• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Implementasi Zakat Profesi Dalam Persepsi Muzakki Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Dalam Perspektif Islam (Studi Kasus Baitul Mal Aceh)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Implementasi Zakat Profesi Dalam Persepsi Muzakki Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Dalam Perspektif Islam (Studi Kasus Baitul Mal Aceh)"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH IMPLEMENTASI ZAKAT PROFESI DALAM PANDANGAN MUZAKKI TERHADAP PEMBANGUNAN

EKONOMI MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM

(Studi Kasus Baitul Mal Aceh)

Disusun Oleh: TAZKIRAH

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH 2019 M / 1440 H NIM. 160602265

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadhirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis sanjungkan ke pangkuan Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat beliau yang telah memberikan pencerahan bagi kitahingga dapat merasakan nikmatnya iman dalam Islam, serta nikmat kemuliaandalam ilmu pengetahuan.

Penulisan Laporan Kerja Praktik ini yang berjudul “Pengaruh Implementasi Zakat Profesi Pegawai Negeri Sipil (PNS) Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Dalam Perspektif Islam (Studi Kasus Baitul Mal Aceh)” bertujuan untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pada Program Studi Ekonomi Syariah UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menemui hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bimbingan, dorongan, dan semangat dari berbagai pihak, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada:

1. Drs. Zaki Fuad, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

2. Muhammad Arifin, Ph.Dselakuketua Lab Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh

(7)

viii

3. Dr. Muhammad Zulhilmi, MAselaku Penasehat Akademik (PA) penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi Ekonomi Syariah.

4. Dr. Nur Baety Sofyan, Lc., MA selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu di celah-celah kesibukannya, dan memberikan ilmu dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Hafiizh Maulana, SP., S.HI., ME selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu Dosen Prodi Ekonomi Syariah yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan, serta seluruh staf dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah memberikan segala fasilitas dalam menyelesaikan skripsi ini.

7.

Teristimewa untuk orang tua tercinta, ayahanda (Alm) Ridwan Hamid, S.H yang telah lama pergi meninggalkan penulis. Dan kepada Ibunda tercinta Dra. Murniana yang senantiasa membesarkan dan memberikan kasih sayang kepada penulis sehingga penulis dapat menempuh pendidikan sampai saat ini.

8. Keluarga, Abang tercinta Bribtu Muharris, dan kakak tersayang Tasnim, S.H, serta tante terkasih Helmiati S.Ag yang telah mencurahkan kasih sayang dan dukungan baik secara moril maupun materil.

(8)

ix

9. Sahabat-sahabat tercinta Desi Hartati, Zidna Ilma dan Suriyani yang setia ikut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini dan kepada teman-teman seperjuangan Ekonomi Syari’ah yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selalu mengisi hari-hari selama perkuliahan serta seluruh mahasiswa Ekonomi Syariah angkatan tahun 2016, yang sama-sama sedang menyelesaikan pendidikannya.

10.Keluarga KPM Suak Awe 2018 yang telah mendukung serta memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhirnya, hanyakepada Allah SWT penulisberserahdiri, atas jerih payah dan bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat berharap dan mendo’akan semoga Allah SWT akan memberikan balasan yang setimpal. Amin ya Rabbal’Alamin.

Banda Aceh, 1 Januari 2019

Tazkirah Penulis,

(9)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL KEASLIAN ... i

HALAMAN JUDUL KEASLIAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN SDANG SKRIPSI... iv

LEMBAR PENGESAHAN SKIRPSI ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN TRANSLITEASI ... x

DAFTAR ISI ... xiv

ABSTRAK ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR DIAGRAM ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB SATU : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.4.1 Masyarakat ... 10

1.4.2 Baitul Mal Provinisi Aceh ... 10

1.4.3 Penulis ... 11

1.5 Sistematika Pembahasan ... 11

BAB DUA : LANDASAN TEORI ... 13

2.1 Zakat Profesi ... 13

2.1.1 Landasan Hukum Zakat Profesi .... 14

2.1.2 Pendapat dan Fatwa Ulama Zakat Profesi ... 18

2.1.3 Qanun Aceh dan Surat Edaran Gubernur Zakat Profesi ... 20

2.2 Pembangunan Ekonomi Islam... 22

2.2.1 Dasar Ideologi Pembangunan Ekonomi Islam ... 24

(10)

xv

2.2.2 Indikator Pembangunan Ekonomi

Islam ... 26

2.2.3 Pembangunan Ekonomi Berdasarkan Maqāsyid Syariah .... 29

2.3 Zakat Dalam Ekonomi Islam Terhadap Pembangunan Masyarakat ... 31

2.4 Penelitian Terdahulu ... 34

2.5 Kerangka Pemikiran ... 43

2.6 Hipotesis ... 44

BAB TIGA : METODE PENELITIAN ... 46

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian ... 46

3.2 Populasi dan Penarikan Sampel ... 46

3.2.1 Populasi... 46

3.2.2 Sampel ... 47

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.3.1 Wawancara ... 48

3.3.2 Kuesioner ... 48

3.3.3 Dokumentasi ... 49

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 49

3.5 Variabel Penelitian ... 50

3.5.1 Variabel Independen ... 50

3.5.2 Variabel Dependen ... 50

3.6 Uji Instrumen Penelitian ... 51

3.6.1 Uji Validitas ... 51

3.6.2 Uji Reabilitas ... 51

3.7 Teknik Analisi Data ... 52

3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 55

3.7.2 Uji Koefisien Determinasi ... 56

3.8 Hipotesis ... 57

BAB EMPAT : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 58

4.1 Profil Baitul Mal Aceh ... 58

4.1.1 Visi dan Misi Baitul Mal Aceh ... 60

4.1.2 Program Unggulan Baitul Mal Aceh ... 61

(11)

xvi

4.2.1 Jenis Kelamin Responden ... 65

4.2.2 Usia Responden ... 66

4.2.3 Pendidikan Terakhir Responden ... 68

4.2.4 Penghasilan Bulanan Responden .. 69

4.3 Deskripsi Variabel ... 70

4.3.1 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Zakat Profesi PNS (X) ... 72

4.3.2 Ditribusi jawaban Responden Terhadap Variabel Pembangunan Ekonomi Masyarakat ... 76

4.4.Hasil Penelitian ... 81

4.4.1 Pengujian Validitas ... 81

4.4.2 Pengujian Reabilitas ... 83

4.4.3 Pengujian Normalitas ... 84

4.4.4 Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ... 86

4.4.5 Pengujian Heterokedastisitas ... 87

4.4.6 Persamaan Regresi Linear Sederhana ... 88

4.5 Hasil Uji Hipotesis ... 90

4.6 Implementasi Zakat Pegawai Negeri Sipil (PNS) ... 91

4.7 Realisasi Zakat Penghasilan Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat ... 93

4.8 Hasil Pembahasan ... 99

BAB LIMA : PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 103

5.2 Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(12)

xvii

ABSTRAK

Nama Mahasiswa : Tazkirah

NIM : 160602265

Fakultas/Jurusan : Ekonomi dan Bisnis Islam / Ekonomi Syariah Judul Skripsi : Pengaruh Implementasi Zakat Profesi Dalam

Persepsi Muzakki Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat Dalam Perspektif Tanggal Sidang : 24 Januari 2019

Tebal Skripsi : 130 Halaman

Pembimbing I : Dr. Nur Baety Sofyan, Lc., MA Pembimbing II : Hafiizh Maulana, SP., S.HI., ME

Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh implementasi zakat profesi dalam persepsi muzakki terhadap pembangunan ekonomi masyarakat dalam perspektif Islam (Studi kasus Baitul Mal Aceh). Dengan adanya pemotongan langsung zakat profesi dari penghasilan yang diperoleh setiap bulannya sebesar 2,5%, muzakki berharap agar zakat ini dapat disalurkan kepada mustahik untuk pembangunan ekonomi agar tercapainya kesejahteraan dan peningkatan pendapatan dari mustahik yang nantinya akan menjadi muzakki. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode regresi linear sederhana. Adapun sampel dalam penelitian ini berjumalah 52 responden menggunakan teknik random sampling (pengambilan sampel secara acak). Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan pengolahan data menggunakan alat analisis SPSS versi 17,0. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi zakat profesi berpengaruh sebesar 84% terhadap pembangunan ekonomi masyarakat, sedangkan sisanya 16% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Oleh karena itu semakin banyaknya zakat profesi yang terkumpulkan maka semakin baik untuk tujuan pembangunan ekonomi masyarakat.

