• Tidak ada hasil yang ditemukan

URGENSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA SISWA KELAS VII SMP AISYIYAH SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "URGENSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA SISWA KELAS VII SMP AISYIYAH SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

URGENSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA SISWA KELAS VII SMP AISYIYAH

SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I ) Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

HERLINA 105 190 1453 11

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1438H / 2016 M

(2)

v

kesempatan sehingga skripsi ini dapat di selesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Skripsi ini berjudul “Urgensi Pendidikan islam dalam Keluarga terhadap peningkatan Kualitas Kehidupan beragama Siswa SMP Aisyiyah Sungguminasa

Penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1.Ayahanda maman dan ibunda tercinta Ramalah yang ikhlas mendoakan membesarkan,membimbing mendidik serta membiayai penulis hingga seperti sekarang

1. Dr H Abd Rahma Rahim SE. MM Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Amirah Mawardi, S.Ag, M.Si, Ketua prodi dan ibu Dr.HJ Maryam prodi Sekretaris prodi pendidikan agama islam yang senantiasa membantu Penulis dalam Persoalan Akedemik

4. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, pembimbing I dan St Rajiah Rusydi,MPd.I pembimbing II yang penuh dengan keikhlasan dan kesabaran dalam meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan

(3)

vi menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam pada khususnya dan seluruh Dosen. Dan staf Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan kami ilmu selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.

6. St .Nurbaya S.Pd Kepala Sekolah SMP Aisyiyah atas bimbingannya. 7. Dra.HJ.St.Ramlah SPd.I guru PAI serta siswa SMP Aisyiyah atas

bantuannya.

8. Sahabat terbaik saya mirnawati Selalu Setia menemani saya dan senantiasa memberikan nasehat kepada saya agar selalu Semangat dalam mengerjakan Skripsi Semoga Allah Swt Senentiasa memberikan hidayat dan Kesahatan

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan yang berarti bagAi perkembangan Ilmu Pengetahuan khususnya dibidang keagamaan. Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya masih terdapat kekurangan dan sebagai wujud keterbatasan penulis. Semoga segala bantuan dari berbagai pihak mendapat nikmat dari Allah Swt, Aamiin.

Makassar, 23 juli 1437 H 21 Desember 2016 M

Penulis

(4)
(5)

xii

HERLINA,105190145311 Urgensi pendidikan islam Dalam Keluarga Terhadap peningkatan Kualitas Kehidupan Beragama

Siswa Kelas VII SMP Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa. Skripsi, Program Sudi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar. (Dibimbing oleh H. Mawardi Pewangi, dan St. Rajjah Rusydi)

Penelitian ini bermaksud untuk memberikan gambaran tentang Urgensi pendidikan islam dalam keluarga terhadap peningkatan Kualitasa Kehidupan beragama siswa, Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitasa kehidupan beragama siswa dan Usaha-Usaha yang dilakukan dalam mengatasi kendala peningkatan kualitas kehidupan beragama siswa Kelas VII SMP Aisyiyah Sungguminasa Kapupaten Gowa.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang dianalisis deskriptif, yang menjadi objek pada penelitian ini adalah guru dan siswa dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu urgensi pendidikan islam dalam keluarga dan peningkatan Kualitas Kehidupan Beragama Siswa VII SMP Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa. Seluruh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui instrumen berupa observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi. Seluruh data yang terkumpul selanjutnya dianalisis deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan Kualitas kehidupan beragama siswa SMP Aisyiyah Sungguminasa Kapubaten Gowa. Usaha dan latihan terhadap anak didik atau siswa mampu meningkatkan kualitas kehidupan beragama khususnya pada siswa VII SMP Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa sehingga la mampu mengetahui dan memahami Serta mengamalkan ajaran islam sehingga terwujud pribadi muslim yang kuat menurut ukuran-ukuran islam

(6)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

ABSTRAK ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Rumusan Masalah ... 5 Tujuan Penelitian ... 6 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Pendidikan Islam 7 1. pengertian Urgensi Pendidikan ... 7

2. Tujuan Pendidikan Islam ... 7

3. Tujuan Pendidikan Islam ... 7

A.Pendidikan Agama Islam dalam keluarga... 11

1. Pengertian Keluarga... 11

2. Fungsi Keluarga ... 12

3.Peran Keluarga ... 13

4.Penanananamn Pendidikan Agama Islam dalam keluarga 14 5. Keluarga terhadap Peningkatan Kualitas ... 18

(7)

iii

2. Upaya upaya dalam mewujudkan kehidupan beragam ... 21

3. Dasar Kehidupan Beragama di Indonesia ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

Jenis Penelitian ... 27

Lokasi dan Obyek Penelitian ... 27

Variabel Penelitian ... 27

Definisi Operasional Variabel ... 28

Populasi dan Sampel ... 28

Instrumen Penelitian ... 31

Teknik Pengumpulan Data ... 32

Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 34

A.Gambaran umum SMP Aisyiyah Sungguminasa……….34

1. Sejarah SIngkat SMP Aisyiyah Sungguminasa ... 34

Visi, dan Misi MTS Aisyiyah Sungguminasa ... 35

Keadaan Siswa SMP Aisyiyah Sungguminasa……….37

Fasilitas ... 40

B. Urgensi pendidikan islam dalam keluarga peningkatan Kualitas Kehidupan beragama Siswa VII SMP Aisyiyah Sungguminasa 44 C. Faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitas kehidupan beragama Siswa VII SMP Aisyiyah Sungguminasa ... 47

(8)

iii

Kesimpulan ... 54 Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA...56

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. Usaha itu banyak macamnya, satu diantaranya adalah dengan cara mengajarkannya, yaitu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya (Tafsir, 2012:38). “Pendidikan dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu pendidikan didalam rumah tangga, dimasyarakat dan sekolah. Diantara ketiga tempat pendidikan itu, pendidikan di sekolah itulah yang paling mudah direncanakan, teori-teorinya pun berkembang sangat pesat (Tafsir, 2012:36)”.

Dunia pendidikan, terutama di sekolah, guru memiliki peran yang sangatlah penting, yaitu guru sebagai pembina, pendidik dan pemberi contoh, suri tauladan bagi siswa-siswinya. Pembentukan persepsi dan pola tingkah laku juga dipengaruhi oleh keberadaan guru. Namun pada kenyataannya perlu kita sadari bahwa kurangnya pelayanan yang optimal bagi peserta didik akan menimbulkan problema belajar, yang sedikit banyaknya akan menurunkan prestasi belajar siswa yang berakibat pada rendahnya kualitas pendidikan, sebab prestasi siswa merupakan salah satu indicator yang digunakan untuk melihat kualitas suatu pendidikan.

(10)

Salah satu kunci keberhasilan adalah pembelajaran yang mengarahkan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru dan dukungan dari peran orang tua. Proses pembelajaran yang dilakukan siswa tidak mungkin terjadi tanpa perlakuan guru, yang membedakannya terletak pada peranannya saja. Menurut Zakiah Daradjat (1995:47) keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak. Menurut Sabri (2005: 22) Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang pertama dialami oleh anak-anak. Oleh karena itu keluarga disebut sebagai Primary Community. Yaitu sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga disebut sebagai lingkungan pertama karena dalam keluarga inilah anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Dan keluarga disebut sebagai lingkungan penidikan utama karena sebagian besar hidup anak dan pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah di dalam keluarga.

Peranan orang tua dan sekolah amatlah penting, sebab remaja ini belum siap untuk bermasyarakat. Bimbingan guru dan orang tua amat dibutuhkan agar remaja tidak salah arah, karena di masyarakat amat banyak pengaruh negatif yang bisa menyengsarakan masa depan remaja (Willis, 2012:3). Seharusnya Pendidikan Agama Islam terutama dalam keluarga dapat membangun dan membentuk karakter, akhlak dan moralitas anak yang baik. Namun kenyataannya, Pendidikan Agama Islam tidak mampu lagi membentengi anak-anak didik dengan akhlakul karimah

(11)

yang kuat khususnya pada masa remaja dalam meghadapi tuntutan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek). Sebagai manusia, remaja mempunyai berbagai kebutuhan yang menuntut untuk dipenuhi. Hal itu merupakan sumber timbulnya berbagai problem pada remaja.

