi) fakta-fakta social, kekayaan social yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Namun demikian,

tidak menutup kemungkinan jika fakta social yang kita dapati untuk

merupakan masalah. Missal, ada “paham” yang menolak imunisasi, ini

merupakan kenyataan social yang “dianggap” sebagai masalah, karena

akan menghambat jalannya program imunisasi.

Dalam analisis sosial ini, yang diperlukan adalah kemampuan

seseorang dalam menangkap apa yang dimaksud fakta-fakta social,

kekayaan social dan relasinya. Untuk itu dalam melakukan analisis social

perlu diketahui elemen-elemen berikut :

1. Jumlah penduduk, KK

(36)

3. Mata pencaharian termasuk pembagian kerja antara lelaki dengan

perempuan

4. Jumlah dusun, RT/RW

5. Agama dan Keyakinan

6. Lembaga Desa (seperti Pamong Desa, Badan Perwakilan Desa, Dukuh)

7. Sarana kesehatan yang tersedia seperti Polindes, Posyandu, Bidan, Mantri Kesehatan, Dokter, Dukun

8. Perkumpulan ibu-ibu, bapak-bapak, remaja

9. Iuran pembangunan daerah (IPEDA)

10. Kegiatan ronda malam

11. Program kebersihan lingkungan Desa

12. Ritual upacara adat (mitoni, tetes, sunat, jagong bayi dll)

13. Konsep sehat sakit

14. Pengertian KB, Aborsi, Kesehatan alat reproduksi 15. Program kesehatan (Posyandu Balita, Usila)

Jadi, analisis social berfungsi untuk mengidentifikasi persoalan-persoalan kesehatan di komunitas, mencari akar masalah dan mencarisolusi yang

tepat.

Siklus Analisis Sosial

Cara Pandang/Teori

Refleksi Menetukan

Situasi Ipoleksosbud

Aksi

Menetukan Masalah

Sosial

Strategi Menetukan

(37)

Hubungan gender dengan Determinan Kesehatan lain

Masyarakat dipedesaan di Indonesia kebanyakan masih tergantung

pada sektor pertanian. Pengeluaran rata-rata per kapita mereka mudah

menurun secara cepat dibawah garis kemiskinan (didefinisikan sebagai

pendapatan per kapita perbulan-rata-rata sebesar Rp 41.588;Djajadilaga, 2003). Dalam kondisi seperti ini, masyarakat biasanya lebih

memprioritaskan pengeluaran untuk kebbutuhan dasar pangan, bukan kebutuhan sandang apalagi kesehatan. Akibatnya masyarakat mengalami

berbagai permasalahan kesehatan yang dampaknya terutama terlihat lebih

jelas pada perempuan dan anak.

Bidan desa memainkan peran penting untuk kelangsungan hidup ibu

dan anak,terutama di daerah pedesaan. Masih tinggi kebutuhan

perempuan terhadap pelayana persalinan oleh tenaga bidan. Tren

pemanfaatan tenaga bidan desa disejumlah kabupapaten untuk pelayanan

masa kehamilan (antenatal care)/ANC dan masa nifas (postpartum care)menunjukan peningkatan (parker dan roestam,2002,p.19). bahkan

dibeberapa kabupaten, pemanfaatan bidan untuk ANC hingga mencapai 100 persen. Hal ini menunjukan bahwa bidan sangat berperan dalam

meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan pengobatan dasar, khususnya pelayanan ibu dan anak di daerah pedesaaan (UNUCEF, 1997;

Center for Health Research,2001).

Namun permasalahan terkait kesehatan reproduksi perempuan tidak hanya mencakup masalah klinis saja, tetapi non klinis. Sering kali

perempuan dihadapkan dengan ketakutan yang bisa berdampak kepada kondisi kesehatan reproduksinya, misalnya : takut KB, karena takut disuntik,

takut punya anak, karena sudah banyak anak atau baru saja melahirkan,

dan lain-lain. Sebagai tokoh penting di desa, seorang bidan seharusnya

tidak hanya berperan dalam hal pemperian pelayanan kesehatan

reproduksi, tetapi juga dalam membantu pemecahan masalah, baik yg

terkait maupun tidak, dengan kesehatan reproduksi yang berkembang di

(38)

klinis, esensial dalam memberikan pelayanan yang aman dan menghargai

perempuan.