Kata Kunci: Zakat Profesi, Pembangunan Ekonomi.

(13)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penerimaan Zakat Penghasilan di Baitul Mal

Kota Banda Aceh Periode 2011 -2016 ... 5

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 40

Tabel 3.1 Skala Pengukuran ... 53

Tabel 3.2 Interprestasi Nilai t ... 54

Tabel 4.1 Variabel Dependen ... 70

Tabel 4.2 Variabel Independen ... 71

Tabel 4.3 Tanggapan Responden Terhadap Zakat Profesi PNS ... 72

Tabel 4.4 Tanggapan Responden Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat ... 76

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel X ... 81

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Y ... 82

Tabel 4.7 Hasil Uji Reabilitas Variabel X ... 83

Tabel 4.8 Hasil Uji Reabilitas Variabel Y ... 84

Tabel 4.9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 86

Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 87

Tabel 4.11 Persamaan Regresi Linear Sederhana ... 89

(14)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ... 44 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 85 Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas (Scatterplot) ... 88

(15)

xx

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 66

Diagram 4.2 Usia Responden ... 67

Diagram 4.3 Pendidikan Terakhir Responden ... 68

(16)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 111

Lampiran 2 Pengujian Validitas dan Reabilitas ... 114

Lampiran 3 Analisis Regresi Linear Sederhana ... 119

Lampiran 4 Uji Asumsi Klasik ... 121

Lampiran 5 Tabel Distribusi t ... 123

Lampiran 6 Tabel r ... 125

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zakat merupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap umat yang beragama Islam. Islam telah mengajarkan bahwa dalam setiap harta yang kita miliki terdapat hak orang lain. Ajaran ini telah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai salah satu rukun Islam yang telah disebutkan dalam lima pilar dasar Islam yaitu mengikrarkan bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad adalah Rasul Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan naik haji bagi orang-orang yang mampu (Yusuf Qardawi, 2007: 73).

Seorang mukmin yang menjalankan rukun Islam yang ketiga yaitu perintah untuk membayar zakat maka orang tersebut telah melaksanakan „ibadah ijtima’iyyah (ibadah yang berdimensi ekonomi dan sosial) yang memiliki fungsi dan peran yang sangat strategis dalam syari‟at Islam. Dalam bidang sosial, zakat bertindak sebagai alat khas yang diberikan Islam untuk menghapus kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka miliki. Dalam bidang ekonomi zakat mencegah penumpukan kekayaan yang mengerikan dalam tangan segelincir orang dan memungkinkan kekayaan untuk disebarkan sebelum sempat menjadi besar dan sangat berbahaya di

(18)

tangan pemiliknya, ia merupakan sumbangan wajib kaum muslimin untuk pendasaran negara (Mannan, 1997: 256).

Namun zakat tidak akan berarti apabila tidak dilandasi oleh hati yang bersih, karena zakat itu pada hakikatnya adalah tindakan untuk penyucian jiwa, maka dalam konteks kehidupan masyarakat, zakat merupakan sebuah instrumen pembangunan menuju masyarakat yang dicita-citakan. Karena dasar dari pembangunan itu sendiri adalah kehidupan yang seindah-indahnya (fiahsani taqwim). Kehidupan indah tersebut digolongkan dalam menjaga jiwa (ruhani) yang oleh para sarjana muslim disebut tazkiyat an nafs (Anwar Ibrahim, 1997: 63). Sebagaimana dalam ayat 9-10 surah Asy Syams [91] yang bunyinya:



























Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. [Qs. Asy-Syam [91]: 9-10).

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa zakat bukanlah semata-mata tindakan yang berorientasi pada individu sebagai pemenuhan atas kewajiban semata, tapi juga berupaya menciptakan keadilan sosial, mempersempit jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, mencegah penumpukan dan memperlancar penyelenggaraan kegiatan negara (pembangunan), sehingga pada masa Khalifah Abu Bakar, pembangkangan terhadap zakat

(19)

dianggap sebagai musuh yang harus diperangi (Husain Haekal, 1995: 82).

Mengikuti perkembangan zaman saat ini banyak manusia yang mendapatkan penghasilan yang melebihi hasil pertanian, perternakan dan lain sebagainya, semua itu mereka dapatkan setelah menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi untuk mereka dapat bekerja di berbagai bidang yang mereka tekuni masing-masing. Pengahasilan yang mereka terima lebih tinggi dibandingkan dengan pengahasilan para petani. Tidak adil rasanya bila mereka tidak mengeluarkan zakat dibandingkan dengan penghasilan yang diperoleh petani yang lebih rendah setelah mereka menunggu hasil panen selama tiga bulan, namum mereka wajib mengeluarkan zakatnya bila telah mencapai nishab.

Penghasilan yang di dapat dari pendidikan yang di tempuh dengan ketetapan untuk dikeluarkan zakatnya disebut dengan zakat profesi yang tergolong ke dalam zakat mal. Adapun kata profesi berasal dari profession yang artinya pekerjaan. Adapun yang di maksud dengan zakat profesi di sini ialah pekerjaan atau keahlian profesional tertentu. Bila dikaitkan dengan zakat, maka zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada tiap-tiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu baik yang dilakukan sendirian maupun dilakukan bersama dengan orang/ lembaga lain yang menghasilkan uang, gaji, honorarium, upah bulanan yang memenuhi nisab, yang dalam istilah fiqih di kenal dengan nama al-māl al- mustafad (Yusuf Qardawi, 2007: 490).

(20)

Adapun kewenangan pengumpulan zakat merupakan ketentuan Qanun Nomor 10/2007 tentang Baitul Mal menyebutkan kewenangan mengumpulkan zakat berdasarkan tingkat Baitul Mal. Dalam pasal 12 huruf (b) disebutkan bahwa Baitul Mal Kabupaten/Kota sebagaimana yang di maksud dalam pasal 5 berwewenag mengumpulkan, mengelola, dan menyalurkan:

b) Zakat pendapatan dan jasa/honorarium dari pejabat/PNS/TNI-POLRI, Karyawan Pemerintah Pusat/Pemerintah Aceh tingkat Kabupaten/Kota; pejabat/PNS/Karyawan lingkup pemerintah Kabupaten/Kota; pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK); Karyawan BUMN/BUMD dan perusahaan swasta yang berada pada tingkat Kabupaten/Kota (Baitul Mal Aceh, 2018). Beradasarkan paparan pasal di atas, bahwa Baitul Mal memiliki kewenangan untuk mengumpulkan zakat dari mustahik sesuai dengan peraturan yang berlaku. Diantaranya yaitu zakat Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI dan Polri yang berada di tingkat provinsi, maka zakatnya ditunaikan melalui Baitul Mal Aceh. Sedangkan yang bekerja di tingkat Kabupaten/Kota, maka zakatnya di tunaikan melalui Baitul Mal Kabupaten/Kota. Secara teknisnya, zakat profesi ini telah di ambil melalui pemotongan gaji atau penghasilan lainnya oleh petugas bendahara muzakki pada kantor tersebut. Atau dengan cara muzakki memanggil petugas Baitul Mal mengambil zakat mereka, dan atau muzzaki secara langsung

(21)

membayar zakatnya melalui rekening bank yang disediakan oleh Baitul Mal.

Pemotongan zakat di Provinsi Aceh dilakukan langsung oleh Bendahara Umum Aceh (BUA) hal ini berdasarkan Intruksi pemungutan langsung zakat oleh BUA dengan Nomor 06/NSTR/2008, Tanggal 13 Juli 2008 M/29 Rajab 1429 H tentang pengumpulan zakat dikalangan PNS/Pejabat/Karyawan Lingkup Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kemudian zakat tersebut dikumpulkan dalam sebuah tabungan zakat yang bekerjasama dengan P.T. Bank Aceh, guna untuk menjaga keamanaan zakat yang telah dikumpulkan tersebut sehingga pada waktunya dapat disalurkan kepada para mustahik. Adapun zakat yang terkumpul dari zakat Pegawai Negeri Sipil (PNS) data terakhir yang diperoleh pada Baitul Mal Aceh per 31 Desember tahun 2016 adalah sebesar Rp27.970.836.357,85.1

Tabel 1.1 Penerimaan Zakat Muzakki/Instansi dan Individu Periode 2011 -2016

No Tahun Zakat Pengahasilan

1 2012 Rp10.277.631.819,82

2 2013 Rp13.299.410.378,29

3 2014 Rp25.176.003.008,25

4 2015 Rp27.312.498.281,50

5 2016 Rp27.970.836.357,85

Sumber: Data Baitul Mal Aceh, 2018

1

Wawancara dengan Rusmi Indah Listianti, Staf Pengumpulan Zakat, 28 Maret 2018.