Problem remaja ialah masalah-masalah yang dihadapi para remaja sehubungan dengan adanya kebutuhan-kebutuhan dalam rangka penyesuaian diri terhadap lingkungan tempat remaja itu hidup dan berkembang. Problem tersebut ada yang dapat dipecahkan sendiri, tetapi ada pula yang sulit untuk dipecahkannya, dalam hal ini sangat memungkinkan bagi remaja untuk melakukan tingkah laku menyimpang terutama di sekolah (Willis, 2012:43). Pendidikan agama bukan hanya kewajiban orang tua di rumah, melainkan tanggung jawab sekolah dan masyarakat, yang ketiganya itu oleh Ki Hajar Dewantara disebut “Tri pusat pendidikan”. Ketiganya itu memiliki peranan dan tanggung jawab yang tidak terpisahkan satu dengan lainnya bagi pendidikan anak. Oleh karena itu kerjasama ketiganya harus senantiasa ditingkatkan agar mampu berdaya guna bagi perkembangan kepribadian anak.

Namun kalau difikirkan secara mendalam, siapa sebenarnya yang pertama-tama harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anak, maka kiranya tidak ada jawaban lain kecuali orang tua, karena orang tua adalah merupakan orang pertama dan utama yang wajib bertanggung jawab atas pendidikan anaknya. Sejalan dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa “Orang

(12)

tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan anaknya. Berpegang landasan inilah orang tua memiliki nilai signifikan dalam hubungannya dengan proses pendidikan, yakni menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya.

Peranan guru dalam memecahkan permasalahan perilaku menyimpang yang dilakukan siswa di sekolah seperti yang telah diuraikan di atas, mayoritas dilakukan oleh guru bimbingan konseling. Peranan guru Pendidikan Agama Islam masih minim, karena sekolah menyerahkan sepenuhnya permasalahan tersebut kepada guru bimbingan konseling. Seharusnya peranan guru Pendidikan Agama Islam juga tidak kalah penting dengan peranan guru bimbingan konseling, karena remaja juga membutuhkan pengetahuan tentang agama agar dapat membentengi dirinya untuk tidak melakukan perilaku-perilaku menyimpang disekolah.

Menurut Abdul Fatah Jalal (1988: 119) menyatakan bahwa: Tujuan umum Pendidikan Agama Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah.Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Menurut Hasan Langgulung (1986: 57) menyatakan bahwa: Tujuan khusus pendidikan Agama Islam adalah perubahan-perubahan yang diingini dan merupakan bagian yang termasuk di bawah tiap tujuan umum pendidikan Islam.

(13)

Menurut beliau tujuan khusus pendidikan Islam ini tergantung pada institusi pendidikan tertentu, pada tahap pendidikan tertentu, pada jenis pendidikan tertentu, serta tergantung pada masa dan umur tertentu. Bila tujuan akhir pendidikan Islam adalah bersifat mutlak dan tidak bisa berubah, maka dalam tujuan khusus pendidikan Islam masih dapat berubah. Dengan kata lain gabungan dari pengetahuan, ketrampilan, pola-pola tingkah laku, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan yang terkandung dalam tujuan akhir dan tujuan umum pendidikan Islam, tanpa terlaksananya tujuan khusus ini, maka tujuan akhir dan tujuan umum juga tidak akan terlaksana dengan sempurna.

Berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian ilmiah dengan judul ” Urgensi pendidikan islam Dalam Keluarga Terhadap Peningkatan Kualitas Kehidupan beragama Siswa kelas VII SMP Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa’’.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Urgensi Pendidikan islam dalam keluarga terhadap peningkatan kualitasa kehidupan Beragama Siswa?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi peningkatan kualitasa kehidupan beragama.Siswa?

3. Usaha-Usaha apa yang dilakukan dalam mengatasi kendala terhadap peningkatan kualitas kehidupan beragama Siswa.

(14)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana Urgensi pendidikan islam dalam keluarga terhadap peningkatan kualitas kehidupan beragama Siswa KelasaVll SMP Aisyiyah Sungguminasa kabupaten Gowa.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor Penghambat Urgensi Pendidikan islam Keluarga terhadap peningkatan Kualitas kehidupan beragama Siswa Kelas Vll SMP Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa. 3. Untuk mengetahui Usaha-Usaha apa yang dilalukan dalam

mengatasi Kendala terhadap Peningkatan kualitas kehidupan beragama Siswa kelas Vll SMP Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan kepada SMP Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa.

2. Sebagai bahan masukan Untuk Penelitian lebih lanjut.

3. Sebagai bahan referensi ilmiah yang dapat digunakan para akademis yang berkecimpung dalam dunia pendidikan untuk meneliti lebih jauh tentang Urgensi Pendidikan Islam dalam

(15)

keluarga terhadap peningkatan Kualitas Kehidupan Beragama Siswa Kelas Vll SMP Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten Gowa.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Islam

1. Pengertian Urgensi Pendidikan Islam

Athiyah mengemukakan bahwa pentingnya pendidikan Islam adalah untuk membentuk budi pekerti.Sementara budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam.Dan Islam telah menyimpulkan bahwa mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan Islam. Iman Al-Ghazali berpendapat bahwa pentingnya pendidikan Islam ialah usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Pendidikan Islam bukan sekedar mengisi otak dengan segala macam ilmu yang berorientasi pragmatis, melainkan mendidik akhlak dan jiwa (spiritual), mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci berlandaskan iman dan taqwa.

Pendidikan Islam ialah pembinaan rohani, pendidikan intelektual dan pembinaan jasmani. Hubungannya dengan pembinaan ruhani, Ruhan iadalah pusat eksistensi manusia yang menjadi titik perhatian. Ruhani adalah landasan tempat dan penuntun kepada kebenaran. Dalam pendidikan intelektual, Quthb menjelaskan bahwa Islam memberi kemungkinan kepada manusia untuk mengetahui hal-hal yang gaib sebesar kemampuannya. Sedangkan dalam pembinaan jasmani, ia menjelaskan bahwa Islam begitu menghormati jasmani, tidak membiarkannya apa adanya, sebab apabila dibiarkan maka ia tidak

(17)

menjadi energi yang bermanfaat, melainkan justru merusak eksistensi jasmani itu sendiri.

Apabila nilai-nilai moral dan akhlak tidak diajarkan atau dimarginalisasikan dalam kehidupan manusia, maka akibatnya adalah manusia akan mengambil kehidupan duniawi ini sepuas-puasnya dengan membuat berbagai tatanan di atas standar materialistik. Sekalipun kesenangan itu musnah seluruhnya akibat jiwa yang kosong dari iman, dan kekosongan dari norma-norma agama. Kesenangan dan kenikmatan hidup yang dibangun selain dari prinsip moral, akan berubah menjadi perburuan hawa nafsu yang pada akhirnya mencelakakan manusia.

Kehidupan yang dibangun di atas prinsip materialistik murni untuk mencapai kesejahteraan, sudah dapat dipastikan bahwa yang dicapai hanya kesejahteraan lahiriah, sedangkan kesejahteraan ruhaniah tidak akan terpenuhi. Keadaan ini apabila sampai pada tingkat teratas strata kehidupan dan berbagai segmen kehidupan, maka akan terjadi kehancuran yang mengenaskan. Akhirnya cita-cita manusia untuk mencapai ketaqwaan hanyalah menjadi suatu harapan yang hampa. Di sinilah letaknya urgensi pendidikan Islam sebagaimana makna faktual ALQur'an surat al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi :































(18)













Terjemahnya :

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal dan menghargai dan sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang taqwa”.

Dalam hal itu proses untuk mencapai dan meningkatkan kesejahteraan hidup, maka setiap orang/individu diperintahkan untuk belajar secara terus menerus sepanjang hidupnya, dan hal itu merupakan konsekuensi logis ditetapkannya manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini.