Kegiatan pembelajaran

1. Analisis kasus henayah di bawah ini, tentukan faktor determinannya

2. Bagaimana cara mengatasi masalah yang di hadapi henayah agar tidak terulang lagi pada perempuan lain?

ILUSTRASI : KASUS HENAYAH

Henayah (bukan nama sebenarnya), dari desa selinjang, kecamatan keruak, lombok timur, seorang perempuan mudah, lincah, berani berbicara, suka melakukan protes, akhirnya dinikahi oleh seorang kepala dusun yang juga haji. Mungkin Henayah, sebagai istri kepala dusun yang ke empat, secara resmi. Henayah, merasa tidak mampu menghadapi kenyataan bahwa anak-anak muda laki-laki sebayanya atau yang sedikit terpaut di atasnya merasa tidak pantas menikahinya. Mereka (lelaki) lebih senang mencari perempuan yang jauh lebih mudah, tampilan fisikyang menarik menjadi idaman bagi setiap lelaki. Dan itu juga terjadi pada lelalki mudah yang masih 17 an, mereka lalu menikah mencari yang lebih mudah umur 30 tahun biasanya sudah punya cucu.

Jarak umur Henayah dengan suaminya terpaut 25 tahun, yang mestinya sepantas sebagai anaknya. Namun tidak, henayah dijadikan istri nya yang ke empat status kepala dusundan haji merupakan”harapan”dunia material dan surga bagi Henayah, dan itu lazim. Bahwa lelaki akan membawa istrinya kesurga merupakan harapan bagi seorang perempuan, dan menjadi jaminan jika suaminya seorang yang memahami agama apalagi bergelar haji.

(39)

henayah masih kelihatan bagus, segar dan tidak terlalu gemuk. Suaminya merasa senang dan bangga akan punya anak lagi, dari seorang perempuan yang cantik.

Lama kelamaan tubuh Henayah menjadi gemuk dan gembrot karena kehamilannya. Seperti yang terjadi biasanya atau sering ditemui di daerah itu, suami suadah merasa tidak tertarik dengan tubuh yang dimiliki istrinya, gembrot tidak membuat nafsu.sudah pasti, suami melirik ke perempuan yang lebih memberikan gairah birahinya, ketika istri-istri terdahulu juga sudah

Tidak menarik ditinggalkan pasti mencari lain. Istri istri akan mudah diceraiakan. Jika tidak menyetujui tindakan suaminya untuk menikah lagi. Dan ini menjadi suatu dalilyang kuat ketika suami bertahan dengan berbagai alasantermasuk menggunakan dalh agama.

Henayah, dengan naluri yang dimiliki sebagaiperempuan yang berani bicara, mulai protes. Mulai dari menyalahkandirinya sendiri, “kenapa aku kawin dan hamil”, sampai memprotes kekuasaan lelaki dan legitimasi agama. Dengan keberaniannya, henayah menantang suaminya dan menuntut apa yang menjadi haknya dan tidak menyetujui suaminya nikah lagi. Tapi apa yang didapat, Henayah dicerai.

Kenyataan telah terjadi, Henayah mau menggugurkan anaknya, tidak mungkin, DOSA. Kalaupun mau nekad, dia tidak tahu caranya atau dimana. Henayah mengurung diri, sambil meratapi tubuhnya yang sedang mengandung besar. Dia tidak pernah memeriksa kandungannya, hatinya galau, uang sudah tidak diberi lagi oleh suami,malu kepada orang tuanya.henayah stres

(40)

memelihara anak yang membawa aib, dan anak yang meninggal belum ternodai oleh dosa,diyakini akan membawa ibunya kelak kesurga.

