• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsentrasi Spasial Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Sektor ISIC 10 Kabupaten Sukoharjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konsentrasi Spasial Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Sektor ISIC 10 Kabupaten Sukoharjo"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KONSENTRASI SPASIAL USAHA MIKRO, KECIL DAN

MENENGAH SEKTOR ISIC 10 KABUPATEN SUKOHARJO

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Disusun Oleh : RISANK WIKUWANARA

B 300 140 210

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

(2)
(3)
(4)
(5)

KONSENTRASI SPASIAL USAHA MIKRO, KECIL DAN

MENENGAH SEKTOR ISIC 10 KABUPATEN SUKOHARJO

Abstrak

Industri kecil menengah merupakan salah satu sector yang membantu percepatan pertumbuhan ekonomi, hal ini sejalan dengan misi Kabupaten Sukoharjo yaitu mendorong penguatan kemandirian ekonomi yang berbasis pada pertanian dan industri serta pengelolaan potensi daerah dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Salah satu cara untuk mengoptimalkan industri kecil menegah adalah dengan mengumpulkan mereka dalam satu wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial industri kecil dan menengah dominan sektor industri makanan (karak, rambak, roti, tahu dan tempe) Kabupaten Sukoharjo. Data yang digunakan adalah data sekunder, seperti jumlah unit usaha, jumlah tenaga kerja, laba usaha dan jumlah penduduk. Penelitian ini menggunakan alat analisis identifikasi SIG dan konsentrasi tenaga kerja (CI). Analisis yang telah dilakukan adalah identifikasi industri UMKM Kabupaten Sukoharjo pada ISIC 10 berdasarkan jumlah usaha, industri yang dominan adalah karak di Kecamatan Mojolaban, serta tahu dan tempe di Kecamatan Nguter. Jumlah tenaga kerja dan laba usaha terkonsentrasi di Kecamatan Mojolaban. Hasil analisis indeks penyerapan tenaga kerja (CI) ISIC 10, menjelaskan bahwa konsentrasi tertinggi tenaga kerja berada di Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban. Produk dominan di Kabupaten Sukoharjo terdiri dari karak, rambak, roti, tahu dan tempe.

Kata Kunci : ISIC 10, Industri Dominan, SIG, Konsentrasi Tenaga Kerja (CI)

Abstract

Small and medium (SMEs) industry is one of the sectors that helps economic growth acceleration, it is in line with the mission of Sukoharjo Regency which is to encourage the strengthening of economic independence based on agriculture and industry as well management of the region potential by considering environmental sustainability. One of the ways to optimize SMEs industry is to collect them in one area. This study aims to determine the spatial pattern of SMEs industry dominant sector of food industry (karak, rambak, bread, tofu and tempe) Sukoharjo Regency. The data used is secondary data, such as the number of business unit, the number of labor, business income and population. This study uses SIG identification analysis tool and labor concentration (CI). The analysis that has been done is the identification of UMKM industry of Sukoharjo Regency on ISIC 10 based on the number of business, the dominant industry is Karak in Mojolaban Subdistrict, as well tofu and tempe in Nguter Subdistrict. The number of labor and business income is concentrated in Mojolaban Subdistrict.

(6)

The result of labor absorption index analysis (CI) of ISIC 10, explains that the highest concentration of labor is in Gadingan Village, Mojolaban Subdistrict. The dominant product in Sukoharjo Regency consists of karak, rambak, bread, tofu and tempe.

Keywords: ISIC 10, Dominant Industry, SIG, Labor Concentration (CI)

1. PENDAHULUAN

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, baik di negara maju maupun di negara-negara yang sedang berkembang. UMKM memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekspor dan sebagai subkontraktor yang menyediakan berbagai input bagi usaha yang berskala besar sekaligus sumber inovasi. Berbeda dengan di negara-negara maju, pentingnya UKM di negara-negara sedang berkembang seringkali lebih dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi berbagai masalah ekonomi maupun sosial yaitu: mengurangi pengangguran, pemberantasan kemiskinan, dan pemerataan pendapatan (Sulistyastuti, 2004).