(22)

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa zakat yang dikumpulkan oleh Baitul Mal Kota Banda Aceh mengalami kenaikan setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah zakat yang dikumpulkan oleh Baitul Mal Aceh menunjukkan bahwa Baitul Mal semakin meningkatkan perannya dalam menjalankan tugasnya sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ), zakat yang disalurkan bisa meningkat apabila semakin banyak penerimaan zakat yang dikumpulkan, selain itu apabila zakat yang disalurkan melebihi dari data yang ada, disebabkan karena ada dana yang lebih dari tahun-tahun sebelumnya. Terakhir pada tahun-tahun 2017 zakat yang disalurkan sebanyak Rp33.184.661.50 atau mencapai 92,5 persen dari pagu tahun itu sebesar Rp35.000.000.000.000.2

Melihat potensi zakat yang setiap tahunnya meningkat maka kemampuan zakat dalam upaya pemanfaatan zakat untuk digunakan dan dimanfaatkan secara optimal, agar zakat yang digunakan tersebut adanya pemerataan secara kualitatif. Melalui zakat, Islam mengajarkan kepada manusia yang egoisme kepada memikirkan kepentingan orang lain. Oleh karena itu Baitul Mal Aceh memiliki potensi zakat profesi yang tidak kecil yang dapat didayagunakan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin. Namun dalam hal ini pendayagunaan zakat dalam bentuk pembangunan merupakan salah satu bentuk konsep dari pembangunan ekonomi masyarakat. Contohnya seperti bantuan

2

(23)

modal usaha, bantuan pendidikan, pemeriksaan kesehatan gratis serta bantuan lainnya.

Pembangunan ekonomi yang dimaksudkan dalam Islam adalah: “the process of all eviating poverty and provision of ease, comfort and decency in life” (proses untuk mengurangi kemiskinan serta menciptakan ketentraman, kenyamanan dan tata susila dalam kehidupan). Dalam pengertian ini, maka pembangunan ekonomi menurut Islam bersifat multi dimensi yang mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif. Tujuannya bukan semata-mata kesejahteraan material di dunia, tetapi juga kesejahteraan akhirat (Nurul Huda, 2015: 33).

Ekonomi pembangunan pun telah lahir jauh sebelumnya, karena sejak instrumen zakat, infak dan sedekah menjadi kewajiban dan anjuran bagi umat Islam sebagai solusi kemiskinan (tahun ke-2 Hijrah), maka ekonomi Islam sejatinya telah memahami problem utama ekonomi pembangunan (Hasan Aedy, 2011: 43). Dalam hal ini pembangunan ekonomi Islam dilakukan oleh Baitul Mal Aceh yaitu dari dana zakat yang telah dikumpulkan. Zakat yang disalurkan tersebut berasal dari berbagai macam zakat, seperti zakat perniagaan, zakat pertanian, dan salah satunya juga dari zakat profesi.

Pada tahun 2006 untuk pertama kalinya Baitul Mal Aceh memberikan bantuan modal usaha produktif sebagai uji coba dengan nilai bantuan perseorangan sebesar Rp1.000.000 untuk 70 orang mustahik. Kemudian pada tahun 2007 sasaran bantuan

(24)

tersebut bertambah menjadi 120 orang dengan nilai bantuan Rp1.500.000 dan bantuan tersebut terus berlanjut hingga sekarang ini. Bantuan ini diberikan kepada masyarakat yang berdomisili dalam wilayah Kota Banda Aceh. Hal ini sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu di mana zakat di kumpulkan maka di situlah zakat di distribusikan.

Melihat potensi dan pendistribusian zakat yang sudah di mulai dari tahun 2006 hingga saat ini maka muzakki mengharapkan bila zakatanya terus disalurkan terutama untuk pembangunan ekonomi masyarakat yang akan membantu mustahik meringkan beban perekonomiannya. Karena pada dasarnya pembangunan tidak hanya terbatas dalam artian membangun sesuatu atau mendirikan, namun arti pembangunan di sini lebih luas yang bisa diartikan seperti membina, membuat supaya maju dan berkembang serta memperbaiki. Dalam hal ini peran Baitul Mal sebagai Amil zakat sangat penting dalam pemerataan pendistribusian zakat yang telah terkumpul pada Baitul Mal Aceh.

Adapun realisasi zakat dalam beberapa progam yang dilakukan pada tahun 2017 diantaranya merenovasi sebanyak 283 unit rumah fakir dan miskin lanjutan tahun 2016 dan sepanjang tahun 2017 yang merupakan bagian dari program penyaluran zakat. berdasarkan Surat Keputusan (SK) Dewan Pertimbangan Syariah (DPS) Baitul Mal Aceh Nomor 01/KPTS/2017, dana zakat dibagikan untuk delapan asnaf zakat, yaitu untuk fakir 26,8 persen, miskin 31,2 persen, amil 3 persen, muallaf 3,8 persen, riqab 0,0

(25)

persen, gharimin 1 persen, fisabilillah 0,4 persen dan ibnu sabil 31,5 persen selain santunan Ramadhan juga diberikan kepada 1.878 mustahik untuk bantuan bagi keluarga miskin, serta untuk senif muallaf Baitul Mal Aceh memberikan beasiswa penuh kepada 35 anak muallaf tingkat SMP/MTs dan SMA/MA.3

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang “Pengaruh Implementasi Zakat Profesi Dalam Pandangan Muzakki Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat dalam perspektif Islam” (Studi Kasus Baitul Mal Aceh).

1.2.Rumusan masalah

Adapun yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi zakat profesi yang membayar di Baitul Mal Aceh?

2. Bagaimana pengaruh zakat profesi dalam pandangan muzakki terhadap pembangunan ekonomi masyarakat dalam perspektif Islam?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut

3

Wawancara dengan Zamzami Abdulrani, Kepala Baitul Mal Aceh, 30 Maret 2018.

(26)

1. Untuk mengetahui Implementasi zakat profesi yang membayar di Baitul Mal Aceh.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh zakat profesi dalam pandangan muzakki terhadap pembangunan ekonomi masyarakat dalam perspektif Islam.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa kegunaan penulis melaksankan kerja praktik ini adalah sebagai berikut:

1.4.1. Masyarakat

Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat baik dalam bentuk teori maupun praktik, dan juga agar masyarakat lebih memahami tentang pentingnya zakat terhadap pembangunan ekonomi masyarakat dalam perspektif Islam. Serta dapat mengetahui informasi lainnya yang berkenaan tentang kewajiban zakat. 1.4.2. Baitul Mal Aceh

Kegunaan penelitian ini bagi Instansi yaitu dapat membina hubungan kerja sama yang baik antara pihak Universitas dengan pihak Baitul Mal Aceh, serta memberikan konstribusi positif baik berupa usaha, saran maupun kritikan yang membangun kepada pihak Baitul Mal Aceh.

(27)

1.4.3. Penulis

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi penulis sendiri yaitu, penulis mampu memahami praktik yang ada di lapangan kerja dalam dunia ekonomi syariah, juga memperluas wawasan serta cakrawala berpikir bagi penulis dalam mengaplikasikan teori-teori yang pernah dipelajari di bangku kuliah.

1.5. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam sistematika pembahasan, penulis membagi skripsi ini menjadi beberapa bab dan beberapa babnya terdiri dari sub bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : KERANGKA TEORI

Pada bab ini merupakan studi teoritis yang terdiri dari bab-bab dan sub-sub bab yang memaparkan tentang Gambaran Umum Zakat, teori Zakat Profesi dalam Ekonomi Islam, teori Ekonomi Pembangunan Masyarakat Dalam Perspektif Islam, serta Pendistribusian Zakat Profesi.

(28)

BAB III : METODE PENELITIAN

Selanjutnya pada bab ini penulis akan melakukan penelitian untuk memperoleh data sebagai keakuratan dalam penulisan ini. Adapun cara memperoleh data tersebut dilakukan dengan cara menetukan jenis penelitian yang akan dilakukan, Teknik Perolehan Data, Teknik Pengumpulan Data, Skala Pengukuran, Uji Validitas dan Reabilitas, Variabel Penelitian serta Metode Analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang hasil analisis penelitian tentang Pengaruh Implementasi Zakat Profesi Dalam Pandangan Muzakki Terhadap Pembangunan Ekonomi Masyarakat dalam perspektif Islam (Studi Kasus Baitul Mal Aceh).

