commit to user
ii
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
JIGSAW
DENGAN
GROUP INVESTIGATION
(GI)
TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI
SIKAP ILMIAH MAHASISWA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh:
GITA KOSTANIA S541002013
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
commit to user
commit to user
v
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini,
Nama : Gita Kostania
NIM : S541002013
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Perbedaan
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Group Investigation
(GI) terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Sikap Ilmiah Mahasiswa” adalah
benar-benar karya peneliti. Hal-hal yang bukan karya peneliti sendiri dalam tesis ini
telah diberi citasi dan dirujuk dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, amka saya bersedia
menerima sanksi akaemik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis tersebut.
Surakarta, 9 Juni 2011
Pembuat Pernyataan,
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan tesis yang
berjudul “Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan
Group Investigation (GI) terhadap Hasil Belajar Ditunjau dari Sikap Ilmiah
Mahasiswa”.
Selama penyusunan tesis ini, penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak baik moral maupun material. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof.Dr. Ravik Karsidi, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2. Prof.Drs. Suranto, M.Sc.,PhD., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Prof.Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr.,PAK.,MM.,M.Kes, selaku Ketua
Program Studi Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta,
sekaligus Pembimbing I
4. P. Murdani K, dr.,MHPEd, selaku Ketua Minat Utama Pendidikan Profesi
Kesehatan
commit to user
vii
6. Seluruh Dosen Pascasarjana Program Studi Magister Kedokteran Keluarga,
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan yang telah memberikan ilmunya
selama perkuliahan
7. Seluruh Staf dan Karyawan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah membantu kelancaran administrasi
8. Direktur beserta dosen dan karyawan Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta,
yang memberikan informasi, dukungan dan dorongan semangat bagi penulis
9. Orang tua tercinta dan keluarga tersayang beserta keluarga besar Sanbesari,
yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan moral dan materiil
kepada penulis
10. Teman-teman seperjuangan kelas regular angkatan Februari 2010 yang selalu
memberikan semangat, pengertian dan kebersamaan kepada penulis
11. Sahabat-sahabat terbaikku di Kos Tisanda II yang selalu memberikan
dukungan moral dan semangat bagi penulis
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan sumbangan pikiran, kritik, dan saran yang dapat
membangun demi penyempurnaan proposal tesis ini. Akhirnya penulis
commit to user
2. Pembelajaran Kooperatif ... 8
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 28
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 28
E. Instrumen Penelitian ... 29
F. Teknik Pengumpulan Data ... 31
G. Uji Instrumen Penelitian ... 31
H. Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51
B. Deskripsi Data ... 52
C. Uji Prasyarat Analisis ... 57
D. Uji Hipotesis ... 61
E. Pembahasan Hasil Analisis ... 64
F. Keterbatasan Penelitian ... 69
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72
B. Implikasi ... 73
C. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2. Rancangan Anova ... 48
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Metode Jigsaw dan Group Investigation (GI) ……….…..……… 52
Tabel 4.2. Data Hasil Belajar Asuhan Kebidanan Komunitas Materi Manajerial Asuhan Kebidanan Komunitas ... 53
Tabel 4.3. Deskripsi Skor Sikap Ilmiah Mahasiswa pada Penggunaan Metode Belajar Jigsaw dan Group Investigation (GI) ... 54
Tabel 4.4. Deskripsi Hasil Belajar Mahasiswa berdasarkan Skor Sikap Ilmiah ... 55
Tabel 4.5. Deskripsi Hasil Belajar Mahasiswa berdasarkan Skor Sikap Ilmiah pada Penggunaan Metode Belajar Jigsaw dan Group Investigation (GI) ... 56
Tabel 4.6. Perhitungan Uji Normalitas Skor Pretest ... 57
Tabel 4.7. Perhitungan Uji Normalitas Skor Hasil Belajar (Pos Tes). 58 Tabel 4.8. Perhitungan Uji Normalitas Skor Sikap Ilmiah ... 58
Tabel 4.9. Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Sampel ... 59
Tabel 4.10. Variansi Kelompok Sampel ... 60
Tabel 4.11. Uji Homogenitas Data Hasil Belajar ... 60
commit to user
xi
Tabel 4.13. Analisis Variansi Hasil Belajar dengan Sikap Ilmiah ... 62
Tabel 4.14. Perhitungan Uji Scheffe ... 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Perbedaan Pengaruh Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw dan GI (Group Investigation) terhadap
Hasil Belajar Asuhan Kebidanan Komunitas Ditunjau dari
Sikap Ilmiah Mahasiswa ……… 31
Gambar 3.1. Hubungan Antar Variabel ……….. 34
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 Silabus ...
Lampiran 2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ...
Lampiran 3 Soal Objektif ...
Lampiran 4 Angket Sikap Ilmiah mahasiswa ...
Lampiran 5 Persetujuan Manjadi Responden ...
Lampiran 6 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Tes ...
Lampiran 7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Sikap ...
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Analisis ...
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian ...
commit to user
xiii
ABSTRAK
Gita Kostania. S541002013. 2011. “Perbedaan Pengaruh Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Group Investigation (GI) terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Sikap Ilmiah Mahasiswa”. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Latar Belakang: Model pembelajaran Jigsaw dan Group Investigation (GI) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan prestasi dan kemampuan soft skill mahasiswa. Dengan penerapan model ini, mahasiswa diharapkan terbiasa belajar secara mandiri (baik berkelompok maupun individu) dalam rangka memecahkan masalah belajar. Serta diharapkan dapat bekerja sama dan saling berbagi dengan teman peer-nya.