Pendidikan merupakan bagian dari tugas kekhalifaan manusia. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan harus dilaksanakan secara konsisten dan penuh tanggung jawab. Dalam hal ini Islam memberikan pandangan bahwa konsep-konsep yang mendasar tentang pendidikan dan tanggung jawab umat muslim untuk menjabarkan dan mengaplikasikannya ke dalam praktek pendidikan. Pendidikan dalam arti yang luas, adalah proses mengubah dan memisahkan nilai suatu kebudayaan atau derajat kepada masing-masing individu dalam masyarakat. Firman Allah Swt dalam Surah al-Mujadilah ayat 11 yang berbunyi:













































(19)

















Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Surah al-Mujadilah ayat 11 menerangkan tentang etika (sopan santun) bila berada dalam suatu majlis dan kedudukan orang yang beriman, serta orang yang berilmu pengetahuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam merupakan keharusan mutlak untuk dilaksanakan secara konsisten dengan penuh tanggung jawab guna mencapai kesejahteraan hidup sebagai wujud peribadatan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

2. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan adalah dunia cita, yaitu suasana ideal yang ingin diwujudkan dari usaha yang dilakukan agar usaha tersebut dapat berlangsung terarah. Adapun upaya memformulasikan suatu bentuk tujuan, tidak terlepas dari pandangan hidup masyarakat dan nilai religius pelaku aktivitas itu sendiri. Maka tidaklah heran jika terdapat perbedaan tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing manusia baik dalam suatu masyarakat, bangsa maupun negara, karena berbedanya kepentingan yang dicapai.

(20)

Sebagaiman yang telah dijelaskan oleh Nur Uhbiyati dalam Nizar, 2002: 121, bahwa secara umum tujuan pendidikan Islam ada empat macam, yaitu:

a) Tujuan Umum.

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam itu dilaksanakan. Tujuan umum ini hanya dapat dicapai setelah melalui proses pengajaran, pengamalan, pembiasaan, penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya.

1) Tujuan Akhir.

Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia sempurna (insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya (Arief, 2002:19).

2) Tujuan Sementara.

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. 3) Tujuan Operasional.

Tujuan opeasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Dalam pendidikan formal, tujuan operasional disebut juga tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan

(21)

Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).

Namun demikian agar tujuan-tujuan yang dimaksud lebih dipahami, berikut diuraikan tujuan pendidikan Islam dalam perspektif para Ulama muslim, seperti yang dikutip oleh Arief, 2002: 19 ia menjelaskan bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah SWT, atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir. Adapun pendapat Hamka sebagaimana dikutip oleh Samsul Nizar, tujuan pendidikan Islam adalah mengenal dan mencari keridhaan Allah, membangun budi pekerti untuk berakhlak mulia serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup secara layak dan berguna di tengah-tengah komunitas sosialnya (Nizar, 2008:117).

Sedangkan menurut Quraish Shihab seperti yang dikutip oleh (Nizar, 2008:107). Beliau mengatakan bahwa:

“Tujuan pendidikan Islam adalah pencapaian tujuan yang diisyaratkan al-Quran, yaitu serangkaian upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam membantu (membina) anak didik menjalankan fungsinya di muka bumi, baik pada aspek material maupun spiritual, dengan demikian diharapkan anak didik mampu menjadi makhluk dwi dimensi yang integral dan utuh serta bermanfaat bagi kehidupannya dan kehidupan sosialnya yang akan berimplikasi pada kebahagiaannya di dunia maupun di akhirat.”

(22)

Meskipun banyak sekali konsep dan teori tujuan pendidikan Islam yang telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan, tetapi berkembangnya pemikiran tentang tujuan pendidikan Islam tidak pernah melenceng dari prinsip dasar yang menjadi asas berpijak dalam pengembangan tujuan pendidikan yang dimaksud. Di antara prinsip-prinsip tersebut adalah universal, berkesinambungan, kejelasan, dinamis dan relevan.

B. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga 1) Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan suatu sosial terkecil dalam kehidupan umat manusia sebagai makhluk sosial, ia merupakan unit pertama dalam masyarakat. Di situlah terbentuknya tahap awal proses sosialisasi dan perkembangan individu.

Para ahli pendidikan, mempunyai perbedaan dalam memberikan definisi keluarga, diantaranya adalah pendapat (Nur Uhbiyati, 1998:211), menurutnya keluarga adalah ikatan laki-laki dengan wanita berdasarkan hukum atau undang-undang perkawinan yang sah. Menurut Syaukani HR, 2006: 196, sebagaimana yang ia kutip dari Murdock, bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang terwujud dari hubungan suami-isteri yang dialami secara sah dan mereka tinggal bersama mengelola kerja sama ekonomi, serta memiliki anak baik kandung

(23)

maupun anak angkat.

Sementara Ramayulis,1987:148 menyebutkan bahwa pengertian keluarga dalam Islam adalah suatu sistem kehidupan masyarakat yang terkecil yang dibatasi oleh adanya keturunan (nasab) atau disebut juga ummah akibat oleh adanya kesamaan agama.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah lembaga sosial terkecil yang sedikitnya terdiri atas suami isteri dan ank-anak yang biasanya hidup bersama dalam suatu tempat tinggal sebagai tahap awal proses sosialisasi dan perkembangan individu.

Adapun syarat keluarga menurut Syaukani HR, 2006:192 terdiri dari dua unsur pokok, yaitu:

a) Isi keluarga, yang terdiri dari suami, isteri dan anak-anak, baik kandung maupun bukan, serta orang yang menetap/ ikut dalam keluarga bersangkutan.

b) Dasar terbentuknya keluarga yaitu kerja sama dalam ekonomi, usaha untuk memperoleh kebahagiaan, kesejhteraan dan ketentraman.

Ikatan keluarga akan menjadi harmonis dan kuat jika memenuhi beberapa hal berikut: Berlakunya “kasih sayang” antara anggota keluarga dan berfungsinya “perlindungan” dalam keluarga sehingga dimungkinkan adanya rasa aman yang dirasakan seluruh

(24)

anggota keluarga. 2) Fungsi Keluarga

Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan ini diperoleh apabila keluarga dapat memerankan fungsinya dengan baik. Menurut Yusuf, 2010: 38 fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan yang baik di antara anggota keluarga.

Keluarga sebagai kesatuan hidup bersama, menurut ST. Vembriarto sebagaimana yang dikutip oleh Sabri, 2005: 24 mempunyai 7 fungsi yang ada hubungannya dengan kehidupan anak, yaitu:

a. Fungsi bioloigik; keluarga merupakan tempat lahirnya anak- anak; secara biologis anak berasal dari orang tuanya.

b. Fungsi afeksi; keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman).

c. Fungsi sosialisasi; fungsi keluarga membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita- cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.

(25)

d. Fungsi pendidikan; keluarga dari dahulu sampai sekarang merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama. Selain itu menurut hasil penelitian keluarga/orang tua berfungsi sebagai faktor pemberi pengaruh utama bagi motivasi belajar anak hingga ke perguruan tinggi.

e. Fungsi rekreasi; keluarga merupakan tempat/medan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan dan kegembiraan.

f. Fungsi keagamaan; keluarga merupakan pusat pendidikan, upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya, di samping peran yang dilakukan institusi agama. Dan fungsi ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama pada si anak.

g. Fungsi perlindungan; keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya.

Ketujuh fungsi tersebut sangat besar peranannya bagi kehidupan dan perkembangan kepribadian si anak. Oleh karena itu harus diupayakan oleh para orang tua sebagai realisasi tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik primair/kodrat.