BAB V : PENUTUP

(29)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Zakat Profesi

Profesi berasal dari profession yang artinya pekerjaan. Adapun yang di maksud dengan profesi adalah penghasilan yang didapat dari pendidikan yang ditempuh dengan ketetapan untuk dikeluarkan zakatnya. Zakat profesi tergolong ke dalam zakat mal, di mana yang di maksud dengan zakat profesi di sini ialah pekerjaan atau keahlian profesional tertentu. Bila dikaitkan dengan zakat, maka zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada tiap-tiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu baik yang dilakukan sendirian maupun dilakukan bersama dengan orang/ lembaga lain yang menghasilkan uang, gaji, honorarium, upah bulanan yang memenuhi nisab sebagaimana dalam istilah fiqih di kenal dengan nama al-māl al- mustafad (zakat gaji dan pendapatan bebas) (Yusuf al-Qardhawi, 2007: 283).

Sedangkan menurut istilah profesi adalah buah dari hasil kerja menguras otak dan keringat yang dilakukan oleh setiap orang. Contohnya dari pendapatan kerja profesi adalah gaji, upah, insentif, atau nama lainnya disesuaikan dengan jenis profesi yang dikerjakan baik itu pekerjaan yang mengandalkan kemampuan otak atau kemampuan fisik lainnya dan bahkan kedua-duanya (Arif Mufraini, 2006: 73).

(30)

Pada zaman sekarang ini, telah munculnya berbagai jenis profesi yang baru, di mana profesi tersebut sangat berpotensial dalam mengahasilkan pendapatan (kekayaan) dalam jumlah yang besar. Hal tersebut di karenakan perkembangan dunia perekonomian yang semakin maju sehingga banyak pula jenis-jenis profesi yang dimiliki oleh setiap orang baik dengan keahliannya maupun pendidikan yang dimilikinya. Namun besar pendapatan yang di dapat dari berbagai jenis profesi tersebut belum dijelaskan ketentuan zakatnya secara jelas dalam Al-Qur‟an, as-Sunnah dan kitab-kitab fiqih sehingga memerlukan fatwa para ulama.

Wahbah al-Zuhaili (1997: 1948) secara khusus mengemukakan kegiatan penghasilan atau pendapatan yang diterima seseorang melalui usaha sendiri seperti dokter, insinyur, ahli hukum, penjahit, dan lain sebagainya, dan juga yang terkait dengan pemerintah (pegawai negeri) atau pegawai swasta yang mendapatkan gaji atau upah dalam waktu relatif tetap, seperti sebulan sekali. Penghasilan atau pendapatan semacam ini dalam istilah fiqh dikatakan sebagai al-māl al-mustafad (zakat gaji dan pendapatan bebas).

2.1.1. Landasan Hukum Zakat Profesi

Adapun beberapa landasan hukum atas kewajiban zakat profesi adalah sebagai berikut :

a. Al-Qur‟an

Penghasilan yang didapat dari kegiatan profesi tersebut apabila telah mencapai nisab, maka wajib di

(31)

keluarkan zakatnya. Hal ini berdasarkan nash-nash yang bersifat umum (Didin Hafidhuddin, 2004), sebagaimana firman Allah SWT dalam surah At-Taubah ayat [9]: 103, Al-Baqarah [2]: 267 dan dalam QS. Adz-Dzariyaat [51]: 19:

          

Artinya: “Dan pada harta-harta mereka dan hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”(QS. adz-Dzariyaat[51]: 19).

Selain dalam QS. Adz-Dzariyaat ayat 19 landasan hukum tentang zakat profesi juga terdapat dalam QS. Al- Baqarah ayat 267 :                                                      

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan

memincingkan mata terhadapnya. dan

Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (QS. al-Baqarah [2]: 267).

(32)

Kata anfiqu dalam ayat ini berarti zakka (zakatkanlah). Kata tersebut menggunakan shigat amr (kata perintah). Hal itu menunjukkan bahwa hasil usaha dan hasil bumi wajib dikeluarkan zakatnya. Ayat tersebut menjelaskan ada dua kategori harta yang wajib dizakatkan. Hal itu menunjukkan bahwa ayat tersebut berlaku umum, apa pun jenis usaha dan pertanian yang halal wajib dikeluarkan zakatnya, sesuai dengan makna ma kasabtum (usahamu) itu. Dengan demikian, hasil perdagangan, perindustribusian, perusahaan, perbankan, pertanian, peternakan, uang, emas, dan perak wajib dikeluarkan zakatnya (Sayyid Sabiq, 2005: 82).

b. Hadits

Secara teologi kewajiban zakat diberlakukan untuk membersihkan harta dari berbagai syubhat dan sekaligus membersihkan sekaligus membersihkan jiwa pemiliknya dari berbagai kotoran rohani. Dan secara sosial menunjukkan rasa solidaritas dan kepeudilian orang-orang kaya kepada orang-orang miskin sehingga terjadi terjalin persaudaraan yang kokoh di masyarakat (Ali Hasan, 2008: 15). Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ahamad:

َ ا ْنَع

َ ا ٍكِلاَم ِنْب ِسَن

َ ا َلاَق ُهَّن

لُجَر ىَت

َلاَقَ ف ِللها َلْوُسَر ٍمْيَِتَ ِنَِب ْنِم

ا ِللها َلوُسَر اَي

َ ا وُذَو ٍْيِْثَك ٍلاَم وُذ ينِّ

َ اَف ٍةَرِضاَحَو ٍدَلَوَو ٍلْه

ِنِِّْبِْخ

ُ ا َفْيَك

َ ا َفْيَكَو ُقِفْن

َكِلاَم ْنِم َةَاكَّزلا ُجِرُْتُ :ِللها ُلوُسَرَلاَقَ ف ُعَنْص

(33)

اَف

َطُت ةَرْهُط اَهَّ ن

َ ا ُلِصَتَو َكُريه

ِراَلجاَو ِلِءاَّسلا ِ َّقَح ُفِرْعتَو َكَءاَبِرْق

َ ا ِللها َلْوُسَراَي َلاَقَ ف ِْيِْكْسِمْلاَو

ف َلَق ِلِ ْلِلْق

ُهَّقَح َبَْرُقْلا اَذ ِتا

اَرْ يِذْبُ ت ْريذَبُ ت َلََو ِليِبَّسلا َنْباَو َْيِْكْسِمْلاَو

Artinya: ”Dari Anas r.a. berkata: Seseorang dari Suku Tamim menghadap Rasullullah SAW dan bertanya: Hai Rasulullah aku mempunyai harta yang banyak pula serta banyak tamu-tamu yang

datang, maka berikanlah aku petunjuk

bagaimana sebaiknya aku beramal dan berinfaq ? maka Rasulullah memberikan petunjuk: keluarkanlah zakatnya dari hartamu itu, karena dengan mengeluarkan zakatnya kamu dapat memberikan (harta dan jiwamu), dan kamu dapat mempererat tali kekeluargaanmu, serta kamu mengerti hak-hak fakir miskin, hak-hak tetangga dan hak-hak orang yang meminta-minta”. (HR. Ahmad)

Hadits ini memberikan petunjuk mengenai tujuan dan fungsi zakat profesi, baik tujuan teologis maupun tujuan sosialnya. Allah SWT memberikan rizki kepada hamba-Nya berbeda-beda, ada yang diberi kemudahan dan ada yang diberi kesulitan dan kesukaran. Yang demikian itu sudah menjadi sunnatullah, tujuannya agar saling membutuhkan. Begitu halnya dengan seorang Suku Tamim yang diberi harta melimpah dan mempunyai tanggungan yang banyak.

(34)

2.1.2. Pendapat dan Fatwa Ulama Tentang Zakat Profesi Adapun perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan Imam Mazhab dalam masalah harta penghasilan (profesi). Di mana Abu Hanafiah dan Syafi‟i mengatakan bahwa harta penghasilan itu di keluarkan zakatnya bila mencapai waktu setahun meskipun ia memiliki harta sejenis yang sudah cukup nisabnya. Tetapi Imam Syafi‟i mengecualikan anak binatang piaraan, di mana anak-anak binatang itu tidak dikeluarkan zakatnya bersamaan dengan zakat induknya yang sudah mencapai nishab. Menurut Abu Hanafiah bahwa harta penghasilan itu dikeluarkan zakatnya bila mencapai masa satu tahun penuh pada pemiliknya kecuali jika pemiliknya mempunyai harta sejenis yang harus dikeluarkan zakatnya, yang untuk itu zakat harta penghasilan (Yusuf al-Qardhawi, 2007: 474).