Uji kemampuan diri

(41)

Pelajaran 5

Perangkat Analisis Gender

untuk Asuhan Kebidanan

(42)

Pelajaran 5. Perangkat Analisis Gender untuk Asuhan Kebidanan Komunitas

Hardvard Analytical Framework and People-Oriented Planning

Alat analisis gender Hardvard ini dikembangkan di Hardvard Institute

Amerika.

Asumsi yang mendasarinya bahwa ada hubungan ekonomi dalam alokasi

sumber daya alam dengan pembagian peran kerja antara perempuan dan

laki-laki. Alat ini bertujuan membantu perencana dalam merancang proyek

yang efisien dan meningkatkan produktivitas secara menyeluruh, yang

dilakukan melalui pemetaan kerja laki-laki dan perempuan dalam sebuah

komunitas.

Ada 4 komponen utama dalam Hardvard Analytical Framework:

1. Profil kegiatan; mengidentifikasi tugas-tugas produkif dan reproduktif

terkait, menggunakan pertanyaan inti “siapa melakukan apa?”.

Parameter lain yang dapat diukur adalah dominasi gender dan umur, alokasi waktu, tempat kegiatan atau dapat ditambahkan kategori

kegiatan kemasyarakatan yang bersifat sosial politik/keagamaan. 2. Profil akses dan kontrol terhadap sumber daya; menunjukkan siapa

yang memiliki akses ke sumber daya dan mengontrol penggunaannya.

Selain itu juga dapat ditambahkan kategori sumber daya politis dan ekonomi,serta sumber daya waktu.

3. Faktor-faktor yang berpengaruh; identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi deferensiasi gender (pemberian kesempatan/hambatan

yang berbeda terhadap laki-laki). Faktor-faktor ini antara lain:

norma-norma masyarakat dan hirarki sosial, kependudukan, birokrasi

kelembagaan, kondisi ekonomi, insiden politik hukum dan sikap

masyarakat terhadap proyek. Selanjutnya dapat dibuat

prediksi/kecenderungan program, baik kekuatan, kelemahan,,

(43)

4. Analisis siklus proyek

Hardvard Analitycal Framework, dikenal juga dengan sebutan “Profil

Kegiatan” atau alokasi waktu antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga. Profil kegiatan ini umumnya memperlihatkan beban ganda

yang ditumpukan kepada permpuan, beban ini diwariskan secara turun temurun sehingga dianggap kelaziman dan tidak bernilai ekonomis.

Berdasarkan waktunya, profil kegiatan ini dapat dibuat harian, bulanan dan musiman.

Berikut ini contoh profil kegiatan :

Waktu

(Jam) Kegiatan L P

Anak

L

Anak

P Produktif Reproduktif Sosial

05.00 Bangun 05.30 Memasak 06.00 Mencuci 06.30 Makan

Pagi 07.00 Ke kebun

………. ………. ……….

Melalui profil kegiatan akan dapat diketahui kapan dan berapa banyak waktu senggang yang dimiliki laki-laki dan perempuan, selanjutnya dapat

disusun perencanaan untuk memanfaatkan waktu senggang tersebut. Bila dikritisi lebih lanjut, ternyata program yang dirancang untuk memanfaatkan

waktu senggang ini kadang justru menimbulkan beban ganda bagi

perempuan, yang notabene waktunya telah banyak tersita untuk kegiatan

(44)

Framework ini menarik karena :

a. Praktis.

b. Memberi gambaran yang jelas. Data yang dikumpulkan dapat

memberikan gambaran yang jelas sederhana tentang siapa melakukan

apa, kapan dan dengan cara apa. Kerangka ini membuat pekerjaan perempuan terlihat dan membantu kita untuk secara tepat menyusun

strategi membantu perempuan.

c. Membedakan antara akses dan kontrol sumberdaya.

d. Dapat dengan mudah diadaptasi.

e. Tidak bersifat mengancam dan netral secara gender. Semuanya

didasarkan pada “kenyataan-kenyataan” yang terlihat.