Keberadaan UKM di negara berkembang seperti di Indonesia adalah untuk mengeliminasi ketimpangan yang diakibatkan oleh proses pembangunan yang tidak merata, terutama karena terjadinya bias pembangunan perkotaan yang menyebabkan daerah pedesaan menjadi jauh tertinggal dibanding dengan daerah perkotaan. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memainkan beberapa peran penting di Indonesia. Beberapa perannya yaitu: (1). UMKM pemain utama dalam kegiatan ekonomi di Indonesia, (2). Penyedia kesempatan kerja, (3). Pemain penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pengembangan masyarakat, (4). Pencipta pasar dan inovasi melalui fleksibilitas dan sensitivitasnya serta keterkaiatn dinamis antar kegiatan perusahaan, (5). Memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekspor non-migas (Urata, 2000).

Karakteristik UMKM merupakan sifat atau kondisi faktual yang melekat pada aktifitas usaha maupun perilaku pengusaha yang bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya. Karakteristik ini yang menjadi ciri pembeda

(7)

antar pelaku usaha sesuai dengan skala usahanya. Menurut Bank Dunia, UMKM dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu: 1. Usaha Mikro (jumlah karyawan 10 orang); 2. Usaha Kecil (jumlah karyawan 30 orang); dan 3. Usaha Menengah (jumlah karyawan hingga 300 orang).

Indikator perekonomian suatu daerah dapat ditunjukkan melalui perkembangan jumlah PDRB. Fokus pembangunan ekonomi nasional selalu menggunakan tumpuan yang bersifat regional dalam pelaksanaan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan, oleh karena hal tersebut, pembangunan pada tingkat kabupaten/kota menjadi prioritas utama pemerintah dalam upaya penyelenggaraan pembangunan nasional (Arif dan Utomo, 2016). Percepatan pembangunan daerah yang paling efektif adalah melalui pengembangan sektor-sektor unggulan.

Konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial dalam suatu Negara menunjukkan bahwa industrialisasi merupakan suatu proses selektif di pandang dari dimensi geografis (Kuncoro, 2000:1; Wheeler & Muller, 1985:6; Eliot Hurst, 1972:316). Perubahan paradigma pembangunan di negara- negara sedang berkembang seperti Indonesia sebagai akibat adanya globalisasi, telah menjadikan orientasi pembangunan yang semula pada sektor pertanian mulai tergantikan oleh industrialisasi (Soetrisno, 1999:1).

2. METODE

2.1 JENIS DAN SUMBER DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang bersumber dari laporan Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM Kabupaten Sukoharjo, sumber internet, serta informasi berupa arsip-arsip dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukoharjo, serta data pendukung lain dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini data yang diolah secara kuantitatif adalah data jumlah unit industri makanan Kabupaten Sukoharjo tahun 2016.

(8)

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan ialah sektor makanan yaitu ISIC 10, kemudian diolah dengan cara menghitung indeks penyerapan tenaga kerja (Concentration Indeks / CI) dan akan dilakukan analisis spasial distribusi wilayah usaha mikro, kecil dan menengah sektor industri makanan menggunakan aplikasi ArcGis. Hasil olahan ArGis berupa pemetaan wilayah yang nantinya akan diinterpretasi. Cara menghitung CI adalah sebagai berikut:

CI = {(Ep/Pp)/(En/Pn) Dimana:

CI = Concentration Index

Ep = Tenaga kerja industri kecil dan menengah Kecamatan di Sukoharjo En = Tenaga kerja industri kecil dan menengah Sukoharjo

Pp = Jumlah penduduk Kecamatan di Sukoharjo Pn = Jumlah penduduk Sukoharjo

Apabila hasil Indeks Konsentrasi (CI) :

CI>1: Desa yang bersangkutan memiliki peran lebih besar daripada peran Kecamatan dalam penyerapan tenaga kerja oleh industri kecil dan menengah. Berarti industri UMKM sebagai aktivitas basis perekonomian daerah tersebut.

CI=1: Desa yang bersangkutan memiliki peran sama dengan peran Kecamatan dalam penyerapan tenaga kerja oleh UMKM.

CI<1: Desa yang bersangkutan memiliki peran lebih kecil daripada peran Kecamatan dalam penyerapan tenaga kerja oleh industri UMKM. Berarti industri kecil dan menengah bukan merupakan aktivitas basis dalam perekonomian daerah tersebut.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Interpretasi hasil olahan data dengan aplikasi ArcGis dan perhitungan Concentration Indeks adalah sebagai berikut:

3.1 Konsentrasi spasial jumlah unit usaha mikro, kecil dan menengah ISIC 10 di Kabupaten Sukoharjo

(9)

Hasil olahan ArcGis menunjukkan bahwa Kecamatan Mojolaban merupakan daerah yang dominan dalam jumlah unit usaha di industri sektor ISIC 10. Di Kecamatan Mojolaban terdapat industri pembuatan karak, emping, tempe, rambak, tahu dan rengginan. Jumlah dari masing-masing unitnya yaitu karak sebanyak 104 unit usaha, emping sebanyak 49 unit usaha, tempe sebanyak 26 unit usaha, rambak sebanyak 14 unit usaha, tahu sebanyak 8 unit usaha dan rengginan sebanyak 3 unit usaha.

