• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

DISUSUN OLEH

TIM

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO

TAHUN 2013

MUTU PELAYANAN

(2)

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... 2

Modul 1 : Penerapan Standar Mutu Pelayanan Kebidanan ... 3

Modul 2 : Pengelolaan Masalah Pelayanan Kebidanan Di Tingkat

Pelayanan Kesehatan Primer ... 29

(3)

PENDAHULUAN

A. Latar belakang :

Globalisasi mempertinggi arus kompetisi disegala bidang termasuk

bidang kesehatan dimana perawat dan bidan terlibat didalamnya. Untuk

dapat mempertahankan eksistensinya, maka setiap organisasi dan semua

elemen-elemen dalam organisasi harus berupaya meningkatkan mutu

pelayanannya secara terus menerus.. Kecenderungan masa kini dan masa

depan menunjukkan bahwa masyarakat semakin menyadari pentingnya

peningkatan dan mempertahankan kualitas hidup (quality of life).

Oleh karena itu pelayanan kesehatan yang bermutu semakin dicari

untuk memperoleh jaminan kepastian terhadap mutu pelayanan kesehatan

yang diterimanya. Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat terhadap

pentingnya kesehatan untuk mempertahankan kualitas hidup, maka

customer akan semakin kritis dalam menerima produk jasa, termasuk jasa

pelayanan kebidanan, oleh karena itu peningkatan mutu kinerja setiap bidan

perlu dilakukan terus menerus.

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu

banyak upaya yang dapat dilaksanakan.Upaya tersebut jika dilaksanakan

secara terarah dan terencana ,dalam ilmu administrasi kesehatan dikenal

dengan nama program menjaga mutu pelayanan kesehatan (Quality

Assurance Program ).

Bidan merupakan tenaga kesehatan yang mempunyai tugas utama

memberikan pelayanan kebidanan dan kesehatan reproduksi kepada

individu perempuan, keluarga dan masyarakat. Dalam memberikan

pelayanan tersebut, baik klien maupun bidan yang bersangkutan perlu

mendapat perlindungan hukum. Untuk itu tenaga bidan perlu dipersiapkan

dengan sebaik mungkin untuk dapat menjalankan pekerjaan sesuai standar

yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, bagi setiap tenaga bidan harus

memiliki kompetensi minimal yang diperlukan untuk dapat mendukung

penyelenggaraan praktik kebidanan secara aman dan tepat.

PENERAPAN STANDAR MUTU PELAYANAN

(4)

Modul ini di kemas dalam dua kegiatan belajar dan seluruhnya diberi

alokasi waktu 32 jam. Dua kegiatan tersebut disusun dengan urutan sebagai

berikut :

 Kegiatan Belajar 1 : Standar pelayanan kebidanan dasar  Kegiatan Belajar 2 : Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan

Dalam modul ini mahasiswa diminta untuk banyak membaca secara

mandiri atau bersama teman-teman untuk mendapatkan gambaran dan

penguasaan yang lebih mendalam dan luas tentang standar pelayananan

kebidanan dan indikator mutu pelayanan kebidanan.

B. Kompetensi Dasar

Diharapkan peserta didik dapat memahami:

1. Standar pelayanan kebidanan dasar

2. Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan

C. Standar Kompetensi

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu

menerapkan dan mengaplikasikan :

1. Standar pelayanan kebidanan dasar

(5)

KEGIATAN BELAJAR

Kegiatan Belajar 1 : Standar Pelayanan Kebidanan Dasar

A. Standar Pelayanan Kebidanan Dasar

1. Pengertian Standar Pelayanan Kebidanan

Standar merupakan masalah mutu yang muncul setelah ditemukan

penyimpangan terhadap standar yang telah ditetapkan. Pada

akhir-akhir ini batasan pengertian standar adalah :

a. Standar pelayanan kebidanan adalah keadaan ideal atau tingkat

pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai

batas penerimaan,

b. Standar pelayanan kebidanan adalah kisaran variasi yang masih

dapat diterima,

c. Standar pelayanan kebidanan adalah rumusan tentang penampilan

atau nilai yang diinginkan yang mampu di capai, berkaitan dengan

parameter yang telah ditetapkan,

d. Standar pelayanan kebidanan adalah spesifikasi dan fungsi atau

tujuan yang harus dipenuhi oleh sebuah sarana pelayanan

kesehatan agar pemakai jasa pelayanan kesehatan dapat

memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan,

e. Standar pelayanan kebidanan adalah norma dan tingkat kinerja yang

diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Dari sekian pengertian diatas walaupun rumusannya berbeda,

tetapi pengertian yang terkandung di dalamnya adalah sama.

Standar menunjuk pada keadaan yang sangat ideal yang tercapai

sesuai yang telah direncanakan.

2. Syarat Standar

Standar pelayanan kebidanan mempunyai syarat standar:

1) Standar pelayanan kebidanan mempunyai pernyataan yang menjadi

pedoman pelaksanaan,

2) Standar pelayanan kebidanan mengharapkan suatu hasil yang harus

(6)

3) Standar pelayanan kebidanan mempunyai persyaratan-persyaratan

yang harus dipenuhi,

4) Standar pelayanan kebidanan mempunyai proses, yang merupakan

rangkaian dari langkah-langkah pokok yang dilaksanakan dalam

pelayanan kebidanan yang perlu dilakukan untuk penerapan standar

pelayanan,

5) Standar pelayanan kebidanan harus dapat diobservasi dan diukur,

6) Standar pelayanan kebidanan harus realistik.

3. Pengenalan Standar Pelayanan Kebidanan

Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi

penting dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)

dan angka kesakitan dan kematian bayi (AKB). Karena:

1) Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan

paripurna,

2) Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berfokus pada aspek

pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan

pemberdayaan masyarakat,

3) Bidan bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk

senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan

dimana pun dia berada.

Untuk menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi

sebagai acuan untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang

diberikan dalam seluruh aspek pengabdian profesinya kepada individu,

keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input, proses dan output.

Standar pelayanan kebidanan digunakan untuk menentukan kompetensi

yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari.

Standar pelayanan kebidanan yang dapat digunakan untuk menilai mutu

pelayanan:

a) Pelayanan kebidanan yang dilakukan harus berorientasi pada

kebutuhan masyarakat,

b) Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan

terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak,

c) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama

(7)

d) Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kebidanan masyarakat

khususnya kesehatan ibu dan anak serta sesuai dengan rencana,

e) Penentuan kegiatan prioritas yang langsung mempengaruhi

penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

sangat penting.

f) Pelayanan kebidanan yang dilakukan harus memanfaatkan fasilitas

sesuai standar yang dibutuhkan.

g) Menyusun rencana diklat Bidan dengan Pengembangan kurikulum

pendidikan Bidan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.

4. Standar Pelayanan Kebidanan Minimal ( minimum requirement standard )

Standar persyaratan pelayanan kebidanan minimal adalah keadaan yang

menunjukkan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh Bidan untuk

dapat menjamin melaksanakan pelayanan kebidanan yang bermutu.Standar

persyaratan pelayanan kebidanan minimal ini diebdakan atas 3 macam.

a. Standar masukan

Padda standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur

massukan yang perlu disediakan untuk dapat menyelenggarakan

pelayanan kebidanan yang bermutu, yakni:

a) Jenis kegiatan pelayanan kebidanan, yaitu jenis-jenis kegiatan

pelayanan kebidanan yang diprogramkan,

b) Jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana, yang sering dikenal dengan

Standar ketenagaan (standar of personnel)

c) Jumlah dan kualifikasi sarana, yang sering dikenal dengan standar

sarana (standar of facilities)

d) Jumlah dana (modal) yaitu ketersediaan sejumlah dana yang

dibutuhkan untuk melaksanakan pelayanan kebidanan,

e) Ketersediaan kebijakan dengan peraturan-peraturan yang menjadi

landasan hukum pelaksanaan pelayanan yang bermutu.

b. Standar lingkungan

Pada standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur

lingkungan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan

(8)

a) Garis ketersediaan kebijakan dengan peraturan-peraturan yang

menjadi landasan hukum pelaksanaan kebidanan yang bermutu.