3) Peranan Keluarga

Keluarga dalam hal ini orang tua, mempunyai peranan yang sangat penting dan kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan dan mengembangkan pribadi anak. Menjadi ayah dan ibu tidak hanya cukup dengan melahirkan anak, karena yang seperti ini juga dilakukan oleh

(26)

hewan. Kedua orang tua dikatakan memiliki kelayakan menjadi ayah dan ibu manakala mereka bersungguh-sungguh dalam mendidik anak mereka. Islam menganggap pendidikan sebagai salah satu hak anak, yang jika kedua orang tua melalaikannya berarti mereka telah menzalimi anaknya dan kelak pada hari kiamat mereka dimintai pertanggungjawabannya.

Menurut Ramayulis,1987:73 keluarga mempunyai peranan dalam beberapa hal, yaitu:

a. Peranan keluarga dalam pembinan mental agama. b. Peranan keluarga dalam pendidikan sosial agama. c. Peranan keluarga dalam pendidikan jasmani kesehatan. d. Peranan keluarga dalam pendidikan akhlak.

Islam juga telah menetapkan bahwa keluarga itu penting sekali baik dilihat menurut pandangan individu maupun menurut pandangan masyarakat. Menurut pandangan individu, keluarga merupakan simbol bagi ciri-ciri yang mulia seperti keimanan yang teguh kepada Allah, kesediaan berkorban untuk kebaikan, kesetiaan dan nilai-nilai mulia lainnya yang dengannya keluarga dapat menolong individu untuk menanamkannya kepada dirinya.

Mengenai pendidikan Islam dalam keluarga, terutama pada saat ini sangat penting dalam rangka membentengi setiap anggota keluarga dari informasi-informasi yang menyesatkan. Apalagi kalau lingkungan masyarakat kita telah tercemari oleh informasi-informasi tersebut. Maka

(27)

dampaknya besar sekali terutama terhadap anak-anak dan remaja yang sedang mengalami perkembangan jiwa. Ditekankan bagi para orang tua bahwa dalam mendidik anak, Islam mengharuskan menempatkan mereka dalam lingkungan yang baik. Dalam hal ini berarti orang tua harus selalu mengawasi dan memilihkan lingkungan yang dituju oleh anak-anaknya, dan ia wajib menegur bila anaknya ada pada lingkungan yang tidak baik.

4) Penanaman Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

Menurut Daradjat, 1995:64 Dalam Islam penyemaian rasa agama dimulai sejak pertemuan ibu dan bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai dengan do’a kepada Allah. Selanjutnya memanjat do’a dan harapan kepada Allah, agar janinnya kelak lahir dan besar menjadi anak yang saleh.

Menurut Tafsir, 2007: 63 Anak yang saleh merupakan tujuan pendidikan agama dalam keluarga. Mereka itulah anak yang wajar dibanggakan, karena mereka dapat mengangkat nama baik orang tuanya dan selalu mendoakan orang tuanya. Setiap orang senang mempunyai anak yang saleh, oleh karena itu sepatutnya orang tua dapat mendidik anaknya dengan pendidikan agama agar menjadi anak yang saleh.

Menurut Daradjat, 1995:65 Agama bukan ibadah saja, agama mengatur seluruh segi kehidupan. Semua penampilan ibu dan bapak dalam kehidupan sehari-hari yang disaksikan dan dialami oleh anak bernafaskan agama. Di samping latihan dan pembiasaan tentang agama, perlu dilaksanakan sejak anak masih kecil sesuai pertumbuhan dan

(28)

perkembangan jiwanya. Apabila anak tidak mendapatkan pendidikan, latihan dan pembiasaan keagamaan waktu kecilnya, ia akan besar dengan sikap tidak acuh atau anti agama.

Orang tua yang saleh merupakan contoh suri teladan yang baik bagi perkembangan jiwa anak yang sedang tumbuh, karena pengaruh mereka sangat besar sekali dalam pendidikan anak. Apabila orang tua sudah berperilaku dan berakhlak baik, taat kepada Allah, menjalankan syariat Islam, dan berjuang sepenuhnya di jalan Allah serta memiliki jiwa sosial, maka dalam diri anak pun akan mulai terbentuk dan tumbuh dalam ketaatan pula dan mengikuti apa yang telah dicontohkan orang tuanya dalam perilaku mereka sehari-hari.

Menurut Ramayulis,1987:155 Adapun penanaman agama Islam dalam keluarga secara lebih terperinci menurut Ramayulis dapat dilaksanakan melalui metode/cara sebagai berikut:

a. Pembiasaan

Membiasakan anak-anak membaca atau mengucapkan (dengan menyadari artinya) seperti mengucapkan Basmalah sebelum memulai suatu perbuatan. Hamdalah sebagai ucapan syukur atas segala hasil dan kenikmatan yang diterima.

b. Latihan (dramatisasi)

Anak dibiasakan untuk melakukan latihan seperti, mengadakan praktek mengerjakan sholat, berwudhu, tayamum, azan, iqamat. Latihan membaca dan melaksanakan bermacam-macam do’a.

(29)

c. Praktek Lapangan

Mengajak anak untuk membantu melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan lingkungan masyarakat, seperti kerja bakti membersihkan tempat-tempat ibadah(mushalla, masjid). Membantu kegiatan keagamaan seperti pengumpulan/pembagian zakat fitrah, penyembelihan qurban.

d. Kompetisi

Menyuruh anak-anak mengikuti perlombaan yang dalam menyongsong Perayaan Hari-hari Besar Islam/Nasional seperti: perlombaan pidato, adzan, memakai busana muslim, menyanyi, mengarang, melukis.

e. Pengembangan Bakat

Pengembangan bakat anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, din antaranya: dalam bidang seni suara, anak dapat diajarkan nyanyian/lagu yang berjiwa agama seperti lagu Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj. Seni kaligrafi, seperti kaligrafi arab, Indonesia tentang ayat-ayat al- Qur’an, Hadits Nabi, nama-nama Allah SWT.

f. Teladan

Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Teladan yang baik perlu diperlihatkan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Karena anak-anak biasanya suka mengidentifikasikan diri

(30)

kepada orang tua yang dijadikan sebagai figur yang dicintai. g. Perintah dan Larangan

Contoh perintah ini dapat berupa menyuruh anak mengerjakan ibadah dan berakhlak dengan akhlak yang terpuji. Adapun contoh larangan dapat berupa melarang anak melakukan tingkah laku yang tak senonoh dan akhlak tercela.

h. Ganjaran dan Hukuman

Ganjaran dalam pendidikan Islam diperlukan untuk membiasakan anak-anak agar selalu melaksanakan kebaikan dan menghindarkan diri dari kemungkaran. Adapun metode hukuman dapat pula dilaksanakan dalam pendidikan Islam, selama tidak ada cara lain untuk memperbaiki kesalahan, tetapi harus digunakan dengan sangat hati-hati.

5) Keluarga terhadap Peningkatan Kualitas

Di dalam keluargalah anak didik mulai mengenal hidupnya hal ini harus disadari dan di mengertioleh tiap keluarga,bahwa anak lahirkan dalam lingkungan keluarga yang tumbuh dan berkembang sampai anak melepaskan diri dari ikatan dalam keluarga ini sangat diperhatikan sebab dari sinilah keseimbangan keluarga jiwa di dalam perkembangan anak adalah di dalam keluarga sehingga pendidikan yang paling banyakdi terima oleh anak adalah dalam keluarga, yang pertama maksudnya bahwa kehadiran anak didunia dalam hubungan kedua orang tuanya dewasa. Maka hubungan kedua orang tuanya. Mengingat

(31)

orang tua adalah orang dewasa, maka merekalah yang harusbertanggungjawab terhadap anak. Kewajiban orang tidak hanya sekedar memelihara eksitensi anak untuk menjadikannya kelak sebagai seorang pribadi, tetapi juga memberikan pendidikan anak sebagai individu yang tumbuh dan berkembang.