Keterbatasan kerangka Hardvard ini adalah:

a. Dipengaruhi oleh pemikiran WID yang tidak memperhatikan hubungan

gender yang tidak adil dalam masyarakat

b. Dapat mengarahkan pada satu pendekatan saja

c. Dapat menjadi sebuah alat perencanaan yang bersifat top down

d. Penekanan pada pemisahan dari pada pengkaitan

e. Tidak memperdulikan ketidaksetaraan-ketidaksetaraan yang mendasar

lainnya

f. Terlalu teknis

Kerangka Moser

Model analisis ini dikembangkan oleh Caroline Moser yang mencoba untuk

membawa satu agenda pemberdayaan perempuan ke dalam proses

perencanaan dengan cara menyusun perencanaan berbasis perspektif gender. Konsep-konsep yang terdapat dalam kerangka Moser ini adalah:

a. Tiga peran.

b. Kebutuhan-Kebutuhan gender strategis dan praktis.

(45)

Tujuan Kerangka Moser

Alat 1: Identifikasi peran-peran gender

Alat ini melibatkan pemetaan pembagian pekerjaan gender

Siapa Melakukan Apa

Kerangka Moser menganggap bahwa secara umum, di dalam masyarakat, perempuan yang berpendapatan rendah memiliki tiga peran, yaitu (a) peran

reproduktif (b) peran produktif dan (c) peran sosial atau kemasyarakatan.

Sedangkan laki-laki terutama mengurusi kegiatan-kegiatan produktif dan poltik dalam masyarakat. Dengan menyoroti kegiatan-kegiatan reproduktif

dan kemasyarakatan,sejalan dengan kegiatan-kegiatan produktif dan politik

dalam masyarakat.

Kerja reproduktif adalah Kerja-kerja pengelelolaan dan pelestarian rumah tangga dan keluarga yang di dalamnya termasuk melahirkan, merawat anak-anak mempersiapkan makanan, mengambil air dan bahan

bakar berbelanja. Merawat rumah dan kesehatan keluarga. Kerja reproduktif sangatlahpenting bagi kelangsungan hidup dan pelestarian

reproduksi angkatan kerja, tetapi hal tersebut jarang dianggapsebagai

“pekerjaan yang benar-benar pekerjaan”. Di masyarakat miskin, pekerjaan reproduktif adalah kerja kasar yang intensif dan menyita waktu. Hal-hal

tersebut hampir selalu menjadi kewajiban para perempuan dan anak-anak

perempuan.

Kerja produktif merupakan kerja yang menghasilkan produksi barang dan jasa untuk dikonsumsi dan diperdagangkan/dijual (pertanian, perikanan,

ketenagakerjaan, dan memperkerjakan diri sendiri). Ketika orang ditanya

apa pekerjaan mereka, jawaban paling sering mengacu ada kerja-kerja produktif terutama pekerjaan yang mendapatkan bayaran dan

menghasilkan pendapatan. Baik perempuanmaupun laki-laki dapat terlibat dslam kegiatan-kegiatan produktif tapi seringkali lebih tidak terlihat dan

(46)

Pekerjaan kemasyarakatan adealah kerja-kerja yang berkaitan dengan pengorganisasian kegiatan/tugas sosial secara bersama ; upacara-upacara

dan peringatan-peringatan, kegiatan-kegiatan peningatan masyarakat,

partisipasi dalam kelompok dan organisasi, kegiatan-kegiatan politik lokal

dsb. Jenis pekerjaan ini jarang dipertimbangkan/dilihat dalam analisis ekonomi suatu masyarakat. Tetapi jenis pekerjaan ini melibatkan jumlah

waktu yang cukup besar yang diberikan secara sukarela dan penting bagi perkembangan spiritual dan budaya masyarakat dan merupakan

“kendaraan” untuk pengaturan dan penentuan nasib masyarakat. Baik

perempuan dan laki-laki terlibat dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan,

meskipun suatu pembagian keja berdasarkan gender juga berlaku di sana.