Garis besar kebijakan,

b) Pola organisasi, yaitu bentuk dan jenis organisasi yang diperlukan

untuk terselenggaranya pelayanan kebidanan yang bermutu, dan

c) Sistem manajemen yang harus dipatuhi oleh setiap pelaksana

pelayanan kebidanan.

1) Kebersihan kamar empat pelayanan kebidanan,

2) Prosedur kerja,

3) Tata letak ruangan tempat pelayanan kebidanan

4) Tingkat disiplin kerja para petugas pelayanan kebidanan, dan

5) Keramahan para petugas pelayanan kebidanan

Standar lingkungan ini disebut juga standar organisasi dan

manajemen (standart of organization).

c. Standar proses

Standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur-unsur proses

yang harus dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan

kebidanan yang bermutu yakni :

1) Tindakan medis, ayitu langkah-langkah yang harus dilaksanakan

oleh seorang bidan dalam melakukan pelayanan kebidanan sebagai

berikut :

a. Pelayanan antenatal

b. Pelayanan persalinan

c. Pelayanan nifas

d. Penanganan kegawatdaruratan obstetri-neonatal

2) Tindakan non medis

a. Pelayanan kehidupan keluarga sehat, yaitu bidan harus

memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk hidup sehat

dengan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kehamilan,

gizi, keluarga berencana, kesiapan keluarga dalam menghadapi

kehamilan untuk menjadi orang tua.

(9)

Gambar Kedudukan dan Peranan Standar dalam Program Menjaga Mutu

5. Standar Penampilan Minimal ( minimum performance standard )

Menurut Abdul Bari, dkk, 2002. Yang dimaksud standar penampilan

minimal adalah yang menunjuk pada penampilan pelayanan kesehatan

yang masih diterima. Karena menunjuk pada unsur keluaran, maka standar

ini sering disebut dengan standar keluaran (standard of output) atau lebih

populer dengan sebutan standar penampilan ( standard of sperformance ).

Ruang lingkup standar pelayanan kebidanan meliputi 24 Standar

(Wibisono Wijono, 2006) yaitu:

a. Standar pelayanan umum

Standar 1 : Persiapan untuk hidup keluarga sehat

Tujuan:

1) Memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan

kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang

bertanggung jawab.

2) Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan,

keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan

kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan

PENYEBAB

MASALAH MUTU

PELAYANAN

KEBIDANAN

STANDAR

LINGKUNGAN

STANDAR

MASUKAN

STANDAR

PROSES

STANDAR

KELUARAN

(10)

kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua,

menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan

yang baik.

3) Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai

kehamilan yang sehat, ibu, keluarga dan masyarakat meningkat

pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya

kehamilan pada usia muda.

4) Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sektor terkait sesuai

dengan kebutuhan.

Standar 2 :Pencatatan dan Pelaporan

Tujuan:

1) Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk

pelaksanaan penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian

kinerja.

2) Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya

dengan seksama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatan semua

ibu hamil di wilayah kerja, rincian pelayanan yang telah diberikan

sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu hamil/ bersalin, nifas dan bayi

baru lahir semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada

masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikutsertakan kader

untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang

berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses melahirkan,ibu dalam

masa nifas,dan bayi baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan

tersebut untuk menilai kinerja dan menyusun rencana kegiatan pribadi

untuk meningkatkan pelayanan.

3) Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik.

4) Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri.

5) Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran

bayi dan pelayanan kebidanan.

6) Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua kelahiran

dan kematian ibu dan bayi.

7) Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi

(11)

8) Bidan bekerja sama dengan kader/tokoh masyarakat dan memahami

masalah kesehatan setempat.

9) Register Kohort ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS Ibu Hamil, Buku KIA, dan

PWS KIA, partograf digunakan untuk pencatatan dan pelaporan

pelayanan. Bidan memiliki persediaan yag cukup untuk semua

dokumen yang diperlukan.

10) Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format

pencatatan tersebut diatas.

11) Pemerataan ibu hamil.

12) Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat

jumlah kasus dan jadwal kerjanya setiap hari.

13) Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan

untuk mempelajari hasil kerjanya.

14) Pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaan

pelayanan. Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak

tercatatnya informasi pentig dalam pelaporan.

15) Pencatatan dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan memuat

tanggal, waktu dan paraf.

b. Standar Pelayanan Antenatal

Standar 3 : Identifikasi ibu hamil

Tujuannya :

1) Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan

memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu

untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur

2) Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan

kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat

pemeriksaan hamil

3) Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum

kehamilan 16 minggu.

4) Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk

menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah

(12)

5) Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara

teratur untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu

hamil, suami, keluarga maupun masyarakat.

Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan

Tujuaanya :

1) Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini

komplikasi kehamilan

2) Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal.

Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin

dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung

normal

3) Bidan juga harus mengenal kehamilan resti/ kelainan khususnya

anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV ; memberikan

pelayanan imunisasi, nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas

terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas

4) Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama

kehamilan

5) Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini

dan komplikasi kehamilan

6) Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya

kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan

7) Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi

kegawatdaruratan

8) Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk

penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan

kehamilan (kartu ibu )

9) Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan

Standar 5 : Palpasi abdominal

Bidan melakukan perkiraan usia kehamilan ibu, pertumbuhan

janinnya, penentuan posisi letak dan posisi bagian bawah janin dengan

melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan

(13)

Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan

Tujuan :

Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan

tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan

berlangsung

Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan

1. Bidan mampu :

1) Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan

2) Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia

3) Menyediakan alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik

dan siap digunakan

4) Menyediakan obat-obatan dan tablet zat besi untuk diberikan pada

ibu hamil yang sewaktu-waktu memerlukan

5) Melakukan pencatatan tentang pelaksanaan pelayanan yang telah

dilakukan secara lengkap dan benar

Proses yang harus dilakukan bidan :

Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama

dan pada minggu ke-28. HB dibawah 11gr% pada kehamilan termasuk

anemia, dibawah 8% adalah anemia berat.Dan jika anemia berat terjadi,

misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak mata

sangat pucat, segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan

selanjutnya. Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet

zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.

Standar 7 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

Tujuan :

Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan

melakukan tindakan yang diperlukan.

Pernyataan standar :

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta

(14)

Hasilnya : Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang

memadai dan tepat waktu, penurunan angka kesakitan dan kematian

akibat eklampsi

Persyaratannya :

Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur,

pengukuran tekanan darah.

Bidan mampu :

Mengukur tekanan darah dengan benar, mengenali tanda-tanda

preeklmpsia, mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan

tindak lanjut sesuai dengan ketentuan

Standar 8 : Persiapan persalinan

Tercapainya kepastian persalinan yang direncanakan dalam

lingkungan yang aman dan memedai yang dilaksanakan oleh Bidan yang

mempunyai kemampuan dan keterampilan yang cukup yaitu Bidan yang

bersangkutan dapat memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,

suami/keluarganya pada trimester ke III dan melakukan persalinan bersih

dan aman serta suasana yang menyenangkan akan di rencanakan dengan

baik.