Tujuan: Untuk menganalisis perbedaan pengaruh pembelajaran Asuhan Kebidanan Komunitas di Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta dengan metode Jigsaw dan Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar ditinjau dari sikap ilmiah mahasiswa.
commit to user
xiv
Hasil: Angka kelulusan pembelajaran metode Jigsaw sebanyak (80%), dan Group Investigation (GI) sebanyak (87%). Rata-rata perolehan nilai pada pembelajaran Group Investigation (GI) sebesar 76,43, metode Jigsaw sebesar 72,20. Adapun hasil analisis pengaruh metode terhadap prestasi P-value = 0,042 pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini berarti P-value ≤ 0,05, dengan demikian hipotesis nol ditolak. P-value untuk sikap ilmiah mahasiswa terhadap prestasi belajar sebesar 0,004 pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini berarti P-value≤ 0,05, dengan demikian hipotesis nol ditolak. Analisis interaksi antara metode pembelajaran (Jigsaw dan Group Investigation (GI)) dan sikap ilmiah mahasiswa terhadap prestasi belajar sebesar 0,491 pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini berarti P-value ≥ 0,05, dengan demikian hipotesis nol diterima.
Kesimpulan: Metode belajar kooperatif Jigsaw dan Group Investigation (GI) berpengaruh pada hasil belajar mahasiswa. Metode Group Investigation (GI) lebih berpengaruh pada peningkatan hasil belajar dibanding Jigsaw. Sikap ilmiah mahasiswa mempengaruhi hasil belajar mahasiswa. Metode belajar kooperatif dan sikap ilmiah tidak berinteraksi terhadap hasil belajar.
Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Jigsaw, Group Investigation (GI), Sikap Ilmiah.
ABSTRACT
Gita Kostania. S541002013. 2011. “Differences Influence of Cooperative Learning with Methods Jigsaw and Group Investigation (GI) on Learning Achievements in Terms of Students' Scientific Attitude”. Thesis. Post Graduate Program of Sebelas Maret University Surakarta.
Background: Learning model Jigsaw and Group Investigation (GI) is a cooperative learning model that can improve achievement and ability students' soft skills. By applying this model, students are expected to get used to learning independently (either in groups or individually) in order to solve the problem of learning. And expected to work together and share with her friends peer.
Objective: To analyze the influence of learning differences Obstetric Care Community in AKBID Mamba'ul 'Ulum Surakarta with methods Jigsaw and Group Investigation (GI) on learning achievements in terms of students' scientific attitude.
Methods: A quasi-experimental research design, ie testing the learning method of learning outcomes by comparing groups are treated Jigsaw method of learning with the learning method GI (Group Investigation). Samples were 45 and 46, the analysis using Varian Analysis (ANOVA).
commit to user
xv
Investigation (GI) of 76.43, Jigsaw method of 72.20. The results of analysis method influences on achievement P-value = 0.042 at the 0.05 level. This means P-value ≤ 0.05, thus the null hypothesis is rejected. P-value for students' scientific attitude toward the academic achievement of 0.004 at the 0.05 level. This means P-value ≤ 0.05, thus the null hypothesis is rejected. Analysis of interaction between the method of learning (Jigsaw and Group Investigation (GI)) and the scientific attitude of students toward the academic achievement of 0.491 at the 0.05 level. This means P-value ≥ 0.05, thus the null hypothesis is accepted.
Conclusion: Cooperative learning methods Jigsaw and Group Investigation (GI) effect on student learning achievement. Methods Group Investigation (GI) is more influential in improving learning achievement than Jigsaw. Students 'scientific attitudes affect students' learning achievement. Cooperative learning method and scientific attitude does not interact on the results of learning achievement.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan dalam sistim
pendidikan. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar dengan lingkungan. Peserta didik dalam hal
ini adalah mahasiswa, dan pendidik adalah dosen (UU No.20, 2003).
Dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi, dosen harus memiliki
strategi agar mahasiswa dapat belajar dengan efektif dan efisien, serta dapat
meningkatkan kemampuan soft skill mahasiswa. Salah satu strategi untuk
mencapai tujuan yang diharapkan adalah dengan penggunaan metode
pembelajaran yang tepat. Pemilihan metode yang tepat sesuai dengan materi
pembelajaran dapat membantu mahasiswa untuk lebih mudah memahami suatu
konsep. Oleh karena itu penentuan metode pembelajaran harus berawal dari
kondisi nyata yang ada pada mahasiswa dan sesuai dengan karakteristik mata
kuliah (Anwar, 2008).
Secara umum pembelajaran pada Program Studi Diploma III Kebidanan
Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta masih dilakukan melalui sistem konvensional
dengan pendekatan TCL (Teacher Centered Learning), walaupun sudah ada
beberapa dosen yang mulai menerapkan pembelajaran semi SCL (Student
Centered Learning) dimana mahasiswa diberi materi oleh dosen dan sekaligus
aktif belajar baik secara kelompok maupun individual dengan penugasan
commit to user
individual dan kerja kelompok untuk selanjutnya didiskusikan. Dalam hal ini,
keterlibatan dosen dirasa masih tinggi.
Salah satu mata kuliah yang diajarkan pada mahasiswa adalah mata kuliah
Asuhan Kebidanan Komunitas. Mata kuliah ini diajarkan pada semester IV
(semester genap). Selama dua semester genap berturut-turut, hasil rata-rata belajar
mahasiswa sebelum dilakukan remidiasi, berada di bawah rata-rata kelulusan
yaitu kurang dari 2,75 (nilai ini setara dengan kurang dari 67). Tahun 2009
rata-rata kelas sebesar 2,69 dan tahun 2010 sebesar 2,73. Pencapaian hasil belajar ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah metode belajar. Pada
beberapa mata kuliah yang ditempuh di Program Studi Diploma III Kebidanan,
metode pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang dirasa
paling sesuai, diantaranya adalah mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.
Upaya-upaya perbaikan kualitas pendidikan dapat dimulai dari perbaikan
metode pembelajaran, yaitu pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (Student
Centered Learning) dengan menerapkan model belajar pembelajaran kooperatif
(cooperative learning). Pembelajaran kooperatif bentuknya bermacam-macam,
diantaranya yaitu Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group
Investigation (GI), NumberedHead Together (NHT),Teams-Games-Tournaments
(TGT), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Team
Accelerated Instruction (TAI) dan lain-lain. Akibat positif pembelajaran ini yaitu
selain mampu meningkatkan pencapaian prestasi belajar mahasiswa juga mampu
commit to user
menyelesaikan masalah, mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan
pengetahuan mereka (Slavin, 2004).