Moser membagi pekerjaan kemasyarakatan menjadi 2 jenis pekerjan yang

berbeda:

a. Pekerjaan pengaturan kemasyarakatan, kegiatannya terutama

ditangani oleh perempuan di tingkat masyarakat sebagai perluasan dan peran reproduktif mereka untuk menjamin ketersediaan dan

pelestarian sumberdaya-sumberdaya konsumsi kolektif yang jarang, seperti air, perawatan kesehatan dan pendidikan. Sifatnya sukarela

tidak dibayar, dan dijalankan di waktu “senggang”.

b. Pekerjaan politik kemasyarakatan, terutama ditangani oleh laki-laki

pada tingkat masyarakat, pada tingkat formal yang seringkali berada

dalam satu kerangka politik nasional. Pekerjaan ini biasanya dibayar, baik langsung maupun tidak, melalui pemberian status dan

kekuasaan.

Perempuan, laki-laki, anak-anak laki-laki dan perempuan, sepertinya

terlibat 3 bidang pekerjaan. Laki-laki terlihat lebih sedikit terlibat dalam

pekerjaan reproduktif. Di banyak masyarakat, perempuan mengerjakan

(47)

Alat 2 : Pengujian Kebutuhan gender

Apa Kebutuhan-kebutuhan Gender Praktis Dan Strategis Perempuan?

Alat kedua melibatkan satu pengujian kebutuhan-kebutuhan. Perempuan

memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu yang berbeda dengan laki-laki, tidak

hanya disebabkan oleh ketiga peran mereka tetapi juga oleh posisi mereka yang dianggap lebih rendah dari laki-laki. Frame work Moser membedakan

antara 2 jenis kebutuhan (mengadaptasi ide Molyneux tentang kepentingan).

Kebutuhan-kebutuhan gender praktis - kebutuhan-kebutuhan yang diidentifikasi untuk menolong perempuan di posisi mereka yang berada di

bawah dalam masyarakat.

Kebutuhan gender praktis tidak menolak pemisahan pekerjaan

berdasarkan gender yang menempatkan perempuan pada posisi rendah di

masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan itu merupakan jawaban terhadap satu

kebutuhan yang dirasa mendesak yang teridentifikasi di suatu konteks tertentu. Kebutuhan-kebutuhan itu bersifat praktis dan seringkali

berhubungan dengan ketidakcukupan persyaratan hidup seperti persediaan air, perawatan kesehatan dan pekerjaan.

Kebutuhan-kebutuhan gender praktis meliputi :  Persediaan air

 Perawatan kesehatan

 Pendapatan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga  Perumahan dan kebutuhan-kebutuhan dasar

 Persediaan pangan keluarga

Kebutuhan-kebutuhan strategi gender – kebutuhan-kebutuhan yang teridentifikasi untuk mengubah pola-pola hubungan kekuasaan yang tidak

adil antara laki-laki dan perempuan dikarenakan posisi perempuan yang

lebih rendah dalam masyarakat. Kebutuhan strategis bermacam-macam

tergantung konteks masyarakatnya. Pada dasarnya kebutuhan strategis

berhubungan dengan pembagian pekerjaan, kekuasaan dan kontrol

(48)

hukum, kekerasan dalam rumah tangga, upah dan kontrol perempuan

terhadap diri mereka. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan gender strategi

ini membantu perempuan untuk mencapai persamaan, yang pada

gilirannya akan merubah peran-peran yang ada yang meningkatkan posisi

tawar perempuan.

Kebutuhan-kebutuhan gender strategis antara lain :

 Penghapusan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin

 Penghapusan beban pekerjaan rumah tangga dan perawatan anak  Penghilangan bentuk-bentuk diskriminasi yang telah melembaga,

misalnya hak-hak untuk memiliki tanah/lahan atau kekayaan

sendiri.