Prasyarat:

1) Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada trimester

terakhir kehamilan

2) Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang

indikasi persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di rumah sakit

3) Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan

yang aman dan bersih

4) Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal tersedia

5) Perlengkapan penting yang di perlukan untuk melakukan pertolongan

persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam keadaan DTT/steril

6) Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepat

jika terjadi kegawat daruratan ibu dan janin

7) Menggunakan buku KIA kartu ibu dan partograf

8) Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami

(15)

c. Standar pertolongan persalinan

Standar 9 : Asuhan persalinan kala I

Tujuan :

Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam

mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan

bayi.

Pernyataan standar:

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,

kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan

memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.

Hasilnya :

1) Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan

tepat waktu bila diperlukan.

2) Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang

ditolong tenaga kesehatan terlatih.

3) Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama.

Standar 10 : persalinan kala II yang aman

Tercapainya kepastian persalinan yang bersih dan aman untuk ibu

dan bayi dengan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta

pada tempat yang telah dipersiapkan sesuai rencana yaitu diruangan yang

bersih dan terlindungi dari jangkauan orang lain.

Untuk terlaksananya asuhan persalinan kala II yang bersih dan

aman pada proses persalinan tersebut, maka bidan perlu :

1) Mempersiapkan pertolongan persalinan di ruangan yang hangat, bersih

dan sehat.

2) Mempersiapkan perlengkapan untuk pertolongan persalinan bersih dan

aman.

3) Mencatat hasil pemeriksaan KMS ibu hamil/buku KIA, kartu ibu dan

partograf.

(16)

Standar 11 : penatalaksanaan aktif persalinan kala III

Tujuan :

Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban

secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan,

memperpendek waktu persalinan kala III, mencegah atoni uteri dan

retensio plasenta.

Untuk terlaksananya penatalaksanaan kala aktif persalinan kala III

pada proses persalinan tersebut, maka Bidan perlu :

1) Mempunyai keterampilan dan sudah terlatih dala melahirkan plasenta

secara lengkap,

2) Menyediakan peralatan dan perlengkapan untuk melahirkan plasenta,

3) Menyiapkan obat-obatan oksitosin dan metode yang efektif untuk

penyimpanan dan pengirimannya yang dijalankan dengan baik,

4) Melakukan sistem rujukan untuk kegawatdaruratan obstetri yang aktif.

Standar 12 : penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi

Tujuan :

Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada

tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.

Untuk terlaksananya penanganan kala II dengan gawat janin melalui

episiotomi pada proses persalinan tersebut,

1) Bidan sudah terlatih untuk melaksanakan episiotomi dan menjahit

perineum secara benar,

2) Bidan menyiapkan perlengkapan untuk melakukan episiotomi,

3) Bidan melakukan pencatatan hasil pemeriksaan dalam kartu ibu,

partograf dan buku KIA.

d. Standar Pelayanan Nifas

Standar 13 : perawatan bayi baru lahir

Tujuan :Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya

pernafasan serta mencegah hipotermi, hipokglikemia dan infeksi.

Untuk terlaksananya perawatan bayi baru lahir dengan segera dan tepat,

(17)

1) Bidan yang mendampingi persalinan dan memberikan perawatan bayi

baru lahir adalah bidan yang sudah terlatih dan trampil,

2) Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir dengan menggunakan

skor APGAR,

3) Bidan yan gmenolong bayi dapat melakukan upaya pernafasan dan

melakuka resusitasi bayi baru lahir,

4) Bidan segera mengenal tanda-tanda hipotermi dan dapat melakukan

tindakan yang tepat untuk mencegah dan menangani hipotermi,

5) Bidan melakukan pencegahan infeksi bayi baru lahir,

6) Bidan segera mengenal tanda-tanda hipoglikemia dan melakukan

penatalaksanaan yang tepat jika terjadi

7) Bidan menyiapkan perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang

bersih dan aman bagi bayi

8) Melakukan pencatatan di buku ibu, kartu bayi dan buku KIA

Standar 14 : penanganan kala IV/ pada 2 jam setelah persalinan

Untuk dapat mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih

dan aman selama persalinan kala IV untuk memulihkan kesehatan ibu dan

bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan sayang bayi, memulai

pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan

mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya. Bidan

melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi paling

sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang

diperlukan.

Standar 15 : pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di Puskesmas

dan rumah sakit atau melalui kunjungan ke rumah pada hari ke tiga, minggu

ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk mebantu pemulihan

ibu dan bayi melalui penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini

penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa

nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,

kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir,

(18)

e. Standar penanganan kegawatan obstetrik dan neonatal

Standar 16 : Penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester III

Bidan dapat mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan

pada kehamilan dan segera melakukan tindakan cepat dan tepat

pertolongan pertama dan melakukan rujukan sehingga ibu yang

mengalami perdarahan pada trimester III kehamilan segera mendapat

pertolongan yang cepat dan benar.

Standar 17 : Penanganan kegawatan pada eklampsia

Bidan mengenali secara tepat dan dini tanda dan gejala

pre-eklampsia ringan, berat dan pre-eklampsia sehingga bidan dapat mengambil

tindakan yang tepat.

Standar 18 : Penanganan kegawatdaruratan pada partus lama/macet

Bidan dapat mengenali secara tepat dan dini tanda dan gejala

pre-eklampsia ringan, berat dan pre-eklampsia sehingga Bidan dapat mengambil

tindakan yang tepat.

Untuk terlaksananya penanganan kegawatdaruratan pada partus

lama/macet, maka Bidan harus :

1) Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibu dan janin, his dan

kemajuan persalinan pada partograf dan catatan persalinan.

2) Jika terjadi penyimpangan kemajuan persalinan maka Bidan dapat

melakukan palpasi uterus dengan teliti untuk mendeteksi gejala-gejala

dan tanda lingkaranretraksi patologis.

3) Jika ibu mendapat hidrasi yang baik selama proses persalinan, agar ibu

sering minum.

4) Menyuruh ibu untuk berjalan-jalan, merubah posisi selama proses

persalinan dan kelahiran.

5) Meminta ibu untuk sering buang air kecil selama proses persalinan

(sedikitnya setiap 2 jam).

6) Mengamati tanda-tanda partus macet dan lama dengan melakukan

palpasi abdomen, menilai penurunan janin, dan periksa dalam, menilai

penyusupan janin, dan pembukaan serviks.

(19)

8) Periksa dengan teliti vagina dan kondisinya.

9) Periksa juga letak janin, pembukaan serviks apakah tipis, tegang atau

mengalami edema.

10) Bila terlihat ada tanda dan gejala persalinan macet, gawat janin, atau

tanda bahaya pada ibu, maka ibu dibaringkan miring ke sisi kiri dan

berikan cairan IV dan rujuk segera ke Rumah Sakit yang memiliki

sarana penanganan kebidanan yang memadai.

11) Bila dicurigai adanya ruptura uteri (his tiba-tiba berhenti atau syok

berat) maka rujuk segera.

12) Bila kondisi ibu dan janin buruk dan pembukaan serviks sudah lengkap,

maka bantu kelahiran bayi dengan ekstraksi vakum.

13) Bila keterlambatan terjadi sesudah kepala lahir lakukan episiotomi,

anjurkan ibu dalam posisi berbaring terlentang dengan melipat kedua

paha, kemudian lakukan tarikan kepala curam kebawah untuk

melahirkan bahu depan, jangan pernah melakukan dorongan pada

fundus karena akan mempengaruhi bahu lebih jauh dan menyebabkan

ruptura uteri.