Model pembelajaran Jigsaw dan Group Investigation (GI) merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan prestasi dan
kemampuan soft skill mahasiswa. Dengan penerapan model ini, mahasiswa
diharapkan dapat terbiasa belajar secara mandiri (baik berkelompok maupun
individu) dalam rangka memecahkan masalah atau mengerjakan tugas. Serta
diharapkan dapat bekerja sama dan saling berbagi dengan teman peer-nya (Slavin,
2008).
Pada pembelajaran tipe Jigsaw mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil
yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi
belajar yang harus dipelajari. Kelompok ini disebut kelompok asal. Kemudian,
masing-masing mahasiswa dari berbagai kelompok dengan topik yang sama,
bergabung untuk mencari dan mempelajari serta mendiskusikan bahan belajar
secara berkelompok. Setelah itu, masing-masing mahasiswa kembali pada
kelompok asal untuk menyampaikan dan mendiskusikan materi yang telah
dibahas (Arends, 2001).
Sedangkan pada pembelajaran Group Investigation (GI) mahasiswa
dilibatkan dalam merencanakan topik-topik yang akan dipelajari dan bagaimana
cara menjalankan investigasinya. Mahasiswa mendapatkan tugas sesuai dengan
commit to user
kelompoknya tentang bahan belajar yang mereka bahas, untuk kemudian hasil dari
investigasinya didiskusikan di kelas (Slavin, 2008).
Keberhasilan kedua metode belajar tersebut, dapat dinilai dengan hasil
evaluasi belajar mahasiswa. Hasil belajar khususnya pada ranah kognitif,
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal mahasiswa. Faktor internal adalah
segala sesuatu yang muncul dalam diri mahasiswa yang melakukan kegiatan
belajar, seperti tingkat kecerdasan intelegensi dan emosi, rasa percaya diri, bakat,
minat, motivasi, sikap terhadap belajar, aktivitas, konsentrasi belajar, kemampuan
mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar dan
kemampuan menggali hasil belajar, serta kebiasaan belajar mahasiswa. Sedangkan
faktor eksternal adalah segala sesuatu yang datangnya dari luar diri mahasiswa
yang melakukan kegiatan belajar, seperti sarana dan prasarana, tenaga pendidik,
kurikulum, media pembelajaran, sumber belajar, metode pembelajaran dan
lingkungan social mahasiswa (Azwar, 2005).
Setiap mahasiswa mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap
rangsangan belajar yang didapat, Hal ini disebabkan oleh keadaan yang
berbeda-beda pada masing-masing mahasiswa. Dalam mempelajari dan mengembangkan
ilmu pengetahuan, perlu didukung oleh sikap ilmiah dalam diri setiap mahasiswa.
Sikap ilmiah yang berkaitan dengan kelompok belajar dan materi pembelajaran
yang dibahas dalam bidang ilmiah, menjadi persyaratan bagi proses pembelajaran.
Pada intinya, sikap ilmiah adalah suatu kecenderungan atau dorongan untuk
berperilaku dan mengambil tindakan pemikiran ilmiah sesuai dengan metode
commit to user
Dalam interaksi pembelajaran yang dilakukan secara langsung dengan
mahasiswa, dosen berfungsi sebagai pembimbing dan fasilitator yang membantu
mahasiswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Salah satu fasilitas yang dapat
diusahakan adalah dengan menciptakan suatu lingkungan pembelajaran yang
mendukung mahasiswa untuk dapat mengembangkan sikap ilmiah.
Metode pembelajaran Jigsaw dan Group Investigation (GI) merupakan
pembelajaran kooperatif yang kedua-duanya melibatkan keaktifan mahasiswa,
yang dalam proses pembelajarannya ada sedikit perbedaan. Model pembelajaran
Group Investigation (GI) sudah cukup dikenal mahasiswa Akbid Mamba’ul
‘Ulum Surakarta, sedangkan model pembelajaran Jigsaw merupakan hal yang
baru. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui perbedaan
pengaruh pembelajaran model Jigsaw dan Group Investigation (GI) dalam hal
output belajar berupa hasil evaluasi belajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mempunyai gagasan bahwa
dalam pembelajaran Asuhan Kebidanan Komunitas, hasil belajar mahasiswa di
Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta dapat ditingkatkan melalui pendekatan metode
dan media pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu peneliti berkeinginan untuk
melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif. Peneliti akan meneliti
tentang perbedaan pengaruh pembelajaran kooperatif Jigsaw dan Group
Investigation (GI) terhadap hasil belajar Asuhan Kebidanan Komunitas yang
meliputi aspek kognitif dan afektif bagi mahasiswa yang mempunyai sikap ilmiah
commit to user
merupakan hal yang baru di Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta, sehingga menjadi
hal yang menarik untuk diteliti.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan pengaruh antara penerapan metode pembelajaran
Jigsaw dan Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar Asuhan
Kebidanan Komunitas ?
2. Apakah ada perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah mahasiswa terhadap
hasil belajar Asuhan Kebidanan Komunitas?
3. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran Jigsaw dan Group
Investigation (GI) dengan sikap ilmiah mahasiswa terhadap hasil belajar
Asuhan Kebidanan Komunitas ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis perbedaan pengaruh pembelajaran Asuhan Kebidanan
Komunitas di Akbid Mamba’ul ‘Ulum Surakarta dengan metode Jigsaw dan
Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar ditinjau dari sikap ilmiah
mahasiswa.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis perbedaan pengaruh antara penerapan metode
pembelajaran Jigsaw dan Group Investigation (GI) terhadap hasil
commit to user
b. Menganalisis perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah mahasiswa
terhadap hasil belajar mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.
c. Menganalisis interaksi pengaruh antara metode pembelajaran Jigsaw
dan Group Investigation (GI) dengan sikap ilmiah mahasiswa
terhadap hasil belajar mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan wacana baru dan pengetahuan bagi pendidik tentang
perbedaan pengaruh metode mengajar dengan Jigsaw dan Group
Investigation (GI) terhadap hasil belajar.