Sedangkan utama maksudnya adalah orang tua bahwa bertanggung jawab pada pendidikan anak hal itu memberikan pengertian

bahwa seorang anak di lahirkan dalam keadaan tidak berdaya dalam keadaan penuh ketergantungan dengan orang lain tidak mampu berbuat apa-apa bahkan tidak mampu menolong dirinya sendiri la lahir dalam keadaan suci. Tanggung jawab keluarga antara lain :

Dasar- dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi hal-hal berikut :

a. Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak ,kasih sayang orang tua yang ikhlas dan murni akan sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab untuk mengorbankan hidupnya dalam memberikan pertolongan kepada mendorong sikap dan tindakan tanggung jawab untuk mengorbankan hidupnya dalam rela menerima pertolongan kepada anaknya

b. Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya adanya tanggungjawab moral ini meliputi nilai-nilai agama atau nilai –nilai spiritual. Menurut

(32)

para ahli bahwa penanaman sikap beragama sangat baik pada masa anak –anak pada masa anak –anak [usia 3 sampai yang asli dan mendalam ,serta mudah berakar dalam yang sangat penting melebihi yang lain,karena pada saat itu anak mempunyai sifatworderingatau heran sebagai salah satu faktor untuk memperdalam pemahaman spiritual reality

c. Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara. Tanggung jawab sosial itu merupakan perwujudan kesadaran tanggung jawab kekeluargaan yang dibina oleh darah keturunan dan kesatuan keyakinan. Terjalinnya hubungan orang tua dengan anak berdasarkan rasa kasih sayang yang ikhlas dan kesediaan mengorbankan segala- galanya adalah hanya untuk melindungi dan memberikan kepada anak dalam membimbing mereka agar pertumbuhan dan perkembangan menjadi sempurna sebagai mana yang di harapkan .untuk melatih sikap mandiri dan mampu mengambil keputusan sendiri serta kehidupan nya dalam keadaan stabil.

C. Kehidupan Beragama

1. Pengertian Kehidupan beragama

Kehidupan beragama bagi siswa dalam sekolah itu. Perlu meningat bahwa masa pembinaan pribadi yang di lalui oleh mareka yang akan di bina itu telah banyak yang terlalu dan membawa hasilnya dalam berbagai sikap dan model kelukuan sesuai dengan pengalaman mareka

(33)

sejak lahir sampai remaja siswa dapat dibayangkan betapa besarnya keragaman sikap dan kelakuan itu karena masing –masing mareka telah membina dalam berbagai dan situasi keluarga.sekolah dan lingkungan yang berlainan antara satu sama lain.

Kehidupan demekian masih ada beberapa patokan yang dapat digunakan dalam pembinaan itu yaitu tingkat umur dengan segala ciri dan

problem yang mareka alami ketika berada di sekolah. Pada umumnya dapat di katakan bahwa mareka sedang berada pada masa pembinaan

terakhir yang masa remaja terakhir akhirah dan dewasa muda maka titik tolak pembicaraan kita tentang pembinaan kehidupan beragama dalam sekolah akan di mulai dari salah satu kelebihan manusia sebagai Makhluk Allah SWT adalah dia di anugrahi fitrah.

Perkembangan beragama seseorang di pengaruhi oleh guru pendidikan memliliki peran yang stretegis dalam upaya pembinaan dan perkembangan kehidupan beragama pada peserta didik, pendidikan adalah orang dewasa bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam perkembangan jasamani dan rohaninya peserta didik dalam perkembangan jasamani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan mammpu melaksanakan tugusnya sebagai makhluk allah sebagai khalifah sebagai individu yang mampu berdiri dalam menyelenggarakan pendidikan-pembinaan terhadap siswanya guru yang memliki peran yang sangat stretegis dalam menentukan kemana’’arah atau tidakanya setiap anak untuk menumpuh pendidikan

(34)

serta keberhasilannya dalam masarakat pada masa dasarnya anak yang tidak berhasil.susuh bukan seluruhnya terletak pada guru namun merupakan tanggung jawab besar yany guru namun merupakan tanggung jawab besar yang harus di penuhi.

2. Upaya upaya dalam mewujudkan kehidupan beragama

a. Upaya-upaya dalam mewudkan kehidupan beragama kinerja pembanggunan bidang agama belum dapat secara optimal mendukung pencapaian sejara makro agenda pembangunan nasional hampir seluruh sasaran pembanggunan bidang agama bersifat kualitatif yang merupakan bentuk sinergi dari kinerja perbagai bidang pembanggunan oleh karena itu pembangunan bidang agama tidak dapat berdiri sendiri harus sejarah dengan tantangan dan permasalahan yang di hadapi serta berdasarkan hasil yang telah di capai di perlukan tindak serta berdasarkan hasil yang telah di capai di perlukan tindak lanjut dalam upaya peningkatan

kualitas kehidupan beragama.yang meliput b. Peningkatan kualitas pelayanan dan.pemahaman agama serta

kehidupan beragama dan

c. Peningkatan kerukunan lntern dan antarumat beragama 3. Dasar kehidupan beragama di Indonesia

a. Kehidupan beragama di Indonesian secara yuridis mempunyai landasan yang kuat dalam hukum ketatanegaraan sebagai mana termasdu dalam undang undang dasar atas ketuhanan yang maha

(35)

esa dan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya kepercayaannya ada itu negara berdasarkan ketutuhan yang maha esa mengandung prinsip bahwa bangsa lndonesia adalah bangsa yang beragama atau bukan negara teokrasi dan bukan pula suatu negara sekularistik sedangkan ayat dua mengandung

b. Negara tidak punya kompontensi untuk memaksa agama agara sebagaimana agama sendiri tidak memaksa setiap manusia untuk memeluknya

c. Kebebesan beragama merupakan hak asasi yang paling mendasarkan dan beragama.

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini bersifat Kualitatif dengan metode analisis Deskriptif yang bertujuan memberikan gambaran tentang objek yang ditelit melalui data populasi atau sampel sebagai mana adanya,dengan kata lain penulis memberikan gambaran Sesuai dengan apa yang di dapatkan di lapangan.

B. Lokasi dan objek penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah di SMP Aisyiyah Sunguminasa Gowa dengan pokok pikiran tersebut efektif untuk melakukan eksplolitasi data lokasi tersebut merupakan lokasi yang strategi karena mudah dijangkau oleh kendaraan umum adapun objek analisis penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Aisyiyah Sunguminasa Gowa

C. Variabel Penelitian

Terdapat dua variable yaitu variabel bebas (x)yaitu Urgensi pendidika Islam dan variabel terikat (y) yaitu kualitas kehidupan beragama, yang menjadi objek penelitian berdasarkan judul Urgensi Pendidikan Islam dalam dalam Keluarga terhadap peningkatan Kualitas Kehidupan Beragama Siswa Kelas VII SMP AISYIYAH Sungguminasa Kabupaten Gowa.

(37)

D. Defenisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalahpahaman dan untuk menyamakan persepsi, maka terlebih dahulu penulis mengemukakan defenisi variabel penelitian agar tidak terjadi penafsiran yang keliru.

1. Urgensi pendidikan Islam dalam bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam dengan pengertian lain seringkali beliau menyatakan kepribadian yang memiliki nilai nilai agama Islam.

2. Kualitas kehidupan beragama keagamaan khususnya di daerah keagamaan khususnya di daerah terpencil dan peningkatan peran tempat tempat peribadatan sebagai pusat bagi pendalaman dan pemahaman nilai –nilai ajaran agama serta pengembangan kegiatan keagamaan baik yang bersifat ritual keagamaan maupun sosial Ke masyarakat.

E. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah Sejumlah penduduk atau kelompok individu, bendas, atau unsur yang diteliti diSelidik dalam pelaksanaan penelitian,

karena itu merupakan suatu bagain diperlukan untuk memecahkan Suatu masalah itu menunjang Keberhasilan penelitian itu sendiri yang merupakan manifestasi dari cara manusia dalam mencari dan menemukan Pengetahuan yang di lalukan secara ilmiah (berdasarkan

(38)

fakta, data secara empiris), sistematis atau mengikuti suatu aturan tertentu dan logis sesuai dengan daya analisis manusia.