14) Buat dokumen partograf dan kartu ibu secara lengkap tentang

kemajuan persalinannya..

Standar 19 : Persalinan dengan penggunaan vacum ekstraktor

Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum dengan

melakukaknnya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan

dengan memastikan keamanannya bagi ibu, janin atau bayinya.

Standar 20 : Penanganan kegawatdaruratan retensio plasenta

Bidan mampu mengenali retensi plasenta, dan dapat memberikan

pertolongan pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan

perdarahan sesuai dengan kebutuhan.

Standar 21 : Penanganan pendarahan Postpartum primer

Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24

(20)

segera melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan untuk

mengendalikan perdarahan.

Standar 22 : Penanganan pendarahan Postpartum sekunder

Tujuan :

Mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum

sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan

jiwa ibu.

Pernyataan standar :

Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala

perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama

untuk penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya.

Standar 23 : Penanganan sepsis puerperalis

Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis

puerperalis sehingga dapat melakukan perawatan dengan segera dan

merujuknya.

Untuk terlaksananya penagnan sepsis puerperalis, maka Bidan harus :

1) Melakukan pengamatan tanda dan gejala infeksi sepsis puerperalis

yang didiagnosa bila terjadi gejala sejak terjadinya pecah ketuban

mulai dari hari ke 2 ( 2 x 24 jam).

2) Periksa tanda awal dan gejala infeksi saat memberikan pelayanan nifas

3) Memberitahukan keluarga ibu supaya waspada tanda dan gejala

infeksi dan segera mencari pertolongan.

4) Periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk mencari sumber infeksi.

5) Bila uterus nyeri, pengecilan uterus lambat atau terdapat perdarahan

pervaginam mulai berikan infus ringer laktat, kemudian di rujuk ke

rumah sakit.

6) Bila sepsis ringan, berikan antibiotika.

7) Pastikan ibu dan bayi di rawat terpisah, jauh dari keluarga sampai

infeksi teratasi.

8) Peralatan yang dipakai ibu tidak boleh diapakai untuk keperluan lain,

(21)

9) Berikan nasehat pada ibu dan keluarga tentang pentingnya kebersihan

diri, penggunaan pembalut steril dan membuangnya dengan hati-hati.

10) Beritahukan keluarga untuk memberikan makanan yang bergizi

11) Memberitahukan ibu untuk memberikan ASI.

12) Catat semua penilaian, semua tindakan yang dilakukan, dan semua

pengobatan yang diberikan.

13) Cermati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik dalam

24 jam segera lakukan rujukan ke rumah sakit.

Standar 24 : Penanganan asfiksia neonatorum

Bidan secepatnya dapat mengenali dengan tepat bayi baru lahir

dengan asfiksia untuk segera melakukan tindakan secepatnya, memulai

resusitasi bayi baru lahir dan mengusahakan bantuan medis yang

diperlukan, melakukan rujukan bayi baru lahir dengan tepat dan melakukan

(22)

KEGIATAN BELAJAR

Kegiatan Belajar 2 : Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan

Disiplin Dalam Standar Pelayanan Kebidanan ( SPK )

A. Pengertian Standar

Menurut Clinical Practice Guideline (1990) Standar adalah keadaan

ideal atau tingkat pencapain tertinggi dan sempurna yang dipergunakan

sebagai batas penerimaan minimal.

B. Manfaat Standar Pelayanan Kebidanan

1) Standar pelayanan kebidanan berguna dalam penerapan norma

tingkat yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

2) Melindngi kepentingan Masyrakat.

3) Sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan.

4) Untuk bahan yang menjadi landasan Bidan dalam melaksanakan

praktik dan berkerja.

5) Sebagai dasar untuk menilai peksanaan pelaynan, menyusun rencana

dan pengembangan pendidikan.

C. Format standar pelayanan Kebidanan

1) Tujuan merupakan tujuan standar

2) Pernyataan standar berisi pertanyataan tentang pelayanan kebidanan

yang dilakukan, dengan penjelasan tingkat kompetensi yang

diharapkan.

3) Hasil yang dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan

dalam bentuk yang dapat diatur.

4) Persyaratan yang diperlukan (misalnya alat,obat,keterampilan) afgar

pelaksana pelayanan dapat menerapkan standar.

5) Proses berisi langkah-langkah pkok yang perlu diikuti untuk

penerapana standar.

D. Standar Out Come

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan

(23)

1. Kepuasan Pelanggan

Setiap pelayanan jasa akan beerdampak pada kemauan dari

pelanggan untuk mendatangi tempat dimana pelayanan itu

dilaksanakan.

Tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara

penampilan yang dirasakan dan harapan. Tingkatan kepuasan antara

lain:

Bila penampilan kurang dari harapan pelanggan tidak dipuaskan.

1) Bila penampilan sebanding dengan harapan kepuasan

pelanggan.

2) Apabila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau

senang.

Kepuasan pelanggan pengguna jasa pelayanan Kesehatan dipengaruhi

oleh beberapa faktor :

1) Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan

2) Sikap peduli (Empaty) yang ditunjukan oleh para petugas

Kesehatan.

3) Biaya (Cost) besarnya biaya yang harus disediakan atau

dibayarkan oleh pasien atas jasa pelayaan kebidanan yang telah

mereka dapatkan.

2. Ketepan

Pelayanan kebidanan dilakukan dengan tepat dan cermat

sesuai dengan keluhan yang disampaikan oleh ibu hamil/pasien

sehingga hasil diagnosa dapat disesuaikan dengan

tindakan-tindakan pelayanan yang benar dan pemberian pengobatan yang

tepat.

3. Efisiensi dan efektifitas

1) Efisiensi mutu pelayanan Kesehatan merupakan dimensi

penting dari suatu mutu karena efisiensi akan memengaruhi

hasil pelayanan Kesehatan.

2) Pelayanan yang efisiensi akan memberikan perhatian yang

optimal dari pada memaksimalkan pelayanan kepada pasien

(24)

E. Meningkatkan kinerja Bidan

1. Pengertian Kinerja Kebidanan

Bidan yang merupakan Tenaga fungsional pengelola pelayanan

kebidanan yang bertindak sesuai standar pelayanan kebidanan yang

bertindak sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah.

2. Penilaian Kinerja Kebidanan

Terdapat tiga konsep yang dapat digunakan untuk mengukur

kinerja bidan dalam pelayanan kebidanan yakni:

1) Responsitivitas (Responsiveness): menggambarkan kemampuan

Bidan dalam menjalankan misi dan tujuannya terutama untuk

memenuhi kebutuhan Masyarakat.

2) Responsibilitas ( Responsibility): pelaksanaan kegiatan pelayanan

kebidanan dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi

yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi baik yang

implisit atau eksplisit.

3) Akuntabilitas (accountability): menunjuk pada seberapa besar

kebijakan dan kegiatan organisasi tunduk pada standar yang telah

ditetapkan.

Indikator penilaian kinerja pelayanan kebidanan sebagai berikut:

1) Prosedur pelayanan kebidanan.

2) Persyaratan pelayanan kebidanan.

3) Kejelasan petugas pelayanan kebidanan.

4) Kedisiplinan petugas pelayanan kebidanan.

5) Tanggung jawab petugas pelayanan kebidanan.

6) Kemampuan petugas pelayanan kebidanan, yaitu tingkat keahlian

dan keterampilan yang dimiliki petugas.