b. Dapat mendorong dan menumbuhkan semangat kreativitas dalam
mengembangkan metode pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan masukan untuk penyusunan metode dan
strategi pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa tetap memiliki
sikap ilmiah yang tinggi dalam setiap proses pembelajaran.
b. Bagi Peneliti
Memberikan gambaran nyata tentang pelaksanaan pembelajaran
kooperatif dengan metode Jigsaw dan Group Investigation (GI) terhadap
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar umumnya diartikan sebagai proses perubahan perilaku
seseorang setelah mempelajari suatu objek (pengetahuan, sikap, ketrampilan)
tertentu. Winkel dalam Darsono (2001), mengemukakan “belajar sebagai
suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan
ketrampilan dan nilai sikap“. Dengan demikian belajar merupakan hasil
interaksi antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan
kemampuan tingkah laku dan keterampilan ke arah yang lebih baik. Hal ini
identik dengan pandangan Good dan Brophy dalam Uno (2008), yang
menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang
dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk
perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri.
Belajar menurut Margaret dalam Uno (2008), adalah (1) memodifikasi
atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, (2) suatu proses perubahan
tingkah laku individu dengan lingkungannya, (3) perubahan tingkah laku
yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian, atau
mengenai sikap dan nilai nilai pengetahuan dan kecakapan dasar, yang
commit to user
terdapat dalam berbagai bidang studi, atau lebih luas lagi dalam berbagai
aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi, (4) belajar selalu
menunjukkan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang
berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.
Driscoll dalam Uno (2008), menyatakan ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam belajar antara lain:
a. Belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang
b. Hasil belajar yang muncul dalam diri mahasiswa merupakan akibat atau
hasil dari interaksi mahasiswa dengan lingkungan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang yang telah mengalami
proses belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan perilaku sebagai suatu
kriteria keberhasilan belajar pada diri seseorang yang belajar. Pada
prinsipnya, dalam belajar terdapat empat komponen kegiatan, yaitu (1)
melakukan persepsi terhadap stimulus, (2) menggunakan pengetahuan
prasyarat, (3) merencanakan respons, (4) pelaksanaan respons yang dipilih
(Darsono, 2001).
Belajar sebagai perubahan perilaku terjadi setelah mahasiswa
mengikuti atau mengalami suatu proses belajar mengajar yaitu hasil belajar
dalam bentuk penguasaan kemampuan atau ketrampilan tertentu. Dengan
demikian dapat dirangkumkan bahwa belajar merupakan suatu pengalaman
yang diperoleh berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya
yaitu antara siswa dengan guru di dalam kelas untuk melakukan proses
commit to user
2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu
model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Cooperative
Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu
secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu
kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis, suatu pahan
pembelajaran dimana belajar merupakan suatu hasil dari konstruksi mental.
Mahasiswa belajar dengan cara mencocokkan informasi baru yang mereka
peroleh bersama-sama dengan apa yang telah mereka ketahui. Mahasiswa
akan dapat belajar dengan baik jika mereka mampu mengaktifkan konstruk
pemahaman mereka sendiri. Menurut Kauchak dan Eggen dalam Suradi
(2006) belajar kooperatif merupakan suatu kumpulan strategi mengajar yang
digunakan untuk membantu mahasiswa satu dengan mahasiswa yang lain
dalam mempelajari sesuatu.
Isjoni (2007) juga mengungkapkan bahwa Cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
commit to user
Sistem pembelajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan
sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk
dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan
positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama,
dan proses kelompok. Menurut Lie (2007) mengatakan bahwa model
pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar
kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson
dalam Emildadiany (2008), mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok
bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur
model pembelajaran gotong royong yaitu :
1) Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap
anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan
mereka.
2) Tanggung jawab perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran Cooperative Learning, setiap mahasiswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif
dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan
commit to user
harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam
kelompok bisa dilaksanakan.
3) Tatap muka
Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus
diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi
ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai
perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.
4) Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga
bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan
berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun,
proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh
untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental
dan emosional para mahasiswa.
5) Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
commit to user
Urutan langkah-langkah perilaku pengajar menurut model
pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997) adalah sebagai
berikut ini:
a) Fase 1 : menyampaikan tujuan dan memotivasi mahasiswa. Pada
fase ini dosen menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai
pada pelajaran tersebut dan memotivasi mahasiswa belajar.
b) Fase 2: mengorganisasi mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar. Dosen bertugas menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan acuan.
c) Fase 3: mengorganisasi mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar. Dosen menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien.
d) Fase 4: membimbing kelompok bekerja dan belajar. Dosen
membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
e) Fase 5: evaluasi. Dosen mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
f) Fase 6: memberikan penghargaan. Dosen mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu, kelompok.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
commit to user
yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap mahasiswa anggota kelompok harus saling bekerja sama
dan saling membantu untuk memahami materi kuliah.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi
dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya (Slavin, 2004). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:
1) Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial,
juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah
menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang
berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara
luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
commit to user
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak
muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
c. Karakteristik dan Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya (2006), karakteristik pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut:
1) Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat setiap siswa belajar.
2) Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi
pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan
fungsi kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif.
3) Kemauan untuk bekerjasama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan
commit to user
harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga
ditanamkan perlunya saling membantu.
4) Keterampilan bekerjasama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktekkan melalui
aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama.
Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi
dan berkomunikasi dengan anggota lain.
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif menurut
Sanjaya (2006) adalah sebagai berikut:
1) Prinsip ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas
sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya.
Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan
penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing
anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa
saling ketergantungan.
2) Tanggung jawab perseorangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip pertama. Oleh karena
keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap
anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
commit to user
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas
kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan
informasi dan saling membelajarkan.
4) Partisipasi dan komunikasi
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu
berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting
sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak.
d. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin dalam Suradi (2006), keuntungan pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:
1) Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
norma-norma kelompok
2) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama
berhasil.