Dari 6 unit usaha produksi makanan yang terdapat di Kecamatan Mojolaban dapat disimpulkan bahwa industri karak merupakan industri dominan di Kabupaten Sukoharjo dengan total unit industri sebanyak 104 unit.

3.2 Konsentrasi spasial jumlah tenaga kerja unit usaha mikro, kecil dan menengah ISIC 10 di Kabupaten Sukoharjo

Hasil olahan ArcGis menunjukkan bahwa Kecamatan Mojolaban

mempunyai jumlah tenaga kerja tertinggi yang bekerja di sektor ISIC 10. Total tenaga kerja yaitu sebanyak 793 pekerja dengan rincian 275 tenaga kerja pria dan 518 tenaga kerja wanita. Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu pada industri karak dengan total tenaga kerja sebanyak 495 orang.

Penyerapan tenaga kerja yang banyak di Kecamatan Mojolaban dapat membantu program pemerintah di dalam mengurangi angka pengangguran. Semakin banyaknya angkatan kerja yang terserap di kecamatan tersebut maka tingkat angkatan kerja yang menganggur akan berangsur-angsur berkurang. Tenaga kerja di Kecamatan Mojolaban banyak terserap di industri karak yang jenis usaha menengah. Dengan terserapnya tenaga kerja di kecamatan tersebut dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat Kabupaten Sukoharjo khususnya.

3.3 Konsentrasi spasial jumlah laba usaha mikro, kecil dan menengah ISIC 10 di Kabupaten Sukoharjo

Laba usaha sektor makanan ISIC 10 di Kabupaten Sukoharjo

(10)

industri yang baik dan di dukung oleh banyaknya tenaga kerja yeng terserap. Tenaga kerja yang banyak dan handal dapat meningkatkan jumlah produksi industri karak yang memiliki prospek usaha yang tinggi. Permintaan pasar yang banyak dan tidak dibarengi banyaknya produksi akan ikut serta mendongkrak harga jual karak hasil produksi rumahan di Kecamatan Mojolaban khususnya Desa Gadingan. Dengan tingginya laba usaha diharapkan dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya di Desa Gadingan.

3.4 Konsentrasi spasial CI usaha mikro, kecil dan menengah ISIC 10 di Kabupaten Sukoharjo

Hasil olahan ArcGis menunjukkan bahwa di Kecamatan Mojolaban merupakan daerah dengan indeks penyerapan tenaga kerja di bidang usaha mikro, kecil dan menengah di sektor ISIC 10 terbesar di kabupaten Sukoharjo dengan nilai Concentration Index (CI) 2,43. Kecamatan Mojolaban meruoakan wilayah yang memiliki nilai CI kategori sangat tinggi. Kecamatan Kartasura, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Grogol termasuk dalam kategori sedang dengan masing-masing nilai CI sebesar 1,04; 0,96; 0,89; dan 0,83. Sementara Kecamatan Polokarto menjadi wilayah yang termasuk dalam kategori sangat rendah dengan nilai CI sebesar 0,03.

Jumlah penduduk di Kecamatan Mojolaban yaitu sebesar 93,841 jiwa, jumlah usaha sebanyak 210 unit dan 793 tenaga kerja. Nilai tersebut lebih besar dari 1 dan merupakan daerah yang memiliki peran lebih besar daripada peran Kabupaten dalam penyerapan tenaga kerja oleh industri kecil dan menengah. Berarti industri kecil dan menengah sebagai aktivitas basis dalam perekonomian daerah tersebut.

4. PENUTUP 4.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini mengenai identifikasi konsentrasi spasial industri kecil dan menengah dominan Kabupaten Sukoharjo dapat disimpulkan sebagai berikut:

(11)

1) Hasil analisis konsentrasi spasial berdasarkan jumlah usaha industri makanan (ISIC 10) menunjukkan bahwa di Kecamatan Mojolaban merupakan daerah usaha mikro, kecil dan menengah yang unggul di Kabupaten Sukoharjo, sektor industri makanan (ISIC 10) dengan produk unggulannya yaitu karak dan emping.