7) Kecepatan pelayanan kebidanan.

8) Keadilan mendapatkan pelayanan kebidanan.

9) Kesopanan dan keramahan bidan.

10) Kewajaran biaya pelayanan kebidanan.

11) Kepastian biaya pelayanan kebidanan.

12) Kepastian jadwal pelayanan kebidanan.

(25)

Penilaian kinerja pelayanan kebidan dapat dilakukan secara internal dan

eksternal. Penilaian secara internal adalah mengetahui apakah proses

pencapaian tujuan sudah sesuai dengan rencana bila dilihat dari proses

dan waktu, sedangkan penilaian keluat (eksternal) dilakukan dengan

mengukur kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kebidanan yang

diberikan oleh bidan yang melaksanakan pelayanan.

F. Daftar Tilik Pelaksanaan Program ANC di Puskesmas

Petunjuk : Amati apakah provider melakukan setiap langkah dalam daftar tilik

ini dan beri tanda Y (Ya) atau T (Tidak).

Jika langkah tidak dibutuhkan, tulis t/d pada kolom “catatan”.

Tuliskan pula catatan lain tentang kinerja provider pada kolom “catatan”.

LANGKAH / TUGAS OBSERVASI

(Ya/Tidak) CATATAN

MONITORING DAN EVALUASI KINERJA

1. Datang ke puskesmas tepat waktu 2. Menggunakan teknik komunikasi

yang baik.

3. Menunjukkan bahasa tubuh yang tepat.

4. Menggunakan teknik bertanya yang tepat.

WAWANCARA AWAL

1. Menyapa klien dengan hormat dan ramah.

2. Menilai apakah konseling sesuai untuk keadaan saat itu (jika tidak, mengatur jadwal untuk konseling pada waktu yang lain).

3. Menjamin privasi yang diperlukan

 Menutup pintu

 Mengupayakan pembicaraan tidak terdengar orang lain 4. Memonitor saat konsultasi bahwa

 Pintu ruang periksa tertutup.

(26)

 Pasien dilindungi dengan selimut saat pemeriksaan fisik dan/atau ginekologis, jika perlu.

 Tidak ada orang lain yang keluar masuk ruangan saat pasien diperiksa

5. Menanyakan identitas (nama, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan ibu).

6. Menanyakan riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu. 7. Menanyakan riwayat kehamilan

sekarang (hamil yang keberapa, keluhan utama, haid yang terakhir, siklus haid, dll).

8. Menanyakan riwayat penggunaan kontrasepsi.

9. Menanyakan riwayat penyakit yang diderita pada kehamilan sekarang.

10. Menanyakan riwayat kesehatan keluarga.

11. Mendiskusikan apa yang dibutuhkan klien, kekhawatiran dan perasaannya dengan cara dan sikap yang simpatik. 12. Bila ada orang ketiga selama

konseling, pemeriksaan, atau prosedur tindakan lain, staf menjelaskan keberadaan orang tersebut dan meminta ijin dari klien.

13. Seluruh pelayanan diberikan dengan cara yang menghormati kerahasiaan dan privasi.

SKRINING

1. Melakukan pengamatan awal secara cermat untuk memastikan tidak ada masalah dengan kondisi kesehatannya.

2. Menjelaskan efek samping yang mungkin timbul dan memastikan bahwa seluruhnya telah

dimengerti.

(27)

4. Mendiskusikan apa yang harus dilakukan bila klien merasakan suatu masalah.

5. Memberikan instruksi kunjungan lanjutan.

6. Meyakinkan klien bahwa ia dapat kembali ke klinik kapan saja untuk mendapatkan saran atau

perawatan medis.

7. Meminta klien mengulang intruksi yang telah diberikan.

8. Menjawab pertanyaan klien.

WAWANCARA LANJUTAN

1. Memberikan informasi tentang keluarga berencana.

2. Memberikan informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia, kelebihan dan keterbatasannya. 3. Membantu klien menentukan

metode yang sesuai.

FASILITAS, PERALATAN, PERSEDIAAN

1. Apakah mereka memiliki peralatan yang diperlukan untuk

melaksanakan pekerjaan? 2. Apakah mereka mempunyai

persediaan yang dibutuhkan? 3. Apakah peralatan dan fasilitas

memadai?

4. Apakah klinik ini memiliki ruang khusus sehingga konseling tidak bisa dilihat dan didengar oleh orang lain?

5. Apakah mereka mempunyai kendaraan, bila dibutuhkan?

PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN

1. Petugas mencuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah

 Keringkan dengan handuk yang kering dan bersih, atau keringkan di udara 2. Pemeriksaan Umum

 Kesadaran

(28)

 Kenaikan berat badan

 Pemeriksaan leopold  Perabaan gerak janin  Pemerikaan auskultasi  Pemeriksaan dalam (atas

indikasi)

4. Pemeriksaan laboratorium (atas indikasi)

 Hb  Urine  Feces

 Darah perifer lengkap 5. Pemberian imunisasi TT.

 TT 1 8. Penyuluhan : Gizi, kebersihan,

(29)

PENDAHULUAN

D. Latar belakang :

Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007

angka kematian ibu masih tinggi yaitu 262/100.000 kelahiran hidup yang masih jauh diatas target. Angka Kematian Ibu (AKI) untuk MDG’s pada tahun 2015 yaitu sekitar 102/100.000 kelahiran hidup. Sementara Angka Kematian

Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 35/1.000 kelahiran hidup atau dua kali

lebih bessar dari target World Health Organization (WHO) sebesar 15/1.000

kelahiran hidup (Anonim, 2007). Berdasarkan profil Kesehatan Sumatera

Barattahun 2007 AKI berkidar 228/100.000 kelahiran hidup dan AKB

30/1.000 kelahiran hidup.

Untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian

Bayi (AKB) perlu peningkatan standar dalam menjaga mutu pelayanan

kebidanan. Ujung tombak penurunan AKI tersebut adalah tenaga kesehatan

, dalam hal ini adalah bidan. Untuk itu pelayanan kebidanan harus

mengupayakan peningkatanmutu dan memberi pelayanan sesuai standar

yang mengacu pada semua persyaratan kualitas pelayanan dan peralatan

kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Fokus

pembangunan kesehatan terhadap tingginya AKI dan AKB masih terus

menjadi perhatian yang sangat besar dari pemerintah karena salah satu

indikator pembangunan sebuah bangsa AKI dan AKB.

Globalisasi mempertinggi arus kompetisi disegala bidang termasuk

bidang kesehatan dimana bidan terlibat didalamnya. Untuk dapat

mempertahankan eksistensinya, maka setiap organisasi dan

semuaelemen-elemen dalam organisasi harus berupaya meningkatkan mutu pelayanannya

secara terus menerus..Kecenderungan masa kini dan masa depan

menunjukkan bahwa masyarakat semakin menyadari pentingnya

peningkatan dan mempertahankan kualitas hidup (quality of life). Oleh

PENGELOLAAN MASALAH PELAYANAN

(30)

memperoleh jaminan kepastian terhadap mutu pelayanan kesehatan

yang diterimanya. Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat

terhadap pentingnya kesehatan untuk mempertahankan kualitas hidup,

maka customer akan semakin kritis dalam menerima produk jasa, termasuk

jasa pelayanan kebidanan, oleh karena itu peningkatan mutu kinerja

setiap bidan perlu dilakukan terus menerus.Untuk dapat

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak upaya

yang dapat dilaksanakan.Upaya tersebut jika dilaksanakan secara

terarah dan terencana ,dalam ilmu administrasi kesehatan dikenal dengan

nama program menjaga mutu pelayanan kesehatan (Quality Assurance

Program). Pengertian mutu pelayanan kesehatan itu sendiri menurut WHO

1988 adalah penampilan yang pantas atausesuai yang berhubungan dengan

standar-standar dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang

dapatmemberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan yang

telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada

kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi .

Azwar (1996) mengatakan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan

dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu

diantaranya yang dianggap mempunyai peranan yang cukup penting adalah

penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Sesuai dengan peraturan

Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Pelayanan Kesehatan. Agar

penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang

diinginkan maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat diantaranya;

tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai,

mudah dijangkau, dan bermutu . kesehatan yang bermutu adil dan merata.

Modul Pengelolaan Masalah Pelayanan Kebidanan di Tingkat

Pelayanan Kesehatan Primer ini disusun dengan tujuan untuk memberikan

pengetahuan kepada mahasiswa dan motivasi agar dapat mengaplikasikan

sesuai displin ilmu yang ada agar memiliki standar kompotensi yang

diaharapkan.

E. Kompetensi Dasar

Diharapkan peserta didik dapat memahami:

3. Visi,Misi dan Strategi Menteri Kesehatan

(31)

5. Sistem pelayanan kesehatan

6. Issue etik Pelayanan Kebidanan

7. Etik Issue dan dilema Pelayanan Kebidanan

F. Standar Kompetensi

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu

menerapkan dan mengaplikasikan :

Pengelolaan Masalah Pelayanan Kebidanan di Tingkat Pelayanan Kesehatan

Primer

(32)

KEGIATAN BELAJAR

Visi misi dan strategi Kementerian Kesehatan

Visi:

Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.

Misi:

1. Meningkatkan derajat Kesehatan Mayarakat melalui pemberdayaan

Masyarakat, termasuk swasta dan Masyarakat madani.

2. Melindungi Kesehatan Masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya

Kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan.

3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya Kesehatan.

4. Menciptakan tata kelola ke Pemerintahan.

Strategi:

1. Meningkatkan pemberdayaan Masyarakat swasta dan Masyarakat madani

dalam pembangunan Kesehatan melalui kerjasama Nasiona dan global.

2. Meningkatkan pelayanan Kesehatan yang merata, terjangkau bermutu dan

berkeadilan, serta berbasis bukti, dengan mengutamakan pada upaya

promotif dan preventif.

3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan Kesehatan, terutama

mewujudkan jaminan sosial Kesehatan Nasional.

4. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia

Kesehatan yang merata dan bermutu.

5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan

alat Kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemamfaatan, dan

mutu sediaan farmasi, alat Kesehatan dan makanan.

6. Meningkatkan manajement Kesehatan yang akuntabel, transparan

berdayaguna dan berhasil guna untuk memantapkan desentralisasi

Kesehatan yang bertanggung jawab.

Nilai :

1. Pro rakyat

2. Inklusif

3. Responsive

4. Efektif

(33)

A. Perubahan paradigma Pelayanan Kebidanan

Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan ke profesionalnya dengan

berpegang pada paradigma, berupa pandangan terhadap

manusia/perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan Kesehatan/kebidanan

dan keturunan.

1. Perempuan

Perempuan sebagaimana halnya manusia adalah makhluk

bio-psiko-sosio-kultural yang utuh.

2. Lingkungan

Lingkungan merupakan semua yang terlibat dalam interaksi individu pada

waktu melaksanakan aktifitasnya, baik lingkungan fisik, psikososial,

biologis maupun budaya.

3. Perilaku

Merupakan hasil seluruh pengamalan manusia dengan lingkungannya,

yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,sikap dan tindakan.

Pelayanan kebidanan adalah individu,keluarga,dan Masyarakat yang

meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan

pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :

1. Pelayanan Primer ialah layanan Bidan yang sepenuhnya menjadi

tanngungjawab Bidan.

2. Pelayanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh Bidan sebagai

anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan.

3. Pelayanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh Bidan dalam

rangka rujukan ke system layanan yng lebih tinggi atau sebaliknya.

4. Keturunan

Keturunan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas

manusia.

B. Sistem pelayanan Kesehatan

a) Pengertian

System adalah suatu keterkaitan diantara elemen-elemen pembentuknya

dalam pola tertentu untuk mencapai tujuan tertentu ( System is

interconnected parts of elements in certain pattern of work ).

Berdasarkan pengertian ini dapat di interprestasikan ada dua prinsip dasar

(34)

1. Elemen, komponen atau bagian pembentuk system ;dan

2. Interconnection, yaitu saling keterkaitan antar komponen dalam pola

tertentu.

b) Tujuan Sistem Pelayanan Kesehatan

Depkes 2004. Memberikan arahan system Kesehatan dengan tujuan

adalah:

1. Meningkatkan status Kesehatan Masyarakat.

2. Meningkatkan responsiveness terhadap harapan Masyarakat. Dalam

hal ini Masyarakat puas terhadap pelayanan Kesehatan.

3. Menjamin keadilan dalam kontribusi pembiayaan.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas maka system Kesehatan ada

dua hal yang perlu diperhatikan yakni:

1) Elemen, komponen atau bagian pembentuk system yang berupa

actor-aktor pelaku;dan

2) Interconnection berupa fungsi dalam system yang saling terkait dan

dimiliki oleh elemen-elemen system.

c) Pelaku-pelaku yang terlibat dalam system pelayanan Kesehatan adalah

1. Pemerintah yang terdiri atas pemerintah pusat,propinsi,dan

Kabupaten/Kota.

2. Swasta

3. BP swasta

4. Masyarakat

d) Bentuk system pelayanan Kesehatan

Bentuk pelayanan Kesehatan berdasarkan tingkat pelayanannya.

1. Pelayanan Kesehatan primer atau tingkat pertama. Contoh

:Puskesmas dan Klinik.

2. Pelayanan Kesehatan sekunder atau tingkat kedua. Contoh :Rumah

Sakit tipe C dan tipe D.

3. Pelayanan Kesehatan tersier atau tingkat ketiga. Contoh :Rumah Sakit

tipe A dan tipe B.

e) Tingkat pelayanan system Kesehatan.

Pelayanan Kesehaatan dalam system pelayanan Kesehatan diantaranya

sebagai berikut:

(35)

2. Perlindungan khusus (Spesific protection)

3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (arly diagnosis and promt

treatment)

4. Pembatasan cacat (Disabilty limitation)

5. Rehabilitasi (Rehabilitation)

f) Faktor yang mempengaruhi system pelayanan Kesehatan

1. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru

2. Pergeseran nilai Masyarakat

3. Aspek legal dan etik

4. Ekonomi

5. Politik

C. Issu Etik Pelayanan Kebidanan

1. pengertian

Isu adalah suatu berita yang belum tentu kebenarannya, dimana berita itu

bisa benar atau salah. Isu dapat menimbulkan penapsiran yang

bermacam-macam karena yang masing-masing orang memiliki pendapat

untuk memberikan tanggapan.

Etik atau etiaka berasal dari bahasa yunani dari kata “Ethos” yang berarti

kebiasaan-kebiasaan atau tingkah laku manusia.

Etik sebagai kumpulan asas atau nilai yang berkenaan degan akhlak, nilai

benar dan salah yang di anut suatu organisasi kesehatan atau bidan yang

bekerja di organisasi itu dan dilingkungan masyarakat merupakan seni dan

praktek yang mengkobinasikan keilmiahan, filosofi dan pendekatan pada

manusia sebagai syarat atau ketetapan dalam pemeliharaan kesehatan

wanita dan proses reproduksinya yang normal.