3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok.
4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
dalam berpendapat.
5) Interaksi antar siswa juga membantu meningkatkan perkembangan
kognitif yang non konservatif menjadi konservatif (Teori Piaget).
commit to user
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot
Aronson et.al. di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin
et.al. di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Teknik mengajar Jigsaw
dikembangkan oleh Aronson, et.al. sebagai metode cooperative learning.
Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,
mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, dosen memperhatikan
skemata atau latar belakang pengalaman mahasiswa dan membantu
mahasiswa mengaktifkan schemata ini agar bahan mata kuliah menjadi lebih
bermakna. Selain itu, mahasiswa bekerja sama dengan sesama mahasiswa
dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif dimana mahasiswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari
4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang
positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang
harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok
lain (Arends, 2001).
Jigsaw didisain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab mahasiswa
commit to user
Mahasiswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka
juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, 2007).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topic yang sama
bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang
topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian
mahasiswa-mahasiswa tersebut kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan
kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari
sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu
kelompok induk mahasiswa yang beranggotakan mahasiswa dengan
kemampuan, asal dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal
merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok
mahasiswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topic tertentu dan
menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk
kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai
berikut :
a. Dosen membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4 – 6 mahasiswa dengan kemampuan yang berbeda.
commit to user
asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pembelajaran yang akan
dipelajari mahasiswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini setiap mahasiswa diberi tugas mempelajari
salah satu materi pembelajaran tersebut.
b. Semua mahasiswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar
bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counter
Group/CG). Dalam kelompok ahli, mahasiswa mendiskusikan bagian
materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana
menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji).
Misal suatu kelas dengan jumlah 40 mahasiswa dan materi
pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri
dari 5 bagian materi pembelajaran. Maka dari 40 mahasiswa, akan terbentuk
menjadi 4 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal
yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke
kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari
dalam kelompok ahli. Dosen memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada
pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
4. Model Pembelajaran Kooperative Group Investigation (GI)
Model pembelajaran Group Investigation (GI) merupakan model
pendekatan pembelajaran yang paling kompleks dan paling sulit
commit to user
topik-topik yang akan dipelajari dan bagaimana cara menjalankan
investigasinya. Hal ini membutuhkan norma dan struktur kelas yang lebih
canggih dibandingkan dengan pendekatan-pendekatan yang berpusat pada
guru (Teacher Centered Learning/TCL).
Pendekatan pembelajaran Group Investigation (GI) diawali dengan
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok heterogen yang masing-masing
beranggotakan 5 – 6 orang. Mahasiswa memilih topik-topik untuk dipelajari,
melakukan investigasi mendalam terhadap sub-sub topic yang dipilih, dan
kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
Slavin (2008) dan rekan-rekan sejawatnya mendiskripsikan
langkah-langkah pembelajaran Group Investigation (GI), sebagai berikut:
a. Pemilihan topik
Mahasiswa memilih sub-sub topik tertentu dalam bidang
permasalahan umum tertentu, yang biasanya diterangkan oleh dosen.
Mahasiswa kemudian diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil
berorientasi tugas yang beranggotakan 2 – 6 orang. Komposisi kelompok
heterogen, baik secara akademis maupun etnis.
b. Cooperative learning
Mahasiswa dan dosen merencanakan prosedur, tugas dan tujuan
belajar tertentu yang sesuai dengan sub topik yang dipilih dalam langkah 1.
c. Implementasi
Mahasiswa melaksanakan rencana yang diformulasikan dalam
commit to user
mengarahkan mahasiswa ke berbagai sumber di dalam maupun di luar
kampus. Dosen mengikuti dari dekat perkembangan masing-masing
kelompok dan menawarkan bantuan bila dibutuhkan.
d. Analisis dan sintesis
Mahasiswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh
selama langkah 3 dan merencanakan bagaimana informasi tersebut dapat
dirangkum dnegan menarik untuk dipertontonkan atau dipresentasikan kepada
teman-teman sekelas.
e. Presentasi produk akhir
Beberapa atau semua kelompok di kelas memberikan presentasi
menarik tentang topik-topik yang dipelajari untuk membuat satu sama lain
saling terlibat dalam pekerjaan temannya dan mencapai perspektif yang lebih
luas tentang sebuah topik. Presentasi kelompok dikoordinasikan oleh dosen.
f. Evaluasi
Dalam kasus-kasus yang kelompoknya menindaklanjuti aspek-aspek
yang berbeda dari topik yang sama, mahasiswa dan dosen mengevaluasi
kontribusi masing-masing kelompok kedalam hasil pekerjaan kelas secara
keseluruhan. Evaluasi dapat memasukkan assesment individual atau
kelompok, atau kedua-duanya.
Pembelajaran Group Investigation (GI) merupakan model
pembelajaran yang sangat efektif. Mahasiswa dapat memegang konsep dan
commit to user
mahasiswa yang dapat memanipulasi pengalaman belajar mereka, akan dapat
memegang konsep belajar lebih cepat dan tetap memahami/menguasai bahan
belajar lebih lama. Dalam pembelajaran dosen sebisa mungkin dapat
meningkatkan dan menstimulasi mahasiswa dalam kelompoknya
masing-masing untuk dapat mengkreasikan sesuatu berdasarkan pengalaman nyata.
Penghargaan dari dosen pada kelompok yang berprestasi penting diberikan.
Dengan kontrol yang baik, model pembelajaran ini dapat meningkatkan minat
belajar mahasiswa dan hasil belajar dirasa lebih bermakna (Bounds, 2009).
5. Sikap Ilmiah
Sikap didefinisikan sebagai suatu keadaan internal seseorang yang
mempengaruhi pilihan-pilihan atau tindakan-tindakan pribadi yang
dilakukannya (Suhaenah, 2001). Sikap dapat berubah sejalan dengan
perkembangan individu sebagai akibat dari hasil belajar dan interaksi dengan
lingkungan. Dengan kata lain, sikap dapat dibentuk atau diubah melalui
pendidikan. Salah satu aspek mempelajari suatu ilmu atau belajar adalah
pembentukan sikap ilmiah.