Sedangkan Mazhab Maliki berpendapat bahwa harta penghasilan tidak dikeluarkan zakatnya kecuali sampai penuh waktu setahun. Baik harta tersebut sejenis dengan harta yang ia miliki atau tidak, kecuali jenis binatang piaraan. Karena orang yang memperoleh penghasilan berupa binatang piaraan yang sejenis dan sudah mencapai nishab, maka ia harus mengeluarkan zakat dan keseluruhan binatang itu apabila sudah genap satu tahun. Dan apabila kurang dari satu nishab, maka tidak wajib zakat (Yusuf Qardhawi, 2007: 475).

Sementara itu, para peserta Muktamar Internasional Pertama tentang zakat di Kuwait (29 Rajab 1404 H bertepatan

(35)

dengan tanggal 30 April 1984 M) telah sepakat tentang wajibnya zakat profesi apabila telah mencapai nishab, meskipun mereka berbeda pendapat dalam cara mengeluarkannya. Selain itu dalam UU No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, yaitu dalam Bab IV pasal 11 ayat (2) huruf f dikatakan bahwa objek zakat adalah hasil pendapatan dan jasa (Didin Hafidhuddin, 2004: 95):

a. Emas, perak dan uang.

b. Hasil perdagangan dan perusahaan.

c. Hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan. d. Hasil pertambangan.

e. Hasil peternakan.

f. Hasil pendapatan dan jasa. g. Rikāz (barang temuan).

Oleh karena itu untuk memberikan pemahaman kepada umat Islam tentang zakat hasil profesi, MUI Propinsi DKI Jakarta memfatwakan (Hamdan Rasyid, 2003: 103-108):

a. Uang (harta benda) yang diperoleh orang Islam dari profesi yang halal seperti profesi sebagai dokter, advokat, notaris, akuntan, konsultan, dosen dan

muballiqh (penceramah) baik berasal dari gaji,

honorarium, upah, komisi, uang jasa, hadiah maupun yang lain jika telah mencapai nishab maka wajib mengeluarkan zakat.

b. Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan nishab (batasan mengelurakan zakat) dan haul (kadar zakat) ,

(36)

dan kadar zakat profesi yang dikemukakan sebagai berikut:

(i) Pendapat ulama yang menganalogikan (mengqiyaskan) zakat hasil profesi dengan zakat hasil pertanian, karena sama sama merupakan hasil usaha. Oleh karena itu, nishab zakat profesi adalah senilai 85 gram emas, sedang kadar zakat yang harus dibayarkan sebanyak 2,5%.

(ii) Jika penghasilan gaji honor, komisi, uang jasa dan sebagainya yang diterima kurang dari nishab, maka jumlah penghasilan tersebut supaya dihitung dan dikumpulkan dengan penghasilan pada waktu-waktu berikutnya sampai satu tahun. Sesudah satu tahun, jika penghasilan tersebut mencapai nishab wajib dibayarkan zakatnya.

2.1.3. Qanun Aceh dan Surat Edaran Gubernur tentang Pemotongan Zakat Profesi.

Adapun pemotongan zakat profesi di wilayah Aceh yang dikumpulkan pada Baitul Mal Aceh berdasarkan beberapa ketetapan atau peraturan yang berlaku sebagai berikut:

a. Berdasarkan surat Edaran Gubernur Aceh Nomor: 451.12/43594 tentang pemungutan langsung zakat dan infaq oleh Bendahara Umum Aceh (BUA) di Lingkungan Pemerintah Aceh dengan Intruksi Nomor 06/INSTR/2008, tanggal 3 Juli 2008 M/29 Rajab 1429 H

(37)

tentang Pengumpulan Zakat di Kalangan PNS/Pejabat/Karyawan Lingkup Pemerintah Provisnsi Nanggroe Aceh Darussalam, Pemerintah Pusat dan Karyawan Perusahaan Swasta pada Tingkat Provinsi Naggroe Aceh Darussalam dan surat Nomor 451.12/16749, tanggal 28 Maret 2013 M/16 Jumadil Awal 1434 H, perihal Penyetoran Zakat melalui Baitul Mal Aceh dan Pembentukan UPZ, dengan ini dapat kami sampaikan bahwa (Surat Edaran Gubernur Aceh, 2013): (i) Kepada setiap Pegawai Negeri Sipil yang

penghasilan tetapnya telah mencapai 94 gram emas murni setahun atau senilai Rp3.800.000, (tiga juta delapan ratus ribu rupiah) perbulan, dikenakan zakat atas penghasilan tersebut sebesar 2,5% (dua setengah persen). Sementara bagi PNS yang penghasilannya belum mencapai nishab, dipungut infaq sebesar 1% (satu persen).

b. Qanun No.7/2004, tentang Pengelolaan Zakat di Aceh, diganti dengan Qanun No. 10/2007, tentang Baitul Mal. Adapun salah satu isi dari qanun tersebut adalah unit pengumpul zakat yang selanjutnya disebut UPZ adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh Baitul Mal Aceh dan Kabupaten/Kota dengan tugas mengumpulkan zakat para muzakki pada instansi pemerintah dan lingkungan swasta.

(38)

Fatwa ulama Aceh tentang wajibnya zakat dari sektor jasa atau gaji diputuskan dalam rapat komisi B (fatwa/hukum), Nomor 01/1998, hari Jum‟at tanggal 2 Rabi‟ul Awal 1419 H/26 Juni 1998 M). Antara lain di sebutkan, pembayaran/pemungutan zakat gaji tersebut di anjurkan pada setiap kali memperoleh penghasilan sebagai ta‟jil/taqsith (tangguh/angsuran). Majelis Ulama Indoneisa (MUI) Daerah Istimewa Aceh sebelumnya telah mengeluarkan sejumlah fatwa tentang zakat, yaitu: fatwa tahun 1974 tentang zakat pertanian, fatwa tahun 1978 dan 1981 tentang zakat jasa, serta fatwa tahun 1994 tentang penyempurnaan nishab zakat jasa dan cara pembayarannya (Armiadi, 2014: 43).

2.2. Pembangunan Ekonomi Islam

Istilah pembangunan ekonomi (economic development) biasanya dikaitkan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara berkembang. Sebagian ahli ekonomi mengartikan istilah ini sebagai “economic is growth plus change” (pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan-perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi). Dengan kata lain, dalam mengartikan istilah pembangunan ekonomi, bukan saja tertarik kepada masalah perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi, misalnya kepada usaha perombakan sektor pertanian yang tradisional, mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan (Naf‟an, 2014: 236).

(39)

Secara bahasa istilah pembangunan berasal dari kalimat bangun, bangkit, berdiri yang kata derivasi dari bangun yaitu membangunan atau pembangunan yang berarti membina, membuat, mendirikan, memperbaiki, membuat supaya maju dan berkembang (Kamus Bahasa Indonesia, 2008). Pada dasarnya istilah-istilah pembangunan tersebut apabila merujuk kepada firman-firman Allah SWT dalam al-Qur‟an berasal dari kalimat ‘Amara; hidup, seperti ungkapan ارمع لجرلا رمع membawa arti seseorang hidup dalam waktu yang panjang. Kemudian setelah mendapat tambahan (alif, sin dan ta’) ت –س – ا menjadi رمعتسا (Ista’mara) yang berarti menghidupkan atau meramalkan, memakmurkan, membangun atau membuka lahan mati sesuatu kawasan (Syamsuri, 2016: 224-225).

Sebagaimana firman Allah SWT yang termaktub dalam surah Hud [11]: 61:                                                     

Artinya: “Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-ampunan-Nya, Sesungguhnya

(40)

Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi

memperkenankan (doa hamba-Nya)”. (Qs.Hud [11]: 61).

Dalam ayat tersebut kalimat isti’mara رمعتسا menurut al-„Alamah al-Raghib al-Alfahani dalam sebuah kitab Mufradhatu alfal al-Qura‟an diambil dari kalimat ةَراَمِعلا (al-‘Imarah) yang berati mengharuskan atau memenej, lawan katanya yaitu ُباَرَلخا (al-Kharab) merusak atau meruntuhkan sesuatu.