 Akses terhadap penghargaan dan sumberdaya-sumberdaya lainnya  Kebebasan dalam memilih dalam mempunyai anak

 Tindakan-tindakan untuk menentang kekerasan dan kontrol laki-laki

terhadap perempuan

Alat 3 : Data terpilah di tingkat rumah tangga

Siapa mengontrol apa? Siapa menentukan apa? Bagaimana caranya?

Di sisi lain dianalisis bahwa alokasi sumberdaya-sumberdaya dalam keluarga adalah hasil proses tawar menawar. Perlu dilihat siapa yang

memiliki kontrol terhadap sumberdaya-sumberdaya rumah tangga ini dan

siapa yang memiliki kekuasaan dalam pembuatan keputusan atas hal-hal tersebut.

Alat 4 : Matrix kebijakan WID/GAD

Moser menganalisis jenis-jenis pendekatan kebijakan tertentu sebagai

suatu cara untuk mendukung pemikiran melalui bagaimana intervensi

-intervensi perencanaan yang berbeda mengubah posisi sub-ordinal

perempuan dengan cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan gender strategis

(49)

Pendekatan-pendekatan ini adalah kesejahteraan, persamaan/ keadilan,

anti kemiskinan, efisiensi dan pemberdayaan.

 Pendekatan kesejahteraan adalah untuk mengikutsertakan

perempuan dalam pembangunan dengan peran reproduktif mereka

sebagai ibu yang lebih baik. Di sini perempuan dilihat sebagai peserta pasif. Pendekatan kesejahteraan memenuhi

kebutuhan-kebutuhan praktis perempuan misalnya air bersih, gizi yang lebih baik dll.

 Pendekatan persamaan/keadilan adalah untuk mencapai

persamaan bagi perempuan dalam hubungannya dengan laki-laki.

Di sini perempuan dilihat sebagai eserta aktif dalam pembangunan.

Perempuan diikutsertakan dalam akses ketenagakerjaan dan pasar.  Pendekatan anti-kemiskinan adalah suatu langkah yang

mengedepankan keadilan. Pendekatan ini bertujuan menyelesaikan

masalah pengintegrasian erempuan dengan memusatkan perhatian ke peningkatan produktivitas perempuan. Pendekatan ini mencoba

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan gender praktis perempuan dengan cara meningkatkan kapasitas mereka untuk memperoleh

pendapatan, pertama melalui proyek-proyek penghasil pendapatan skala kecil.

 Pendekatan efisiensi inji bermula dari dasar pemikran bahwa jika

perempuan dilibatkan dalam pembangunan, maka pembangunan semakin efisien. Ini mengasumsikan bahwa efisiensi otomatis dapat

adil. Jika kontribusi ekonomi perempuan diketahui, status mereka akan meningkat dan nantinya akan mengarah ke keadilan yang lebih

besar.

 Pendekatan pemberdayaan merupakan pendekatan yang paling

terakhir dan diciptakan oleh perempuan-perempuan selatan (negara

berkembang). Pendekatan ini yakin bahwa hanya dengan aksi dan

solidaritas bersama yang akan meningkatkan posisi perempuan dan

(50)

pengalaman perempuan ini diperkuat oleh faktor-faktor lain seperti

kelas, ras umur. Oleh karena itu, aksi pada tingkatan yang berbeda

sangat penting untuk memerangi tekanan. Secara terbuka,

pandangan ini mengatakan bahwa perempuan harus mendapat

kekuasaan lebih untuk mengubah posisi mereka. Pendekatan ini mengarah pada pemenuhan kebutuhan gender strategis perempuan

(51)

Pelajaran 6

Perencanaan Partisipasi

(52)

Pelajaran 6. Perencanaan Partisipasi Berperspektif Gender

Konsep Partisipasi

BEBERAPA PENGERTIAN PARTISIPASI

a. Partisipasi adalah konstribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam prngambilan keputusan.

b. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi

proyek-proyek pembangunan.

c. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa

orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif, dan

menggunakan kebebasan untuk melakukan hal itu.

d. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat

dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring

proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial.

e. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang di tentukannya sendiri.

f. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.

g. Partisipasi adalah konstribusi, partisipasi sama dengan organisasi atau

sama dengan proses penguatan.