Untuk mengetahui pengertian dari populasi,berikut ini peneliti akan mengemukakan pendapat Arikunto(2007;102), sebagai berikut:

“Populasi yaitu keseluruhan gejala-gejala,peristiwa atau fakta-fakta yang menjadi objek penelitianapabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada diwilayah penelitian itu,merupakan penelitian populasi”.

Berpangkal dari defenisi tersebut,maka peneliti dapat menarik suatu kesimpulan dengan melihat unsur-unsur persamaan dan perbandingan (comparative) bahwa populasi adalah keseluruhan dari sumber daya yang menjadi objek penelitian baik benda,tempat,manusia dan sebagainya. Untuk lebih memahami tentang populasi dalam penelitian ini,berikut disajikan data siswa kelas VII Sungguminasa Kabupaten Gowa lebih jelasnya lihat tabel berikut:

Tabel 1 Keadaan Populasi

Kelas No Laki-laki Perempuan Jumlah

VII A 1 13 35 48

VII B 2 21 26 47

JUMLAH 34 61 95

Sumber Data: SMP Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten GOWA 2016 2. Sampel

Sampel dalam penelitian atau keseluruhan populasi yang diteliti, karena populasinya kecil yakni sebanyaknya kurang dari 100 orang. (Arikunto,2007: 104). Sampel penelitian ini adalahsiswa kelas VII SMP AISYIYAH Sungguminasa.

(39)

Arikunto (2007:106), menjelaskan bahwa: Apabila subyeknya kurang dari 100,lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dalam bukunya CholidNarbuko dan Abu Ahmadi,mengutip pendapat Arikunto (2007:76), yang menjelaskan bahwa sampel atau contoh adalah sebagian individu yang diselidiki keseluruhan individu (objek dan subyek). Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal tetapi walaupun mewakili sampel bukan merupakan duplikat dari populasi.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah dikelola.

Adapun instrument yang penulis akan gunakan dalam penelitian untuk mengetahui urgensi pendidikan Islam dalam keluarga terhadap peningkatan kualitas kehidupan beragama SMP Aisyiyah Sungguminasa kabupaten Gowa.Tersebut terdiri atas pedoman observasi, wawancara ,angket,dan Dokumentasi

1. Pedoman Observasi

Tehnik ini dimaksudkan adalah pengamatan secara langsung dan pencacatan sepenuhnya tentang data-data dan keterangan-keterangan yang menyangkut tentang pembahasan penelitian ini.

(40)

2. Pedoman wawancara

Yaitu penulis mengumpulkan data dengan cara mengadakan wawancara atau tanya langsung dengan guru-gurunya.

3. Pedoman angket

Angket adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk diisi dan di kembalikan atau dapat juga di jawab pengawasan penelitian. Nasution (2002: 24).Dalam hal ini angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup sehingga responden langsung di berikan kesempatan untuk memilih jawaban yang telah di sediakan dan masalah pembobotan nilai penulis memberikan skor pada setiap oetm yakni skor 3 untuk jawaban selalu,skor 2 untuk jawaban kadang-kadang dan skor 1 untuk jawaban tidak pernah.

4. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara ini yaitu meneliti dokumen atau arsip sebagai alat untuk mengetahui banyaknya responden dan nama responden dan catatan-catatan yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka penulis menggunakan metode pengumpulan data. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan metode sebagai berikut:

(41)

1. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengancara mengamati dan mencatat secara seksama dan sistematis mengenai gejala-gejala yang akan diteliti.

2. Angket, yaitu pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang berupa pilihan jawaban kepada sampel penelitian.

3. Wawancara, yaitu melakukan wawancara secara langsung kepada kepala sekolah atau pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini.

4. Dokumentasi, yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen atau sumber-sumber yang berkaitan dengan objek penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil instrument pengumpulan data perlu segera di analisis baik kualitatif maupun kuantitatif. Adapun data yang bersifat kualititatif penulis menggunakan metode induktif dan deduktif:

1. Analisis kualitatif yaitu analisis data di jabarkan melalui pengamatannya tidak berupa angka-angka, maksudnya dilakukan dengan cara menguraikan dalam bentuk kalimat kemudian direlevansikan dengan ruang teori yang mendukung.

2. Metode induktif yaitu menganalisis data dengan data-data atau faktor-faktor khusus kemudian menarik kesimpulan secara umum

(42)

dengan kata lain dari kondisi nyata kemudian di ambil kesimpulan yang bersifat umum.

3. Metode deduktif yaitu menganalisis data yang bertitik tolak dari beberapa hal bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan bersifat umum Kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.

(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum SMP Aisyiyah Sungguminasa 1. Sejarah SIngkat SMP Aisyiyah Sungguminasa

SMP Aisyiyah Sungguminasa yang diSekolah oleh yayasan perguruan Aisyiyah adalah Sebuah lembaga pendidikan dengan kurikulum yang merunjuk pada Kementerian pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat.dalam rangka mencerdaskan Kehidupan beragama bangsa serta bertujuan untuk mengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa berakhlaq mulia,sehat berilmu,kreatif, mendiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.

Stertegi yang di terapkan oleh lembaga pendidikan SMP Aisyiyah Sungguminasa dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional atas adalah menerapkan manajemen peningkatan berbasis Sekolah dalam setiap kegiatan baik kegiatan intra maupun diluar. Yayasan perguruan Aisyiyah SMP Aisyiyah Sungguminasa ini berdiri pada tahun 1976 ini berdiri di atasa tenag wakaq dan baru pada tahun 200 perguruan ini berstatus di samakan Oleh kementrian pendidikan nasional.

(44)

2. Visi, dan Misi MTS Aisyiyah Sungguminasa Visi

“Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa”. Misi

a. Meperkuat iman dan taqwa kepada allah SWT.

b. Membentuk peserta didik yang memiliki pemahaman benar terhadap ajaran agama islam.

c. Mewujudkan peserta didik yang terampil dalam bekerja cerdas dalam berpikir serta mulia dalam berakhlak

d. Memiliki nilai akademik yang tinngi.

e. Menumbuhkan budaya unggul dalam presentasi akademik dan non akademik. Menumbuhkan budaya lingkungan yang bersih,aman,dan sehat

3. Personal Sekolah

Adapun data guru SMP Aisyiyah Sungguminasa Tahun Ajaran 2016-2017

1. Data Tenaga Guru SMP Aisyiyah Sunguminasa Kapubaten Gowa Tahun Ajaran 2016- 2017

Tabel 3 Guru dan Staf

NO NAMA JABATAN 01 02 03 04 05 06 Hj St. Nurbaya.SPd Hj Nurhayati Rukka,Sp.d Dra.Hj.St Syamsiah H.M.Pd Mastiha S.Pd Hj.Yulidah Djalaluddin SPd Hj.jasnawati,SPd Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah

Guru Humas Guru/ Wali Kelas

(45)

07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Dra.Hj.St.Ramlah Spd I Hj.Hadinah,S.Pd Hj.Nursinah,S.Pd Sudirma.S.Pd.,MM Jafar Soeparman,S.Pd Suwardi,S.Pd Munasiah,S.Si.,M Pd Sitti Syamsiah,S.Pd Nelly Baharuddin,SPd .Drs.Abd.Rajab Karim Hamdan,SPd Ibnu Hajar,S.Pd . Fitriani Sirajauddin S.Pd. .Triwahyudi S.pd Kamaruddin S.P.d.I Hasnah.R,S.Ag Dedy Hidayat,S.S.,S.Pd.,M.Pd Riswan Majid, S.Pd.i

Hasniati, S.P.,d.M.Pd.

Drs.Muthakhir Muchtar,M.Pd Dra.Rosmawati

Hj.Aminah.M,DG.ngona

Guru

Tata Usaha Kurikulum Kesiswaan Tata Usaha Kurikulum

Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Tata Usaha Guru Guru Guru Tata Usaha Guru Guru Guru Guru Guru Guru

Sumber Data : Tata Usaha SMP Aisyiyah Sungguminasa

2. Keadaan Siswa SMP Aisyiyah Sungguminasa Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

VII A 13 35 48

VII B 21 26 47

(46)

3. Tata Tertib Siswa a. Tata Tertib Umum

1) menjadi siswa yang berjiwa luhur, taat kepada Allah SWT, orang tua, bertanggung jawab atas kewajibannya, rajin, jujur, dan berbudi luhur.