2. kewajiban dalam pekerjaan bidan

a. kewajiban bidan tehadap klien dan masyarakat (6 butir)

Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan

mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas

pengabdiannya.

1) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung

tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara

(36)

2) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman

pada peran, tugas dan tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan

klien , keluarga dan masyarakat.

3) setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan

kepentingan klien, menghormati hak klien dan nilai-nilai yang di

anut oleh klien

4) setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa

mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat

dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan

berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

5) setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam

hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi

masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.

kewajiban terhadap tugasnya (3 butir)

6) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada

klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemapuan profesi

yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan

masyaraka

7) Setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan sesuai dengan

kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk mengadaan

konsultasi dan atua rujukan.

8) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat

dan atau di percayakan kepadanya, kecuali dimnta oleh

pengadailan atau diperlukan sehubunga dengan kepantingan klien.

3. Kewajiban terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)

(1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya

untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.

(2) setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling

menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan

lainnya.

4. Kewajiban terhadap profesi (3 butir)

(1) setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra

profesi denga menampilkan kepribadian yang bermartabat dan

(37)

(2) setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan

kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan teknologi.

(3) setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan

kegiata sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra

profesinya.

5. Kewajiban terhadap diri sendiri (2 butir)

(1) setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat

melaksanakan tugas profesnya dengan baik.

(2) setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(3) setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.

6. Kewajiban terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air (2 butir)

(1) setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanaka

ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya

dalam pelayanan kesehatan reproduksi, keluarga berencana, dan

kesehatan keluarga.

(2) setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan

pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan

jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan

kesehatan keluarga

D. Etik Issu dan dilema Pelayanan Kebidanan

Pengertian :

1. Issu etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat

mempunyai hubunga erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu

tindakan.

2. Bidan dikatakan profesional apabila ia bekerja sesuai dengan peran dan

fungsinya serta standar pelayanan dan bertanggung jawab menolong

persalinan.

3. Penyimpangan etik dapat saja terjadi dalam praktik kebidanan misalnya

dalam praktek mandiri, bidan yang bekerja di RS, RB atau institusi

(38)

4. Bidan yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol

dirinya sendiri, sehingga kemungkinan besar akan terjadi penyimpangan

etik.

Contoh :

1. Issu etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat

2. 1ssu etik yang terjadi antara bidan dan teman sejawat Kasus

Desa X , kecamatan X, kabupaten X yang jaraknya 21 Km dari kota X. Di

sesa tersebut terdapat dua orang bidan yang sama-sama memiliki tempat

praktek yaitu bidan mawar dan bidan melati karena mereka hanya

berdua sehingga terjadi persaingan di antara dua bidan tersebut. Pada

suatu hari datang seorang pasien bernama NY Y yang akan datang

melahirkan anak kedua diBPS seorang bidan yang jaraknya tidak jauh dari

lokasi BPS bidan mawar setelah bidan melati melakukan pemeriksaan

ternyata pembukaan belum lengkap da janin letak sungsang, namun

seorang bidan tetap melakukan asuhan persalinan, meskipun seorang

bidan mengetahui bahwa hal tersebut melanggar wewenang seorang

bidan, tetapi demi mendapatkan bayaran dan pasien sebagai gengsi

persaingan denga salah seorang bidan, proses asuhan yang dilakukan

seorang bidan dipantau oleh salah seorang bidan. Jika seorang bidan tetap

melakukan asuhan persalinan terhadap NY Y yang letak janinnya

sungsang, maka seorang bidan akan melaporkan salah seorang bidan

sebagai upaya untuk menjatuhkan nama baik seorang bidan karena telah

melanggar wwenang bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

ISSU MORAL : Seorang bidan melakukan pertolangan persalinan normal.

KONFLIK MORAL : Menolong sersalinan sungsang untuk mendapatkan uang dan

pasien demi persaingan atau dilaporkan oleh seorang

bidan.

DILEMA :

1. Kalau seorang bidan tidak melakukan persalinan NY Y yang letak sungsang

tersebut, maka dia akan kehilangan satu pasien

2. Kalau seorang bidan menolong persalinan NY Y yang letak sungsang tersebut,

maka seorang bidan dilaporkan oleh salah seorang bidan karena melanggar

(39)

Bahan diskusi : apakah yang seharusnya dilakukan seorang bidan atas

tindakan yang dilakukan salah seorang bidan. Kalau seandainya saudara

seorang bidan apa yang saudara lakukan ?

3. Issu etik bidan dengan organisasi profesi

Kasus pertama

Desa X dikabupaten X merupakan sebuah desa yang terpencil, didesa

tersebut praktik seorang bidan sebagai bidan desa yang sudah bertugas

selama 15 tahun dan umurnya sudah 45 tahun, seorang bidan sudah

mendapatkan keparcayaan dari masyarakat desa X untuk melakukan

pertolonga persalinan dan pemeriksaan anggota masyarakat yang sakit

karena seorang bidan satu-satunya tenaga kesehatan yang berada didesa

tersebut, walaupun dia masih berpendidikan BI dan P2B, sedangkan sesuai

ketentuan, saat ini seorang bidan diharuskan berpendidikan mengenal

minimal DIII kebidanan. Namun, karena seorang bidan sudah merasa

banyak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dan jarak desa dengan

kota tempat pendidikan DIII sangat jauh sehingga bidan tersebut tidak

melanjutkan pendidikan DIII kebidanan. Sebagai seorang bidan yang sudah

praktik dan satu-satunya didesa tersebut tanpa melanjutkan pendidikan DIII

masyarakat sudah banyak yang mengetahui kemampuan pelayanan

kebidanan yang dimiliki seorang bidan, sehingga hampir semua ibu bersalin

didesa tersebut melakukan pemeriksaan kehamilannyadan pertolonga

persalinan kepada seorang bidan. Karena seorang bidan belum

berpendidikan DIII kebidanan, belum menjadi anggota organisasi IBI

sehingga oleh organisasinya tidak memproses izin praktiknya.

DILEMA : Seorang bidan satu-satunya tenaga kesehatan didesa X, sehingga

jika pergi melanjutkan pendidikan DIII kebidanan, tidak ada bidan yang

akan memberikan pelayanan kepada masyarakat didesa tersebut.

Masyarakat sudah mengetahui kemampuan dan keterampilan seorang

bidan dan memberikan pemerisaan kehamilan dan pertolongan

persalinan sehingga tanpa mengikuti pendidikan DIII pasiennya pasti

banyak. Seorang bidan berpikir umurnya sudah 45 tahun. Sehingga

merasa tidak mampu lagi mengikuti pendidikan tinggi dari yang

(40)

ISSU MORAL : Seorang bidan melakukan pelanggaran etika karena telah

mendirikan tempat praktik dan melaksanakan pelayanan

kebidanan yang tidak mempunyai surat izin (ILEGAL) dan

belum menjadi anggota IBI.

KONFLIK MORAL : Seorang bidan mendapatkan tuntutan dari organisasi

profesi untuk melanjutkan pendidikan DIII kebidanan

Sedangkan permintaan masyarakat desa X kepada

seorang bidan untuk tidak melanjutkan pendidkan DIII

kebidanan sebelum ada bidan yang mempunyai

kemampuan dan keterampilan yang sama dengan dia.