2) Hasil analisis spasial berdasarkan jumlah tenaga kerja industri makanan (ISIC 10) menunjukkan bahwa Kecamatan Mojolaban merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja bidang produksi makanan (ISIC 10) di Kabupaten Sukoharjo.

3) Hasil analisis konsentrasi spasial berdasarkan laba usaha mikro, kecil dan menengah sektor industri makanan (ISIC 10) menunjukkan Kecamatan Mojolaban merupakan basis perekonomian dengan laba usaha tertinggi pada sektor industri makanan (ISIC 10) di Kabupaten Sukoharjo.

4) Hasil analisis Indeks penyerapan tenaga kerja (CI) konsentrasi tenaga kerja industri makanan (ISIC 10) menjelaskan bahwa konsentrasi tertinggi tenaga kerja industri makanan (ISIC 10) terdapat pada Kecamatan Mojolaban.

5) Produk unggulan sektor ISIC 10 di Kabupaten Sukoharjo secara garis besar terbagi menjadi 5 industri, antara lain: Industri Karak, Industri Rambak, Industri Roti, Industri Tahu, dan Industri Tempe. Industri makanan di Kabupaten Sukoharjo sebagian besar terkonsentrasi pada Kecamatan Mojolaban, Kecamatan Grogol, Kecamatan Nguter, Kecamatan Kartasura, dan Kecamatan Weru.

6) Industri Karak dominan terdapat pada Kecamatan Mojolaban dengan jumlah 104 unit usaha, dan Kecamatan Sukoharjo dengan 19 unit usaha. Industri Rambak tersebar di 4 kecamatan, Kecamatan Mojolaban dengan jumlah 14 unit usaha, Kecamatan Baki Kecamatan Gatak dan Kecamatan Nguter dengan jumlah masing-masing 8 unit usaha. Industri Roti dominan tersebar di Kecamatan Weru dengan jumlah sebanyak 20 unit usaha. Industri Tahu terkonsentrasi di

(12)

Kecamatan Grogol, Kecamatan Kartasura dan Kecamatan Weru dengan total jumlah 160 unit usaha. Industri Tempe dominan tersebar di wilayah bagian tengah yaitu Kecamatan Grogol, Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Weru dengan jumlah masing-masing 42 unit usaha, 33 unit usaha dan 36 unit usaha.

4.2 SARAN

1) Bagi Pemerintah Daerah

Pengembangan industri mikro, kecil dan menengah sektor makanan yang memiliki potensi penyerapan tenaga kerja tinggi dan laba usaha tinggi diberi wadah dan pelatihan peningkatan kreatifitas dan kuantitas produksi pada produsen. Wadah tersebut dapat membantu mengatasi permasalahan industri mikro, kecil dan menengah sektor makanan seperti produksi dan distribusi. Wadah tersebut diharapkan dapat berguna dalam pengembangan industri mikro, kecil dan menengah sektor makanan sehingga dapat memperluas jaringan usaha. Meskipun secara kuantitas tenaga kerja memberi kontribusi yang tinggi bagi konsentrasi spasial di Kabupaten Sukoharjo, setidaknya disertai dengan upaya peningkatan kualitas tenaga kerja oleh pemerintah daerah, misalnya dengan memperbanyak pendidikan dan pelatihan kerja, sehingga para pekerja memiliki spesialisasi dalam bidang-bidang tertentu.

2) Bagi Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM

Pengembangan UMKM Kabupaten Sukoharjo perlu dilakukan secara merata pada seluruh desa di Kabupaten Sukoharjo melihat masih banyak desa yang belum terdapat industri kecil kreatif yang memiliki keuntungan di bidang finansial tinggi dan dapat mengurangi angka pengangguran. Untuk meningkatkan kemampuan industri mikro kecil dan menengah di Kabupaten Sukoharjo, perlu adanya pengembangan komoditas unggulan dengan memanfaatkan bahan baku lokal salah satu cara yang dapat dilakukan agar industri mikro

(13)

kecil dan menengah memiliki daya saing antara lain dengan menjalin kerjasama dengan sesama IKM, menciptakan keunggulan kompetitif, dan manajemen yang tepat.