Menurut Sears yang dikutip oleh Harlen (2001), sikap ilmiah
mempunyai tiga aspek atau komponen, yaitu kognitif (berhubungan dengan
pengetahuan), afektif (berhubungan dengan sikap dan perasaan) dan
psikomotorik (berhubungan dengan kecenderungan untuk bertindak). Struktur
kognitif yang ditentukan oleh tingkat pengetahuan, sangat menentukan dalam
commit to user
Menurut Baharuddin yang dikutip oleh Suryawati (2010),
mengemukakan bahwa sikap ilmiah pada dasarnya adalah suatu
kecenderungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan
suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Beberapa
sikap ilmiah dikemukakan oleh Brotowidjoyo cit Suryawati (2010) yang biasa
dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode
ilmiah, antara lain :
a. Sikap Ingin Tahu. Apabila menghadapi suatu masalah yang baru
dikenalnya, maka ia berusaha mengetahuinya, senang mengajukan
pertanyaan tentang obyek dan peristiwa, kebiasaan menggunakan alat
indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah, dan
memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan suatu
masalah.
b. Sikap Kritis. Kebiasaan menggunakan bukti-bukti pada waktu menarik
kesimpulan, tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain,
dan bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan referensi yang tepat.
c. Sikap Obyektif. Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu,
menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri.
Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan
kepentingan dirinya sebagai subjek.
d. Sikap Ingin Menemukan. Selalu memberikan saran-saran untuk
penemuan cara-cara baru, kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen
commit to user
e. Sikap Menghargai Karya Orang Lain. Tidak akan mengakui dan
memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran
ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
f. Sikap Tekun. Tidak bosan mengadakan investigasi atas masalah yang
dihadapi, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum
selesai, terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja
dengan teliti.
g. Sikap Terbuka. Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun
berbeda dengan apa yang diketahuinya, terbuka menerima kritikan dan
respon negatif terhadap pendapatnya.
Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat tujuh aspek penting dalam
membangun sikap ilmiah, yaitu tanggung jawab, rasa ingin tahu, kerja sama,
ketepatan waktu dan ketepatan, disiplin, dan dapat menerima (Suryawati,
2010).
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pendidik untuk
meningkatkan minat dan sikap ilmiah mahasiswa, yaitu dengan memberikan
cara dan semangat baru dalam hal belajar yang dapat meningkatkan semangat
belajar mereka. Pedroti cit Suryawati (2010) juga menyatakan bahwa
beberapa elemen dari pembelajaran kooperatif adalah belajar dalam
kelompok dan adanya komunikasi antar anggota kelompok. Sebagai
pemimpin, pendidik memainkan peran yang besar dalam membentuk sikap
kerjasama diantara anggota-anggota kelompok dan membentuk proses
commit to user
yang penting yang digunakan dalam proses pembelajaran yang berkaitan
dengan metode ilmiah. Metode ini diantaranya eksperimen, investigasi dan
pembelajaran project-based membutuhkan keterampilan ilmiah yang akan
mendukung mahasiswa dalam pembentukan sikap ilmiah.
6. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta
didik setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004). Sedangkan
menurut Kingsley cit Sudjana (2004), membagi tiga macam hasil belajar
mengajar: (1)keterampilan dan kebiasaan, (2)pengetahuan dan pengarahan,
(3)sikap dan cita-cita.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa
setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh dosen sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah diketahui peserta didik, indikator daya serap, sebagai lambang
pemuasan hasrat ingin tahu, bahan informasi dalam inovasi pendidikan, selain
itu juga bisa sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. Hasil belajar biasanya berkenaan dengan aspek pengetahuan,
sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik
commit to user
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Syah (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar dan hasil belajar diantaranya:
1) Faktor internal yaitu faktor penghambat yang berasal dari diri peserta
didik berupa fisiologis dan psikologis. Fisiologis merupakan kondisi
umum kebugaran organ-organ dan sendi-sendinya yang mempengaruhi
semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Psikologis
yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa
yaitu intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi belajar.
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar peserta didik antara
lain lingkungan social dan lingkungan non esensial. Lingkungan sosial
berupa: pengaruh dari sekolah, dan pengaruh di lingkungan masyarakat.
Lingkungan non esensial berupa gedung sekolah, rumah tempat tinggal,
alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar.
Berdasarkan tujuannya, Bloom mengelompokkan hasil belajar
menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendapat
yang dama dikemukakan pleh Anderson, bahwa karakteristik manusia
meliputi sara tipikal dari berfikir, berperasaan dan berbuat. Tipikal berfikir
berkaitan dengan ranah kognitif, perasaan berkaitan dengan ranah afektif, dan
berbuat berkaitan dengan ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut
merupakan karakteristik manusia, dan dalam bidang pendidikan merupakan
prestasi belajar. Hasil belajar ini dapat diperoleh selama proses belajar
commit to user
belajar mengajar berakhir dengan memberikan suatu tes. Menurut Bloom,
yang dikutip Winkel (1996) hasil belajar meliputi :
a. Ranah Kognitif
Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek, yang
menurut Chaplin diartikan sebagai proses kognitif, proses berfikir, daya
menghubungkan, kemampuan menilai, kemampuan mempertimbangkan dan
kemampuan mental. Sedangkan menurut Piaget, kognitif adalah kemampuan
berfikir dan bertindak secara adaptif termasuk kemampuan berfikir,
mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan
menyelesaikan persoalan (Asrori, 2008).
Menurut taksonomi Bloom dan revisi oleh Anderson (2001), hasil
belajar ranah kognitif meliputi enam tingkatan, yaitu :
1) Pengetahuan (knowledge), berupa pengenalan dan pengingatan kembali
terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah dan prinsip-prinsip dalam
bantuk yang dipelajari.
2) Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan mengerti tentang
isi pelajaran yang dipelajari tanpa menghubungkan dengan isi pelajaran
yang lainnya.