Sedangkan istilah pembangunan ekonomi yang dimaksudkan dalam Islam adalah the process of all eviating proverty and provision of ease, comfort and decency in life ( proses untuk mengurangi kemiskinan serta menciptakan ketentraman, kenyamanan dan tata susila dalam kehidupan). Dalam pengertian ini, maka pembangunan ekonomi menurut Islam bersifat multi dimensi yang mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif. Tujuannya bukan semata-semata kesejahteraan material di dunia, tetapi juga kesejahteraan akhirat. Keduanya menurut Islam menyatu secara integral (Naf‟an, 2014: 237).

2.2.1. Dasar Ideologi Pembangunan Ekonomi Islam

Pada dasarnya ideologi pembangunan ekonomi Islam berdasarkan pada firman Allah SWT di atas termasuk ayat-ayat tentang konsep memakmurkan bumiNya. Selain daripada itu pendapat Jumhur Ulama tentang kewajiban memakmurkan bumi di atas dapat diperhatikan daripada analogi-analogi Muhammad Shalt al-Jundiy dalam kitabnya Qawā’id al-Tammiyyah al-Iqtishādiyyah

(41)

dengan Firman Allah SWT dalam al-Qur’an al-karim sebagaimana berikut (Syamsuri, 2016: 229):

1. Allah SWT tidak menciptakan alam dan isinya melainkan untuk makhlukNya, dengan tujuan dapat beribadah kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknnya. 2. Allah SWT telah mencukupi seluruh keperluannya.

Namun, makhlukNya mestilah berusaha untuk memenuhi keperluan tersebut dengan cara memakmurkan bumiNya.

3. Allah SWT telah memberikan kemudahan-kemudahan baik itu di darat maupun di lautan untuk anak cucu Nabi Adam.

Pembangunan ekonomi adalah aktivitas multidimensosial sehingga semua usaha harus diserahkan pada keseimbangan berbagai faktor dan tidak menimbulkan ketimpangan. Penekanan utama dalam pembangunan menurut Islam, terletak pada (Naf‟an, 2014: 251):

1. Pemanfaatan sumber daya yang telah diberikan Allah kepada ummat manusia dan lingkungannya semaksimal mungkin.

2. Pemanfaatan sumber daya tersebut melalui pembagian, peningkatannya secara merata berdasarkan prisnip keadilan dan kebenaran. Islam menganjurkan sikap syukur dan adil dan mengutuk sikap kufur dan zalim.

(42)

Selain itu, pembangunan ekonomi Islam harus memprioritaskan beberapa tujuan penting: a) pertumbuhan diiringi dengan konsep tenaga kerja penuh, b) stabilitas ekonomi, c) keadilan distributif dan kepedulian terhadap alam. Dari kajian yang dilakukan Ahmad (1997) dapat dirumuskan dasar-dasar filosofis pembangunan ekonomi ini, yaitu: tauhid rububiyyah yang merupakan dasar-dasar hukum Allah untuk selanjutnya mengatur model pembangunan yang berdasarkan islam diantaranya:

1. Keadilan, yaitu pembangunan yang tidak pincang (senjang) tetapi pembangunan ekonomi yang merata (growth with equity).

2. Khalifah, yang menyatakan bahwa manusia adalah wakil Allah SWT di muka bumi untuk memakmurkan bumi dan bertanggungjawab kepada Allah SWT tentang pengelolaan sumber daya yang diamanahkan kepadanya.

3. Tazkiyah, yaitu mensucikan manusia dalam hubungannya dengan Allah, sesamanya dan dalam lingkungan, masyarakat dan negara.

2.2.2. Indikator Pembangunan Ekonomi Islam

Pada dasarnya arti dari pembangunan sebagaimana diungkapkan oleh Ginandjar Kartasasmita adalah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Untuk mengetahui apakah upaya yang dilakukan

(43)

tersebut sesuai perencanaan, maka di perlukannya sebuah ukuran (indikator). Oleh karena itu indikator-indikator pembangunan secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu indikator ekonomi dan indikator sosial (Jhingan, 2004: 60).

1. Indikator Ekonomi

1) Pendapatan perkapita baik dalam ukuran Gross

National Product (GNP) maupun Produk

Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator makro-ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif makro-ekonomi indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur, sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

2) Perubahan struktural yang tinggi, yang mencakup peralihan dari kegiatan pertanian ke nonpertanian, dari industri ke jasa, perubahan dalam skala unit-unit produktif.

3) Urbanisasi, yaitu banyaknya perpindahan penduduk dari desa ke kota.

4) Tingkat Tabungan, yaitu dengan meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat memungkinkan masyarakat untuk menyisihkan sebagian pendapatannya untuk di tabung.

(44)

2. Indikator Sosial

Pada umumnya indikator sosial dinyakatakan dalam indeks-indeks yang meliputi Phisical Quality of Life Index (PQLI) atau Indek Mutu Hidup dan Human Development Index (HDI) atau Indeks pembangunan manusia (Mudrajat Kuncoro, 2010: 19):

1) Phisical Quality of Life Index (PQLI) atau Indek Mutu Hidup mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dengan menggabungkan tiga komponen penting yaitu: harapan hidup pada umur 1 tahun, angka kematian, dan tingkat melek huruf. Untuk masing-masing indikator, kinerja ekonomi suatu negara dinyatakan dalam skala 1 hingga 100, dimana 1 merupakan kinerja ekonomi terendah, sedangkan 100 adalah kinerja ekonomi tertinggi. 2) Human Development Index (HDI) atau Indeks

Pembangunan Manusia adalah program UNDP (United Nations Development Programme) untuk menganalisis perbandingan status pembangunan sosial ekonomi di berbagai negara. UNDP mengeluarkan laporan ini setiap tahunnya berupa

Human Development Report. Komponen dalam

HDI meliputi, angka harapan hidup, literasi, dan pendapatan perkapita riil.

(45)

2.2.3. Pembangunan Ekonomi Berdasarkan Maqāsyid Syari’ah

Adapun dalam pandangan islam visi pembangunannya adalah keseimbangan antara dunia dan akhirat, dengan menjadikan nilai-nilai ajaran Islam sebagai fondasi dengan tujuan akhirnya adalah tercapainya maqāshid syari’ah. Maqāsidh syari‟ah terdiri dari lima elemen yang sangat penting yang terdiri dari hifz ad-din (menjaga keimanan), hifz an-nafs (menjaga jiwa), hifz al-‘aql (menjaga akal), hifz an-nasl (menjaga keturunan), dan hifz al-māl (menjaga harta).

Untuk mengukur pencapaian maqāshid syari‟ah Humayon A Dar dan Saidat F. Otiti (2002: 13) membuat sebuah terobosan dengan memasukkan indikator-indikator ekonomi dan non-ekonomi ke dalam unsur-unsur maqāshid syari’ah misalnya faktor

hifz ad-din (menjaga keimanan) diukur dengan menggunakan

indeks kepercayaan, hifz an-nafs (menjaga jiwa) dapat diukur dengan Angka Harapan Hidup, hifz al-‘aql (menjaga akal) diukur dengan menggunakan Indeks Pendidikan, hifz an-nasl (menjaga keturunan) dapat diukur dengan Indeks Nilai Keluarga.

Oleh karena itu yang terpenting dari maqāshid syari‟ah adalah pemahaman dan pengimplementasiannya dalam segala aspek kehidupan dan khususnya dalam pembangunan ekonomi. Kelima aspek maqāshid syari‟ah jika di sederhanakan akan menjadi dua komponen besar, yaitu komponen non material manusia diwakili oleh perlunya menjaga iman (hifz din) dan komponen

(46)

material manusia diwakili oleh menjaga hidup, akal, keturunan, dan harta (Umer Chapra, 2007: 5-6).

1) Urgensi menjaga Iman (hifdz din)

Hifdz din sangat penting dalam pembangunan, karena dengan menjadikan kepercayaan atau agama sebagai unsur penting dalam pembangunan telah menjadikan pembangunan sebagai konsep yang utuh, yakni meliputi kebutuhan manusia baik fisik maupun non fisik.

2) Urgensi Menjaga Kehidupan (an nafs), Keturunan ( an-nasl) dan Harta (al-māl).

Untuk mengetahui kinerja dari faktor perlindungan hidup (hifdz nafs) bisa dihitung dengan menggunakan Angka Harapan Hidup atau Life Expectancy index. Perlindungan terhadap akal (hifdz ‘aql) dalam konteks ini berarti mengembangkan akal dan salah satu caranya adalah melalui pendidikan yang baik. Jika masyarakat memiliki tingkat pendidikan maka produktivitas masyarakat akan meningkat yang menyebabkan penghasilan meningkat juga. Maka yang penting selain dari peningkatan pendapatan adalah perlindungan terhadap harta (hifdz māl).