2) Memiliki sikap keterbukaan, tenggang rasa dan semangat kerja keras

3) Berusaha eningkatkan nama baik sekolah, baik didalam maupun diluar sekolah

4) Memelihara ketenangan belajar, merawat alat-alat sekolah sertakelestarian sekolah.

b. Tata Tertib Khusus

1) Memakai pakaian seragam sekolah sesuai dengan ketentuan: a) Hari senin dan selasa memakai baju putih, celana/ rok biru,

kaos kaki putih, ikat pinggang hitam dan jilbab putih bagi wanita.

b) Hari rabu dan kamis, memakai seragam muslimin (SMP ) baju dan celana putih/ jilbab putih, kaos kaki putih, ikat pinggang hitam dan sepatu hitam.

c) Hari jumat dan sabtu memakai seragam pramuka, kaos kaki hitam dan sepatu hitam

(47)

3) Melaporkan diri pada guru piket bila terlambat dan tidak diperkenankan untuk mengikuti pelajaran sebelum menunjukkan surat izin dari pimpinan/ guru piket

4) Meminta izin pada guru kelas, apabila keluar dari ruangan untuk sebuah keperluan dan meminta izin kepada kepala sekolah bila hendak keluardari lingkungan sekolah pada jam pelajaran berlangsung

5) Meminta izin kepada kepala sekolah jika ingin menerma tamu 6) Mengikuti shalat berjamaah dzuhur, kultum dan mengaji yang

diselenggarakan disekolah

7) Bagi laki-laki tidak diperbolehkan berambut panjang dan bermodel rambut tidak etis. Bagi wanita tidak diperbolehkan berkuku panjang dan memakai kuteks

8) Siswa tidak diperkenankan berpakaian tidak layak dan bersolek secara berlebihan

9) Siswa tidak diperbolehkan berkeliaran didepan kelas selama jam pelajaran berlangsung

10) Siswa dilarang mengotori meja, mencore-coret dinding, meludah disembarang tempat, membuang sampah seenaknya, merusak taman, membuat kebisingan dan teriakan lain atau perbuatan yang mengganggu ketenangan.

11) Dilarang membawa rokok dan merokok dilingkungan sekolah. 12) Dilarang membawa senjata tajam dan semacamnya.

(48)

13) Dilarang membawa bacaan, dan foto-foto yang berasusila 14) Dilarang mengganggu teman,berbicara keras, berlari-lari atau

berbuat hal yang tidak senonoh dalam mushollah

15) Siswa dilarang meakukan perkelahian dengan dalih apapun yang menjadi dalang dari perkelahian tersebut

16) Dilarang mengambil hak orang lain tanpa seisin dari pemiliknya 17) Administrasi

a) Apabila ada siswa yang tidak masuk sekolah karena sakit atau ada alasan lain, maka orang tua/ wali harus mengirim surat kesekolah.

b) Apabila siswa sakit lebih dari 3 hari, maka harus menyertakan surat keterangan sakit dari dokter.

c) Apabila siswa tidak mengikuti palajaran selama 3 hari berturut-turut tanpa pemberitahuan, maka pihak sekolah berkewajiban menyampaikan kepada orang tua/ wali.

d) Apabila siswa pindah sekolah, orang tua/ wali harus memberikan penyampaian tertulis kepada kepala sekolah untuk mentelesaikan administrasi.

e) Pembayaran uang sekolah harus diselesaikan selambat-lambatnya tanggal 10 tiap bulannya

(49)

Siswa yang tidak mengindahkan atau melakukan pelanggaran terhadap tata tertib yang tersebut diatas, maka akan dikenakan sanksi sebagai berikut:

a) Teguran atau peringatan secara lisan b) Pemanggilan orang tua/wali

c) Dipulangkan

d) Dikeluarkan dari sekolah 4. Fasilitas

Sebagai sekolah menengah, Madrasah SMP Aisyiyah Sungguminasa Gowa memiliki Fasilitas Yang dapat dikategorikan sangat memadai dan mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar yang kondusif. Adapun fasilitas yang dimiliki Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Gowa, Yaitu: perpustakaan, Ruang BP, Aula, Ruang tata Usaha, ruang belajar, ruang guru, ruang Kepala Sekolah dan Mushollah. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 5 Fasilitas Sekolah

No Jenis Ruangan/ Gedung Jumlah Keterangan 01 02 03 04 05 06 07

Ruangan Kelas untuk belajar

Ruangan Kepala Sekolah dan Wakil Ruangan Tata Usaha

Ruangan Guru

Aula/ Ruangan Pertemuan Mushallah WC/ Kamar Kecil 6 1 1 1 1 1 3 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

(50)

08 09 Gudang Halaman Sekolah 1 1 Baik Baik Sumber data: Tata Usaha SMP Aisyiyah Sungguminasa

Fasilitas yang dimiliki oleh SMP Aisyiyah Sungguminasa kabupaten Gowa sebagaimana yang terdapat pada daftar tabel di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa fasilitas yang dimiliki oleh SMP Aisyiyah Sungguminasa kabupaten Gowa dapat menunjang berlangsungnya proses pembelajaran. Karena sarana dan prasarana sebagaimana yang dimiliki oleh SMP Aisyiyah Sungguminasa kabupaten Gowa tidak hanya pada fasilitas peserta didik, akan tetapi fasilitas yang baik juga dimiliki oleh para guru, seperti ruangan, dan lain-lain.

B. Urgensi pendidikan islam dalam keluarga terhadap peningkatan Kualitas Kehidupan beragama Siswa VII SMP Aisyiyah Sungguminasa

Pada pelaksanaan peningkatan kualitas kehidupan beragama berbagai aktivitasi belajar telah dilalukan oleh para peserta didik namun tidak semua aktivitasi itu bisa terpantu stu persatu beberapa aktivitasi yang diperhatikan oleh peserta didik di anggap cukup mewakili Keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajara pendidikan agama islam belajar telah diamati baik secara obervasi maupun dokumentasi.

Penelitian melakukan wawancara kepada ibu Hj St Ramlah mengatakan bahwa :

Dari hasil wawancara dapat dilihat bahwa Pada pelaksanaan penerapan pembelajara Sunguguminas berbagai aktivitas belajar

(51)

telah dilakukan oleh guru mata pelajaran seperti, melibatkan siswa secara aktif,kreatif dalam bertanya maupun menjawab saat proses belajar, dengan cara belajar bekelompok. ( wawancara tanggal 23 November 2016 SMP Aisyiyah Sungguminasa Kabupaten gowa )

Lebih jelasnya dapat di perhatikan jawaban responden dengan melalui tabel berikut:

Tabel 7

Siswa memperhatikan ketika guru sedang menyampaikan meteri pelajaran di Kelas

No. Kategori jawaban Frekuensi Presentase %

1 Sering 45 47,3%

2 Kadang-kadang 5 5,2% 3 Tidak pernah 45 47,3%

Jumlah 95 100%

Sumber data : Dari angket item 1

Data di atas menunjukakan bahwa apabila siswa mendapat kesulitan belajar, maka ia selalu bertanya siswa kepada guru untuk diberikan bimbingan dan bantuan jika mendapat kesulitan belajar jawaban responden menyatakan sering 45 orang siswa atau 47,3%, yang menyatakan kadang-kadang 5 orang siswa atau 5,2 % dan mengatakan tidak pernah 46 orang siswa atau 47,3%.

Dari uraian atas menunjukkan bahwa prestasi belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik yang diperoleh pada post-test lebih tinggi dibandingkan pada pre-test. Tingginya hasil belajar Pendidikan Agama

(52)

Islam peserta didik pada post-test disebabkan karena adanya pengaruh pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran umpan balik pada proses pembelajaran ini. Secara umum dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran ini telah diatur sedemikian rupa, dengan menunjukkan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran kecuali untuk aktivitas bertanya dimana masih rendah sebagaimana gambaran umum perilaku peserta didik dalam mengikuti proses belajar-mengajar.