Berdasarkan suatu kajian mengenai proyek kayu bakar untuk perempuan

di Kenya, di temukan ada 2 difinisi kata partitipasi dalam proyek ini yaitu partisipasi instrumental dan partisipasi transformasional. Partisipasi

instrumental terjadi ketika partisipasi dilihat sebagai suatu cara untuk

mencapai suatu sasaran tertentu – partisipasi masyarakat setempat dalam

proyek-proyek yang dilakukan oleh orang luar. Sedangkan partisipasi

transformasional terjadi ketika partisipasi itu pada dirinya sendiri di pandang

sebagai tujuan dan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi

(53)

PRINSIP-PRINSIP PARTISIPASI a. Mengutamakan masyarakat

b. Berbasis pengetahuan masyarakat

c. Melibatkan perempuan

TIPOLOGI/TINGKAT PARTISIPASI

8 = mendorong/mempercepat terjadinya perubahan 7 = mobilisasi diri sendiri

6 = terlibat dalam suatu pekerjaan bersama dan saling mendorong satu

sama lain

5 = terlibat dalam bekerja

4 = terlibat untuk memberikan dukungan materi

3 = terlibat dalam konsultasi

2 = terlibat dalam memberikan informasi

1 = terlibat tapi pasif

KEUNTUNGAN DARI PARTISIPASI

1. Memperoleh capaian lebih dengan biaya relatif rendah

2. Menarik secara politis

3. Usulan menarik secara ekonomi

4. Membawa keuntungan

5. Mempromosikan sumber daya manusia 6. Meningkatkan proses desentralisasi

7. Percaya diri dan menghargai kemampuan diri sendiri 8. Pembebasan dari ketakutan

9. Latihan dan keterampilan

10. Kepedulian dan informasi

11. Membangun hubungan

12. Pengakuan dan status sosial

13. Memiliki nilai hiburan

(54)

15. Persatuan

16. Kepemilikan kelompok

17. Jaringan dan hubungan

18. Melihat gambar yang labih besar

KENDALA DALAM PROSES PARTISIPASI 1. faktor struktual

2. faktor administrasi

3. faktor social budaya

Participatory Rural Appraisal (PRA)

PRA (Participatory Rural Appraisal = pengkajian pedesaan secara partisipatif) mulai di kembangkan awal dasawarsa 1990-an olehRobert Chambers, didefinisikan sebagai “sekumpulan pendekatan dan metode

yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mnegenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar dapat membuat rencana dan tindakan”.

Prinsip dalam PRA :

1. Mengutamakan yang terabaikan ( keperpihakan ) 2. Pemberdayaan masyarakat

3. Masyarakat sebagai perilaku, sebaiknya “orang luar” hanyalah fasilitator

4. Saling belajar dan menghargai perbedaan 5. Santai dan informal

6. Triangulasi ( check and re-chek ) 7. Mengoptimalkan hasil

8. Orientasi praktis ( implementasi )

9. Keberlanjutan dan selang waktu

10. Belajar dari kesalahan

(55)

Metode - metode penggalian data yang partisipatif a. Penelusuran Sejarah Desa

Teknik ini dipergunakan untuk mengungkapkan kembali sejarah

masyarakat di suatu lokasi tertentu berdasarkan penuturan masyrakat

sendiri

Jenis informasi yang di kaji :

1. Sejarah terbentuknya pemukiman,asal usul penduduk ,perkembangan jumlah penduduk dan berbagai peristiwa yang berkenaan dengan itu.

2. Keberadaan dan pengelola SDA

3. Perubahan – perubahan dalam status pemilikan,penguasaan dan

pemanfaatan tanah.