3) Peneliti Selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan bisa mengembangkan analisis demi sempurnanya hasil penelitan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina.2012.Spesialisasi Dan Konsentrasi Spasial Industri Kecil Menengah Di Kota Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Aiginger, K. And Hansberg ,E. 2003. Specialization Versus Concentration: A Notes Of Theory And Evidence. Siepr Working Paper.

Akhmad Ignase Hariman S Badaruddin Dan Kasyful Mahalli.2013.Analisis Distribusi Spasial Sektor Unggulan Dalam Perencanaan Pembangunan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara.Universitas Sumatra Utara.

Amstrong, Harvey, And Jim Taylor. 2000. Regional Economics And Policy, New York: Harvester Wheatsheaf.

Arif, Muhammad, Yuni Prihadi Utomo. 2016. Konsentrasi Spasial Industri-Industri Unggulan Kota Surakarta, The 3rd University Research Coloquium, Colloquium Lppm Ptm/Pta Se Jawa Tengah Dan Yogyakarta.Universitas Brawijaya Malang.

Arifin, Zainal. 2006. Konsentrasi Spasial Industri Manufaktur Berbasis Perikanan Di Jawa Timur. Vol. 1 (2), 142-151. Universitas Muhammadiyah Malang. Arifin, Zainal, Nazaruddin Malik. 2001. Konsentrasi Spasial Pertumbuhan

Industri Manufaktur Di Kawasan Timur Indonesia. Empirika, Vol. 11, No.1, 2002, Jogjakarta: BPFE-UGM.

Bakiewicz, Anna. 2015. The SMEs during Economic Slowdown in Poland. The Experiences fromthe Latest Global Financial Crisis. International Journal of Small and Medium Enterprises and Business Sustainability. Vo.1. No.1 2015.

BPS Kabupaten Sukoharjo. (2017). BPS Provinsi Jawa Tengah. (2017).

BPS Sukoharjo. 2017. Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

(14)

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Baki Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Bendosari Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Bulu Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Gatak Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Grogol Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Kartasura Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Mojolaban Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Nguter Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Polokarto Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Sukoharjo Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Tawangsari Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

BPS Sukoharjo. 2017. Kecamatan Weru Dalam Angka 2017. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Sukoharjo.

Chollidah, Nur. (2012). Analisis Konsentrasi Spasial Dan Kekuatan Aglomerasi Industri Kecil Makanan Olahan Di Kabupaten Semarang. Economics Development Analysis Journal. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Damayanti, Novita. 2017. Identifikasi Konsentrasi Spasial Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Sragen. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi.

DISPERINKOP dan UMKM Kab. Sukoharjo(2016).

Ferdyansyah, Deny, Eko B. Santoso. 2013. Pola Spasial Kegiatan Industri Unggulan Di Propinsi Jawa Timur (Studi Kasus: Subsektor Industri Tekstil, Barang Kulit, Dan Alas Kaki). Jurnal Teknik Pomits, Vol. 2 No. 1.

(15)

Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota. Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan.Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Fujita, M., Krugman, P., And Venables, A.J. 1999. The Spatial Economy : Cities, Regions, And International Trade. Cambrige And London : The Mit Press. Hanuswara, Dharu Dwi. 2018. Konsentrasi Spasial Usaha Mikro, Kecil Dan

Menengah Sektor ISIC 16 Dan ISIC 31 Kabupaten Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi.

Hayter, Roger. 2000. The Dinamic Of Indusrial Location: The Factory, The Firm, And The Production System. John Willey And Sons: New York.

K.O., Osotimehin, etc. 2012. An Evalution of the Challenges and Prospects of Micro and Small Scale Enterprises Development in Nigeria. American Internasional Journal of Contemporary research. Vol. 2 No. 4: April 2012. Kacung Marijan. 2005. Mengembangkan Industri Kecil Menengah Melalui

Pendekatan Kluster. Insan Vol. 3 No. 7.

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, KBLI, (2015).

Kuncoro, Mudrajad. 2002. Analisis Spasial dan Regional, Studi Aglomerasi & Kluster Industri Indonesia. Yogyakarta: AMP YKPN.

Kuncoro, Mudrajad. 2012. Ekonomika Aglomerasi, Dinamika & Dimensi Spasial Kluster Industri Indonesia. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

LPEM UI.Teknik Dan Metode-Metode Analisis Daerah, (2003)

Lutviati, Triamita.2012. Analisis Konsentrasi Regional Tenaga Kerja Usaha Kecil Dan Menengah (Ukm) Kabupaten/Kota Di Jawa Timur Tahun 2004-2010. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Mankiw, N. Gregory, Euston Quah and Peter Wilson. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat.