Belajar dapat membawa suatu perubahaan pada individu yang belajar. Preubahan merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai peserta didik dalam proses belajar mengajar di sekolah. Prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh peserta didik yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan ibu Hj.St Ramlah Spd.I yang mengatakan bahwa :

Tingkat prestasi belajar yang dicapai oleh siswa kelas VII Aisyiyah Sungguminasa sangatlah baik, karena di dukung oleh guru-guru yang selalu memberikan pemahaman dan petunjuk khusus tentang metode yang akan di ajarkan secara efisiens dan efektif, sehingga siswanya lebih mudah mengerti, dan kreatif saat proses belaja mengajar, khususnya pada mata pelajaran pendidikan agama islam. (wawancara tanggal 32 November 2016 di SMP Aisyiyah Sungguminasa)

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik dengan melibatkan seluruh potensi

(53)

yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat prestasi belajar peserta didik dengn mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa tingkat prestasi peserta didik Pendidikan Agama Islam adalah guru dapat dilihat nilai yang diperoleh peserta didik setelah melibatkan secara langsung/ aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengtahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) dalam proses belajar mengajar.

Tabel 8

Kesenangan siswa dalam belajar pendidikan Agama Islam No. Kategori jawaba Frekuensi Presentase %

1 Sangat berpengaruh 35 36,8% 2 Berpengaruh 24 25,2% 3 Tidak berpengaruh 36 37,8%

Jumlah 95 100%

Sumber data: Dari angket item 2

Dari data tersebut diatas menunjukan bahwa Sikap emosional dalam proes pembelajaran cukup mempunyai pengaruh yang sangat tinggi sebagaimana terlihat pada table tersebut diatas murid memberi jawaban sangat berpengaruh sebanyak 35 orang atau 36,8% sedangkan 24 orang atau 25,2% murid jawaban berpengaruh dan 37 orang siswa atau 37,8% murid yang memberika jawaban kurang berpengaruh.

(54)

C. Faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitas kehidupan beragama Siswa VII SMP Aisyiyah Sungguminasa

Guru SMP Aisyiyah Selalu berusaha memberikan sulusi kepada peserta didik pada dasarnya masing masing Siswa memliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya termasuk perbedaan dalam prestasi pelajar Faktor dari Siswa itu dan Faktor yang luar Siswa atau lingkungan maka dari itu guru SMP Aisyiyah berusaha memaksimalkan bagaimana anak peserta didik dapat menerima pelajaran dengan baik serta berpengaruh baik pula kepada hasil berlajarnya guru Pendidikan Agama Islam selalu berusaha menarik perhatian siswa agar pelajaran yang akan disampaikan dapat dipahami dengan baik.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan ibu (Hj St. Ramlah Sp d.I ) yang mengatakan bahwa :

Faktor dimiliki adalah faktor perhatian yang serius dari orang tua, baik dari segi materi maupun spiritual juga dari guru pembina yang selalu memberikan petunjuk-petunjuk khusus sehingga dapat mempermudah proses pembelajaran siswa, sehingga siswa dapat memahami pelajaran tersebut. tersedianya fasilitas-fasilitas yang mendukung pada saat proses belajar mengajar. siswa di tuntut lebih aktif dan kreatif saat proses belajar mengajar. Materi yang diajarkan haruslah menarik dan menyenangkan sehingga memotivasi peserta didik untuk memperhatikan pelajarannya. (wawancara tanggal 23 November 2016 di SMP Aisyiyah Sungguminasa )

Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh guru PAI selalu memberikan contoh yang baik agar siswa dapat lebih jelas lagi akan apa yang mereka permasalahkan khususnya pengaruh peningkatan prestasi belajar. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak adalah salah satu

(55)

faktor yang dapat menghambat guru mata pelajaran PAI di SMP Aisyiyah dalam mengatasi pengruh prestasi belajar adalah faktor eksternal (lingkungan keluarga atau perhatian dari orang tua, waktu yang terbatas). Orang tua merupakan lingkungan yang utama untuk mewujudkan tujuan yaitu mampu menigkatkan prestasi belajar, dukungan dari orang tua di rumah memberikan pengaruh yang sangat positif bagi kemajuan siswa. Perhatian orang tua menjadi hal yang paling utama, kemudian pihak pendukung yaitu dari sekolah. Lebih jeasnya dapat di perhatikan jawaban responden dengan melalui tabel berikut:

Tabel 9

Guru menasehati siswa dalam melakukan kesalahan No. Kategori jawaban Frekuensi Persentase %

1 Sering 36 37,8 %

2 Kadang-kadang 29 30,5 %

3 Tidak pernah 30 31,5%

Jumlah 95 100%

Sumber data : Dari angket item 3

Berdasarkan hasil sabarah angket diatas menunjukkan bahwa belaksnaan proses belajar mengajar di SMP Aisyiyah sunngguminasa sangat kondusif, hal tersebut bahwa dominan yang mengatakan sering 36 orang siswa atau 37,8%, kadang kadang mengalami masalah belajar

(56)

sebanyak 29 siswa atau 30,5% dan sedangkan yang menjawab tidak pernah 30 orang atau 31,5%.

Tabel 10

Menyampaikan pesan moral setelah pembelajaran selesai No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase %

1. Ya 36 37,8%

2 Tidak 31 32,6%

3 Kadang kadang 28 29,4%

Jumlah 95 100%

Sumber data : Dari angket item 4

Dari hasil pengeolahan angket tersebut menunjukan bahwa guru yang sering memeberikan nasehat dengan jumlah 95 orang siswa, yang mengatakan ya adalah 36 orang atau 37,8%, tidak 31 oarang atau 32,6% dan kadang-kadang 28 orang atau 29,4%.

D. Upaya yang dilalukan dalam mengatasi Kendala Peningkatan Kualitas Kehidupan beragama Siswa Kelas VII SMP Aisyiyah Sungguminasa

Dengan demikian salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Isam yaitu dengan menerapkan pembelajaran yang disertai dengan penggunaan suatu alat bantu, khususnya pada peserta didik kelas VII SMP Aisyiyah Sungguminasa.

Gambar

Tabel 1  Keadaan  Populasi
Tabel 3  Guru dan Staf
Tabel 5  Fasilitas Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Hasil temuan yang berbeda dari para peneliti - peneliti yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk menguji kembali pengaruh operating leverage dan

Adapun populasi terjangkau adalah berjumlah 40 mahasiswa Universitas Negeri Jakarta di Pondok Pesantren Sulaimaniyah Cipinang dengan alasan setelah dilakukan survei awal,

Pembimbing: (i) Agung Dwi Nurcahyo, S.S, M.Pd (ii) Titis, S.Pd, M.Pd Kata Kunci: Kemampuan Menulis, Wall Magazine. Menulis merupakan salah satu dari empat kemampuan yang

selama 5 tahun pertama kehidupan, maka menyebabkan anak menjadi individu yang dingin, kurang menyayangi, tidak berperasaan dan cenderung menjadi remaja delinkuen

penerus bangsa yang tidak memiliki masa depan yang baik dan tidak mengharumkan nama baik bangsa ini. Pada dasarnya, pembelajaran berbasis karakter pada peserta

İSTANBUL’DA KOCA MUSTAFA PAŞA CAM İİ 165.. doğrudan doğruya bir «ambulatory church»30 idi. Yâni yonca biçimi ile alâkası olmadıktan başka, yarım kubbeler

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan adalah pada penelitian ini terfokus pada persepsi dan perilaku Komunitas Madura Ampel terhadap keberadaan

Berpedoman pada Parisada Hindu Dharma Indonesia sebagai Majelis Tertinggi Agama Hindu di Indonesia dalam peran utamanya sebagai lembaga bhisama dan pembinaan keagamaan, baik