Untuk mempertahankan generasiya tentunya perlindungan keturunan (hifdz nasl) dalam konsep maqāshid syari‟ah bukan berarti hanya menyangkut reproduksi semata.

(47)

2.3. Zakat Dalam Ekonomi Islam Terhadap Pembangunan Masyarakat

Dalam perspektif Islam, pembangunan merupakan proses peningkatan kesejahteraan, baik materi maupun non materi yang seimbang dan berkesinambungan berlandaskan pada nilai-nilai moral islam (Indonesia Zakat & Development Report, 2009: 90). Maka sebuah pembangunan dikatakan berhasil jika proses tersebut mampu meningkatkan kesejahteraan dalam jangka panjang, yang antara lain tercermin dalam kualitas kesehatan yang baik, tingkat pendidikan yang tinggi, pendapatan perkapita yang tinggi yang disertai distribusi pendapatan yang baik, turunnya angka kemiskinan, serta tercapainya keseimbangan dan keadilan masyarakat.

Walaupun pembangunan telah direncanakan di Indonesia sejak merdeka tahun 1945, akan tetapi dalam praktiknya pembangunan nasional belum sepenuhnya berhasil mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai yaitu kesejahteraan yang merata. Dalam dimensi sosial ekonomi inilah, perintah zakat merupakan suatu instrumen yang dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperbaiki kesenjangan pendapaatan sekaligus memerangi kemiskinan dalam masyarakat. Dampak zakat terhadap upaya kemiskianan adalah suatu yang signifikan dan berjalan secara otomatis di dalam sistem Islam. Pendistribusian dana zakat diperintahkan kepada fakir dan miskin ini menunjukkan bahwa tujuan utama zakat.

(48)

Selain itu penerapan sistem zakat akan mempunyai berbagai implikasi di berbagai segi kehidupan, anatara lain (Indonesia Zakat & Development Report, 2009: 90-94):

1. Implikasi Mikro Zakat a. Zakat dan konsumsi agregat

Dengan adanya zakat, fakir dan miskin dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Seluruh Income (pemasukan) mereka yang di dapat dari zakat akan dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan sekunder mereka.

b. Zakat dan tabungan nasional

Dengan adanya alokasi zakat bagi fakir dan miskin, hal tersebut akan menambah pemasukan mereka, sehingga konsumsi yang dilakukan akan bertambah. Peningkatan konsumsi akan mendorong adanya peningkatan produksi, di mana hal tersebut akan mendorong adanya peningkatan investasi.

c. Zakat dan produksi agregat

Sebagai sistem perpajakan, zakat adalah sistem pajak yang ramah terhadap dunia usaha (market friendly). Zakat memiliki tarif yang rendah dan tetap serta tidak pernah berubah-ubah karena sudah diatur dalam syariat. Sebagai contohnya zakat profesi yang nishabnya 2,5% .

d. Zakat dan investasi

Menurut pandangan sejumlah tokoh agama, seorang muslim yang menginvestasikan tabungannya tidak akan terkena

(49)

beban zakat, tetapi ia harus membayar zakat atas hasil yang diperoleh dari investasi tersebut. Karena dalam ekonomi Islam, semua bentuk asset yang tidak/kurang produktif akan terkena zakat.

2. Implikasi Makro Zakat a. Zakat dan efisiensi alokasi

Dalam hal ini fungsi alokasi zakat yang merealokasikan sumber daya dari orang kaya ke orang miskin, ini merupakan cara yang efektif untuk memerangi kemiskinan. b. Zakat, kebijakan fiskal dan stabilisasi ekonomi

Dalam kerangka institusi sosial-ekonomi Islam, zakat memiliki dampak stabilisasi terhadap perekonomian melalui jalur tabungan dan investasi. Jika tabungan diikuti dengan investasi, maka tingkat kekayaan akan tergantung sepenuhnya pada tingkat bagi hasil dan tingkat pengambilan proyek, karena tarif zakat adalah tetap.

c. Zakat dan penciptaan lapangan kerja

Dengan adanya zakat permintaan akan tenaga kerja semakin bertambah dan akan menguranggi pengangguran sehingga pada gilirannyan umat Islam mampu bekerja dan berusaha memiliki harta kekayaan untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya.

d. Zakat dan tranparansi anggaran publik

Zakat memberikan contoh praktek transparansi anggaran publik yang sangat kuat baik dari sisi penarikan maupun

(50)

pengalokasikannya. Dan alokasi dana zakat juga telah diatur secara spesifik untuk delapan asnaf, membuat zakat tidak bisa dimanipulasi untuk kepentingan lain selain perioritas penggunaan yang telah ditentukan.

e. Zakat dan sistem jaminan sosial

Islam memberikan kewajiban kepada pemerintah, hanya setelah mendayagunakan modal sosial (sosial kapital) yang ada di masyarakat. Perlindungan berlapis ini membuat sistem Islam bekerja sangat responsive terhadap gejolak yang dialami kelompok miskin yang akan membuat mereka terhindar dari kemiskinan.

f. Zakat dan distribusi pendapatan

Sebagai mekanisme redistribusi pendapatan, zakat secara efektif akan meredistribusi pendapatan dari kelompok kaya ke kelompok miskin.

g. Zakat dan pertumbuhan ekonomi

Zakat berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi baik melalui permintaan agregat (aggregate demand) dan penawaran agregat (aggregate supply).

2.4. Penelitian Terdahulu

Beberapa kajian dan literatur yang relevan serta dapat dijadikan rujukan maupun perbandingan dalam pembahasan skripsi. Dengan begitu diharapkan terbentuknya kajian yang kuat dari berbagai sumber yang sudah mengalami pengujian sebelumnya

(51)

untuk keaslian dari penelitian ini. Berikut ini salah satu penelitian yang relevan dengan topik yang akan dilakukan peneliti adalah:

Penelitian yang dilakukan oleh Burhanuddin, Faisar Ananda Arfa, dan Saparuddin Siregar pada tahun 2017, mahasiswa program pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, dalam jurnalnya yang berjudul “Ekonomi Politik Islam Pengelolaan Zakat Profesi PNS oleh Baitul Mal”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh zakat Profesi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam memberdayakan ekonomi masyarakat dengan pembinaan Baitul Mal.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Desa Pante Kera Kecamatan Simpang Jernih dapat dicapai dalam bentuk indikator sarana produksi pertanian, sarana dan prasarana pendidikan, sarana dan prasarana ekonomi. Faktor yang melatarbelakangi pengaruh zakat profesi PNS dalam memberdayakan ekonomi masyarakat di Desa Pante Kera Kecamatan Simpang Jernih yaitu dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan suatu desa dapat merubah tingkat keberanian dalam mengambil keputusan. Untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya memerlukan proses pemberdayaan yang didukung oleh modal usaha, selain Pembinaan yang dilakukan oleh Baitul Mal.

Persamaan penelitian sebelumnya dengan yang akan peneliti lakukan adalah membahas tentang pengaruh implementasi

(52)

zakat profesi. Metode yang digunakan dalam penelitian sama-sama menggunakan pendekatan kuantitatif. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan yang akan dilakukan adalah lokasi dan fokus penelitiannya. Peneliti memfokuskan pada pengaruh zakat profesi terhadap pembangunan ekonomi publik Islam, sedangkan pada penelitian di atas memfokuskan pada dampak zakat profesi dalam pemberdayaan ekonomi maasyarakat di Desa Pante Kera Kecamatan Simpang Jernih Aceh Timur melalui pembinaan Baitul Mal.

Penelitian yang dilakukan oleh Siti Mujiatun pada tahun 2016 dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Zakat Profesi: Upaya Pengentasan Kemiskinan di Kota Medan”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pelaksanaan zakat profesi dan distribusinya untuk pengentasan kemiskinan di kota Medan. Hasil penelitian adalah pengentasan kemiskinan dapat dilakukan melalui pemberdayaan zakat secara produktif dan pendampingan, hal tersebut membuktikan bahwa pendapatan rumah tangga mustahiq dapat meningkat. Pendampingan naik sebesar 147, 14 %dari Rp874.000 perbulan menjadi Rp2.160.000 perbulan.