Murai, Shunji. 2007. Pengantar Gis. Gis Workbook Vol 1.Diterjemahkan Oleh Tri Agus Prayitno. Tokyo: University Of Tokyo.

Nadvi, K. And Schmitz, H. 1999. Clustering And Industrialization: Introduction. World Development 27(9):1503-14.

Oikawa, Tomoko. 2015. Collectivism and Innovation: Small and Medium-Sized enterprises as local/rural Industry in Some East Asian Countries. International Journal of Small and Medium Enterprises and Business Sustainability. Vo.1. No.1 2015.

Oppong, Moses, Alexander Owiredu and Ranford Quarmyne Churchill. 2014. Micro and Small Scale Enterprises Development In Ghana. European

(16)

Journal of Accounting Auditing and Finance Research. Vol.2, No.6, pp 84-97, August 2014.

Organisation For Economic Co-Operation And Development (OECD). 2000. The Competitiveness Of European Industry : The 1999 Report. Working Document Of The Services Of The European Commision.

Porter, M.E. 1995. Cluster And New Economics Of Competition. Harvard Business Review, November-December (6).

Prayitno. 2000. Gis Workbook Terjemahan (Shunji Murai). Jakarta: Buana Khatulitiwa.

Sa’diyah, Nurul Ma’rifatus, Siti Komariyah, Anifatul Hanim. 2017. Analisis Konsentrasi Spasial dan Strategi Pengembangan Industri Kecil di Jawa Timur. e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akutansi, Volume IV (1) : 58-62. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember.

Saputra, Adik Kurniawan, Aisah Jumiati, Fajar Wahyu Prianto. 2010. Analisis Spesialisasi Dan Konsentrasi Spasial Industri Kecil Menengah Di Jawa Timur. Jurnal Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan. Fakultas Ekonomi Univesitas Jember.

Setiawan, Rizal Bagus. 2017. Aglomerasi Industri Dan Disparitas Regional Di Propinsi Kalimantan Timur. Universitas Muhammadiyah Malang. Skripsi. Subekti, M Agus. 2007. Pengaruh Upah, Nilai Produksi, Nilai Investasi,

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Genteng Di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Fakultas Ekonomi Unnes.

Sulistyastuti, Dyah Ratih. 2004. Dinamika Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Analisis Konsentrasi Regional UKM Di Indonesia 1999-2001. Jurnal Ekoonomi Pembangunan, Vol. 9 No. 2 : 143 – 164. Center for Enterpreneurship and Policy Analysis (CEPA) Yogyakarta.

Tambunan, Tulus TH. 2012. Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-isu Penting. Jakarta: LP3ES.

Wahyudin. 2004. Industri Dan Orientasi Ekspor: Dinamika Dan Analisis Spasial, Surakarta: Muhammadiyah University Pers.

Zuliastri, Fikanti, Wiwiek Rindayati, Alla Asmara. 2013. Analisis Faktor Yang Memengaruhi Aglomerasi Industri Unggulan Daerah Dan Hubungannya Dengan Daya Saing Industri Daerah. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, Vol. 2 No. 2 : 113-134. Program Studi Ilmu Ekonomi, FEM IPB.

Referensi

Dokumen terkait

Bani Umayyah baru masuk agama Islam setelah mereka tidak menemukan jalan lain selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad bersama beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar

Kelayakan usahatani tumpangsari cabai merah dan bawang merah di lahan pasir Kabupaten Bantul merupakan perbandingan antara penerimaan yang diterima oleh petani dari

Sehingga dalam pelaksanaannya pegawai pengawas membuat suatu sistem skala prioritas untuk setiap perusahaan yang melapor kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa

Berdasarkan Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0.495. atau sebesar 49.5 bahwa variabel loyalitas pelanggan dapat dijelaskan oleh

Perjuangan kelas merupakan tindakan yang dilakukan secara alami oleh negara-negara semi-pinggiran dan pinggiran, termasuk Indonesia, untuk merevisi lingkungan sistem

Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan salah satu penggerak perekonomian bangsa karena memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan penyerapan tenaga kerja di

11 Urusan Wajib Bukan Pelayanan Dasar Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Organisasi : 2.. 01 Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah,

Keputusan kajian mendapati hampir semua remaja perempuan mentakrifkan hubungan romantik dari segi hubungan intim yang dikaitkan dengan hubungan seksual sementara