Bahan diskusi : Kalau seandainya saudara-saudara mahasiswa sebagai

seorang bidan, apa yang akan saudara lakukan

4. Issu pelanggaran etik seorang bidan dengan petugas kesehatan lain.

Permasalahan pelayanan kebidanan pada sebuah institusi adalah sering kali

terjadi perbedaan sikap bidan dengan tenaga kesehatan yang lain, sehingga

perbedaan pandangan dalam pelayanan kebidanan antara keduannya sering

kali berlanjut pada perselisihan.

Kasus pertama

Seorang bidan membuka praktik didesa X kecamatan X dengan kondisi

tempat praktik sangat banyak pasiennya. Pada suatu hari ada seorang ibu

muda bersama suaminya datang ketempat praktik seorang bidan untuk

melakukan pergantian kontrasepsi KB dengan suntikan. Ny S sudah

menggunakan suntikan KB 1 bulan, sekarang ibu mau mengganti memakai KB

suntik 3 bulan. Setelah seorang bidan menjelaskan bahwa mengganti KB suntik

dari 1 bulan ke KB suntik 3 bulan kemungkinan pasien akan mengalami

perdarahan kalau tidak cocok. Namum, ibu dan suaminya tetap mau mengganti

KB suntik 3 bulan. Setelah dua bulan kemudian seorang ibu datang bersama

suaminya dengan keluhan keluar darah lumayan banyak dari vaginanya. Ibu

terlihat pucat dan lemas, seorang bidan menjelaskan bahwa ternyata KB suntuk

3 bulan tidak cocok untuk ibu tersebut dan memeriksa keadaanya dengan

membaringkan di tempat tidur dengan hasil diagnosis telah terjadi perdarahan

cukup banyak. Suami Ny S meminta seseorang bidan diberikan obat untuk

dapat mengurangi jumlah darah yang keluar, tapi seorang bidan tidak mau

(41)

diketahui dengan pasti tetapi karna darah semakin banyak yang keluar dari

vagina Ny S sehingga bidan merujuknya kedokter kebidanan yang terdekat

karena banyaknya darah yang keluar, maka pada waktu Ny S sudah sampai

ditempat praktik dokter Ny S syok sehingga dokter memberikan obat untuk

menghentikan perdarahan. Karena kejadian tersebut bidan ditegur oleh dokter.

ISSU ETIK : Perbuatan seorang bidan telah mengganti KB suntuk dari 1

bulan ke KB suntik 3 bulan. Terjadi keluhan keluar darah

lumayan banyak dari vagina Ny S sehingga terlihat pucat dan

lemas. Ny S syok sehingga dokter memberikan obat untuk

menghentikan perdarahan.

DILEMA : Ny S adalah pasiennya yang sudah menggunakan suntikan KB

1 bulan sehingga kalau tidak memberikan pelayanan sesuai

dengan permintaanya maka seorang bidan dapat dilaporkan

tidak memberikan pelayanan dan kehilangan pasien sebagai

lahannya.

KONFLIK MORAL : Dokter memberikan teguran kepada seorang bidan dan

melaporkan keorganisasi profisi (IBI) untuk diambil

langkah-langkah perbaikan kode etik bidan.

Bahan diskusi : Apakah tindakan dokter kebidanan tersebut dapat

menimbulkan sikap antipati dari seorang bidan kepada

dokter?

Menghadapi masalah etik dalam praktik kebidanan

Bidan dikatakan profesional bila dapat menerapkan etika dalam menjalankan

praktek. Bidan ada dalam posisi baik yaitu memfasilitasi pilihan klien dan

membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menetapkan dalam

strategi praktek kebidanan.

a) Informed choice

Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan

tentang alternatif asuhan yang dibutuhkan.

Pilihan (Choice) berbeda dengan persetujuan (Consent)

1. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan karena

berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua

(42)

2. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa

asuhan kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah

yang sesungguhnya dan menerapkan aspek otonomi pribadi menentukan “pilihannya” sendiri.

a. Pilihhan dapat diperluas dan menghindari konflik

Memberikan informasi yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur,

tidakbisa dan dapat dipahami oleh ibu, menggunakan alternatif media

ataupun yang lain, sebaiknya tetap muka.

b. Beberapa jenis pelayanan yang dapat dipilih klien.

1) Bentuk pemeriksaan ANC dan skrining

2) Tempat melahirkan

3) Masuk ke kamar bersalin pada tahap awal persalinan

4) Disamping waktu melahirkan

5) Metode monitor djj

6) Argumentasi, Stimulasi, Induksi

7) Mobilitas atau posisi saat persalinan

8) Pemakaian analgesia

9) Episiotomi

10) Pemecahan ketuban

11) Penolong persalinan

12) Keterlibatan suami pada waktu melahirkan

13) Teknik pemberian minuman pada bayi

14) Metode kontrasepsi

c. Tanggapan berkaitan kode etik bidan

Pegertian kode etik bidan indonesia

Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari

nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan

pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan

bagi anggotadalam melaksanakan pengabdian profesi.

d. Solusi penyelesaian permasalahan kode etik bidan

1) Memberikan ketegasan kepada bidan untuk tetap melakukan

(43)

2) Menjatuhkan sanksi administrasi beruba teguran secara tertulis

kepada bidan yang telah melanggar kode etikbidan dalam

pelayanan kebidanan.

3) Memberikan pembinaan secara berkala kepada bidan agar

mereka meningkatkan kualitas pelayanan sesuai standar

4) Mencabut ijin praktek dan surat keterangan kompetensinya

terhadap bidan yang tidak melakukan pelayanan sesuai standar

5) Tidak menerbitkan ijin praktek dan surat keterangan

kompetensinya terhadap bidan yang memenuhi persyaratan

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1999. Manajement Program Jaminan Mutu, Dirjen Binkesmas Jakarta

Depkes RI, 2001. Buku Standar Pelayanan Kebidanan, Jakarta

Depkes RI, 2001. Quality Assurance

Naomi Maria Tando, 2013. Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan, Manado: In media

Gambar

Gambar Kedudukan dan Peranan Standar dalam Program Menjaga Mutu

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku sosial keagamaan sebagai hasil dari berjalannya sistem nilai dari agama baru (Islam) bagi pelaku konversi agama di satu sisi menghasilkan perubahan perilaku yang sesuai

Dalam pengemasan siaran progam Friday Talkshow di Stasiun Radio Rumoh PMI, Statiun Manager/Marketing Officer mengatakan bukan hanya tugas dari host saja, tetapi adanya produser

Hal tersebut sesuai dengan ketentuan mengenai unsur- unsur biaya pengembangan proyek real estat seperti yang terdapat pada PSAK No.44 yang dikeluarkan oleh IAI.

Keluarga dalam hal ini orang tua, mempunyai peranan yang sangat penting dan kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan dan mengembangkan pribadi anak. Menjadi ayah dan

menggunakan metode deskriptif dengan wawancara dan identifikasi dilapangan (Kristianti 2013) dan untuk menentukan potensi pada kawasan hutan adat Gunung Semarong

Berkaitan dengan komodifikasi rerajahan di Kecamatan Tabanan, maka dimensi westernisasi dari globalisasi tersebut lebih merupakan prinsip-prinsip kewirausahaan yang diterapkan tukang

Kespontan reaksi substitusi nukleofilik antara tersier butil klorida dengan hidroksida menunjukan reaksi tidak spontan, hal ini terbukti dari nilai energi bebas

Berdasar hubungan antara kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan dengan nilai kelerengan yang telah diketahui, kita dapat mengetahui bahwa kedalaman di area dermaga Maloy