Persamaan penelitian sebelumnya dengan yang akan peneliti lakukan adalah membahas tentang pelaksanaan zakat profesi. Perbedaannya pada metode yang digunakan, di mana peneliti menggunakan metode kuantitatif sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan metode kualitatif. Pada penelitian

(53)

sebelumnya memfokuskan pada upaya pengentasan kemiskinan, sedangkan peneliti memfokuskan pada pembangunan ekonomi masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Asmuni Mth pada tahun 2007, dosen Universitas Islam Indonesia dan Asisten Direktur Program Pascasarjana Magister Studi Islam Indonesia, dalam jurnalnya yang berjudul “Zakat Profesi dan Upaya Menuju Kesejahteraan Sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang zakat (profesi) dan peranannya dalam mengupayakan kesejahteraan sosial. Hasil penelitian adalah keberadaan zakat pada akhirnya akan meneguhkan perasaan persaudaraan antara the have (pemilik) dan the have not (penerima). Faktor yang melatarbelakangi penelitian di atas adalah dengan berpegang pada prinsip kesejahteraan sosial perintah zakat harus dipahami sebagai satu kesatuan sistem yang tak terpisahkan dalam pencapaian kesejahteraan sosial-ekonomi dan kemasyarakatan.

Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah sama-sama membahas tentang zakat profesi untuk masyarakat. Fokus penelitian ini dengan penelitian sebelumnya sama-sama memfokuskan pada kesejahteraan masyarakat. Perbedaannya pada metode yang digunakan dimana peneliti menggunakan metode

(54)

kuantitatif sedangkan penelitian di atas menggunakan metode kualitatif.

Penelitian yang dilakukan oleh Daharmi Astuti, Zulkifli Rusby, Zulbaidi pada tahun 2017, mahasiswa program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, dalam jurnalnya yang berjudul “Implementasi Zakat Profesi di UPZ Pemerintah Provinsi Riau”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pelaksanaan zakat profesi yang dilakukan oleh UPZ. Hasil penelitian adalah implementasi zakat profesi di UPZ Pemerintah Provinsi Riau dapat dikatakan “sangat tidak baik” karena dapat dilihat data yang diperoleh dari 23 UPZ maka hanya 14 UPZ yang masih terlaksana oleh responden maka rata rata skor penelitian sebesar 50,46 terletak pada daerah sangat tidak setuju pada garis kontinum.

Adapun yang melatarbelakangi penelitian ini adalah cara yang dilakukan oleh UPZ Pemerintah Provinsi Riau untuk pemerataan pemungutan zakat profesi. Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah sama-sama membahas tentang implementasi zakat profesi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan sebelumnya adalah metode kuantitatif. Perbedaannya terletak pada fokus penelitiannya di mana dalam penelitian ini memfokuskan pada pendustribusian zakat profesi untuk pembangunan publik islam.

(55)

Penelitian yang dilakukan oleh Moh Tohir pada tahun 2014, mahasiswa fakultas syariah dan hukum Universitas Islam Negeri Syariah Hidayatullah Jakarta, dalam jurnalnya yang berjudul “Rekontruksi Pemikiran Pembangunan Ekonomi Islam Menurut Pemikiran Al-Ghazali, Ibn Khaldun, dan M.Umer Chpara”. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembangunan ekonomi Islam berdasarkan pemikiran para ahli di atas. Hasil penelitian adalah pemikiran Al-Ghazali dalam pembangunan ekonomi berupa tujuan yaitu tercapainya unsur maqāshid syari’ah (mencapai kemaslahatan). Sedangkan pemikiran Ibn Khaldun menguraikan tentang harmonisasi semua unsur pembangunan, seperti SDA, organisasi masyarakat, syari‟ah semuanya digerakkan oleh otoritas yang memiliki legitimasi yaitu pemerintah. Sedangkan Umer Chapra menekankan pentingnya unsur moral, keadilan dan efisiensi dalam upaya pembangunan.

Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah sama-sama membahas tentang pembangunan publik Islam. Perbedaannya terletak pada metode yang digunakan, di mana pada penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dan penelitian sebelumnya menggunakan metode kualitatif. Dan objek penelitian ini yaitu implementasi dana zakat profesi.

(56)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Penulis Judul Metode

Penelitian

Hasil penelitian

1. Siti Mujiatun Analisis Pelaksanaan Zakat Profesi: Upaya Pengentasan Kemiskinan di Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, salah satunya metode wawancara dalam mendapatkan data. Pengentasan kemiskinan dapat dilakukan melalui pemberdayaan zakat secara produktif dan pendampingan, hal tersebut membuktikan bahwa pendapatan rumah tangga mustahik dapat meningkat. Pendampingan naik sebesar 147,14% dari Rp874.000 perbulan menjadi Rp2.160.000 perbulan. 2. Asmuni Mth Zakat Profesi

dan Upaya Menuju Kesejahteraan Sosial Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif salah satunya metode library research (penelitian pustaka) Keberadaan zakat, sebagaimana disinggung Afzalurrahman pada akhirnya akan meneguhkan perasaan persaudaraan antara the have dan the have not. Bila kesejahteraan sosial

(57)

terwujud maka sudah pasti jurang antara the have dan the have not dengan sendirinya akan menyempit. 3. Burhanuddin, Faisar Ananda Arfa, Saparuddin Siregar Ekonomi Politik Islam Pengelolaan Zakat Profesi PNS Oleh Baitul Mal Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, mulai dari pengumpulan data sampai pada penarikan kesimpulan, teknik analisis data menggunakan menggunakan analisis kuantitatif.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Desa Pante Kera Kecamatan Simpang Jernih dapat dicapai melalui langkah langkah

yang bermula dari Variabel Zakat Profesi yang diberikan kepada mustahik dalam penelitian ini diwujudkan dalam bentuk indikator sarana produksi pertanian, sarana dan prasarana pendidikan, sarana dan prasarana ekonomi. 4. Daharmi Astuti, Zulkifli Implementasi Zakat Profesi di UPZ Penelitian ini termasuk jenis penelitian Implementasi zakat profesi di UPZ Pemerintah Provinsi Tabel 2.1 Lanjutan

(58)

Rusby, Zulbaidi Pemerintah Provinsi Riau deskriptif yaitu jenis penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari subjek atau objek penelitian.

Riau dapat dikatakan “sangat tidak baik” karena dapat dilihat data yang diperoleh dari 23 UPZ maka hanya 14 UPZ yang masih terlaksana oleh responden maka rata-rata skor penelitian sebesar 50,46 terletak pada daerah sangat tidak setuju pada garis kontinum.

5. Moh Tohir Rekontruksi Pemikiran Pembangunan Ekonomi Islam Menurut Pemikiran Al-Ghazali, Ibn Khaldun, dan M.Umer Chpara. Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (libary research) dengan data dan cara analisis kualitatif.

Hasil dari penilitian adalah pemikiran Al-Ghazali dalam pembangunan ekonomi berupa tujuan yaitu tercapainya unsur maqāshid syari’ah. Sedangkan pemikiran Ibn Khaldun menguraikan tentang harmonisasi semua unsur pembangunan, seperti SDA, organisasi masyarakat, syari‟ah semuanya digerakkan oleh Tabel 2.1 Lanjutan

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Penelitian ............................................    44  Gambar 4.1   Hasil Uji Normalitas  ..........................................
Tabel 1.1 Penerimaan Zakat Muzakki/Instansi dan Individu   Periode 2011 -2016
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Lanjutan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menurut PER-01/PJ/2014, e-filing adalah suatu cara penyampaian SPT tahunan secara elektronik yang dilakukan secara online dan real time melalui internet pada

Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Terhadap Produksi Rumput Gajah Taiwan ( Pennisetum purpureum Schumach).. Prosiding Seminar Fakultas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kandang dengan dosis 10 ton/ha mampu meningkatkan jumlah daun, kadar klorofil a, kadar klorofil total, serta produksi bahan kering

Pada pelaksanaan tindakan siklus I telah dilakukan beberapa perencaan yang meliputi; (1) Peneliti melakukan perbincangan dengan kolaborator pada tanggal 6 Mei 2013

Untuk meningkatkan produksi komoditas pangan utama, seperti padi, jagung, dan kedelai diperlukan perhatian khusus terhadap dampak perubahan harga yang berkaitan erat

Prilikom pregleda web stranica turističkih zajednica gore navedenih županija može se uvidjeti da obje web stranice sadrže popis turističkih agencija u njihovim županijama

Tampilan SMS Polling pada Sistem Layanan Informasi Desa (SiLISA) Dalam pengaturan sistem dan modem SMS, SiLISA dikembangkan dengan sedinamis mungkin sehingga pengaturan

Hasil penelitian menunjukkan tingkat validitas diperoleh sebesar 82,17 % dengan interpretasi valid, tingkat praktikalitas sebesar 82,29 % yang berarti praktis digunakan