3) Penerapan (application), mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu
kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang nyata
commit to user
4) Analisis (analysis), mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan
ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau
organisasinya dapat dipahami dengan baik.
5) Evaluasi (evaluation), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan
pertanggungjawaban pendapat yang berdasarkan criteria tertentu.
6) Mencipta/mendisain (to create), merupakan kemampuan untuk
menciptakan atau mendisain satu kesatuan atau pola baru.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif ini meliputi sikap dan nilai yang terdiri dari tiga
tingkatan, yaitu :
1) Penerimaan (receiving), mencakup kepekaan akan adanya suatu
perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan tersebut.
2) Partisipasi (responding), mencakup kerelaan untuk memperhatikan
secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
3) Penilaian atau penentuan sikap (valuing), mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan
penilaian tersebut.
4) Organisasi (organization), mencakup kemampuan untuk membentuk
suatu sistim nilai sebagai pedoman den pegangan dalam kehidupan.
5) Pembentukan pola hidup (characterization by value complex), mencakup
commit to user
sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan
nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
c. Ranah Psiomotorik
Ranah psikomotorik berkaitan dengan penggunaan keterampilan
motorik dasar, koordinasi dan pergerakan fisik. Harrow mengklasifikasikan
ranah psikomotorik menjadi 5 tingkatan, yaitu :
1) Imitation, kemampuan untuk dapat melakukan keterampilan dengan
meniru disertai contoh.
2) Manipulation, kemampuan melakukan keterampilan dengan meniru
tanpa contoh visual.
3) Precision, kemampuan melakukan keterampilan tanpa contoh visual,
melakukan dengan tepat dan lancar.
4) Articulation, melakukan keterampilan dalam situasi dan kondisi yang
berbeda dari yang dicontohkan/dipelajari secara akurat dan tepat.
5) Naturalization, dapat melakukan keterampilan dengan spontan dan
otomatis, secara akurat dan tepat.
B. Penelitian yang Relevan
Sebagai bahan pertimbangan, perlu dikemukakan penelitian-penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
1. Mardiyanto (2009), judul: Pembelajaran Kooperatif Melalui Model
Jigsaw dan Group Investigation (GI) Dengan Memperhatikan Tingkat
commit to user
pengaruh penggunaan pembelajaran kooperative Jigsaw dan GI terhadap
prestasi belajar fisika, 2) ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap
prestasi belajar fisika, 3) tidak ada interaksi antara penggunaan pembelajaran
Jigsaw dan GI dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika.
Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Mardiyanto dengan penelitian ini
adalah pada penggunaan pembelajaran kooperative Jigsaw dan GI. Sedangkan
perbedaannya terletak pada variabel moderator yang digunakan. Mardiyanta
menggunakan aktivitas belajar sedangkan dalam penelitian ini menggunakan
sikap ilmiah.
2. Satutik Rahayu (2007), judul: Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dengan Metode Inkuiri Terbimbing dan Eksperimen Ditinjau dari Sikap
Ilmiah. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa: 1) ada pengaruh penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode inkuiri terbimbing dan
Eksperimen terhadap prestasi belajar fisika, 2) ada pengaruh sikap ilmiah
terhadap prestasi belajar fisika, 3) ada interaksi antara penggunaan
pembelajaran kooperatif STAD dengan metode inkuiri terbimbing dan
eksperimen dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika. Kesamaan
penelitian adalah pada penggunaan variable moderator sikap ilmiah,
sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan metode pembelajaran.
C. Kerangka Berpikir
GI Jigsaw
commit to user
Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan GI (Group Investigation) terhadap Hasil Belajar Asuhan Kebidanan Komunitas Ditunjau dari Sikap Ilmiah Mahasiswa
Penjelasan: pembelajaran kooperatif diantaranya adalah tipe Jigsaw
dan Group Investigation (GI), dalam pelaksanaannya dapat membantu
mahasiswa untuk saling bergantung dengan temannya dalam konteks positif
untuk belajar, berlatih untuk bertanggungjawab secara individu maupun
kelompok, dapat meningkatkan interaksi sosial, dan dapat meningkatkan
partisipasi mahasiswa dalam belajar, serta meningkatkan efektifitas
komunikasi sesama mahasiswa dan dosen sebagai pembimbing. Proses
pembelajaran kooperatif dapat dipengaruhi oleh sikap ilmiah mahasiswa,
dimana sikap ilmiah pada dasarnya adalah suatu kecenderungan individu
untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara
sistematis melalui langkah-langkah ilmiah dalam pembelajaran secara
berkelompok. Sehingga dalam hal ini pembelajaran kooperatif dengan proses
belajar yang baik, dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
D. Hipotesis
Hasil Belajar - Ketergantungan positif - Tanggung jawab individu - Interaksi sosial
commit to user
1. Ada perbedaan pengaruh antara penerapan metode pembelajaran Jigsaw
dan Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar Asuhan Kebidanan
Komunitas
2. Ada perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah mahasiswa terhadap hasil
belajar Asuhan Kebidanan Komunitas
3. Ada interaksi pengaruh antara metode pembelajaran Jigsaw dan Group
Investigation (GI) dengan sikap ilmiah mahasiswa terhadap hasil belajar
Asuhan Kebidanan Komunitas.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi, disebut juga
penelitian eksperimen semu, yaitu mengujicoba metode pembelajaran terhadap
hasil belajar yaitu membandingkan hasil belajar pada kelompok perlakuan metode
pembelajaran Jigsaw dengan hasil belajar pada kelompok perlakuan metode
pembelajaran Group Investigation (GI). Untuk mengetahui pengaruhnya pada
hasil belajar mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas pada pokok bahasan
Manajerial Asuhan Kebidanan Komunitas, dibandingkan hasil pre dan post test.
Penelitian ini mengkaji tiga variable, yaitu metode pembelajaran sebagai
variable bebas, hasil belajar sebagai variable terikat, dan sikap ilmiah sebagai
commit to user
Gambar 3.1. Hubungan Antar Variabel
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun akademik
2010/2011, selama empat minggu dari tanggal 25 April sampai dengan 21
Mei tahun 2011.