4. Pengenalan dan penanaman jenis tanaman baru dan penerapan

teknologi lainnya

5. Terjadinya wabah penyakit.

6. Tanggapan masyrakat atas berbagai masukan dan kegiatan pembinaan yang telah dilakukan serta masalah – masalah yang dihadapi dan

berbagai alternatif pemecahannya, pengalaman masyarakat dalam mengatasi masalah tersebut.

7. Pembangunan sarana dan prasarana penunjang (jalan,sekolah,saluran irigasi,puskesmas,dan lain – lain).

8. Sejarah organisasi desa dan sistem pengorganisasian tersebut

9. Topik – topik lain yang sesuai. Tujuan kajian sejarah desa :

1. Memfasilitasi masyarakat agar mengungkapkan pemahamannya tentang keadaan mereka di masa kini, dengan mengkaji latar belakang

masa lalu.

2. Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji perubahan – perubahan yang

terjadi di masyarakat dan masalah yang terjadi karena perubahan serta

bagaimana solusinya.

3. Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji hubungan sebab akibat antara

(56)

Manfaat kajian sejarah desa :

1. Bagi orang dalam : memiliki potensi untuk memperkuat kesadaran

masyarakat akan keberadaan dirinya.

2. Bagi orang luar : memberikan pemahaman dan wawasan tentang

masyrakat tersebut.

b. Pembuatan Bagan Perubahan dan Kecenderungan

Teknik ini adalah teknik PRA yang dapat perubahan – perubahan berbagai

keadaan,kejadian serta perubahan masyarakat dari waktu ke waktu.

Besaran perubahan dapat diamati apakah berkurang, tetap atau

bertambah.

Jenis informasi yang dikaji :

1. Perubahan dan perkembangan berbagi sumber daya seperti

produktivitas lahan dan tingkat kesuburan tanah, curah hujan,

ketersediaan air,ketersediaan kayu bakar, ketersediaan kayu bangunan. 2. Perubahan perkembangan tata guna lahan

3. Perubahan perkembangan penanaman pepohonan. 4. Perubahan perkembangan penduduk.

5. Perubahan jumlah ternak.

6. Perubahan dan perkembangan aspek sosial. Tujuan kajian kecenderungan dan perubahan : 1. Memfasilitasi masyarakat untuk mengenali berbagai 2. Tujuan kajian kecenderungan dan perubahan :

3. Memfasilitasi masyarakat untuk mengenali berbagai perubahan penting yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan mereka.

4. Memfasilitasi masyarakat untuk membaca / memperkirakan arah

kecenderungan umum dalam jangka panjang.

Manfaat kajian bagi orang dalam:

1. Memunculkan kesadaran tentang peran diri mereka dalam masyarakat.

2. Memunculkan pikiran-pikiran mereka tentang sebab-sebab perubahan

Gambar

Gambar 1. Pencapaian program imunisasi
Gambar 2. Rata-rata jumlah pasien per

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Untuk menganalisis perbedaan pengaruh pembelajaran Asuhan Kebidanan Komunitas di Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta dengan metode Jigsaw dan Group Investigation

Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memahami konsep kebidanan dengan pokok bahasan sejarah kebidanan, filosofi dan konseptual kebidanan,

Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan asuhan kebidanan yang meliputi pengkajian data, merumuskan diagnosa/masalah kebidanan, perencanaan

Analisis kebutuhan sistem dilakukan untuk mengetahui spesifikasi dari kebutuhan aplikasi yang akan dibangun. Pada tahap ini akan membahas mengenai perangkat keras dan perangkat

C3 :Menggunakan konsep, prinsip dan prosedur tentang manajerial asuhan kebidanan komunitas baik dirumah, posyandu dan Polindes (Pendokumentasian asuhan, PIS-PK) A2 :

Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan standar asuhan kebidanan yang meliputi pengkajian data, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan,

Mata kuliah memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan kelainan atau komplikasi dengan pendekatan manajemen kebidanan dengan

9 asuhan kebidanan kounitas secara langung di masyarakat Mahasiswa dapat menjelaskan advokasi dan negoisasi di komunitas Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah kebidanan di