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum
Surakarta.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta tahun akademik 2010/2011,
dengan populasi aktual mahasiswa semester IV yang terbagi menjadi dua
33
GI
Jigsaw
Hasil Belajar Sikap Ilmiah
commit to user
kelas dengan jumlah 91 mahasiswa (kelas A sejumlah 46 mahasiswa dan
kelas B sejumlah 45 mahasiswa).
2. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel dengan
cara total sampling, dari mahasiswa semester IV Akademi Kebidanan
Mamba’ul ‘Ulum Surakarta. Dari dua kelas, satu kelas diberikan perlakuan
pembelajaran Jigsaw dan satu kelas lagi diberikan perlakuan pembelajaran
Group Investigation (GI).
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian :
a. Variabel terikat : hasil belajar Asuhan Kebidanan Komunitas
b. Variabel bebas : pembelajaran tipe Jigsaw dan Group Investigation
(GI)
c. Variabel atribut : sikap ilmiah mahasiswa
2. Definisi Operasional
a. Pembelajaran tipe Jigsaw, yaitu model pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran di kelas dengan membagi kelas menjadi beberapa
kelompok, dan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 mahasiswa dengan
kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah
anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian
commit to user
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Setiap mahasiswa diberi tugas
mempelajari salah satu materi pembelajaran tersebut. Kemudian semua
mahasiswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama
dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counter Group/CG).
Dalam kelompok ahli, mahasiswa mendiskusikan bagian materi
pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana
menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
b. Pembelajaran tipe Group Investigation (GI), yaitu model
pembelajaran yang digunkan dalam pembelajaran di kelas dengan
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok heterogen yang
masing-masing beranggotakan 5 – 6 orang. Mahasiswa memilih topik-topik
untuk dipelajari, melakukan investigasi mendalam terhadap sub-sub topik
yang dipilih, dan kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laoran
kepada seluruh kelas.
c. Hasil belajar adalah hasil dari evaluasi akhir pembelajaran dalam
bentuk nilai dengan instrument tes.
d. Sikap ilmiah adalah tingkat kesesuaian tingkah laku mahasiswa
terhadap proses pembelajaran yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
rasa ingin tahu, tidak dapat menerima kebenaran tanpa bukti, jujur, teliti,
menghargai penemuan para ahli, menghargai pendapat orang lain, dan
sanggup menerima gagasan dan semangat baru.
E. Instrumen Penelitian
commit to user
1. Instrumen dalam pelaksanaan penelitian yaitu berupa silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas
semester IV Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
2. Instrumen mengenai hasil belajar mata kuliah Asuhan Kebidanan
Komunitas berupa tes. Tes ini merupakan tes kognitif dangan jenis
pertanyaan tertutup (disediakan pilihan jawaban).
3. Instrumen untuk mengetahui sikap ilmiah mahasiswa berupa angket.
Angket yang digunakan merupakan angket tertutup (terstruktur) yang
disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta
untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya.
Untuk mengukur sikap, maka digunakan skala likert dan diukur serta
dijabarkan menjadi dimensi dan indikator-indikator yang dapat diukur.
Pernyataan dalam angket dibagi menjadi pernyataan positif (favorable)
dan negative (unfavorable), yang didalamnya disediakan lima opsi
dengan alternatif pilihan jawaban yang terdiri atas: sangat setuju (SS),
setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS)
Pernyataan negatif disisipkan diantara pernyataan positif untuk
mengontrol tingkat ketelitian atau keseriusan responden dalam
memberikan respon. Responden yang tidak serius atau ceroboh dalam
menjawab akan terjebak dengan pernyataan tersebut. Masing-masing
pernyataan diberi skor yaitu SS=5, S=4, R=3 TS=2, STS=1 untuk
pernyataan positif (favorable) dan SS=1, S=2, R=3, TS=4 dan STS=5
commit to user
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan datanya yaitu:
1. Angket Sikap Ilmiah
Pengumpulan data tentang sikap ilmiah mahasiswa dengan
menggunakan angket/kuesioner. Kuesioner ini bertujuan untuk
mengungkapkan sikap ilmiah mahasiswa terhadap pembelajaran Asuhan
Kebidanan Komunitas. Kuesioner tersebut dibagikan sekali setelah
mahasiswa melakukan proses pembelajaran.
2. Tes Hasil Belajar
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data atau nilai hasil belajar
mahasiswa pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas. Jenis pertanyaan
pada tes kognitif ini menggunakan jenis pertanyaan tertutup (disediakan
pilihan jawaban) yang meliputi semua materi yang didiskusikan. Soal tes
terdiri dari soal pre tes, dan post test. Soal pre test diberikan pada mahasiswa
sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, untuk mengetahui kemampuan
awal mahasiswa. Sedangkan soal post test diberikan pada mahasiswa setelah
selesai menuntaskan kegiatan pembelajaran pada semua materi yang
dipelajari.
G. Uji Instrumen Penelitian
commit to user
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2009), agar dalam
pengumpulan datanya diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati
normal, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 30
orang (Macfoedz, 2007). Uji validitas tes hasil belajar diujikan pada
mahasiswa semester IV STIKES ‘Aisyiyah Surakarta program studi DIII
Kebidanan. Untuk mengetahui validitas instrumen hasil belajar akan
digunakan teknik sebagai berikut: (Azwar, 2009)
Keterangan:
γpbi : Koefisien korelasi poin biserial
Mp : Mean skor dari mahasiswa yang menjawab benar bagi item yang
dicari korelasinya dengan test
Mx : Mean skor total (skor rata-rata seluruh peserta tes)
Sx : Standar deviasi skor total
p : Proporsi mahasiswa yang menjawab benar item tersebut
(1-p) : Proporsi mahasiswa yang menjawab salah item tersebut
Koefisien korelasi biserial (gpbi) menunjukkan validitas item dari test
bentuk pilihan ganda yang selanjutnya disebut sebagai rhitung . Taraf